Anda di halaman 1dari 28

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Tinjauan Pustaka

Pembinaan agama islam Dalam bukunya Ahmad Tafsir yang

berjudul “Ilmu Pendidikan Islam” pembinaan menurut Bloom ada

tiga, yaitu kognitif, afektif, psikomotorik. Untuk pengajaran agama,

bagian yang menyangkut pembinaan psikomotorik dan kognitif juga

tidak terlalu rumit segi perancangan langkah mengajarnya.

Mengajarkan cara berwudhu, misalnya, dapat kita gunakan urutan

dalam pengajaran ketrampilannya, begitu juga dalam pengajaran

membaca al-Qur’an. Dalam pengajaran kognitif terdapat tiga jenis

pengajaran, yaitu pengajaran verbal, pengajaran konsep, dan

pengajaran prinsip. Pengajaran ini masing-masing mempunyai

urutan langkah tersendiri.Pengajaran verbal adalah pengajaran

bahasa, disini terdapat banyak prosedur mengajar, biasanya

dikembangkan oleh ahli pengajaran bahasa. Pengajaran konsep dan

prinsip mempunyai banyak teori tentang urutan (langkah-langkah)

mengajarnya. Dalam pengajaran afektif ini menyangkut pembinaan

rasa iman, rasa beragama pada umumnya. (Ahmad Tafsir, 2012:

199-201).

Selain penelaahan terhadap buku-buku referensi, penulis juga

melakukan penelaahan terhadap hasil asli penelitian yang ada.

10
Dalam penelaahan yang penulis lakukan, ditemukan adanya

penelitian yang mempunyai kemiripan judul dengan judul yang akan

penulis angkat sebagai berikut :

1. Skripsi saudari Ellaili Mahmudah (2002) dengan judul “Aktifitas

Ibu-ibu dalam Pengajian dan Pengaruhnya Terhadap Upaya

Mendidik Anak dalam Membaca Do’a (Kajian Terhadap

Pengajian Di Majelis Ta’lim Raudhatul Jannah Desa Pener

Kecamatan Pangkah Kabupaten Tegal)” yang berisi tentang

aktifitas keagamaan ibu-ibu dalam Majelis Ta’lim yang

bertujuan menambah wawasan, pengalaman, ilmu pengetahuan

dan ketrampilan mendidik anak dan membaca do’a.

2. Skripsi saudari Siti Nurdiyani (2009) dengan judul “ Pembinaan

Agama Islam Bagi Ibu-ibu Melalui Kegiatan Pengajian Rukun

Kematian Muslimat (RKM) di Kelurahan Karangwangkal

Kecamatan Purwokerto Utara” yang berisi tentang pembinaan

Agama Islam melalui kegiatan pengajian Rukun Kematian

Muslimat (RKM) yang membahas tentang bagaimana

menghadapi orang yang mau meninggal, orang yang meninggal

sampai jenazah itu dimakamkan.

3. Skripsi saudari Sumiarsih (2010) dengan judul “Pelaksanaan

Pendidikan Agama Islam di Majelis Ta’lim Ahad Pagi

Purbalingga” yang berisi bagaimana jalannya pelaksanaan

11
Pendidikan Agama Islam secara menyeluruh. Dengan demikian

penelitian yang ditulis oleh Ellaili Mahmudah dan Siti Nurdiyani

di atas terdapat persamaan dan perbedaan dengan penelitian yang

dilakukan penulis ini.Persamaannya adalah sama-sama

membahas atau meneliti tentang aktifitas ibu-ibu dalam kegiatan

pengajian sedangkan perbedaannya dengan penelitian terdahulu

yang dilakukan oleh peneliti terdahulu yang dilakukan oleh

saudari Ellaili Mahmudah pada penelitiannya yaitu tempat

melakukan penelitian. Penelitian yang dilakukan oleh saudari

Ellaili Mahmudah melakukan penelitian di Majelis Ta’lim

Raudhatul Jannah Desa Pener Kecamatan Pangkah Kabupaten

Tegal dan penelitian yang dilakukan penulis bertempat di

Majelis Ta’lim Ukhuwah Insaniyah Desa mernek Kecamatan

Maos Kabupaten Cilacap.

