Anda di halaman 1dari 14

Makalah

ASPEK-ASPEK SOSIAL BUDAYA YANG MEMPENGARUHI PERILAKU


KESEHATAN DI NUSANTARA DAN DI DUNIA PADA PERIODE KEHAMILAN

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah sosial budaya

Dosen pengampu:

Nurul Aziza Ath Thaariq, M.Tr.Keb

Oleh:

Hanifa Putri Azmi (234110682)

Husnul khatimah (234110683)

Intan Maicayora (234110684)

Jelita Ellena Arifin (234110685)

Juwita Vejrin Gea (234110686)

Kelas/Prodi: 1C/D-III Kebidanan Padang

TA: 2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala karunia-Nya
sehingga makalah ini dapat diselesaikan dengan tepat waktu. Penyusunan makalah ini tidak bisa
selesai dengan baik tanpa bantuan dari banyak pihak.

Kami ingin mengucapkan terima kasih kepada Ibu Nurul Aziza Ath Thaariq, M.Tr.Keb
atas tugas yang telah diberikan. Dengan tugas ini, ada banyak hal yang bisa kami pelajari melalui
penelitian dalam makalah ini.

Makalah dengan judul “ASPEK-ASPEK SOSIAL BUDAYA YANG


MEMPENGARUHI PERILAKU KESEHATAN DI NUSANTARA DAN DI DUNIA PADA
PERIODE KEHAMILAN” disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Sosial Budaya. Selain
itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan bagi penulis dan juga bagi para
pembaca.

Setelah berhasil menyelesaikan makalah ini, kami berharap dapat memberikan manfaat
bagi orang lain. Kami menyadari bahwa makalah yang kami tulis masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kita nantikan demi kesempurnaan
makalah ini.

ii
DAFTAR PUSTAKA

KATA PENGANTAR...............................................................................................................................ii
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................iii
BAB 1.........................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN......................................................................................................................................1
1.1 latar belakang..................................................................................................................................1
1.2 rumusan masalah.............................................................................................................................1
1.3 tujuan................................................................................................................................................1
BAB 2.........................................................................................................................................................2
PEMBAHASAN.........................................................................................................................................2
2.1 Pengertian........................................................................................................................................2
2.2 Metode..............................................................................................................................................3
2.3 Sudut Pandang Kesahatan dan Budaya.........................................................................................6
BAB 3.......................................................................................................................................................10
PENUTUP................................................................................................................................................10
3.1 kesimpulan.....................................................................................................................................10
3.2 saran...............................................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................................11

iii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 latar belakang

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, termasuk dalam bidang inseminasi buatan
dan bayi tabung, telah membawa dampak terhadap perubahan sosial budaya.

Dalam konteks fiqih kontemporer, beberapa masalah yang seringkali muncul dalam
penggunaan teknologi reproduksi seperti bayi tabung adalah penggunaan sperma atau sel telur
dari orang lain selain suami atau istri yang sah, penggunaan teknologi reproduksi yang
melibatkan donor sperma atau sel telur, pembuangan embrio yang tidak digunakan, penggunaan
teknologi reproduksi untuk tujuan seleksi jenis kelamin, dan penggunaan teknologi reproduksi
untuk tujuan kloning manusia. Meskipun demikian, beberapa ulama juga menyatakan bahwa
penggunaan teknologi reproduksi seperti bayi tabung dapat diperbolehkan jika dilakukan dengan
tujuan yang baik dan dalam batas-batas yang diizinkan oleh agama.

