ABSTRAK
1
ABSTRAK
This community service report discusses the understanding of children in the learning of
Wudhu and Prayer Materials at the As-Salam Mosque, Wonosari Hamlet, Sambirejo
Village, Pare Kediri District. This study is motivated by the importance of understanding
children from an early age regarding the material for ablution and prayer, because these
problems are directly related to their worship activities. However, not all children
understand the material. Like the children in the As-Salam Mosque, Wonosari,
Sambirejo, Pare District, Kediri. This service aims to answer the problem: How do
children understand the learning material for ablution and prayer at the As-Salam
Mosque, Wonosari, Sambirejo, Kec. Pare Kediri?. These problems were discussed
through a field study conducted at the As-Salam Mosque in Wonosari Pare. Data were
obtained through observation, written tests, and interviews. The approach used in this
research is descriptive. This study shows a phenomenological approach, and all data were
analyzed using the analysis that: based on the research and service that had been carried
out on children at the As-Salam Mosque in Wonosari Pare, it was concluded that the
children's overall understanding of the material for ablution and prayer was 7 of 10
children, it can be concluded that the children's understanding of the material for ablution
and prayer is quite good.
A. Pendahuluan
Salah satu aspek Pendidikan yang kurang mendapat perhatian adalah
pendidikan Agama. Pada umumnya orang tua lebih menitik beratkan pada
Pendidikan umum saja dan kurang memperhatikan pendidikan Agama termasuk
mengajarkan anak pembelajaran agama sejak dini.
Meletakkan dasar agama adalah langkah awal yang tepat pada anak usia
dini sebagai persiapan untuk mengarungi hidup dan kehidupannya. Dengan dasar
Agama yang kuat, maka setelah menginjak dewasa akan lebih bijak dalam
menentukan sikap, langkah dan keputusan hidupnya karena pendidikan agama adalah
jiwa (spiritualitas) dari pendidikan.
2
Hal ini sudah ditegaskan dalam undang-undang sistem pendidikan nasional
(SISDIKNAS, 2003) pasal tentang fungsi dan tujuan pendidikan nasional
menyatakan bahwa :
“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk
watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, ilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara
yang demokratis serta bertanggung jawab”1
Negara kita ini sedang berada di tengah perjalanan masyarakat modern
menuju kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, sehingga menimbulkan
pergeseran dan perubahan Kebudayaan masyarakat yang sangat cepat. Dalam
keadaan seperti ini apakah pembinaan akhlak dan agama sangat berperan penting
sebagai salah satu penentu dalam perubahan menuju kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi?
Tentu sangatlah penting oleh sebab itu tidak hanya peran guru pada saat
disekolah, peran orang tua juga sangat penting untuk mengenalkan pembelajaran
Agama terhadap anak-anak sebagai salah satu pembinaan akhlak dan agar anak lebih
dekat dan mengenal Tuhannya dengan cara memberikan Pembelajaran agama seperti
Berwudhu dan Sholat Fardhu sejak dini, seperti kata pepatah mengatakan :
"Belajar diwaktu kecil bagaikan mengukir diatas batu, belajar sesudah dewasa
bagaikan mengukir diatas air”2
Islam menganjurkan untuk selalu menjaga kebersihan jasmani dan rohani.
Kebersihan jasmani tercermin dengan bagaimana seseorang selalu bersuci sebelum
melakukan ibadah menghadap Allah SWT. Berdasarkan hal tersebut, pada hakikatnya
tujuan bersuci adalah agar umat muslim terhindari dari kotoran atau debu sehingga
secara sengaja atau tidak sengaja membatalkan ibadah kepada Allah SWT. Namun,
banyak umat muslim hanya tahu bahwa bersuci itu sebatas membasuh badan dengan
air tanpa mengamalkan rukun-rukun bersuci lainnya sesuai syariat Islam. Bersuci atau
dalam istilah Islam yaitu “Thaharah” mempunyai makna yang luas tidak hanya
berwudhu saja.
1
UU. RI. NO. 2003, Tentang Sistem Pendidikan Nasional (SIKDIKNAS) (Bandung: Citra Umbara, t.t.).
2
Ahmad Syarifuddin, Mendidik Anak Membaca, Menulis, Menulis, dan Mencintai Al-Qur’an (Jakarta:
Gema Insani, 2004), 60.
3
Pengertian thaharah adalah mensucikan diri, pakaian, dan tempat sholat
dari hadas dan najis menurut syariat Islam. Bersuci dari hadas dan najis adalah syarat
syahnya seorang muslim dalam mengerjakan ibadah tertentu.3 Sedangkan Wudhu
adalah syarat untuk sahnya shalat yang dikerjakan sebelum seseorang mengerjakan
shalat.4 Perintah wajib Wudhu ini dijelaskan sebagaimana firman Allah :
“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, maka
basuhlah mukamu dan tanganmu sampai siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh)
kakimu sampai dengan kedua mata kaki (Q.S. Al-Maidah,6)”.
Sedangkan shalat adalah ibadah yang sangat penting bagi umat Islam.