Pada penelitian saudari Ellaili Mahmudah memfokuskan

pada bagaimana aktifitas ibu-ibu dalam upaya mendidik anak dalam

membaca do’a.Sedangkan pada penelitian yang penulis lakukan ini

lebih memfokuskan pada pembinaan agama Islam yang membahas

tentang bagaimana meningkatkan keimanan dan ketaqwaan para

jamaah pengajian terutama bagi ibu-ibu.Akhirnya penulis dapat

menyimpulkan bahwa penelitian yang penulis lakukan ini berbeda

dengan penelitian yang sudah ada.

12
B. Landasan Teori

1. Konsep Pembinaan Keagamaan

a. Pengertian Pembinaan Keagamaan

Sebelum dibahas lebih lanjut mengenai pembinaan

keagamaan, maka perlu kiranya dikemukakan pengertian

pembinaan itu sendiri, diantaranya : Menurut Masdar Helmy

Pembinaan mencakup segala ikhtiar (usahausaha), tindakan

dan kegiatanyang ditujukan untuk meningkatkan kualitas

beragama baik dalam bidang tauhid, bidang peribadatan,

bidang ahlak dan bidang kemasyarakatan. Sedangkan

pengertian dari keagamaan adalah itu sendiri ialah, bahwa

keagamaan berasal dari kata agama yang kemudian mendapat

awalan “ke” dan akhiran “an”.Sehingga membentuk kata

baru yaitu “Keagamaan”.Jadi keagamaan di sini mempunyai

arti “segenap kepercayaan (kepada Tuhan) serta dengan

ajaran kebaikan dan kewajiban-kewajiban yang bertalian

dengan kepercayaan itu”.

Sedangkan pengertian akhlak yang tertuang dalam

hadist tersebut adalah sama dengan pengertian ihsan, yaitu

ikhlas beramal karena Allah semata dan harus berkeyakinan

bahwa Allah akan selalu melihat dan mengawasi dalam

ibadahnya. Karena ahlak di sini merupakan bagian dari diri

13
manusia dan menempati tempat yang paling tinggi sebagai

individu maupun sebagai masyarakat luas seperti dalam

pernyataan bahwa kejayaan seseorang, masyarakat dan

bangsa disebabkan ahlaknya yang baik, dan kejatuhan nasib

seseorang, masyarakat dan bangsa disebabkan hilangnya

ahlak yang baik atau jatuh ahlaknya. Dari keterangan di atas

hubungan antara ketiga bidang tersebut sangat berkaitan erat

bagi kehidupan manusia untuk kelangsungan hidup dalam

masyarakat. Sehubungan dengan itu, tujuan pembinaan

keagamaan tidak lain adalah untuk mengarahkan seseorang

agar memliki iman serta ahlak yang mulia, serta selalu

senantiasa memelihara dan mengamalkan apa yang telah

diajarkan oleh agama. Selain itu juga, perlu ditambahkan

adanya praktek- praktek langsung yaitu melakukan amal

perbuatan yang diperintahkan oleh agama secara nyata,

mengenal hukum-hukum dan kaidah-kaidah yang

memerliukan pengertian dan pemahaman. Dan perlu

diketahui juga dalam pembinaan agama (Islam) yaitu :

1) Mendorong agar taat beribadah dan bertaqwa

2) Agar berpengatahuan tentang hukum Islam

3) Membina agar suka beramal

14
b. Ruang Lingkup Pembinaan Agama

1. Pembinaan Agama dalam Keluarga Islam mengajarkan

bahwa pendidikan itu berlangsung seumur hidup, dari

buaian sampai ke liang lahat. Karena pembinaan dan

pendidikan anak dalam keluarga adalah awal dari suatu

usaha untuk mendidik anak untuk menjadi manusia yang

bertaqwa, cerdas dan terampil. Maka hal ini menempati

posisi kunci yang sangat penting dan mendasar serta

menjadi fondasi penyangga anak selanjutnya. Dalam hal

ini hubungan diantara sesama anggota keluarga sangat

mempengaruhi jiwa anak. Hubungan yang serasi, penuh

perhatian dan kasih sayang yang akan membawa kepada

kepribadian yang tenang, terbuka dan mudah dididik

karena ia mendapat kesempatan untuk tumbuh dan

berkembang. Untuk membina keimana dan ke Islaman

remaja, Abdullah Ulwani meletakkan tanggung jawab

pendidikan anak pada orang tua atau Ibu Bapaknya yang

meliputi hal–hal sebagai berikut :

a) Memberi petunjuk, mengajari agar beriman kepada

Allah dengan jalan merenungkan dan memikirkan

ciptaan-Nya (bumi, langit atau alam dan isinya).