1.2 rumusan masalah


1. Apa yang dimaksud dengan inseminasi buatan dan bayi tabung
2. Apa metode inseminasi buatan dan bayi tabung
3. Bagaimana analisa dari sudut pandang kesehatan dan budaya terhadap inseminasi buatan
dan bayi tabung

1.3 tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian inseminasi buatan dan bayi tabung
2. Untuk mengetahui metode inseminasi buatan dan bayi tabung
3. Untuk mengetahui analisa dari sudut pandang kesehatan dan budaya terdapat inseminasi
buatan dan bayi tabung

1
BAB 2

PEMBAHASAN
2.1 Pengertian

1.Pengertian Inseminasi

Inseminasi buatan atau inseminasi artifisial (bahasa Inggris: artificial insemination, AI)
adalah pemasukan secara sengaja sel sperma ke dalam rahim atau serviks seorang wanita dengan
tujuan memperoleh kehamilan melalui inseminasi (fertilisasi in vivo) dengan cara selain
hubungan seksual. Metode ini merupakan salah satu cara penanganan fertilitas pada
manusia.Inseminasi buatan IntervensiIlustrasi skematis inseminasi buatan

Inseminasi buatan dapat menggunakan teknik-teknik peternakan, donasi sperma, dan


teknologi reproduksi berbantuan. Teknik-teknik inseminasi buatan yang tersedia meliputi
inseminasi intraservikal (ICI) dan inseminasi intrauterin (IUI). Inseminasi buatan utamanya
diharapkan oleh para wanita yang ingin melahirkan anak mereka sendiri. Mereka mungkin saja
berada dalam hubungan heteroseksual namun pasangan prianya mengalami infertilitas, dalam
hubungan lesbian, atau adalah wanita lajang. ICI dianggap sebagai teknik inseminasi paling
mudah dan paling umum serta mungkin saja digunakan di rumah untuk inseminasi diri sendiri
tanpa bantuan praktisi medis.[1] Dibandingkan dengan inseminasi alami (yaitu inseminasi
dengan hubungan seksual), inseminasi buatan dipandang lebih mahal dan lebih berbahaya, serta
memerlukan bantuan profesional.Terdapat hukum di sejumlah negara yang membatasi serta
mengatur siapa saja yang dapat menyumbangkan sperma dan siapa saja yang dapat menerima
inseminasi buatan, juga konsekuensi-konsekuensi dari inseminasi tersebut.(lih. wisata fertilitas)

2.Pengertian Bayi Tabung

Bayi tabung adalah istilah untuk bayi yang didapatkan dari proses pembuahan sel telur
oleh sel sperma di laboratorium alias in vitro fertilization (IVF). Pembuahan itu bertujuan
menciptakan embrio-embrio calon bayi. Dari sejumlah embrio itu, embrio yang paling
berkualitas ditransfer ke dalam rahim agar bisa tumbuh dan berkembang.

2
Di seluruh dunia, sudah ribuan program bayi tabung yang berhasil. Bayi tabung pertama
di dunia adalah Louise Joy Brown, yang lahir pada 1978 di Inggris. Sedangkan bayi tabung
pertama di Indonesia adalah Nugroho Karyanto, yang lahir pada 1988.

Bayi tabung adalah metode untuk memperoleh keturunan dengan memanfaatkan ilmu
pengetahuan di bidang kesehatan. Orang tua memilih program ini ketika ada hambatan untuk
menghasilkan keturunan dengan cara hubungan seksual pada umumnya.

Patut digarisbawahi bahwa anak hasil bayi tabung tidaklah berbeda dengan anak lain
yang lahir dari proses hubungan seksual biasa. Menurut berbagai penelitian, anak bayi tabung
memiliki kemampuan fisik dan psikis yang setara dengan anak lain.

Satu hal yang kerap menjadi pembeda adalah anak bayi tabung cenderung lahir prematur
sehingga bobotnya lebih rendah. Maka persiapan melahirkan bayi tabung harus benar-benar
matang karena ada risiko kesehatan yang menyertai anak yang lahir prematur.

2.2 Metode

1.Metode Bayi Tabung

Terdapat 5 (lima) langkah penanganan infertilitas dengan menggunakan teknologi bayi


tabung, seperti berikut.

