Anda di halaman 1dari 12

PENGARUH PEMBIASAAN PEMBELAJARAN AGAMA ISLAM DILINGKUNGAN

SEKOLAH PAUD DALAM ASPEK PERKEMBANGAN MORAL DAN KARAKTER


ANAK

Aliya Nur Rahmani Azzakiyah, Salsabila Noor Fachrunisa, Widya Triwardhani, Zira
Rahmawati

Prodi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini, Universitas Pendidikan Indonesia
Jl. Dr. Setiabudhi No.229, Isola. Kec. Sukasari, Kota Bandung, Prov. Jawa Barat 40151
Email: aliya.azzakiyah27@upi.edu, salsabilanoor@upi.edu, widya.dya11@upi.edu,
zirarahmawati28@upi.edu, hilmantaufiq8@upi.edu

Abstrak
Pendidikan merupakan induk bagi manusia untuk merubah sesuatu yang buruk menjadi
kebaikan. Pendidikan nilai agama dan moral merupakan salah satu bagian dari pengembangan
aspek perkembangan anak yang sering dikesampingkan. Nilai agama dan moral merupakan
bagian dari pengembangan diri anak yang dimulai sejak usia dini. Tujuan penelitian untuk
mengetahui strategi guru dalam menanamkan nilai agama dan moral pada anak usia dini.
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif observasi dan wawancara. Teknik
pengumpulan data melalui observasi, wawancara dan dokumentasi. Adapun responden dalam
penelitian ini adalah guru kelas. Hasil penelitian menunjukkan strategi yang digunakan oleh
guru di beberapa TK/PAUD dalam penananman nilai agama dan moral di lakukan melalui
kegiatan rutinitas yang meliputi: kegiatan mengucapkan salam dan berjabat tangan, kegiatan
bermain bersama dengan saling menghormati sesama, kegiatan membaca surah pendek dan
doa harian serta sholawat,dan kegiatan makan bersama kegiatan membaca iqro serta belajar
mengenal pencipta bersama teman.
Kata Kunci: Nilai Agama dan Moral, Anak Usia Dini

Abstract
Education is the parent for humans to change something bad into good. Education in
religious and moral values ​is one part of developing aspects of children's development that is
often sidelined. Religious and moral values ​are part of a child's self-development which starts
from an early age. The aim of the research is to determine teachers' strategies for instilling
religious and moral values ​in early childhood. This research uses qualitative research,
observation and interviews. Data collection techniques through observation, interviews and
documentation. The respondents in this research were class teachers. The results of the
research show that the strategies used by teachers in several TK/PAUD in instilling religious
and moral values ​are carried out through routine activities which include: greetings and
shaking hands, playing together with mutual respect for each other, reading short surahs and
daily prayers as well as prayers, and eating together, reading Iqro and learning to know the
creator with friends.
Keywords: Religious and Moral Values, Early Childhood
PENDAHULUAN
Pendidikan Agama Islam memiliki peran yang penting dalam membentuk moral dan
karakter anak sejak usia dini. Lingkungan sekolah PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini)
menjadi salah satu wadah utama di mana proses pembelajaran agama Islam dilakukan secara
sistematis. Dalam konteks ini, penting untuk memahami pengaruh yang dimiliki oleh
pembiasaan pembelajaran agama Islam di lingkungan sekolah PAUD terhadap perkembangan
moral dan karakter anak.

Di tengah dinamika zaman yang terus berkembang, pembentukan moral dan karakter anak
menjadi tantangan yang semakin kompleks bagi para orang tua dan pendidik. Pendidikan
Anak Usia Dini (PAUD) hadir sebagai landasan awal dalam membangun fondasi yang kokoh
bagi perkembangan anak-anak. Namun, dalam memperhatikan aspek moral dan karakter,
seringkali terabaikan bahwa pendidikan agama juga memiliki peran yang sangat penting.

Dalam konteks ini, pembiasaan pembelajaran agama Islam di lingkungan sekolah PAUD
menawarkan suatu pendekatan yang holistik dalam pembentukan karakter dan moral anak.
Lebih dari sekadar pengenalan terhadap ajaran agama, pendidikan agama Islam mendorong
refleksi yang mendalam tentang nilai-nilai kebaikan, keadilan, dan kasih sayang. Hal ini
memberikan landasan yang kokoh bagi anak-anak untuk memahami perbedaan antara benar
dan salah, serta menjalani kehidupan dengan integritas dan tanggung jawab.