15
b) Menamkan dalam jiwanya roh kekhususan, bertaqwa

dan beribadah kepada Allah, melalui sholat, dan

melatih tingkah laku denngan rasa haru dan menangis

disaat mendengar suara Al-Qur’an.

c) Mendidik anak untuk dekat kepada Allah di setiap

kegiatan dan situasi. Melatih bahwa Allah selalu

mengawasi, melihat dan mengetahui rahasia.

2. Pembinaan Agama di Sekolah Sekolah adalah sebagai

pembantu pendidikan anak, yang dalam banyak hal

melebihi pendidikan dalam keluarga, terutama: dari segi

cakupan ilmu pengetahuan yang diajarkannya. Karena

sekolah juga merupakan pelengkap dari pendidikan

dalam keluarga. Sekolah betul betul merupakan dasar

pembinaan remaja. Apabila Pembinaan pribadi remaja

terlaksana dengan baik, maka si anak akan memasuki

masa remaja dengan mudah dan membina masa remaja

itu tidak akan mengalami kesusahan. Akan tetapi jika si

anak kurang bernasib baik, dimana pembinaan pribadi di

rumah tidak terlaksana dan di sekolah kurang membantu,

maka ia akan mengahadapi masa remaja yang sulit dan

pembinaan pribadinya akan sangat sukar. Fungsi sekolah

dalam kaitannya dengan pembentukan jiwa keagamaan

16
pada anak, antara lain sebagai pelanjut pendidikan agama

di lingkungan keluarga, atau membentuk keagamaan

pada diri anak agar menerima pendidikan agama yang

diberikan.

3. Pembinaan Agama dalam Masyarakat Selain keluarga,

masyarakat dan lingkungan sekitarpun turut andil dalam

membina anak. Pembinaan agama yang diberikan oleh

keluarga sebagai dasar utama, sedangkan sekolah

menjadi sangat penting untuk memenuhi kekurangan

maupun keluarga dalam mendidik anak. Kebudayaan

hidup yang semakin kompleks, mental anak untuk

mengetahui berbagai macam hal penemuan ilmiah dan

agama, maka perlu kerjasama antar keluarga dan sekolah

serta masyarakat untuk mengarahkan ke hal yang positif.

Sehingga mampu mengenal makna kehidupan yang

sebenarnya. Masyarkat merupakan lapangan pendidiakan

yang ketiga, keserasian antara ketiga lapangan pembinaan

ini akan memberi dampak yang positif bagi

perkembangan anak termasuk dalam pembentukan jiwa

keagamaan mereka. Seperti diketahui bahwa dalam

keadaan yang ideal, pertumbuhan seorang menjadai

sosok yang memiliki kepribadian yang terintegrasi dalam

17
berbagai aspek, mencakup fisik, psikis, moral dan

spiritual. Dalam hal ini masyarakat mempunyai pengaruh

yang sangat besar, menyangkut hal-hal sebagai

konsekuensi interaksi sebagai berikut :

a) Anak akan mendapatkan pengalaman langsung

setelah memperhatikan (mengamati) apa yang terjadi

pada masyarakat.

b) Membina anak-anak itu berasal dari masyarakat dan

akan kembali ke masyarakat.

c) Masyarakat (dapat menjadi sumber) pengetahuan.

d) Masyarakat membutuhkan orang-orang terdidik, dan

remajapun membutuhkan masyarakat (untuk

mengembangkan dirinya).

c. Pola Pembinaan Keagamaan

1. Pembinaan Rohani

Dengan adanya pembinaan rohani, maka anak dapat

mengetahui kewajibannya kepada Allah dan rasul-Nya,

orang tuanya dan masyarakat. Pembinaan rohani ini

meliputi :

a. Pendidikan iman

Iman secara etimologi berarti kepercayaan,

sedang secara definitif adalah suatu kepercayaan yang

18
menegaskan bahwa hanya Tuhanlah yang

menciptakan, memberi hukuman-hukuman, mengatur

dan mendidik alam semesta ini “Tauhid Rububiyah”,

sebagai konsekuensinya maka hanya Tuhan itulah

yang satu-satunya yang wajib disembah, dimohon

petunjuk dan pertolongan-Nya serta yang harus

ditakuti “Tauhid Uluhiyah”.

