Anda di halaman 1dari 6

HUKUM BAYI TABUNG DAN INSEMINASI BUATAN MENURUT PANDANGAN

ISLAM

Oleh: Linda Putri Mahardika

Email: lindaputrii17.lpm@gmail.com

Program Studi S-1 Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Jember

Abstrak

Bayi tabung dan inseminasi buatan merupakan proses pembuahan tanpa melalui senggama.
Bayi tabung dan inseminasi buatan bertujuan adalah untuk mendapatkan keturunan bagi
pasangan suami istri yang mempunyai gangguan kesuburan. Dalam islam bayi tabung dan
inseminasi buatan menjadi masalah kontemporer ijtihadiyah karena secara khusus hukumnya
tidak terdapat di dalam Al-Qur’an dan sunnah, kemudian Lembaga Fikih Islam Organisasi
Konferensi Islam dalam sidangnya memperbolehkan bayi tabung dan inseminasi buatan jika
melakukan sperma dan ovum dari pasangan yang sah dan melarang atau mengaharamkannya
bayi tabung dan inseminasi buatan jika melakukan sperma dan ovum bukan dari pasangan
yang sah. Bayi tabung dan inseminasi buatan diperbolehkan jika pasangan suami istri yang
sah benar-benar dilakukan untuk memperoleh keturunan, sebaliknya jika bayi tabung dan
inseminasi buatan bukan dari pasangan yang sah maka hukumnya sam dengan berzinah.
Tujuan artikel ini untuk mengetahui bayi tabung dan inseminasi buatan menurut pandangan
islam. Desain penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah liberary reseach dan
menggunakan pendekatan kualitatif.

Kata Kunci: Bayi Tabung dan Inseminasi Buatan, Hukum Islam


A. Latar Belakang
Ilmu dan teknologi di bidang kedokteran mengalami perkembangan yang sangat
pesat serta memberikan dampak positif bagi umat manusia. Salah satu hasil penemuan di
bidang ini adalah telah ditemukannya cara-cara baru dalam memproduksi manusia, yang
dalam istilah kedokteran disebut dengan fertilisasi in vitro atau lebih popular dengan
istilah bayi tabung. Bayi tabung tersebut merupakan sebuah keberhasilan dari kerjasama
antara pakar kedokteran dan pakar teknologi farmasi, dimana mereka mengawinkan
sperma dan ovum di luar rahim dalam sebuah tabung yang dipersiapkan lebih dulu untuk
itu. Setelah terjadi pembuahan, barulah ditempatkan ke dalam rahim wanita yang
dipersiapkan sebelumnya. Dengan proses seperti ini akan menghasilkan bayi
sebagaimana yang diperoleh dengan cara yang alami.
Kemajuan ilmu dan teknologi kedokteran dalam hal memproses kelahiran bayi
tabung dengan cara asimilasi buatan, dari satu sisi dapat dipandang sebagai suatu
keberhasilan untuk mengatasi kesulitan bagi pasangan suami isteri yang telah lama
mengharapkan keturunan. Tetapi dari sisi lain, program bayi tabung tersebut di atas,
telah banyak menimbulkan permasalahan di bidang hukum, khususnya bagi umat Islam.
Dalam islam bayi tabung dan inseminasi buatan termasuk masalah ijtihadiyah karena
secara khusus hukumnya tidak terdapat dalam Al-Qur’an dan sunnah. Lembaga Fikih
Islam Organisasi Konferensi Islam dalam sidangnya memperbolehkan bayi tabung dan
inseminasi buatan jika melakukan sperma dan ovum dari pasangan yang sah dan
melarang atau mengaharamkannya bayi tabung dan inseminasi buatan jika melakukan
sperma dan ovum bukan dari pasangan yang sah. Bayi tabung dan inseminasi buatan
diperbolehkan jika pasangan suami istri yang sah benar-benar dilakukan untuk
memperoleh keturunan, sebaliknya jika bayi tabung dan inseminasi buatan bukan dari
pasangan yang sah maka hukumnya sam dengan berzinah.

