Anda di halaman 1dari 11

Bayi Tabung, Status Hukum dan

Hubungan Nasabnya dalam Perspektif


Hukum Islam
Syarif Zubaidah*)

Pendauluan bertujuan untuk membantu mengatasi pasangan


suami isteri yang tidak mampu melahirkan
Pada dua dekade terakhir ini, ilmu dan keturunan secara alami yang disebabkan karena
teknologi di bidang kedokteran mengalami ada kelainan pada masing-masing suami isteri,
perkembangan yang sangat pesat. Salah satu seperti radang pada selaput lendir rahim, sperma
hasil di bidang ini, adalah dengan telah ditemu- suami kurang baik, dan lain sebagainya. Dengan
kannya cara-cara baru dalam memproduksi program bayi tabung ini, diharapkan akan mampu
manusia yang dalam istilah kedokteran disebut memberikan kebahagiaan bagi pasangan suami
dengan fertilisasi in vitro atau lebih populer isteri yang telah hidup bertahun-tahun dalam
dengan istilah bayi tabung. Bayi tabung tersebut ikatan perkawinan yang sah tanpa keturunan.
merupakan sebuah keberhasilan dari kerjasama Kemajuan ilmu dan teknologi kedokteran
antara pakar kedokteran dan pakar teknologi dalam hal memproses kelahiran bayi tabung
farmasi, dimana mereka mengawinkan sperma dengan cara asimilasi buatan, dari satu sisi
dan ovum di luar rahim dalam sebuah tabung dapat dipandang sebagai suatu keberhasilan
yang dipersiapkan lebih dulu untuk itu. Setelah untuk mengatasi kesulitan bagi pasangan suami
terjadi pembuahan, barulah ditempatkan ke isteri yang telah lama mengharapkan keturunan.
dalam rahim wanita yang dipersiapkan sebelum- Tetapi dari sisi lain, program bayi tabung tersebut
nya. Dengan proses seperti ini akan menghasil- di atas, telah banyak menimbulkan permasalahan
kan bayi sebagaimana yang diperoleh dengan di bidang hukum, khususnya bagi umat Islam.
cara yang alami. Permasalahan-permasalahan yang pantas
Pada prinsipnya, program bayi tabung itu ditampilkan antara lain mengenai bagaimana
status hubungan nasab antara bayi tabung de-
*)
Drs. H. Syarif Zubaidah, M Ag. adalah Dosen Tetap ngan orang yang menjadi penyebab kelahiran-
FIAI UII. nya, bila terjadi kelahiran bayi tabung itu dengan
proses pengambilan sperma dari suami dan ovum
Al Mawarid Edisi VII 2002 45
Syarif Zubaidah
Bayi Tabung, Status Hukum dan Hubungan Nasabnya dalam Perspektif Hukum Islam

dari isteri, yang setelah terjadi pembuahan pasal 42).


kemudian ditransfer ke dalam rahim perempuan Kedua rumusan tentang pengertian anak
lain yang bukan isterinya? Faktor apa saja yang sah, baik yang tertuang di dalam KUH Perdata
paling dominan untuk menghubungkan nasab pasal 250 maupun di dalam UU No. 1 Tahun
bagi bayi tabung dengan orang yang menjadi 1974 itu sangat sederhana, karena di dalam
penyebab kelahirannya? Apakah cukup untuk pasal tersebut tidak dipersoalkan tentang asal
dapat dikatakan sebagai seorang ayah dan ibu usul sperma dan ovum yang dipergunakannya,
yang hanya sementara mereka telah menye- asal anak itu dilahirkan dalam perkawinan yang
rahkan beberapa tetes sperma dan ovumnya sah maka sahlah kedudukan hukum anak itu,
kepada seorang ahli teknologi farmasi untuk walaupun anak itu produk dari sperma dan ovum
memproses air tersebut menjadi bayi tabung donor atau sperma yang masuk ke dalam rahim
dengan segala akibatnya, sementara proses perempuan itu tidak didahului oleh perkawinan
itu berjalan pada seorang ibu titipan (surrogate yang sah.
mother) yang mengandungnya dan melahirkan- Berangkat dari persoalan-persoalan
nya. Apakah secara psikologis ibu titipan yang tersebut di atas, penulis dalam hal ini bertujuan
mengandung dan melahirkannya itu tidak untuk mencari solusi tentang bagaimana status
berpengaruh terhadap anak yang dilahirkannya hukum dan hubungan nasabnya dalam hukum
(bayi tabung) dari aspek kejiwaan, fisik dan lain Islam.
sebagainya. Jika ada pengaruhnya, apakah tidak
mungkin untuk menghubungkan nasab kepada
ibu titipan yang mengandung dan yang melahir- Pengertian Bayi Tabung dan
kannya sebagai ibu bagi si bayi tabung? Jenis-jenisnya
Semua permasalahan tersebut di atas, di
dalam Al-Qur’an dan Al-Hadis, secara eksplisit Pengertian bayi tabung
tidak didapatkan ketentuan hukumnya, bahkan Bayi tabung adalah merupakan individu
di Indonesia persoalan yang berhubungan (bayi) yang di dalam kejadiannya, proses pembu-
dengan bayi tabung timbul disebabkan karena atannya terjadi di luar tubuh wanita (in vitro),
peraturan perundang-undangan yang mengatur atau dengan kata lain bayi yang di dalam proses
tentang kedudukan hukum anak yang dilahirkan kejadiannya itu ditempuh dengan cara inseminasi
melalui proses bayi tabung belum ada. Hukum buatan, yaitu suatu cara memasukkan sperma ke
positif yang berlaku di Indonesia hanya mengatur dalam kelamin wanita tanpa melalui seng-gama.
tentang pengertian anak sah yang dilahirkan (Tahar, 1987: 4)
secara alami, bukan melalui proses bayi
Dalam bahasa Arab, inseminasi buatan
tabung. Pasal 250 KUH Perdata menyebutkan:
disebut dengan istilah: At-Talqihus-Sina’i.
“tiap-tiap anak yang dilahirkan atau ditumbuhkan
(Syatout, Tanpa Tahun: 325).Proses Bayi tabung
sepanjang perkawinan, memperoleh si suami
adalah sperma dan ovum yang telah dipertemu-
sebagai bapaknya”. (KUHPer. Pasal 250)
kan dalam sebuah tabung, dimana setelah terjadi
Demikian juga di dalam UU No. 1 Tahun pembuahan, kemudian disarangkan ke dalam
1974 pasal 42 menyebutkan: “anak sah adalah rahim wanita, sehingga sampai pada saatnya
anak yang dilahirkan dalam atau sebagai akibat lahirlah bayi tersebut. (Tarjih Muhammadiyah,
perkawinan yang sah” (UU No. 1 tahun 1974
46 Al Mawarid Edisi VII 2002
Syarif Zubaidah
Bayi Tabung, Status Hukum dan Hubungan Nasabnya dalam Perspektif Hukum Islam

