Anda di halaman 1dari 16

PENERAPAN BIOTEKNOLOGI DI BIDANG REPRODUKSI DAN KESEHATAN

MELUPUTI INSEMINASI BUATAN DAN REKAYASA GENETIKA

Natasha; Hafnarisa, Maulida; Maysari,


Mega; Mutiara, Nurul Maulinda; Safina,
Wilda; Monika, Anis

Departemen Pendidikan Biologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,


Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh 23111, Indonesia

1. PENDAHULUAN

Bioteknologi merupakan seluruh aplikasi teknologi yang menggunakan sistem biologi,


organisme hidup atau turunannya untuk membuat atau memodifikasi suatu produk atau proses
untuk penggunaan yang spesifik. Bioteknologi terdiri dari bioteknologi tradisional atau
konvensional dan bioteknologi modern. Bioteknologi tradisional atau konvensional adalah
bioteknologi yang memanfaatkan mikroorganisme untuk memodifikasi bahan dan lingkungan
untuk memperoleh produk optimal contoh seperti dalam pembuatan tempe, oncom, tape, anggur,
kecap yoghurt, dan lainnya. Sedangkan Bioteknologi modern adalah bioteknologi yang
memanfaatkan keterampilan manusia dalam melakukan manipulasi organisme agar
menghasilkan produk yang sesuai dengan kebutuhan manusia, contohnya adalah rekayasa
genetika yang merupakan teknik modifikasi genetika (rekayasa genetika) untuk menghasilkan
molekul DNA yang berisi gen baru serta inseminasi buatan (Noviantari, 2020).

Salah satu bentuk pemanfaatan bioteknologi yaitu di bidang peternakan, dimana


penggunaan bioteknologi tersebut dapat meningkatkan hasil peternakan. Hal tersebut
dikarenakan bioteknologi dapat meningkatkan produksi hewan ternak dan mempertahankan
spesies yang terancam punah serta mempertahankan keanekaragaman hayati dan
keanekaragaman genetik. Pengaplikasian bioteknologi contohnya seperti Inseminasi Buatan
(IB). IB merupakan teknik dalam bidang reproduksi ternak yang memungkinkan manusia
mengawinkan ternak tanpa membutuhkan seekor pejantan (Hajrah, 2022).

Bioteknologi dalam bidang kesehatan memberikan kesempatan dalam pemecahan


masalah yaitu men-diagnosa, mencegah, serta mengobati berbagai penyakit termasuk penyakit
genetis. Penerapan antibodi monoklonal dapat membantu mendiagnosa suatu penyakit sehingga
perkembangan bioteknologi di bidang kesehatan yaitu terapi gen yang dapat digunakan untuk
penanganan penyakit baik bersifat genetis ataupun bukan. Terapi gen merupakan teknologi yang
memungkinkan gen-gen yang rusak dapat diganti dengan gen-gen normal menggunakan vektor
untuk menyisipkan DNA ke dalam sel (Wasilah, 2019).

PAGE \* MERGEFORMAT 2
2. METODE

2.1. Strategi Penelitian Penelitian ini merupakan tinjauan literatur sistematis yang dilakukan
berdasarkan Systematic Literature Review (SLR) . Analisis dan pembahasan berdasarkan
pertanyaan-pertanyaan berikut.
RQ1: Apa yang dimaksud bioteknologi di bidang reproduksi dan kesehatan ?
RQ2: Bagaimana penerapan bioteknologi di bidang reproduksi dan kesehatan ?

2.2. Identifikasi Sumber Kajian dibatasi pada artikel yang diterbitkan pada periode 2013-
2023 pada disiplin ilmu biologi. Hal ini bertujuan untuk memperoleh informasi yang
komprehensif dan tren terkini mengenai penelitian STEM bagi mahasiswa.

2.3. Kriteria kelayakan Berdasarkan tujuan penelitian, kami hanya menganalisis artikel yang
berkaitan dengan pengembangan STEM. Selanjutnya artikel yang dipilih adalah artikel yang
menggunakan desain penelitian kuantitatif, kualitatif, atau metode campuran. Sampel
penelitian juga menjadi perhatian kami. Sampel harus terdiri dari manusia, hewan, dan
tumbuhan atau penggabungan diantaranya. Setelah dilakukan pencarian dan penggalian data,
dilakukan sintesis terhadap lebih dari 6 artikel.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Penerapan Bioteknologi di Bidang Reproduksi

3.1.1 Iseminasi Buatan pada Hewan

Inseminasi Buatan (IB) adalah salah satu teknologi reproduksi yang mampu dan
telah berhasil untuk meningkatkan perbaikan mutu genetik ternak, sehingga dalam waktu
pendek dapat menghasilkan anak dengan kualitas baik dalam jumlah yang besar dengan
memanfaatkan pejantan unggul sebanyak-banyaknya. Inseminasi Buatan ini sangat
kontras dengan keberhasilan Transfer Embrio didalam perbaikan mutu genetik. Perbaikan
mutu genetik menggunakan IB pada sapi perah dapat digunakan sebagai progeni tes
untuk menghasilkan pejantan unggul yang dapat dimanfaatkan menghasilkan
spermatozoa salah satunya berdasar pada seleksi ukuran testisnya.

Teknik atau metode Inseminasi Buatan ada 2 macam yaitu Rektovaginal dan
transservikal. Pada sapi adalah dengan metode rektovaginal yaitu tangan dimasukkan
kedalam rektum kemudian memegang bagian servik yang paling mudah diidentifikasi
karena mempunyai anatomi keras, kemudian insemination gun dimasukkan melalui
vulva, ke vagina hingga ke bagian servik. Sedangkan pada Babi, kambing dan domba

PAGE \* MERGEFORMAT 2
adalah dengan metode transervikal. Pada kambing dan domba dapat menggunakan
spikulum untuk melihat posisi servik, kemudian insemination gun dimasukkan hingga
mencapai servik, sedangkan pada babi menggunakan cattether dan dimasukkan hingga
kedalam uterus.

