Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap pasangan suami isteri pasti mengharapkan hadirnya seorang atau
beberapa orang anak sebagai buah hasil perkawinan mereka.
Namun tidak jarang sebuah perkawinan tak kunjung mendapatkan sesosok anak yang
diidam-idamkan tersebut. Banyak faktor yang menyebabkan suatu pasangan suami
isteri tidak kunjung mendapatkan turunan, misalnya gagal rahim, mandul, dan lain-
lain.
Banyak pula pasangan perkawinan menempuh berbagai cara untuk
mendapatkan anak. Misalnya; adopsi, inseminasi buatan, dan bayi tabung. Inseminasi
buatan adalah konsepsi (pembuahan) terhadap sel telur oleh sperma hasil para donor
yang tersimpan dilabaratorium.
Terkait persoalan diatas penulis akan mencoba membahas secara lebih dan
khususnya tentang inseminasi, kloning, bank sperma dan rahim sewaan menurut
Islam.

B. Rumusan Masalah
1. Pengertian Inseminasi, Cloning, Bank Sperma dan Rahim Sewaan
2. Pandangan atau Tinjauan Hukum Islam

C. Tujuan
1. Menjelaskan Pengertian Inseminasi, Cloning, Bank Sperma dan Rahim Sewaan
2. Menjelaskan Pandangan atau Tinjauan Hukum Islam

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Inseminasi, Cloning, Bank Sperma dan Rahim Sewaan


Pengertian Inseminasi
Kata inseminasi berasal dari bahasa Inggris “insemination” yang artinya
pembuahan atau penghamilan secara teknologi, bukan secara alamiah.
Dalam ilmu kedokteran arab istilah inseminasi dikenal dengan istilah ‫التلفيح‬
dari fiil ‫ – فلقح لتح‬menjadi ‫ تليحا‬yang berarti mengawinkan atau mempertemukan. 1
Menurut Bandini (2004), inseminasi buatan adalah pemasukan atau
penyampaian sperma ke dalam saluran kelamin betina dengan menggunakan alat
buatan manusia.
Menurut defenisi diatas, penulis dapat simpulkan bahwa inseminasi adalah
pembuahan buatan yang dilakukan terhadap wanita dengan cara memasukkan sperma
laki-laki ke dalam rahim perempuan dengan pertolongan dokter. Biasanya lazim
disebut dengan kawin suntik.
Ada dua macam inseminasi yaitu
a) inseminasi alamiah (natural insemination) yaitu pembuahan dengan cara
hubungan badan langsung sehingga terjadinya pembuahan.
b) Inseminasi buatan (artificial insemination). Inseminasi ini terdiri dari:
1) Inseminasi heterolog atau artificial insemination donor (AID) yaitu
inseminasi buatan yang selnya bukan berasal dari air mani suami istri
yang sah.
2) Inseminasi homolog atau artificial insemination husband (AIH) yaitu
inseminasi buatan yang berasal dari sel air mani suami istri yang sah.

Defenisi Kloning
Istilah kloning berasal dari kata klon (Yunani) yang berarti
potongan/pangkasan tanaman. Dalam bahasa Inggris disebut Clone yang berarti
duplikasi, penggandaan, dan membuat objek sama persis.

1
H. Mahjudin, Masail Fiqhiyah Berbagai Kasus yang Dihadapi Hukum Islam Masa Kini, (Kalam
Mulia : Jakarta, 2003) h.1

2
Dalam konteks sains, kloning didefinisikan sebagai sebuah rekayasa genetika
dengan cara pembelahan dan pencangkokan sel dewasa di laboratorium dan bila telah
berhasil kemudian dibiakkan dalam rahim.
ِ ‫ ِط ْف ُل ْاالَ نَا بِ ْي‬yang artinya jabang bayi; yaitu
Cloning atau disebut dengan istilah ‫ب‬
sel telur yang telah dibuahi oleh sperma yang telah dibiakkan dalam tempat
pembiakan (cawan) yang sudah siap untuk diletakkan ke dalam rahim ibu.
Menurut Antonius Suswanto dalam artikelnya di Harian Kompas mengatakan
bahwa Cloning dari etimologinya, klon (bahasa yunani), sebagai kata benda yang
artinya:
a) Suatu individu yang dihasilkan secara aseksual
b) Suatu individu yang berasal dari sel somatik tunggal orang tuanya, dan secara
genetik dia identik
Sebagai kata kerja, klon (kloning) diartikan sebagai upaya memperbanyak
bentuk klon, mengopi atau menghasilkan klon. Oleh karena itu, kloning merupakan
produksi satu atau lebih individu makhluk hidup, termasuk manusia, yang identik
secara genetika.
Jadi dapat penulis simpulkan, bahwa kloning adalah sebuah usaha rekayasa
genetika teknik membuat keturunan dengan kode genetiknya yang sama dengan
induknya, dengan cara cara pembelahan dan pencangkokan sel dewasa di
laboratorium dan bila telah berhasil kemudian dibiakkan dalam rahim seorang wanita.

