Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Manusia sebagai makhluk hidup memiliki naluri untuk menjaga


kelangsungan hidupnya di dunia. Salah satu sifat insaniah manusia adalah
melanjutkan keturunannya sebagai pewaris peradabannya. Perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi ikut berpengaruh terhadap cara manusia
mengembangkan keturunannya, sehingga saat ini terdapat dua cara manusia
melangsungkan dan memperoleh keturunannya, yaitu secara alamiah yang
dilakukan melalui hubungan langsung antara lawan jenis dan melalui pemanfaatan
teknologi yang dikenal juga dengan teknologi reproduksi buatan atau Assisted
Reproductive Technology/ART.
Teknik bayi tabung (InVitro Fertilization) dan teknik ibu pengganti
(surrogate mother) adalah metode teknologi reproduksi buatan yang dilakukan
saat ini. Assisted Reproductive Technology/ART mengalami kemajuan yang pesat
di berbagai negara terutama di Eropa. Kelahiran bayi melalui teknologi reproduksi
buatan di 28 negara di Eropa dilaporkan mencapai 70.000 jiwa pada tahun 2007.
Di Indonesia teknologi reproduksi buatan ini juga mulai lebih dikenal dan sering
dilakukan akhir-akhir ini, seperti In Vitro Fertilization (IVF) atau dikenal dengan
teknik bayi tabung.  Tehnik ini memang  menjadi pilihan bagi pasangan suami
istri terutama yang belum dikaruniai anak.

1.2 Rumusan Masalah

Penerapan teknologi reproduksi buatan berhubungan dengan sekumpulan


permasalahan yang komplek sehingga diperlukan suatu pengaturan hukum agar
terdapat jaminan kepastian hukum dalam pelaksanaan teknologi reproduksi

1
buatan. Perhatian semakin meningkat terhadap masalah hukum yang berkaitan
dengan penerapan teknologi reproduksi buatan di negara-negara yang menerapkan
teknologi tersebut. Hal ini juga diikuti oleh peningkatan jumlah kasus serta
keberagaman keputusan pengadilan di seluruh dunia mengenai penerapan
teknologi ini.
Peraturan dan legalitas yang jelas sangat diperlukan untuk memberikan
jaminan perlindungan hukum bagi semua pihak yang terlibat dalam pelaksanaan
program teknologi reproduksi buatan. Masing-masing negara mempunyai
kebijakan tersendiri mengenai legalitas, pembatasan, serta ketentuan teknis
pelaksanaan teknologi reproduksi buatan, tapi tetap mengacu pada penghormatan
terhadap hak asasi manusia yang disesuaikan dengan kultur dan budaya negara
tertentu.
Dengan demikian ruang lingkup permasalahan  pada tulisan ini adalah :
1.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Teknologi Reproduksi Buatan

2.1 Pengertian Reproduksi

Reproduksi adalah kemampuan makhluk hidup untuk menghasilkan


keturunan yang baru. Tujuannya adalah untuk mempertahankan jenisnya dan
melestarikan jenis agar tidak punah. Pada manusia untukmenghasilkan keturunan
yang baru diawali dengan peristiwa fertilisasi. Sehingga dengan demikian
reproduksi pada manusia dilakukan dengancara generatif atau seksual. Tanda
kematangan alat reproduksi pada pria ditandai dengan keluarnyaair mani
(ejakulasi) yang pertama yaitu pada saat mimpi basah. Tanda kematangan alat
reproduksi pada wanita ditandai dengan haid yang pertama (menarche).

2.2 Pengertian Reproduksi Buatan

Reproduksi buatan adalah penciptaan kehidupan baru dengan selain cara


alami yang tersedia bagi organisme. Contohnya termasuk inseminasi
buatan, fertilisasi in vitro, kloning dan pembelahan embrio.
Reproduksi buatan juga dikenal dengan istilah teknologi reproduksi yang
berarti  Teknologi reproduksi  atau dalam UU Kesehatan disebut dengan
kehamilan di luar cara alami merupakan ilmu reproduksi atau ilmu tentang
perkembangbiakan yang menggunakan peralatan serta prosedur tertentu untuk
menghasilkan suatu produk (keturunan).
            Teknologi reproduksi buatan telah menjadi topik hangat selama ini.
Banyak para ahli yang telah mengembangkan teknologi yang berhubungan dengan
reproduksi buatan tersebut, seperti inseminasi buatan, bayi tabung, TAGIT

3
(Tandur Alih Gamet Intra Tuba), ZIFT (Zigot Intrafallopian Transfer), Fertilisasi
In Vitro ( In Vitro Fertilization), Partenogenesis dan cloning.