Tahapan-tahapan untuk Inseminasi Buatan pada kambing

1. Persiapkan Semua Peralatan Untuk Inseminasi Buatan

2. Ikat dengan kuat kambing yang sedang estrus

3. Ambil straw yang berisi semen beku dari Container Niimgcn Cair.

4. Masukkan straw kedalam air kran selama 10 detik

5. Ambil dan bersihkan dengan menggunakan tissue

6. Masukkan ke dalam Insemination Gun 7. Potong Bagian Ujung penutup

8. Masukkan plastik Sheet ke dalam Insemination Gun

9. Angkat kambing sehingga Inseminator mudah untuk lakukan Inseminasi Buatan

10. Masukkan spikulum ke dalam vulva dan buka bagian vaginanya dan cari posisi
serviknya.

11. Masukkan Insemination gun yang telah dipasang straw, ke dalam vagina sampai
masuk ke dalam servik.

12. Keluarkan semen pada posisi servik 13. Tarik Insemination Gun.

Keberhasilan IB pada kambing lebih rendah dari pada pada sapi karena terdapat
beberapa kesulitan yaitu :

1. Tanda-tanda berahi pada kambing sulit diamati karena tidak mengeluarkan suara
gaduh, sehingga deteksi berahi untuk kambing yang paling tepat adaah dengan
menggunakan pengusik pejantan.

2. Teknik IB menggunakan transervikal, sehingga menggunakan spikulum, pada kambing


lokal umumnya menggunakan spikulum manusia sehingga kesulitan menemukan bagian
servik, sehingga dibutuhkan spikulum yang dapat mencapai servik.

3.1.2 Iseminasi Buatan pada Manusia

Dewasa ini, ilmu dan teknologi di bidang kedokteran mengalami perkembangan


yang sangat pesat serta memberikan dampak positif bagi manusia yaitu dengan
ditemukannya cara-cara baru dalam memberi jalan keluar bagi pasangan suami-istri yang
PAGE \* MERGEFORMAT 2
tidak dapat memperoleh anak secara alami yang dalam istilah kedokteran disebut dengan
Fertilisasi In Vitro atau lebih populer dengan istilah Bayi Tabung. Secara bahasa
Fertilisasi In Vitro terdiri dari dua suku kata yaitu Fertilisasi dan In Vitro. Fertilisasi
berarti pembuahan sel telur wanita oleh spermatozoa pria, In Vitro berarti di luar tubuh.
Dengan demikian, fertilisasi in vitro berarti proses pembuahan sel telur wanita oleh
spermatozoa pria (bagian dari proses reproduksi manusia), yang terjadi di luar tubuh.

Sebagian penyebab infertilitas dapat diatasi dengan pengobatan maupun operasi,


sedangkan infertilitas yang disebabkan karena kegagalan inseminasi, pembuahan,
fertilitas, kehamilan, persalinan dan kelahiran hidup normal, ternyata dapat diatasi
dengan cara buatan (artificial). Cara-cara tersebut antara lain: Inseminasi buatan
(artificial insemination/AI), pembuahan dalam (artificial conception/AC),
penyuburan/pembuahan dalam (in vitro fertilitzation/IVF), pemindahan janin/penanaman
janin (embriyo transfer/embriyo transplant/ET)

Metode bayi tabung dapat dilakukan dengan 7 (tujuh) cara. Ketujuh cara tersebut adalah
sebagai berikut:

1. Sel sperma suami disuntikkan langsung ke sel telur (ovum) istri;

2. Sel sperma berasal dari suami, sel telur (ovum) berasal dari istri kemudian ditanamkan
ke dalam rahim istri;

3. Sel sperma berasal dari donor, sel telur (ovum) berasal dari istri kemudian ditanamkan
ke dalam rahim istri;

4. Sel sperma berasal dari suami, sel telur (ovum) berasal dari donor kemudian
ditanamkan ke dalam rahim istri;

5. Sel sperma berasal dari donor, sel telur (ovum) berasal dari donor kemudian
ditanamkan ke dalam rahim istri;

6. Sel sperma berasal dari suami, sel telur (ovum) berasal dari istri kemudian ditanamkan
ke dalam rahim wanita lain (rahim sewaan);

7. Sel sperma berasal dari suami, sel telur (ovum) berasal dari istri kemudian ditanamkan
ke dalam rahim istri lainnya.

Hakikatnya proses bayi tabung bertujuan untuk membantu pasangan suami istri
yang tidak mampu melahirkan keturunan secara alami yang disebabkan karena ada
kelainan pada tubanya, yaitu: endometriosis (radang pada selaput lendir rahim),
oligospermia (sperma suami kurang baik), unexplained infertility (tidak dapat
diterangkan sebabnya) dan adanya faktor immunologic (faktor kekebalan). Ternyata
proses bayi tabung ini mampu memberikan salah satu solusi bagi pasangan suami-istri
PAGE \* MERGEFORMAT 2
dalam memperoleh keturunan pada perkawinan yang sah menurut peraturan yang
berlaku.

Proses pelaksanaan bayi tabung dapat dilakukan dalam beberapa tahap yaitu:

a. Tahap stimulasi/perangsangan produksi sel telur matang


Salah satu penyebab sulitnya seorang wanita memiliki anak, adalah kegagalan
ovarium dalam menghasilkan sel telur matang yang siap untuk dibuahi oleh spermatozoa.
Kerja sistem reproduksi senantiasa dipengaruhi oleh kadar hormon reproduksi. Kadar
hormon reproduksi senantiasa berubah, sesuai dengan proses yang terjadi dalam siklus
ovulasi dan organ reproduksi wanita, seperti proses produksi dan pematangan sel telur
dalam ovarium, maupun penebalan dinding dalam rahim. Pada tahap awal dari proses
bayi tabung, dokter akan memberikan pengobatan yang berguna untuk menciptakan
kadar hormon seks/reproduksi yang sesuai demi tercapainya proses ovulasi sel telur
matang pada istri. Dengan berbekal pengetahuan tentang kadar hormon yang sesuai
dalam siklus produksi dan pelepasan sel telur matang, dokter akan memberikan obat dan
memantau efek obat secara kontinyu pada istri.
b. Tahap pengambilan sel telur matang dan ovarium wanita dan spermatozoa pria.
Penilaian kematangan sel telur dilakukan dengan menggunakan deteksi USG.
Untuk lebih memastikan, terkadang dokter juga melakukan perhitungan kadar hormon
estrogen dalam darah suami atau istri. Kadar hormon estrogen yang mencapai nilai
minimal 200 pg/ml, menunjukkan folikel sel telur yang telah matang. Prosedur
pengambilan sel telur yang telah matang/ovum pick up suami atau istri akan dilakukan
dalam ruang operasi. Tentunya suami atau istri akan dibius total saat prosedur ini
dilakukan. Teknik yang biasa dilakukan oleh dokter untuk melakukan ovum pick up,
adalah Transvaginal Directed Oocyte Recavery. Dengan teknik ini dokter akan
melakukan pengambilan sel telur dari ovarium di bawah panduan gambar yang dihasilkan
oleh alat USG. Sperma yang mengandung spermatozoa suami diambil melalui masturbasi
atau prosedur pengambilan khusus diruang operasi. Selanjutnya, spermatozoa yang
terkandung dalam sperma, akan dipisahkan dari kandungan bahan-bahan sperma lainnya.
Setelah proses pemurnian ini selesai, spermatozoa yang memiliki kualitas baik, akan
dipertemukan dengan sel telur matang untuk proses pembuahan.

c. Tahap pembuahan sel telur oleh spermatozoa di laboratorium.


Inilah tahap yang dinanti oleh spermatozoa dan sel telur untuk bertemu. Di dalam
sebuah tempat khusus yang menjamin nutrisi, serta sterilitas, spermatozoa dan sel telur
dipertemukan. Sebanyak + 20.000 spermatozoa pria, ditempatkan bersama-sama dengan
sel telur matang wanita dalam sebuah cawan khusus. Dengan melakukan hal ini, para ahli
medis mengharapkan terjadinya proses pembuahan sel telur oleh spermatozoa dalam
waktu 17-20 jam pasca pengambilan sel telur dari ovarium istri. Setelah terjadinya
PAGE \* MERGEFORMAT 2
pembuahan, embriologis dan dokter ahli kesuburan akan melakukan pengawasan khusus
terhadap perkembangan embrio. Embrio yang dinilai berkembang dengan baik akan
diberitahukan kepada pasangan suami istri untuk segera ditanamkan dalam rahim.
Biasanya embrio yang baik akan terlihat berjumlah 8-10 sel pada saat ditanamkan dalam
rahim.
d. Tahap pencangkokan embrio ke dalam rahim.
Embrio yang dinilai berkualitas baik, akan segera ditanamkan pada hari ke-2, ke-
3, atau hari ke-5 pasca pengambilan sel telur. Pilihan hari ditanamkannya embrio,
disesuaikan dengan hasil penilaian kualitas embrio pada hari-hari tersebut. Sebelum
melakukan penanaman embrio, dokter akan menunjukkan hasil perkembangan hasil
embrio dan mendiskusikannya dengan pasangan suami istri. Salah satu hal yang
terpenting dalam diskusi dengan dokter, adalah mendiskusikan jumlah embrio yang akan
ditanamkan. Apabila jumlah embrio yang berhasil dihasilkan, lebih dari pada jumlah
embrio yang akan ditanamkan, maka sisa embrio akan disimpan beku untuk menjaga
kemungkinan ditanamkan dikemudian hari. Setelah mencapai kesepakatan mengenai
jumlah embrio yang ditanamkan, dokter akan segera melaksanakan tugasnya untuk
menanamkan embrio dalam rahim. Sama halnya dengan proses pengambilan sel telur dari
ovarium istri, penanaman embrio akan dilakukan dalam ruang khusus. Terjadi tidaknya
kehamilan pasca penanaman embrio, akan dipantau melalui kadar Human Chorionic
Gonadotropin (HCG) dalam darah. Biasanya hal ini dilakukan apabila tidak terjadi
menstruasi selama 16 hari.

