Anda di halaman 1dari 11

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb
Segala puji & syukur kita panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang telah
memberikan kesempatan kepada kami untuk mengerjakan dan menyelesaikan
makalah ini. Shalawat serta salam kita curahkan kepada baginda Nabi Muhammad
SAW.
Rasa penuh syukur kami limpahkan karena dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “Pandangan Agama Terhadap Inseminasi Buatan”. Kami menyadari bahwa
makalah ini masih terdapat kekurangan dalam penyusunannya. Maka dari itu, kami
memohon maaf atas segala kekurangannya.
Tak lupa kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang sudah
berpartisipasi dalam penyelesaian makalah ini, khususnya kepada para dosen yang
bersangkutan yang telah membimbing kami.
Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima Kasih.

Cimahi, Oktober 2019


DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN

2.1 Latar Belakang


Teknologi Kedokteran di dunia senantiasa berkembang hari demi hari.
Perkembangan yang sangat signifikan ini menyebabkan banyaknya teknik baru yang
ada dalam dunia kedokteran. Perkembangan yang maju ini menyebabkan kita sebagai
orang-orang yang berkecimpung di dunia kedokteran harus mengetahui
perkembangan yang ada. Salah satu perkembangannya yaitu inseminasi buatan.
Inseminasi buatan terbagi menjadi dua. Inseminasi untuk hewan dan manusia. Proses
inseminasi buatan pada manusia digunakan untuk memperoleh keturunan.
Namun, inseminasi buatan mempunyai pandangan yang berbeda dari lima
agama yaitu Islam, Kristen Katolik, Kristen Protestan, Hindu,dan Budha. Perbedaan
sudut pandang tersebut harus dipahami oleh orang-orang yang berkecimpung di dunia
kedokteran untuk mengetahui hukum dari lima agama yang ada di Indonesia terhadap
pelaksanaan inseminasi buatan. Oleh karena itu, kami ingin mengetahui lebih dalam
tentang inseminasi buatan dari sudut pandang lima agama tersebut.
2.2 Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini yaitu supaya mengetahui definisi atau pengertian
dari inseminasi buatan, klasifikasi yang terdapat pada inseminasi buatan, dan
pandangan inseminasi buatan di dalam lima agama di Indonesia.
2.3 Rumusan Masalah
Dalam menyusun makalah ini terdapat beberapa pertanyaan yang ingin dibahas,
yaitu :
1. Apa yang dimaksud inseminasi buatan?
2. Apa saja tujuan dilakukan inseminasi buatan?
3. Apa saja klasifikasi inseminasi buatan?
4. Bagaimana proses dilakukannya inseminasi buatan?
5. Bagaimana pandangan lima agama terhadap inseminasi buatan?
2.4 Manfaat
Manfaat dari pembuatan makalah ini, yaitu :
 Dapat mengetahui definisi inseminasi buatan
 Mengetahui klasifikasi inseminasi buatan
 Mengetahui pandangan terhadap inseminasi buatan dari sudut pandang agama
yang sah di Indonesia
 Memahami alasan diperbolehkannya atau dilarangnya inseminasi buatan
dalam agama yang sah di Indonesia
 Mengetahui baik dan buruknya inseminasi buatan
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Inseminasi Buatan


Inseminasi buatan atau yang dikenal dengan istilah artificial insemination dalam
bahasa inggris, insemination artificial dalam bahasa perancis, kunstmatiga
inseminatie dalam bahasa belanda merupakan perkembangan teknologi kedokteran.
Artificial insemination terdiri atas artificial yang berarti buatan, bikinan, atau tiruan.
Sedangkan insemination yang artinya pembuahan atau penghamilan secara teknologi,
bukan alamiah. Selain itu, insemination berasal dari bahasa latin yaitu inseminates
yang berarti pemasukan atau penyampaian.1 Dalam istilah arab inseminasi disebut
dengan istilah at-talqih An-Talqih berasal dari kata kerja laqqaha- talqihan yang
berarti mengawinkan atau mempertemukan (memadukan).2
Berdasarkan definisi-definisi di atas, inseminasi buatan adalah upaya yang
dilakukan untuk mendapatkan keturunan tanpa melalui hubungan suami istri, dengan
cara menginjeksikan sperma pria ke dalam uterus atau rahim wanita dengan bantuan
dokter sebagai tenaga ahli.