2.3 Hak Reproduksi

Teknik reproduksi buatan merupakan bagian dari pengobatan infertilitas.


Infertilitas dikatakan sebagai kelainan atau ‘sakit’ dalam masalah reproduksi.
Manusia pada dasarnya mempunyai hak untuk bebas dari sakit. Apabila infertilitas
merupakan manifestasi dari sakit maka semua manusia mempunyai hak untuk
bebas dari kondisi infertil atau dengan kata lain berhak untuk bereproduksi.
Teknik reproduksi buatan digunakan untuk mengatasi infertilitas ini, dimana
apabila reproduksi secara alami tidak memungkinkan dilakukan maka teknik
reproduksi buatan dapat diterapkan. Hak reproduksi tidak hanya berarti hak untuk
memperoleh keturunan, tetapi lebih luas lagi berarti hak untuk hamil atau tidak
hamil, hak untuk menentukan jumlah anak, hak untuk mengatur jarak kelahiran
anak.

2.4 Batasan dan Beberapa Pengertian yang Berhubungan Dengan Teknik


Reproduksi Buatan

Pada awalnya teknik reproduksi buatan hanya didefinisikan hanya terbatas


pada penanganan gamet (sperma, ovum) atau embrio untuk menghasilkan
kehamilan diluar cara alamiah, tidak termasuk didalamnya kloning atau
penggandaan manusia. Pada perkembangannya teknik reproduksi buatan semakin
berkembang menjadi beberapa teknik sebagai berikut

a) In Vitro Fertilization & Embryo  Transfer (IVF & ET)


b) Gamete Intrafallopian Transfer (GIFT)
c) Zygote Intrafallopian Transfer (ZIPT)
d) Cryopreservation
e) Intra Cytoplasmic Sperm Injection

4
Beberapa prosedur yang sering digunakan dalam teknik reproduksi buatan
antara lain : Pre-Implantation Genetic Diagnosis (PGD) dan Sex Selection.
Dalam perkembanganya teknik reproduksi buatan bukan hanya dibatasi
seperti pada batasan di atas, tetapi muncul istilah lain :

a) Stem cell
b) Human cloning
c) Assisted hatching
d) Follicular maturation
e) Penelitian lain, misalnya transplantasi uterus, transplantasi ovarium,
transplantasi endometrium, dan lain-lain.

Kesemua perkembangan ini menimbulkan dilema dalam hukum dan etika


yang berlaku di masyarakat. Hal ini terjadi karena adanya kesenjangan antara
iptek dan hukum dan etik. IPTEK berkembang sesuai dengan deret ukur
sedangkan hukum dan etika berkembang dengan deret hitung.

2.5 Jenis-Jenis Reproduksi Buatan

a) Inseminasi Buatan

          Inseminasi buatan adalah memasukkan atau penyampaian semen ke dalam


saluran kelamin wanita dengan menggunakan alat-alat buatan manusia dan bukan
secara alami. Namun perkembangan lebih lanjut dari inseminasi buatan tidak
hanya mencakup memasukkan semen ke dalam saluran reproduksi wanita, tetapi
juga menyangkut seleksi dan pemeliharaan sperma, penampungan, penilaian,
pengenceran, penyimpanan atau pengawetan  (pendinginan dan pembekuan) dan
pengangkutan semen, inseminasi, pencatatan, dan penentuan hasil inseminasi.
Adapun tujuan dari inseminasi buatan adalah sebagai suatu cara untuk
mendapatkan keturunan bagi pasutri yang belum mendapat keturunan.