1.Controlled Ovarian Hyperstimulation/Stimulasi Ovarium TerkontrolTerdapat tiga elemen yang


dilakukan secara berurutan, yaitu:

a) Pemberian gonadotropin eksogen untuk menstimulasi perkembangan multi-folikel.


b) Pemberian gonadotropin-releasing hormone (GnRH) agonist atau antagonists untuk
mensupresi fungsi hipofisis dan mencegah ovulasi prematur.
c) Memicu maturasi final oosit, dilakukan 36 jam sebelum prosedur petik sel telur.

Dikenal teori FSH window/threshold yang menekankan perlu kadar FSH serum melebihi nilai
ambang batas agar dapat meginduksi aktivitas ovarium. Peningkatan kadar FSH 10- 30% di atas
nilai ambang akan menstimulasi perkembangan folikel normal, sedangkan peningkatan
suprafisiologis akan memicu stimulasi eksesif (Schippere IK. 1998).Protokol stimulasi ovarium

3
untuk bayi tabung didesain untuk menghasilkan jumlah oosit multipel, namun perlu waspada
karena dapat menyebabkan rasa tidak nyaman, risiko terjadi hiperstimulasi dan berdampak
pembiayaan tinggi (Alper MM and Fauser BC, 2017).

2.Ovum Pick-Up/Petik Sel Telur

Merupakan prosedur pengambilan oosit menggunakan jarum aspirasi dengan tuntunan USG
transvagina. Prosedur ini dilakukan di kamar operasi dengan bantuan pembiusan. Petik sel telur
merupakan prosedur sensitif karena sangat terkait dengan kegiatan di laboratorium untuk
penanganan oosit. Perhatian khusus perlu ditujukan pada suhu, pH dan waktu antara petik sel
telur dan kultur oosit harus minimal. (ESHRE, 2015; Srivastava P, 2018).

3.Preparasi Sperma

Tujuan preparasi sperma adalah: 1) mengeliminasi plasma seminalis, debris dan kontaminan, 2)
menyiapkan sperma dengan motilitas progresif, 3) menghindari sperma morfologi abnormal,
Sampel sperma dikoleksi, dimasukkan ke dalam kontainer steril dan dipreparasi di laboratorium
dengan menghindari suhu ekstrem (< 20°C dan > 37°C) (ESHRE, 2015).

4.Inseminasi Oosit/Fertilisasi dan Kultur

Inseminasi oosit dapat dilakukan dengan cara konvensional atau teknik ICSI. Pada cara
konvensional dipersiapkan sperma dengan motilitas progresif konsentrasi antara 0.1 and 0.5x10/
ml. Suspensi sperma sebaiknya di dalam medium sesuai dengan kultur oosit, dan medium
fertilisasi sebaiknya berisi glukosa agar fungsi sperma bagus. Inkubasi oosit dan sperma
dilaksanakan dalam waktu semalam. Identifikasi gamet saat inseminasi wajib dilakukan secara
"double check" .

5.Transfer Embrio

Merupakan prosedur kritis dalam FIV, yaitu memasukkan embrio hasil kultur kedalam uterus.
Pelaksanaan transfer embrio dilakukan dengan tuntunan USG transabdomen dan penggunaan
kateter lunak lebih diutamakan. "Bed-rest" pasca transfer tidak meningkatkan angka kehamilan
(ASRM, 2017).

4
Teknik fertilisasi dilakukan dengan cara menginjeksikan secara mekanik satu sperma ke dalam
oosit secara in vitro agar terjadi fertilisasi. Riset dengan teknik ICSI sudah dimulai sejak tahun
1987, kemudian dikembangkan oleh Gianpiero Palermo

2.Metode Inseminasi Buatan

Proses Prosedur Inseminasi

Selama proses inseminasi, pihak wanita akan dalam posisi berbaring dalam tempat tidur
dalam posisi kaki melebar dengan bantuan penyangga kaki. Kemudian dokter akan
menggunakan alat bernama spekulum untuk membuka vagina dan kemudian memasukan kateter
ke dalam vagina sampai kedalam rahim hingga kateter mencapai puncak rahim.Jika kateter
sudah mencapai puncak rahim, dokter kemudian akan menginjeksi sperma ke dalam melalui
kateter. Setelah itu dokter akan melepaskan kateter dan spekulum dari vagina dan meminta
wanita untuk beristirahat sebentar, dan kemudian mereka bisa langsung mengganti pakaian dan
kembali melakukan aktivitas secara normal