Pengertian Bank Sperma


Bank sperma adalah pengambilan sperma dari donor sperma, kemudian
dibekukan dan disimpan ke dalam larutan nitrogen cair untuk mempertahankan
fertilitas sperma. Dalam bahasa medis disebut dengan Cryiobanking, merupakan
suatu teknik menyimpan sel cryopreserved untuk digunakan di kemudian hari.
Pada dasarnya, semua sel dalam tubuh manusia dapat disimpan dengan
menggunakan teknik dan alat tertentu sehingga dapat bertahan hidup untuk jangka
waktu tertentu.2 Dengan adanya cryobanking ini, sperma dapat disimpan dalam
jangka waktu lama, bahkan lebih dari 6 bulan atau dengan tes berkala terhadap
HIV dan penyakit menular seksual lainnya selama penyimpanan.
Adapun tujuan diadakan bank sperma adalah semata-mata untuk
membantu pasangan suami isteri yang sulit memperoleh keturunan dan
2
http://jawharie.blogspot.com/2011/04/hukum-bank-asi-dan-bank-sperma.html

3
menghindarkan dari kepunahan sama halnya dengan latar belakang munculnya
bank sperma seperti yang telah dijelaskan diatas. Tentang proses pelaksanaan
sperma yang akan di ambil atau di beli dari bank sperma untuk dimasukkan ke
dalam alat kelamin perempun (ovum) agar bisa hamil disebut dengan inseminasi
buatan yaitu suatu cara atau teknik memperoleh kehamilan tanpa melalui
persetubuhan.
Jadi, dapat penulis simpulkan bahwa bank sperma merupakan lembaga yang
menyimpan dan mengawetkan sperma dari donor untuk kepentingan penelitian, ilmu
pengetahuan, dan kepentingan individu yang ingin memperoleh keturunan.

Pengertian Rahim Sewaan


Sewa rahim adalah menanam ovum seorang wanita yang subur bersamaan
dengan sperma suaminya didalam rahim wanita lain dengan sebab diantaranya, rahim
pemilik ovum tidak baik untuk hamil atau ketiadaan rahim bersamaan dengan adanya
dua sel telur yang subur atau salah satunya, serta karena pemilik ovum ingin menjaga
kesehatan dan kecantikannya, rahim istri tidak kuat dan sebagainya.
Teknologi sewa rahim biasanya dilakukan bila istri tidak mampu dan tidak
boleh hamil atau melahirkan. Embrio dibesarkan dan dilahirkan dari rahim
perempuan lain bukan istri, walaupun bayi itu menjadi milik suami istri yang ingin
mempunyai anak tersebut. Untuk jasa nya tersebut, wanita pemilik rahim biasanya
menerima bayaran yang jumlahnya telah disepakati oleh keluarga yang ingin
menyewa rahimnya tersebut dan wanita itu harus menandatangani persetujuan untuk
segera menyerahkan bayi yang akan dilahirkannya itu ke keluarga yang telah
menyewanya.
Sejauh ini dikenal dua tipe sewa rahim yaitu sewa rahim semata (gestational
surrogacy) dan sewa rahim dengan keikutsertaan sel telur (genetic surrogacy). Pada
tipe pertama, embrio yang lazimnya berasal dari pasangan suami istri yang
dipertemukan melalui teknik IVF, ditanamkan dalam rahim perempuan yang disewa,
sedangkan pada tipe kedua, sel telur yang membentuk embrio adalah sel telur milik
perempuan yang rahimnya turut disewa itu, sedangkan spermanya adalah sperma
suami. Pada tipe kedua, walaupun perempuan pemilik rahim itu adalah juga pemilik
sel telur, ia tetap harus menyerahkan anak yang dikandung dan dilahirkannya kepada
suami istri yang menyewanya. Sebab secara hukum, jika sudah ada perjanjian, ia
bukanlah ibu dari bayi itu. Pertemuan sel sperma dan sel telur pada tipe kedua dapat

