Anda di halaman 1dari 3

Inseminasi Buatan (Bayi Tabung)

A. Mukadimah

Di antara bentuk permasalahan baru yang ada saat ini adalah adanya Inseminasi Buatan (Bayi
Tabung) sebagai akibat kemajuan ilmu pengetahuan modern, teknologi kedokteran dan
biologi yang mengalami kemajuan yang sangat pesat, dalam menanggapi masalah ini adalah
suatu keniscayaan bagi umat Islam yang beriman karena fitrah mereka sebagai umat terbaik
yang mampu menjaga stabilitas dunia, sebab jika kemajuan teknologi ini sampai
disalahgunakan maka akan mengakibatkan rusaknya peradaban umat manusia, merusak nilai-
nilai agama, moral, dan budaya bangsa serta akibat negatif lainnya.

B. Beberapa Teknik Inseminasi Buatan

Ada beberapa teknik inseminasi yang telah berkembang di dunia kedokteran , antara lain
adalah :

1. Fertilazion in Vitro (FIV) dengan cara mengambil sperma suami dan ovum dari isteri
kemudian diproses di vitro (tabung), dan setelah terjadi pembuahan lalu ditransfer ke
dalam “rahim isteri”.
2. Gamet Intra Felopian Tuba (GIFT) dengan cara mengambil sperma suami dan ovum
isteri, dan setelah dicampur (terjadi pembuahan), maka segera ditanam di saluran telur
(tuba palupi).

Masalah ini telah banyak dibicarakan di kalangan umat Islam dan di luar kalangan umat
Islam, baik tingkat nasional maupun internasional. Misalnya Majelis Tarjih Muhammadiyah
dalam Muktamar (atau Musyawarah Nasional)-nya pada tahun 1980 mengharamkan bayi
tabung dengan donor sperma[1]. Lembaga Sidang Fikih Islam OKI (Organisasi Konferensi
Islam) di Amman pada tahun 1986 mengharamkan bayi tabung sperma atau ovum donor.[2]

C. Hukum Bayi Tabung Dalam Pandangan Islam

Untuk mengkaji suatu permasalahan dari segi hukum Islam maka wajib memakai metode
ijtihad yang lazim dipakai oleh mujtahid (pakar yang memiliki kompetensi berijtihad), agar
hasil ijtihad yang diperoleh sesuai dengan prinsip-prinsip al-Quran dan as-Sunnah yang
menjadi pegangan umat Islam, sudah tentu untuk melaksanakan ijtihad mengenai masalah ini
para ulama memerlukan informasi yang cukup tentang teknik dan proses terjadinya bayi
tabung dari cendekiawan muslim yang ahli dalam bidang ini, misalnya ahli kedokteran dan
ahli biologi. Dengan adanya kajian yang interdisiplin dan multidisiplin ini, dapat ditemukan
hukum yang proposional dan mendasar.

Dari berbagai ijtihad para ulama didapatkan kesepakatan bahwa bayi tabung buatan apabila
dilakukan dengan sel sperma dan ovum suami isteri dan tidak ditransfer ke dalam rahim
orang lain, termasuk isteri poligami, maka Islam membenarkan, baik dengan cara mangambil
sperma suami kemudian disuntikan ke vagina atau uterus isteri, maupun dengan cara
pembuahan yang dilakukan di rahim isteri, asal keduanya benar-benar memerlukan cara ini,
karena dengan cara alamiah tidak berhasil memperoleh anak. Kaedah yang digunakan adalah:

» ‫ َو الَّضُروَر اُت ُتِبيُح اْلَم ْح ُظوَر اِت‬،)‫« اْلَح اَج ُة َتْنِز ُل َم ْنِز َلَة الَّضُروَرِة (َعاَّم ًة َكاَنْت َأْو َخ اَّص ًة‬
“hajat (kebutuhan yang penting) diperlakukan seperti dalam keadaan terpaksa (baik secara
umum atau khusus), dan keadaaan-keadaan daurat itu membolehkan hal yang dilarang.”

