serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang Pemanfaatan Plastik
Sebagai Barang Berguna ini dengan baik meskipun banyak kekurangan didalamnya. Dan juga
kami berterima kasih pada Bapak Ir. Mahmud Takahashi selaku Dosen mata kuliah Teknik
Lingkungan Hidup IPB yang telah memberikan tugas ini kepada kami.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan kita mengenai dampak yang ditimbulkan dari sampah, dan juga bagaimana
membuat sampah menjadi barang yang berguna. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di
dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami
berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa
yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya
laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang
membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang
berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun dari Anda demi perbaikan
makalah ini di waktu yang akan datang.
Penyusun
“Tidak halal bagi seseorang yang beriman pada Allah dan hari akhir
menyiramkan airnya (sperma) pada tanaman orang lain (vagina istri orang
lain)”. (HR. Abu Daud)
Zaman semakin modern, apapun bisa dilakukan pada zaman sekarang, salah
satunya adalah inseminasi buatan atau lebih dikenal dengan bayi tabung, bagi
pasangan suami istri yang tidak bisa mempunyai anak secara alami. Memang dalam
melakukan suatu hal ada kaidah-kaidah tertentu yang harus dipertimbangkan,
terutama bagi manusia yang taat beragama, sebab tiap-tiap agama ada batasan-
batasan tertentu untuk melakukan sesuatu hal, maka dari itu marilah kita melihat
hukum bayi tabung/inseminasi buatan menurut agama, khususnya agama Islam.
Pada bab fiqh kali ini aul-al-ghifary.blogspot.com akan membahas sedikit
hukum bayi tabung/inseminasi buatan menurut Islam berdasarkan Al Quran dan Hadits
Bayi tabung/inseminasi buatan apabila dilakukan dengan sel sperma dan ovum
suami istri sendiri dan tidak ditransfer embrionya kedalam rahim wanita lain termasuk
istrinya sendiri yang lain (bagi suami berpoligami), maka Islam membenarkan, baik
dengan cara mengambil sperma suami, kemudian disuntikkan kedalam vagina atau
uterus istri, maupun dengan cara pembuahan dilakukan diluar rahim, kemudian
buahnya (vertilized ovum) ditanam didalam rahim istri, asal keadaan kondisi suami
istri yang bersangkutan benar-benar memerlukan cara inseminasi buatan untuk
memeroleh anak, karena dengan cara pembuahan alami, suami istri tidak berhasil
memperoleh anak.
Hadits Nabi:
“Tidak halal bagi seseorang yang beriman pada Allah dan hari akhir menyiramkan
airnya (sperma) pada tanaman orang lain (vagina istri orang lain)”. (HR. Abu Daud)
Firman Allah:
“Dan kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu
bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-
tambah dan menyapihnya dalam dua tahun bersyukurlah kepadaku dan kepada dua
orang ibu bapakmu. Hanya kepadakulah kembalimu”
Banyak pasangan suami istri yang sudah bertahun-tahun menikah tetapi belum dikaruniai
anak. Mereka pun gelisah. Usia sudah semakin tua, tetapi belum mempunyai anak. Ajaran syariat
Islam mengajarkan kita untuk tidak boleh berputus asa dan menganjurkan untuk senantiasa
berikhtiar (usaha) dalam menggapai karunia Allah SWT. Demikian halnya di antara panca
maslahat yang diayomi oleh maqashid asy-syari’ah (tujuan filosofis syariah Islam) adalah hifdz
an-nasl (memelihara fungsi dan kesucian reproduksi) bagi kelangsungan dan kesinambungan
generasi umat manusia. Allah telah menjanjikan setiap kesulitan ada solusi. (QS.Al-Insyirah:5)
termasuk kesulitan reproduksi manusia dengan adanya kemajuan teknologi kedokteran dan ilmu
biologi modern yang Allah karuniakan kepada umat manusia agar mereka bersyukur dengan
menggunakannya sesuai kaedah ajaran-Nya.
Pada dasarnya pembuahan yang alami terjadi dalam rahim melalui cara yang alami pula
(hubungan seksual), sesuai dengan fitrah yang telah ditetapkan Allah untuk manusia. Akan tetapi
pembuahan alami ini terkadang sulit terwujud, misalnya karena rusaknya atau tertutupnya
saluran indung telur (tuba Fallopii) yang membawa sel telur ke rahim, serta tidak dapat diatasi
dengan cara membukanya atau mengobatinya. Atau karena sel sperma suami lemah atau tidak
mampu menjangkau rahim isteri untuk bertemu dengan sel telur, serta tidak dapat diatasi dengan
cara memperkuat sel sperma tersebut, atau mengupayakan sampainya sel sperma ke rahim isteri
agar bertemu dengan sel telur di sana. Semua ini akan meniadakan kelahiran dan menghambat
suami isteri untuk berbanyak anak. Padahal Islam telah menganjurkan dan mendorong hal
tersebut dan kaum muslimin pun telah disunnahkan melakukannya.
Dengan maju pesatnya dibidang teknologi, kini banyak teknologi-teknologi
yang mampu menciptakan/membuat bermacam-macam produk hasil teknologi
dipandangnya berkualitas. Dia n t a r a p r o d u k t e k n o l o g i m u t a k h i r a d a l a h
d i b i d a n g b i o l o g i , S a l a h satunya adanya bayi tabung untuk mengatasi
permasalahan yang telah diuraikan di atas. Pada dasarnya orang- orang memuji dengan
kemajuan dibidang teknologi tersebut, namun mereka b e l u m t a h u p a s t i a p a k a h p r o d u k -
p r o d u k h a s i l t e k n o l o g i i t u d i b e n a r k a n menurut hukum agama. O l e h k a r e n a h a l
t e r s e b u t d i a t a s , u n t u k m e n g e t a h u i l e b i h b a n y a k tentang Bayi Tabung dan
bagaimana Menurut Hukum Islam tentang Bayi Tabung tersebut, maka kami kan
mencoba menggali, m e n g k a j i , d a n m e m a p a r k a n m a k a l a h y a n g b e r j u d u l
“ B a y i T a b u n g d a l a m P a n d a n g a n H u k u m I s l a m ”.
B. RUMUSAN MASALAH
Dari uraian diatas, dapat dirumuskan beberapa masalah, adapun rumusan masalah dalam
pembahasan ini adalah:
1. Apa yang dimaksud dengan bayi tabung dan bagaimana proses pembuatannya?
2. Apa saja peluang dan resiko bayi tabung?
3. Bagaimana hukum bayi tabung menurut Islam?
C. TUJUAN
Dari rumusan masalah diatas dapat dirumuskan beberapa tujuan pembahasan. Adapun tujuannya
yakni sebagai berikut:
1. Mengetahui pengertian dan proses bayi tabung
2. Mengetahui peluang dan resiko bayi tabung
3. Mengetahui hukum bayi tabung menurut Islam
BAB II
PEMBAHASAN
Kedua ayat tersebut menunjukkan bahwa manusia diciptakan oleh Tuhan sebagai
makhluk yang mempunyai kelebihan/keistimewaan sehingga melebihimakhluk-makhluk
Tuhan lainnya. Dan Tuhan sendiri berkenan memuliakanmanusia, maka sudah
seharusnya manusia bisa menghormati martabatnya s e n d i r i d a n j u g a
m e n g h o r m a t i m a r t a b a t s e s a m a m a n u s i a . S e b a l i k n y a inseminasi buatan
dengan donor itu pada hakikatnya merendahkan harkat manusia (human dignity) sejajar
dengan hewan yang diinseminasi.
2) H a d i t s N a b i : “
“Tidak halal bagi seseorang yang beriman pada Allah dan hari
a k h i r menyiramkan airnya (sperma) pada tanaman orang lain (vagina istriorang lain)’’.
(Hadits riwayat Abu Daud, Al-Tirmidzi, dan Hadits ini dipandang sahih oleh Ibnu Hibban)
2) Nahdlatul Ulama (NU) juga telah menetapkan fatwa terkait masalah ini dalam forum Munas
Alim Ulama di Kaliurang, Yogyakarta pada 1981. Ada tiga keputusan yang ditetapkan ulama
NU terkait masalah bayi tabung:
Pertama, apabila mani yang ditabung dan dimasukan ke dalam rahim wani
ta tersebut ternyata bukan mani suami-istri yang sah, maka bayi tabung hukumnya haram.
Hal itu didasarkan pada sebuah hadis yang diriwayatkan Ibnu Abbas RA, Rasulullah SAW
bersabda, "Tidak ada dosa yang lebih besar setelah syirik dalam pandangan Allah SWT,
dibandingkan perbuatan seorang lelaki yang meletakkan spermanya (berzina) di dalam rahim
perempuan yang tidak halal baginya."