1980: 59). puan lain (bukan isterinya).


Ali Ghufron dan Adi Heru Sutomo, menya-
takan bahwa yang dimaksud bayi tabung adalah: Jenis-jenis bayi tabung
mani seorang laki-laki yang tampung lebih dahulu,
kemudian dimasukkan ke dalam alat kandungan Apabila ditinjau dari segi sperma, dan ovum
seorang wanita (Mukti dan Sutomo, 1993: 14). serta tempat embrio ditransplantasikan, maka
Sedangkan menurut Anwar dan Raharjo, bayi tabung dapat dibagi menjadi 8 (delapan)
mereka mendefinisikan bayi tabung, yaitu usaha jenis yaitu:
jalan pintas untuk mempertemukan sel sperma a. Bayi tabung yang menggunakan sperma dan
dan sel telur di luar tubuh yang kemudian dima- ovum dari pasangan suami-isteri, kemudian
sukkan ke dalam rahim ibu, sehingga dapat embrionya ditrans-plantasikan ke dalam rahim
tumbuh menjadi janin sebagaimana layaknya isteri;
kehamilan biasa. (Mukti dan Sutomo, 1993: b. Bayi tabung yang menggunakan sperma dan
14-15). ovum dari pasangan suami-isteri, lalu embrio-
Masyfuk Zuhdi menyatakan bahwa ada nya ditransplan-tasikan ke dalam rahim ibu
beberapa teknik inseminasi buatan yang telah pengganti (surrogate mother);
dikembangkan di dunia kedokteran, antara lain c. Bayi tabung yang menggunakan sperma dari
yaitu dengan cara mengambil sperma suami suami dan ovumnya berasal dari donor, lalu
dan ovum isteri, kemudian diproses di dalam embrionya ditrans-plantasikan ke dalam rahim
vitro (tabung) dan setelah terjadi pembuahan isteri;
kemu-dian ditransfer ke dalam rahim isteri. d. Bayi tabung yang menggunakan sperma dari
(Zuhdi, 1993: 19). donor, sedangkan ovumnya berasal dari isteri
Dari tiga macam definisi tentang bayi lalu embrionya ditransplantasikan ke dalam
tabung tersebut di atas, dapat ditarik pemahaman rahim isteri;
bahwa bayi tabung itu dilahirkan sebagai akibat e. Bayi tabung yang menggunakan sperma do-
dari hasil proses pengambilan sperma laki-laki nor, sedangkan ovumnya berasal dari isteri
dan ovum perempuan yang kemudian dioplos di lalu embrionya ditransplantasikan ke dalam
dalam sebuah tabung dan setelah terjadi pem- rahim surrogate mother;
buahan, kemudian disarangkan ke dalam rahim f. Bayi tabung yang menggunakan sperma dari
wanita, sehingga dapat tumbuh menjadi janin suami, sedangkan ovumnya berasal dari do-
sebagaimana layaknya janin pada umumnya. nor, kemudian embrionya ditransplantasikan
Pengertian sperma laki-laki, pada definisi ke dalam rahim surrogate mother;
tersebut di atas, bisa saja diambil dari sperma g. Bayi tabung yang menggunakan sperma dan
suaminya, dan bisa juga diambil dari laki-laki lain ovum dari donor, lau embrionya ditransplanta-
(bukan suaminya). Pengertian ovum perempuan, sikan ke dalam rahim isteri’
di dalam praktiknya, tidak menutup kemungkinan h. Bayi tabung yang menggunakan sperma dan
bahwa ovum yang diambil itu dari isterinya atau ovum berasal dari donor, kemudian embrionya
dari perempuan bukan isterinya. Demikian pula ditransplantasikan ke dalam rahim surrogate
pengertian rahim wanita, bisa saja yang mengan- mother. (Salim, 1993: 9).
dung itu isterinya sendiri dan bisa juga perem- Kedelapan jenis bayi tabung tersebut di

