Anda di halaman 1dari 5

C.

Penerapan Bayi Tabung dan Kloning


1. Bayi Tabung
a. Prosedur
Proses kerja inseminasi atau bayi tabung untuk menghasilkan anak yang
dilakukan tanpa persetubuhan dapat menggunakan teknik berikut ini :
1) Fertilisasi In Vitro (FIV)
Caranya dengan mengambil sperma suami dan Ovum Istri, kemudian
diproses di Vitro (Tabung) dan setelah terjadi pembuahan, lalu ditransfer
ke wanita. Teknik ini dikenal dengan bayi tabung atau pembuahan di
luar tubuh.
2) Gamet Intra Felopian Tuba (GIFT)
Dengan cara mengambil sperma suami dan ovum istri, dengan dicampur
dan terjadi pembuahan, maka segera ditanam di saluran telur (tuba
palupi). Atau dengan kata lain, mempertemukan sel benih (gamet yaitu
ovum dan sperma dengan cara menyemprotkan campuran sel benih itu
memakai kanul tuba ke dalam ampula). Teknik ini bukan teknik bayi
tabung.1

Terkait asal dan tempat penanaman bibit atau inseminasi dapat


dibedakan menjadi dua macam yaitu sebagai berikut :
1) Inseminasi Heterolog, yang disebut juga “Artificial insemination donor
(AID)” yaitu inseminasi buatan yang selnya bukan berasal dari air mani
suami-istri yang sah.
2) Inseminasi Homolog, yang disebut juga “artificial insemination
Husband (AIH)” yaitu inseminasi buatan yang berasal dari sel air mani
suami-istri yang sah.

Sejak bayi tabung itu dimasukkan ke dalam rahim seorang ibu, sejak itu
pula berlaku larangan dokter yang harus dipatuhi oleh ibu, antara lain:

a) Tidak bekerja keras, atau terlalu capek.


b) Tidak makan dan minum sesuatu yang menggandung unsur alkohol.
c) Tidak boleh melakukan senggama selama 15 hari atau 3 minggu sejak
bayi tabung itu diletakkan ke dalam rahim.
1
Sapiudin Shidiq, Fikih Kontemporer (Jakarta: Kencana, 2017), 111.
Kemudian setelah dinyatakan hamil, perkembangan janin dalam
rahimnya dapat dipantau oleh dokternya atau bidan yang menanganinya
melalui sebuah alat yang disebut “ultra sound” sehingga letak dan gerak
janin itu dapat dilihat dengan jelas melalui alat tersebut hingga lahir.2

b. Risiko
Keberhasilan inseminasi buatan tergantung tenaga ahli di labolatorium,
walaupun prosedurnya sudah benar, bayi dari hasil inseminasi buatan dapat
memiliki resiko cacat bawaan lebih besar dari pada dibandingkan pada bayi
normal.
Penyebab dari munculnya cacat bawaan adalah kesalahan prosedur
injeksi sperma ke dalam sel telur. Hal ini bisa terjadi karena satu sel sperma
yang dipilih untuk digunakan pada inseminasi buatan belum tentu sehat,
dengan cara ini resiko mendapatkan sel sperma yang secara genetik tidak
sehat menjadi cukup besar. Cacat bawaan yang paling sering muncul antara
lain bibir sumbing, down sindrom, terbukanya kanal tulang belakang,
kegagalan jantung, ginjal, dan kelenjar pankreas. 3

2. Kloning
a. Prosedur
Secara teoritis, prosedur dan mekanisme kloning terhadap makhluk
hidup sedikitnya harus melalui empat tahap yang diurutkan secara sistematis.
Keempat tahap itu adalah :
1) Isolasi Fragmen DNA
2) Penyisipan Fragmen DNA ke dalam vektor
3) Transformasi
4) Seleksi hasil kloning

Dalam tataran aplikasi, rentetan proses kloning dapat dilakukan dengan


mengikuti beberapa langkah konkret berikut :

 Mempersiapkan sel sterm, yaitu satu sel yang akan tumbuh menjadi
berbagai sel tubuh. Diambil dari makhluk hidup yang hendak dikloning.