5
            Teknik reproduksi buatan dengan cara pemasukan air mani ke dalam
rahim wanita melalui semprit agar terjadi pembuahan. Proses ini biasanya
dilakukan jika pria mengalami disfungsi seksual  atau air mani yang kurang sehat.
Pada wanita   proses ini dilakukan jika wanita tersebut mempunyai ukuran
ukuran tuba fallopi yang panjang sehingga sperma tidak sampai menemui ovum
karena sperma lebih dulu mati. Resiko melakukan teknik ini memang kecil, angka
keberhasilannyapun sangat bagus serta resiko yang ditimbulkan juga rendah.
Namun proses inseminasi buatan ini membutuhkan tenaga ahli khusus.
        Ada beberapa teknik dalam inseminasi, yaitu antara lain:
a. Teknik IUI (Intrauterine Insemination)
Teknik IUI dilakukan dengan cara sperma diinjeksikan melalui leher
rahim hingga kelubang uterine (rahim).
b. Teknik DIPI (Direct  Intraperitoneal  Insemination)
Teknik DIPI telah dilakukan sejak awal tahun 1986. Teknik DIPI
dilakukan dengan cara sperma diinjeksikan langsung ke  peritoneal
(rongga peritoneum).
            Teknik IUI dan DIPI dilakukan dengan menggunakan alat yang
disebut bivalve speculum, yaitu suatu alat yang berbentuk seperti selang dan
mempunyai 2 cabang, dimana salah satu ujungnya sebagai tempat untuk
memasukkan/menyalurkan sperma dan ujung yang lain  dimasukkan ke dalam
saluran leher rahim untuk teknik IUI, sedangkan untuk teknik DIPI dimasukkan
ke dalam peritoneal. Jumlah sperma yang disalurkan/diinjeksikan kurang lebih
sebanyak 0,5–2 ml. Setelah inseminasi selesai dilakukan, orang yang
mendapatkan perlakuan inseminasi tersebut harus dalam posisi terlentang selama
10–15 menit.   

b) Bayi Tabung

            Bayi Tabung adalah upaya jalan pintas untuk mempertemukan sel sperma
dan sel telur di luar  tubuh (in vitro fertiloization). Setelah terjadi konsepsi, hasil

6
tersebut dimasukkan ke dalam rahim atau embrio transfer sehingga dapat tumbuh
menjadi janin sebgaimana layaknya kehamilan biasa.
Status bayi tabung ada 3 macam:
1)      Inseminasi buatan dengan sperma suami
2)      Inseminasi buatan dengan sperma donor
3)      Inseminasi buatan dengan model titipan
Prosedur dan teknik bayi tabung ada 2 macam, yaitu:
a) Teknik pembuatan di luar tubuh (Steptoe dan Edward dari Inggris,1977)
            Tekniknya adalah dengan cara mempersiapkan sperma dan ovum yang
kemudian dicampur di luar tubuh (in vitro) pada cawan kaca atau medium yang
sesuai. Maka akan terjadi pembuahan dam menghasilkan zigot. Zigot terus
mengalami perkembangan dan membentuk morula, kemudian ditransplantasikan
ke dalam rahim. Teknik ini dikatakan dengan teknik laparoskopi.
b) Teknik Tandur Alih Gamet Intra Tuba (TAGIT)
            Caranya adalah dengan meletakkan sel benih dan sel telur ke saluran telur
induk, sehingga pembuahan terjadi di oviduk dan kemudian ditanam di rahim.
Teknik ini dilakukan apabila istri mempunyai antibodi terhadap sel benih
suaminya atau sel telurnya tidak dapat keluar dari indung telur karena suatu hal.
            Di Indonesia, meskipun program bayi tabung dimulai sejak tahun 1988 di
RS Harapan Kita, Jakarta, namun baru pada tahun 1997 RSUP Dr Sardjito
Yogyakarta berhasil mengembangkan program ini hingga melahirkan tiga bayi
kembar (Kompas, 3 Maret 2001). Di Amerika Serikat, Adam adalah bayi tabung
yang khusus diprogram untuk menyelamatkan kakaknya dan berhasil.Dan Louis
Brown adalah bayi tabung pertama yang dilahirkan pada tahun 1978, merupakan
kreasi dari Edward and Steptoe.

c) Kloning

            Kloning berasal dari bahasa Yunani “klon” yang berarti potongan atau


pangkasan tanaman, dalam bahasa inggris di sebut dengan“clone” yang berarti
duplikasi, penggandaan, membuat objek yang sama persis. Dalam konteks sains,

