PENDAHULUAN
1
buatan. Perhatian semakin meningkat terhadap masalah hukum yang berkaitan
dengan penerapan teknologi reproduksi buatan di negara-negara yang menerapkan
teknologi tersebut. Hal ini juga diikuti oleh peningkatan jumlah kasus serta
keberagaman keputusan pengadilan di seluruh dunia mengenai penerapan
teknologi ini.
Peraturan dan legalitas yang jelas sangat diperlukan untuk memberikan
jaminan perlindungan hukum bagi semua pihak yang terlibat dalam pelaksanaan
program teknologi reproduksi buatan. Masing-masing negara mempunyai
kebijakan tersendiri mengenai legalitas, pembatasan, serta ketentuan teknis
pelaksanaan teknologi reproduksi buatan, tapi tetap mengacu pada penghormatan
terhadap hak asasi manusia yang disesuaikan dengan kultur dan budaya negara
tertentu.
Dengan demikian ruang lingkup permasalahan pada tulisan ini adalah :
1.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
(Tandur Alih Gamet Intra Tuba), ZIFT (Zigot Intrafallopian Transfer), Fertilisasi
In Vitro ( In Vitro Fertilization), Partenogenesis dan cloning.
4
Beberapa prosedur yang sering digunakan dalam teknik reproduksi buatan
antara lain : Pre-Implantation Genetic Diagnosis (PGD) dan Sex Selection.
Dalam perkembanganya teknik reproduksi buatan bukan hanya dibatasi
seperti pada batasan di atas, tetapi muncul istilah lain :
a) Stem cell
b) Human cloning
c) Assisted hatching
d) Follicular maturation
e) Penelitian lain, misalnya transplantasi uterus, transplantasi ovarium,
transplantasi endometrium, dan lain-lain.
a) Inseminasi Buatan
5
Teknik reproduksi buatan dengan cara pemasukan air mani ke dalam
rahim wanita melalui semprit agar terjadi pembuahan. Proses ini biasanya
dilakukan jika pria mengalami disfungsi seksual atau air mani yang kurang sehat.
Pada wanita proses ini dilakukan jika wanita tersebut mempunyai ukuran
ukuran tuba fallopi yang panjang sehingga sperma tidak sampai menemui ovum
karena sperma lebih dulu mati. Resiko melakukan teknik ini memang kecil, angka
keberhasilannyapun sangat bagus serta resiko yang ditimbulkan juga rendah.
Namun proses inseminasi buatan ini membutuhkan tenaga ahli khusus.
Ada beberapa teknik dalam inseminasi, yaitu antara lain:
a. Teknik IUI (Intrauterine Insemination)
Teknik IUI dilakukan dengan cara sperma diinjeksikan melalui leher
rahim hingga kelubang uterine (rahim).
b. Teknik DIPI (Direct Intraperitoneal Insemination)
Teknik DIPI telah dilakukan sejak awal tahun 1986. Teknik DIPI
dilakukan dengan cara sperma diinjeksikan langsung ke peritoneal
(rongga peritoneum).
Teknik IUI dan DIPI dilakukan dengan menggunakan alat yang
disebut bivalve speculum, yaitu suatu alat yang berbentuk seperti selang dan
mempunyai 2 cabang, dimana salah satu ujungnya sebagai tempat untuk
memasukkan/menyalurkan sperma dan ujung yang lain dimasukkan ke dalam
saluran leher rahim untuk teknik IUI, sedangkan untuk teknik DIPI dimasukkan
ke dalam peritoneal. Jumlah sperma yang disalurkan/diinjeksikan kurang lebih
sebanyak 0,5–2 ml. Setelah inseminasi selesai dilakukan, orang yang
mendapatkan perlakuan inseminasi tersebut harus dalam posisi terlentang selama
10–15 menit.
b) Bayi Tabung
Bayi Tabung adalah upaya jalan pintas untuk mempertemukan sel sperma
dan sel telur di luar tubuh (in vitro fertiloization). Setelah terjadi konsepsi, hasil
6
tersebut dimasukkan ke dalam rahim atau embrio transfer sehingga dapat tumbuh
menjadi janin sebgaimana layaknya kehamilan biasa.