3.1.3. Iseminasi Buatan Pada Tumbuhan


Reproduksi tumbuhan adalah proses perkembangbiakan atau pembentukan individu
baru pada suatu tumbuhan dalam rangka menjaga kelangsungan keturunan spesiesnya. Teknologi
reproduksi pada tumbuhan meliputi :
A. Hidroponik
Hidroponik adalah lahan budidaya pertanian tanpa menggunakan media tanah, sehingga
hidroponik merupakan aktivitas dimana pertanian yang dijalankan dengan menggunakan air
sebagai medium untuk menggantikan tanah. Sehingga system bercocok tanam secara hidroponik
dapat memanfaatkan lahan yang sempit. Pertanian dengan menggunakan sistem hidroponik
memang tidak memerlukan lahn yang luas dalam pelaksanaannya, akan tetapi dalam bisnis
pertanian hidroponik hanya layak dipertimbangkan mengingat dapat dilakukan di pekarangan
rumah, atap rumah maupun lahan lainnya . Hidroponik merupakan salah satu cara bercocok
tanam yang memanfaatkan air sebagai media nutrisi yang akan langsung diserap oleh tanaman
sebagai penunjang tumbuhnya tanaman.
Golongan tanaman hortikultura yang biasa ditanam dengan media tersebut meliputi:
tanaman sayur, tanaman buah, tanaman hias, dan tanaman obat-obatan. Sedangkan jenis tanaman
yang dapat ditanam dengan sistem hidropinik antara lain bunga (seperti : krisan, gerbera, anggrek
dan kaktus), sayur-sayuran (seperti : selada, sawi, tomat, wortel, asparagus, brokoli, cabe dan
terong), buah-buahan (seperti : melon, tomat, mentimun, semangka, stawberri) dan juga umbi-
umbian.
PAGE \* MERGEFORMAT 2
Metode pembuatan hidroponik:
a. Metode sistem wick adalah teknik hidroponik yang menggunakan sumbu (kapiler) untuk
mengalirkan nutrisi pada akar tanaman. Teknik ini tanpa pompa dan pengatur waktu. pengembangan
dari sistem water culture. Sistem wick sangat efektif untuk skala rumah tangga, terutama untuk
tanaman sayuran.
b. Metode flood dan Drain adalah teknik rendal dan kuras. Metode yang paling serbaguna, air yang berisi
nutrisi dari bak penempung air dialirkan ke nampan tempat tumbuh tanaman. Akar diberi nutrisi segar,
Ketika nutrisi mengalir kembali ke bak penampung serta udara segar ditarik melalui sistem akar dan
oksigen disuplai ke akar.
c. Metode rakit terapung (Floating Platform) adalah tempat tanaman yang biasanya strofoam mengapung
langsung di atas air berisi nutrisi. Pompa udara memasok oksigen ke akar dan menggelembung air
nutrisi.
d. Metode Drip (Tetes) adalah metode yang dilengkapi pompa dan pengatur waktu. Air yang mengandung
nutrisi diteteskan pada dasar tanaman dan akan diserap akar. Kelebihan nutrisi akan dikumpulkan pada
bak penampung.
e. Metode NFT System (Nutrient Film Technique) adalah metode dimana air yang berisi dipompa ke
nampan (talang, pipa pralon) tempat tumbuh tanaman dan mengalir diatas akar tanaman, kemudian
mengalir kembali ke bak penampung air, Tanaman yang berada dalam netpot dengan akar
menggantung ke dalam nutrisi.
f. Aeroponik adalah metode dimana akar menggantung di udara dan disemprot air setiap beberapa menit.
Sistem aeroponik membutuhkan pengatur waktu dengan durasi singkat yang menjalankan pompa.

Kelebihan sistem hidroponik antara lain:

1. Penggunaan lahan lebih efisien


2. Tanaman berproduksi tanpa menggunakan tanah
3. Kuantitas dan kualitas produksi lebih tinggi dan lebih bersih
4. Penggunaan pupuk dan air lebih efisien
5. Pengendalian hama dan penyakit lebih mudah

Kekurangan sistem hidroponik antara lain:

1. Membutuhkan modal yang besar


2. Pada kultur substrat, kapisitas memegang air media substrat lebih kecil dari pada media tanah
sehingga akan menyebabkan pelayuan tanaman yang cepat dan stres yang serius.

B. Ventrikultur
Vertikultur adalah salah satu contoh urban farming yang diartikan sebagai teknik budidaya
tanaman secara vertikal dengan penanamandilakukan secara bertingkat untuk memaksimalkan
penggunaan lahan dalam menghasilkan tanaman.Pemanfaatan teknik vertikultur memungkinkanuntuk
berkebun dengan memanfaatkan tempat secara efisien. Sistem pertanian vertikultur adalah sistem budi
daya pertanian yang dilakukan secara vertikal atau bertingkat. Sistem ini cocok diterapkan pada lahan

PAGE \* MERGEFORMAT 2
sempit atau di pemukiman yang padat penduduknya. Sistem ini dapat menjadi solusi kesulitan mencari
lahan pertanian yang tergusur oleh perumahan dan industri.
Dalam budidaya tanaman vertikultur salah satu hal yang diperhatikan adalah menentukan
populasi tanaman atau menentukan jarak tanam dalam satuareal penanaman karena jumlah populasi dapat
mempengaruhi produksi tanaman.
Kelebihan sistem pertanian vertikultur sebagai berikut:
(1) Efisiensi penggunaan lahan karena yang ditanam jumlahnya lebih banyak dibandingkan sistem
konvensional,
(2) Penghematan pemakaian pupuk dan pestisida,
(3) Kemungkinan tumbuhnya rumput dan gulma lebih kecil,
(4) Dapat dipindahkan dengan mudah karena tanaman diletakkan dalam wadah tertentu,
(5) Mempermudah monitoring/pemeliharaan tanaman, dan
(6) Adanya atap plastik memberikan keuntungan :
a) Mencegah kerusakan karena hujan,
b) Menghemat biaya penyiraman karena atap plastik mengurangi penguapan.
Kekurangannya sistem
(1) Rawan terhadap serangan jamur, karena kelembaban udara yang tinggi akibat tingginya populasi
tanaman adanya atap plastik,
(2) Investasi awal cukup tinggi,
(3) Sistem penyiraman harus kontinyu, dan diperlukan beberapa peralatan tambahan, misalnya tangga
sebagai alat bantu penyiraman.
Tiga aspek yang harus dipersiapkan dalam budidaya tanaman organik secara vertikultur, yaitu:
(1) Pembuatan rak vertikultur,
(2) Penyiapan dan penggunaan pupuk organic,
(3) Penanaman dan pemeliharaan. Pelaksanaan vertikultur dapat menggunakan bangunan khusus
(modifikasi dari sistem green house) maupun tanpa bangunan khusus, misalnya di pot gantung dan
penempelan di tembok- tembok.
Jenis tanaman yang ditanam dari tanaman sayur-sayuran dan sayuran buah serta tanaman hias.