Kedua, apabila sperma yang ditabung tersebut milik suami-istri, tetapi cara mengeluarkannya
tidak muhtaram, maka hukumnya juga haram. "Mani muhtaram adalah mani yang
keluar/dikeluarkan dengan cara yang tidak dilarang oleh syara'," papar ulama NU dalam fatwa
itu. Terkait mani yang dikeluarkan secara muhtaram, para ulama NU mengutip dasar hukum dari
Kifayatul Akhyar II/113. "Seandainya seorang lelaki berusaha mengeluarkan spermanya (dengan
beronani) dengan tangan istrinya, maka hal tersebut diperbolehkan, karena istri memang tempat
atau wahana yang diperbolehkan untuk bersenang-senang." Ketiga, apabila mani yang ditabung
itu mani suami-istri dan cara mengeluarkannya termasuk muhtaram, serta dimasukan ke dalam
rahim istri sendiri, maka hukum bayi tabung menjadi mubah (boleh).
3) Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah juga telah menetapkan fatwa terkait boleh tidak
nya menitipkan sperma suami-istri di rahim istri kedua. Dalam fatwanya, Majelis Tarjih dan
Tajdid mengungkapkan, berdasarkan ijitihad jama'i yang dilakukan para ahli fikih dari berbagai
pelosok dunia Islam, termasuk dari Indonesia yang diwakili Muhammadiyah, hukum inseminasi
buatan seperti itu termasuk yang dilarang. "Hal itu disebut dalam ketetapan yang keempat dari
sidang periode ke tiga dari Majmaul Fiqhil Islamy dengan judul Athfaalul Anaabib (Bayi
Tabung)," papar fatwa Majelis Tarjih PP Muhammadiyah. Rumusannya, "cara kelima inseminasi
itu dilakukan di luar kandungan antara dua biji suami-istri, kemudian ditanamkan pada rahim
istri yang lain (dari suami itu) ... hal itu dilarang menurut hukum Syara'.
4) Lembaga Fiqh Islam OKI(Organisasi Konferensi Islam) mengadakan sidang di
Amman pada tahun 1986 u n t u k m e m b a h a s b e b e r a p a t e k n i k i n s e m i n a s i
b u a t a n / b a y i t a b u n g , d a n mengharamkan bayi tabung dengan sperma dan/atau ovum
donor.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Setelah kami gali, kaji, dan paparkan maka kami dapat memberikan
kesimpulan bahwa :
1) Bayi tabung/ insemni buatan d e n g a n s e l s p r e m a d a n o v u m d a r i s u a m i i s t r i
sendiri dan tidak ditransfer e m b r i o n y a k e d a l a m r a h i m w a n i t a
l a i n ( i b u t i t i p a n ) diperbolehkan Islam, jika keadaan kondisi suami istri
y a n g b e r s a n g k u t a n benar-benar memerlukannya (ada hajat, jadi bukan untuk
kelinci percobaan atau main-main). Dan status anak hasil inseminasi macam ini sah
menurutIslam.
2) Bayi tabung Inseminasi buatan dengan sperma dan/atau ovum donor diharamkan (dilarang
keras) Islam. Hukumnya sama dengan zina dan anak yang lahir dari hasil inseminasi
macam ini / bayi tabung ini statusnya sama dengan anak yang lahir di luar perkawinan yang sah.
B. SARAN
Pemerintah hendaknya melarang berdirinya Bank Nuthfah / Sperma dan BankOvum untuk
pembuatan bayi tabung, karena selain bertentangan dengan Pancasila dan UUD 1945,
juga bertentangan dengan norma agama dan moral,serta merendahkan harkat manusia sejajar
dengan hewan yang diinseminasitanpa perlu adanya perkawinan.
P e m e r i n t a h h e n d a k n y a h a n y a m e n g i z i n k a n d a n m e l a y a n i p e r m i n t a a n
b a y i tabung dengan sel sperma dan ovum suami istri yang bersangkutan tanpa
ditransfer ke dalam rahim wanita lain (ibu titipan), dan pemerintah hendaknya juga melarang
keras dengan sanksi-sanksi hukumannya kepada dokter dans i a p a y a n g m e l a k u k a n
i n s e m i n a s i b u a t a n p a d a m a n u s i a d e n g a n s p e r m a dan/atau ovum donor
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Muhammad Daud. 1984. Kedudukan Islam dan Sistem Hukum Islam. Jakarta: Yayasan
Risalah
Hasan, M.Ali. 1998. Masaul Fiqiyah Al-Haditsah. Jakarta: PT. Grafindo Persada
Zuhdi, Masyfuk. 1989. Masail Fiqhiyah. Jakarta: PT. Inti Idayu Press
Http://www.Replubika.co.id/2010/05/08/HukumBayiTabungMenurutIslam
Http://www.Eramuslim.com/konsultasi/Fiqih-Kontemporer/HukumBayi-Tabung.htm
Http://www.Konsultasi.Wordpress.com/2007/01/13/BayiTabung/span
Http://www.NusaIndah.tripod.com/2011/07/22/BayiTabung
Http://www.Kompas.com/2011/06/21/PeluangdanResikoBayiTabung
1. A. Pengertian Bayi Tabung
Pada kasus pasangan yang sulit mendapatkan anak mungkin kita sering mendengar sebuah solusi
yang ditawarkan yaitu “bayi tabung”. Apa sih bayi tabung itu?(NH)
Bayi tabung adalah proses pembuahan sel telur oleh sperma yang terjadi di luar tubuh wanita
atau sering dikenal dengan istilah In Vitro Fertilization (IVF). In Vitro berasal dari bahasa Latin
yang berarti di dalam sedangkan Fertilization adalah bahasa Inggris yang memiliki arti
pembuahan. Proses pembuahan atau bertemunya sel telur dan sperma terjadi di dalam cawan
petri (semacam mangkuk kaca berukuran kecil). Hasil dari pembuahan ini kemudian ditanamkan
kembali ke dalam rahim. Mungkin karena proses pembuahan tersebut terjadi di cawan kaca
(seolah seperti tabung), akhirnya masyarakat mengenalnya sebagai pengertian bayi tabung.
Pengertian bayi tabung sebenarnya sudah diperkenalkan oleh Steptoe dan Edward sejak tahun
1977. Keduanya merintis program tersebut untuk pasangan yang susah mendapatkan keturunan.
Bayi pertama yang lahir dari program bayi tabung adalah Louise Brown. Ia lahir dengan
pertolongan langsung dari Dr. Robert G. Edwards dan C. Steptoe pada tanggal 25 Juli 1978 di
Manchester Inggris. Sejak saat itulah klinik yang menjalankan program bayi tabung berkembang
dengan pesat.
Tidak ada patokan pasti berapa tahun setelah perkawinan sepasang suami istri segera dikaruniai
anak, namun jika tidak kunjung dikaruniai anak pula maka biasanya ada beberapa pasang suami
istri yang mengikuti program bayi tabung. Berikut beberapa alasan yang membuat pasangan
suami istri memilih mengikuti program bayi tabung
Mereka yang mengikuti program bayi tabung umumnya mempunyai masalah kesuburan.
Saluran telur tidak berfungsi dengan baik, atau tidak memungkinkan terjadinya pertemuan antara
sel telur dengan sperma, sehingga pembuahan tidak terjadi. Walaupun pembuahan bisa terjadi,
kemungkinan embrio tidak masuk ke rongga rahim, sehingga terjadi kehamilan di luar
kandungan.
Masalah sperma.
Endometriosis berat.
Kondisi dimana kelenjar dinding rahim tumbuh abnormal. Pada endometriosis berat, kecil
kemungkinan bisa terjadi kehamilan alami.
Unexplained infertility
Antibodi Antisperma.
Adanya antibodi terhadap sperma suami pada istri, atau adanya antibodi pada sperma itu sendiri
(sperma seperti memakai “helm”, sehingga tidak bisa menembus sel telur), sehingga
menghambat terjadinya pembuahan.
Untuk mengkaji masalah bayi tabung ini digunakan metode ijtihad yang lazim dipakai oleh para
ahli ijtihad agar ijtihadnya sesuai dengan prinsip-prinsip dan jiwa Al-Qur’an dan Sunah yang
menjadi pegangan umat Islam. Selain itu, ulama yang akan melaksanakan pengkajian ijtihad
tentang bayi tabung ini memerlukan informasi yang cukup tentang teknik dan proses terjadinya
bayi tabung dari cendekiawan Muslim yang ahli dalam bidang studi yang bersangkutan dengan
masalah ini, misalnya ahli kedokteran dan ahli biologi.
1. Islam membenarkan bayi tabung / inseminasi buatan apabila dilakukan antara sel sperma dan
ovum suami istri yang sah dan tidak ditransfer embrionya ke dalam rahim wanita lain termasuk
istrinya sendiri yang lain (bagi suami yang berpoligami), baik dengan cara mengambil sperma
suami kemudian disuntikkan ke dalam vagina atau uterus istri, maupun dengan cara pembuahan
dilakukan diluar rahim, kemudian buahnya (vertilized ovum) ditanam di dalam rahim istri, asal
keadaan kondisi suami istri yang bersangkutan benar-benar memerlukan cara inseminasi buatan
untuk memperoleh anak, karena dengan cara pembuahan alami suami istri tidak berhasil
memperoleh anak.
“Hajat (kebutuhan yang sangat penting itu) diperlukan seperti dalam keadaan
1. Islam mengharamkan kalau inseminasi buatan itu dilakukan dengan bantuan donor
sperma dan atau ovum, maka hukumnya sama dengan zina (prostitusi). Sebagai akibat
hukumnya, anak hasil inseminasi tersebut tidak sah dan nasabnya hanya berhubungan
dengan ibu yang melahirkannya. Oleh karena itu pemerintah harus melarang adanya bank
sperma atau donor spema karena itu melanggar hukum islam.