Sebelum melakukan proses inseminasi, dokter akan melakukan beberapa pemeriksaan


pada pihak pria dan wanita untuk memastikan tidak adanya masalah pada prosesnya nanti.

a) Persiapan sel sperma : Dalam mempersiapkan sel sperma, dokter akan meminta pria
untuk menaruh sampel sel spermanya dalam sebuah wadah untuk dianalisis dan
dipisahkan dari sel-sel yang hanya akan menghambat fertilisasi. Dokter kemudian akan
memilah sel sperma aktif dan lemah agar proses fertilisasi semakin efektif.
b) Pemantauan ovulasi : Dokter juga akan memeriksa kesehatan Wanita untuk memastikan
prosedur tersebut aman untuk dilakukan oleh mereka. Dokter akan menunggu hingga dari
pihak wanita masuk ke masa ovulasi atau dapat merekomendasikan beberapa obat untuk
mempercepat proses ovulasi jika diperlukan. Ketika masa ovulasi datang, proses
inseminasi akan bisa dilaksanakan.
c) Menentukan waktu optimal : Dokter kemudian akan menentukan waktu yang tepat untuk
melakukan proses inseminasi untuk hasil yang optimal. Biasanya, proses inseminasi
dilakukan pada saat hari ovulasi yang telah direncanakan, namun dokter bisa saja

5
memiliki rencana yang dijabarkan untuk penentuan waktu prosedur yang paling tepat
untuk mencapai kehamilan.

metode inteminasi buatan

Terdapat sejumlah metode yang digunakan untuk memperoleh cairan semen yang diperlukan
dalam AI. Beberapa metode hanya membutuhkan pria, sementara metode lainnya membutuhkan
gabungan seorang pria dan wanita. Metode yang hanya membutuhkan pria untuk mendapatkan
semen yaitu masturbasi, pemijatan pada rektum, pengotoran secara paksa (pengumpulan emisi
nokturnal), atau aspirasi sperma dengan cara menusuk testis dan epididimis. Metode
pengumpulan semen yang melibatkan gabungan seorang pria dan wanita antara lain
persetubuhan yang diinterupsi, persetubuhan dengan sebuah 'kondom pengumpulan', atau
aspirasi semen dari vagina pasca persetubuhan.

Terdapat sejumlah alasan mengapa seorang wanita ingin menggunakan inseminasi buatan untuk
mendapatkan kehamilan. Sebagai contoh, sistem kekebalan tubuh seorang wanita mungkin
menolak sperma pasangannya karena dianggap molekul yang menyerang.[3] Wanita yang
memiliki masalah dengan serviks atau leher rahim, seperti jaringan parut pada serviks,
penyumbatan serviks karena endometriosis, atau mukus tebal pada serviks, mungkin dapat
menggunakan AI karena sperma perlu melewati serviks untuk menghasilkan
fertilisasi atau pembuahan.

2.3 Sudut Pandang Kesahatan dan Budaya

A.Bayi Tabung

Menurut kesehatan bayi tabung bukanlah sebuah metode yang sempurna tanpa resiko
dan tanpa sisi buruk. Apalagi program ini hanyalah program yang didesain oleh manusia untuk
mengatasi berbagai persoalan di dunia. Tentu saja pasti tidaklah tanpa cacat. Bahkan program
yang didesain oleh tuhan saja masih memiliki faktor resiko bila dijalankan oleh manusia. tetapi

6
bagaimanapun resiko mengambil program bayi tabung, program ini tetaplah bisa menjadi solusi
yang tepat terutama untuk pasangan yang sudah mengidamkan momongan tetapi belum juga
dikaruniai momongan.

bayi tabung merupakan program pembuahan atau mempertemukan sel sperma dan sel
telur di luar rahim. Keduanya dipertemukan dalam sebuah tabung. Cara ini bisa menjadi solusi
yang tepat bila rahim atau sperma sulit membuahi dalam keadaan normal. Maka bisa mengambil
program bayi tabung. Setelah dipertemukan di dalam tabung, maka dalam beberap waktu akan
dipindahkan di dalam rahim. Terlihat sempurna, tetapi tetap memiliki resiko.