2.2 Tujuan Inseminasi Buatan


Tujuan inseminasi buatan yaitu untuk memperoleh keturunan yang
diharapkan. Inseminasi buatan membantu seseorang untuk memiliki keturunan tanpa
berhubungan suami istri. Sperma yang digunakan bisa berasal dari sperma suami dari
wanita tersebut (sperma pasangan) atau pun berasal dari donasi sperma seseorang
(sperma pendonor).
Teknologi inseminasi buatan dapat ditujukan kepada pasangan suami
istri yang mengalami masalah pada fertilisasi, contohnya yaitu apabila seorang suami
memiliki keterbatasan fisik dalam berhubungan suami istri atau memiliki kelainan
mutu sperma yang kurang baik, seperti oligospermia. Oligospermia merupakan suatu
keadaan sedikitnya jumlah sperma seorang pria sehingga sulit untuk mengharapkan
terjadinya pembuahan. Selain itu, inseminasi buatan pun dapat dilaksanakan

2.3 Klasifikasi Inseminasi Buatan

2.4 Pandangan Inseminasi Buatan dari Sudut Pandang Agama Yang Sah
Di Indonesia
2.4.1 Inseminasi Buatan Menurut Islam
Inseminasi Buatan merupakan perkembangan bioteknologi pada bidang medis
yang harus dikaji penentuan hukumnya guna menyelesaikan masalah yang
berhubungan dengan keturunan dan ibadah. Memiliki keturunan merupakan hal yang
didamba-dambakan oleh setiap pasangan suami istri. Namun, pada kenyataannya
tidak semua pasangan suami istri diberikan kemudahan dalam memiliki keturunan,
khususnya dalam masalah kesehatan atau kesuburan reproduksi pasangan suami istri.
Penentuan hukum Islam pada inseminasi buatan harus dikaji melalui metode
ijtihad. Secara etimologi ijtihad adalah pengerahan segala kemampuan untuk
mengerjakan sesuatu yang sulit. Sedangkan, secara terminologi ijtihad adalah
penelitian dan pemikiran untuk mendapatkan sesuatu yang terdekat pada kitabullah
dan sunnah rasul atau yang lainnya untuk memperoleh nash yang ma’qur. Islam
membenarkan inseminasi buatan dengan syarat-syarat yaitu jika inseminasi buatan
dilakukan dengan sel sperma dan ovum dari suami istri yang sah, menggunakan
sperma dari suami sang wanita (istri sah), dan ditanam di dalam rahim istri dari suami
sah. Namun, penggunaan inseminasi buatan harus berdasarkan kondisi yang tidak
memungkinkan bagi suami istri dalam memperoleh anak dengan cara alamiah.
Sebaliknya, inseminasi buatan diharamkan jika dilakukan melalui titip rahim.
Hukum tersebut sama dengan zina (prostitusi) dan sebagai akibat hukumnya, anak
hasil inseminasi tersebut tidak sah.
Dalam Fatwanya nomor: 23/Fatwa/MUI-DKI/2000 tentang lnseminasi Buatan
yang juga merupakan penyempurna Fatwa tanggal 1 Safar 1401/ 9 Desember 1980 M
tentang lnseminasi Buatan dinyatakan:21
1. Penyuntikan secara langsung sperma suami ke dalam rahim istri
(inseminasi) diperbolehkan (halal). Inseminasi ini tidak menimbulkan
syubhat bahkan dapat membantu suami istri untuk memperoleh keturunan
yang sah, terutama bagi suami yang tidak mampu ereksi dan melakukan
jima’. Sebagaimana firman Allah SWT dalam surat an-Nahl ayat 72 yang
artinya :
“Dan Allahlah yang menjadikan bagi kamu istri-istri dari dirimu sendiri
dan dia juga yang menjadikan dari istri-istrimu itu anak dan cucu dan
memberimu rezeki dari yang baik-baik, apakah kamu beriman pada yang
batil dan inkarpada nilntat Tuhanmu?”.