Status bayi tabung ada 3 macam:
1) Inseminasi buatan dengan sperma suami
2) Inseminasi buatan dengan sperma donor
3) Inseminasi buatan dengan model titipan
Prosedur dan teknik bayi tabung ada 2 macam, yaitu:
a) Teknik pembuatan di luar tubuh (Steptoe dan Edward dari Inggris,1977)
Tekniknya adalah dengan cara mempersiapkan sperma dan ovum yang
kemudian dicampur di luar tubuh (in vitro) pada cawan kaca atau medium yang
sesuai. Maka akan terjadi pembuahan dam menghasilkan zigot. Zigot terus
mengalami perkembangan dan membentuk morula, kemudian ditransplantasikan
ke dalam rahim. Teknik ini dikatakan dengan teknik laparoskopi.
b) Teknik Tandur Alih Gamet Intra Tuba (TAGIT)
Caranya adalah dengan meletakkan sel benih dan sel telur ke saluran telur
induk, sehingga pembuahan terjadi di oviduk dan kemudian ditanam di rahim.
Teknik ini dilakukan apabila istri mempunyai antibodi terhadap sel benih
suaminya atau sel telurnya tidak dapat keluar dari indung telur karena suatu hal.
Di Indonesia, meskipun program bayi tabung dimulai sejak tahun 1988 di
RS Harapan Kita, Jakarta, namun baru pada tahun 1997 RSUP Dr Sardjito
Yogyakarta berhasil mengembangkan program ini hingga melahirkan tiga bayi
kembar (Kompas, 3 Maret 2001). Di Amerika Serikat, Adam adalah bayi tabung
yang khusus diprogram untuk menyelamatkan kakaknya dan berhasil.Dan Louis
Brown adalah bayi tabung pertama yang dilahirkan pada tahun 1978, merupakan
kreasi dari Edward and Steptoe.
c) Kloning
7
kloning adalah sebuah rekayasa genetika yang dibuat dengan cara pembelahan
dan pencangkokan sel dewasa di laboratorium dan bila telah berhasil,dibiakkan
dalam rahim. Dengan kloning, janin yang dihasilkan akan mempunyai gen dan
ciri yang sama dengan induknya.
Pada kloning seksual, langkah awal yang dilakukan adalah fertilisasi in
vitro. Setelah embrio terbentuk dan berkembang mencapai 4 sampai 8 sel maka
dilakukan splitting (pemotongan dengan teknik mikromanipulasi) menjadi dua
atau empat bagian. Bagian-bagian embrio ini dapat ditumbuhkan kembali dalam
inkubator hingga berkembang menjadi embrio normal yang memiliki genetik
sama. Setelah mencapai fase blastosis, embrio tersebut ditransfer kembali ke
dalam rahim ibu sampai umur 9 bulan. Berbeda dengan kloning seksual, pada
kloning aseksual, fertilisasi tidak dilakukan menggunakan sperma, melainkan
hanya sebuah sel telur terfertilisasi semu yang dikeluarkan pronukleusnya dan sel
somatis. Karenanya, bila pada kloning seksual, genetik anak berasal dari kedua
orang tuanya, maka pada kloning aseksual, genetik anak sama dengan genetik
penyumbang sel somatis.
Sampai saat ini masih banyak perdebatan yang terjadi tentang boleh atau
tidaknya melakukan kloning. Tetapi secara teoritis, kloning mungkin dapat
dilakukan, namun hasilnya masih menjadi tanda tanya. Dan dari sisi teknologi
sendiri, pengkloningan merupakan hal yang sulit untuk dilakukan serta
membutuhkan dana yang sangat besar. Dari segi teknis dan manfaatnya, kloning
ada 3 jenis, antara lain:
1) Kloning embrio: Untuk mendapatkan anak yang kembar dua, tiga, dan
seterusnya dari sebuah zigot.