Selain untuk mendekatkan diri kepada Allah dari perbuatan dosa dan selalu
berpegang teguh pada aturan Allah dengan mentaati perintahnya dan menjauhi
larangannya, Shalat memasuki urutan pertama ibadah yang akan dihisab di akhirat
kelak. Oleh sebab itu dalam hadis Rasulullah riwayat Ath-Thabrani, yang artinya:
“Perkara yang pertama kali dihisab dari seorang hamba pada hari kiamat adalah
shalat. Apabila shalatnya baik, maka seluruh amalnya pun baik. Apabila shalatnya
buruk, maka seluruh amalnya pun buruk”.5
Berdasarkan paparan di atas, wudhu dan shalat merupakan hal pertama dan
utama, dan menjadi penentu seorang muslim di akhirat nanti. Melihat begitu
pentingnya bersuci dan shalat, maka sudah suatu hal yang wajib ibadah tersebut
diajarkan sejak dini kepada anak. Meskipun pada dasarnya shalat belum diwajibkan
pada anak yang belum baligh (dewasa). Akan tetapi, orang tua wajib untuk
mengenalkan dan mengajarkannya.6 Apabila seorang anak telah dibiasakan dengan
tata cara bersuci dengan benar dan shalat, maka diharapkan kelak akan tumbuh
dewasa menjadi seorang muslim yang bertaqwa dan berakhlakul karimah.
Sudah jadi kewajiban orang tua memberikan pembelajaran dasar mengenai
tata cara beribadah sejak dini khususnya dalam bersuci dan sholat kepada anak pada
usia dini sebagai bekal awal dalam beragama agar lebih dekat dengan Tuhannya, akan
tetapi pada realitanya, di Dusun Wonosari ini Mayoritas para orang tua
menyekolahkan anaknya di sekolah umum yang mana bisa dikatakan para peserta
3
Hikmatu Ruwaida, “Strategi Pembelajaran Fiqih Thaharah Di SDN Mundar Kecamatan Lampihong
Kabupaten Balangan,” Al-Madrasah 3, no. 2 (2019): 172.
4
Moh. Rifa’i, Ilmu Fiqh Islam Lengkap (Semarang: Toha Putra, t.t.), 63.
5
Ainul Hasanah, “Mengajarkan Shalat pada Anak Melalui Metode Demostrasi, Tanya Jawab, dan
Pembiasaan,” Al-Hikmah 2, no. 1 (2018): 14.
6
Abu Abbas Zain Musthofa Al-Basuruwani, Fiqh Sholat Terlengkap (Yogyakarta: Laksana, 2018), 61.
4
didik masih perlu diberikan tambahan pengetahuan dasar tentang agama seperti
halnya tata cara berwudhu dan sholat.
Berdasarkan hal di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan kegiatan
pengabdian di Mushola As-Salam di RT 01 RW 12 Dsn. Wonosari Ds. Sambirejo
Pare Kediri yang berjudul “Pembelajaran Wudhu Dan Shalat Pada Anak Usia
Dini Di Mushola As-Salam Dusun Wonosari” dengan fokus pada permasalahan
wudhu dan Shalat.
B. Kajian Teori
Pengertian Pembelajaran
Pembelajaran adalah upaya dalam memberi perangsang (stimulus),
bimbingan, pengarahan dan dorongan kepada siswa agar terjadi proses belajar.
sedangkan pengertian Belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu
dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif dan
psikomotor.7
Komponen Pembelajaran
1. Tujuan Pembelajaran
Tujuan pembelajaran merupakan komponen utama yang harus
dirumuskan oleh guru dalam pembelajaran, karena merupakan sasaran dari
proses pembelajaran. Mau dibawa ke mana siswa, apa yang harus dimiliki oleh
siswa, semuanya tergantung pada tujuan yang ingin dicapai. Oleh karenanya,
tujuan merupakan komponen pertama dan utama.
2. Materi Pelajaran
Materi pembelajaran atau materi ajar (instructional materials) adalah
pengetahuan, sikap dan keterampilan yang harus dipelajari siswa dalam rangka
mencapai standar kompetensi yang telah ditentukan. Materi pelajaran diartikan
pula sebagai bahan pelajaran yang harus dikuasai oleh siswa sesuai dengan
tujuan pembelajaran.
3. Metode Pembelajaran
7
Sunhaji, “Konsep Manajemen Kelas dan Implikasinya dalam Pembelajaran,” Jurnal Kependidikan 2,
no. 2 (2014): 33.
5
Metode diartikan sebagai tindakan-tindakan pendidik dalam lingkup
peristiwa pendidikan untuk mempengaruhi siswa ke arah pencapaian hasil
belajar yang maksimal sebagaimana terangkum dalam tujuan pendidikan.
Dilihat dari segi langkah-langkah dan tujuan kompetensi yang ingin dicapai, ada
berbagai macam metode yang dapat digunakan guru dalam melaksanakan
kegiatan pembelajaran yaitu a) Ceramah b) Tanya Jawab c) Diskusi d)
Demonstrasi e) pemberian tugas Dll.
4. Sumber Belajar
Sumber belajar ialah segala sesuatu yang dapat dipergunakan sebagai
tempat dimana bahan pelajaran terdapat atau asal atau belajar seseorang.
Dengan demikian sumber belajar itu merupakan bahan untuk menambah ilmu
pengetahuan yang mengandung hal-hal baru.84 Sebab pada hakekatnya belajar
adalah mendapatkan hal-hal yang baru.
