Anda di halaman 1dari 13

KLIPING

IPA

DI SUSUN OLEH :

NINDHA SETIYOWATI

KELAS IX.1

SMP NEGERI 3 KUNDUR BARAT

TP. 2023 / 2023


Teknologi Perkembangbiakan pada Hewan

Hewan merupakan salah satu makhluk hidup yang penting bagi manusia. Hewan
dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan, seperti makanan, ternak,
transportasi, dan hiburan. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, manusia telah
mengembangkan berbagai teknologi perkembangbiakan pada hewan.

Teknologi Perkembangbiakan pada Hewan

Ada beberapa teknologi perkembangbiakan pada hewan yang umum digunakan,


antara lain:

 Inseminasi buatan adalah proses memasukkan sperma hewan jantan ke


dalam oviduk hewan betina tanpa melalui perkawinan alami. Inseminasi
buatan dapat dilakukan untuk meningkatkan produktivitas hewan ternak,
seperti sapi dan kuda.
 Transfer embrio adalah proses pemindahan embrio dari hewan donor ke
hewan penerima. Transfer embrio dapat dilakukan untuk meningkatkan
populasi hewan langka atau untuk menghasilkan hewan dengan sifat-sifat
tertentu.
 In vitro fertilization (IVF) adalah proses pembuahan sel telur oleh sperma di
luar tubuh hewan. IVF dapat dilakukan untuk membantu hewan yang
mengalami infertilitas atau untuk menghasilkan hewan dengan sifat-sifat
tertentu.
 Cloning adalah proses pembuatan organisme baru yang identik dengan
organisme induknya. Cloning dapat dilakukan untuk menghasilkan hewan
dengan sifat-sifat tertentu, seperti hewan yang tahan terhadap penyakit.

Penjelasan Teknologi Perkembangbiakan pada Hewan

Inseminasi buatan adalah teknologi perkembangbiakan pada hewan yang paling


umum digunakan. Inseminasi buatan dapat meningkatkan produktivitas hewan
ternak dengan cara meningkatkan jumlah anak yang dihasilkan. Inseminasi buatan
juga dapat digunakan untuk menghasilkan hewan dengan sifat-sifat tertentu, seperti
hewan yang tahan terhadap penyakit atau hewan dengan produktivitas yang tinggi.

Transfer embrio adalah teknologi perkembangbiakan pada hewan yang dapat


digunakan untuk meningkatkan populasi hewan langka atau untuk menghasilkan
hewan dengan sifat-sifat tertentu. Transfer embrio dapat dilakukan dengan cara
mengambil embrio dari hewan donor yang sehat dan berkualitas tinggi, kemudian
menanamkan embrio tersebut ke dalam hewan penerima.

IVF adalah teknologi perkembangbiakan pada hewan yang dapat digunakan untuk
membantu hewan yang mengalami infertilitas atau untuk menghasilkan hewan
dengan sifat-sifat tertentu. IVF dapat dilakukan dengan cara mengambil sel telur dari
hewan betina, kemudian membuahi sel telur tersebut dengan sperma di luar tubuh
hewan.

Cloning adalah teknologi perkembangbiakan pada hewan yang paling kompleks dan
kontroversial. Cloning dapat dilakukan dengan cara mengambil sel somatik dari
hewan induk, kemudian memasukkan sel somatik tersebut ke dalam sel telur yang
telah dikeluarkan intinya. Sel telur yang telah dimodifikasi tersebut kemudian
ditanamkan ke dalam rahim hewan penerima.
Manfaat Teknologi Perkembangbiakan pada Hewan

Teknologi perkembangbiakan pada hewan memiliki banyak manfaat, antara lain:

 Meningkatkan produktivitas hewan


 Meningkatkan kualitas hidup hewan
 Membantu penelitian

Teknologi perkembangbiakan pada hewan dapat digunakan untuk meningkatkan


produktivitas hewan ternak, seperti sapi dan kuda. Inseminasi buatan dan transfer
embrio dapat digunakan untuk meningkatkan jumlah anak yang dihasilkan, sehingga
dapat meningkatkan produksi daging, susu, atau telur.

Teknologi perkembangbiakan pada hewan juga dapat digunakan untuk


meningkatkan kualitas hidup hewan. Misalnya, IVF dapat digunakan untuk
membantu hewan yang mengalami infertilitas. Cloning juga dapat digunakan untuk
menghasilkan hewan yang tahan terhadap penyakit, sehingga dapat mengurangi
kematian dan kesakitan pada hewan.

Teknologi perkembangbiakan pada hewan juga dapat membantu penelitian.


Misalnya, cloning dapat digunakan untuk menghasilkan hewan dengan gen yang
telah dimodifikasi, sehingga dapat digunakan untuk mempelajari pengaruh gen
terhadap sifat-sifat hewan.

Kesimpulan

Teknologi perkembangbiakan pada hewan merupakan salah satu bentuk evolusi


buatan yang memiliki banyak manfaat. Teknologi ini dapat digunakan untuk
meningkatkan produktivitas hewan, meningkatkan kualitas hidup hewan, atau untuk
tujuan penelitian.
Teknologi Perkembangbiakan pada Tumbuhan

Perkembangbiakan pada tumbuhan adalah proses menghasilkan individu baru.


Perkembangbiakan dapat terjadi secara alami atau buatan. Perkembangbiakan
alami terjadi tanpa campur tangan manusia, sedangkan perkembangbiakan buatan
terjadi dengan campur tangan manusia.

Teknologi perkembangbiakan pada tumbuhan adalah teknik-teknik yang digunakan


untuk menghasilkan individu baru dengan lebih cepat, efisien, dan menghasilkan
hasil yang lebih baik. Teknologi perkembangbiakan pada tumbuhan dapat dibagi
menjadi dua jenis, yaitu teknologi perkembangbiakan generatif dan teknologi
perkembangbiakan vegetatif.

Teknologi Perkembangbiakan Generatif

Teknologi perkembangbiakan generatif adalah teknik perkembangbiakan yang


melibatkan proses penyerbukan dan pembuahan. Proses penyerbukan adalah
proses jatuhnya serbuk sari dari benang sari ke kepala putik. Proses pembuahan
adalah proses peleburan antara sel telur dan sel sperma.

Teknologi perkembangbiakan generatif pada tumbuhan dapat dilakukan dengan


beberapa cara, yaitu:

 Penyerbukan buatan adalah proses penyerbukan yang dilakukan oleh


manusia. Penyerbukan buatan dilakukan dengan cara memindahkan serbuk
sari dari benang sari ke kepala putik dengan menggunakan alat khusus.
 Pembuahan buatan adalah proses pembuahan yang dilakukan oleh
manusia. Pembuahan buatan dilakukan dengan cara mencampurkan sel telur
dan sel sperma di dalam laboratorium.
 Inseminasi buatan adalah proses pembuahan yang dilakukan dengan cara
menyuntikkan sel sperma ke dalam saluran telur.

Teknologi Perkembangbiakan Vegetatif

Teknologi perkembangbiakan vegetatif adalah teknik perkembangbiakan yang tidak


melibatkan proses penyerbukan dan pembuahan. Proses perkembangbiakan
vegetatif terjadi secara langsung dari bagian tubuh tanaman.

Teknologi perkembangbiakan vegetatif pada tumbuhan dapat dilakukan dengan


beberapa cara, yaitu:

 Cangkok adalah teknik perkembangbiakan vegetatif dengan cara


menempelkan bagian tubuh tanaman yang memiliki mata tunas ke media
tanam.
 Stek adalah teknik perkembangbiakan vegetatif dengan cara memotong
bagian tubuh tanaman yang memiliki mata tunas dan menanamnya di media
tanam.
 Tunas adventif adalah tunas yang tumbuh dari bagian tubuh tanaman yang
tidak biasa, seperti daun, batang, atau akar.
 Kultur jaringan adalah teknik perkembangbiakan vegetatif dengan cara
menumbuhkan sel, jaringan, atau organ tanaman di dalam laboratorium.

Keuntungan Teknologi Perkembangbiakan pada Tumbuhan

Teknologi perkembangbiakan pada tumbuhan memiliki beberapa keuntungan,


antara lain:

 Dapat menghasilkan individu baru dengan lebih cepat


 Dapat menghasilkan individu baru dengan lebih efisien
 Dapat menghasilkan individu baru dengan sifat-sifat yang diinginkan
 Dapat digunakan untuk menyelamatkan tanaman yang terancam punah

Kesimpulan

Teknologi perkembangbiakan pada tumbuhan adalah teknik yang penting untuk


meningkatkan produksi pertanian dan perkebunan. Teknologi perkembangbiakan
pada tumbuhan dapat digunakan untuk menghasilkan individu baru dengan lebih
cepat, efisien, dan menghasilkan hasil yang lebih baik.
Teknologi Perkembangbiakan pada manusia

Manusia adalah makhluk yang unik. Ia tahu bahwa ia tahu dan ia tahu bahwa
ia tidak tahu. Ia mengenal dunia sekelilingnya dan lebih dari itu ia mengenal dirinya
sendiri. Manusia memiliki akal budi, rasa, karsa, dan daya cipta yang digunakan
untuk memahami eksistensinya, dari mana sesungguhnya ia berasal, dimana berada
dan akan kemana perginya. Pertanyaan-pertanyaan selalu muncul, akan tetapi
pertanyaan itu belum pernah berhasil dijawab secara tuntas. Manusia tetap saja
diliputi ketidaktahuan. Demikianlah sesungguhnya manusia, siapa saja, eksis dalam
suasana yang diliputi dengan pertanyaan–pertanyaan. Manusia eksis di dalam dan
pada dunia filsafat dan filsafat hidup subur di dalam aktualisasi manusia.

TINJAUAN ONTOLOGI TEKNOLOGI REPRODUKSI

Istilah ontologi berasal dari bahasa yunani yakni ta onta dan logi. Ta onta
berarti berada dan logi berarti ilmu pengetahuan atau ajaran, sehingga ontologi
dapat diartikan sebagai ilmu yang mengkaji tentang keberadaan suatu obyek. Dalam
tulisan ini teknologi reproduksi manusia ditempatkan sebagai objek yang akan dikaji.

Pengertian Teknologi Reproduksi


Teknologi reproduksi adalah ilmu reproduksi atau ilmu tentang
perkembangbiakan yang menggunakan peralatan serta prosedur tertentu untuk
menghasilkan suatu produk (keturunan). Teknologi reproduksi yang telah banyak
dikembangkan meliputi inseminasi buatan, perlakuan hormonal, donor sel telur dan
sel sperma, kultur telur dan embrio, pembekuan sperma dan embrio, GIFT (gamet
intrafallopian transfer), ZIFT (zygote intrafallopian transfer), IVF (in vitro fertilization),
partenogenesis dan kloning. Dalam tulisan ini teknologi reproduksi yang akan dikaji
adalah teknik in vitro fertilisasi dan kloning.

Produk Teknologi Reproduksi


Bayi tabung merupakan salah satu produk teknologi reproduksi yang
dihasilkan baik melalui teknik fertilisasi in vitro maupun kloning. Fertilisasi in vitro
adalah proses pembuahan yang dilakukan diluar tubuh manusia (di dalam cawan
petri), sedangkan teknik kloning adalah produksi sejumlah individu yang secara
genetik identik melalui proses seksual apabila melalui fertilisasi dan aseksual apabila
menggunakan sel somatis. Baik pada fertilisasi in vitro maupun kloning, embrio yang
dihasilkan “dititipkan“ kembali kembali ke dalam rahim seorang wanita, baik yang ada
hubungan darah maupun yang tidak. Melalui teknologi in vitro, analisis kromosom
dari embrio yang memiliki resiko kelainan genetik dapat dilakukan sebelum
dikembalikan kedalam rahim. Louis Brown adalah bayi tabung pertama yang
dilahirkan pada tahun 1978, merupakan kreasi dari Edward and Steptoe (Dawson,
1993; Gordon, 1994).

TINJAUAN EPISTEMOLOGI TEKNOLOGI REPRODUKSI

Epistemologi berasal dari kata episteme yang berarti “pengetahuan” dan


logos yang berarti “teori”. Jadi epistemologi dapat diartikan sebagai teori
pengetahuan. Dalam ilmu filsafat, epistemologi dikategorikan sebagai cabang ilmu
yang mempelajari asal mula pengetahuan, struktur, metode dan validitas
pengetahuan (Nasoetion, 1999; Keraf dan Dua, 2001; Thoyibi, 1999; Mandey, 2000).
Dalam tulisan ini dasar pengembangan teknologi reproduksi dan fertilisasi in vitro
yang merupakan metode utama untuk menghasilkan bayi tabung diulas sebagai
tinjauan epistemologi.

Dasar Pengembangan Teknologi Reproduksi


Reproduksi pada manusia diawali dengan pertemuan antara sel sperma dan
sel telur di dalam organ reproduksi (tuba fallopi) seorang wanita. Penyatuan ini
menghasilkan zigot yang akan berkembang menjadi embrio dan selanjutnya
berkembang menjadi janin. Setelah kurang lebih 36 minggu berkembang dalam
rahim ibu lahirlah seorang bayi.

Prosedur Fertilisasi In vitro

Fertilisasi in vitro dilakukan dengan mengikuti beberapa tahap pendahuluan,


yakni sel sperma dan sel telur dikoleksi dari pasangan yang ingin mengikuti program
bayi tabung. Sel sperma dan sel telur dievaluasi kualitasnya dan hanya sel sperma
dan sel telur yang berkualitas digunakan untuk fertilisasi. Fertilisasi dilakukan di
dalam cawan petri yang mengandung media sesuai dengan kondisi in vivo,
kemudian disimpan dalam inkubator sampai embrio berkembang. Embrio yang
berkembang dengan kualitas excellent dipilih untuk ditransfer ke dalam rahim donor
(mother hoster). Selanjutnya embrio dipelihara dalam rahim donor sampai
dilahirkan.

Prosedur Kloning
Kloning adalah upaya untuk memproduksi sejumlah individu yang secara
genetik identik. Metode ini dapat dilakukan melalui proses sexual dengan fertilisasi
in vitro dan aseksual dengan menggunakan sel somatis sebagai sumber gen
(Gambar2). Pada kloning seksual, langkah awal yang dilakukan adalah fertilisasi in
vitro. Setelah embrio terbentuk dan berkembang mencapai 4 sampai 8 sel maka
dilakukan splitting (pemotongan dengan teknik mikromanipulasi) menjadi dua atau
empat bagian. Bagian-bagian embrio ini dapat ditumbuhkan kembali dalam
inkubator hingga berkembang menjadi embrio normal yang memiliki genetik sama.
Setelah mencapai fase blastosis, embrio tersebut ditransfer kembali ke dalam rahim
ibu sampai umur 9 bulan. Berbeda dengan kloning seksual, pada kloning aseksual,
fertilisasi tidak dilakukan menggunakan sperma, melainkan hanya sebuah sel telur
terfertilisasi semu yang dikeluarkan pronukleusnya dan sel somatis. Karenanya, bila
pada kloning seksual, genetik anak berasal dari kedua orang tuanya, maka pada
kloning aseksual, genetik anak sama dengan genetik penyumbang sel somatis.

TINJAUAN AKSIOLOGI TEKNOLOGI REPRODUKSI


Aksiologi adalah ilmu yang mempertanyakan nilai suatu obyek yang akan
dikaji. Karena itu dalam tulisan ini diuraikan tentang manfaat dan kontroversi yang
ditimbulkan oleh penerapan teknologi reproduksi pada manusia.