Dari pengertian iman di atas, maka yang

dimaksud pendidikan iman ialah mengikat anak

dengan dasar-dasar iman, membiasakannya sejak

mulai paham melaksanakan rukun Islam, dan

mengajarinya sejak “mumayyis” dasar-dasar syariat

Islam yang agung. Yang dimaksud dengan dasar-

dasar iman ialah setiap hakikat keimanan dan

persoalan gaib yang secara mantap datang melalui

berita yang benar dan yang dimaksud dengan dasar-

dasar iman ialah setiap hakikat keimanan dan

persoalannya gaib yang secara mantap datang melalui

berita yang benar dan yang dimaksud rukun Islam

adalah setiap ibadah yang berhubungan dengan

sistem Rabbani dan ajaran-ajaran Islam.Dengan

demikian tugas dan kewajiban pendidik ialah

19
menumbuhbesarkan seorang anak sejak

pertumbuhannya atas dasar konsep pendidikan iman

dan atas dasar-dasar ajaran Islam.Sehingga mereka

terikat oleh akidah dan ibadah Islam dan

berkomunikasi dengan-Nya lewat sistem dan

peraturan Islam.

b. Pendidikan Ibadah

Secara umum “ibadah berarti bakti manusia

kepada Allah SWT karena didorong dan dibangkitkan

oleh akidah tauhid”.13 Materi pendidikan ibadah

secara menyeluruh telah dikemas oleh para ulama di

dalam ilmu fiqih atau fiqih Islam. Pendidikan ini

tidak hanya membicarakan tentang hukum dan tata

cara sholat belaka, melainkan meliputi pembahasan

tentang zakat, puasa, haji, tata ekonomi Islam

(muamalat), hukum waris (faroidh), tata pernikahan

(munakahat), tata hukum pidana (jinayat/hudud), tata

peperangan (jihad), makanan sampai dengan tata

negara (khilafah). Hal ini dimaksudkan agar mereka

tumbuh menjadi insan- insan yang benar-benar takwa,

yakni insan-insan yang taat melaksanakan segala

perintah agama dan taat pula dalam menjauhi segala

20
larangan-Nya. Dengan kata lain “tujuan pendidikan

adalah agar hidup anak sejalan dengan tuntunan

syariat Islam”

c. Pendidikan Akhlak

Pendidikan agama berkaitan erat dengan pendidikan

akhlak, tidak berlebihan kalau dikatakan bahwa

pendidikan akhlak dalam pengertian Islam adalah

bagian yang tidak dapat dipisahkan dari pendidikan

agama sebab yang baik adalah yang dianggap baik

oleh agama dan yang buruk adalah apa yang dianggap

buruk oleh ajaran agama. Hampir sepakat para filosof

pendidikan Islam bahwa pendidikan akhlak adalah

jiwa pendidikan Islam sebab tujuan tertinggi

pendidikan Islam adalah mendidik jiwa dan

akhlak.Keutamaan akhlak dan tingkah laku

merupakan salah satu buah iman yang meresap dalam

kehidupan keberagamaan anak. Maka seorang anak

bila sejak dini tumbuh dan berkembang dengan dasar

iman kepada Allah, niscaya anak akan mempunyai

kemampuan untuk menerima setiap keutamaan dan

kemudian ia akan terbiasa dengan akhlak yang mulia

karena ia menyadari bahwa iman akan membentengi

21
dirinya dari berbuat dosa dan kebiasaan jelek. Maka

dalam rangka mendidik akhlak kepada anak-anak

selain harus memberikan keteladanan yang tepat juga

harus ditunjukkan bagaimana harus bersikap,

bagaimana harus menghormati dan

seterusnya.Dengan adanya pendidikan akhlak

diharapkan anak-anaknya mempunyai akhlakul

karimah yang baik.

2. Pembinaan Pola Pikir

Pembinaan pola pikir tidak kalah pentingnya dari

pembinaan lain. Pendidikan agama merupakan

pembentuk dasar pendidikan jasmani sebagai persiapan

pendidikan moral untuk membentuk akhlak, sedangkan

pendidikan pola pikir untuk penyadaran dan

pembudayaan.Yang dimaksud dengan pendidikan pola

pikir adalah membentuk pemikiran anak dengan sesuatu

yang bermanfaat seperti ilmu pasti, ilmu alam, teknologi

modern dan peradaban sehingga anak bisa menyesuaikan

diri dengan kemajuan ilmu pengetahuan, pendidikan akal

merupakan satu kesatuan dari pendidikan yang telah

disebutkan.Terdapat saling keterkaitan antara aspek-

aspek pendidikan itu untuk membentuk pola pikir

22
menjadi pribadi yang utuh yang dapat mengemban

kewajiban dan tanggung jawab sebagai manusia dan

khalifah Allah di muka bumi.Untuk dapat melaksanakan

tanggung jawab tersebut Islam telah memberikan

petunjuk diantaranya memberikan beberapa kelebihan

pada orang-orang yang berilmu pengetahuan.