7
kloning adalah sebuah rekayasa genetika yang dibuat dengan cara pembelahan
dan pencangkokan sel dewasa di laboratorium dan bila telah berhasil,dibiakkan
dalam rahim. Dengan kloning, janin yang dihasilkan akan mempunyai gen dan
ciri yang sama dengan induknya.
            Pada kloning seksual, langkah awal yang dilakukan adalah fertilisasi in
vitro.  Setelah embrio terbentuk dan berkembang mencapai 4 sampai 8 sel maka
dilakukan splitting (pemotongan dengan teknik mikromanipulasi) menjadi dua
atau empat bagian.  Bagian-bagian embrio ini dapat ditumbuhkan kembali  dalam
inkubator hingga berkembang menjadi  embrio normal yang memiliki genetik
sama.  Setelah mencapai fase blastosis, embrio tersebut ditransfer kembali ke
dalam rahim ibu sampai umur 9 bulan.  Berbeda dengan kloning seksual, pada
kloning aseksual, fertilisasi tidak dilakukan menggunakan sperma, melainkan
hanya sebuah  sel telur terfertilisasi semu yang dikeluarkan pronukleusnya dan sel
somatis.  Karenanya, bila pada kloning seksual, genetik anak berasal dari kedua
orang tuanya, maka pada kloning aseksual, genetik anak sama dengan genetik
penyumbang sel somatis. 
            Sampai saat ini masih banyak perdebatan yang terjadi tentang boleh atau
tidaknya melakukan kloning. Tetapi secara teoritis, kloning mungkin dapat
dilakukan, namun hasilnya masih menjadi tanda tanya. Dan dari sisi teknologi
sendiri, pengkloningan merupakan hal yang sulit untuk dilakukan serta
membutuhkan dana yang sangat besar. Dari segi teknis dan manfaatnya, kloning
ada 3 jenis, antara lain:
1)     Kloning embrio: Untuk mendapatkan anak yang kembar dua, tiga, dan
seterusnya dari sebuah zigot.
2)     Kloning biomedik (terapetik): Untuk keperluan penelitian pengobatan
penyakit yang hingga kini sulit disembuhkan, seperti alzheimer, Parkinson,
Diabetes Mellitus, Infark Jantung dan lain sebagainya.
3)     Kloning reproduksi: Untuk mendapatkan anak dari klon dari orang yang
diklon, memproduksi sejumlah individu yang secara genetik identik
Teknik pengkloningan ini mempunyai manfaat yaitu:
a) Dapat membantu wanita yang kurang subur

8
b) Mencegah penularan penyakit genetik terhadap pasangannya
c) Dapat dimanfaatkan untuk kemajuan kesehatan
Namun, pengkloningan juga mempunyai kekurangan yaitu:
a) Keragaman populasi akan hilang, akibatnya manusia mempunyai respon
yang sama.
b) Jika genetik sama,resiko terkena patogen tunggal semakin besar
c) Kloning dianggap tidak etis, tidak manusiawi dan tidak normal

B. Hukum Reproduksi Buatan

2.1 Dasar Hukum Reproduksi Buatan

a) Inseminasi Buatan
            Inseminasi buatan dapat dibenarkan atau diijinkan bila dilakukan dengan
alasan kesehatan dan pengobatan atau untuk meningkatkan nilai genetik, sehingga
menghasilkan manusia yang lebih berkualitas. Dan yang lebih penting dilakukan
oleh pasangan yang sah. Hal ini di kemukakan oleh sebagian pakar agama baik
dari Islam, Kristen maupun Yahudi, karena dapat membantu pasangan suami istri
yang tidak bisa memperoleh keturunan, jika kedua belah pihak setuju untuk
melakukan inseminasi. Tetapi ada juga yang mempersoalkan tentang inseminasi
buatan ini, bahwasanya anak yang diperoleh dengan cara inseminasi sebenarnya
bukanlah anak dari dari suami istri itu sendiri, melainkan dari orang lain yang
identitasnya biasanya disembunyikan. Karena itu juga muncul problem hukum
tentang ayah yang benar dari anak tersebut dan problem physikologis dalam diri
anak di kemudian hari bila ingin tahu tentang ayahnya yang sebenarnya. Selain itu
persoalan tentang bagaimana cara mendapatkan sperma dan besarnya biaya yang
dikeluarkan untuk inseminasi buatan, ternyata juga menimbulkan masalah karena
terlalu mahal.
            Inseminasi buatan harus berlandaskan nilai etika tertentu, karena
bagaimanapun juga perkembangan dalam dunia bioteknologi tidak lepas dari

