Anda di halaman 1dari 13

Kuliah Umum

MIKROBIOLOGI
By : Kelompok 3
Anggota Kelompok 3

01 Laila Thursina Zahra


(4203151029) Yogi Partogi Sihite
04 (4203151047)

02 Azzahra Siregar
(4203151042)

Miranda Nihdatul Zahwa 05 Willy Malau


(4203151050)
03 (4203351011)
1) Analisis Grafik Lahan Pertanian

Jawaban :
Menurut grafik yang disajikan, kami menyimpulkan bahwa secara bertahap, akan
terjadi kerusakan lahan yang mengakibatkan pemerosotan produksi padi-padian.
Hal ini sejalan dengan prediksi yang ditulis oleh Brown dan Kane (1994) yang
menyatakan akan tiba saatnya terjadi degradasi dan kerusakan lahan pernaian
sehingga pertumbuhan produksi menuju negatif. Dewasa ini, kita dapat
menyaksikan sendiri bahwa lahan pertanian semakin dipersempit akibat
pembangunan infrastruktur atau properti lainnya. Hal tersebut tidak menutup
kemungkinan bahwa apa yang telah diprediksi oleh Brown dan Kane sejak jauh-
jauh hari telah terbukti secara bertahap. Meski jangka waktu dan penyebabnya
bisa diperdebatkan, namun fakta bahwa masalah penurunan produksi padi-padian
akan muncul secara bertahap dan simultan. Bahkan untuk kemungkinan terburuk,
dapat terjadi gagal panen di beberapa tempat.
2) Mengapa kita butuh padi yg tahan terhadap hama ?

Jawaban :
Masyarakat Indonesia menjadikan beras sebagai makanan pokok sehari-hari.
Banyak masyarakat yang mengonsumsi tanaman padi yang diolah menjadi beras
untuk kebutuhan pokok. Sehingga tanaman padi sangat penting bagi masyarakat
Indonesia.
Penyakit tanaman dapat mengubah kehidupan umat manusia dari cukup pangan
menjadi kelaparan dan bahkan kematian. Pada tahun 1940-an sekitar dua juta
penduduk Bangladesh mati kelaparan karena tanaman padi yang diusahakan
sebagai pangan pokok terjangkit jamur Helminthosporium oryzae (Ginting 2013).
Hingga saat ini masih terjadi kelaparan di beberapa negara karena tanaman
penghasil pangan di negara setempat tertular penyakit dengan frekuensi yang
meninggi.
Perubahan sosial kemasyarakatan di Negara berkembang telah menimbulkan
dampak yang luas terhadap perubahan jenis, tingkat serangan, perkembangan, dan
laju penyebaran penyakit tanaman. Puluhan penyakit dilaporkan mengancam
tanaman pangan yang dibudidayakan termasuk padi. Oleh karena itu, dalam
pengelolaan penyakit tanaman yang terpenting adalah menjaga stabilitas pangan,
karena penyakit tanaman dapat terus berkembang dari waktu ke waktu yang dapat
mengancam pertumbuhan dan bahkan menyebabkan gagal panen.
Melindungi tanaman padi dari gangguan penyakit merupakan usaha yang tidak
dapat dipisahkan dari pengelolaan ekosistem pertanian padi. Produksi padi
berperan penting untuk memenuhi kebutuhan pangan dan meningkatkan
kesejahteraan, sehingga kegiatan yang berkaitan dengan perlindungan tanaman
harus ditingkatkan dalam sistem produksi (Prasetyo 2015). Pengendalian penyakit
tanaman dengan konsep pengelolaan komponen epidemik idealnya berpangkal
pada prinsip keseimbangan lingkungan. Usaha pengendalian penyakit tanaman
padi tidak terlepas dari kegiatan manusia dalam memanipulasi komponen
lingkungan yang mempengaruhi perkembangan penyakit itu sendiri. Komponen
lingkungan tersebut diharapkan mempunyai pengaruh yang selaras dan
berlangsung secara terpadu dalam menekan perkembangan penyakit (Nuryanto
et al. 2010). Teknik pengendalian seperti ini dapat diimplementasikan melalui
pemilihan varietas, penggunaan bibit bermutu, pengaturan pengairan tanaman,
dan tanam serempak dengan menerapkan teknik budi daya yang tepat.
3) Pembuatan Tanaman Transgenik