Sebagaimana firman Allah dalam Q.S. Al Mujadilah

ayat: 11

Artinya

“Hai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan

kepadamu : berlapang-lapanglah dlam majlis, maka

lapangknalah, niscaya Allah akan meninggikan orang-

orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang

diberi ilmu pengetahuan berupa derajat…”(QS. Al-

Mujadilah : 11).

Dari ayat di atas nyata betapa pentingnya ilmu

pengetahuan dalam kehidupan seseorang baik di dunia

maupun di akhirat.Oleh karena itu kewajiban para

pendidik terutama para orang tua untuk memerintahkan

anak-anak mereka untuk mencari ilmu, lebih khusus lagi

pada akhir masa kanak-kanak. Dari uraian di atas jelas

bahwa pembinaan pola pikir melalui pendidikan ini

23
sepadan dengan pembinaan intelektual anak, yaitu usaha

untuk menjadikan anak untuk mencintai ilmu sehingga

anak akan termotivasi untuk mempelajari sesuatu untuk

memperoleh kebenaran.

3. Pembinaan Jasmani

Pendidikan jasmani adalah salah satu aspek pendidikan

yang penting, yang tidak dapat lepas dari pendidikan

yang lain bahkan dapat dikatakan bahwa pendidikan

jasmani merupakan salah satu alat utama bagi pendidikan

rohani. Pendidikan jasmani di sini maksudnya adalah

pendidikan yang erat kaitannya dengan pertumbuhan dan

kesehatan.Agar jasmani menjadi sehat dan kuat maka

dianjurkan untuk melakukan olah raga. Berikut ini

beberapa nilai manfaat yang didapat anak setelah berolah

raga yaitu :

1) Nilai pertumbuhan fisik

Dengan olah raga seluruh anggota tubuh akan tumbuh

lebih cepat dibandingkan dengan mereka yang tidak

pernah berolah raga. Salah satu proses pertumbuhan

fisik ialah dengan sering melakukan olah raga dan

pergerakan fisik, sehingga proses pertumbuhan dapat

24
berjalan dengan baik dan kesehatan pada saat

pertumbuhan fisik dapat terjaga.

2) Nilai kemasyarakatan

Dalam permainan olah raga ini khususnya olah raga

dengan bersamasama, anak akan mempunyai

pengalaman belajar berorganisasi bagaimana bergaul

dengan kelompoknya, memupun persaudaraan dan

belajar untuk tolong-menolong bersama kawan satu

kelompok. Karena Sebagai makhluk sosial, manusia

hidup bersama orang lain. Dalam hidup bersama,

tentu seorang manusia tidak dapat bertindak

seenaknya.Norma meletakkan pedoman dasar

bagaimana manusia memainkan perannya dan

bagaimana manusia berhubungan dengan sesamanya.

3) Nilai akhlak

Bicara masalah akhlak, berarti bicara masalah tata

krama dalam kehidupan. Sebagaimana Rosululloh

saw diutus ke muka bumi ini untuk menyempurnakan

akhlak. Maka dari itu, kita sebagai mahasiswa yang

pada nyaidan memahami nilai-nilai yang terkandung

dalam akhlak. Perbuatan seseorang dapat dipandang

sebagai perwujudan dari akhlaknya manakala ia

25
keluar dari keadaan batinnya. Dalam perspektip ini

maka suatu perbuatan dapat diklassifikasi dengan

ukuran-ukuran atau nilai-nilai. Dengan mengetahui

nilai akhlak anak akan mengenal pula apa arti

kesalahan dan sesuatu yang benar. Dalam permainan

keluarga, anak akan mengerti kesalahannya dan

bagaimana hukuman dari kesalahannya itu ketika dia

melakukan langsung karena dilatih berbuat jujur tidak

saling menjegal, menipu, berbuat adil, egois, dan

lainlain.

