Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH FIQH KONTEMPORER

INSEMNASI BUATAN

Oleh Kelompok 10:


Nur Shafri Luqmanulhakim (21531108)
Siti Sara (21531153)

Dosen Pengampu : Rifanto bin ridwan,Lc.,Ma,.Ph.D

PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH
INTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) CURUP
TAHUN 2022
Kata Pengantar

Segala puji hanya bagi Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Berkat limpahan
karunia nikmatnya. Penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “insemnasi buatan”.
Penyusunan makalah ini dalam rangka memenuhi tugas Mata Kuliah fiqh kontemporer yang
dibimbing oleh bapak Rifanto bin ridwan,Lc.,Ma,.Ph.D

Dalam proses penyusunannya tak lepas dari bantuan, arahan dan masukan dari berbagai
pihak. Untuk itu saya ucapkan banyak terima kasih atas segala partisipasinya dalam
menyelesaikan makalah ini. Makalah ini tentunya jauh dari kata sempurna tapi penulis tentunya
bertujuan untuk menjelaskan atau memaparkan point-point di makalah ini, sesuai
dengan pengetahuan yangkami peroleh baik dari buku maupun sumber-sumber yang lain.

Demikian apa yang dapat saya sampaikan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk
kita semua, masyarakat umumnya, dan untuk saya sendiri khususnya.Bila ada kesalahan tulisan
atau kata-kata di dalam makalah ini, penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya

Curup, 5 Oktober 2022

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...........................................................................................i


DAFTAR ISI.........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................
A. Latar Belakang...........................................................................................1
B. Rumusan Masalah......................................................................................1
C. Tujuan........................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................

A. Apa pengertian insemnasi buatan..............................................................2


B. Sejarah ensemnasi buatan .........................................................................3
C. Implikasi sosial..........................................................................................5

BAB III PENUTUP.................................................................................................

A. Kesimpulan................................................................................................7
B. Saran..........................................................................................................7

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................8
BAB 1
PENDAHULUAN

A. latar belakang masalah

inseminasi buatan atau sering disebut kawin suntik adalah suatu teknik mengawinkan
ternak secara buatan dengan memasukkan semen yang telah diencerkan dengan pengencer
tertentu ke dalam saluran alat Apa saja contoh inseminasi buatan?

Salah satu contoh inseminasi buatan yang sudah sering digunakan oleh banyak pasangan
di berbagai belahan dunia tidak lain adalah IUI (inseminasi intrauterin).

Bagaimana inseminasi buatan pada manusia?

Inseminasi buatan merupakan teknik memasukkan sperma secara langsung ke dalam


leher rahim, tuba fallopi (saluran telur), ataupun rahim. Teknik ini dilakukan untuk
memperpendek jalan sperma ke sel telur, sehingga dapat melewati halangan yang mungkin
terjadi dan meningkatkan kesempatan hamil
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Insemnasi buatan?
2. Untuk mengetahui jenis jenis insemnasi?
3. Apa hukum insemnasi?
C. Tujuan
1. Untuk mngetahui pengertian dari insemanasi buatan
2. Untuk mengetahui jenis-jenis insemnasi yang di perbolehkan
3. Untuk mengetahui hukum insemnasi buatan
BAB II