Dengan pendekatan yang menyeluruh, pembelajaran agama Islam di sekolah PAUD bukan
hanya menjadi sarana untuk menanamkan keyakinan agama, tetapi juga sebagai wahana untuk
membentuk sikap empati, toleransi, dan kerjasama dalam kehidupan sehari-hari. Anak-anak
yang dibiasakan dengan nilai-nilai agama Islam cenderung memiliki sikap yang lebih peduli
terhadap lingkungan sekitar, serta mampu mengatasi konflik dengan cara yang damai dan
konstruktif.

Mengingat peran pentingnya pembentukan karakter dan moral sejak usia dini, pemahaman
yang lebih mendalam tentang pengaruh pembiasaan pembelajaran agama Islam di lingkungan
sekolah PAUD menjadi sangat relevan. Dengan demikian, artikel ini bertujuan untuk
menjelajahi dampak positif dari pembelajaran agama Islam dalam membentuk moral dan
karakter anak-anak, serta menyoroti pentingnya integrasi nilai-nilai agama dalam kurikulum
pendidikan PAUD.
KAJIAN TEORI

1. Pembelajaran Agama Islam


A. Definisi Pembelajaran Agama Islam
Menurut Syaiful Sagala (dalam Najib Sulhan 2012:18) Pembelajaran ialah membelajarkan
siswa menggunakan asas pendidikan maupun teori belajar sebagai penentu utama
keberhasilan pendidikan. Sementara itu menurut Beni Ahmad Saebani (2009:22) Islam adalah
nama salah satu agama yang datang dari Allah SWT yang ajaran-ajarannya bersumber dari
wahyu Al-Quran dan As-Sunnah. Didalam Islam terdapat berbagai tuntunan Allah dan
Rasul-Nya yang bersifat memerintah, melarang dan menganjurkan. Misalnya, orang islam
diperintah mendirikan shalat wajib maka yang melaksanankan memperoleh pahala, sedangkan
yang meninggalkannya memperoleh dosa.
Jadi Pembelajaran Islam adalah suatu proses terjadinya interaksi antara peserta didik dan
pendidik dalam upaya memberikan pengajaran dan bimbingan agama sesuai dengan tuntunan
ajaran agama islam yang bersumber dari Al- Quran dan As-Sunnah. Maka dari itu
pembelajaran Agama islam wajib diberikan kepada anak sejak dini melalui
pengenalan-pengenalan misalnya seperti mengenalkan ciptaan-ciptaan tuhan tentang alam dan
seisinya, kemudian bisa mengenal kepada anak seperti do'a-do'a yang biasa di pakai
sehari-hari misalnya seperti do'a mau makan dan setelah makan, do'a bangun tidur dan
sesudah tidur. kemudian anak diajarkan untuk melakukan pembiasaan-pembiasaan yang
bernuansa islami agar dapat terbentuknya akhlaqul karimah pada anak.