9
tanggung jawab manusia sebagai agen moral dan subjek moral. Etika diperlukan
untuk menentukan arah perkembangan bioteknologi serta perkembangannya
secara teknis, sehingga tujuan yang menyimpang dan merugikan bagi
kemanusiaan dapat dihindarkan. Dan yang penting perlu diterapkannya aturan
resmi pemerintah dalam pelaksanaan dan penerapan bioteknologi, sehingga ada
pengawasan yang intensif terhadap bahaya potensial yang mungkin timbul akibat
kemajuan bioteknologi.

b) Bayi Tabung

            Dasar hukum pelaksanaan bayi tabung di Indonesia adalah Undang-


Undang Kesehatan No.  23 Tahun 1992, antara lain:
1) Pasal 16 ayat 1, Kehamilan di luar cara alami dapat dilaksanakan sebagai
upaya terakhir untuk membantu suami atau istri mendapatkan keturunan.
2) Upaya kehamilan di luar cara alami sebagaimana dimaksud  dalam ayat 1
hanya dapat dilakukan oleh pasangan suami istri yang sah dengan
ketentuan:
a. Hasil pembuahan sperma dan ovum dari suami istri yang bersangkutan,
ditanamkan dalam rahim istri dariman ovum berasal.
b. Dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan
kewenangan untuk itu.
c. Pada sarana kesehatan tertentu, pelaksanaan upaya kehamilan di luar cara
alami harus dilakukan sesuai norma hukum, norma kessusilaan dan norma
kesopanan. Sarana kesehatan tertentu adalah sarana kesehatan yang
memiliki tenaga dan peralatan yang telah memenuhi persyaratan untuk
penyelenggaraan upaya kehamilan di luar cara alami dan di tunjuk oleh
pemerintah.
            Surrogate mother adalah rahim sewaan, yaitu menyewa rahim wanita lain
untuk ditanami embrio yang benihnya dari pasangan suami istri yang infertilitas.
Anak yang lahir dari sewa rahim terdapat 2 keadaan, yaitu:
1) Ovum dari pemesan, sperma dari pemesan

10
2) Ovum pemesan, sperma suami
3) Surrogate mother  dalam hukum pidana dan perdata tidak dilarang. Hukum
yang mengaturnya antara lain:
a) Undang-Undang Kesehatan No.23 Tahun 1992 pasal 16
b) Keputusan Menteri Kesehatan No.72 /Menkes/Per/II/1999
c) Undang-Undang No.29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran

c) Kloning

            Dilihat dari teknis dan dampaknya, kloning dapat disamakan dengan


inseminasi buatan atau bayi tabung. Ulama sepakat bahwa setiap upaya
mereproduksi manusia dapat merancukan nasab atau hubungan
kekeluargaan,apalagi jika konstribusi ayah tidak ada dalam proses pengkloningan
tersebut, maka hukumnya haram. Dan faktanya adalah, hasil pengkloningan
merupakan duplikasi dari sel tubuh orang yang diklon, sehingga hasil kloning
tersebut lebih tepat di sebut sebagai kembaran pemberi sel.
            Hukum kloning gen pada manusia adalah haram untuk dilakukan. Karena
proses tanassul (berketurunan) harus melalui pernikahan yang syar’i dan bisa
mengakibatkan kerancuan nasab serta penanamannya kembali tidak dapat
dilakukan tanpa melihat aurat besar ( Bahtsul Masail, 1997). Fatwa MUI juga
menetapkan bahwa hukum kloning manusia adalah haram. Dan fatwa MUI juga
mewajibkan kepada semua pihak yang terkait untuk tidak melakukan atau
mengizinkan eksperimen atau praktik kloning terhadap manusia.
            Dari segi agama, para ulama menungkapkan bahwa teknik kloning
tersebut berlawanan dengan berbagai ketentuan ayat Al-qur’an tentang proses
penciptaan manusia, merusak sistem pranata sosial berkeluarga dan ketiadaan
perbedaan. Di samping itu, perlu dibentuk suatu Undang-Undang internasional
tentang larangan praktik kloning manusia. Dan dasar hukum diharamkannya
kloning juga disampaikan oleh sejumlah tokoh di Indonesia.