4
melalui inseminasi buatan, dapat juga melalui persetubuhan antara suami dengan
perempuan pemilik sel telur yang rahimnya disewa itu.
Terdapat beberapa alasan yang akan menyebabkan sewa rahim dilakukan:
a. Seorang wanita tidak mempunyai harapan untuk mengandung secara
biasa karena ditimpa penyakit atau kecacatan yang menghalangnya
dari mengandung dan melahirkan anak.
b. Rahim wanita tersebut dibuang karena pembedahan.
c. Wanita tersebut ingin memiliki anak tetapi tidak mau memikul beban
kehamilan, melahirkan, menyusukan anak, karena ingin menjaga
kecantikan tubuh badannya dengan mengelakkan dari terkesan akibat
kehamilan.
d. Wanita yang ingin memiliki anak tetapi telah putus haid (monopause).
e. Wanita yang ingin mencari pendapatan dengan menyewakan rahimnya
kepada orang lain.
Bentuk-bentuk sewa rahim:
1. Benih istri (ovum) disenyawakan dengan benih suami (sperma), kemudian
dimasukkan kedalam rahim wanita lain. Kaedah ini digunakan dalam keadaan
istri memiliki benih yang baik, tetapi rahimnya dibuang karena pembedaha,
kecacatan yang terus, akibat penyakit yang kronik atau sebab-sebab yang lain.
2. Sama dengan bentuk yang pertama, kecuali benih yang telah disenyawakan
dibekukan dan dimasukkan ke dalam rahim ibu titipan (sewa) selepas
kematian pasangan suami istri itu.
3. Ovum istri disenyawakan dengan sperma lelaki lain (bukan suaminya) dan
dimasukkan ke dalam wanita lain. Keadaan ini apabila suami mandul dan istri
ada halangan atau kecacatan pada rahimnya tetapi benih istri dalam keadaan
baik.
4. Sperma suami disenyawakan dengan ovum wanita lain, kemudian dimasukkan
ke dalam rahim wanita lain. Keadaan ini berlaku apabila keadaan istri
ditimpa penyakit pada ovari dan rahimya.
5. Sperma dan ovum istri disenyawakan, kemudian dimasukkan ke dalam rahim
istri yang lain dari suami yang sama. Dalam keadaan ini istri yang lain
sanggup mengandungkan anak suaminya dari istri yang tidak boleh hamil.
semua ahli fiqih tidak membolehkan penyewaan rahim dalam berbagai bentuknya.
Jika ada sebagian wanita yang mendapat cobaan dari Allah dengan tidak bisa menghasilkan

5
sel telur, maka mereka seperti halnya para wanita yang tidak memiliki rahim. Demikian pula
dengan laki-laki yang dicoba oleh Allah dengan tidak bisa menghasilkan sperma,
menghasilkan nya tapi mati atau menyerupai mati. Mereka adalah orang-orang yang dicoba
oleh Allah dengan kemandulan, sebagaimana disebutkan dalan Al-Quran:

“Kepunyaan Allahlah kerajaan langit dan bumi. Dia menciptakan apa yang dia
kehendaki. Dia memberikan anak-anak wanita kepada siapa yang dia kehendaki dan
memberikan anak laki-laki kepada siapa yang Dia kehendaki, atau dia
menganugrahkankedua jenis laki-laki dan wanita (kepada siapa saja) yang dikehendaki-Nya,
dan Dia menjadikan mandul apa yang Dia kehendaki. Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui
lagi Mahakuasa.” (asy-Syuuraa: 49-50)

Jadi, ada sebagian orang yang atas kehendak-Nya terlahir dalam keadaan mandul.
Kehendak-Nya ini tidak bisa ditolak dan tidak bisa diobati, yang bisa dilakukan oleh mereka
hanya bersabar dan ridha terhadap ketetapan-Nya. Dalam kondisi seperti ini, mereka bisa
menunaikan kewajiban sebagai seorang ibu dan ayah dipanti-panti asuahan atau tempat
pemeliharaan anak hilang. Apalagi, melakukan hal-hal tersebut akan mendapatkan pahala
yang berlimpah dari Allah, sebagaimana disabdakan Rasulullah SAW. dalam sebuah hadist
sahih “Saya dan pemeliharaan anak yatim di dalam surga seperti kedua (jari) ini (Dan
beliau memberi isyarat dengan kedua jarinya, telunjuk dan jari tengah).”3

B. Pandangan atau Tinjauan Hukum Islam


Pandangan Islam tentang Inseminasi
Upaya inseminasi buatan, dalam islam diperbolehkan, ini
didasarkan pada faktor darurat, sebagi landasan adalah hadis nabi SAW
yang mengatakan :
ِ َ‫ض َر َ[ر َوال‬
‫ض َرا َر‬ َ َ‫ال‬
“tidak boleh mempersulit diri dan menyulitkan orang lain”

Namun inseminasi yang dibolehkan dalam islam adalah inseminasi yang


manakala perpaduan sperma dengan ovum bersumber dari suami istri yang sah
(inseminasi Homolog), dan inseminasi Homolog ini tidak melanggar ketentuan
agama.