B. Tahapan-tahapan pembiasan agama islam pada AUD

Pembiasaan agama Islam pada AUD biasanya bisa disesuaikan dengan tingkat
perkembangan pada anak-anak usia dini.
1. Pengenalan pada Anak:
Anak-anak harus diperkenalkan terlebih dahulu dengan konsep dasar agama Islam, Misalnya
seperti mengenalkan Allah, Nabi Muhammad, Al-Quran, dan sebagainya, melalui metode
yang menarik.
2. Pembiasan nilai-nilai terhadap Anak:
Pada tingkat ini pemikiran anak-anak dapat dikenalkan dengan nilai-nilai Islam seperti
kebaikan, tolong-menolong, kasih sayang, dan lain-lain.
3. Pembiasan ibadah terhadap Anak:
Pada tingkat ini pemikiran Anak, Anak-anak dapat diajarkan mengenai kewajiban-kewajiban
yang harus di lakukan oleh umat muslim, sebagai pengajar atau orang tua dapat memberikan
contoh dasar pada anak misalnya seperti, mencontohkan sholat 5 waktu, mengenalkan dan
mengajarkan puasa (dalam bentuk yang sesuai dengan kemampuan mereka), dan adab dalam
beribadah.
4. Pembiasan akhlak:
Pada tingkat pemikiran Anak, Anak-anak dapat diberikan contoh dan diajarkan untuk
mengembangkan akhlak yang baik sesuai dengan ajaran Islam, contohnya seperti jujur,
disiplin, sabar, dan menghargai orang lain.
5. Pembiasan moralitas:
Anak-anak diajarkan untuk memahami perbedaan antara benar dan salah berdasarkan
nilai-nilai Islam, serta diajak untuk mengambil keputusan yang baik dalam kehidupan
sehari-hari.
6. Pengenalan Al-Quran dan hadis:
Pada tingkat pemikiran Anak, sebagai pengajar atau orang tua dapat mengenalkan
surat-surat yang terdapat didalam Al-Qur'an dan Hadist-hadist Nabi Muhammad, contohnya
pengajar atau orang dapat mengenalkan kepada Anak surat-surat pendek yang biasa dipakai
sehari-hari seperti surat An-Nas, Al-Falaq, dan Al-ikhlas. kemudian dengan Hadist sebagai
pengajar atau orang tua dapat mengenalkan kepada anak seperti Hadist larangan makan atau
minum sambil berdiri.
7. Penghayatan:
Sebagai pengajar atau orang tua dapat membiasakan kepada anak-anak untuk selalu berdo’a
sebelum melakukan kegiatan, Anak-anak dapat diajak untuk merasakan kehadiran Allah
dalam kehidupan sehari-hari mereka melalui kegiatan refleksi, doa-doa sederhana, dan
kontemplasi tentang ciptaan-Nya.

Penting untuk disesuaikan dengan tingkat pemahaman dan kebutuhan anak-anak usia dini
agar pembelajaran dapat efektif dan berkesan. Metode yang interaktif, kreatif, dan
menyenangkan sangat dianjurkan dalam pembiasan pembelajaran agama Islam di lingkungan
PAUD.

C. Metode Pembelajaran Agama Islam


Menurut Najib Sulhan (2012:24) ada beberapa metode yang perlu diterapkan didalam
pelaksanaan Pembelajaran Islam, antara lain sebagai berikut:

1. Metode Tafsir: Mengajar melalui penjelasan dan interpretasi ayat-ayat Al-Quran.


2. Metode Hadis: Pembelajaran berdasarkan hadis-hadis Nabi Muhammad SAW yang
mengandung ajaran Islam.
3. Metode Tarbiyah: Pembelajaran yang menekankan pada pembinaan karakter dan
moral melalui pendekatan pendidikan Islam.
4. Metode Ijtihad: Pembelajaran yang mendorong pemikiran kritis dan penafsiran
personal terhadap ajaran Islam.
5. Metode Diskusi: Pembelajaran yang melibatkan diskusi antara guru dan murid serta
antar murid untuk mendiskusikan konsep-konsep Islam.
6. Metode Praktek: Pembelajaran yang mengedepankan pengalaman langsung dalam
menjalankan ajaran Islam, seperti shalat, puasa, dan ibadah lainnya.
7. Metode Pemodelan: Menggunakan contoh-contoh dari kehidupan Nabi Muhammad
SAW atau para sahabat sebagai contoh teladan dalam pembelajaran.

Setiap metode memiliki keunggulan dan aplikabilitasnya sendiri tergantung pada konteks
pembelajaran dan kebutuhan siswa.

2. Perkembangan Moral anak

A. Pengertian Moral

Perkembangan moral adalah perkembangan yang berkaitan dengan adanya peraturan dan
adat istiadat tentang apa yang harus dilakukan seseorang ketika berinteraksi dengan orang
lain, dan perubahan tingkah laku dalam kehidupan anak, berkaitan dengan tata cara, adat
istiadat, kebiasaan yang berlaku kelompok sosial, dan juga menyangkut perkembangan. dari
proses berpikir. (Agama, 2019).