11
C. Implikasi Penerapan Teknologi Reproduksi Buatan

2.1 Dimensi Theologika

            Penerapan teknologi reproduksi di tanggapi secara beragam. Sebagian


kelompok agamawan menolak fertilisasi in vitro pada manusia karena mereka
meyakini bahwa kegiatan tersebut sama artinya mempermainkan Tuhan yang
merupakan Sang Pencipta.  Juga banyak kalangan menganggap bahwa
pengkloningan manusia secara utuh tidak bisa dilakukan sebab ini dapat dianggap
sebagai “intervensi” karya Ilahi. 
            Sebaliknya, Sheikh Mohammad Hussein Fadlallah, seorang pemandu
spiritual muslim fundamentalis dari Lebanon berpendapat, adalah salah jika
menganggap kloning adalah suatu intervensi karya Ilahi.  Peneliti dianggapnya
tidak menciptakan sesuatu yang baru.  Mereka hanya menemukan suatu hukum
yang baru bagi organisme, sama seperti ketika mereka menemukan fertilisasi in
vitro dan transplantasi organ.
            Professor Abdulaziz Sachedina dari Universitas Virginia mengemukakan
bahwa Allah adalah kreator terbaik.  Manusia dapat saja melakukan intervensi
dalam pekerjaan alami, Termasuk pada awal perkembangan embrio untuk 
meningkatkan kesehatan atau embrio splitting untuk meningkatkan peluang
terjadinya kehamilan.
           
2.2 Dimensi Etika

            Hal ini terpusat pada pertanyaan mengenai cara atau prosedur penerapan
teknologi reproduksi.  Sebagian masyarakat menolak dengan alasan moral.  
Penolakan ini timbul karena dalam program bayi tabung, proses pembuahan
dilakukan pada cawan petri sehingga hanya embrio yang diperlukan dimasukkan
kembali ke dalam rahim, sisanya “dibuang”. Hak hidup embrio yang dibuang

12
inilah yang dipermasalahkan. Banyak kalangan memandang tindakan itu sebagai
pembunuhan. 
            Hubungan fundamental antar manusia, hubungan laki-laki dan perempuan
dan kasih sayang, dipertanyakan eksistensinya bila melakukan fertilisasi in vitro. 
Hal ini menjadi lebih buruk bila sel telur dibuahi oleh sperma yang bukan dari
suami yang sah sehingga jaminan nasabnya (keutuhan keturunannya) diragukan.

2.3 Legalitas

            Berdasarkan pada berbagai pendapat yang pro dan kontra.  Pertentangan


ini mengundang perhatian pemerintah Inggris untuk menengahi perbedaan
pandangan dari kelompok yang pro dan kontra.  Maka disusunlah undang-undang
yang mengizinkan penelitian pada embrio manusia. Menurut Johnson dan Everit
(1985), umur embrio yang mampu implantasi didalam rahim adalah tahap
blastosis atau pada umur 14 – 18 hari setelah fertilisasi.  Karena itu pembuangan
embrio berumur kurang dari 12 hari dipandang tidak mengurangi hak hidup calon 
anak.
            Disamping itu, penerapan teknologi ini diizinkan bila dilakukan dengan
alasan kesehatan dan pengobatan, atau untuk meningkatkan nilai genetik sehingga
menghasilkan manusia yang lebih berkualitas.  Dan yang lebih penting lagi
dilakukan oleh pasangan yang sah. Hal ini dikemukakan oleh sebagian  pakar
agama, baik dari Islam, Kristen, maupun Yahudi. Sebagiannya lagi menganggap
perlakuan itu dari segala sisi adalah tidak etis, tidak manusiawi dan tidak
bermoral.

D. Manfaat Reproduksi Buatan / Pro Reproduksi Buatan

1. Kebahagiaan  bagi pasangan-pasangan infertile atau orang-orang yang


memiliki masalah kesehatan yang sudah puluhan tahun tidak dikaruniai anak
dan oleh bantuan teknik bayi tabung, mereka dapat memilikinya.