2) Kloning biomedik (terapetik): Untuk keperluan penelitian pengobatan
penyakit yang hingga kini sulit disembuhkan, seperti alzheimer, Parkinson,
Diabetes Mellitus, Infark Jantung dan lain sebagainya.
3) Kloning reproduksi: Untuk mendapatkan anak dari klon dari orang yang
diklon, memproduksi sejumlah individu yang secara genetik identik
Teknik pengkloningan ini mempunyai manfaat yaitu:
a) Dapat membantu wanita yang kurang subur
8
b) Mencegah penularan penyakit genetik terhadap pasangannya
c) Dapat dimanfaatkan untuk kemajuan kesehatan
Namun, pengkloningan juga mempunyai kekurangan yaitu:
a) Keragaman populasi akan hilang, akibatnya manusia mempunyai respon
yang sama.
b) Jika genetik sama,resiko terkena patogen tunggal semakin besar
c) Kloning dianggap tidak etis, tidak manusiawi dan tidak normal
a) Inseminasi Buatan
Inseminasi buatan dapat dibenarkan atau diijinkan bila dilakukan dengan
alasan kesehatan dan pengobatan atau untuk meningkatkan nilai genetik, sehingga
menghasilkan manusia yang lebih berkualitas. Dan yang lebih penting dilakukan
oleh pasangan yang sah. Hal ini di kemukakan oleh sebagian pakar agama baik
dari Islam, Kristen maupun Yahudi, karena dapat membantu pasangan suami istri
yang tidak bisa memperoleh keturunan, jika kedua belah pihak setuju untuk
melakukan inseminasi. Tetapi ada juga yang mempersoalkan tentang inseminasi
buatan ini, bahwasanya anak yang diperoleh dengan cara inseminasi sebenarnya
bukanlah anak dari dari suami istri itu sendiri, melainkan dari orang lain yang
identitasnya biasanya disembunyikan. Karena itu juga muncul problem hukum
tentang ayah yang benar dari anak tersebut dan problem physikologis dalam diri
anak di kemudian hari bila ingin tahu tentang ayahnya yang sebenarnya. Selain itu
persoalan tentang bagaimana cara mendapatkan sperma dan besarnya biaya yang
dikeluarkan untuk inseminasi buatan, ternyata juga menimbulkan masalah karena
terlalu mahal.
Inseminasi buatan harus berlandaskan nilai etika tertentu, karena
bagaimanapun juga perkembangan dalam dunia bioteknologi tidak lepas dari
9
tanggung jawab manusia sebagai agen moral dan subjek moral. Etika diperlukan
untuk menentukan arah perkembangan bioteknologi serta perkembangannya
secara teknis, sehingga tujuan yang menyimpang dan merugikan bagi
kemanusiaan dapat dihindarkan. Dan yang penting perlu diterapkannya aturan
resmi pemerintah dalam pelaksanaan dan penerapan bioteknologi, sehingga ada
pengawasan yang intensif terhadap bahaya potensial yang mungkin timbul akibat
kemajuan bioteknologi.
b) Bayi Tabung
10
2) Ovum pemesan, sperma suami
3) Surrogate mother dalam hukum pidana dan perdata tidak dilarang. Hukum
yang mengaturnya antara lain:
a) Undang-Undang Kesehatan No.23 Tahun 1992 pasal 16
b) Keputusan Menteri Kesehatan No.72 /Menkes/Per/II/1999
c) Undang-Undang No.29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran
c) Kloning
11
C. Implikasi Penerapan Teknologi Reproduksi Buatan
Hal ini terpusat pada pertanyaan mengenai cara atau prosedur penerapan
teknologi reproduksi. Sebagian masyarakat menolak dengan alasan moral.