5. Evaluasi Pembelajaran
Evaluasi diartikan sebagai suatu proses menentukan nilai sesuatu atau
seseorang dengan menggunakan patokan-patokan tertentu untuk mencapai
tujuan.8
Rukun Wudhu
8
Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran (Bandung: Alfabeta, 2010), 62.
9
Syafrida dan Nurhayati Zein, Fiqh Ibadah (Pekan Baru: CV Mutiara pesisir Sumatra, 2015), 41.
10
Supiana dan Karman, Materi Pendidikan Agama Islam (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009), 4.
6
Dalam pelaksanaannya, wudhu memiliki rukun yang harus dlakukan secara
sempurna. Jika salah satu rukun tidak terpenuhi atau tertinggal maka wudhu yang
dilakukan tidak sah menurut hukum syariat. Adapun rukun-rukun wudhu adalah,
sebagai berikut:11
1. Niat
Niat adalah maksud hati terhadap sesuatu yang disertai dengan
pelaksanaannya. Adapun niat wudhu adalah suatu ketetapan hati untuk
melakukan wudhu sebagai pelaksanaan dari perintah Allah Swt
2. Membasuh Muka
Yang dimaksud membasuh muka disini adalah mengalirkan. Jadi
membasuh muka adalah mengalirkan air keseluruh bagian muka. Batas panjang
muka ialah mulai dari bagian atas dahi hingga dagu. Sedangkan lebarnya
dimulai dari tepi telinga sebelah kanan hingga tepi telinga sebelah kiri.
3. Membasuh Tangan
Cara membasuh kedua tangan sampai siku adalah dimulai dari tangan
kanan ujung jari dengan membersihkan sela-sela jari, menggosok lengan sampai
ke siku. Setelah selesai dengan tangan kanan sebanyak tiga kali, dilanjutkan
tangan kiri dengan cara yang sama.
4. Menyapu Kepala
Menyapu kepala maksudnya sekadar menyampaikan air tanpa mengalir
dengan meletakkan tangan yang basah pada kepala. Kewajiban menyapu kepala
didasarkan atas surat al-Maidah ayat 6 dan hadis Mughirah yang mengatakan
bahwa ketika berwudhu, Nabi saw menyapu ubun-ubun dan sorbannya
kemudian menyapu kedua khufnya
5. Membasuh Kedua kaki sampai mata kaki
Dua mata kaki (ka‟bain) adalah dua tulang yang menonol disamping,
tepapatnya dipersendian betis dengan telapak kaki. Membasuh kaki adalah
wajib sesuai dengan kesepakatan umat berdasarkan nash al-Qur‟an dan Hadits
6. Tertib
11
Yusuf Al-Qardhawi, Fikih Thaharah, terj, Samson Rahman (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2006), 199.
7
Tertib adalah melakukan sesuatu secara berurutan sesuai dengan yang
telah ditetapkan. Perihal wudhu, Allah SWT, telah menyebutkan rukun-rukun
wudhu dalam firman-Nya surah al-Maidah ayat 6 secara berurutan, yaitu
membasuh muka terlebih dahulu, kemudian kedua tangan, lalu megusap kepala,
dan diakhiri dengan membasuh kaki. Disamping itu, terdapat sunnah-sunnah
Rasulullah saw, yang menerangkan bahwa beliau senantiasa mengerjakan
rukun-rukun wudhu itu secara berurutan dan tertib
Sunnah Wudhu
a. Keluar sesuatu dari kubul dan dubur. Keluarnya sesuatu dari kubul dan dubur
seperti kencing, berak dan madzi dapat membatalkan wudhu.
b. Tidur. Tidur yang nyenyak hingga hingga menghilangkan akal dapat
membatalkan wudhu.
c. Hilang akal. Tidak bisa mengingat sesuatu atau gila juga membatalkan wudhu
sebagaimana tidur.
d. Bersentuhan kulit laki-laki dan wanita yang bukan muhrim.
12
Al-Qardhawi, 203–7.
8
e. Menyentuh kemaluan.
f. Wudhu menjadi batal jika menyentuh kemaluan sendiri atau orang lain, baik
orang hidup ataupun sudah meninggal.
Shalat adalah rukun Islam yang kedua dan ia merupakan rukun yang sangat
ditekankan (utama) sesudah dua kalimat syahadat.13 Telah disyari’atkan sebagai
sesempurna dan sebaik-baiknya ibadah.14 Shalat ini mencakup berbagai macam
ibadah: zikir kepada Allah, tilawah Kitabullah, berdiri menghadap Allah, ruku’,
sujud, do’a, tasbih, dan takbir.15 Shalat merupakan pokok semua macam ibadah
badaniah. Allah telah menjadikannya fardhu bagi Rasulullah SAW sebagai penutup
para rasul pada malam Mi’raj di langit, berbeda dengan semua syari’at. Hal itu tentu
menunjukkan keagungannya, menekankan tentang wajibnya dan kedudukannya di
sisi Allah.
Syarat wajib adalah segala hal yang harus ada dan terjadi, sejak sebelum
suatu kewajiban dilaksanakan. Adapun syarat wajib shalat adalah :
a. Beragama Islam
13
Syaikh Muhammad Fadh dan Syaikh Abdul Aziz bin Baz, Sifat Wudhu & Shalat Nabi SAW,
Penerjemah: Geis Umar Bawazier, cet ke-1 (Jakarta: al-Kautsar, 2011), 75.