Menurut sumber yang saya dapatkan, dalil-dalil syar’i yang dapat menjadi landasan hukum
untuk mengharamkan inseminasi buatan dengan donor, ialah sebagai berikut :
“Dan sesungguhnya telah Kami meliakan anak-anak Adam, Kami angkat mereka di daratan dan
di lautan, Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan
kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan”.
“Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik – baiknya”.
3. Jika inseminasi buatan dengan sel sperma dan ovum dari suami istri yang sah tetapi embrionya
ditransfer ke rahim wanita lain (ibu titipan), diperbolehkan islam dengan catatan keadaan /
kondisi suami istri yang bersangkutan benar-benar memerlukannya (ada hajat, jadi bukan untuk
kelinci percobaan atau main-main). Status anak hasil inseminasi seperti ini sah menurut Islam.
Menurut MUI
Menurut Fatwa MUI (hasil komisi fatwa tanggal 13 Juni 1979), Dewan Pimpinan Majelis Ulama
Indonesia memfatwakan sebagai berikut :
1. Bayi tabung dengan sperma clan ovum dari pasangan suami isteri yang sah hukumnya mubah
(boleh), sebab hak ini termasuk ikhiar berdasarkan kaidahkaidah agama.
2. Bayi tabung dari pasangan suami-isteri dengan titipan rahim isteri yang lain (misalnya dari
isteri kedua dititipkan pada isteri pertama) hukumnya haram berdasarkan kaidah Sadd az-zari’ah
( ), sebab hal ini akan menimbulkan masalah yang rumit dalam kaitannya dengan masalah
warisan (khususnya antara anak yang dilahirkan dengan ibu yang mempunyai ovum dan ibu
yang mengandung kemudian melahirkannya, dan sebaliknya).
3. Bayi tabung dari sperma yang dibekukan dari suami yang telah meninggal dunia hukumnya
haram berdasarkan kaidah Sadd a z-zari’ah ( ), sebab hal ini akan menimbulkan masalah yang
pelik, baik dalam kaitannya dengan penentuan nasab maupun dalam kaitannya dengan hal
kewarisan.
4. Bayi tabung yang sperma dan ovumnya diambil dari selain pasangna suami isteri yang sah
hukumnya haram, karena itu statusnya sama dengan hubungan kelamin antar lawan jenis di luar
pernikahan yang sah (zina), dan berdasarkan kaidah Sadd az-zari’ah ( ), yaitu untuk
menghindarkan terjadinya perbuatan zina sesungguhnya.
Pertama, apabila mani yang ditabung dan dimasukan ke dalam rahim wanita tersebut ternyata
bukan mani suami-istri yang sah, maka bayi tabung hukumnya haram.
Hal itu didasarkan pada sebuah hadis yang diriwayatkan Ibnu Abbas RA, Rasulullah SAW
bersabda, “Tidak ada dosa yang lebih besar setelah syirik dalam pandangan Allah SWT,
dibandingkan perbuatan seorang lelaki yang meletakkan spermanya (berzina) di dalam rahim
perempuan yang tidak halal baginya.”
Kedua, apabila sperma yang ditabung tersebut milik suami-istri, tetapi cara mengeluarkannya
tidak muhtaram, maka hukumnya juga haram. “Mani muhtaram adalah mani yang
keluar/dikeluarkan dengan cara yang tidak dilarang oleh syara’,” papar ulama NU dalam fatwa
itu.
Terkait mani yang dikeluarkan secara muhtaram, para ulama NU mengutip dasar hukum dari
Kifayatul Akhyar II/113. “Seandainya seorang lelaki berusaha mengeluarkan spermanya
(dengan beronani) dengan tangan istrinya, maka hal tersebut diperbolehkan, karena istri
memang tempat atau wahana yang diperbolehkan untuk bersenang-senang.”
Ketiga, apabila mani yang ditabung itu mani suami-istri dan cara mengeluarkannya termasuk
muhtaram, serta dimasukan ke dalam rahim istri sendiri, maka hukum bayi tabung menjadi
mubah (boleh).
Menurut salah satu putusan Fatwa Ulama Saudi Arabia, disebutkan bahwa Alim ulama di
lembaga riset pembahasan ilmiyah, fatwa, dakwah dan bimbingan Islam di Kerajaan Saudi
Arabia telah mengeluarkan fatwa pelarangan praktek bayi tabung. Karena praktek tersebut akan
menyebabkan terbukanya aurat, tersentuhnya kemaluan dan terjamahnya rahim. Kendatipun
mani yang disuntikkan ke rahim wanita tersebut adalah mani suaminya. Menurut pendapat saya,
hendaknya seseorang ridha dengan keputusan Allah Ta’ala, sebab Dia-lah yang berfirman dalam
kitab-Nya:
1. Lima perkara berikut ini diharamkan dan terlarang sama sekali, karena dapat
mengakibatkan percampuran nasab dan hilangnya hak orang tua serta perkara-perkara
lain yang dikecam oleh syariat.
1. Sperma yang diambil dari pihak lelaki disemaikan kepada indung telur pihak wanita yang
bukan istrinya kemudian dicangkokkan ke dalam rahim istrinya.
2. Indung telur yang diambil dari pihak wanita disemaikan kepada sperma yang diambil dari
pihak lelaki yang bukan suaminya kemudian dicangkokkan ke dalam rahim si wanita.
3. Sperma dan indung telur yang disemaikan tersebut diambil dari sepasang suami istri,
kemudian dicangkokkan ke dalam rahim wanita lain yang bersedia mengandung persemaian
benih mereka tersebut.
4. Sperma dan indung telur yang disemaikan berasal dari lelaki dan wanita lain kemudian
dicangkokkan ke dalam rahim si istri.
5. Sperma dan indung telur yang disemaikan tersebut diambil dari seorang suami dan istrinya,
kemudian dicangkokkan ke dalam rahim istrinya yang lain.
1. Dua perkara berikut ini boleh dilakukan jika memang sangat dibutuhkan dan setelah
memastikan keamanan dan keselamatan yang harus dilakukan, sebagai berikut:
1. Sperma tersebut diambil dari si suami dan indung telurnya diambil dari istrinya kemudian
disemaikan dan dicangkokkan ke dalam rahim istrinya.
2. Sperma si suami diambil kemudian di suntikkan ke dalam saluran rahim istrinya atau langsung
ke dalam rahim istrinya untuk disemaikan.
Secara umum beberapa perkara yang sangat perlu diperhatikan dalam masalah ini adalah aurat
vital si wanita harus tetap terjaga (tertutup) demikian juga kemungkinan kegagalan proses
operasi persemaian sperma dan indung telur itu sangat perlu diperhitungkan. Demikian pula
perlu diantisipasi kemungkinan terjadinya pelanggaran amanah dari orang-orang yang lemah
iman di rumah-rumah sakit yang dengan sengaja mengganti sperma ataupun indung telur supaya
operasi tersebut berhasil demi mendapatkan materi dunia. Oleh sebab itu dalam melakukannya
perlu kewaspadaan yang ekstra ketat.
Sementara tidak terbayangkan sama sekali keadaan darurat yang mengharuskan seorang lelaki
memindahkan maninya ke istrinya dengan cara yang haram ini. Bahkan terkadang
berkonsekuensi sang dokter melihat aurat suami wanita tersebut, dan ini pun tidak boleh.
Lebih dari itu, menempuh cara ini merupakan sikap taklid terhadap peradaban orang-orang Barat
(kaum kuffar) dalam perkara yang mereka minati atau (sebaliknya) mereka hindari. Seseorang
yang menempuh cara ini untuk mendapatkan keturunan dikarenakan tidak diberi rizki oleh Allah
berupa anak dengan cara alami (yang dianjurkan syariat), berarti dia tidak ridha dengan takdir
dan ketetapan Allah Subhanahu wa Ta’ala atasnya. Jikalau saja Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam menganjurkan dan membimbing kaum muslimin untuk mencari rizki berupa usaha dan
harta dengan cara yang halal, maka lebih-lebih lagi tentunya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam menganjurkan dan membimbing mereka untuk menempuh cara yang sesuai dengan
syariat (halal) dalam mendapatkan anak.” (Fatawa Al-Mar`ah Al-Muslimah hal. 288).
Ulama di Malaysia
Ulama di Malaysia yang tergabung dalam Jabatan Kemajuan Islam Malaysia memberi fatwa
tentang bayi tabung yang menghasilkan keputusan sebagai berikut:
Keputusan 1
a. . Bayi Tabung Uji dari benih suami isteri yang dicantumkan secara “terhormat” adalah sah di
sisi Islam. Sebaliknya benih yang diambil dari bukan suami isteri yang sah bayi tabung itu adalah
tidak sah.
b. .Bayi yang dilahirkan melalui tabung uji itu boleh menjadi wali dan berhak menerima harta
pesaka dari keluarga yang berhak.
c. .Sekiranya benih dari suami atau isteri yang dikeluarkan dengan cara yang tidak bertentangan
dengan Islam, maka ianya dikira sebagai cara terhormat.