C. Kutur Jaringan Tunbuhan


Kultur jaringan merupakan metode guna mengisolasi salah satu bagian dari tanaman
seperti sekelompok sel ataupun jaringan yang ditumbuhkan dengan kondisi aseptik,
yang dapat menyebabkan bagian tanaman tersebut untuk memperbanyak diri
tumbuh menjadi sebuah tanaman yang lengkap kembali. Adanya teknik kultur
jaringan menjadi salah satu cara untuk memperbanyak tanaman secara vegetatif.
Pengertian kultur jaringan ialah teknik memperbanyak tanaman dengan
menggunakan cara isolasi salah satu bagian tanaman seperti daun, mata tunas, dan
untuk menumbuhkan bagian-bagian tersebut ke dalam media buatan secara aseptik dimana kaya
akan nutrisi dan zat pengatur tumbuh dalam wadah yang tertutup yang dapat tembus cahaya
sehingga bagian-bagian tanaman tersebut dapat memperbanyak diri serta bergenerasi menjadi
sebuah tanaman lengkap.
Syarat-syarat :

PAGE \* MERGEFORMAT 2
Pemilihan eksplan sebagai bahan dasar dalam pembentukkan kalus, terdapat beberapa syarat
tumbuhan eksplan :
1. Jaringan tersebut pada saat sedang aktif pertumbuhanya, diharapkan masih
terdapat zat-zat tumbuh yang masih aktif sehingga akan membantu perkembangan
jaringan-jaringan selanjutnya.
2. Eksplan yang diambil berasal dari bagian-bagian tumbuhan, seperti : akar, kuncup,
mata tunas, daun, umbi, dan ujung batang yang dijaga kelestatriannya.
3. Eksplan yang diambil berasal dari bagian-bagian yang masih muda .

Tahapan Kultur Jaringan Tumbuhan:


1. Pembuatan Media
Media adalah faktor yang sangat penting dalam kultur jaingan. Media tersebut dapat berupa hormon,
vitamin, atau garam mineral. Media yang digunakan harus steril terlebih dahulu, sehingga sebelum
proses kultur jaringan dilakukan, media yang telah disiapkan tersebut ditempatkan di tabung reaksi dan
kemudian dipanaskan dengan autoklaf. Media yang diambil harus sudah dipersiapkan di greenhouse
supaya bebas kontaminan pada saat dikultur nanti.
2. Inisiasi
Inisiasi merupakan suatu proses pengambilan eksplan dari bagian pada tanaman yang akan dikultur.
Sumber eksplan yang harus memenuhi kriteria seperti jelas jenisnya, varietas, bebas dari hama dan
penyakit, spesies. Salah satu bagian tanaman yang sering digunakan adalah tunas. Setelah eksplannya
sudah dipersiapkan, eksplan tersebut akan dikultur dengan harapan dapat menginisasi pertumbuhan
baru sehingga dapat memungkinkan pemilihan salah satu bagian tanaman yang tumbuhnya paling kuat
guna perbanyakan tanaman ke tahap yang berikutnya.
3. Sterilisasi
Setiap proses harus dilakukan pada tempat yang steril, yaitu di laminar flow serta memakai berbagai alat
yang steril. Peralatan yang digunakan pada umumnya disterilisasi terlebih dahulu dengan cara
menyemprotkan etanol ke alat tersebut. Selain itu, orang yang akan melakukan kultur tersebut juga
harus dalam keadaan yang steril pula.
4. Multiplikasi
Multiplikasi ialah kegiatan untuk memperbanyak calon tanaman baru dengan cara menanam eksplan
yang telah dipilih ke media. Guna mencegah gagal tumbuh eksplan tersebut, proses multiplikasi lebih
baik dilakukan pada laminar flow.
5. Pengakaran
Pengakaran adalah tahapan setelah multiplikasi dan merupakan fase dimana eksplan akan membentuk
pucuk serta akar tanaman baru yang kuat sehingga mampu untuk bertahan hidup pada saat dipindahkan
dari lingkungan hidup in vitro ke lingkungan hidup luar. Peristiwa pengakaran mengindikasikan bahwa
proses kultur jaringan berjalan dengan lancar.
6. Aklimatisasi
Aklimatisasi adalah tahap untuk memindahkan eksplan dari awalanya di lingkungan in vitro ke
lingkungan luar. Aklimatisasi harus dilakukan secara hati-hati dan juga bertahap, yaitu dengan cara
memberikan sungkup. Sungkup tersebut kemudian akan dilepaskan apabila tanaman baru yang sudah

PAGE \* MERGEFORMAT 2
berhasil kultur sudah mampu untuk berdaptasi dengan lingkungan luar tersebut. Supaya tanaman baru
tersebut tumbuh dengan baik, harus dilakukan pemeliharaan yang prinsip utamanya hampir serupa
dengan pemiliharaan pada tanaman generatif.
Manfaat kultur jaringan dalam budidaya buah :
1) Buah yang dihasilkan akan memiliki ukuran yang seragam.
2) Rasanya yang seragam antara buah tanaman satu dengan tanaman yang lainnya. 3) Buahnya memiliki
warna yang menarik, dan lain sebagainya.
Kerugian menggunakan teknik kultur jaringan dalam budidaya buah :
1) Teknik kultur jaringan tidak dapat mengubah tanaman ataupun buah yang dihasilkan dari tanaman
tersebut.
2) Dalam teknik kultur sel hewan, tidak dapat untuk menghasilkan individu baru kecuali dengan teknik
kultur embrio.

3.2 Penerapan Bioteknologi di Bidang Kesehatan

3.2.1 Rekayasa Genetika (Genetic engineering)

3.2.1.1 Pengertian Rekayasa Genetika

Rekayasa genetik atau rekombinan DNA merupakan kumpulan teknik-teknik


eksperimental yang memungkinkan peneliti untuk mengisolasi, mengidentifikasi, dan
melipat gandakan suatu fragmen dari materi genetika (DNA) dalam bentuk murninya.

Rekayasa genetika merupakan merangkai dan merakit kembali organisme hidup


untuk meningkatkan kualitas, kuantitas, dan penampilannya untuk kepentingan
manusia. Bidang kajian rekayasa genetika mencakup hampir semua golongan
organisme, mulai dari bakteri, fungsi, hewan tingkat rendah, hewan tingkat tinggi,
hingga tumbuh-tumbuhan. Pada ranah kedokteran dan farmasi sangat banyak merujuk
pada ranah yang ternyata masih sangat baru. Sementara itu bidang lain, seperti ilmu
pangan, kedokteran hewan, pertanian, peternakan dan perikanan, serta teknik
lingkungan juga telah melibatkan ilmu ini untuk mengembangkan bidang masing-
masing (Sutandar, 2022).