14
Sentot Haryanto, Psikologi Shalat (Kajian Aspek-aspek Psikologi Ibadah Shalat oleh- oleh Isra’
Mi’raj Nabi Muhammad SAW (Yogyakarta, 2007), 59.
15
Abu Malik Kamal bin as-Sayyid Salim, Shahih Fikih Sunnah, Penerjemah, Khairul Amru Harahap
dan Faisal Saleh (Jakarta: Pustaka Azzam, 2007), 277.
16
Syafrida dan Zein, Fiqh Ibadah, 76.
9
Hal ini karena objek yang dituntut untuk melaksanakan kewajiban syariat
seperti shalat dan zakat adalah orang Islam.
b. Sudah Baligh dan Berakal
Shalat tidak wajib atas anak kecil, karena tidak ada perintah baginya, akan
tetapi orang yang merawat dan mendidik wajib memerintahkannya untuk
menjalankan shalat sejak ia berumur 7 tahun dan memukulnya saat usianya
menginjak 10 tahun.
c. Suci dari hadas besar dan kecil
Hal ini dapat dilakukan dengan wudhu, mandi (wajib) atau tayamum.
d. Mampu melaksanakan
e. Telah sampai dakwah (perintah Rasulullah SAW kepadanya).17
17
Abdul Aziz Muhammad Azzam dan Abdul Wahhab Sayyed Hawwas, Fiqih Ibadah (Jakarta: Amzah,
2013), 152.
10
dalam sifat tidak bersih dan baru menjadi bersih bila ia telah berwudhu’ ketika:
bangun dari tidur, keluar sesuatu dari badan melalui dua jalan (keluar angin,
kencing atau buang air besar), dan lain-lain.
3. Suci badan, pakaian dan tempat dari najis.
Orang yang shalat harus bersih badannya, pakaiannya dan tempat
shalatnya dari najis. Yang disebut najis itu adalah setiap kotoran seperti urine
dan tinja dan segala sesuatu yang dilarang untuk konsumsi seperti: darah,
khamar dan lainnya. Kotoran yang melekat di badan atau pakaian atau tempat
shalat harus dibersihkan dengan air
4. Menutup aurat.
Aurat ditutup dengan sesuatu yang dapat menghalangi terlihatnya warna
kulit. Aurat laki-laki antara pusat sampai lutut, sedangkan aurat perempuan
seluruh badannya kecuali muka dan dua tapak tangan.
5. Menghadap kiblat (ka’bah), sebab shalat tidak sah tanpa menghadap kiblat.18
Rukun Sholat
1. Niat, yaitu sengaja atau menuju sesuatu dibarengi dengan (awal) pekerjaan
tersebut, tempatnya di hati (diucapkan oleh suara hati).
2. Berdiri tegak bagi yang kuasa, berdiri bisa duduk bagi yang lemah, diutamakan
bagi yang lemah duduk iftirasy (pantat berlandaskan rumit dan betis kaki kiri,
sedangkan yang kanan tegak).
3. Takbiratul ihram, diucapkan bagi yang bisa mengucapkan dengan lisannya:
“Allahu Akbar”.
4. Membaca al-Fatihah, atau bagi yang tidak hafal surah al-Fatihah, bisa diganti
dengan surah al-Qur’an lainnya. Hal ini baik dalam shalat fardhu atau sunnah.
5. Ruku’, paling tidak bagi yang kuat adalah berdiiri, badan lurus pada ruku’nya,
letakkan kedua tangan di atas kedua lutut, sekiranya membungkuk tanpa tegap
dengan kadar telapak kedua tangan mencapai lutut, kalau berkehendak
meletakkan tangan pada lutut. Bagi yang tidak biasa ruku’, maka hendaknya
18
Amir Syarifuddin, Garis-garis Besar Fiqh (Jakarta: Kencana, 2003), 24.
11
membungkuk atau sesuai dengan kekuatan fisiknya atau hanya isyarat kedipan
mata. Ukuran sempurna dalam ruku’ yaitu meluruskan punggung rata dengan
lehernya, seperti satu papan, dan kedua tulang betis tegak lurus, tangan
memegang kedua lutut. Serta Tuma’ninah, tenang sebentar setelah bergerak
dalam ruku’.
6. Bangkit dari ruku’ lalu I’tidal berdiri tegak seperti keadaan semula, yakni berdiri
bagi yang kuat dan duduk tegak bagi yang lemah.
7. Sujud 2x, untuk setiap rakaat, paling tidak bagian dahi mukanya menempel pada
tempat sujud, baik di tanah atau lainnya. Sujud yang sempurna yakni ketika
turun sujud sambil takbir tanpa mengangkat kedua tangan, lalu menekankan
dahinya pada tempat sujud, meletakkan kedua lutut, kemudian kedua tangan dan
disusul dengan dahi dan hidung. Serta tuma’ninah dalam sujud, sekiranya
memperoleh tempat sujud, menurut kadar beratnya kepala.
8. Duduk di antara dua sujud, pada setiap rakaat, itu berlaku bagi yang shalatnya
dalam keadaan berdiri, duduk atau telentang (berbaring). Serta tuma’ninah,
sewaktu duduk di antara 2 sujud.