PEMBAHASAN

A. Inseminasi Buatan atau Inseminasi Artifisial


(bahasa Inggris: artificial insemination, AI) adalah pemasukan secara sengaja sel
sperma ke dalam rahim atau serviks seorang wanita dengan tujuan memperoleh
kehamilan melalui inseminasi (fertilisasi in vivo) dengan cara selain hubungan seksual.
Metode ini merupakan salah satu cara penanganan fertilitas pada manusia. Selain itu,
termasuk suatu praktik umum dalam pemuliaan hewan seperti sapi perah dan babi.
Inseminasi buatan dapat menggunakan teknik-teknik peternakan, donasi sperma,
dan teknologi reproduksi berbantuan. Teknik-teknik inseminasi buatan yang tersedia
meliputi inseminasi intraservikal (ICI) dan inseminasi intrauterin (IUI). Inseminasi
buatan utamanya diharapkan oleh para wanita yang ingin melahirkan anak mereka
sendiri. Mereka mungkin saja berada dalam hubungan heteroseksual namun pasangan
prianya mengalami infertilitas, dalam hubungan lesbian, atau adalah wanita lajang. ICI
dianggap sebagai teknik inseminasi paling mudah dan paling umum serta mungkin saja
digunakan di rumah untuk inseminasi diri sendiri tanpa bantuan praktisi medis.
Dibandingkan dengan inseminasi alami (yaitu inseminasi dengan hubungan seksual),
inseminasi buatan dipandang lebih mahal dan lebih berbahaya, serta memerlukan bantuan
profesional.
Terdapat hukum di sejumlah negara yang membatasi serta mengatur siapa saja
yang dapat menyumbangkan sperma dan siapa saja yang dapat menerima inseminasi
buatan, juga konsekuensi-konsekuensi dari inseminasi tersebut.
Inseminasi buatan pada kasus pasangan heteroseksual di mana sang wanita
merasa sulit untuk hamil, sebelum inseminasi buatan dilakukan sebagai solusi untuk
membuatnya hamil, dokter mensyaratkan pemeriksaan sang wanita maupun pria yang
terlibat untuk menghilangkan semua hambatan fisik yang mungkin menghalangi mereka
untuk memperoleh kehamilan. Pasangan tersebut juga diberikan suatu tes fertilitas atau
kesuburan untuk menentukan motilitas, jumlah, dan viabilitas sperma sang pria serta
keberhasilan ovulasi sang wanita. Hasil dari pengujian itu, dokternya mungkin atau
mungkin juga tidak merekomendasikan suatu bentuk inseminasi buatan.
Sperma yang digunakan dalam inseminasi buatan mungkin saja disediakan oleh
suami sang wanita (sperma pasangan) atau juga melalui donasi sperma seseorang yang
dikenal ataupun anonim (sperma donor). Sperma suami dapat digunakan jika
keterbatasan fisiknya menghalangi kemampuannya untuk membuat istrinya hamil melalui
hubungan seksual, ataupun sperma suami telah dibekukan dalam mengantisipasi sejumlah
prosedur medis atau apabila suaminya telah meninggal. Dalam kasus lain, sperma dari
donor anonim atau yang dikenal mungkin digunakan.
Meskipun mungkin terdapat berbagai pandangan berbeda dari sisi hukum,
keagamaan, dan budaya dalam hal ini serta karakterisasi lainnya, cara penggunaan
sperma dalam AI dianggap sama. Jika prosedur ini berhasil, sang wanita akan
mengandung serta melahirkan bayi dengan jangka waktu dan cara normal. Dikatakan
bahwa kehamilan yang dihasilkan dari inseminasi buatan tidak berbeda dengan
kehamilan yang diperoleh melalui persetubuhan. Berdasarkan semua kasus, sang wanita
akan menjadi ibu biologis dari anak produk AI, dan sang pria yang spermanya digunakan
akan menjadi ayah biologisnya.
Terdapat sejumlah metode yang digunakan untuk memperoleh cairan semen yang
diperlukan dalam AI. Beberapa metode hanya membutuhkan pria, sementara metode
lainnya membutuhkan gabungan seorang pria dan wanita. Metode yang hanya
membutuhkan pria untuk mendapatkan semen yaitu masturbasi, pemijatan pada rektum,
pengotoran secara paksa (pengumpulan emisi nokturnal), atau aspirasi sperma dengan
cara menusuk testis dan epididimis. Metode pengumpulan semen yang melibatkan
gabungan seorang pria dan wanita antara lain persetubuhan yang diinterupsi,
persetubuhan dengan sebuah 'kondom pengumpulan', atau aspirasi semen dari vagina
pasca persetubuhan.1
Terdapat sejumlah alasan mengapa seorang wanita ingin menggunakan inseminasi
buatan untuk mendapatkan kehamilan. Sebagai contoh, sistem kekebalan tubuh seorang
wanita mungkin menolak sperma pasangannya karena dianggap molekul yang
menyerang. Wanita yang memiliki masalah dengan serviks atau leher rahim, seperti
jaringan parut pada serviks, penyumbatan serviks karena endometriosis, atau mukus tebal