Keputusan 2
a. Bayi Tabung Uji dari benih suami isteri yang dicantumkan secara “terhormat” adalah sah di
sisi Islam. Sebaliknya benih yang diambil dari bukan suami isteri yang sah bayi tabung itu adalah
tidak sah.
b. .Bayi yang dilahirkan melalui tabung uji itu boleh menjadi wali dan berhak menerima harta
pesaka dari keluarga yang berhak.
c. .Sekiranya benih dari suami atau isteri yang dikeluarkan dengan cara yang tidak bertentangan
dengan Islam, maka ianya dikira sebagai cara terhormat.
Pendapat lain pertama mengatakan hukumnya boleh (ja’iz) menurut syara’. Sebab upaya
tersebut adalah upaya untuk mewujudkan apa yang disunnahkan oleh Islam, yaitu
kelahiran dan berbanyak anak, yang merupakan salah satu tujuan dasar dari suatu
pernikahan. Diriwayatkan dari Anas RA bahwa Nabi SAW telah bersabda :
“Menikahlah kalian dengan perempuan yang penyayang dan subur (peranak), sebab
sesungguhnya aku akan berbangga di hadapan para nabi dengan banyaknya jumlah kalian pada
Hari Kiamat nanti.” (HR. Ahmad)
Diriwayatkan dari Abdullah bin Umar RA bahwa Rasulullah saw telah bersabda :
“Menikahlah kalian dengan wanita-wanita yang subur (peranak) karena sesungguhnya aku
akan membanggakan (banyaknya) kalian pada Hari Kiamat nanti.”(HR. Ahmad)
Dengan demikian jika upaya pengobatan untuk mengusahakan pembuahan dan kelahiran alami
telah dilakukan dan ternyata tidak berhasil, maka dimungkinkan untuk mengusahakan terjadinya
pembuahan di luar tenpatnya yang alami. Kemudian sel telur yang telah terbuahi oleh sel sperma
suami dikembalikan ke tempatnya yang alami di dalam rahim isteri agar terjadi kehamilan alami.
Proses ini dibolehkan oleh Islam, sebab berobat hukumnya sunnah (mandub) dan di samping itu
proses tersebut akan dapat mewujudkan apa yang disunnahkan oleh Islam, yaitu terjadinya
kelahiran dan berbanyak anak.
Pada dasarnya, upaya untuk mengusahakan terjadinya pembuahan yang tidak alami tersebut
hendaknya tidak ditempuh, kecuali setelah tidak mungkin lagi mengusahakan terjadinya
pembuahan alami dalam rahim isteri, antara sel sperma suami dengan sel telur isterinya.
Dalam proses pembuahan buatan dalam cawan untuk menghasilkan kelahiran tersebut,
disyaratkan sel sperma harus milik suami dan sel telur harus milik isteri. Dan sel telur isteri yang
telah terbuahi oleh sel sperma suami dalam cawan, harus diletakkan pada rahim isteri.
Hukumnya haram bila sel telur isteri yang telah terbuahi diletakkan dalam rahim perempuan lain
yang bukan isteri, atau apa yang disebut sebagai “ibu pengganti” (surrogate mother). Begitu pula
haram hukumnya bila proses dalam pembuahan buatan tersebut terjadi antara sel sperma suami
dengan sel telur bukan isteri, meskipun sel telur yang telah dibuahi nantinya diletakkan dalam
rahim isteri. Demikian pula haram hukumnya bila proses pembuahan tersebut terjadi antara sel
sperma bukan suami dengan sel telur isteri, meskipun sel telur yang telah dibuahi nantinya
diletakkan dalam rahim isteri.
Ketiga bentuk proses di atas tidak dibenarkan oleh hukum Islam, sebab akan menimbulkan
pencampuradukan dan penghilangan nasab, yang telah diharamkan oleh ajaran Islam.
Diriwayatkan dari Abu Hurairah RA bahwa dia telah mendengar Rasulullah SAW
bersabda ketika turun ayat li’an :
“Siapa saja perempuan yang memasukkan kepada suatu kaum nasab (seseorang) yang bukan
dari kalangan kaum itu, maka dia tidak akan mendapat apa pun dari Allah dan Allah tidak akan
pernah memasukkannya ke dalam surga. Dan siapa saja laki-laki yang mengingkari anaknya
sendiri padahal dia melihat (kemiripan)nya, maka Allah akan tertutup darinya dan Allah akan
membeberkan perbuatannya itu di hadapan orang-orang yang terdahulu dan kemudian (pada
Hari Kiamat nanti).” (HR. Ad Darimi)
Diriwayatkan dari Ibnu Abbas RA, dia mengatakan bahwa Rasulullah SAW telah
bersabda :
“Siapa saja yang menghubungkan nasab kepada orang yang bukan ayahnya, atau (seorang
budak) bertuan (loyal/taat) kepada selain tuannya, maka dia akan mendapat laknat dari Allah,
para malaikat, dan seluruh manusia.” (HR. Ibnu Majah)
Ketiga bentuk proses di atas mirip dengan kehamilan dan kelahiran melalui perzinaan, hanya saja
di dalam prosesnya tidak terjadi penetrasi penis ke dalam vagina. Oleh karena itu laki-laki dan
perempuan yang menjalani proses tersebut tidak dijatuhi sanksi bagi pezina (hadduz zina), akan
tetapi dijatuhi sanksi berupa ta’zir, yang besarnya diserahkan kepada kebijaksaan hakim (qadli).
Ajaran syariat Islam mengajarkan kita untuk tidak boleh berputus asa dan menganjurkan untuk
senantiasa berikhtiar (usaha) dalam menggapai karunia Allah SWT. Demikian halnya di ntara
pancamaslahat yang diayomi oleh maqashid asy-syari’ah (tujuan filosofis syariah Islam) adalah
hifdz an-nasl (memelihara fungsi dan kesucian reproduksi) bagi kelangsungan dan
kesinambungan generasi umat manusia. Allah telah menjanjikan setiap kesulitan ada solusi
(QS.Al-Insyirah:5-6) termasuk kesulitan reproduksi manusia dengan adanya kemajuan teknologi
kedokteran dan ilmu biologi modern yang Allah karuniakan kepada umat manusia agar mereka
bersyukur dengan menggunakannya sesuai kaedah ajaran-Nya.
Masalah inseminasi buatan ini menurut pandangan Islam termasuk masalah kontemporer
ijtihadiah, karena tidak terdapat hukumnya seara spesifik di dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah
bahkan dalam kajian fiqih klasik sekalipun. Karena itu, kalau masalah ini hendak dikaji menurut
Hukum Islam, maka harus dikaji dengan memakai metode ijtihad yang lazimnya dipakai oleh
para ahli ijtihad (mujtahidin), agar dapat ditemukan hukumnya yang sesuai dengan prinsip dan
jiwa Al-Qur’an dan As-Sunnah yang merupakan sumber pokok hukum Islam. Namun, kajian
masalah inseminasi buatan ini seyogyanya menggunakan pendekatan multi disipliner oleh para
ulama dan cendikiawan muslim dari berbagai disiplin ilmu yang relevan, agar dapat diperoleh
kesimpulan hukum yang benar-benar proporsional dan mendasar. Misalnya ahli kedokteran,
peternakan, biologi, hukum, agama dan etika.
Bayi tabung pada manusia harus diklasifikasikan persoalannya secara jelas. Bila dilakukan
dengan sperma atau ovum suami isteri sendiri, baik dengan cara mengambil sperma suami
kemudian disuntikkan ke dalam vagina, tuba palupi atau uterus isteri, maupun dengan cara
pembuahannya di luar rahim, kemudian buahnya (vertilized ovum) ditanam di dalam rahim istri;
maka hal ini dibolehkan, asal keadaan suami isteri tersebut benar-benar memerlukan inseminasi
buatan untuk membantu pasangan suami isteri tersebut memperoleh keturunan. Hal ini sesuai
dengan kaidah ‘al hajatu tanzilu manzilah al dharurat’ (hajat atau kebutuhan yang sangat
mendesak diperlakukan seperti keadaan darurat).
Sebaliknya, kalau inseminasi buatan itu dilakukan dengan bantuan donor sperma dan ovum,
maka diharamkan dan hukumnya sama dengan zina. Sebagai akibat hukumnya, anak hasil
inseminasi itu tidak sah dan nasabnya hanya berhubungan dengan ibu yang melahirkannya.
Menurut hemat penulis, dalil-dalil syar’i yang dapat dijadikan landasan menetapkan hukum
haram inseminasi buatan dengan donor ialah:
Kedua ayat tersebut menunjukkan bahwa manusia diciptakan oleh Tuhan sebagai makhluk yang
mempunyai kelebihan/keistimewaan sehingga melebihi makhluk-makhluk Tuhan lainnya. Dan
Tuhan sendiri berkenan memuliakan manusia, maka sudah seharusnya manusia bisa
menghormati martabatnya sendiri serta menghormati martabat sesama manusia. Dalam hal ini
inseminasi buatan dengan donor itu pada hakikatnya dapat merendahkan harkat manusia sejajar
dengan tumbuh-tumbuhan dan hewan yang diinseminasi.