Jawaban :
Kepada menciptakan suatu tanaman transgenik, pertama-tama diterapkan identifikasi atau
pencarian gen yang akan memproduksi sifat tertentu (sifat yang diinginkan). Gen yang
diminta dapat diambil dari tanaman lain, hewan, cendawan, atau bakteri. Setelah gen yang
diminta didapat maka diterapkan perbanyakan gen yang dikata dengan
istilah kloning gen. Pada tahapan kloning gen, DNA asing akan dimasukkan ke dalam vektor
kloning (agen pembawa DNA), contohnya plasmid (DNA yang dipergunakan kepada transfer
gen). Kemudian, vektor kloning akan dimasukkan ke dalam bakteri sehingga DNA dapat
diperbanyak seiring dengan perkembangbiakan bakteri tersebut. Apabila gen yang diminta
sudah diperbanyak dalam jumlah yang cukup maka akan diterapkan transfer gen asing
tersebut ke dalam sel tumbuhan yang berasal dari anggota tertentu, salah satunya
merupakan anggota daun. Transfer gen ini dapat diterapkan dengan beberapa metode, yaitu
metode senjata gen, metode transformasi DNA yang diperantarai bakteri Agrobacterium
tumefaciens, dan elektroporasi (metode transfer DNA dengan bantuan listrik).
 Metode senjata gen atau penembakan mikro-proyektil.
Metode ini sering dipergunakan pada spesies jagung dan padi. Kepada melaksanakannya, dipergunakan senjata
yang dapat menembakkan mikro-proyektil berkecepatan tinggi ke dalam sel tanaman. Mikro-proyektil tersebut
akan mengantarkan DNA kepada masuk ke dalam sel tanaman. Penggunaan senjata gen memberikan hasil yang
bersih dan bebas sama sekali dari bahaya, walaupun berada probabilitas terjadi kerusakan sel selama
penembakan berlangsung.
 Metode transformasi yang diperantarai oleh Agrobacterium tumefaciens.
Bakteri Agrobacterium tumefaciens dapat menginfeksi tanaman secara alami karena memiliki plasmid Ti, suatu
vektor (pembawa DNA) kepada menyisipkan gen asing. Di dalam plasmid Ti terdapat gen yang menyandikan sifat
virulensi kepada menyebabkan penyakit tanaman tertentu. Gen asing yang bersedia dimasukkan ke dalam
tanaman dapat disisipkan di dalam plasmid Ti. Selanjutnya, A. tumefaciens secara langsung dapat memindahkan
gen pada plasmid tersebut ke dalam genom (DNA) tanaman. Setelah DNA asing menyatu dengan DNA tanaman
maka sifat-sifat yang diminta dapat diekspresikan tumbuhan.
 Metode elektroporasi.
Pada metode elektroporasi ini, sel tanaman yang akan menerima gen asing wajib mengalami pelepasan dinding
sel hingga dijadikan protoplas (sel yang kehilangan dinding sel). Yang belakang sekali sel diberi kejutan listrik
dengan voltase tinggi kepada membuka pori-pori membran sel tanaman sehingga DNA asing dapat masuk ke
dalam sel dan bersatu (terintegrasi) dengan DNA kromosom tanaman. Kemudian, diterapkan bagian
pengembalian dinding sel tanaman.

Setelah bagian transfer DNA habis, diterapkan seleksi sel daun kepada mendapatkan sel yang
berhasil disisipi gen asing. Hasil seleksi ditumbuhkan dijadikan kalus (sekumpulan sel yang belum terdiferensiasi)
hingga nantinya terbentuk akar dan tunas. Apabila sudah terbentuk tanaman muda (plantlet), maka dapat
diterapkan pemindahan ke tanah dan sifat baru tanaman dapat diperhatikan.
4) Bagaimana prinsip Gun gen bekerja, Apakah bisa untuk hewan ?

Jawaban :
Ya bisa.
Inseminasi Buatan pada sapi (kawin suntik) adalah suatu cara atau teknik untuk memasukkan mani
(spermatozoa atau semen) yang telah dicairkan dan telah diproses terlebih dahulu yang berasal dari ternak
jantan ke dalam saluran alat kelamin betina dengan menggunakan metode dan alat khusus yang disebut
‘insemination gun‘.

Tujuan Inseminasi Buatan


1. Memperbaiki mutu genetika ternak;
2. Tidak mengharuskan pejantan unggul untuk dibawa
ketempat yang dibutuhkan sehingga mengurangi biaya ;
3. Mengoptimalkan penggunaan bibit pejantan unggul secara
lebih luas dalam jangka waktu yang lebih lama;
4. Meningkatkan angka kelahiran dengan cepat dan teratur;
5. Mencegah penularan / penyebaran penyakit kelamin.
Keuntungan IB
1. Menghemat biaya pemeliharaan ternak jantan;
2. Dapat mengatur jarak kelahiran ternak dengan
baik;
3. Mencegah terjadinya kawin sedarah pada sapi Kerugian IB
betina (inbreeding); 1. Apabila identifikasi birahi (estrus) dan waktu
4. Dengan peralatan dan teknologi yang baik pelaksanaan IB tidak tepat maka tidak akan
spermatozoa dapat simpan dalam jangka waktu terjadi terjadi kebuntingan;
yang lama; 2. Akan terjadi kesulitan kelahiran (distokia),
5. Semen beku masih dapat dipakai untuk apabila semen beku yang digunakan berasal
beberapa tahun kemudian walaupun pejantan dari pejantan dengan breed / turunan yang
telah mati; besar dan diinseminasikan pada sapi betina
6. Menghindari kecelakaan yang sering terjadi keturunan / breed kecil;
pada saat perkawinan karena fisik pejantan 3. Bisa terjadi kawin sedarah (inbreeding) apabila
terlalu besar; menggunakan semen beku dari pejantan yang
7. Menghindari ternak dari penularan penyakit sama dalam jangka waktu yang lama;
terutama penyakit yang ditularkan dengan 4. Dapat menyebabkan menurunnya sifat-sifat
hubungan kelamin. genetik yang jelek apabila pejantan donor tidak
dipantau sifat genetiknya dengan baik (tidak
melalui suatu progeny test).
5) Prinsip kerja bakteri dalam penciptaan transgenik