1
Nurjannah, “Hukum Islam Dan Bayi Tabung ( Analisis Hukum Islam Kontemporer ),” Repositori Uin Alauddin, 2017,
124, http://repositori.uin-alauddin.ac.id/4008/1/NURJANNAH.pdf.
pada serviks, mungkin dapat menggunakan AI karena sperma perlu melewati serviks
untuk menghasilkan fertilisasi atau pembuahan
B. Sejarah Inseminasi Buatan
Kasus pertama yang dilaporkan dalam hal inseminasi buatan dengan donor terjadi
pada tahun 1884: seorang profesor kedokteran dari Philadelphia mengambil sperma
siswanya yang "berpenampilan terbaik" untuk menginseminasi seorang wanita yang
dibius. Wanita tersebut tidak diberitahu mengenai prosedur itu, berbeda dengan suaminya
yang infertil. Kasus tersebut dilaporkan 25 tahun kemudian dalam suatu jurnal medis.
Bank sperma dikembangkan di Iowa sejak tahun 1920-an dalam penelitian yang
dilakukan oleh Jerome Sherman dan Raymond Bunge, peneliti-peneliti dari sekolah
kedokteran Universitas Iowa.
Pada tahun 1980-an, inseminasi intraperitoneal langsung (DIPI) terkadang
digunakan, di mana dokter menyuntikkan sperma ke dalam abdomen bawah melalui
suatu insisi atau lubang bedah, dengan tujuan membiarkan mereka menemukan oosit
pada ovarium atau setelah memasuki saluran reproduksi melalui ostium tuba falopi.
C. Implikasi Sosial
Salah satu masalah utama yang timbul dari maraknya ketergantungan pada
teknologi reproduksi berbantuan (ART) adalah tekanan pada pasangan untuk hamil, "di
mana anak-anak sangat dikehendaki, menjadi orang tua merupakan keharusan secara
kultural, dan keadaan tanpa anak tidak dapat diterima secara sosial".
Medikalisasi infertilitas atau ketidaksuburan menciptakan suatu struktur bahwa
manusia di didorong untuk berpikir mengenai infertilitas secara sangat negatif. Dalam
banyak budaya, khususnya yang dengan populasi Muslim besar, inseminasi donor
dilarang secara keagamaan dan kultural, biasanya berarti bahwa ketiadaan akses pada
ART yang mahal dan "berteknologi tinggi", seperti fertilisasi in vitro, adalah satu-satunya
solusi.
Ketergantungan berlebihan pada teknologi-teknologi reproduksi dalam
penanganan infertilitas mencegah banyak orang, contohnya secara khusus di "sabuk
infertilitas" Afrika tengah dan selatan untuk mendapatkan penanganan atas banyaknya
penyebab utama infertilitas yang seharusnya dapat ditangani tanpa inseminasi buatan;
yaitu infeksi-infeksi yang dapat dicegah, pengaruh gaya hidup dan pola makan.
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan

Inseminasi buatan atau inseminasi artifisial adalah pemasukan secara sengaja sel sperma
ke dalam rahim atau serviks seorang wanita dengan tujuan memperoleh kehamilan melalui
inseminasi dengan cara selain hubungan seksual. Metode ini merupakan salah satu cara
penanganan fertilitas pada manusia.
DAFTAR PUSTAKA

Nurjannah. “Hukum Islam Dan Bayi Tabung ( Analisis Hukum Islam Kontemporer ).”
Repositori Uin Alauddin, 2017, 124.
http://repositori.uin-alauddin.ac.id/4008/1/NURJANNAH.pdf.

Anda mungkin juga menyukai