Assalamualaikum Wr.Wb
Segala puji & syukur kita panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang telah
memberikan kesempatan kepada kami untuk mengerjakan dan menyelesaikan
makalah ini. Shalawat serta salam kita curahkan kepada baginda Nabi Muhammad
SAW.
Rasa penuh syukur kami limpahkan karena dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “Pandangan Agama Terhadap Inseminasi Buatan”. Kami menyadari bahwa
makalah ini masih terdapat kekurangan dalam penyusunannya. Maka dari itu, kami
memohon maaf atas segala kekurangannya.
Tak lupa kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang sudah
berpartisipasi dalam penyelesaian makalah ini, khususnya kepada para dosen yang
bersangkutan yang telah membimbing kami.
Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima Kasih.
2.4 Pandangan Inseminasi Buatan dari Sudut Pandang Agama Yang Sah
Di Indonesia
2.4.1 Inseminasi Buatan Menurut Islam
Inseminasi Buatan merupakan perkembangan bioteknologi pada bidang medis
yang harus dikaji penentuan hukumnya guna menyelesaikan masalah yang
berhubungan dengan keturunan dan ibadah. Memiliki keturunan merupakan hal yang
didamba-dambakan oleh setiap pasangan suami istri. Namun, pada kenyataannya
tidak semua pasangan suami istri diberikan kemudahan dalam memiliki keturunan,
khususnya dalam masalah kesehatan atau kesuburan reproduksi pasangan suami istri.
Penentuan hukum Islam pada inseminasi buatan harus dikaji melalui metode
ijtihad. Secara etimologi ijtihad adalah pengerahan segala kemampuan untuk
mengerjakan sesuatu yang sulit. Sedangkan, secara terminologi ijtihad adalah
penelitian dan pemikiran untuk mendapatkan sesuatu yang terdekat pada kitabullah
dan sunnah rasul atau yang lainnya untuk memperoleh nash yang ma’qur. Islam
membenarkan inseminasi buatan dengan syarat-syarat yaitu jika inseminasi buatan
dilakukan dengan sel sperma dan ovum dari suami istri yang sah, menggunakan
sperma dari suami sang wanita (istri sah), dan ditanam di dalam rahim istri dari suami
sah. Namun, penggunaan inseminasi buatan harus berdasarkan kondisi yang tidak
memungkinkan bagi suami istri dalam memperoleh anak dengan cara alamiah.
Sebaliknya, inseminasi buatan diharamkan jika dilakukan melalui titip rahim.
Hukum tersebut sama dengan zina (prostitusi) dan sebagai akibat hukumnya, anak
hasil inseminasi tersebut tidak sah.
Dalam Fatwanya nomor: 23/Fatwa/MUI-DKI/2000 tentang lnseminasi Buatan
yang juga merupakan penyempurna Fatwa tanggal 1 Safar 1401/ 9 Desember 1980 M
tentang lnseminasi Buatan dinyatakan:21
1. Penyuntikan secara langsung sperma suami ke dalam rahim istri
(inseminasi) diperbolehkan (halal). Inseminasi ini tidak menimbulkan
syubhat bahkan dapat membantu suami istri untuk memperoleh keturunan
yang sah, terutama bagi suami yang tidak mampu ereksi dan melakukan
jima’. Sebagaimana firman Allah SWT dalam surat an-Nahl ayat 72 yang
artinya :
“Dan Allahlah yang menjadikan bagi kamu istri-istri dari dirimu sendiri
dan dia juga yang menjadikan dari istri-istrimu itu anak dan cucu dan
memberimu rezeki dari yang baik-baik, apakah kamu beriman pada yang
batil dan inkarpada nilntat Tuhanmu?”.