B. Metodelogi
Metodelogi merupakan suatu proses atau cara pengambilan data untuk
terlaksananya suatu penelitian. Penelitian akan lebih baik atau tepat jika disesuaikan
dengan subjek atau objek suatu penelitian, sedangkan penelitian yang yang tidak tepat
akan menyebabkan suatu kerancuan pada data sehingga menyebabkan hasil penelitian
tidak valid.
Desain penelitian yang digunakan oleh peneliti menggunakan liberary reseach
yaitu suatu desain yang referensinya mengambil atau membaca dari buku dan jurnal-
jurnal terkait tentang penelitian ini.
Pendekatan yang digunakan untuk penelitian ini menggunakan pendekatan
kualitatif yaitu suatu proses penelitian yang berdasarkan metodelogi dan fenomena yang
ada di sekitar kita.

C. Fokus Kajian
Fokus kajian dalam artikel ini berfokus pada hukum bayi tabung dan inseminasi buatan
menurut padangan islam. Seperti yang kita ketahui bahwa bayi tabung atau inseminasi
buatan itu diperbolehkan jika sperma dan ovum berasal dari pasangan suami istri yang
sah melarang atau mengaharamkannya bayi tabung dan inseminasi buatan jika
melakukan sperma dan ovum bukan dari pasangan yang sah.

D. Landasan Teori
1. Konsep Bayi Tabung dan Inseminasi Buatan
Bayi Tabung adalah upaya jalan pintas untuk mempertemukan sel sperma dan
sel telur di luar tubuh (In Vitro fertilization). Bayi tabung adalah merupakan individu
(bayi) yang di dalam kejadiannya, proses pembuatannya terjadi di luar tubuh wanita
(in vitro), atau dengan kata lain bayi yang di dalam proses kejadiannya itu ditempuh
dengan cara inseminasi buatan, yaitu suatu cara memasukkan sperma ke dalam
kelamin wanita tanpa melalui senggama. Dalam bahasa Arab, inseminasi buatan
disebut dengan istilah: At-Talqihus-Sina’i. Proses Bayi tabung adalah sperma dan
ovum yang telah dipertemukan dalam sebuah tabung, dimana setelah terjadi
pembuahan, kemudian disarangkan ke dalam rahim wanita, sehingga sampai pada
saatnya lahirlah bayi tersebut. Jadi bayi tabung adalah suatu upaya untuk memperoleh
kehamilan dengan jalan mempertemukan sel sperma dan sel telur sehingga terjadi
pembuahan dalam suatu wadah atau cawan petri (semacam mangkuk kaca berukuran
kecil) khusus yang hal ini dilakukan oleh petugas medis. Mungkin karena proses
pembuahan tersebut terjadi di cawan kaca (seolah seperti tabung), akhirnya
masyarakat mengenalnya sebagai pengertian bayi tabung.
Bayi tabung dan inseminasi buatan dalam islam termasuk masalah
kontemporer ijtihadiyah karena secara khusus hukumnya tidak terdapat di dalam Al-
Qur’an dan sunnah. Lembaga Fikih Islam Organisasi Konferensi Islam dalam
sidangnya memperbolehkan bayi tabung dan inseminasi buatan jika melakukannya
dengan sperma dan ovum pasangan suami istri yang sah dan melarang atau
mengharamkan bayi tabung dan inseminasi buatan jika melakukan sperma dan ovum
dari pasangan suami istri yang tidak sah. Bayi tabung dan inseminasi buatan
diperbolehkan jika pasangan suami istri yang sah benar-benar dilakukan untuk
memperoleh keturunan, sebaliknya jika bayi tabung dan inseminasi buatan dilakukan
bukan pasangan suami istri yang sah maka hukumnya sama seperti berzina.
Allah SWT berfirman pada Q.S. al-Isra’: 70 yang artinya “Dan sesungguhnya
telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di
lautan, Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik, Kami lebihkan mereka dengan
kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah kami ciptakan.”
Allah SWT berfirman pada Q.S. at-Tin: 4 yang artinya “Sesungguhnya kami
telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya.”
Berdasarkan ayat-ayat di atas memberikan penegasan mengenai posisi
manusia sebagai makhluk yang terhormat dan dimuliakan karena memiliki kelebihan
dan keistimewaan dibandingkan dengan makhluk hidup yang lainnya.
2. Jenis-jenis Bayi Tabung dan Inseminasi Buatan
Ada beberapa jenis-jenis teknis bayi tabung dan inseminasi buatan yang
dikembangkan dalam dunia kedokteran:
a. Fertilization in Vitro (FIV)
Fertilization in Vitro (FIV) merupakan pengambilan sperma dan ovum yang di
proses di dalam vitro/tabung dan setelah terjadi pembuahan akan dipindahkan ke
rahim.
b. Gamet Intra Felopian Tuba (GIFT)
Gamet Intra Felopian Tuba (GIFT) merupakan pengambilan sperma dan ovum
yang kemudian dicampur dan setelah terjadi proses pembuahan segera diletakkan
di saluran telur (tuba fallopi). Teknik ini lebih alamiah karena sperma hanya bisa
membuahi ovum di tuba fallopi.