Rekayasa genetika merupakan dasar dari bioteknologi yang di dalamnya meliputi


manipulasi gen, kloning gen, DNA rekombinan, teknologi modifikasi genetik, dan
genetika modern dengan menggunakan prosedur identifikasi, replikasi, modifikasi
dan transfer materi genetik dari sel, jaringan, maupun organ. Sebagian besar teknik
yang dilakukan adalah memanipulasi langsung DNA dengan orientasi pada ekspresi
gen tertentu. Dalam skala yang lebih luas, rekayasa genetik melibatkan penanda atau
marker yang sering disebut sebagai Marker-Assisted Selection (MAS) yang bertujuan
meningkatkan efisiensi suatu organisme berdasarkan informasi fenotipnya (Sutarno,
2016).

PAGE \* MERGEFORMAT 2
Rekayasa genetik juga dapat melestarikan spesies langka. Sebagai contoh, sel
telur zebra yang sudah dibuahi lalu ditanam dalam rahim kuda yang merupakan
spesies lain sebagai surrogate mother (ibu/ induk titipan).

3.2.1.2 Prinsip dan Teknik Dasar Rekayasa Genetika

A. Manusia
Rekayasa genetik pada manusia melibatkan berbagai prinsip, termasuk:

1. Identifikasi Gen: Penentuan gen yang terlibat dalam sifat atau penyakit tertentu yang
ingin dimodifikasi.
2. Manipulasi DNA: Pemotongan atau penambahan sekuens DNA untuk mengubah atau
menambahkan informasi genetik yang diinginkan.
3. Pengantar Gen: Memasukkan perubahan genetik ke dalam sel manusia, sering kali
melalui teknik seperti vektor virus atau metode transfer gen.
4. Replikasi dan Ekspresi Gen: Memastikan bahwa perubahan genetik dapat direplikasi dan
diekspresikan dengan benar dalam sel manusia.
5. Pemahaman Risiko dan Manfaat: Menilai dampak potensial, baik positif maupun negatif,
dari perubahan genetik yang diinginkan.
6. Etika dan Regulasi: Menerapkan standar etika yang ketat dan peraturan hukum untuk
memastikan bahwa rekayasa genetik digunakan dengan pertimbangan yang matang dan
memperhatikan hak asasi manusia.
7. Keamanan dan Efikasi: Memastikan bahwa prosedur rekayasa genetik aman untuk
individu yang bersangkutan dan efektif dalam mencapai tujuan yang diinginkan.
Pertimbangan Sosial dan Kultural: Memahami dan memperhitungkan dampak sosial dan
budaya dari rekayasa genetik dalam masyarakat manusia.
Prinsip-prinsip ini berkontribusi pada pengembangan teknologi rekayasa genetik dengan
pendekatan yang berkelanjutan dan beretika.Rekayasa Genetika atau teknologi DNA rekombinan
adalah strategi yang memanfaatkan sintesis sel secara turun-temurun untuk dapat dimodifikasi.”
Manipulasi genetik, modifikasi genetik atau perubahan genetik, secara garis besar dikategorikan
sebagai rekayasa genetika. Saat ini ada begitu banyak aplikasi yang ditingkatkan khususnya di
domain ini. Rekayasa Genetika memiliki aplikasi yang luas dalam bidang Ilmu Lingkungan,
Kedokteran, Industri Makanan, Pertanian dan sebagainya. Rekayasa genetika terutama berfokus
pada isolasi gen, modifikasi gen, penghilangan gen, dan rekombinasi gen. Dengan semua ini,
tujuan akhir rekayasa genetika adalah untuk mengimprovisasi kehidupan manusia

B. Hewan

Beberapa metode yang sering digunakan dalam teknik rekayasa genetika meliputi
pengunaan vektor, kloning, PCR (Polymerase Chain Reaction), dan seleksi, screening, serta
analisis rekombinan. Adapun langkah-langkah dari rekombinasi genetik meliputi

PAGE \* MERGEFORMAT 2
1. Identifikasi gen yang diharapkan;
2. Pengenalan kode DNA terhadap gen yang diharapkan;
3. Pengaturan ekpresi gen yang sudah direkayasa; dan
4. Pemantauan transmisi gen terhadap keturunannya. Memodifikasi materi genetik hewan
telah banyak dilakukan dengan tujuan memiliki berbagai macam manfaat yang bisa
diambil, antara lain:
a. Bidang Sains dan Kedokteran Hewan yang secara genetika sudah dimodifikasi
atau dikenal dengan istilah Genetically Modified Animal (GMA) seperti pada
hewan uji yakni mencit dapat digunakan untuk penelitian bagaimana fungsi yang
ada pada hewan. Disamping itu juga digunakan untuk memahami dan
mengembangkan perlakuan pada penyakit baik pada manusia mapun hewan.
b. Pengobatan Penyakit, Beberapa penelitian telah menggunakan protein pada
manusia untuk mengobati penyakit tertentu dengan cara mentransfer gen manusia
ke dalam gen hewan, misalnya domba atau sapi. Selanjutnya hewan tersebut akan
menghasilkan susu yang memiliki protein dari gen manusia yang akan digunakan
untuk penyembuhan pada manusia.
c. Modifikasi Hasil Produksi Hewan, Beberapa negara melakukan rekayasa genetik
pada hewan ternak yang diharapkan akan menghasilkan hewan ternak yang cepat
pertumbuhanya, tahan terhadap penyakit, bahkan menghasilkan protein atau susu
yang sangat bermanfaat bagi manusia.Berikut ini ada beberapa penerapan
Rekayasa Genetika pada beberapa jenis hewan

Unsur-unsur yang esensial diperlukan dalam kloning DNA adalah:

a. Enzim retraksi (enzim pemotong DNA)


b. Kloning vektor (pembawa)
c. Enzim ligase yang berfungsi menyambung rantai DNA

Adapun proses-proses dasar dalam kloning DNA meliputi :

a. Pemotongan DNA (DNA organisme yang diteliti dan DNA vektor)


b. Penyambungan potongan-potongan (fragmen) DNA organisme dengan DNA vektor
menggunakan enzim ligase
c. Transformasi rekombinan DNA (vektor + DNA sisipan) ke dalam sel bakteri Eschericia
coli.
d. Seleksi (screening) untuk mendapatkan klon DNA yang diinginkan.