13
2. Selain untuk memperoleh keturunan, alasan kesehatan juga merupakan fokus
utama penerapan teknologi reproduksi. 
3. Menolong  wanita yang kurang subur,  bila dia hanya dapat memproduksi 1
sel telur, maka dengan teknik kloning embrio yang dihasilkan oleh satu sel
telur tersebut dapat diduplikasi. Dengan demikian, peluang untuk menjadi
hamil lebih besar.
4. Di sisi lain, ada legalitas dalam penerapan teknologi reproduksi ini dengan
alasan kesehatan dan pengobatan atau untuk meningkatkan nilai genetik
sehingga mengahsilkan manusia yang berkualitas, serta terhindar dari
penyakit yang menurun.
5. Teknologi bayi tabung dapat mengurangi kerapuhan perkawinan yang
dikarenakan tanpa kehadiran anak.
6. Orang tua yang diketahui memiliki kelainan genetik, dengan teknik kloning,
telur terbuahi dapat diduplikasi dan dievaluasi genetiknya. 
7. Dikembangkan untuk menghasilkan individu dengan bakat atau kelebihan
tertentu.  Misalnya, kloning DNA dari keluarga yang memiliki kemampuan
musikal dilakukan untuk menghasilkan anak yang memiliki potensi serupa.

Penjelasan lebih lanjut pada inseminasi buatan adalah dapat membantu


dalam kasus ketidaksuburan disebabkan karena suatu alasan. Oleh karena itu,
pertama dan keuntungan utama dari metode ini adalah membantu dalam
mengatasi masalah yang berkaitan dengan hamil. Sperma digunakan untuk
inseminasi buatan adalah baik diperoleh dari pasangan laki-laki dari perempuan,
atau dari sebuah bank sperma. Sebelumnya teknik ini hanya digunakan bagi
pasangan untuk memiliki anak.
Proses inseminasi buatan digunakan dalam kasus pasangan laki-laki
menderita kelainan keturunan atau genetik. Sperma yang digunakan untuk proses
ini dicuci dan diuji untuk setiap gangguan genetik atau ketidakseimbangan. Oleh
karena itu, ada kemungkinan lebih rendah dari gangguan seperti yang lulus dari
orang tua untuk anak. Inseminasi buatan lebih dekat dengan metode alami
reproduksi, dibandingkan dengan metode lain seperti reproduksi dibantu Dalam

14
Vitro Fertilization (IVF). Oleh karena itu, metode ini secara luas diadopsi oleh
pasangan.
Ketika berbicara tentang tingkat keberhasilan inseminasi buatan, kita
kembali menemukan bahwa proses ini memiliki tangan atas antara semua
prosedur lainnya. Tingkat keberhasilan inseminasi buatan setinggi 86%. Namun,
perlu dicatat bahwa ada beberapa faktor yang terlibat di sama. Demikian pula,
ketika membandingkan inseminasi intrauterin intracervical dan inseminasi,
ditemukan bahwa tingkat keberhasilan inseminasi intrauterine lebih tinggi, dan
setinggi 80%.
Salah satu keuntungan lain dari inseminasi buatan adalah biaya. Jika anda
melihat pada biaya inseminasi buatan dan bahwa metode lain, Anda akan
menemukan bahwa inseminasi buatan lebih murah. Biaya rata-rata metode lain
seperti fertilisasi in vitro (IVF) lebih tinggi dari AI. Kedua, biaya inseminasi
intracervical adalah lebih rendah daripada inseminasi intrauterin. Di sisi lain,
sebagaimana disebutkan di atas, ada efek samping relatif tidak terkait dengan AI,
yang membuatnya lebih menguntungkan.
Dari pernyataan di atas, kita dapat menyimpulkan dengan mengatakan
bahwa keuntungan dari inseminasi buatan meliputi efektivitas, biaya rendah dan
pencegahan gangguan genetik pada tingkat yang lebih besar.

15
DAFTAR PUSTAKA

www.kalbemed.com/Portals/6/35_186Opinitinjauanteknik reproduksi.pdf
https://id.wikipedia.org/wiki/Reproduksi_Buatan
www.knepk.litbang.depkes.go.id/knepk/.../human%20cloning.pdf
http://achmadrizal.staff.telkomuniversity.ac.id/2010/12/28/etika-dan-hukum-
reproduksi-buatan/
http://yendi-anestesi.blogspot.co.id/2011/04/hukum-teknologi-reproduksi-buatan-
di.html

16

Anda mungkin juga menyukai