Perkembangan Moral adalah perkembangan yang sesuai dengan kemampuan seseorang


dalam mengetahui baik dan buruknya suatu perbuatan, kesadaran untuk berbuat baik,
kebiasaan untuk melakukan hal baik, dan rasa cinta terhadap perbuatan baik. Moral berasal
dari kata mos yang berarti akhlak, budi pekerti atau tingkah laku. Sedangkan terminologi
moral berasal dari bahasa latin yaitu mores yang merupakan bentuk jamak dari kata mos yaitu
kebiasaan (Duduk, 2012).

Kohlberg (Inggridwati; 2008, h.3-22) mengemukakan pendapatnya bahwa sisi moral adalah
sesuatu yang tidak bersifat bawaan, melainkan sesuatu yang berkembang dan dapat
dikembangkan atau dipelajari. Perkembangan moral adalah proses mempertimbangkan
nilai-nilai atau norma-norma sosial yang sejalan dengan kedewasaan dan kemampuan
seseorang dalam menyesuaikan diri dengan aturan-aturan dalam kehidupannya.
Perkembangan moral dengan demikian mencakup aspek kognitif, atau pengetahuan tentang
baik atau buruk dan benar atau salah, dan aspek afektif, atau sikap perilaku moral, yang
berkaitan dengan praktik pengetahuan moral. Selain perilaku moral, ada juga perilaku yang
tidak sesuai dengan harapan sosial karena tidak sesuai dengan norma sosial yang ada atau
kurang adanya rasa kewajiban untuk menyesuaikan diri, dan perilaku maksiat atau tidak
bermoral adalah perilaku yang bertentangan dengan sosial. harapan yang timbul dari
ketidakpedulian atau pelanggaran norma kelompok sosial

B. Moralitas Anak Usia Dini

Istilah etika selalu mengacu pada kebiasaan, aturan atau tata cara masyarakat tertentu,
termasuk etika yang merupakan aturan atau nilai-nilai agama yang dianut oleh masyarakat
setempat. Jadi, perilaku etis adalah perilaku manusia yang sesuai dengan harapan, aturan, dan
kebiasaan sekelompok orang tertentu (Khaironi, 2017). Siapa yang bertanggung jawab untuk
melarang nilai-nilai ini kepada anak-anak kita? Disadari atau tidak, kita tetap melarang
nilai-nilai moral, tetapi kita perlu bekerja lebih keras untuk melarangnya. Nilai-nilai moral
yang kita tanamkan sekarang, disadari atau tidak, akan sangat berpengaruh bagi masyarakat di
masa depan (Fitri & Na’imah, 2020).

Perkembangan akhlak merupakan proses perubahan yang terjadi pada anak berupa tingkah
laku, budi pekerti dan akhlak mulia serta pembentukan karakter anak sesuai dengan usianya
(Mulyati & Choiriyah, 2020). Dalam proses tumbuh kembang anak, orang tua dan guru di
sekolah perlu memberikan perhatian lebih, untuk dapat mengajarkan anak membedakan yang
benar dan yang salah, sehingga anak dapat memahami perilaku yang baik (Latipah, Adi
Kistoro, et al., 2020).
Dalam keluarga, orang tua memiliki peran yang besar untuk bertanggung jawab dalam
mendidik anaknya untuk mengembangkan akhlak yang baik terhadap dirinya, misalnya ketika
anak melakukan kesalahan, orang tua dapat menegur anak dan menjelaskan kepada anak
tentang kesalahan anak, dan pada saat yang sama. waktu yang sama. berbicara dengan mereka
tentang perilaku buruk mereka. melakukan hal ini (Latipah, Kistoro, et al., 2020).
Perkembangan dalam diri anak banyak dipengaruhi oleh aktivitas sosialnya dari orang yang
terdekat anak seperti orangtua, keluarga dan lingkungan sekitar anak(Loukatari et al., 2019).
Pada tahap pertama, anak sudah mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan, sehingga
mereka berusaha bekerjasama dan bergaul dengan teman dan orang-orang disekitarnya.
Sedangkan pada tahap kedua, anak sudah mampu mencoba menyesuaikan diri dengan nilai
dan aturan yang ada di sekitarnya(Hasanah, 2019). Perkembangan moral dan karakter yang
baik pada masa kanak-kanak dapat lebih diorientasikan pada pengenalan kehidupan pribadi
anak dalam hubungannya dengan orang lain (Boiliu, 2020a). Tujuan pembinaan moral adalah
agar anak dapat merespon pengalaman baru bagi orang lain, anak dengan teman baru akan
mudah berintegrasi dengan masyarakat.

C. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Moral

Perkembangan moral yang terjadi pada diri anak usia dini disebabkan oleh beberapa faktor,
yakni faktor yang ada dalam diri anak secara alami maupun faktor yang ada dari luar diri
pribadinya. Kedua faktor tersebut dapat dikatakan sebagai faktor individu manusia itu sendiri
dan faktor sosial di sekelilingnya (Pranoto, 2017). Kedua faktor tersebut berkontribusi besar
dalam membentuk atau mengasah moralitas seorang anak. Perkembangan tersebut dapat
berupa keadaan situasi lingkungan, konteks individu, atau kepribadian seseorang dalam
konteks sosial atau cara berintraksi dengan lingkungan sekitar dalam bermasyarakat. Hal ini
membuktikan bahwa perlu adanya eksistensi dari orang tua atau pendidik untuk membimbing
anak berusia dini, karena hal eksistensi atau peran tersebut akan memberikan pengaruh
signifikan terhadap perkembangan yang terjadi pada diri anak dalam rentang masa yang
mendatang.

D. Tahap-Tahap perkembangan Moral

Tahap ini juga dapat dianggap sebagai model perkembangan moral anak. dalam hal ini ada
ruang lingkup, seperti psikologi manusia dalam menyerap nilai-nilai moral,
mempersonalisasikan dan mengembangkannya dalam membentuk kepribadian yang
berprinsip dan mengikuti, menerapkan/tidak memilih, menanggapi/mengevaluasi, atau
mengambil tindakan sesuai dengan nilai-nilai etika. Saat lahir, tidak ada anak yang memiliki
hati nurani atau skala nilai. Pokok pertama dan utama dari pendidikan akhlak adalah menjadi
pribadi yang berbudi luhur dalam arti seorang anak dapat mempelajari apa yang diharapkan
dari kelompoknya. Ini bukti bahwa untuk membentuk manusia beretika diperlukan peralatan
yang lengkap dan proses pelatihan yang panjang. Jadi, tujuan akhir pendidikan yang ingin kita
tanamkan kepada siswa adalah memiliki perilaku yang disebut moralitas.

METODOLOGI PENELITIAN

1. Metode Penelitian

Jenis metode penelitian yang akan digunakan adalah kualitatif yang menggunakan
pengamatan atau observasi. Menurut McCusker, K., & Gunaydin, S. (2015), metode kualitatif
digunakan untuk menjawab pertanyaan tentang “apa (what)”, “bagaimana (how)”, atau
“mengapa (why)” atas suatu fenomena, sedangkan metode kuantitatif menjawab pertanyaan
“berapa banyak (how many, how much)”.

Menurut McCusker, K., & Gunaydin, S. (2015), pemilihan penggunaan metode kualitatif
dalam hal tujuan penelitiannya adalah untuk memahami bagaimana suatu komunitas atau
individu-individu dalam menerima isu tertentu. Dalam hal ini, sangat penting bagi peneliti
yang menggunakan metode kualitatif untuk memastikan kualitas dari proses penelitian, sebab
peneliti tersebut akan menginterpretasi data yang telah dikumpulkannya.

Metode kualitatif membantu ketersediaan diskripsi yang kaya atas fenomena. Kualitatif
mendorong pemahaman atas substansi dari suatu peristiwa. Dengan demikian, penelitian
kualitatif tidak hanya untuk memenuhi keinginan peneliti untuk mendapatkan
gambaran/penjelasan, tetapi juga membantu untuk mendapatkan penjelasan yang lebih dalam
(Sofaer, 1999). Dengan demikian, dalam penelitian kualitatif, peneliti perlu membekali
dirinya dengan pengetahuan yang memadai terkait permasalahan yang akan ditelitinya.
Creswell (2007, p. 45-47) menyebutkan beberapa karakteristik penelitian kualitatif yang baik,
antara lain:

a. peneliti menggunakan prosedur mendapatan data yang tepat.

b. Peneliti membatasi penelitian di dalam asumsi dan karakteristik dari pendekatan kualitatif.

c. Peneliti menggunakan pendekatan kualitatif dalam penelitiannya.

d. Peneliti memulai penelitian dengan satu fokus.

e. Penelitian berisi metode yang rinci, pendekatan yang tepat dalam pengumpulan data,
analisis data, dan penulisan laporan.

f. Peneliti menganalisis data menggunakan pemisahan analisis dalam beberapa level.

g. Peneliti menulis secara persuasif, sehingga pembaca dapat merasakan pengalaman yang
sama.