2. Inseminasi buatan yang melalui bank sperma tidak diperbolehkan, karena


dikhawatirkan terjadinya pencampuradukkan antara sperma suami dengan
sperma orang lain.
Artinya: "...Nu'man bin Basyir berkata: aku mendengar rasulullah
SAW bersabda; Yang halal itu adalah jelas, dan yang haram itu juga jelas
dan antara keduanya terdapat yang samar-samar. Sebagian besar manusia
tidak mengetahuinya maka siapa saja yang takut (terpelihara dari) pada
yang syubhat, maka ia telah menyelamatkan agamanva dan
kehormatannya dan siapa saia yang terlibat dalam perkara subhat maka ia
dikhawatirkan terjun pada yang haram..."

3. Inseminasi buatan antara pasangan yang masih belum halal tidak


diperbolehkan dan dianggap sebagai sebuah perbuatan yang keji.
Sebagaimana firman Allah SWT surat al-An’am ayat 151, yang artinya :
Artinya: "Janganlah kamu mendekati perbuatan keji baik secara terang-
terangan ataupun sembunyi…”
4. Sehubungan dengan dilarangnya inseminasi buatan antara laki-laki dan
perempuan yang belum muhrim, maka mendirikan bank sperma tidak
diperbolehkan. Hal ini berdasarkan kaidah fiqih yang artinya “Hukum
sarana mengikuti hukum tujuan.”
5. Memperbolehkan, menganjurkan, memprogandakan atau membantu
perbuatan inseminasi buatan terlarang ini juga haram, karena ia sama saja
dengan melakukannya. Berdasarkan hadis riwayat Muslim yang artinya :
Dari Abi Hurairah ra bahwa Rasulullah saw bersabda: Siapa saja
yang mengajak pada kebaikan (petunjuk) maka ia akan mendapat pahala
seperti pahala orang yang mengikutinya, tanpa mengurangi pahala mereka
sedikitpun dan siapa saja yang mengajak pada kesesatan maka ia akan
mendapat dosa seperti dosa orang-orang yang mengikutinya, tanpa
mengurangi dosa mereka sedikitpun.

2.4.2 Inseminasi Buatan Menurut Katolik


Sebelum membahas inseminasi buatan menurut agama Katolik, mari membahas
tentang inseminasi buatan terlebih dahulu. Inseminasi buatan terbagi menjadi dua
yaitu homolog dan heterolog. Homolog menggunakan sperma suami, sedangkan
heterolog menggunakan sperma pendonor.
Gereja Katolik Roma pertama kali membahas tentang hukum inseminasi buatan
tahun 1949. Paus Pius XII menyatakan bahwa proses fertilisasi tidak boleh melalui
cara yang tidak wajar. Proses fertilisasi harus melalui persetubuhan suami istri. Lalu
dibahas juga bahwa hubungan suami istri menurut prinsip iman Katolik harus
memiliki tujuan yaitu union atau persatuan dan prokreasi.
Maka dari itu, Gereja Katolik melarang segala bentuk inseminasi buatan,
termasuk bayi tabung, sewa rahim, dan segala bentuk usaha mendapatkan keturunan
menggunakan teknologi reproduksi. Sebab hal tersebut merupakan teknologi buatan
manusia sehingga melampui kuasa Allah dan juga bertolak belakang dengan Prinsip
Katolik. Inseminasi buatan tujuan pernikahan terlihat hanya untuk regenerasi atau
memperbarui keturunan.
Hal yang fatal jika inseminasi buatan terus dilakukan, apalagi jika menggunakan
sperma dari pendonor yang sama dan kelak anak-anak yang lahir saling menikahi
tetapi mereka tidak mengetahui bahwa ternyata mereka merupakan saudara sedarah
karena berasal dari pendonor sperma yang sama, sedangkan hukum gereja
menyatakan dengan tegas bahwa menikah dengan saudara sedarah tidak
diperbolehkan.
2.4.3 Inseminasi Buatan Menurut Kristen Protestan
Inseminasi buatan dibagi menjadi dua, yaitu:
1. Inseminasi buatan oleh suami
Inseminasi buatan oleh suami tidak dipermasalahkan, karena pada
dasarnya ini adalah salah satu jalan untuk memperbaiki kesukaran
mendapatkan keturunan dan memenuhi perintah Allah untuk membiakkan
kehidupan.
2. Inseminasi oleh donor
Menurut Norma Geisler, tidak ada alasan moral untuk menentang
inseminasi buatan keduanya. Akan tetapi, inseminasi buatan oleh donor
bukanlah merupakan jalan keluar untuk memperoleh keturunan.