3
Yusuf Qaradhawi, Fatwa-fatwa Kontemporer, (Depok: Gema Insani, 2008) hal. 660

6
Adapun tentang inseminasi buatan dengan bukan sperma suami atau sperma
donor para ulama mengharamkannya seperti pendapat Yusuf Qardhawi yang
mengatakan bahwa Islam juga mengharamkan pencakukan sperma apabila
pencakukan itu bukan dari sperma suami sendiri.
Sejalan dengan pendapat Mahmud Syaltut inseminasi yang sperma tersebut
bukan sperma dari pasangan sah, sama halnya dengan zina dan dapat menyulitkan
persoalan hukum sesudahnya, seperti:
a) Mengacaukan hukum Islam untuk menentukan siapa wali dari anak yang lahir
dari proses tersebut karena nasabnya sudah kabur.
b) Menyulitkan hukum Islam untuk menentukan hak-haknya dalam urusan
pewarisan.
Disamping itu ada juga dampak psikologis yang mungkin saja muncul
nantinya dari orang-orang yang bersangkutan, seperti ayah, ibu atau anak,
diantaranya:
a) Bagi suami sah, kehadiran anak ini akan mengganggu pikirannya. Jika anak
tersebut perempuan, tumbuh dan berparas cantik, mungkin saja si suami tidak
dapat membohon dirinya bahwa si anak bukanlah anak kandungnya.
b) Bagi istri, jika nanti anak tumbuh dewasa akan timbul rasa penasaran siapa
bapak anak tersebut serta ingin berterima kasih pada laki-laki tersebut. dan hal
ini berkemungkinan akan menggiringnya pada arah perzinaan.
c) Bagi anak, secara naluriah lambat laun akan menyadari ketidak beresan dari
dirinya, dan jika ia mengetahui ia akan merasa goncangan jiwa yang mungkin
lebih parah ia rasakan dibanding yang dirasakan anak adobsi.4
Jadi, dapat penulis simpulkan bahwa inseminasi yang spermanya berasal
pasangan sah dibolehkan dalam islam, sedangkan inseminasi yang spermanya berasal
dari pasangan yang tidak sah adalah haram, dan dialrang dalam Islam.

Pandangan Islam tentang Kloning


Mengenai teknologi kloning manusia, menjadi hal yang kontroversial karena
mengandung dampak negatif misalnya:

4
M. Ali Hasan, Masail Fiqhyiah al-Hadistsah pada Masalah-Masalah Kontemporer, ( PT. Raja
Grafindo Persada, Jakarta, 1998 ) h. 78