3.2.1.3 Manfaat Rekayasa Genetika

A. Manusia

Manfaat pada bidang Industri Makanan , suplemen makanan hasil rekayasa genetika (GE)
telah diubah DNAnya dengan memanfaatkan gen dari tanaman atau makhluk berbeda. Para
PAGE \* MERGEFORMAT 2
peneliti mengambil kualitas sebagai atribut ideal pada suatu tanaman atau makhluk, dan mereka
menanamkan kualitas tersebut ke dalam sel tanaman atau makhluk lain. Makanan yang diubah
secara turun temurun diperoleh dari hewan yang disesuaikan secara turun temurun, atau tanaman
transgenik. Bangunan herediter telah membawa berbagai peningkatan karakteristik pada tanaman
transgenik melalui penyesuaian herediter. Manfaat pangan hasil rekayasa genetika adalah
sebagai berikut: pangan lebih bergizi, pangan lebih enak, tanaman tahan penyakit dan kekeringan
yang memerlukan lebih sedikit sumber daya lingkungan (seperti air dan pupuk), peningkatan
pasokan pangan dengan biaya lebih rendah dan umur simpan lebih lama.
Sebagai Obat, dalam pengobatan, rekayasa genetika telah digunakan untuk memproduksi
insulin secara massal, hormon pertumbuhan manusia, follistim (untuk mengatasi infertilitas),
albumin manusia, antibodi monoklonal, faktor antihemofilik, imunisasi, dan berbagai
pengobatan lainnya. Farming melibatkan penggunaan teknik rekayasa genetika untuk
memasukkan gen ke dalam hewan atau tanaman inang sehingga menghasilkan produk farmasi
yang bermanfaat. Protein rekombinan yang dihasilkan oleh farmasi berperan sebagai obat
berbagai penyakit manusia. Produk terapi ini bisa langsung disuntikkan ke tubuh pasien untuk
mengobati penyakit dan kekurangannya. Vaksin dan terapi gen telah mencapai prestasi luar biasa
dalam mengatasi dampak beberapa penyakit kritis dan pandemi. Semua keajaiban pengobatan ini
mungkin terjadi karena rekayasa genetika.

B. Hewan

Rekayasa genetik adalah teknik mengontrol dengan ketepatan tinggi dengan waktu yang
singkat untuk memindahkan materi genetik dari berbagai sumber. Teknologi yang digunakan di
dalam rekayasa genetik adalah teknologi DNA rekombinan, yaitu cara membentuk kombinasi
materi genetik baru dengan menyisipkan molekul DNA ke dalam vektor untuk
mengintegrasikannya dan mengalami pembagian di dalam sel organisme lain yang berfungsi
sebagai sel inang.

Teknik pelestarian dengan rekaya genetik ini sangat bermanfaat, dengan alasan:

1. Induk dari spesies biasa dapat melahirkan anak dari spesies langka.

2. Telur hewan langka yang sudah dibuahi dapat dibekukan, lalu disimpan bertahuntahun
meskipun induknya sudah mati. Telur yang sudah disimpan beku ini kemudian dapat
ditransplantasi. Contoh lain pemanfaatan rekayasa genetic pada hewan misalnya
pemanfaatan Hormon bST (bovine somatotrophine hormone). Dengan rekayasa genetik
dihasilkan hormon pertumbuhan hewan yaitu bST, melalui teknik:

1. Plasmid bakteri E.Coli dipotong dengan enzim endonuklease.

2. Gen somatotropin sapi diisolasi dari sel sapi

PAGE \* MERGEFORMAT 2
3. Gen somatotropin disisipkan ke plasmid bakteri 4. Bakteri yang menghasilkan
bovine somatotrophine ditumbuhkan dalam tangki fermentasi 5. bovine
somatotrophine diambil dari bakteri dan dimurnikan.

3.2.1.4 Keuntungan Rekayasa Genetika

Manfaat yang didapatkan dari metode rekayasa genetik, antara lain:

1. Mengurangi biaya dan meningkatkan penyediaan sejumlah besar bahan yang sekarang di
gunakan di dalam pengobatan, pertanian dan industri.

2. Menggembangkan tanaman – tanaman pertanian yang bersifat unggul

3. Menukar gen dari satu organisme kepada organisme lainnya sesuai dengan keinginan
manusia, menginduksi sel untuk membuat bahan-bahan yang sebelumnya tidak pernah
dibuat dll

3.2.1.5 Kerugian Rekayasa Genetika

1. Hasil yang tidak dapat diprediksi, Salah satu kelemahan utama rekayasa genetika adalah
rekayasa genetika melibatkan manipulasi gen suatu organisme, yang dapat menghasilkan
hasil yang tidak dapat diprediksi. Misalnya, organisme hasil rekayasa genetika (GMO)
dapat menghasilkan racun dan alergen atau menimbulkan dampak lingkungan yang tidak
disengaja.
2. Resiko Kesehatan, kerugian lain dari rekayasa genetika adalah potensinya menimbulkan
konsekuensi kesehatan yang negatif. Misalnya, beberapa peneliti berpendapat bahwa
makanan hasil rekayasa genetika mungkin ada kaitannya dengan alergi, kanker, dan
masalah lainnya.
3. Dampak terhadap keanekaragaman hayati, Rekayasa genetika dapat merusak dan
membatasi keanekaragaman hayati. Memasukkan organisme hasil rekayasa genetika ke
dalam lingkungan dapat mengganggu ekosistem dengan merugikan spesies lain, termasuk
spesies yang terancam punah.
4. Praktek yang tidak etis, rekayasa genetika menimbulkan banyak permasalahan etika,
seperti menciptakan tanaman hasil rekayasa genetika untuk konsumsi manusia. Selain itu,
para peneliti mengubah gen tersebut untuk menghasilkan “bayi sempurna atau
rancangan” dengan sifat-sifat tertentu yang diinginkan. Ini adalah tindakan tidak etis yang
merusak gen manusia.