4) Nilai pengendalian

Pengendalian merupakan kemampuan diri dalam

mengendalikan perilaku untuk mencapai tujuan

tertentu. Seorang individu dengan pengendalian diri

yang baik dapat memahami benar konsekuensi akibat

tindakan yang akan mereka lakukan dan mengetahui

ukuran kemampuannya. Dengan permainan olah raga

ini anak akan mengetahui pula ukuran

kemampuannya di dalam sebuah cabang olah raga

tersebut, jenis olah raga apa yang dia yakini akan

kemampuannya dan kemahirannya. Dengan demikian

jelaslah betapa besar manfaat pembinaan jasmani

26
anak agar menjadi generasi muslim yang sehat dan

kuat dan itu akan terealisir jika orang tua menyadari

akan manfaat olah raga tersebut.

d. Pengertian Majlis Taklim

Majelis ta’lim menurut bahasa terdiri dari dua kata

yaitu “majelis” dan “ta’lim”, yang keduanya berasal dari

bahasa Arab. Kata majelis ta’lim adalah bentuk isim makna

dari akar kata “” Yang berarti “tempat duduk, tempat sidang

atau dewan”. Tuti Alawiyah As dalam bukunya “strategi

Dakwah di Lingkungan Majelis Ta’lim”, mengatakan bahwa

salah satu arti dari majelis adalah “pertemuan atau

perkumpulan orang banyak” sedangkan ta’lim berarti

“pengajaran atau pengajian agama Islam”. Kini apabila kedua

istilah tersebut disatukan maka yang akan muncul kemudian

gambaran sebuah suasana dimana para muslimin berkumpul

untuk melakukan kegiatan yang tidak hanya terikat pada

makna pengajian belaka melainkan kegiatan yang dapat

menggali potensi dan bakat serta menambah pengetahuan

dan wawasan para jama’ahnya Dari beberapa definisi

tersebut maka majelis ta’lim dapatlah ditarik kesimpulan

sebagai berikut:

27
1) Majelis ta’lim adalah tempat berlangsungnya kegiatan

pengajian atau pengajaran agama Islam. Waktunya

berkala tetapi teratur tidak tiap hari atau tidak seperti

sekolah.

2) Majelis ta’lim merupakan lembaga pendidikan Islam non

formal yang pengikutnya disebut jama’ah bukan pelajar

atau murid. Hal ini didasarkan karena kehadiran di

majelis ta’lim tidak merupakan suatu kewajiban

sebagaimana dengan kewajiban murid di sekolah.

Sedangkan pengertian majelis ta’lim menurut penulis

dalam skripsi ini adalah suatu wadah berkumpulnya

orang muslim guna menuntut ilmu agama Islam, yang

disertakan kegiatan yang dapat menggali potensi dan

mengembangkan bakat serta menambah pengetahuan dan

wawasan para jamaahnya.

e. Tujuan Majelis Ta’lim

Mengenai hal yang menjadi tujuan majelis ta’lim,

mungkin rumusnya bermacam-macam. Tuti Alawiyah

merumuskan bahwa tujuan majelis ta’lim dari segi fungsi,

yaitu:

28
1) Berfungsi sebagai tempat belajar, maka tujuan majelis

ta’lim adalah menambah ilmu dan keyakinan agama yang

akan mendorong pengalaman ajaran agama.

2) Berfungsi sebagai tempat kontak sosial , maka tujuannya

adalah silaturahmi.

3) Berfungsi mewujudkan minat sosial, maka tujuannya

adalah meningkatkan kesadaran dan kesejahteraan rumah

tangga dan lingkungan jamaahnya.

Secara sederhana tujuan majelis ta’lim dari apa

yang diungkapkan di atas adalah tempat berkumpulnya

manusia yang didalamnya membahas pengetahuan agama

serta terwujudnya ikatan silaturahmi guna meningkatkan

kesadaran jamaah atau masyarakat sekitar tentang

pentingnya peranan agama dalam kehidupan sehari-hari.

Sedangkan di dalam ensiklopedia Islam,

diungkapkan bahwa tujuan majelis ta’lim adalah:

1) Meningkatkan pengetahuan dan kesadaran beragama

di kalangan masyarakat khususnya bagi jamaah.

2) Meningkatkan amal ibadah masyarakat.

3) Mempererat silaturahmi antar jamaah.

4) Membina kader di kalangan umat Islam.