Resiko Program bayi Tabung

Proses atau program bayi tabung merupakan hasil perkembangan pengetahuan dan
teknologi dalam bidang medis. Tetapi tetap memiliki resiko yang cukup fatal. Karena itu ada
baiknya pasangan suami istri yang memutuskan untuk menjalani bayi tabung mengetahui atau
sebaiknya mempertimbangkanya sebelum benar-benar melakukan prgram ini. ada banyak resiko
yang cukup fatal bila mengambil program ini. salah satunya adalah saat proses mengambil sel
telur.

Saat melakukan pengambilan sel telur bisa saja terjadi yang namanya infeksi, atau
bahkan pendarahan yang bisa saja menyebabkan kerusakan pada bagian usus atau organ tubuh
yang lain. selain itu juga ada beberapa resiko lainya, misalnya: Resiko yang diakibatkan oleh
obat-obatan yang digunakan selama proses menstimulasi ovarium, ini bisa mengakibatkan
terjadinya sindrom hipersti mulasi ovarium. Sindrom ini bisa berefek kembung, kram atau nyeri
ringan. Bahkan juga bisa mengakibatkan sembelit, penambahan berat badan sampai dengan rasa
sakit yang tak tertahankan terutama pada bagian perut. Tentu efek ini berbeda-beda. Efek berat
bahkan mengharuskan untuk ditangani rumah sakit

Risiko keguguran. Embrio yang ditanam dalam rahim juga tidak sepenuhnya tanpa
resiko, bisa saja mengalami yang namanya keguguran.Karena embrio yang dimasukkan lebih
dari satu, biasanya tiga. Maka bisa menyebabkan adanya kehamilan kembar,Berikutnya juga bisa
menyebabkan kelahiran prematur dan bayi berat lahir rendah. Karena itu biasanya saat bayi

7
tabung telah ditanamkan, maka menjaganya benar-benar harus dilakukan. Penjagaan wajib
dilakukan secara intensif demi menghindari segala hal yang bisa membahayakan kandungan.

Kehamilan ektopik atau di luar rahim bisa saja terjadi. Terutama bila rahim tidak sepenuhnya
sehat. Karena itu terkadang ada beberapa wanita yang memilih sewa rahim atau menggunakan
rahim perempuan lain untuk mengandung embrio hasil penyatuan dari tabung.

Bayi lahir dengan cacat fisik. sangat mungkin terjadi bila kondisi orang tua tidak mampu
memenuhi kebutuhan janin. Sehingga bisa melahirkan bayi cacat.

Tak bisa dipungkiri lagi bahwa program bayi tabung bakal menyebabkan yang namanya Stres.
Karena menjalani program ini sangat menguras tenaga, emosi dan keuangan. Biaya yang harus
dikeluarkan untuk progra, bayi tabung tidaklah murah.