E. Proses penelitian dengan pendekatan kualitatif

Penelitian kualitatif dimulai dengan ide yang dinyatakan dengan pertanyaan penelitian
(research questions). Pertanyaan penelitian tersebut yang nantinya akan menentukan metode
pengumpulan data dan bagaimana menganalisisnya. Metode kualitatif bersifat dinamis,
artinya selalu terbuka untuk adanya perubahan, penambahan, dan penggantian selama proses
analisisnya (Srivastava, A. & Thomson, S.B., 2009).

2. Teknik dan Pengumpulan Data

Data peneliti ini dikumpulkan dengan teknik observasi dan wawancara. Observasi adalah
metode atau cara mengumpulkan data atu informasi dengan membuat catatan secara
sistematis mengenai tingkah laku anak, baik secara individu maupun kelompok dengan
melihat dan mengamati secara langsung. Sedangkan wawancara adalah cara sistematis untuk
memperoleh informasi-informasi dalam bentuk pernyataan-pernyataan lisan mengenai sesuatu
yang akan ditanyakan mengenai anak usia dini.

3. Uji Instrumen Penelitian


Setelah semua data yang dibutuhkan terkumpul, langkah berikut dilakukan adalah
mengadakan analisis terhadap semua data yang terkumpul, karena data yang terkumpul
berupa wawancara. Teknik pengelolaan yang digunakan adalah analisis kualitatif. Metode ini
melibatkan interpretasi data yang bersifat deskriptif dan non-numerik untuk memahami
konteks, pola, dan makna dalam data kualitatif seperti hasil wawancara.

PEMBAHASAN

Pendidikan dan nilai-nilai agama islam yang diajarkankepada para peserta didik Pendidikan
Anak Usia Dini (PAUD) mengacu pada Standar Tingkat Pencapaian PerkembanganAnak
(STPP), Sebagaimana tertuang dalam Permendikbud Nomor 137 tahun 2014 tentang Standar
Nasional Pendidikan Anak Usia Dini. Nilai- nilai tersebut meliputi : mengenal agama yang
dianut, mengerjakan ibadah, berperilaku jujur, memilikisifat dan sikap penolong, sopan,
hormat, menjaga kebersihandiri dan lingkungan, mengetahui hari besar agama, dan
menghormati (toleransi) agama orang lain. Dalam kebanyakan satuan PAUD mereka
memberikan pembelajaran dan nilai-nilaiagama islam sesuai dengan tingkat kemampuan dan
pemahaman anak, dan diberikan dengan cara yang sederhanadan menarik menurut anak.
Pendidikan dan pemberian nilai-nilai agama islam penting dilakukan dalam satuan PAUD
untuk membentuk serta mengembangkan aspek perkembangan moral dan karakter anak.