Sebaliknya, kalau inseminasi itu dilakukan dengan bantuan donor sperma atau ovum maka
hukumnya haram. Dalil-dalil yang digunakan adalah :

1. Ayat-ayat al-Quran:

» ‫« َو َلَقْد َكَّر ْم َنا َبِني آَد َم َو َح َم ْلَناُهْم ِفي اْلَبِّر َو اْلَبْح ِر َو َر َز ْقَناُهم ِّم َن الَّطِّيَباِت َو َفَّض ْلَناُهْم َع َلى َك ِثيٍر ِّمَّم ْن َخ َلْقَنا َتْفِض يًال‬

“Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan
dan di lautan, Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka
dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan.” (QS
al-Isrâ’, 17: 70)

» ‫« َلَقْد َخ َلْقَنا اِإل نَس اَن ِفي َأْح َس ِن َتْقِو يٍم‬

“ٍٍSesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya.” (QS
at-Tîn, 95: 4)

Kedua ayat tersebut menunujukkan bahwa manusia diciptakan oleh Allah sebagai makhluk
yang memiliki kelebihan sehingga melebihi makhluk lainnya. Dan Allah sendiri berkenaan
memuliakan manusia, maka seharusnya manusia menghormati martabatnya sendiri.
Sebaliknya bayi tabung itu pada hakikatnya merendahkan martabat manusia, karena sejajar
dengan hewan “kloning”.

2. Hadis Nabi s.a.w. :

» ‫« َال َيِح ُّل ِالْم ِر ٍئ ُيْؤ ِم ُن ِباِهَّلل َو اْلَيْو ِم اآلِخ ِر َأْن َيْس ِقَى َم اَءُه َز ْر َع َغْيِر ِه‬

“Tidak halal bagi seseorang yang beriman pada Allah dan hari akhir menyiramkan airnya
(sperma) pada tanaman orang lain (vagina isteri orang lain).“ [Hadis Riwayat Abu Daud,
At-Tirmidzi, dan hadis ini dipandang shahih oleh Ibnu Hibban]

Dengan hadis ini ulama madzhab sepakat mengharamkan hubungan seksual dengan wanita
hamil dari orang lain yang mempunyai ikatan perkawinan yang sah.

3. Kaedah (Hukum) Fikih Islam yang berbunyi:

» ‫« َد ْر ُء اْلَم َفاِس دِ ُم َقَّد ٌم َع َلى َج ْلِب اْلَم َص اِلِح‬

“Menghindari mafsadat (kerusakan/keburukan) harus didahulukan daripada mencari


mashlahat (kebaikan-kebaikan).”

Kita dapat memaklumi bahwa inseminasi dengan donor sperma dan atau ovum lebih
mendatangkan mafsadah daripada mashlahahnya. Mashlahahnya adalah bisa membantu
pasangan suami isteri yang kedua atau salah satunya mandul atau adanya hambatan lain.
Namun mafsadahnya jauh lebih besar, antara lain sebagai berikut:
1) Percampuran nasab, padahal Islam sangat menjaga kesucian/kehormatan kelamin dan
kemurnian nasab, karena ada kaitannya dengan kemahraman.

2) Bertentangan dengan sunnatullâh atau hukum alam (law of nature) atau hukum sejarah
(law of history).

3) Sama dengan zina, bila merupakan donor

4) Kehadiran anak dalam inseminasi buatan bisa menjadikan masalah keluarga, terutama
yang berasal dari hasil donor.

5) Anak hasil inseminasi buatan, percampuran nasabnya terselubung dan sangat


dirahasiakan donornya adalah lebih jelek daripada anak adopsi yang pada umumnya
diketahui nasabnya.

6) Bayi tabung (hasil inseminasi buatan) lahir tanpa kasih sayang alami, terutama bila
dititipkan dalam rahim wanita lain.

D. Kesimpulan

1. Inseminasi buatan dengan sel sperma dan atau ovum dari suami isteri sendiri dan
tidak ditransfer embrionya ke dalam rahim wanita lain diperbolehkan Islam. Jika
keadaan yang bersangkutan benar-benar membutuhkan, jadi bukan untuk kelinci
percobaaan.
2. Inseminsi buatan dengan sperma diharamkan. Hukumnya sama dengan zina dan anak
yang dilahirkan di luar perkara perkawinan yang sah.

Anda mungkin juga menyukai