2
Mahjuddin, Masailul Fiqhiyah berbagai kasus yang dihadapi Hukum Islam masa kini (Jakarta: Kalam Mulia,
2003), 3.
3
Wiryawan Permadi dan dkk, Hanya 7 Hari memahami Fertilisasi in Vitro (Bandung: Refika Aditama, t.t.), 10.
 Sel sterm diambil inti selnya yang mengandung informasi genetik
kemudian dipisahkan dari sel.
 Mempersiapkan sel telur.
 Inti sel dari sel sterm diimplementasikan ke sel telur.
 Sel telur dipicu supaya terjadi pembelahan dan pertumbuhan.
 Sel embrio yang terus membelah mulai memisahkan diri dan siap
diimplementasikan ke dalam rahim.
 Embrio tumbuh dalam rahim menjadi janin dengan kode genetik persis
sama dengan sel sterm donor.

Kloning dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu:


1) Kloning embrional
Teknik yang dilakukan untuk memperoleh kembar identik, meniru apa
yang terjadi secara alamiah.
2) Kloning DNA dewasa ( reproduktif)
Rekayasa genetik untuk memperoleh duplikat dari seorang individu yang
sudah eksis.
3) Kloning terapeutik
Rekayasa genetik untuk memperoleh sel, jaringan atau organ dari satu
individu tertentu untuk tujuan pengobatan atau perbaikan kesehatan.4
b. Sebagai Kebutuhan
Syarat-syarat kebolehan kloning dalam fauna sebagai berikut
1) Adanya maslahat hakiki bagi manusia, bukan sekedar maslahat semu dan
hanya untuk sebagian orang.
2) Tidak adanya kerugian atau bahaya yang lebih besar dari maslahat
tersebut. karena telah diketahui oleh sebagian orang, khususnya para
ilmuwan, bahwa tumbuhan-tumbuhan yang diproses dengan genetika
mempunya kadar bahaya yang lebih besar dari pada manfaatnya.
Berbagai peringatan tentang hal ini telah tersebar di seluruh dunia.
3) Kloning tersebut tidak menyakiti dan membahayakan binatang itu
sendiri, walaupun itu akan terjadi setelah jarak waktu yang lama. Karena
di dalam Islam menyakiti binatang diharamkan.5

4
Gibtiah, Fikih Kontemporer (Palembang: Prenadamedia Group, 2018), 207.
5
Gibtiah, 208.
Sebagaimana pengembangan teknik rekayasa genetika dan teknologi
kloning sebenarnya dapat digunakan untuk meningkatkan kualitas hewan
ternak, atau untuk menghasilkan varietas tanaman baru, sehingga dengan
semua itu dapat terjadi pertumbuhan ekonomi untuk seluruh umat manusia
dan akan mengatasi masalah kemiskinan, paceklik, dan kekeringan.6

c. Manfaat bagi Manusia


1) Kloning untuk pengobatan
Jika dimungkinkan melakukan kloning untuk mengobati penyakit yaitu
dengan melakukan kloning terhadap anggota tubuh tertentu seperti
jantung, hati, ginjal atau yang lainnya untuk dimanfaatkan
membutuhkannya, tanpa merugikan orang lain, hal ini dibolehkan oleh
agama.
2) Melalui kloning, manusia dapat mempelajari bagaimana menghidupkan
dan mematikan sel.7

Daftar Pustaka

6
M. Sayyid Ahmad Musayyar, Islam Bicara Soal Seks, Percintaan, Dan Rumah Tangga, bahasa Indonesia (Kairo
Mesir: Erlangga, 2008), 362.
7
Gibtiah, Fikih Kontemporer, 214.
Gibtiah. Fikih Kontemporer. Palembang: Prenadamedia Group, 2018.
M. Sayyid Ahmad Musayyar. Islam Bicara Soal Seks, Percintaan, Dan Rumah Tangga. Bahasa
Indonesia. Kairo Mesir: Erlangga, 2008.
Mahjuddin. Masailul Fiqhiyah berbagai kasus yang dihadapi Hukum Islam masa kini. Jakarta:
Kalam Mulia, 2003.
Sapiudin Shidiq. Fikih Kontemporer. Jakarta: Kencana, 2017.
Wiryawan Permadi, dan dkk. Hanya 7 Hari memahami Fertilisasi in Vitro. Bandung: Refika
Aditama, t.t.

Anda mungkin juga menyukai