Jawaban :
Tanaman Transgenik Resisten Hama, terdapat Bacillus thuringiensis yang menghasilkan protein toksin
sewaktu terjadi sporulasi atau saat bakteri memberntuk spora. Dalam bentuk spora, berat toksin
mencapai 20% dari berat spora. Apabila larva serangga memakan spora, maka di dalam alat pencernaan
larva serangga tersebut, spora bakteri pecah dan mengeluarkan toksin. Toksin yang masuk ke dalam
membran sel alat pencernaan larva mengakibatkan sistem pencernaan tidak berfungsi dengan baik dan
pakan tidak dapat diserap sehingga larva mati. Dengan membiakkan Bacillus thuringiensis kemudian
diekstrak dan dimurnikan, maka akan diperoleh insektisida biologis (biopestisida) dalam bentuk kristal.
Tanaman tembakau untuk pertama kali merupakan tanaman transgenik pertama yang menggunakan
gen BT toksin. Jagung juga telah direkayasa dengan menggunakan gen Bt toksin, tetapi diintegrasikan
dengan plasmid bakteri Salmonella parathypi yang menghasilkan gen yang menonaktifkan ampisilin.
Pada jagung juga direkayasa adanya resistensi herbisida dan resistensi insektisida sehingga tanaman
transgenik jagung memiliki berbagai jenis resistensi hama tanaman. Gen Bt toksin juga direkayasa ke
tanaman kapas, bahkan multiplegene dapat direkayasa genetika pada tanaman transgenik. Toksin yang
diproduksi dengan tanaman transgenik menjadi nonaktif apabila terkena sinar matahahari, khususnya
sinar ultraviolet.
6) Proses GMO dan contohnya !

Jawaban :
Organisme termodifikasi secara genetika atau populer disebut dengan GMO (dari bahasa
Inggris genetically modified organism) merupakan organisme yang material genetikanya
telah dimodifikasi menggunakan metode rekayasa genetika. Organisme yang telah diubah
material genetikanya akan memiliki sifat yang berbeda dengan organisme biasa. Organisme
yang telah diubah material genetikanya diantaranya bakteri, ragi, serangga, tumbuhan, ikan,
dan mamalia. Beberapa jenis tanaman pertanian juga telah menjadi GMO dan dibudidayakan
secara luas.
Prinsip umum produksi GMO adalah dengan mengubah materi genetika dari genom suatu
organisme. Hal ini bisa dilakukan dengan melakukan mutasi, penghapusan, atau
penambahan materi genetika. Ketika meteri genetika dari spesies yang berbeda
ditambahkan, hasilnya disebut dengan DNA rekombinan dan organismenya disebut dengan
organisme transgenik. DNA rekombinan pertama dihasilkan oleh Paul Berg tahun 1972.
Modifikasi genetika melibatkan mutasi, penghapusan, dan penambahan gen. Ketika gen
ditambahkan dari spesies yang berbeda, maka disebut dengan transfer gen horisontal. Di
alam, transfer gen terjadi secara alami ketika DNA dari luar masuk membran sel dengan
berbagai cara. Untuk melakukannya secara sintetik membutuhkan peran virus untuk
masuk ke dalam sel, atau secara fisik memasukan DNA tambahan ke nukleus dengan
menggunakan saluran yang sangat kecil atau dengan partikel yang ditembakkan dari
pistol gen. Metode lainnya yang cukup sering digunakan memanfaatkan bakteri yang
mampu melakukan transfer materi genetika seperti Agrobacterium untuk transfer gen ke
tumbuhan dan lentivirus untuk transfer gen ke hewan.

Contohnya:
Adapun produk rekayasa genetika pada tanaman di
Indonesia di antaranya adalah padi, tomat, tebu,
singkong, dan kentang (Prianto dan Yudhasasmita, 2017).

Dalam SNI 6729:2016 tentang Sistem Pertanian Organik


disebutkan bahwa benih dari hasil GMO tidak
diperkenankan untuk digunakan
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai