Anda di halaman 1dari 10

PENERAPAN BIOTEKNOLOGI DI BIDANG REPRODUKSI DAN KESEHATAN

MELUPUTI INSEMINASI BUATAN DAN REKAYASA GENETIKA

Natasha; Hafnarisa, Maulida; Maysari,


Mega; Mutiara, Nurul Maulinda; Safina,
Wilda; Monika, Anis

Departemen Pendidikan Biologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,


Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh 23111, Indonesia

1. PENDAHULUAN

Bioteknologi merupakan seluruh aplikasi teknologi yang menggunakan sistem biologi,


organisme hidup atau turunannya untuk membuat atau memodifikasi suatu produk atau proses
untuk penggunaan yang spesifik. Bioteknologi terdiri dari bioteknologi tradisional atau
konvensional dan bioteknologi modern. Bioteknologi tradisional atau konvensional adalah
bioteknologi yang memanfaatkan mikroorganisme untuk memodifikasi bahan dan lingkungan
untuk memperoleh produk optimal contoh seperti dalam pembuatan tempe, oncom, tape, anggur,
kecap yoghurt, dan lainnya. Sedangkan Bioteknologi modern adalah bioteknologi yang
memanfaatkan keterampilan manusia dalam melakukan manipulasi organisme agar
menghasilkan produk yang sesuai dengan kebutuhan manusia, contohnya adalah rekayasa
genetika yang merupakan teknik modifikasi genetika (rekayasa genetika) untuk menghasilkan
molekul DNA yang berisi gen baru serta inseminasi buatan (Noviantari, 2020).

Salah satu bentuk pemanfaatan bioteknologi yaitu di bidang peternakan, dimana


penggunaan bioteknologi tersebut dapat meningkatkan hasil peternakan. Hal tersebut
dikarenakan bioteknologi dapat meningkatkan produksi hewan ternak dan mempertahankan
spesies yang terancam punah serta mempertahankan keanekaragaman hayati dan
keanekaragaman genetik. Pengaplikasian bioteknologi contohnya seperti Inseminasi Buatan
(IB). IB merupakan teknik dalam bidang reproduksi ternak yang memungkinkan manusia
mengawinkan ternak tanpa membutuhkan seekor pejantan (Hajrah, 2022).

Bioteknologi dalam bidang kesehatan memberikan kesempatan dalam pemecahan


masalah yaitu men-diagnosa, mencegah, serta mengobati berbagai penyakit termasuk penyakit
genetis. Penerapan antibodi monoklonal dapat membantu mendiagnosa suatu penyakit sehingga
perkembangan bioteknologi di bidang kesehatan yaitu terapi gen yang dapat digunakan untuk
penanganan penyakit baik bersifat genetis ataupun bukan. Terapi gen merupakan teknologi yang
memungkinkan gen-gen yang rusak dapat diganti dengan gen-gen normal menggunakan vektor
untuk menyisipkan DNA ke dalam sel (Wasilah, 2019).
2. METODE

2.1. Strategi Penelitian Penelitian ini merupakan tinjauan literatur sistematis yang dilakukan
berdasarkan Systematic Literature Review (SLR) . Analisis dan pembahasan berdasarkan
pertanyaan-pertanyaan berikut.
RQ1: Apa yang dimaksud bioteknologi di bidang reproduksi dan kesehatan ?
RQ2: Bagaimana penerapan bioteknologi di bidang reproduksi dan kesehatan ?

2.2. Identifikasi Sumber Kajian dibatasi pada artikel yang diterbitkan pada periode 2013-
2023 pada disiplin ilmu biologi. Hal ini bertujuan untuk memperoleh informasi yang
komprehensif dan tren terkini mengenai penelitian STEM bagi mahasiswa.

2.3. Kriteria kelayakan Berdasarkan tujuan penelitian, kami hanya menganalisis artikel yang
berkaitan dengan pengembangan STEM. Selanjutnya artikel yang dipilih adalah artikel yang
menggunakan desain penelitian kuantitatif, kualitatif, atau metode campuran. Sampel
penelitian juga menjadi perhatian kami. Sampel harus terdiri dari manusia, hewan, dan
tumbuhan atau penggabungan diantaranya. Setelah dilakukan pencarian dan penggalian data,
dilakukan sintesis terhadap lebih dari 6 artikel.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Penerapan Bioteknologi di Bidang Reproduksi

3.1.1 Iseminasi Buatan pada Hewan

Inseminasi Buatan (IB) adalah salah satu teknologi reproduksi yang mampu dan
telah berhasil untuk meningkatkan perbaikan mutu genetik ternak, sehingga dalam waktu
pendek dapat menghasilkan anak dengan kualitas baik dalam jumlah yang besar dengan
memanfaatkan pejantan unggul sebanyak-banyaknya. Inseminasi Buatan ini sangat
kontras dengan keberhasilan Transfer Embrio didalam perbaikan mutu genetik. Perbaikan
mutu genetik menggunakan IB pada sapi perah dapat digunakan sebagai progeni tes
untuk menghasilkan pejantan unggul yang dapat dimanfaatkan menghasilkan
spermatozoa salah satunya berdasar pada seleksi ukuran testisnya.

Teknik atau metode Inseminasi Buatan ada 2 macam yaitu Rektovaginal dan
transservikal. Pada sapi adalah dengan metode rektovaginal yaitu tangan dimasukkan
kedalam rektum kemudian memegang bagian servik yang paling mudah diidentifikasi
karena mempunyai anatomi keras, kemudian insemination gun dimasukkan melalui
vulva, ke vagina hingga ke bagian servik. Sedangkan pada Babi, kambing dan domba
adalah dengan metode transervikal. Pada kambing dan domba dapat menggunakan
spikulum untuk melihat posisi servik, kemudian insemination gun dimasukkan hingga
mencapai servik, sedangkan pada babi menggunakan cattether dan dimasukkan hingga
kedalam uterus.

Tahapan-tahapan untuk Inseminasi Buatan pada kambing

1. Persiapkan Semua Peralatan Untuk Inseminasi Buatan

2. Ikat dengan kuat kambing yang sedang estrus

3. Ambil straw yang berisi semen beku dari Container Niimgcn Cair.

4. Masukkan straw kedalam air kran selama 10 detik

5. Ambil dan bersihkan dengan menggunakan tissue

6. Masukkan ke dalam Insemination Gun 7. Potong Bagian Ujung penutup

8. Masukkan plastik Sheet ke dalam Insemination Gun

9. Angkat kambing sehingga Inseminator mudah untuk lakukan Inseminasi Buatan

10. Masukkan spikulum ke dalam vulva dan buka bagian vaginanya dan cari posisi
serviknya.

11. Masukkan Insemination gun yang telah dipasang straw, ke dalam vagina sampai
masuk ke dalam servik.

12. Keluarkan semen pada posisi servik 13. Tarik Insemination Gun.

Keberhasilan IB pada kambing lebih rendah dari pada pada sapi karena terdapat
beberapa kesulitan yaitu :

1. Tanda-tanda berahi pada kambing sulit diamati karena tidak mengeluarkan suara
gaduh, sehingga deteksi berahi untuk kambing yang paling tepat adaah dengan
menggunakan pengusik pejantan.

2. Teknik IB menggunakan transervikal, sehingga menggunakan spikulum, pada kambing


lokal umumnya menggunakan spikulum manusia sehingga kesulitan menemukan bagian
servik, sehingga dibutuhkan spikulum yang dapat mencapai servik.

3.1.2 Iseminasi Buatan pada Manusia

Dewasa ini, ilmu dan teknologi di bidang kedokteran mengalami perkembangan


yang sangat pesat serta memberikan dampak positif bagi manusia yaitu dengan
ditemukannya cara-cara baru dalam memberi jalan keluar bagi pasangan suami-istri yang
tidak dapat memperoleh anak secara alami yang dalam istilah kedokteran disebut dengan
Fertilisasi In Vitro atau lebih populer dengan istilah Bayi Tabung. Secara bahasa
Fertilisasi In Vitro terdiri dari dua suku kata yaitu Fertilisasi dan In Vitro. Fertilisasi
berarti pembuahan sel telur wanita oleh spermatozoa pria, In Vitro berarti di luar tubuh.
Dengan demikian, fertilisasi in vitro berarti proses pembuahan sel telur wanita oleh
spermatozoa pria (bagian dari proses reproduksi manusia), yang terjadi di luar tubuh.

Sebagian penyebab infertilitas dapat diatasi dengan pengobatan maupun operasi,


sedangkan infertilitas yang disebabkan karena kegagalan inseminasi, pembuahan,
fertilitas, kehamilan, persalinan dan kelahiran hidup normal, ternyata dapat diatasi
dengan cara buatan (artificial). Cara-cara tersebut antara lain: Inseminasi buatan
(artificial insemination/AI), pembuahan dalam (artificial conception/AC),
penyuburan/pembuahan dalam (in vitro fertilitzation/IVF), pemindahan janin/penanaman
janin (embriyo transfer/embriyo transplant/ET)

Metode bayi tabung dapat dilakukan dengan 7 (tujuh) cara. Ketujuh cara tersebut adalah
sebagai berikut:

1. Sel sperma suami disuntikkan langsung ke sel telur (ovum) istri;

2. Sel sperma berasal dari suami, sel telur (ovum) berasal dari istri kemudian ditanamkan
ke dalam rahim istri;

3. Sel sperma berasal dari donor, sel telur (ovum) berasal dari istri kemudian ditanamkan
ke dalam rahim istri;

4. Sel sperma berasal dari suami, sel telur (ovum) berasal dari donor kemudian
ditanamkan ke dalam rahim istri;

5. Sel sperma berasal dari donor, sel telur (ovum) berasal dari donor kemudian
ditanamkan ke dalam rahim istri;

6. Sel sperma berasal dari suami, sel telur (ovum) berasal dari istri kemudian ditanamkan
ke dalam rahim wanita lain (rahim sewaan);

7. Sel sperma berasal dari suami, sel telur (ovum) berasal dari istri kemudian ditanamkan
ke dalam rahim istri lainnya.

Hakikatnya proses bayi tabung bertujuan untuk membantu pasangan suami istri
yang tidak mampu melahirkan keturunan secara alami yang disebabkan karena ada
kelainan pada tubanya, yaitu: endometriosis (radang pada selaput lendir rahim),
oligospermia (sperma suami kurang baik), unexplained infertility (tidak dapat
diterangkan sebabnya) dan adanya faktor immunologic (faktor kekebalan). Ternyata
proses bayi tabung ini mampu memberikan salah satu solusi bagi pasangan suami-istri
dalam memperoleh keturunan pada perkawinan yang sah menurut peraturan yang
berlaku.

Proses pelaksanaan bayi tabung dapat dilakukan dalam beberapa tahap yaitu:

a. Tahap stimulasi/perangsangan produksi sel telur matang


Salah satu penyebab sulitnya seorang wanita memiliki anak, adalah kegagalan
ovarium dalam menghasilkan sel telur matang yang siap untuk dibuahi oleh spermatozoa.
Kerja sistem reproduksi senantiasa dipengaruhi oleh kadar hormon reproduksi. Kadar
hormon reproduksi senantiasa berubah, sesuai dengan proses yang terjadi dalam siklus
ovulasi dan organ reproduksi wanita, seperti proses produksi dan pematangan sel telur
dalam ovarium, maupun penebalan dinding dalam rahim. Pada tahap awal dari proses
bayi tabung, dokter akan memberikan pengobatan yang berguna untuk menciptakan
kadar hormon seks/reproduksi yang sesuai demi tercapainya proses ovulasi sel telur
matang pada istri. Dengan berbekal pengetahuan tentang kadar hormon yang sesuai
dalam siklus produksi dan pelepasan sel telur matang, dokter akan memberikan obat dan
memantau efek obat secara kontinyu pada istri.
b. Tahap pengambilan sel telur matang dan ovarium wanita dan spermatozoa pria.
Penilaian kematangan sel telur dilakukan dengan menggunakan deteksi USG.
Untuk lebih memastikan, terkadang dokter juga melakukan perhitungan kadar hormon
estrogen dalam darah suami atau istri. Kadar hormon estrogen yang mencapai nilai
minimal 200 pg/ml, menunjukkan folikel sel telur yang telah matang. Prosedur
pengambilan sel telur yang telah matang/ovum pick up suami atau istri akan dilakukan
dalam ruang operasi. Tentunya suami atau istri akan dibius total saat prosedur ini
dilakukan. Teknik yang biasa dilakukan oleh dokter untuk melakukan ovum pick up,
adalah Transvaginal Directed Oocyte Recavery. Dengan teknik ini dokter akan
melakukan pengambilan sel telur dari ovarium di bawah panduan gambar yang dihasilkan
oleh alat USG. Sperma yang mengandung spermatozoa suami diambil melalui masturbasi
atau prosedur pengambilan khusus diruang operasi. Selanjutnya, spermatozoa yang
terkandung dalam sperma, akan dipisahkan dari kandungan bahan-bahan sperma lainnya.
Setelah proses pemurnian ini selesai, spermatozoa yang memiliki kualitas baik, akan
dipertemukan dengan sel telur matang untuk proses pembuahan.

c. Tahap pembuahan sel telur oleh spermatozoa di laboratorium.


Inilah tahap yang dinanti oleh spermatozoa dan sel telur untuk bertemu. Di dalam
sebuah tempat khusus yang menjamin nutrisi, serta sterilitas, spermatozoa dan sel telur
dipertemukan. Sebanyak + 20.000 spermatozoa pria, ditempatkan bersama-sama dengan
sel telur matang wanita dalam sebuah cawan khusus. Dengan melakukan hal ini, para ahli
medis mengharapkan terjadinya proses pembuahan sel telur oleh spermatozoa dalam
waktu 17-20 jam pasca pengambilan sel telur dari ovarium istri. Setelah terjadinya
pembuahan, embriologis dan dokter ahli kesuburan akan melakukan pengawasan khusus
terhadap perkembangan embrio. Embrio yang dinilai berkembang dengan baik akan
diberitahukan kepada pasangan suami istri untuk segera ditanamkan dalam rahim.
Biasanya embrio yang baik akan terlihat berjumlah 8-10 sel pada saat ditanamkan dalam
rahim.
d. Tahap pencangkokan embrio ke dalam rahim.
Embrio yang dinilai berkualitas baik, akan segera ditanamkan pada hari ke-2, ke-
3, atau hari ke-5 pasca pengambilan sel telur. Pilihan hari ditanamkannya embrio,
disesuaikan dengan hasil penilaian kualitas embrio pada hari-hari tersebut. Sebelum
melakukan penanaman embrio, dokter akan menunjukkan hasil perkembangan hasil
embrio dan mendiskusikannya dengan pasangan suami istri. Salah satu hal yang
terpenting dalam diskusi dengan dokter, adalah mendiskusikan jumlah embrio yang akan
ditanamkan. Apabila jumlah embrio yang berhasil dihasilkan, lebih dari pada jumlah
embrio yang akan ditanamkan, maka sisa embrio akan disimpan beku untuk menjaga
kemungkinan ditanamkan dikemudian hari. Setelah mencapai kesepakatan mengenai
jumlah embrio yang ditanamkan, dokter akan segera melaksanakan tugasnya untuk
menanamkan embrio dalam rahim. Sama halnya dengan proses pengambilan sel telur dari
ovarium istri, penanaman embrio akan dilakukan dalam ruang khusus. Terjadi tidaknya
kehamilan pasca penanaman embrio, akan dipantau melalui kadar Human Chorionic
Gonadotropin (HCG) dalam darah. Biasanya hal ini dilakukan apabila tidak terjadi
menstruasi selama 16 hari.

3.2 Penerapan Bioteknologi di Bidang Kesehatan

3.2.1 Rekayasa Genetika (Genetic engineering)

3.2.1.1 Pengertian Rekayasa Genetika

Rekayasa genetik atau rekombinan DNA merupakan kumpulan teknik-teknik


eksperimental yang memungkinkan peneliti untuk mengisolasi, mengidentifikasi, dan
melipatgandakan suatu fragmen dari materi genetika (DNA) dalam bentuk murninya.

Rekayasa genetika merupakan merangkai dan merakit kembali organisme hidup


untuk meningkatkan kualitas, kuantitas, dan penampilannya untuk kepentingan
manusia. Bidang kajian rekayasa genetika mencakup hampir semua golongan
organisme, mulai dari bakteri, fungsi, hewan tingkat rendah, hewan tingkat tinggi,
hingga tumbuh-tumbuhan. Pada ranah kedokteran dan farmasi sangat banyak merujuk
pada ranah yang ternyata masih sangat baru. Sementara itu bidang lain, seperti ilmu
pangan, kedokteran hewan, pertanian, peternakan dan perikanan, serta teknik
lingkungan juga telah melibatkan ilmu ini untuk mengembangkan bidang masing-
masing (Sutandar, 2022).
Rekayasa genetika merupakan dasar dari bioteknologi yang di dalamnya meliputi
manipulasi gen, kloning gen, DNA rekombinan, teknologi modifikasi genetik, dan
genetika modern dengan menggunakan prosedur identifikasi, replikasi, modifikasi
dan transfer materi genetik dari sel, jaringan, maupun organ. Sebagian besar teknik
yang dilakukan adalah memanipulasi langsung DNA dengan orientasi pada ekspresi
gen tertentu. Dalam skala yang lebih luas, rekayasa genetik melibatkan penanda atau
marker yang sering disebut sebagai Marker-Assisted Selection (MAS) yang bertujuan
meningkatkan efisiensi suatu organisme berdasarkan informasi fenotipnya (Sutarno,
2016).

Rekayasa genetik juga dapat melestarikan spesies langka. Sebagai contoh, sel
telur zebra yang sudah dibuahi lalu ditanam dalam rahim kuda yang merupakan
spesies lain sebagai surrogate mother (ibu/ induk titipan).

3.2.1.2 Prinsip dan Teknik Dasar Rekayasa Genetika

A. Manusia

B. Hewan

Beberapa metode yang sering digunakan dalam teknik rekayasa genetika


meliputi pengunaan vektor, kloning, PCR (Polymerase Chain Reaction), dan
seleksi, screening, serta analisis rekombinan. Adapun langkah-langkah dari
rekombinasi genetik meliputi

1) Identifikasi gen yang diharapkan;

2) Pengenalan kode DNA terhadap gen yang diharapkan;

3) Pengaturan ekpresi gen yang sudah direkayasa; dan

4) Pemantauan transmisi gen terhadap keturunannya. Memodifikasi materi


genetik hewan telah banyak dilakukan dengan tujuan memiliki berbagai
macam manfaat yang bisa diambil, antara lain:

a) Bidang Sains dan Kedokteran Hewan yang secara genetika sudah


dimodifikasi atau dikenal dengan istilah Genetically Modified Animal
(GMA) seperti pada hewan uji yakni mencit dapat digunakan untuk
penelitian bagaimana fungsi yang ada pada hewan. Disamping itu juga
digunakan untuk memahami dan mengembangkan perlakuan pada
penyakit baik pada manusia mapun hewan.
b) Pengobatan Penyakit
Beberapa penelitian telah menggunakan protein pada manusia untuk
mengobati penyakit tertentu dengan cara mentransfer gen manusia ke
dalam gen hewan, misalnya domba atau sapi. Selanjutnya hewan
tersebut akan menghasilkan susu yang memiliki protein dari gen
manusia yang akan digunakan untuk penyembuhan pada manusia.

c) Modifikasi Hasil Produksi Hewan


Beberapa negara melakukan rekayasa genetik pada hewan ternak yang
diharapkan akan menghasilkan hewan ternak yang cepat
pertumbuhanya, tahan terhadap penyakit, bahkan menghasilkan
protein atau susu yang sangat bermanfaat bagi manusia.Berikut ini ada
beberapa penerapan Rekayasa Genetika pada beberapa jenis hewan

Unsur-unsur yang esensial diperlukan dalam kloning DNA adalah:

1. Enzim retraksi (enzim pemotong DNA)

2. Kloning vektor (pembawa)

3. Enzim ligase yang berfungsi menyambung rantai DNA

Adapun proses-proses dasar dalam kloning DNA meliputi :

1. Pemotongan DNA (DNA organisme yang diteliti dan DNA


vektor)

2. Penyambungan potongan-potongan (fragmen) DNA organisme


dengan DNA vektor menggunakan enzim ligase

3. Transformasi rekombinan DNA (vektor + DNA sisipan) ke


dalam sel bakteri Eschericia coli.

4. Seleksi (screening) untuk mendapatkan klon DNA yang


diinginkan.

3.2.1.3 Manfaat Rekayasa Genetika

A. Manusia

B. Hewan
Rekayasa genetik adalah teknik mengontrol dengan ketepatan tinggi
dengan waktu yang singkat untuk memindahkan materi genetik dari berbagai
sumber. Teknologi yang digunakan di dalam rekayasa genetik adalah
teknologi DNA rekombinan, yaitu cara membentuk kombinasi materi genetik
baru dengan menyisipkan molekul DNA ke dalam vektor untuk
mengintegrasikannya dan mengalami pembagian di dalam sel organisme lain
yang berfungsi sebagai sel inang.

Teknik pelestarian dengan rekaya genetik ini sangat bermanfaat, dengan


alasan:

1. Induk dari spesies biasa dapat melahirkan anak dari spesies langka.

2. Telur hewan langka yang sudah dibuahi dapat dibekukan, lalu disimpan
bertahuntahun meskipun induknya sudah mati. Telur yang sudah disimpan
beku ini kemudian dapat ditransplantasi. Contoh lain pemanfaatan rekayasa
genetic pada hewan misalnya pemanfaatan Hormon bST (bovine
somatotrophine hormone). Dengan rekayasa genetik dihasilkan hormon
pertumbuhan hewan yaitu bST, melalui teknik:

1. Plasmid bakteri E.Coli dipotong dengan enzim endonuklease.

2. Gen somatotropin sapi diisolasi dari sel sapi

3. Gen somatotropin disisipkan ke plasmid bakteri 4. Bakteri yang


menghasilkan bovine somatotrophine ditumbuhkan dalam tangki fermentasi 5.
bovine somatotrophine diambil dari bakteri dan dimurnikan.

3.2.1.4 Keuntungan Rekayasa Genetika

Manfaat yang didapatkan dari metode rekayasa genetik, antara lain:

1. Mengurangi biaya dan meningkatkan penyediaan sejumlah besar


bahan yang sekarang di gunakan di dalam pengobatan, pertanian dan
industri.

2. Menggembangkan tanaman – tanaman pertanian yang bersifat unggul

3. Menukar gen dari satu organisme kepada organisme lainnya sesuai


dengan keinginan manusia, menginduksi sel untuk membuat bahan-
bahan yang sebelumnya tidak pernah dibuat dll

3.2.1.5 Kerugian Rekayasa Genetika

3.2.1.6
4. KESIMPULAN

5. REFERENSI

Hajrah, H., Hafsan, H., Zulkarnain, Z., & Makmur, K. 2022. Pemanfaatan Bioteknologi Dalam
Bidang Peternakan Untuk Peningkatan Kualitas Hewan Ternak Di Sulawesi Selatan.
Teknosains: Media Informasi Sains dan Teknologi, 16:2, 261-266.

Muchlis, A., Sema, S., Toleng, A. L., & Sonjaya, H. (2022). Penerapan Bioteknologi Dalam
Produksi Ternak Untuk Meningkatkan Produk Asal Hewan. Jurnal Ilmu Dan Teknologi
Peternakan Terpadu, 2(1), 95-100.

Nicholas. M. (2014). Tata Cara Pelaksanaan Program Bayi Tabung. Jakarta: Grasindo

Noviantari, A., & Khariri, K. (2020, July). Pemanfaatan Teknologi Biologi Sel Dalam Dunia
Kedokteran Modern. In SINASIS (Seminar Nasional Sains), 1:1.

Sutandar, Y. P., & Iqbal, M. (2022). Rekayasa Genetika Dalam Integrasi Islam Dan Sains
Modern. Risalah, Jurnal Pendidikan dan Studi Islam, 8(2), 807-825.

Sutarno, S. (2016). Rekayasa Genetik dan Perkembangan Bioteknologi di Bidang Peternakan. In


Proceeding Biology Education Conference: Biology, Science, Enviromental, and
Learning (Vol. 13, No. 1, pp. 23-27).

Thamrin, H. (2005). Aspek Hukum Bayi Tabung. Jakarta: Aswaja Pressindo.

Wasilah, U., Rohimah, S., & Su’udi, M. 2019. Perkembangan Bioteknologi di indonesia.
Rekayasa, 12:2, 85-90.

Wiryawan Permadi et al. (2008). Hanya 7 Hari Memahami Fertilisasi In Vitro. Bandung: PT
Refika Aditama.

Anda mungkin juga menyukai