Hadits Nabi Saw yang mengatakan, “tidak halal bagi seseorang yang beriman kepada
Allah dan Hari Akhir menyiramkan airnya (sperma) pada tanaman orang lain (istri orang
lain).” (HR. Abu Daud, Tirmidzi dan dipandang Shahih oleh Ibnu Hibban).
Berdasarkan hadits tersebut para ulama sepakat mengharamkan seseorang melakukan hubungan
seksual dengan wanita hamil dari istri orang lain. Tetapi mereka berbeda pendapat apakah sah
atau tidak mengawini wanita hamil. Menurut Abu Hanifah boleh, asalkan tidak melakukan
senggama sebelum kandungannya lahir. Sedangkan Zufar tidak membolehkan. Pada saat para
imam mazhab masih hidup, masalah inseminasi buatan belum timbul. Karena itu, kita tidak bisa
memperoleh fatwa hukumnya dari mereka.
Hadits ini juga dapat dijadikan dalil untuk mengharamkan inseminasi buatan pada manusia
dengan donor sperma dan/atau ovum, karena kata maa’ dalam bahasa Arab bisa berarti air hujan
atau air secara umum, seperti dalam At-Thaha:53. Juga bisa berarti benda cair atau sperma
seperti dalam An-Nur:45 dan Al-Thariq:6.
1. 3. Dalil lain untuk syarat kehalalan inseminasi buatan bagi manusia harus berasal dari
ssperma dan ovum pasangan yang sah menurut syariah adalah kaidah hukum fiqih yang
mengatakan “dar’ul mafsadah muqaddam ‘ala jalbil mashlahah” (menghindari
mafsadah atau mudharat) harus didahulukan daripada mencari atau menarik
maslahah/kebaikan.
LAMPIRAN
Artinya :
Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan dan
di lautan (862) , Kami beri mereka rezki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan
kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan. (al-isra’:70)
ْ َسافِلِينَ أ
سفَ َل َر َد ْدنَاهُ ثُ َّم َ
Artinya:
Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya. (at-tin:4)
Sumber:
http://www.kesuburanwanita.com/artikel/Gizi+dan+Kesehatan/Prakonsepsi/alasan.mengikuti.pro
gram.bayi.tabung/001/001/1539/1
http://keperawatanreligionsrikandipuspaamandaty.wordpress.com/2010/12/17/bayi-tabung-
dalam-pandangan-islam/
http://tauvhk.wordpress.com/2008/11/17/bayi-tabung-dalam-persepsi-islam/
http://konsultasi.wordpress.com/2007/01/13/bayi-tabung/
http://www.republika.co.id/berita/ensiklopedia-islam/fatwa/10/05/08/114856-apa-hukum-bayi-
tabung-menurut-islam-
http://shohwatulislam.multiply.com/journal/item/16
BAB I
PENDAHULUAN
Sekarang ini sudah muncul berbagai kecanggihan yang dapat di gunakan untuk mengatasi
kendala-kendala kehidupan..Salah satunya adalah kesulitan mempunyai anak dengan berbagai
faktor.Tetapi terkadang kecanggihan teknologi mempengaruhi etika-etika terhadap islam.
Kemungkinan kehamilan dipengaruhi oleh usia anda dan kadar FSH basal. Secara umum, makin
muda usia makin baik hasilnya. Kemungkinan terjadinya kehamilan juga tergantung pada jumlah
embrio yang dipindahkan. Walaupun makin banyak jumlah embrio yang dipindahkan akan
meningkatkan kemungkinan terjadinya kehamilan, tapi kemungkinan terjadinya kehamilan
multipel dengan masalah yang berhubungan dengan kelahiran prematur juga lebih besar.
Pengertian mandul bagi wanita ialah tidak mampu hamil karena indung telur mengalami
kerusakan sehingga tidak mampu memproduksi sel telur. Sementara, arti mandul bagi pria ialah
tidak mampu menghasilkan kehamilan karena buah pelir tidak dapat memproduksi sel
spermatozoa sama sekali.
Baik pria maupun wanita yang mandul tetap mempunyai fungsi seksual yang normal. Tetapi
sebagian orang yang mengetahui dirinya mandul kemudian mengalami gangguan fungsi seksual
sebagai akibat hambatan psikis karena menyadari kekurangan yang dialaminya.
Tetapi istilah mandul seringkali digunakan untuk menyebut pasangan suami istri yang belum
mempunyai anak walaupun telah lama menikah. Padahal pasangan suami istri yang belum
mempunyai anak setelah lama menikah tidak selalu mengalami kemandulan. Yang lebih banyak
terjadi adalah pasangan yang infertil atau pasangan yang tidak subur.Tulisan tentang bayi tabung
ini dimaksudkan agr masyarakat terutama dari kalangan agama memberikan tanggapan dan
masukan tentang proyek/tim pengembangan Bayi tabung Indonesia yang mulai terbuka untuk
peminat bayi tabung.Sebagai akibat dari kemajuan ilmu pengetahuan modern dan teknologi
kedokteran dan biologi yang canggih,maka teknologi bayi tabung juga maju dengan
pesat,sehingga kalau teknologi bayi tabung ini ditanagani oleh orang-orang yang kurang beriman
dan bertaqwa,dikhawatirkan dapat merusak peradaban umat manusia,bias merusak nilai-nilai
agama,moral,dan budaya bangsa.
1.2 TUJUAN
v Mempelajari hal-hal yang ada dalam medis yang dilarang oleh islam dan mengetahuan tentang
hukum-hukum nya.
BAB II
ISI
Bayi tabung pertama Louis Brown dari Inggris lahir 30 tahun lalu. Pembuahan
buatan sudah merupakan prosedur standar kedokteran, untuk menolong pasangan yang
sulit punya anak secara alami. Jumlah pasangan suami-istri yang melaksanakan program
bayi tabung dari tahun ke tahun juga meningkat. Sebuah pemecahan praktis yang juga
harus disadari mengandung risiko. Prosedurnya saja sudah amat menegangkan,
melelahkan dan bahkan sering memicu rasa frustrasi. Belum lagi mengintai bahaya
kecacatan pada bayi dan dampak lainnya. Seberapa besar risiko program bayi tabung itu,
kini menjadi tema penelitian sejumlah dokter dan ilmuwan Jerman.
Metode umum yang digunakan sejak 30 tahun lalu, adalah pembuahan dalam tabung reaksi atau
istilahnya pembuahan in-vitro. Secara sederhana caranya adalah dengan membuahi sel telur
dengan sel sperma di luar rahim ibu. Setelah terjadi pembuahan, barulah sel telur itu kembali
dicangkokan ke dalam rahim ibu.
Bildunterschrift: Großansicht des Bildes mit der Bildunterschrift: Louise Brown, bayi tabung
pertama, ketika berumur 1 tahun
Pembuahan in-vitro benar-benar program bayi tabung, karena sel telur dan sperma dipertemukan
dalam tabung reaksi. Selain itu juga dikembangkan metode terbaru, berupa pembuahan buatan di
dalam rahim menggunakan bantuan semacam pipet untuk menyuntikan sperma. Metodenya
disebut intra-cytoplasma dengan menyuntikan sperma. Di Jerman anak pertama yang dibuahi
dengan metode intra-cytoplasma ini dilahirkan tahun 1994 lalu, dari pasangan yang suaminya
tidak mampu membuahi sel telur istrinya secara alami.
Belum diketahui apakah ketidakmampuan ayahnya untuk melakukan pembuahan secara alami,
juga akan diturunkan kepada anaknya. Namun diketahui, pembuahan intra-cytoplasma lebih
berisiko dibanding pembuahan dalam tabung atau in-vitro. Risikonya adalah bayi dengan cacat
bawaan. Seperti yang dijelaskan Prof. Hilke Bertelsmann, pakar ilmu kesehatan dan sekaligus
juga pakar biologi Jerman.
“Cacat bawaan adalah cacat yang kelihatan maupun yang tidak, seperti kelainan pada jantung,
ginjal dan organ tubuh lainnya. Kekhawatiran lainnya adalah, sel sperma dan sel telur mengalami
kerusakan akibat panas atau manipulasi. Karena itu ditakutkan semakin banyak kasus cacat
bawaan dari metode pembuahan menggunakan pipet yang disuntikan ke sel telur, ketimbang
pembuahan dalam tabung reaksi.“
Berlandaskan dugaan semacam itu, Prof. Bertelsmann mengimbau komisi kedokteran federal di
Jerman, yang merupakan lembaga tertinggi administrasi kedokteran dengan anggota para dokter,
rumah sakit dan asuransi kesehatan, untuk melakukan penelitian terpadu serta penelitian data
secara sistematis. Tujuannya untuk meneliti risiko munculnya cacat bawaan pada berbagai
metode pembuahan buatan.
Bildunterschrift: Großansicht des Bildes mit der Bildunterschrift: Seorang dokter sedang
melakukan proses pembuahan buatan.Sejauh ini memang belum diketahui secara pasti apa
penyebab meningkatnya kasus cacat bawaan pada bayi tabung itu. Dalam 10 kasus yang diamati,
menyangkut perbedaan metode in-vitro dan intra-cytoplasma, sejauh ini tidak ditemukan hasil
yang signifikan. Artinya, kemungkinan besar metode intra-cytoplasma juga tidak meningkatkan
risiko munculnya cacat bawaan.