Sesuai dengan Alkitab Surat Markus 10 : 6-9


(6) Sebab pada awal dunia, Allah menjadikan mereka laki laki dan
perempuan, (7) sebab itu laki laki akan meninggalkan ayahnya dan
ibunya dan bersatu dengan isterinya, (8) sehingga keduanya itu menjadi
satu daging. Demikianlah mereka bukan lagi dua, melaikan satu. (9)
Karena itu, apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan
manusia.”
2.4.4 Inseminasi Buatan Menurut Hindu
2.4.5 Inseminasi Buatan Menurut Buddha
Dalam pandangan Agama Buddha perkawinan adalah suatu pilihan dan bukan
kewajiban. Artinya, seseorang dalam menjalani kehidupan ini boleh memilih hidup
berumah tangga ataupun hidup sendiri. Sesungguhnya Agama Buddha mementingkan
kualitas kehidupan bukan kuantitas. Apabila seseorang berniat berumah tangga, maka
hendaknya ia konsekuen dan setia dengan pilihannya. Dengan demikian, inseminasi
buatan diperbolehkan namun inseminasi donor tidak diperbolehkan di dalam Agama
Buddha.
2.5 Alasan Diperbolehkannya atau Dilarangnya Inseminasi Buatan
Dalam Agama Yang Sah Di Indonesia
2.6 Baik Dan Buruknya Inseminasi Buatan
2.6.1 Sisi Baik dari Inseminasi Buatan
Inseminasi Buatan merupakan hasil penemuan teknologi terbaru di bidang
kemanusiaan yang menjadi solusi serta upaya pasangan suami istri yang tidak mampu
mendapatkan keturunan secara alamiah atau mengalami kemandulan. Status anak
dari inseminasi buatan dianggap anak sah dan dapat di samakan dengan anak
kandung yang berhak untuk mendapatkan warisan orang tua kandungnya apabila
orang tuanya telah meninggal dunia ( Pasal 830 KUH Perdata).
2.6.2 Sisi Buruk dari Inseminasi Buatan
Biaya untuk melakukan inseminasi buatan terbilang tinggi dan sulit terjangkau
untuk kaum menengah kebawah. Selain itu, bayi hasil inseminasi buatan
menimbulkan persoalan di bidang hukum, sebab undang-undang yang mengatur
tentang bayi inseminasi buatan di Indonesia belum ada.
DAFTAR PUSTAKA

Arlita, M. (2017). Pengaturan Hak Melanjutkan Keturunan dalam Perjanjian Surogate


Mother. Mataram: Skripsi. Fakultas Hukum Universitas Mataram.
Hasan, M. A. (2010). Masail Fiqhiyah Hadistah. Jakarta: Rajawali Pers.
Mahajuddin. (2003). Masailul Fiqhiyah. Jakarta: Kalam Mulia.
Mariso, J. H. (2018). Analisis Yuridis tentang Upaya Kehamilan di Luar Cara Alamiah
(Inseminasi Buatan) Menurut Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan. Lex et Societatis, 149.

Anda mungkin juga menyukai