Al Mawarid Edisi VII 2002 47


Syarif Zubaidah
Bayi Tabung, Status Hukum dan Hubungan Nasabnya dalam Perspektif Hukum Islam

atas secara teknologis sudah dapat dilakukan, pokok sperma dan sel telurnya dari pasangan
namun di dalam kasus-kasus penggunaan suami-isteri. Hal ini disebabkan perkembangan
teknologi bayi tabung baru mencakup 5 (lima) ilmu pengetahuan yang menjurus kepada bayi
jenis, yaitu: jenis pertama, kedua, ketiga, keempat tabung dengan positif patut disyukuri. Dan ini
dan ketujuh. Dan mengapa kelima jenis itu merupakan karunia Allah SWT, sebab bisa
sudah dapat ditetapkan, sedangkan jenis lain dibayangkan sepasang suami-isteri yang sudah
belum dilaksanakan? Hal ini disebabkan karena 14 tahun mendambakan seorang anak bisa
kondisi dari pasangan suami-isteri pada saat terpenuhi” (Salim, 1993: 38).
meng-inginkan anak memilih salah satu dari Husein Yusuf mengemukakan bahwa:
kelima jenis itu, dan pemilihannya tergantung “Bayi tabung dilakukan bila sperma dan ovum
pada faktor penyebab infertilitas masing-masing. dari pasangan suami-isteri yang diproses dalam
(Salim, 1993: 9-10). tabung, setelah terjadi pembuahan kemudian
disarangkan dalam rahim isterinya sampai saat
terjadi kelahiran, maka secara otomatis anak
Hukum Bayi Tabung dan tersebut dapat dipertalikan keturunannya dengan
Hubungan Nasabnya ayah beserta ibunya, dan anak itu mempunyai
kedudukan yang sah menurut syari’at Islam.
Dari 5 (lima) jenis bayi tabung yang sudah
(Yusuf, 1989: 12).
teruji keberhasilannya, di dalam tulisan ini hanya
akan dibicarakan 3 (tiga) jenis saja, yaitu: Dua pandangan di atas menunjukkan
secara jelas dan tegas kedudukan anak yang dila-
Pertama Anak yang dilahirkan melalui
hirkan melalui proses bayi tabung menggunakan
proses bayi tabung dengan menggunakan
sperma dan ovum dari pasangan suami-isteri
sperma dan ovum dari pasangan suami isteri,
kemudian embrionya ditransplantasikan ke
kemudian embrionya ditransfer ke dalam rahim
dalam rahim isteri, adalah sebagai anak sah
isterinya.
dan mem-punyai hak dan kewajiban yang sama
Walaupun persoalan anak menjadi urusan
dengan anak kandung. Dan kedua pendapat
Allah SWT, tetapi manusia (pasangan suami-
tersebut, sesuai Keputusan Muktamar Tarjih
isteri) yang mandul tetap berusaha dan berikhtiar
Muham-madiyah dan Keputusan Majlis Ulama
untuk mendapat-kan seorang keturunan. Salah
Indonesia.
satu caranya dengan menggunakan teknik bayi
Kedua keputusan itu adalah: keputusan
tabung yang menggunakan sperma dan ovum
Muktamar Tarjih Muhammadiyah ke-21 di Klaten
dari pasangan suami-isteri, kemudian embrionya
yang diadakan dari tanggal 6-11 April 1980 dalam
ditransplantasikan ke dalam rahim isteri. Tetapi
Sidang Seksi A (Bayi Tabung) menyebutkan bah-
yang menjadi persoalan bagaimanakah status
wa: Bayi tabung menurut proses dengan sperma
anak yang dilahirkan oleh isteri tersebut?
dan ovum dari suami-isteri yang menurut Hukum
Untuk menjawab pertanyaan tersebut,
Islam, adalah Mubah, dengan syarat:
maka berikut ini dikemukakan pendapat para
a. Teknis mengambil semen (sperma) dengan
ulama/tokoh/ pemimpin agama Islam.
cara yang tidak bertentangan dengan Syari’at
Hasan Basri mengemukakan bahwa: “Pro-
Islam.
ses kelahiran melalui teknik bayi tabung menurut
b. Penempatan zygota seyogyanya dilakukan
agama Islam itu dibolehkan dan sah, asal yang