Prof.Hilke Bertelsmann lebih lanjut mengatakan, “Walaupun begitu kami harus mengatakan,
kami tidak tahu, apakah hal itu disebabkan metode kedokteran dari pembuahan buatan, atau dari
meningkatnya risiko pada orang tua. Karena pada dasarnya akibat risiko itulah mengapa mereka
tidak bisa mendapatkan anak dengan cara alami.“
Yang sudah pasti, kasus cacat bawaan lebih banyak terjadi pada anak-anak yang dilahirkan
dengan cara pembuahan buatan, baik itu dengan metode in-vitro maupun intra-cytoplasma,
ketimbang pada anak-anak yang dilahirkan dari pembuahan secara alami.
Selain itu, kuota keberhasilan pembuahan buatan juga relatif rendah. Hanya 40 persen
pembuahan buatan yang sukses menimbulkan kehamilan. Sementara jumlah sukses kehamilan
hingga melahirkan anak jauh lebih rendah lagi, yakni hanya 15 persen dari seluruh kehamilan
melalui metode pembuahan buatan. Karena itulah, cukup banyak pasangan suami istri yang
memutuskan, melakukan pembuahan buatan beberapa sel telur sekaligus dan mencangkokan sel
embryo tersebut dalam rahim.
Dengan begitu diharapkan salah satu embryo akan berhasil berkembang menjadi janin di dalam
rahim. Akan tetapi, juga muncul masalah lainnya. Kadang-kadang beberapa sel telur yang sudah
dibuahi secara buatan, berkembang bersamaan di dalam rahim. Terjadi kehamilan kembar lebih
dari dua bayi. Dampaknya adalah berkurangnya peluang janin untuk terus berkembang dalam
rahim.
Masalah lainnya yang dihadapi di Jerman adalah kendala hukum. Aturan yang berlaku untuk
pembuahan buatan, tidak mengizinkan orang tua menggugurkan salah satu bayi kembar lebih
dari dua, hasil dari pembuahan buatan. Atau secara bahasa kedokterannya, memberikan peluang
kepada janin yang memiliki kemungkinan paling baik untuk terus berkembang dalam rahim,
dengan menyingkirkan saingannya yang kemungkinan cacat.
Terlepas dari aturan yang berlaku, teknologi pembuahan buatan atau program bayi tabung,
walaupun sudah berumur 30 tahun, tetap mengandung banyak misteri dan pertanyaan yang
belum terjawab tuntas secara ilmu kedokteran, menyangkut kemungkinan risiko cacat bawaan.
Bayi tabung adalah suatu istilah teknis. Istilah ini tidak berarti bayi yang terbentuk di
dalam tabung, melainkan dimaksudkan sebagai metode untuk membantu pasangan subur yang
mengalami kesulitan di bidang” pembuahan “ sel telur wanita oleh sel sperma pria. Secara teknis,
dokter mengambil sel telur dari indung telur wanita dengan alat yang disebut “laparoscop”
( temuan dr. Patrick C. Steptoe dari Inggris ). Sel telur itu kemudian diletakkan dalam suatu
mangkuk kecil dari kaca dan dipertemukan dengan sperma dari suami wanita tadi. Setelah terjadi
pembuahan di dalam mangkuk kaca itu tersebut, kemudian hasil pembuahan itu dimasukkan lagi
ke dalam rahim sang ibu untuk kemudian mengalami masa kehamilan dan melahirkan anak
seperti biasa.
Bayi tabung pertama lahir ke dunia ialah Louise Brown. Ia lahir di Manchester, Inggris, 25 Juli
1978 atas pertolongan Dr. Robert G. Edwards dan Patrick C. Steptoe. Sejak itu, klinik untuk bayi
tabung berkembang pesat. Teknik bayi tabung ini telah menjadi metode yang membantu
pasangan subur yang tidak mempunyai anak akibat kelainan pada organ reproduksi anak pada
wanita.
Banyak faktor yang menjadi penyebab infertilitas sehingga pasangan suami istri tidak
mempunyai anak, antara lain:
Faktor hubungan seksual, yaitu frekuensi yang tidak teratur (mungkin terlalu sering atau
terlalu jarang), gangguan fungsi seksual pria yaitu disfungsi ereksi, ejakulasi dini yang
berat, ejakulasi terhambat, ejakulasi retrograde (ejakulasi ke arah kandung kencing), dan
gangguan fungsi seksual wanita yaitu dispareunia (sakit saat hubungan seksual) dan
vaginismus.
Faktor infeksi, berupa infeksi pada sistem seksual dan reproduksi pria maupun wanita,
misalnva infeksi pada buah pelir dan infeksi pada rahim.
Faktor hormon, berupa gangguan fungsi hormon pada pria maupun wanita sehingga
pembentukan sel spermatozoa dan sel telur terganggu.
Faktor fisik, berupa benturan atau temperatur atau tekanan pada buah pelir sehingga
proses produksi spermatozoa terganggu.
Fakror psikis, misalnya stress yang berat sehingga mengganggu pembentukan set
spermatozoa dan sel telur.
Untuk menghindari terjadinya gangguan kesuburan pada pria maupun wanita, maka faktor-faktor
penyebab tersebut tersebut harus dihindari. Tetapi kalau gangguan kesuburan telah terjadi,
diperlukan pemeriksaan yang baik sebelum dapat ditentukan langkah pengobatannya.
Berbagai cara dan pengobatan telah tersedia untuk mengatasi gangguan kesuburan, tetapi tidak
selalu memberikan hasil yang diharapkan. Sebagai contoh, infertilitas yang disebabkan karena
penyumbatan saluran telur. Cara yang ada untuk membuka kembali saluran telur yang tersumbat
ternyata tidak memberikan hasil yang baik. Contoh lain, pengobatan gangguan sperma, mungkin
memberikan hasil yang baik, mungkin juga tidak. Pengobatan gangguan sperma yang disebabkan
karena infeksi pada buah pelir, pada umumnya tidak memuaskan.
Itu berarti tidak semua pasangan infertil dapat mengatasi masalahnya dan dapat mempunyai
anak. Karena itu, pada keadaan di mana gangguan kesuburan tidak dapat diatasi, dilakukan cara
lain yang merupakan cara pintas. Cara pintas ini tidak lagi bertujuan memperbaiki gangguan
kesuburan, melainkan langsung ke tujuan akhir, yaitu menghasilkan kehamilan.
Cara pintas yang tersedia ialah inseminasi buatan dengan menggunakan sperma suami dan tehnik
“bayi tabung”. Inseminasi buatan dengan sperma suami dilakukan bila terjadi gangguan kualitas
dan kuantitas sperma, gangguan dalam melakukan hubungan seksual sehingga sperma tidak
dapat masuk ke vagina, dan gangguan mulut rahim sehingga sel spermatozoa gagal masuk ke
dalam rahim.
Di masyarakat muncul anggapan salah, seolah-olah tehnik “bayi tabung” adalah segalanya.
Seolah-olah dengan cara ini pasangan infertil pasti dapat menjadi hamil dan mempunyai anak.
Padahal ternyata tidak demikian. Keberhasilan tehnik “bayi tabung” dengan cara yang paling
mutakhir dan di negara maju sekalipun, masih tergolong rendah sementara biaya yang diperlukan
sangat tinggi.
Apabila mengkaji tentang bayi tabung dari hukum islam,maka harus dikaji dengan
memakai metode ijtihad yang lazim dipakai oleh para ahli ijtihad agar hukum ijtihadnya sesuai
dengan prinsip-prinsip dan jiwa al-Quran dan sunnah menjadi pasanagan umat islam.Bayi
Tabung dilakukan apabila dilakukan dengan sel sperma dan ovum suami istri sendiri dan tidak
ditransfer embrionya kedalam rahim wanita lain termasuk istrinya sendiri yang lain(bagi suami
yang berpoligami),maka islam membenarkan,baik dengan cara mengambil sperma
suami,kemudian disuntikkan kedalam vagina atau uterus istri,maupun dengan cara pembuahan
dilakukan diluar rahim,kemudian buahnya ditanam kedalam rahim istri,asal keadaan kondisi
suami istri yang bersangkutan benar-benar memerlukan cara inseminasi buatan untuk
memperoleh anak,karena dengan cara pembuahan alami,suami istri tidak berhasil memperoleh
anak.
Artinya:Dan sesungguhnya telah kami muliakan anak-anak Adam,Kami angkut mereka didaratan
dan lautan,Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan
kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan.
Inseminasi buatan endahngan donor itu pada hakikatnya merendahkan harkat manusia
sejajar dengan hewan yang di inseminasi.
Hadist Nabi:
Tidak halal bagi seseorang yang beriman pada Allah dan hari Akhir menyiramkan airnya
(sperma) pada tanaman orang lain(vagina istri orang lain).Hadist Riwayat Abu Daud,Al-Tirmizi
dan hadist ini dipandang sahih oleh Ibnu Hibban.