7
a) Hasil kloning manusia itu tidak dapat dibedakan antara yang satu dengan yang
lain karena kesamaan bentuk tubuh, warna kulit, sikap dan bawaan, perangai serta
sidik jarinya.
b) Dapat mempengaruhi tatanan moral tentang keEsaan Allah dan mengubah sikap
hidup dan budaya manusia bila kloning dilakukan manusia.5
Hukum kloning menurut agama Islam adalah haram, pengharaman ini didasarkan
pada hal-hal berikut:
a) Anak yang dihasilkan melalui cara yang tidak alami
Firman Allah dalam surat An Najm ayat 45-46
ْ ُّ‫ ِم ْن ن‬. ‫الذ َك َر َواُاْل ْنثَي‬
‫طفَ ٍة اِ َذا تُ ْمنَي‬ َّ ‫ق‬َ َ‫َو اَنَّهُ خَ ل‬
“ dan bahwasannya Dialah yang menciptakan berpasang-pasangan pria dan
wanita. Dari air mani, apabila dipancarkan”
b) Anak-anak produk kloning dari perempuan saja, tidak akan mempunyai ayah
Firman Allah dalam surat al-Hujarat ayat 13
َ [‫[ر َواُ ْنثَي َو َج َع ْلنَ ُك ْم ُش[عُوْ بً[[ا َوقَبَ[ا[ ئِ[ َل لِتَ َع[[ا َر فُ[[وْ اِ َّن اَ ْك‬
‫[ر َم ُك ْم‬ ٍ [‫يَا َء يُهَ[[ا النَّا سُ اِنَّا خَ لَ ْقنَ ُك ْم ِم ْن َذ َك‬
‫ِع ْندَهللا اَ ْتقَ ُك ْم اِ َّن هللا َعلِ ْي ٌم خَ ْب ٌر‬
“ hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki
dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa, bersuku-suku
supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia
diantara kamu di sisi Allah adalah orang yang paling bertaqwa. Sesungguhnya
allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal”
c) Kloning manusia akan menghilangkan nasab (garis keturunan). Padahal Islam
telah mewajibkan pemeliharaan nasab
d) Memproduksi anak melalui proses kloning akan mencegah pelaksanaan banyak
hukum-hukum syara’
Islam selalu mendorong manusia yang mempunyai keahlian untuk melakukan
riset terhadap alam semesta, untuk membuka tabir rahasia Allah, diantaranya:
a) Orang Islam harus selalu mencari argumentasi ilmiah, mengenai kejadian
manusia tanpa melalui hubungan seks; misalnya kejadian Adam, kejadian
Hawa dari tulang rusuk adam, dan kejadian Isa dari ibu Maryam. Ada
kemungkinan Allah melakukan proses dengan perintah kepada malaikat
dengan cara seperti kloning, misalnya mengambil sel telur tunggal air susu ibu

5
H. Muhjuddin, Op.cit. h.6

8
maryam, lalu diproses menjadi jabang bayi, kemudian diletakkan ke dalam
rahim ibu Maryam, padahal ia tidak memiliki suami. Ini dibuktikan dengan
melalui riset kloning manusia, tapi tidak untuk selama-lamanya, hanya sekedar
untuk pembuktian kebenaran riset tentang kejadian manusia tanpa melalui
hubungan seks.
b) Di negara maju, sedang mempersiapkan teknologi kloning manusia yang
diarahkan untuk membuat sel jaringan, tanpa melalui perkembangan embrio
agar dapat digunakan merancang jaringan organ tubuh untuk keperluan
pengobatan atau transplantasi. Jika hal ini berhasil, maka hukum islam
membolehkannya karena sesuatu yang sangat membantu penyembuhan suatu
penyakit atau merehabilitasi cacat tubuh manusia.
Berdasarkan penjelasan diatas dapat penulis simpulkan bahwa agama islam
mengharamkan kloning.

Pandangan Islam tentang Bank Sperma


Terdapat dua hukum dalam bank sperma, yaitu hukum kewujudan bank
sperma itu dan hukum menggunakan khidmat bank tersebut. Dimana kedua hukum ini
merupakan haram karena mempertimbangkan kemudharatan yang terjadi dan dapat
merusak tatanan hidup manusia.
a) Dari segi hukum kewujudan bank sperma sendiri, maka hal ini tidaklah dengan
sendirinya menjadi keharaman selama bank tersebut mematuhi hukum syara’
dari segi operasinya.
b) Hukum menggunakan khidmat bank tersebut yakni mendapatkan sperma laki-
laki untuk disenyawakan dengan sel telur perempuan agar terwujudnya suatu
kehamilan dengan cara ensiminasi buatan.
Dari segi hukum, boleh saja suami menyimpan air mani mereka di dalam bank
sperma untuk istrinya apabila keadaan memerlukan, namun begitu, sperma itu
mestilah dihapuskan apabila suami telah meninggal dan jika telah berlaku perceraian
diantara suami dan istri. Bank sperma juga wajib dihapuskan.
Jika telah terjadi perceraian dan istri tetap melakukan proses memasukkan sel
yang telah disimpan ke dalam rahimnya, maka dia telah melakukan keharaman dan
wajib dikenakan ta’zir.
Menggunakan khidmat bank sperma tersebut yakni mendapatkan sperma laki-
laki untuk disenyawakan dengan sel telur perempuan bagi mewujudkan suatu

9
kehamilan dengan cara enseminasi buatan, hal ini juga sama seperti pendapat diatas
dimana dibolehkan hanya perempuan antara sperma suami dan ovum istri yang sah
ikatan perkawinannya.