48 Al Mawarid Edisi VII 2002


Syarif Zubaidah
Bayi Tabung, Status Hukum dan Hubungan Nasabnya dalam Perspektif Hukum Islam

oleh dokter wanita. pandangan para ulama Islam:


c. Resipien adalah isteri sendiri. Ali Akbar mengatakan bahwa: “Menitipkan
d. Status anak dari bayi tabung PLTSI-RRI bayi tabung pada wanita yang bukan ibunya
(sper-ma dan ovum dari suami-isteri yang boleh, karena si ibu tidak menghamil-kannya,
sah, resi-pien isteri sendiri yang mempunyai sebab rahimnya mengalami gangguan,
ovum itu) adalah anak sah dari suami-isteri sedangkan menyusukan anak kepada wanita lain
yang ber-sangkutan. (Tarjih Muhammadiyah, dibolehkan dalam Islam, malah boleh diupahkan.
1980: 84-85). Maka boleh pulalah memberikan upah kepada
Kemudian Surat Keputusan Majelis Ulama wanita yang meminjamkan rahimnya. (Salim,
Indonesia Nomor: Kep-952/MUI/XI/1990 tentang 1993:46)Pandangan dan pendapat di atas secara
Inseminasi Buat-an/Bayi Tabung, tertanggal 26 tegas menyebutkan bahwa cara surrogate mother
November 1990 menyebutkan bahwa: inseminasi diboleh-kan dan cara ini disamakan dengan ibu
buatan/bayi tabung dengan sperma dan ovum susuan yang dikenal dalam Islam. Dengan
yang diambil dari pasangan suami-isteri yang adanya penegasan itu, maka dengan sendirinya
sah secara muhtaram, dibenarkan oleh Islam, anak yang dilahirkan oleh surrogate mother dapat
selama mereka dalam ikatan perkawinan yang dikualifikasi sebagai anak susuan.
sah. (Kep. MUI No. 952/MUI/IX/1990 tentang Husein Yusuf memberikan komentar yang
Inseminasi Buatan/Bayi Tabung: 1-2) serupa dengan Ali Akbar. Ia mengatakan bahwa
Dari beberapa pendapat dan pandangan status anak yang dilahirkan berdasarkan titipan,
di atas dapat dikemukakan bahwa penggunaan tetap anak yang punya bibit dan ibu yang me-
teknologi bayi tabung tidak menimbulkan lahirkan adalah sama dengan ibu susuan.
persoalan, asal bayi tabung yang dikembangkan Salim Dimyati menyatakan sebagai berikut:
adalah menggunakan sperma dan ovum dari “Bayi tabung yang menggunakan sel telur dan
pasangan suami-isteri, kemudian embrionya sperma dari suami-isteri yang sah, lalu embrionya
ditransplantasikan ke dalam rahim isteri. Sebagai dititipkan kepada ibu yang lain (ibu pengganti),
konsekuensi bahwa anak yang dilahirkan oleh maka anak yang dilahirkannya tidak lebih hanya
isteri tersebut adalah sebagai anak sah dan ia anak angkat belaka, tidak ada hak mewarisi
dapat disamakan dengan anak dilahirkan secara dan diwarisi, sebab anak angkat bukanlah anak
alami (anak kandung) serta mempunyai hak dan sendiri, tidak boleh disamakan dengan anak
kewajiban yang sama. kandung”. (Salim, 1993:46)Ketiga pendapat di
Kedua Anak yang dilahirkan melalui atas pada prinsipnya menyetujui penggunaan
proses bayi tabung dengan sperma dan ovum teknik bayi tabung yang menggunakan sperma
dari pasangan suami-isteri yang embrionya dan ovum dari pasangan suami-isteri kemudian
ditransfer ke dalam rahim ibu pengganti embrionya ditransplantasikan ke dalam rahim
(surrogate mother). surrogate mother, tetapi hasil ijtihad melarang
Apakah anak yang dilahirkan melalui penggunaan teknik tersebut. Hal ini tertuang
proses bayi tabung yang menggunakan cara dari hasil ijtihad Ahli Fiqih dari berbagai pelosok
surrogate mother dapat dikualifikasi sebagai anak dunia Islam pada tahun 1986 di Aman yang
susuan atau tidak? Untuk menjawab pertanyaan tercantum dalam ketetapan dari sidang ketiga
tersebut berikut ini dikemukakan pendapat dan dari Majma’ul Fiqhil Islamiy Athfaalul Annabilb

Al Mawarid Edisi VII 2002 49


Syarif Zubaidah
Bayi Tabung, Status Hukum dan Hubungan Nasabnya dalam Perspektif Hukum Islam