9. Duduk akhir, yang mengiringi salam (duduk tahiyat).
10. Membaca tasyahud, sewaktu duduk akhir.
11. Membaca shalawat atas Nabi Muhammad SAW.
12. Mengucapkan salam (seraya menoleh ke arah kanan) hukumnya wajib dan
masih dalam keadaan duduk.
13. Tertib yaitu mengerjakan rukun-rukun shalat tersebut dengan berurutan.19
Usia dini merupakan periode awal yang paling penting dan mendasar atau
biasa disebut “Periode Keemasan” artinya masa semua potensi anak untuk
berkembang lebih cepat.20 Pengertian anak usia dini adalah anak yang berada pada
usia-usia sekolah. yang berlangsung dari usia 6 hingga kira-kira usia 12 tahun.
Karakteristik utama usia dini adalah mereka menampilkan perbedaan-perbedaan
individual dalam banyak segi dan bidang, di antaranya perbedaan dalam intelegensi,
19
Sulaiman Rasjid, Fiqh Islam (Hukum Fiqh Lengkap (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2012), 75–87.
20
Dadan Suryana, Pendidikan Anak Usia Dini (Teori dan Praktik Pembelajaran) (Padang: UNP Press,
2013), 25.
12
kemampuan dalam kognitif dan bahasa, perkembangan kepribadian dan
perkembangan fisik.21
Masa anak usia sekolah dalam tahapan perkembangannya sering juga
dikatakan sebagai masa anak usia pertengahan dan akhir. Jika di Indonesia masa ini
terjadi saat anak berada pada tingkat Sekolah Dasar. Usia Sekolah Dasar terbagi
menjadi dua fase, yaitu fase kelas rendah (kelas 1-3 SD) dan fase kelas tinggi (kelas
4-6 SD).22
C. Metode Pendampingan
21
Martyarini Budi Setyawati, Electronical Games Untuk Mengatasi Nyeri Perawatan Luka Pada Anak
Post Operasi (Yogyakarta: UNY Press, 2020), 28.
22
Nur Hasanah, Peranan Komunitas Harapan dalam Meningkatkan Kemandirian Anak Usia Sekolah di
Kawasan Pasar Johar Semarang (Semarang: Universitas Negeri Semarang, 2017), 38.
23
Syahraini Tambak, “Metode Ceramah: Konsep dan Aplikasi dalam Pembelajaran Pendidikan Agama
Islam,” Jurnal Tarbiyah 21, no. 2 (t.t.): 377.
24
Basyirudin Usman dan dkk, Media Pembelajaran (Jakarta: Delia Cipta Utama, 2002), 107.
13
Selanjutnya, metode Tanya Jawab metode Tanya jawab adalah suatu
metode dimana guru menggunakan/memberikan pertanyaan kepada siswa dan siswa
menjawab, atau sebaliknya siswa bertanya pada guru dan guru menjawab peranyaan
siswa.25 Metode ini penulis gunakan untuk mengetahui seberapa jauh pemahaman
anak-anak mengenai materi wudhu dan sholat serta Menarik perhatian siswa untuk
menggunakan pengetahuan dan pegalaman anak didik. Dengan demikian, penulis
dapat mengetahui sejauh mana pengetahuan anak-anak di Mushola As-Salam
mengenai materi Wudhu dan shalat.
D. Hasil dan Dampak Pendampingan
1. Gambaran Umum Sebelum Pendampingan
a. Gambaran Umum Lokasi
Berdasarkan Hasil wawancara penulis dengan Bapak Aminan
selaku Takmir Mushola As-Salam di Dusun Wonosari mengenai Profil atau
gambaran umum mengenai Mushola As-salam :
“Mushola niki beralamatkan di Dusun Wonosari, lebih tepatnya di
RT 01, RW 12, Desa Sambirejo, Kecamatan Pare, Kabupaten
Kediri. Didirikan sejak tahun 2009 dan direnovasi ulang tahun 2010
hingga sampai sekarang. Dikelola oleh warga setempat (Gotong
royong) khususnya warga Wonosari RT.01 RW 12. Awal berdiri
masih dengan agenda sholat lima waktu berjamaah dan sholat
tarawih. Beberapa tahun kemudian, mulai dikembangkan lagi
dengan ada agenda mengaji setiap ba’da magrib dilanjut ba’da isy’a
sampai selesai”26
Mushola As-Salam mengalami perkembangan pesat yang pada
awalnya hanya mengkhususkan pada agenda sholat lima waktu berjamaah
setelah beberapa tahun kemudian mendapat dukungan dari masyarakat untuk
mengadakan agenda ngaji Al-Qur’an setiap harinya. Untuk kedepannya
Bapak Aminan dengan merangkul masyarakat akan mengagendakan kegiatan
25
Soetomo, Dasar-dasar Interaksi Belajar Mengajar (Surabaya: Usaha Nasional, t.t.), 148.
26
Hasil Wawancara dengan Bapak Aminan, selaku Takmir di Mushola As-Salam pada tanggal 17 Mei
2021
14
rutin sholawat diba’ setiap seminggu sekali dengan tujuan mengenalkan anak-
anak dengan kegiatan Islam sejak dini.