E. Pembahasan
Berdasarkan prinsipnya di dalam Al-Qur’an tidak ditemukan ayat-ayat yang
mengatur secara khusus tentang bayi tabung dan inseminasi buatan yang menggunakan
sperma dan ovum yang berasal dari istri yang kemudian embrionya di transplantasikan
ke dalam rahim istri. Tetapi yang ada hanyalah larangan penggunaan sperma donor yang
terdapat dalam Q.S. al-Baqarah/2: 223 yang artinya “Istri-istrimu adalah lading bagimu,
maka datangilah ladangmu itu kapan saja dengan cara yang kamu sukai. Dan
utamakanlah (yang baik) untuk dirirmu. Bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa
kamu (kelak) akan menemui-Nya. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang yang
beriman.
Berdasarkan firman Allah di atas, memerintahkan kepada kaum laki-laki
(suami) untuk menaburkan benihnya (spermanya) hanya kepada istri-istrinya dan bukan
kepada orang lain. Begitu sebaliknya, bahwa istri-istri harus menerim sperma dari
suaminya, karena ia (istri) merupakan tanah (lading) bagi suaminya.
Berdasarkan sabda Rasulullah SAW yang artinya “ Tidak halal bagi seseorang
yang beriman pada Allah dan hari akhir menyiramkan airnya (sperma) pada tanaman
orang lain (vagina istri orang lain).” (H.R. Abu Daud, At-Tirmidzi dan disahihkan oleh
Ibn Hibban).

F. Kesimpulan
Bayi tabung dan inseminasi buatan yang berasal dari sperma dan ovum pasangan
suami istri yang sah hukumnya di perbolehkan karena sebagai solusi bagi pasangan
suami istri yang mengalami gangguan kesuburan. Bayi tabung dan inseminasi buatan
yang berasal dari sperma dan ovum donor hukumnya di haramkan karena mudharatnya
jauh lebih besar daripada manfaatnya.

G. Kritik dan Saran


Artikel ini diharapkan mampu memberiakn masukan yang berguna dan
bermanfaat bagi pembacanya. Artikel ini belum dapat dikatakan sempurna, sehingga bagi
pembaca dapat memberikan saran dan kritik yang positif untuk peneliti selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA

Nata, A, Gholib, A, & Fauzan. (2017). Fikih Kedokteran & Ilmu Kesehatan. Jakarta
Selatan: Salemba Diniyah.
Nurjannah. (2017). Hukum Islam dan Bayi Tabung (Analisis Hukum Islam
Kontemporer). UIN Alaudin Makasar.

Anda mungkin juga menyukai