(bayi tabung), yang artinya: “Cara yang kelima Baqarah (2): 223).
dari itu dilakukan di luar kandungan antara dua Di dalam ayat lain Allah berfirman:
biji suami-isteri kemudian ditanamkan pada “Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman:
rahim isteri yang lain (dari suami) hal itu dilarang Hendaklah mereka menahan pandangannya dan
menurut hukum Syara’”. (Salim, 1993:47). memelihara kemaluannya; yang demikian lebih
Hasil ijtihad itu senada dengan Surat Kepu- suci bagi mereka, sesunggunnya Allah menge-
tusan Majelis Ulama Indonesia Nomor: Kep-952/ tahui apa yang mereka perbuat”. Katakanlah
MUI/XI/1990 tentang Inseminasi Buatan/Bayi kepada wanita yang beriman: “Hendaklah mereka
Tabung. Di dalam keputusan itu disebutkan menahan pandangannya dan memelihara
bahwa: Inseminasi buatan/bayi tabung dengan kemaluan. (QS An-Nur (24): 30-31). Ayat di atas
sperma dan ovum yang diambil secara muhtaram memerintahkan kepada suami (laki-laki) mukmin
dari pasangan suami-isteri untuk isteri-isteri yang untuk menahan pandangannya dan kemalu-
lain hukumnya haram/tidak dibenarkan dalam annya, termasuk di dalamnya memelihara
Islam. jangan sampai sperma yang keluar dari farjinya
Kedua hasil ijtihad tersebut mengharamkan (alat kelamin) itu bertaburan atau ditaburkan
penggunaan teknik bayi tabung yang menggu- ke dalam rahim yang bukan isterinya. Begitu
nakan sperma dan ovum dari pasangan suami- juga wanita yang beriman diperintahkan untuk
isteri lalu embrionya ditransplantasikan ke dalam menjaga kemaluannya, artinya jangan sampai
rahim isteri yang lain (isteri kedua, ketiga atau farjinya itu menerima sperma yang bukan berasal
keempat). Dengan demikian jelaslah bahwa dari suaminya.
status anak yang dilahirkan oleh isteri-isteri Di dalam Hadis Nabi Muhammad saw
yang lain sebagai anak zina. disebutkan bahwa: “Tidak ada suatu dosa yang
Ketiga Anak yang dilahirkan melalui proses lebih besar di sisi Allah sesudah syirik daripada
bayi tabung dengan sperma dan atau ovum seorang laki-laki yang meletakkan maninya
donor, secara tegas tidak ditemukan di dalam Al- ke dalam rahim perempuan yang tidak halal
Qur’an, baik secara khusus tentang kedudukan baginya”. (H.R. Abid Dunya dari Al-Haitamy Ibn
anak yang dilahirkan melalui proses bayi tabung Malik At Ta’i).
yang menggunakan sperma donor dan ovumnya Apabila ditelaah hadis ini maka jelaslah
berasal dari isteri, kemudian embrionya ditrans- bahwa meletakkan sperma ke dalam rahim
plantasikan ke dalam rahim isteri. Tetapi yang wanita yang tidak sah bagi-Nya, adalah meru-
ada, adalah adanya larangan penggunaan sper- pakan dosa besar sesudah syirik kepada Allah
ma donor, seperti terdapat Surat Al-Baqarah : 223 SWT.
dan Surat An-Nur: 30-31. Berdasarkan atas firman Allah SWT dan
Isteri-isterimu adalah (seperti) tanah tem- Hadis Nabi Muhammad saw tersebut, maka
pat bercocok tanam, datangilah tanah tempat dapatlah dikemukakan bahwa seorang isteri
bercocok tanammu itu sebagaimana kamu ke- tidak diperkenankan untuk menerima sperma
hendaki. Dan kerjakanlah (amal yang baik) untuk dari orang lain, baik yang dilakukan secara fisik
dirimu, dan takwalah pada Allah dan ketahuilah maupun dalam bentuk pre-embrio. Dan hal yang
bahwa kamu kelak akan menemui-Nya. Berilah terakhir ini analog dengan penggunaan sperma
kabar gembira orang-orang ber-iman. (QS. Al- donor. Karena di sini pendonor tidak melakukan

50 Al Mawarid Edisi VII 2002


Syarif Zubaidah
Bayi Tabung, Status Hukum dan Hubungan Nasabnya dalam Perspektif Hukum Islam