“Alhamdulillah sedikit demi sedikit mas, kita adakan kegiatan-
kegiatan Positif dengan kerja sama dengan seluruh warga wonosari
khusunya RT.01 RW.12. tinggal Bagaimana warga ini
mengistiqomahkan supados kegiatan-kegiatan ini bisa berjalan
lancar kedepannya”.27
Mushola As-Salam Memiliki kegiatan rutin Jama’ah sholat lima
waktu, Pembelajaran Al-Qur’an (ngaji) dan sholawat Diba’ setiap malam
Jum’at ba’da isya’. Peserta Kegiatan pengajaran Al-Qur’an ini rata-rata di
usia anak sekolah dasar sekitar umur 8-9 tahun.
b. Gambaran Umum Situasi
Berdasarkan pengamatan penulis mengenai gambaran situasi,
maka penulis mengamati : Masih dalam suasana Hari lebaran dan akibat
pandemi sekolah daring masih diperlakukan. Gambaran Umum di Dusun
Wonosari Suasana banyak anak kecil karena sekolah masih secara daring lalu
beralih pada suasana di Mushola As-Salam, bagaimana kegiatan anak-anak
pada saat Wudhu dan shalat berjamaah tersebut dilakukan. Sebelum kegiatan
pengajaran Al-Qur’an dilakukan, seluruh anak -anak di Mushola As- Salam
ikut serta untuk shalat Magrib berjamaah, antusiasme anak-anak untuk
mengikuti sholat berjamaah sangat tinggi dilihat dari mereka datang lebih
awal lalu adzan sampai dilakukanya sholat berjamaah. Pada saat pengamatan
penulis menjumpai ada beberapa anak yang sengaja datang terlambat mereka
malah sedang asyik mengobrol diluar Mushola. Sebelum shalat berjamaah,
penulis mengamati ada anak laki-laki melakukan wudhu di depan Mushola
dalam berwudhu terlihat anak tersebut tidak tertib dalam melakukan gerakan
berwudhu dan ada yang tergesa-gesa, sehingga penulis berasumsi bahwa anak
tersebut masih belum paham mengenai tata cara berwudhu dengan benar.
Kemudian pada saat sholat berjamaah terdapat anak yang ramai sendiri atau
tidak Khusyu’.
27
Ibid
15
Dengan demikian penulis menyimpulkan bahwa masih ada
sejumlah anak yang belum bisa memahami sepenuhnya mengenai tata cara
berwudhu dan masih belum memahami seberapa penting sholat bagi diri
mereka. Masih ada beberapa anak memiliki tujuan atau niat yang salah,
bahwa sebenarnya mereka ke mushola ini dengan tujuan beribadah kepada
Allah bukan malah bergurai dengan teman-temanya dan atau mungkin hanya
melakukan shalat atas perintah orang tuanya saja bukan karena kebutuhan
mereka sendiri.
2. Pelaksanaan Pendampingan
Setelah mendapatkan izin untuk melaksanakan pengabdian masyarakat
di Mushola As-Salam, selama 2 hari pada tanggal 18-19 Mei 2021. Pelaksanaan
pendampingan kegiatan pembelajaran di lakukan di Mushola As-Salam. Dalam
hal ini anak-anak yang penulis dampingi adalah anak-anak Iqro’ dan ada yang
sebagian sudah Al-Qur’an.
a. Pendampingan pertama 18 Mei 2021
Proses pembelajaran diawali dengan berdoa, sebagaimana doa yang
biasa dibaca anak-anak di Mushola sebelum memulai pembelajaran. Setelah
itu penulis memperkenalkan diri pada anak-anak agar lebih saling mengenal
dan mempermudah proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran,
penulis menggunakan Metode Ceramah serta menggunakan papan tulis
sebagai media dalam menyampaikan materi terkait pembelajaran wudhu dan
sholat.
Pada awal pembelajaran penulis mengajukan beberapa pertanyaan
tanya jawab. Hal ini penulis lakukan dengan tujuan untuk me-review serta
mengukur sejauh mana anak-anak memahami tentang materi wudhu dan
shalat. Awalnya, mereka terkesan malu-malu untuk menyampaikan
pendapat, tetapi dengan sedikit dorongan yang penulis berikan, kemudian
mereka mulai terbuka dan berani menjawab pertanyaan bahkan anak-anak
juga mulai berani bertanya mengenai hal-hal apa saja yang membatalkan
wudhu dst. Tanya jawab ini terkait dengan materi Wudhu. Setelah
mengetahui pemahaman anak-anak tentang bersuci atau wudhu, kemudian
penulis mulai memberikan penjelasan dan juga penyampain terkait materi 1)
16
Pengertian Wudhu 2) Rukun Wudhu 3) Sunnah Wudhu 4) hal-hal yang
membatalkan wudhu dengan metode ceramah serta menggunakan media
berupa papan tulis. Kemudian penulis menyuruh anak-anak untuk menyalin
beberapa penjelasan yang penulis tulis dipapan sebagai catatan agar
dikemudian hari tidak lupa. Hal ini penulis lakukan dengan harapan dapat
menambah serta memperkuat pengetahuan anak-anak di Mushola As-Salam
mengenai materi Wudhu.