Manfaat dan Kerugian Penerapan Teknologi Reproduksi


Manfaat teknologi reproduksi terutama dirasakan oleh pasangan-
pasangan infertil atau orang-orang yang memiliki masalah kesehatan. Dapat
dibayangkan bagaimana kebahagiaan pasangan suami isteri yang sudah puluhan
tahun tidak dikaruniai anak dan oleh bantuan teknik bayi tabung, mereka dapat
memilikinya. Pasangan suami isteri Yamsun (34) dan Ida Rahmawati (31) telah
merasakan manfaatnya. Pasangan Yansum dan Ida telah berhasil mendapatkan 3
bayi hasil fertilisasi in vitro yang dilakukan di RSUP Dr. Sardjito, Yogyakarta. Mereka
langsung mengucapkan syukur pada Tuhan karena karunia ketiga bayi tabung
tersebut dan ketiga anaknya itu diberi nama Rahmat Dani Yamsun, Rahma Dana
Yamsun dan Rahma Dini Yamsun
Ilustrasi Metode Kloning, (A Kloning seksual, (B) Kloning aseksual.

Selain untuk memperoleh keturunan, alasan kesehatan juga merupakan


fokus utama penerapan teknologi reproduksi. Sebagai contoh, pasangan Jack dan
Lisa Nash melakukan program bayi tabung dengan alasan kesehatan. Jack dan
Lisa, warga Englewood, Colorado, Amerika Serikat, dalam rubrik kesehatan majalah
Gatra 14 Oktober 2000 melaporkan bahwa lewat program bayi tabung yang mereka
lakukan lahirlah Adam. Adam dengan sengaja diprogramkan untuk menolong
kakaknya, Molly (6 tahun) yang menderita penyakit fanconi anemia, suatu penyakit
yang disebabkan tidak berfungsinya sumsum tulang belakang yang memproduksi
darah. Bila dibiarkan, penyakit ini akan menjurus pada leukemia atau kanker darah.
Pada program ini darah Adam disuntikkan ke tubuh Molly dan ternyata tidak
menimbulkan penolakan atau komplikasi. “Ini pengalaman yang sangat monumental
dalam hidup kami” ujar Lisa (Washington Post dalam Gatra 14 Oktober 2000).

Implikasi Penerapan Teknologi Reproduksi


Sejak kelahiran Louis Brown pada tahun 1978, perdebatan mengenai boleh
tidaknya in vitro fertilisasi dilakukan pada manusia mulai hangat dibicarakan.
Perdebatan ini terfokus pada implikasi theologika, etika, legalitas dan sosial, baik
menyangkut prosedur maupun produk yang dihasilkan.
Dimensi theologika penerapan teknologi reproduksi di tanggapi secara
beragam. Sebagian kelompok agamawan menolak fertilisasi in vitro pada manusia
karena mereka meyakini bahwa kegiatan tersebut sama artinya mempermainkan
Tuhan yang merupakan Sang Pencipta. Juga banyak kalangan menganggap bahwa
pengklonan manusia secara utuh tidak bisa dilakukan sebab ini dapat dianggap
sebagai “intervensi” karya Ilahi.
Dimensi etika dari isu ini terutama terpusat pada pertanyaan mengenai cara
atau prosedur penerapan teknologi reproduksi. Sebagian masyarakat menolak
dengan alasan moral. Penolakan ini timbul karena dalam program bayi tabung,
proses pembuahan dilakukan pada cawan petri sehingga hanya embrio yang
diperlukan dimasukkan kembali ke dalam rahim, sisanya “dibuang”. Hak hidup
embrio yang dibuang inilah yang dipermasalahkan. Banyak kalangan memandang
tindakan itu sebagai pembunuhan.
Legalitas penerapan teknologi ini didasarkan pada berbagai pendapat yang
pro dan kontra. Pertentangan ini mengundang perhatian pemerintah Inggris untuk
menengahi perbedaan pandangan dari kelompok yang pro dan kontra. Maka
disusunlah undang-undang yang mengizinkan penelitian pada embrio manusia yaitu
dapat dilakukan hanya sampai umur 14 hari sesudah fertilisasi. Menurut Johnson
dan Everit, 1985 umur embrio yang mampu implantasi didalam rahim adalah tahap
blastosis atau pada umur 14 – 18 hari setelah fertilisasi. Karena itu pembuangan
embrio berumur kurang dari 12 hari dipandang tidak mengurangi hak hidup calon
anak.

Anda mungkin juga menyukai