Nilai-nilai agama yang dikembangkan pada anak usia dinipada satuan PAUD
dikelompokkan menjadi lima tema pokok. Pertama, mempercayai adanya Tuhan melalui
ciptaan-Nya. Nilai agama yang diajarkan adalah: mengetahui sifat Tuhan sebagai Pencipta,
mengenal ciptaan-ciptaan Tuhan, dan membiasakan mengucapkan kalimat pujian terhadap
ciptaan Tuhan. Kedua, menghargai diri sendiri, orang lain, dan lingkungan sekitar sebagai
rasa syukur kepada Tuhan. Nilai agama yang diajarkan: terbiasa merawat kebersihan diri,
tidak menyakiti diri sendiri atau teman, menghargai teman (tidak mengejek atau
mengolok-olok), hormat pada guru dan orang tua, menjaga dan merawat tanaman, serta
menjaga dan merawatbinatang peliharaan dan ciptaan Tuhan. Ketiga, mempunyai perilku
yang mencerminkan sikap jujur. Nilai agama yang diajarkan: terbiasa bicara sesuai fakta,
tidak curang dalam perkataan atau perbuatan, tidak berbohong, menghargai kepemilikan
orang lain, mengembalikan benda yang bukan miliknya, mengerti batasan yang boleh dan
tidak boleh dilakukan, terus terang, anak senang melakukan sesuatu sesuai aturan dan
kesepakatan, dan mengakui kelebihan diri atau temannya. Keempat, mengenal kegiatan
beribadah sehari-haridan melakukan kegiatan beribadah sehari-hari dengan tuntunan orang
dewasa. Nilai agama yang diajarkan: doa-doa (doa sebelum dan sesudah belajar, makan, tidur,
doa untuk keduaorang tua), mengenal hari besar agama, cara ibadah sesuai dengan hari besar
agama, tempat-tempat ibadah, tokoh-tokoh keagamaan. Kelima, mengenal perilaku baik
sebagai cerminan akhlak mulia dan menunjukkan perilaku santun sebagai cerminan akhlak
mulia. Nilai agama yang diajarkan: perilaku baik dan santun, tata cara berbicara, cara
berjalan, cara meminta bantuan, cara menyampaikan terima kasih, cara makan, minum,
memberi salam, berpakaian, dan menolong teman.

Subjek penelitian yang dilakukan dengan didasarkan pada lima tema pokok dalam
pengembangan nilai-nilai agama para anak usia dini pada satuan PAUD didapatkan data
melalui observasi dan wawancara. Tema pokok pertama yaitu mempercayai adanya Tuhan
melalui ciptaan-Nya, dimana dalam implementasi di subjek penelitian anak-anak selalu
melakukan pembacaan asma’ul husna. Tema pokok kedua yaitu menghaegai diri sendiri,
orang lain, dan lingkungan sekitar sebagai rasa syukur kepada Tuhan, dimana dalam
implementasi subjek penelitian guru selalu melakukan pengecekan kebersihan anak
contohnya kuku. Tema pokok ketiga yaitu mempunyai perilaku yang mencerminkan sikap
jujur, dimana dalam implementasi di subjek penelitian guru selalu memberikan pengarahan
dan contoh mengenai sikap jujur. Tema pokok keempat yaitu mengenal kegiatan beribadah
sehari-hari dan melakukan kegiatan beribadah sehari-hari dengan tuntunan orang dewasa,
dimana dalam implementasi di subjek penelitian anak-anak diarahkan untuk berdoa setiap
sebelum kegiatan pembelajaran dan melakukan shalat dhuha. Tema pokok kelima yaitu
mengenal perilaku baik sebagai cerminan akhlak mulia dan menunjukkan perilaku santun
sebagai cerminan akhlak mulia, dimana dalam implementasi di subjek penelitian anak-anak
selalu dibiasakan untuk memberikan salam ke guru baik sebelum dan sesudah proses
pembelajaran.

Hasil implementasi dapat dilihat dari respon anak, penilaianguru, maupun penilaian dari
orang tua. Respon anak pada implementasi sangat kooperatif, dalam artian anak-anak sangat
merespon dengan baik terhadap implementasi yang ada dan mereka cukup cepat tanggap.
Penilaian guru terhadap anak-anak sangat baik karena.

KESIMPULAN DAN SARAN


DAFTAR PUSTAKA
PAUD Lectura: Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, Vol 1, No 2, April 2018 [Pengaruh
Pembelajaran Agama IslamTerhadap Perkembangan Moral Anak Usia 5-6Tahun Di TK
Al-hasanah Kecamatan Rumbai Pesisir]
Ananda, R. (2017). Implementasi Nilai-nilai Moral dan Agama pada Anak Usia Dini. Jurnal
Obsesi : Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 1(1), 19–31.
https://doi.org/10.31004/obsesi.v1i1.28
Fitri, Mardi. "Faktor yang mempengaruhi perkembangan moral pada anak usia dini."
Al-Athfaal: Jurnal Ilmiah Pendidikan Anak Usia Dini 3.1 (2020): 1-15.

Anda mungkin juga menyukai