hubungan badan secara fisik dengan isteri, donor adalah sebagai anak zina.
tetapi isteri menerima sperma dalam bentuk Pandangan di atas senada dengan apa
pre-embrio. Dan apabila hal ini juga dilakukan yang dikatakan oleh: Salim Dimyati yang menga-
oleh isteri, maka ini juga termasuk dosa besar takan bahwa: “Bayi tabung yang menggunakan
sesudah syirik. Kedudukan anaknya adalah sperma ayah donor, sedangkan sel telurnya dari
sebagai anak zina. ibu dan diperoleh dengan operasi langsung dari
Untuk menentukan sah atau tidaknya kandungan telurnya. Di sini jelas ada unsur ketiga
anak yang dilahirkan melalui teknik fertilisasi dalam tubuh si ibu. Maka dalam hal ini telah terjadi
in vitro yang menggunakan sperma dari donor, perzinaan terselubung meskipun tidak melakukan
ovumnya dari isteri kemudian embrionya perzinaan secara fisik. Anak yang lahir karena-
ditransplantasikan ke dalam rahim isteri, maka nya, termasuk anak zina”. (Dimyati, 1986: 64).
berikut ini dikemukakan pendapat dan pandangan Kesemuanya pendapat dan pandangan di atas
ulama Islam: dibantah oleh Said Sabiq. Ia mengatakan bahwa:
Qardawi (1990: 312) mengatakan bahwa: “Anak yang diproses melalui bayi tabung yang
“Islam telah melindungi keturunan, yaitu dengan menggunakan sperma donor bukanlah “anak
mengharamkan zina dan pengangkatan anak, zina”, sebab tidak melengkapi unsur pokok, yaitu
sehingga dengan demikian situasi keluarga “bertemunya dua jenis alat vital”. Si bayi, adalah
selalu bersih dari anasir-anasir asing, maka anak ghairu syar’i” atau “subhat” dari suami si
untuk Islam juga mengharamkan pencangkokan perempuan yang mengerami jabang bayi itu.
sperma (bayi tabung), apabila pencangkokan Anak itu adalah anak suami yang mengerami”
bukan dari sperma suami” (Salim, 1993: 43).Said Sabiq menilai bahwa anak
Syaltut berpendapat bahwa: “Pencangko- yang dilahirkan melalui teknik bayi tabung yang
kan sperma (bayi tabung) yang dilakukan itu menggunakan sperma donor tidak dapat dikuali-
bukan sperma suami, maka tidak diragukan fikasi sebagai anak zina, tetapi digolongkan kepa-
lagi adalah suatu kejahatan yang sangat buruk da anak subhat (haram) dari suami, karena tidak
sekali, dan suatu perbuatan yang mungkar yang memenuhi syarat pokok, yaitu bertemunya dua
lebih hebat daripada pengangkatan anak. Sebab jenis alat vital. Dan nasab anak itu dihubungkan
anak cangkokan dapat menghimpun antara peng- kepada suami dari isteri yang mengerami.
angkatan anak, yaitu memasukkan unsur asing Menurut hemat penulis, bahwa pendapat
dalam nasab, dan antara perbuatan jahat yang yang dikemukakan oleh Said Sabiq terlalu terpa-
lain berupa perbuatan zina dalam satu waktu ku pada konsepsi zina yang harus bertemunya
yang ditentang oleh Syara’ dan Undang-undang, dua jenis alat vital. Tetapi apabila kita bertitik
dan ditentang pula oleh kesusilaan yang tinggi, tolak pada Surat Al-Baqarah ayat (223), Surat
dan meluncur ke derajat binatang yang tidak An-Nur ayat (30-31) dan Hadis Nabi Muhammad
berprikemanusiaan dan adanya ikatan kemasya- saw di atas, maka meletakkan sperma saja ke
rakatan yang mulia” (Qardawi, 1990: 312- 313). dalam rahim yang tidak halal bagi seorang laki-
Dengan telah diharamkannya penggunaan sper- laki adalah dosa besar sesudah syirik. Dan ini
ma donor oleh Syekh Syaltut, maka akan mem- terma-suk dalam kategori zina. Oleh karena itu
bawa konsekuensi bahwa anak yang dilahirkan anak yang dilahirkan melalui proses fertilisasi in
oleh seorang isteri yang bibitnya berasal dari vitro (bayi tabung) yang menggunakan sperma
donor dapat dikualifikasi sebagai anak zina.
Al Mawarid Edisi VII 2002 51
Syarif Zubaidah
Bayi Tabung, Status Hukum dan Hubungan Nasabnya dalam Perspektif Hukum Islam