29
f. Peranan Majelis Ta’lim

Majelis Ta’lim merupakan lembaga pendidikan tertua

dalam Islam. Walaupun tidak disebut majelia ta’lim, namun

pengajian Nabi Muhammad saw. Yang berlangsung secara

sembunyi di rumah sahabat Arqam bin Abil Arqam r.a. di

zaman makkah, dapat dianggap sebagai majelis ta’lim

menurut pengertian sekarang. Setelah adanya perintah Allah

swt.Untuk menyiarkan Islam secara terang-terangan,

pengajian seperti itu segera berkembang di tempat-tempat

lain yang diselenggarakan secara terbuka.Majelis ta’lim

adalah lembaga Islam non formal.Dengan demikian majelis

ta’lim bukan lembaga pendidikan Islam formal seperti

madrasah atau perguruan tinggi.Majelis ta’lim bukanlah

merupakan wadah organisasi masyarakat yang berbasis

politik.Namun, majelis ta’lim mempunyai peranan yang

sangat penting bagi kehidupan masyarakat. Peranan majelis

ta’lim sebagai berikut:

1) Sebagai wadah untuk membina dan mengembangkan

kehidupan beragama dalam rangka membentuk

mayarakat yang bertaqwa kepada Allah SWT.

2) Taman rekreasi rohaniah, karena penyelenggaraannya

bersifat santai.

30
3) Wadah silatuhrahmi yang menghidup suburkan syiar

Islam.

4) Media penyampaian gagasan yang bermanfaat bagi

pembangunan umat dan bangsa.

Secara strategi majelis ta’lim menjadi sarana dakwah dan

tabligh yang Islami coraknya yang berperan sentral pada

pembinaan dan peningkatkan kualitas hidup umat Islam

sesuai tuntunan ajaran Islam. Disamping itu guna

menyadarkan umat Islam dalam rangka menghayati dan

mengamalkan ajaran agamanya yang kontekstual kepada

lingkungan hidup sosial budaya dan alam sekitar mereka,

sehingga dapat menjadikan umat Islam sebagai Ummatan

Washatan yang meneladani kelompok umat lain. Untuk

tujuan itu, maka pemimpinnya harus berperan sebagai

petunjuk jalan kea rah kecerahan sikap hidup Islami yang

membawa kesehatan mental rohaniah dan kesadaran

fingsipnal selaku khalifah di buminya sendiri. Dalam

kaitannya dengan hal ini, M. Arifin mengatakan: Jadi

peranan secara fungsional majelis ta’lim adalah

mengkokohkan landasan hidup manusia Indonesia pada

khususnya di bidang mental spritual keagamaan Islam dalam

rangka meningkatkan kualitas hidupnya secara integral,

31
lahiriah dan batiniahnya, duniawi dan ukhrawiah secara

bersamaan, seseuai tntutan ajaran agama Islam yaitu iman

dan takwa yang melandasi kehidupan duniawi dalam segala

bidang kegiatannya, fungsi sesuai dengan pembangunan

nasional kita.

g. Materi dan Metode Yang Dikaji Majelis Ta’lim

1. Materi

Materi atau bahan ialah apa yang hendak diajarkan dalam

majelis ta’lim. Dengan sendirinya materi itu adalah

ajaran Islam dengan segala keluasannya.Islam memuat

ajaran tentang tata hidup yang meliputi segala aspek

kehidupan, maka pengajaran Islam berarti pengajaran

tentang tata hidup yang berisi pedoman pokok yang

digunakan oleh manusia dalam menjalani kehidupannya

di dunia dan untuk menyiapkan hidup yang sejahtera di

akhirat nanti.Dengan demikian materi pelajaran agama

Islam luas sekali meliputi segala aspek

kehidupan.Dewasa ini, sekedar untuk memudahkan

sering dilakukan pembagian antara ilmu agama arti

khusus dan ilmu umum yang dipandang dari segi agama

dengan demikian, maka secara garis besarnya, ada dua

kelompok pelajaran dalam majelis ta’lim, yakni

32
kelompok pengetahuan agama dan kelompok

pengetahuan umum.

a. Kelompok pengetahuan agama

Bidang pengajaran yang termasuk kelompok ini

antara lain adalah Tauhid, Fiqh, Tafsir,Hadits,

Akhlaq, Tarikh, dan Bahasa Arab.

b. Kelompok pengetahuan umum

Karena banyaknya pengetahuan umum, maka tema-

tema atau maudlu’ yang disampaikan hendaknya hal-

hal yang langsung ada kaitannya dengan kehidupan

masyarakat. Kesemuanya itu dikaitkan dengan

agama, artinya dalam menyampaikan uraian-uraian

tersebut hendaklah jangan dilupakan dalil-dalil agama

baik berupa ayat-ayat al-Qur’an atau hadits-hadits

atau contoh-contoh dari kehidupan Rasullah saw.