Pada zaman dulu masalah bayi tabung/inseminasi buatan belum timbul,sehingga kita tidak
memperoleh fatwa hukumnya dari mereka.Kita dapat menyadari bahwa inseminasi buatan / bayi
tabung dengan donor sperma atau ovum lebih mendatangkan madaratnya daripada maslahahnya.
Maslahahnya dari bayi tabung adalah bias membantu pasangan suami istri yang keduanya
atau salah satu nya mandul atau ada hambatan alami pada suami atau istri menghalangi
bertemunya sel sperma dan sel telur.Misalnya karena tuba falopii terlalu sempit atau ejakulasinya
terlalu lemah.Namun akibat(mafsadah) dari bayi tabung adalah:
Mengenai status anak hasil inseminasi dengan donor sperma atau ovum menurut hukum islam
adalah tidak sah dan statusnya sama dengan anak hasil prostitusi.UU Perkawinan pasal 42
No.1/1974:”Anak yang sah adalah anak yang dilahirkan dalam atau sebagai akibat perkawinan
yang sah”maka memberikan pengertian bahwa bayi tabung dengan bantuan donor dapat
dipandang sah karena ia terlahir dari perkawinan yang sah.Tetapi inseminasi buatan dengan
sperma atau ovum donor tidak di izinkan karena tidak sesuai dengan Pancasila,UUD 1945 pasal
29 ayat 1.
Asumsi Menteri Kesehatan bahwa masyarakat Indonesia termasuk kalangan agama nantinya
bias menerima bayi tabung seperti halnya KB.Namun harus diingat bahwa kalangan agama bias
menerima KB karena pemerintah tidak memaksakan alat/cara KB yang bertentangan dengan
agama.Contohnya : Sterilisasi,Abortus.Oleh karena itu pemerintah diharapkan mengizinkan
praktek bayi tabung yang tidak bertentangan dengan agama.
Teknik bayi tabung memisahkan persetubuhan suami – istri dari pembuahan bakal anak. Dengan
teknik tersebut, pembuahan dapat dilakukan tanpa persetubuhan. Keterarahan perkawinan
kepada kelahiran baru sebagaimana diajarkan oleh Gereja tidak berlaku lagi. Dengan demikian
teknik kedokteran telah mengatur dan menguasai hukum alam yang terdapat dalam tubuh
manusia pria dan wanita. Dengan pemisahan antara persetubuhan dan pembuahan ini, maka bisa
muncul banyak kemungkinan lain yang menjadi akibat dari kemajuan ilmu kedokteran di bidang
pro-kreasi manusia.
Ada kemungkinan bahwa benih dari suami – istri tidak bisa dipindahkan ke dalam rahim sang
istri, oleh karena ada gangguan kesehatan atau alasan – alasan lain. Dalam kasus ini, maka
diperlukan seorang wanita lain yang disewa untuk mengandung anak bagi pasangan tadi. Dalam
perjanjian sewa rahim ini ditentukan banyak persyaratan untuk melindungi kepentingan semua
pihak yang terkait. Wanita yang rahimnya disewa biasanya meminta imbalan uang yang sangat
besar. Suami – istri bisa memilih wanita sewaan yang masih muda, sehat dan punya kebiasaan
hidup yang sehat dan baik. praktik seperti ini biasanya belum ada ketentuan hukumnya, sehingga
kalau muncul kasus bahwa wanita sewaan ingin mempertahankan bayi itu dan menolak uang
pembayaran, maka pastilah sulit dipecahkan.
Masalah ini dihadapi kalau salah satu dari suami atau istri mandul; dalam arti bahwa sel telur
istri atau sperma suami tidak mengandung benih untuk pembuahan. Itu berarti bahwa benih yang
mandul itu harus dicarikan penggantinya melalui seorang donor.
Masalah ini akan menjadi lebih sulit karena sudah masuk unsur baru, yaitu benih dari orang lain.
Pertama, apakah pembuahan yang dilakukan antara sel telur istri dan sel sperma dari orang lain
sebagai pendonor itu perlu diketahui atau disembunyikan identitasnya. Kalau wanita tahu
orangnya, mungkin ada bahaya untuk mencari hubungan pribadi dengan orang itu. Ketiga,
apakah pria pendonor itu perlu tahu kepada siapa benihnya telah didonorkan. Masih banyak
masalah lain lagi yang bisa muncul.
Praktik bayi tabung membuka peluang pula bagi didirikannya bank – bank sperma. Pasangan
yang mandul bisa mencari benih yang subur dari bank – bank tersebut. Bahkan orang bisa
menjual – belikan benih – benih itu dengan harga yang sangat mahal misalnya karena benih dari
seorang pemenang Nobel di bidang kedokteran, matematika, dan lain-lain. Praktek bank sperma
adalah akibat lebih jauh dari teknik bayi tabung. Kini bank sperma malah menyimpannya dan
memperdagangkannya seolah – olah benih manusia itu suatu benda ekonomis.
Tahun 1980 di Amerika sudah ada 9 bank sperma non – komersial. Sementara itu bank – bank
sperma yang komersil bertumbuh dengan cepat. Wanita yang menginginkan pembuahan artifisial
bisa memilih sperma itu dari banyak kemungkinan yang tersedia lengkap dengan data mutu
intelektual dari pemiliknya. Identitas donor dirahasiakan dengan rapi dan tidak diberitahukan
kepada wanita yang mengambilnya, kepada penguasa atau siapapun.
Masalah Orang Tua Anak Hasil Bayi Tabung atau Legaltas Bayi Tabung
Bayi yang benihnya berasal dari pasangan suami – istri namun dikandung dan dilahirkan oleh
wanita sewaan dapat menimbulkan persoalan siapakah orang tua dari bayi itu. Bisa dikatakan
bahwa bayi orang tua itu adalah pasangan yang memiliki benih tadi. Tetapi wanita sewaan juga
telah menyumbangkan darah dan dagingnya selama mengandung bayi tersebut. Sudah pernah
terjadi bahwa seorang wanita sewaan tidak mau mengembalikan bayi yang telah dikandung dan
dilahirkannya. Orang tua bayi tersebut menuntut di pengadilan, namun hukum yang dipakai
untuk menyelesaikan masalah tersebut belum dibuat.
Kalau benih diambil dari seorang donor, maka timbul persoalan juga tentang siapakah orang tua
bayi itu. Secara biologis orang tua bayi itu adalah donor yang telah memberikan benihnya, tetapi
secara legal, orang tua anak itu adalah orang tua yang menerima dan membesarkannya dalam
keluarga. Mana yang disebut orang tua? Orangtua biologis atau orang tua legal. Sebelum ada
teknik bayi tabung, maka orang tua biologis adalah orang tua legal.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
ü Inseminasi buatan dengan sel sperma dan ovum dari suami istri sendiri dan tidak ditransfer
embrionya kedalam rahim wanita lain(ibu titipan) DIPERBOLEHKAN oleh islam,jika keadaan
kondisi suami istri yang bersangkutan benar-benar memerlukan.Dan status anak hasil inseminasi
macam ini sah menurut Islam.
ü Inseminasi buatan dengan sperma dan ovum donor DIHARAMKAN oleh Islam.Hukumnya
sama dengan Zina dan anak yang lahir dari hasil inseminasi macam ini statusnya sama dengan
anak yang lahir diluar perkawinan yang sah.
ü Pemerintah hendaknya melarang berdirinya Bank Nutfah(Sperma) dan Bank Ovum untuk
perbuatan bayi tabung,karena selain bertentangan dengan Pancasila dan UUD 1945.Juga
bertentangan dengan norma agama dan moral,serta merendahkan harkat manusia sejajar dengan
hewan.
ü Pemerintah hendaknya hanya mengizinkan dan melayani permintaan bayi tabung dengan sel
sperma dan ovum suami istri yang bersangkutan tanpa ditransfer kedalam rahim wanita lain dan
seharusnya pemerintah hendaknya juga melarang keras dengan sanksi-sanksi hukumannya
kepada dokter dan siapa saja yang melakukan inseminasi buatan pada manusia dengan sperma
atau ovum donor.
3.2 Saran
Makalah ini semoga berguna bagi pembaca, khususnya bagi mahasiswa namun manusia tidaklah
ada yang sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran sangat diperlukan guna memperbaiki
makalah ini.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Teknologi kedokteran modern semakin canggih. Salah satu tren yang berkembang saat ini
adalah fenomena bayi tabung. Sejatinya teknologi ini telah dirintis oleh PC Stepkoe dan RG
Edwards pada tahun 1977. Teknologi bayi tabung dan inseminasi buatan merupakan hasil
terapan sains modern yang pada prinsipnya bersifat netral sebagai bentuk kemajuan ilmu
kedokteran dan biologi. Meskipun memiliki daya guna tinggi namun juga sangat rentan terhadap
penyalahgunaan dan kesalahan etika jika dilakukan oleh orang yang tidak beragama, beriman
dan beretika.