Program Bayi Tabung Perspektif budaya

Dalam Salah satu teori budaya yang mendukung adanya perubahan dalam masyarakat
adalah “Teori Perubahan Sosial” melalui teori Evolusioner. Dimana perkembangan teknologi
tinggi masa kini adalah bukti adanya perubahan kehidupan dalam masyarakat, yang gejala-
gejalanya perubahan tersebut menyangkut pada bidang seni, sastra,hukum, moral, agama,
perdagangan dan lainnya yang tak ketinggalan juga adalah bidang teknologi. Bidang ini ternyata
telah membawa pengaruh dalam kehidupan manusia yang secara sosial sifat dasar manusia salah
satunya adalah hidup berkelompok, dan berinteraksi satu dengan lainnya.Program bayi tabung
secara sosiologis dapat di lihat sebagai suatu perubahan sosial dimana faktor dinamika manusia
yang kreatif secara terbuka mereka menciptakan kondisi perubahan tersebut atas dasar
kebutuhannya, walaupun dalam proses perubahan tersebut terkadang menimbulkan reaksi
konflik dalam arti ada yang pro dan kontra.Dengan adanya reaksi yang positif ataupun negatif
tentang suatu perubahan sosial, hal ini juga dijelaskan dalam teori sosiologi yaitu teori Konflik
yang dalam premis-premisnya menjelaskan bahwa: “Setiap orang memiliki kepentingan sendiri-
sendiri, setiap orang akan berusaha mewujudkan kepentingan itu, dan cara yang digunakan untuk
mewujudkan kepentingan itu adalah dengan menggunakan suatu kekuatan.

8
B.Inseminasi Buatan

Menurut kesehatan inseminasi buatan dapat berefek semping diantaranya yaitu:

 Infeksi.
 Kram ringan.
 Perdarahan ringan pada vagina.
 Hamil kembar. Kondisi ini berisiko menyebabkan bayi memiliki berat badan lahir rendah
(BBLR) dan kelahiran prematur.
 Penyakit radang panggul.
 Ovarian hyperstimulation syndrome (OHSS).
Menurut budaya Terlepas dari kecanggihan teknologi atau pendidikan yang mengarah pada
inseminasi buatan, denominasi agama dan praktik budaya tertentu tidak mendukung inseminasi
buatan. Etika kedokteran harus mempertimbangkan ide-ide dan prinsip-prinsip agama dan
budaya masyarakat di mana etika tersebut dipraktikkan.

9
BAB 3

PENUTUP

3.1 kesimpulan

Inseminasi buatan dan bayi tabung adalah teknologi reproduksi yang dapat membantu
pasangan yang mengalami kesulitan dalam memperoleh keturunan.Penggunaan teknologi
reproduksi ini dapat menimbulkan dampak positif dan negatif pada perubahan sosial
budaya.Dampak positif dari teknologi reproduksi ini adalah membantu pasangan yang
mengalami kesulitan dalam memperoleh keturunan.Dampak negatif dari teknologi reproduksi ini
adalah terjadinya resiko pada kesehatan ibu dan bayi, seperti kelahiran prematur dan bayi berat
lahir rendah.Penggunaan teknologi reproduksi ini juga dapat menimbulkan perdebatan di
kalangan masyarakat, perdebatan tersebut melingkupi perspektif agama, ilmu kesehatan, dan
norma sosial serta kaidah hukum.

3.2 saran

Dilakukan penjagaan yang benar-benar intensif demi menghindari segala hal yang bisa
membahayakan kandungan.Dilakukan penelitian yang lebih mendalam mengenai dampak
penggunaan teknologi reproduksi ini pada perubahan sosial budaya.Dilakukan sosialisasi
mengenai penggunaan teknologi reproduksi ini agar masyarakat dapat memahami dampak positif
dan negatif dari penggunaan teknologi reproduksi ini.Dilakukan pengawasan yang ketat dalam
penggunaan teknologi reproduksi ini agar tidak disalahgunakan dan bertentangan dengan norma
hukum Indonesia dan agama.

10
DAFTAR PUSTAKA

AM, Idries. 1997. Aspek Medikolegal Pada Inseminasi Buatan Bayi Tabung, Jakarta,
Bima Rupa Aksara

Moleong, Lexi J. 2013. Metodologi Penelitian Kualititatif. Bandung: PT RemajaRosdakarya

Umar, Husein. 2000. Metode Penelitian Untuk Skripsi Dan Tesis Bisnis. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada.

11

Anda mungkin juga menyukai