Pandangan Islam tentang Sewa Rahim


Maka ulama telah menetapkan bahwa sewa rahim adalah haram. Hal ni
berlandaskan pada:
a. Tidak adanya hubungan perkawinan antara pemilik sperma dengan pemilik
rahim
Di dalam Islam, adanya anak selalu dilandasi proses perkawinan yang
sah antara suami istri yang tercakup di dalamnya rukun dan segala syarat.
Dalam proses sewa rahim, jelaslah bahwa antara pemilik sperma dan pemilik
rahim tidak memiliki hubungan perkawinan yang jelas. Dalil syariat yang telah
menetapkan bahwa seorang anak hanya akan lahir dari perkawinan yang sah dan
keturunan baik laki-laki maupun perempuan adalah rahmat dari sebuah
perkawinan.

b. Adanya ikatan syariat antara hak melakukan pembuahan di dalam rahim


seseorang dan hak melakukan jima’ (menggauli) dengan pemilik rahim
Di dalam fiqh islam terdapat Qaidah “siapa saja yang berhak melakukan
jima’ dengan seorang perempuan maka perempuan berhak hamil dari hasil
hubungan tersebut.
c. Tidak sah rahim itu menjadi barang jual beli
Dalam Islam terdapat hal yang dibenarkan oleh syariat untuk dijadikan
barang jual beli, namun ada juga yang tidak boleh dijual belikan diantaranya
istri. Seorang istri tidak boleh diperjual belikan dan termasuk didalamnya rahim.
Karena hanya dapat memanfaatkan istri itu bagi diri sendiri dan tidak boleh
menjadikan manfaat yang dibawa istri terhadap orang lain. Maka tidak bolehnya
disewa rahim bagi yang bukan suami adalah agar nasab seseorang tetap terjaga
karena memperhatikan nasab meerupakan salah satu asas dari kehidupan
bersyariat. Adanya proses sewa rahim yang demikian itu menunjuk pada zina,
bukan zina hakikat tetapi zina secara maknawi dan perilaku zina dalam model
sewa rahim ini tidak diberlakukan hukum had.

10
d. Syariat Islam mengharamkan segala hal yang membawa kepada perselisihan
diantara manusia
Islam melarang adanya perselisihan diantara manusia, maka sewa rahim
itu akan membawa manusia berselisih dan tidak jelas nasabnya seperti
perselisihan antara dua orang perempuan yang menjadi ibu dari anak tersebut
dan pertentangan dalam hal kewarisan.

e. Terjadinya percampuran nasab


Dengan adanya penyewaan rahim maka nasab anak akan tercampur dan
susah untuk menelitinya apalagi jika disekitarnya perempuan yang disewa
rahimnya memiliki suami maka akan terjadi perselisihan anak dari hasil sewa
rahim yang terlahir atau anak dari suami sebenarnya.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

11
Inseminasi adalah pembuahan buatan yang dilakukan terhadap wanita dengan
cara memasukkan sperma laki-laki ke dalam rahim perempuan dengan pertolongan
dokter. Dan mengenai hukumnya, inseminasi yang spermanya berasal pasangan sah
dibolehkan dalam islam, sedangkan inseminasi yang spermanya berasal dari pasangan
yang tidak sah adalah haram, dan dilarang dalam Islam. Kloning adalah sebuah usaha
rekayasa genetika teknik membuat keturunan dengan kode genetiknya yang sama
dengan induknya, dengan cara cara pembelahan dan pencangkokan sel dewasa di
laboratorium dan bila telah berhasil kemudian dibiakkan dalam rahim seorang wanita.
dan hukumnya adalah haram.
Bank sperma merupakan lembaga yang menyimpan dan mengawetkan
sperma dari donor untuk kepentingan penelitian, ilmu pengetahuan, dan kepentingan
individu yang ingin memperoleh keturunan. Sewa rahim adalah menanam ovum
seorang wanita yang subur bersamaan dengan sperma suaminya didalam rahim wanita
lain dengan sebab diantaranya, rahim pemilik ovum tidak baik untuk hamil atau
ketiadaan rahim bersamaan dengan adanya dua sel telur yang subur atau salah
satunya, serta karena pemilik ovum ingin menjaga kesehatan dan kecantikannya,
rahim istri tidak kuat dan sebagainya. dan hukumnya adalah haram.

B. Saran
Demikian penulisan makalah ini, penulis yakin masih banyak terdapat
kekurangan. Baik dikarenakan kekhilafan dalam pengetikan ataupun keterbatasan
sumber dalam penulisan maka lah. Oleh karena itu pemakalah sangat mengharapkan
kritik dan saran dari pembaca demi kesempurnaan makalah kita kedepannya.

12

Anda mungkin juga menyukai