Masalah Teknologi bayi tabung dan inseminasi buatan menurut pandangan islam termasuk
masalah ijtihadah, karena tidak terdapat hukumnya secara spesifik didalam Al-Qur’an dan
sunnah. Oleh karena itu dalam makalah ini akan dijelaskan tentang masalah bayi tabung dan
inseminasi buatan, dengan harapan dapat mengetahui hukumnya secara jelas menurut ajaran
islam
B. Tujuan
Makalah ini dimasukkan sebagai pedoman, agar mahasiswa serta semua orang mengetahui
apakah pengertian dari inseminasi buatan, proses tarjadinya inseminasi buatan, apa yang
menyebabkan inseminasi buatan itu dilakukan dan bagaimana pandangan islam mengenai
inseminasi buatan tarsebut.
C. Rumusan Masalah
Secara garis besar, masalah yang kami rumuskan adalah sebagai berikut.
1. Mampu memahami pengertian inseminasi buatan.
2. Mampu mengetahui mengetahui proses terjadinya inseminasi buatan.
3. Mampu memahami faktor-faktor yang menyebabkan inseminasi buatan dilakukan.
4. Mampu mengetahui hukum islam mengenai inseminasi buatan.
Manfaat Penulisan
Adapun manfaat penulisan yang diperoleh dari makalah ini, yaitu :
1. Bagi penulis
a. Khususnya sebagai objek studi.
b. Untuk menambah wawasan tentang inseminasi buatan.
2. Bagi kampus
a. Sebagai bahan pelajaran tambahan bagi mahasiswa.
b. Sebagai tolak ukur sejauh mana kemampuan mahasiswa membuat sebuah makalah.
3. Bagi masyarakat
a. Memberikan informasi tentang inseminasi buatan.
b. Memberikan informasi kepada masyarakat tentang pandangan islam mengenai inseminasi
buatan.
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................. 1
A. Latar Belakang.............................................................................................................. 1
B. Tujuan ....................................................................................................................1
C. Rumusan Masalah ........................................................................................................ 1
D. Manfaat Penulisan ....................................................................................................... 1
E. Metode Penulisan ........................................................................................................ 1
F. Sumber Data ................................................................................................................ 2
DAFTAR PUSTAKA
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Inseminasi Buatan
Kata inseminasi berasal dari bahasa Inggris “Insimenation” yang artinya
pembuahan/penghamilan secara teknologi. Inseminasi buatan atau bayi tabung berarti metode
untuk membantu pasangan subur yang mengalami kesulitan di bidang ”pembuahan sel telur
wanita oleh sel sperma pria. Secara teknis, dokter mengambil sel telur dari indung telur wanita
dengan alat yang disebut “laparoscop” ( temuan dr. Patrick C. Steptoe dari Inggris ). Sel telur itu
kemudian diletakkan dalam suatu mangkuk kecil dari kaca dan dipertemukan dengan sperma dari
suami wanita tadi. Setelah terjadi pembuahan di dalam mangkuk kaca itu tersebut, kemudian
hasil pembuahan itu dimasukkan lagi ke dalam rahim sang ibu untuk kemudian mengalami masa
kehamilan dan melahirkan anak seperti biasa.
B. Proses Terjadinya Inseminasi Buatan Atau bayi Tabung
Untuk melakukan inseminasi buatan (al-talqih al-Sina’iyah) yaitu sepasang suami istri yang
menginginkan kehamilan diharapkan selalu berkonsultasi dengan dokter ahli, apakah keduanya
bisa membuahi/dibuahi untuk mendapatkan keturunan atau tidak. Banyak orang yang sebenarnya
memiliki sperma atau ovum yang cukup subur, tetapi justru tidak dapat membuahi atau dibuahi
karena ada kelainan pada alat reproduksinya, misalnya Tuba Fallopi menyempit atau
ejakulasinya (pancaran sperma) selalu lemah, maka hal ini akan menghambat kelahiran. Kalau
terjadi kasus seperti ini maka dokter akan mengupayakan dengan mengambil telur (ovum) wanita
dengan cara fungsi aspirasi cairan folikel melalui vagina, dengan alat yang disebut “Transpajinal
Transkuler Ultra Sound” dan sprema dari laki-laki tersebut, juga diambil kemudian dipadukan.
Perpaduan kedua sel tersebut, lalu disimpan dalam cawan pembiakan selama beberapa hari.
Inilah yang disebut dengan “Bayi Tabung” yaitu jabang bayi yang akan diletakan kedalam rahim
seorang ibu dengan cara menggunakan alat semacam suntikan. Sejak bayi tabung itu dimasukan
kedalam rahim seorang ibu, sejak itu pula berlaku larangan dokter yang harus dipatuhi oleh
seorang ibu, antara lain:
1. Tidak bekerja keras atau terlalu capek.
2. Tidak makan atau minum sesuatu yang mengandung alkohol.
3. Tidak boleh melakukan senggama selama 15 hari atau tiga minggu sejak bayi tabung itu
diletakan kedalam rahim seorang ibu. Sejak dinyatakan hamil, perkembangan janin dalam
rahimnya dapat dipantau oleh dokternya, melalui alat yang disebut “Ultra Sound” sehingga letak
dan gerak janin dapat dilihat melalui alat canggih itu sehingga ia lahir.
C. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Inseminasi Buatan Dilakukan
Banyak faktor yang menjadi penyebab infertilitas sehingga pasangan suami istri tidak
mempunyai anak, antara lain:
1. Faktor hubungan seksual, yaitu frekuensi yang tidak teratur (mungkin terlalu sering atau terlalu
jarang), gangguan fungsi seksual pria yaitu disfungsi ereksi, ejakulasi dini yang berat, ejakulasi
terhambat, ejakulasi retrograde (ejakulasi ke arah kandung kencing), dan gangguan fungsi
seksual wanita yaitu dispareunia (sakit saat hubungan seksual) dan vaginismus.
2. Faktor infeksi, berupa infeksi pada sistem seksual dan reproduksi pria maupun wanita, misalnva
infeksi pada buah pelir dan infeksi pada rahim.
3. Faktor hormon, berupa gangguan fungsi hormon pada pria maupun wanita sehingga
pembentukan sel spermatozoa dan sel telur terganggu.
4. Faktor fisik, berupa benturan atau temperatur atau tekanan pada buah pelir sehingga proses
produksi spermatozoa terganggu.
5. Fakror psikis, misalnya stress yang berat sehingga mengganggu pembentukan set spermatozoa
dan sel telur.
Untuk menghindari terjadinya gangguan kesuburan pada pria maupun wanita, maka faktor-
faktor penyebab tersebut tersebut harus dihindari. Tetapi kalau gangguan kesuburan telah terjadi,
diperlukan pemeriksaan yang baik sebelum dapat ditentukan langkah pengobatannya.
Apakah infertilitas dapat diatasi? Masalah infertilitas sebenarnya adalah masalah gangguan
kesuburan pasangan. Gangguan kesuburan mungkin dapat diatasi, mungkin juga tidak dapat
diatasi. Hal itu sangat tergantung kepada penyebabnya dan sejauh mana kesuburan telah
terganggu.
Berbagai cara dan pengobatan telah tersedia untuk mengatasi gangguan kesuburan, tetapi
tidak selalu memberikan hasil yang diharapkan. Sebagai contoh, infertilitas yang disebabkan
karena penyumbatan saluran telur. Cara yang ada untuk membuka kembali saluran telur yang
tersumbat ternyata tidak memberikan hasil yang baik. Contoh lain, pengobatan gangguan
sperma, mungkin memberikan hasil yang baik, mungkin juga tidak. Pengobatan gangguan
sperma yang disebabkan karena infeksi pada buah pelir, pada umumnya tidak memuaskan. Itu
berarti tidak semua pasangan infertil dapat mengatasi masalahnya dan dapat mempunyai anak.
Karena itu, pada keadaan di mana gangguan kesuburan tidak dapat diatasi, dilakukan cara lain
yang merupakan cara pintas. Cara pintas ini tidak lagi bertujuan memperbaiki gangguan
kesuburan, melainkan langsung ke tujuan akhir, yaitu menghasilkan kehamilan. Cara pintas yang
tersedia ialah inseminasi buatan dengan menggunakan sperma suami dan tehnik “bayi tabung”.
Inseminasi buatan dengan sperma suami dilakukan bila terjadi gangguan kualitas dan kuantitas
sperma, gangguan dalam melakukan hubungan seksual sehingga sperma tidak dapat masuk ke
vagina, dan gangguan mulut rahim sehingga sel spermatozoa gagal masuk ke dalam rahim.
Di masyarakat muncul anggapan salah, seolah-olah tehnik “bayi tabung” adalah segalanya.
Seolah-olah dengan cara ini pasangan infertil pasti dapat menjadi hamil dan mempunyai anak.
Padahal ternyata tidak demikian. Keberhasilan tehnik “bayi tabung” dengan cara yang paling
mutakhir dan di negara maju sekalipun, masih tergolong rendah sementara biaya yang diperlukan
sangat tinggi.
B. Saran
Inseminasi buatan merupakan cara pintas seorang manusia dalam memiliki keturunan jika
terdapat permasalahan dalam hal rumah tangganya yang berhubungan dengan menghasilkan
keturunan. Tapi sebagai manusia yang beriman, hendaknya kita mengetahui bagaimana
inseminasi buatan tersebut serta apakah hal tersebut memberikan manfaat bagi seseorang yang
hendak melakukannya.