Kemudian, penulis menggunakan metode demonstrasi untuk
memberikan penjelasan mengenai Tata cara bersuci hal ini terkait urutan dan
gerakan serta niat untuk melaksanakan wudhu. Penulis ingin anak-anak
mempraktikkan keseluruhan mengenai tata cara, gerakan serta urutan wudhu
yang benar.
b. Pendampingan kedua tanggal 19 Mei 2021
Pada Pendampingan kedua penulis lakukan sama dengan sebelumnya
dengan metode ceramah, tanya jawab dan diakhiri dengan demonstrasi, akan
tetapi pada pendampingan ini penulis menyampaikan materi berbeda.
Pendampingan kedua ini terkait dengan materi shalat dengan sub bab 1)
pengertian dan dasar hukum shalat 2) syarat wajib shalat 3) syarat sah shalat
4) rukun sholat kemudian Praktik. Penulis memperhatikan gerakan dan
bacaan shalat yang benar. Penulis memilih demonstrasi dilakukan oleh
seluruh anak dengan tujuan untuk mengetahui sekaligus mengecek
bagaimana tata cara shalat yang mereka lakukan sehari-hari. Penulis melihat
dengan seksama setiap gerakan shalat yang didemonstarikan. Ketika ada
yang salah, penulis memberikan contoh bagaimana gerakan yang benar.
Begitu pula pada bacaan shalat yang diucapkan anak-anak, penulis
memberhentikan jalannya praktik apabila ada bacaan yang salah, kemudian
membetulkannya.
Pada akhir proses pembelajaran, penulis memberikan suatu ulasan
kembali mengenai materi wudhu dan shalat untuk menguatkan serta
memberikan kesimpulan tentang pembelajaran hari ini. Setelah itu kegiatan
ditutup dengan doa setelah belajar dan doa kafaratul majlis.
17
3. Dampak Pendampingan
Setelah diadakannya pendampingan Pembelajaran mengenai materi
wudhu dan shalat, anak-anak telah memahami hal-hal apa saja yang perlu mereka
perhatikan Ketika mulai dari wudhu sampai shalat terlebih Mereka sangat
antusias apalagi selama ini mereka hanya merasakan pembelajaran daring lewat
HP masing-masing. Untuk itu adanya pembelajaran secara langsung di Mushola
anak-anak sangat antusias sakali.
Adanya pembelajaran ini anak-anak jadi mengetahui dan bisa untuk
membenahi gerakan dan bacaan shalat mereka. Selain itu, dengan anak
dikenalkan bacaan dan gerakan sholat yang benar anak akan mampu mengerjakan
sholat sendiri ketika mereka tidak bisa ikut sholat berjamaah. Yang awalnya
masih ragu dan ada yang belum hafal, Anak-anak-pun telah mengetahui
bagaimana cara menyikapi beberapa permasalahan yang mereka alami terjadi
terkait wudhu dan shalat seperti niat wudhu, gerakan wudhu yang belum tertip
bacaan, do’a qunut sholat subuh, doa Tasyahud awal, doa Iftitah dan Tasyahud
akhir, dari keseluruhan pada pemahaman materi mengenai tata cara wudhu dan
sholat adalah 7 dari 10 anak yang sudah paham mengenai materi wudhu dan
sholat.
Kemudian Setiap materi yang penulis sampaikan telah ditulis anak-anak
di buku tulis mereka, sehingga tulisan tersebut dapat menjadi catatan tambahan
ilmu bagi anak-anak. Dengan hal tersebut penulis berharap ilmu tersebut dapat
selalu diamalkan oleh anak-anak di Mushola As-Salam dalam kehidupan sehari-
hari. harapan penulis semoga sedikit ilmu yang penulis sampaikan dalam
kesempatan yang singkat tersebut dapat bermanfaat bagi anak-anak.
4. Keterbatasan Pendampingan
Setelah pelaksanaan pendampingan di Mushola As-Salam, penulis
menyadari bahwa masih ada beberapa keterbatasan dalam kegiatan pengabdian
pada masyarakat ini, di antaranya yaitu:
1) Keterbatasan Tempat dan waktu
Akibat pandemi Covid-19 cukup sulit untuk menemukan Tempat untuk
melakukan tugas Pengabdian Masyarakat dan penulis juga cukup kesulitan
menemukan lokasi yang tetap mengadakan proses pembelajaran Al-Qur’an
18
di daerah sekitar tempat tinggal penulis dikarenakan himbauan pemerintah
selama adanya pandemi adalah menghindari kerumunan dan tidak
menyebabkan atau mendatangkan kerumunan. Beruntung sekali adanya
kesediaan tempat di Mushola As-Salam menjadikan penulis bisa
melaksanakan pengabdian masyarakat. Tetapi tidak bisa dipungkiri Pandemi
saat ini menyebabkan penulis mempersingkat waktu pendampingan demi
kebaikan bersama.
2) Keterbatasan kemampuan penulis.
Keterbatasan ini terkait dengan kemampuan penguasaan materi dalam
diri penulis. Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam
proses pendampingan yang penulis lakukan, sehingga kami masih harus
banyak belajar, berlatih, serta memperbanyak pengalaman, agar tidak lagi
mengalami kebingungan saat akan menghadapi anak didik.
3) Keterbatasan Tenaga.