4. KESIMPULAN

Bioteknologi merupakan seluruh aplikasi teknologi yang menggunakan sistem biologi,


organisme hidup atau turunannya untuk membuat atau memodifikasi suatu produk atau proses
untuk penggunaan yang spesifik. Bioteknologi terdiri dari bioteknologi tradisional atau

PAGE \* MERGEFORMAT 2
konvensional dan bioteknologi modern. Bioteknologi dimanfaatkan dalam berbagai bidang, salah
satu nya yaitu bidang reproduksi dan juga kesehatan.

Salah satu penerapan bioteknologi dalam bidang reproduksi adalah dalam hal inseminasi
buatan. Pada hewan inseminasi buatan dilakukan guna meningkatkan perbaikan mutu genetik
ternak, sehingga dalam waktu pendek dapat menghasilkan anak dengan kualitas baik dalam
jumlah yang besar dengan memanfaatkan pejantan unggul sebanyak-banyaknya. Sedangkan pada
manusia, inseminasi buatan yang sering dilakukan adalah Fertilisasi In Vitro atau lebih populer
dengan istilah Bayi Tabung. Fertilisasi In Vitro ini dilakukan untuk membantu pasangan suami-
istri yang tidak dapat memperoleh anak agar dapat memiliki anak walaupun dengan beberapa
tahapan. Dan pada tumbuhan inseminasi buatan yang biasa dilakukan adalah Hidroponik dan
Ventrikultur.

Salah satu penerapan bioteknologi dalam bidang kesehatan adalah dalam hal rekayasa
genetika. Rekayasa Genetika atau teknologi DNA rekombinan adalah strategi yang
memanfaatkan sintesis sel secara turun-temurun untuk dapat dimodifikasi yang berfokus pada
isolasi gen, modifikasi gen, penghilangan gen, dan rekombinasi gen. Dalam bidang kesehatan
baik pada manusia maupun hewan rekayasa genetika merupakan kegiatan memanipulasi gen,
kloning gen, DNA rekombinan, teknologi modifikasi genetik, dan genetika modern dengan
menggunakan prosedur identifikasi, replikasi, modifikasi dan transfer materi genetik dari sel,
jaringan, maupun organ sehingga dilakukan memanipulasi langsung pada DNA dengan orientasi
pada ekspresi gen tertentu untuk meningkatkan efisiensi suatu organisme berdasarkan informasi
fenotipnya.

5. REFERENSI

Firdaus, A., & Shofiyah, L. EPISTEMOLOGI REKAYASA GENETIKA SERTA


KONTROVERSI TERHADAP HASIL REKAYSA GENETIKA.

Hajrah, H., Hafsan, H., Zulkarnain, Z., & Makmur, K. 2022. Pemanfaatan Bioteknologi Dalam
Bidang Peternakan Untuk Peningkatan Kualitas Hewan Ternak Di Sulawesi Selatan.
Teknosains: Media Informasi Sains dan Teknologi, 16:2, 261-266.
Harahap, A. S., & Lubis, N. (2020). Pemanfaatan Pekarangan Rumah Dengan Metode Vertikultur Untuk
Mendukung Ketahanan Pangan Di Desa Wonorejo Kecamatan Pematang Bandar Kabupaten
Simalungun. Jurnal Prodikmas Hasil Pengabdian Kepada Masyarakat, 5(2), 105-109.

Kurniaty, A. R. (2021). Sukmawati,“Pembuatan Hidroponik Untuk Budidaya Tanaman Sayur-sayuran Sebagai


Upaya Meningkatkan Kesehatan di Era Pandemi Covid-19 di Kelurahan,”. J. Lepa-lepa Open, 1, 402-
409.

Wiraatamaja, I. W. (2017). PERBANYAKAN TANAMAN SECARA VEGETATIF ALAMIAH DAN


BUATAN. Penerbit Tahta Media.

PAGE \* MERGEFORMAT 2
Muchlis, A., Sema, S., Toleng, A. L., & Sonjaya, H. (2022). Penerapan Bioteknologi Dalam
Produksi Ternak Untuk Meningkatkan Produk Asal Hewan. Jurnal Ilmu Dan Teknologi
Peternakan Terpadu, 2(1), 95-100.

Nicholas. M. (2014). Tata Cara Pelaksanaan Program Bayi Tabung. Jakarta: Grasindo

Noviantari, A., & Khariri, K. (2020, July). Pemanfaatan Teknologi Biologi Sel Dalam Dunia
Kedokteran Modern. In SINASIS (Seminar Nasional Sains), 1:1.

Pramashinta, A. (2014). Bioteknologi Pangan: Sejarah, Manfaat dan Potensi Risiko. Jurnal
Aplikasi Teknologi Pangan, 3(1).

Sutandar, Y. P., & Iqbal, M. (2022). Rekayasa Genetika Dalam Integrasi Islam Dan Sains
Modern. Risalah, Jurnal Pendidikan dan Studi Islam, 8(2), 807-825.

Sutarno, S. (2016). Rekayasa Genetik dan Perkembangan Bioteknologi di Bidang Peternakan. In


Proceeding Biology Education Conference: Biology, Science, Enviromental, and
Learning (Vol. 13, No. 1, pp. 23-27).

Thamrin, H. (2005). Aspek Hukum Bayi Tabung. Jakarta: Aswaja Pressindo.

Wasilah, U., Rohimah, S., & Su’udi, M. (2019). Perkembangan Bioteknologi di indonesia.
Rekayasa, 12:2, 85-90.

Wiryawan Permadi et al. (2008). Hanya 7 Hari Memahami Fertilisasi In Vitro. Bandung: PT
Refika Aditama.

PAGE \* MERGEFORMAT 2

Anda mungkin juga menyukai