Penolakan ini timbul karena dalam program bayi tabung, proses pembuahan
dilakukan pada cawan petri sehingga hanya embrio yang diperlukan dimasukkan
kembali ke dalam rahim, sisanya “dibuang”. Hak hidup embrio yang dibuang
12
inilah yang dipermasalahkan. Banyak kalangan memandang tindakan itu sebagai
pembunuhan.
Hubungan fundamental antar manusia, hubungan laki-laki dan perempuan
dan kasih sayang, dipertanyakan eksistensinya bila melakukan fertilisasi in vitro.
Hal ini menjadi lebih buruk bila sel telur dibuahi oleh sperma yang bukan dari
suami yang sah sehingga jaminan nasabnya (keutuhan keturunannya) diragukan.
2.3 Legalitas
13
2. Selain untuk memperoleh keturunan, alasan kesehatan juga merupakan fokus
utama penerapan teknologi reproduksi.
3. Menolong wanita yang kurang subur, bila dia hanya dapat memproduksi 1
sel telur, maka dengan teknik kloning embrio yang dihasilkan oleh satu sel
telur tersebut dapat diduplikasi. Dengan demikian, peluang untuk menjadi
hamil lebih besar.
4. Di sisi lain, ada legalitas dalam penerapan teknologi reproduksi ini dengan
alasan kesehatan dan pengobatan atau untuk meningkatkan nilai genetik
sehingga mengahsilkan manusia yang berkualitas, serta terhindar dari
penyakit yang menurun.
5. Teknologi bayi tabung dapat mengurangi kerapuhan perkawinan yang
dikarenakan tanpa kehadiran anak.
6. Orang tua yang diketahui memiliki kelainan genetik, dengan teknik kloning,
telur terbuahi dapat diduplikasi dan dievaluasi genetiknya.
7. Dikembangkan untuk menghasilkan individu dengan bakat atau kelebihan
tertentu. Misalnya, kloning DNA dari keluarga yang memiliki kemampuan
musikal dilakukan untuk menghasilkan anak yang memiliki potensi serupa.
14
Vitro Fertilization (IVF). Oleh karena itu, metode ini secara luas diadopsi oleh
pasangan.
Ketika berbicara tentang tingkat keberhasilan inseminasi buatan, kita
kembali menemukan bahwa proses ini memiliki tangan atas antara semua
prosedur lainnya. Tingkat keberhasilan inseminasi buatan setinggi 86%. Namun,
perlu dicatat bahwa ada beberapa faktor yang terlibat di sama. Demikian pula,
ketika membandingkan inseminasi intrauterin intracervical dan inseminasi,
ditemukan bahwa tingkat keberhasilan inseminasi intrauterine lebih tinggi, dan
setinggi 80%.
Salah satu keuntungan lain dari inseminasi buatan adalah biaya. Jika anda
melihat pada biaya inseminasi buatan dan bahwa metode lain, Anda akan
menemukan bahwa inseminasi buatan lebih murah. Biaya rata-rata metode lain
seperti fertilisasi in vitro (IVF) lebih tinggi dari AI. Kedua, biaya inseminasi
intracervical adalah lebih rendah daripada inseminasi intrauterin. Di sisi lain,
sebagaimana disebutkan di atas, ada efek samping relatif tidak terkait dengan AI,
yang membuatnya lebih menguntungkan.
Dari pernyataan di atas, kita dapat menyimpulkan dengan mengatakan
bahwa keuntungan dari inseminasi buatan meliputi efektivitas, biaya rendah dan
pencegahan gangguan genetik pada tingkat yang lebih besar.
15
DAFTAR PUSTAKA
www.kalbemed.com/Portals/6/35_186Opinitinjauanteknik reproduksi.pdf
https://id.wikipedia.org/wiki/Reproduksi_Buatan
www.knepk.litbang.depkes.go.id/knepk/.../human%20cloning.pdf
http://achmadrizal.staff.telkomuniversity.ac.id/2010/12/28/etika-dan-hukum-
reproduksi-buatan/
http://yendi-anestesi.blogspot.co.id/2011/04/hukum-teknologi-reproduksi-buatan-
di.html
16