Hal ini disebabkan karena anak bukan produk rahim ibu pengganti (surrogate mother), baik ibu
(sperma) dari orangtua (suami-isteri) yang sah. pengganti itu terikat dengan perkawinan suami
yang diambil spermanya seperti isteri kedua,
ketiga dan keempat ataupun tidak terikat dengan
Faktor-faktor dominan perkawinan, seperti ibu pengganti sewaan.
yang menghubungkan anak Apabila dianalisa dari aspek moral, etika,
bayi tabung kepada kedua hukum dan agama, dimana setiap orang yang
orangtuanya. telah terikat dengan perkawinan berarti juga
terikat dalam hal mu’asyarah bil ma’ruf antara
Ada beberapa hal yang sangat dominan suami-isteri, maka tidak pantas dan tidak layaklah
untuk mene-tapkan hubungan nasab anak yang apabila sepasang suami isteri yang hanya dengan
terlahir dengan proses inseminasi buatan (bayi modal mengeluarkan beberapa tetes sperma dan
tabung) kepada kedua orang-tuanya yaitu: ovum yang kemudian diserahkan kepada orang
Pertama ada ikatan perkawinan yang sah lain tanpa mereka menjalani proses kehamilan
antara laki-laki yang diambil spermanya dengan dan kelahirannya, tiba-tiba setelah orang lain
perempuan yang diambil ovumnya dan perem- (surrogate mother) melahirkan mereka (laki-
puan yang diambil ovumnya adalah perempuan laki dan perempuan yang diambil sperma dan
yang mengandung dan yang melahirkan bayi ovumnya) mendapat predikat sebagai seorang
tabung. Hal ini sesuai dengan bunyi pasal 42 ayah dan ibu.
UU No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan yang Adapun dasar-dasar dan alasan-alasan
menyatakan: “anak yang sah adalah anak yang penolakan penulis terhadap pendapat tiga tokoh
dilahirkan dalam atau sebagai akibat perkawinan tersebut di atas, yang membolehkan proses bayi
yang sah”. (UU No. 1 tahun 1974, pasal 42). tabung dengan pengambilan sperma dan ovum
Dengan ketentuan ini, maka anak yang dilahirkan dari pasangan suami-isteri yang embrionya
melalui proses bayi tabung dengan mengambil dititipakn kepada ibu pengganti adalah:
sperma dan ovum dari pasangan suami-isteri 1. Dasar hukum yang membolehkan proses
yang kemudian embrionya disarangkan ke dalam bayi tabung tersebut di atas, memakai dasar
rahim isterinya adalah anak sah yang mempunyai qiyas, yaitu menyamakan ibu yang melahirkan
hak dan kewajiban sama dengan anak yang lahir bayi tabung dengan ibu susuan karena ada
dengan proses alami. persamaan illat hukum, yaitu sama-sama
Kedua ada materi (sperma dan ovum) boleh mengupahkan kepada orang lain.
yang menjadi embrio secara yakin dapat Menurut analisa penulis, dasar qiyas yang
dipastikan berasal dari pasangan suami-isteri membolehkan proses bayi tabung dengan
yang mengandung dan yang melahirkannya. mengambil sperma dan ovum yang embrionya
Dengan ketentuan ini, penulis menolak dititipkan kepada perempuan lain itu lemah.
atau tidak sependapat dengan Dr. Ali Akbar, Prof. Sebab qiyas yang mereka pakai itu qiyas
Drs. Husein Yusuf dan H. Salim Dimyati yang al-adna, dimana illat hukum yang dijadikan
membolehkan proses bayi tabung yang mengam- dasar penetapan hukum yang terdapat pada
bil sperma dan ovum dari pasangan suami-isteri hukum cabang yaitu hukum bayi tabung itu
yang kemudian embrionya ditransfer ke dalam lebih rendah daripada illat yang terdapat

52 Al Mawarid Edisi VII 2002


Syarif Zubaidah
Bayi Tabung, Status Hukum dan Hubungan Nasabnya dalam Perspektif Hukum Islam

pada hukum asal, yaitu hukum menyusukan. (Dawud, 19521: 497).


Dalam istilah lain dapat juga dikatakan qiyas 2). Jika ibu yang mengandung itu dilarang
ma’al-fariq, yaitu menyamakan sesuatu yang mengadakan hubungan (sex) dengan
belum ada hukumnya (bayi tabung) dengan suaminya, berarti ia telah melawan hukum
sesuatu yang telah ada ketetapan hukumnya, Allah SWT yang ini lebih berat daripada
yaitu menysuukan dengan illat hukum yang pilihan pertama.
berbeda. Perbedaan illat hukum itu terdapat 2. Dasar-dasar penolakan yang kedua adalah
pada akibatnya, yaitu: hasil ijtihad Majma’ul-Fiqhil-Islami fi Atfalil-
a. Kalau menyusukan itu hanya berpengaruh Anabib yang menetapkan: “cara yang kelima
terhadap anak susuannya secara psiko- dari itu, dilakukan di luar kanduangan antara
logis, sedangkan mengandung dan dua biji suami-isteri kemudian ditanamkan
mela-hirkan bayi tabung itu berpengaruh pada rahim isteri yang lain, hal ini dilarang
terha-dap anak yang dilahir-kannya, baik menurut hukum syara’”.(Salim, : 46).
secara psikologis, maupun secara fisik. Hasil ijtihad tersebut, senada dengan Surat
Jadi pengaruh kehamilan dan kelahiran Keputusan Majlis Ulama Indonesia No. Kep.
bayi tabung itu lebih besar daripada 952/MUI/XI/1990 tentang inseminasi buatan/
pengaruh susuan. bayi tabung. Di dalam keputusan itu dijelaskan
b. Kalau menyusukan itu tidak mempunyai bahwa inseminasi buatan/bayi tabung dengan
resiko yang berakibat fatal, sedangkan sperma dan ovum yang diambil secara
di dalam mengandung dan melahirkan muhtaram dari pasangan suami isteri untuk
bayi tabung, mempunyai kemungkinan isteri-isteri yang lain hukumnya haram. (Salim,
terja-dinya resiko yang berakibat fatal. : 47)
Kemung-kinan terjadinya resiko ini, Ketiga faktor dominan yang menghu-
adalah terletak pada apakah bayi yang bungkan nasab kepada orangtuanya adalah
lahir itu benar-benar dengan proses bayi adanya al-firasy. Al-firasy yang dimaksud di sini
tabung atau bisa jadi embrio bayi tabung adalah ibu yang melahirkannya. Jadi ibu yang
itu gugur dan yang terjadi adalah hasil dari mengandung dan yang melahirkan bayi tabung
benih suami yang mengandungnya. adalah ibu kandungnya. Hal ini sesuai dengan
c. Kalau menyusukan itu tidak menghalangi firman Allah SWT:
ibu yang menyusukan untuk berhubungan “Ibu-ibu mereka tidak lain hanyalah wanita
suami-isteri, sedangkan bagi ibu yang yang melahirkan”. (QS Al-Mujadalah (58): 2)
mengandung bayi tabung akan mengalami “Kami perintahkan kepada manusia untuk
dua pilihan yang sama berat, yaitu: berbakti kepada kedua orangtuanya, ibunya yang
1). Jika ibu yang mengandung mengadakan mengandung dalam keadaan yang sangat lemah
hu-bungan sex dengan suaminya, maka dan disapih sampai dua tahun”. (QS Luqman(31):
dalam hal ini berarti suami telah menyirami 14)Menurut Hassan Hathout bahwa atas dasar
tanaman orang lain dan ini berlawanan ayat-ayat tersebut di atas, maka ibu dari anak
dengan hadis: “Tidak halal bagi seseorang yang dilahirkan melalui proses surroagate
yang beriman kepada Allah SWT dan hari mother adalah ibu yang mengandung dan
akhir menyirami tanaman orang lain. melahirkannya. Sebab menurut beliau, kata