Keterbatasan Tenaga dari pihak penulis pada dasarnya bukan suatu hal
yang pokok menghalangi berjalannya proses pendampingan. Akan tetapi, hal
ini agaknya berpengaruh karena peneliti kurang mempersiapkan dengan
sulitnya mendapatkan tempat lokasi menjadikan semuanya serba cepat dan
juga sebagai penunjang proses pendampingan. Keterbatasan tenaga ini juga
menyebabkan penulis lebih memilih melakukan proses pendampingan
dengan metode dan media yang biasa dipakai di Mushola As-Salam.
E. Penutup
Dari hasil pendampingan yang telah dilakukan pada anak-anak Mushola As-
Salam RT.01 RW.12 Dusun Wonosari Desa Sambirejo Kec. Pare, diperoleh
kesimpulan bahwa: Anak-anak pada pemahaman tata cara wudhu dan sholat adalah
7 dari 10 anak. Secara Keseluruhan anak-anak telah mengetahui bagaimana cara
menyikapi beberapa permasalahan yang umum terjadi terkait wudhu dan shalat
seperti niat wudhu, gerakan wudhu yang belum tertip bacaan, do’a qunut sholat
subuh, doa Tasyahud awal, doa Iftitah dan Tasyahud akhir. Berdasarkan rincian pada
setiap indikator diatas, maka dapat disimpulkan bahwa pemahaman anak didik pada
materi Wudhu dan Shalat adalah cukup baik.
19
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Aziz Muhammad Azzam, dan Abdul Wahhab Sayyed Hawwas. Fiqih Ibadah.
Jakarta: Amzah, 2013.
Abu Malik Kamal bin as-Sayyid Salim. Shahih Fikih Sunnah, Penerjemah, Khairul
Amru Harahap dan Faisal Saleh. Jakarta: Pustaka Azzam, 2007.
Al-Basuruwani, Abu Abbas Zain Musthofa. Fiqh Sholat Terlengkap. Yogyakarta:
Laksana, 2018.
Al-Qardhawi, Yusuf. Fikih Thaharah, terj, Samson Rahman. Jakarta: Pustaka Al-
Kautsar, 2006.
Haryanto, Sentot. Psikologi Shalat (Kajian Aspek-aspek Psikologi Ibadah Shalat oleh-
oleh Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad SAW. Yogyakarta, 2007.
Hasanah, Ainul. “Mengajarkan Shalat pada Anak Melalui Metode Demostrasi, Tanya
Jawab, dan Pembiasaan.” Al-Hikmah 2, no. 1 (2018).
Hasanah, Nur. Peranan Komunitas Harapan dalam Meningkatkan Kemandirian Anak
Usia Sekolah di Kawasan Pasar Johar Semarang. Semarang: Universitas
Negeri Semarang, 2017.
Rasjid, Sulaiman. Fiqh Islam (Hukum Fiqh Lengkap. Bandung: Sinar Baru Algensindo,
2012.
Rifa’i, Moh. Ilmu Fiqh Islam Lengkap. Semarang: Toha Putra, t.t.
Ruwaida, Hikmatu. “Strategi Pembelajaran Fiqih Thaharah Di SDN Mundar
Kecamatan Lampihong Kabupaten Balangan.” Al-Madrasah 3, no. 2 (2019).
Sagala, Syaiful. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta, 2010.
Setyawati, Martyarini Budi. Electronical Games Untuk Mengatasi Nyeri Perawatan
Luka Pada Anak Post Operasi. Yogyakarta: UNY Press, 2020.
Soetomo. Dasar-dasar Interaksi Belajar Mengajar. Surabaya: Usaha Nasional, t.t.
Sunhaji. “Konsep Manajemen Kelas dan Implikasinya dalam Pembelajaran.” Jurnal
Kependidikan 2, no. 2 (2014).
Supiana, dan Karman. Materi Pendidikan Agama Islam. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2009.
Suryana, Dadan. Pendidikan Anak Usia Dini (Teori dan Praktik Pembelajaran).
Padang: UNP Press, 2013.
Syafrida, dan Nurhayati Zein. Fiqh Ibadah. Pekan Baru: CV Mutiara pesisir Sumatra,
2015.
Syaikh Muhammad Fadh, dan Syaikh Abdul Aziz bin Baz. Sifat Wudhu & Shalat Nabi
SAW, Penerjemah: Geis Umar Bawazier. Cet ke-1. Jakarta: al-Kautsar, 2011.
Syarifuddin, Ahmad. Mendidik Anak Membaca, Menulis, Menulis, dan Mencintai Al-
Qur’an. Jakarta: Gema Insani, 2004.
Syarifuddin, Amir. Garis-garis Besar Fiqh. Jakarta: Kencana, 2003.
Tambak, Syahraini. “Metode Ceramah: Konsep dan Aplikasi dalam Pembelajaran
Pendidikan Agama Islam.” Jurnal Tarbiyah 21, no. 2 (t.t.).
Usman, Basyirudin, dan dkk. Media Pembelajaran. Jakarta: Delia Cipta Utama, 2002.
UU. RI. NO. 2003, Tentang Sistem Pendidikan Nasional (SIKDIKNAS). Bandung: Citra
Umbara, t.t.
20
LAMPIRAN
DOKUMENTASI
21
AGENDA PENDAMPINGAN
22