Menurut Tuti Alawiyah bahwa kategori

pengajian itu diklasifikasikan menjadi 5 bagian:

1) Majelis ta’lim tidak mengajarkan secara rutin

tetapi hanya sebagai tempat berkumpul, membaca

shalawat, membaca surat yasin atau

2) Membaca shalawat nabi dan sebulan sekali

pengurus majelis ta’lim mengundang seorang

33
guru untuk berceramah itulah merupakan isi

taklim.

3) Majelis ta’lim mengajarkan pengetahuan dan

keterampilan dasar ajaran agama seperti belajar

mengaji al-Qur’an atau penerangan fiqh.

4) Majelis ta’lim mengajarkan pengetahuan agama

tentang fiqh, tauhid atau akhlak yang diajarkan

dalam-dalam pidato-pidato mubaliq yang kadang-

kadang dilengkapi tanya jawab.

5) Majelis ta’lim seperti butir ke-3 dengan

mengunakan kitab sebagi pegangan, ditambah

dengan pidato atau ceramah. f) Majelis ta’lim

dengan pidato-pidato dan dengan pelajaran pokok

yang diberikan teks tertulis. Materi pelajaran

disesuaikan dengan situasi hangat berdasarkan

ajaran Islam.

Penambahan dan pengembangan materi dapat

saja terjadi di majelis ta’lim, melihat semakin

majunya zaman dan semakin kompleks permasalahan

yang perlu penanganan yang tepat.Wujud program

yang tepat dan aktual sesuai dengan kebutuhan

jama’ah itu sendiri merupakan suatu langkah yang

34
baik agar majelis ta’lim tidak terkesan kolot dan

terbelakang.Karena majelis ta’lim merupakan salah

satu struktur kegiatan dakwah yang berperan penting

dalam mencerdaskan umat, maka selain

pelaksanaannya harus sesuai teratur dan periodik juga

harus mampu membawa jama’ah kearah yang lebih

baik.

2. Metode

Metode adalah cara, dalam hal ini caara

menyajikan bahwa pengajaran dalam majelis ta’lim untuk

mencapai tujuan yang telah ditetapkan.makin baik

motode yang dipilih makin efektif pencapaian tujuan.

Metode mengajar banyak sekali macamnya.Namun bagi

majelis ta’lim tidak semua metode itu dapat dipakai.Ada

metode mengajar di kelas yang tidak dapat dipakai dalam

majelis ta’lim.Hal ini disebabkan karena perbedaan

kondisi dan situasi antara sekolah dengan majelis ta’lim.

Ada beberapa metode yang di gunakan di majelis ta’lim,

diantaranya :

1) Majelis ta’lim yang diselenggarakan dengan metode

halaqah. Dalam hal ini pengajar atau ustadzah atau

kiayi memberikan pelajaran biasanya dengan

35
memegang suatu kitab tertentu. Peserta

mendengarkan keterangan pengajar sambil menyimak

kitab yang sama atau melihat ke papan tulis dimana

menuliskan apa-apa yang hendak diterangkan.

2) Majelis ta’lim yang diselenggarakan dengan metode

mudzakarah. Metode ini dilaksanakan dengan cara

tukar menukar pendapat atau diskusi mengenai suatu

masalah yang disepakati untuk dibahas.

3) Majelis ta’lim yang diselenggarakan dengan metode

ceramah. Metode ini dilksanakan dengan dua cara.

Pertama, ceramah umum, dimana pengajar atau

ustadzah atau kiayi bertindak aktif dengan

memberikan pelajaran atau ceramah, sedangkan

peserta pasif, yaitu tinggal mendengar atau menerima

materi yang diceramahkan. Kedua. Ceramah terbatas,

dimana biasanya terdapat kesempatan untuk bertanya

jawab. Jadi baik pengajar atau ustadzah atau kiayi

maupun peserta atau jamaah sama-sama aktif.

4) Majelis ta’lim yang diselenggarakan dengan metode

campuran. Artinya satu majelis ta’lim

menyelenggarakan kegiatan pendidikan atau

pengajian tidak dengan satu maacam metode saja,

36
melainkan dengan berbagai metode secara berselang-

seling.

Barangkali dalam majelis ta’lim dewasa ini (Majelis

ta’lim umum) metode ceramah telah sangat membudaya,

seolah-olah hanya metode ini saja yang dapat dipakai

dalam majelis ta’lim. Dalam rangka pengembangan dan

peningkatan mutu majelis ta’lim ada baiknya metode

yang lain mulai dipakai.

37

Anda mungkin juga menyukai