Al Mawarid Edisi VII 2002 53


Syarif Zubaidah
Bayi Tabung, Status Hukum dan Hubungan Nasabnya dalam Perspektif Hukum Islam

“walidaini” yang berarti ayah dan ibu dan kata segi hak dan kewajiban terhadap kedua
“ummun”, yang berarti ibu, adalah orang yang orangtuanya.
memberikan kelahiran atas seseorang (Hasan 2. Bayi tabung dengan ibu titipan (surrogate
Hathout. 1994: 117). mother) baik sperma dan ovumnya berasal
Atas dasar tersebut di atas, penulis selain dari suami-isteri atau donor, hukumnya
menolak seluruh pendapat yang membolehkan haram dalam hukum Islam. Bayi tabung
bayi tabung dengan proses surrogate mother, yang dilahirkan dengan cara ini nasabnya
walaupun sperma dan ovumnya diambil dari hanya dapat dipertalikan kepada ibu yang
pasangan suami-isteri juga penulis menolak bayi mengandung dan melahirkannya.q
tabung dengan sperma dan atau ovum donor.
Jika terjadi demikian, maka bayi tabung
yang lahir itu hanya bernasab kepada ibu
Daftar Pustaka
yang mengandung dan yang melahirkannya. Akbar, Ali. 1988. Etika Kedokteran dalam Islam.
Sedangkan kepada laki-laki yang diambil Jakarta: Pustaka Antara.
ovumnya, nasab tidak bisa dihubungkan Dawud, al-Imam al-Hafiz Abu Sulaiman as-
kepadanya. Hal ini sesuai dengan ungkapan Sajastani.1952. Sunan Abi Dawud,. Bairut:
Muhammad Jawad Muqniyah: Darul-Fikri.
Bilamana ada orang melakukan inseminasi Departemen Agama RI. 1985. Al-Qur’an dan
dan berhasil hamil, maka anak itu tidak bisa Terjemahnya. Jakarta: PT. Intermasa.
dinasabkan kepada suami yang mengandung Dimyati, H. Salim. 1986. Permainan Buatan
karena kandungan itu tidak berasal dan bernasab dan Bayi Tabung. Jakarta: Universitas
kepada yang mempunyai sperma, sebab dia tidak Muhammadiyah.
mengadakan hubungan seks dengan perempuan
Ghufron, Ali dan Sutomo, Adi Heru, 1993. Abortus
yang mengandungnya atas dasar perkawinan
Bayi Tabung, Euthanasia, Transplantasi
dan tidak pula atas dasar wati syubhat. Karena itu
Ginjal dan Operasi Kelamin dalam
anak dinasabkan kepada ibu yang mengandung
Tinjauan Medis Hukum Islam. Yogyakarta:
saja (Mugniyah, 1964: 92).
Aditya Media.
Hathout, Hassan. 1994. Revolusi Seksual
Penutup Perempuan Obstetri dan Ginekologi,.
Bandung: Mizan.
Dari pembahasan ini, dapat ditarik
Mahmud, Kamal. 1980. “Permainan Buatan dan
kesimpulan sebagai berikut:
Fatwa MPKS”. Dalam Tempo. VI. Jakarta.
1. Bayi tabung dengan proses menggunakan
Mertokusumo, Sudikno.1986. Mengenal Hukum:
sperma dan ovum yang diambil dari pasangan
Suatu Pengantar. Yogyakarta: Lyberti
suami-isteri yang sah, yang kemudian
—————. 1990. Bayi Tabung ditinjau dari
embrionya ditransfer ke rahim isterinya yang
Hukum. Yogyakarta: FK UGM.
diambil ovumnya hukumnya dibolehkan. Anak
yang dilahirkan dengan proses ini, mempunyai MUI. 1990. Keputusan Majelis Ulama Indonesia
kedudukan yang sah menurut hukum Islam, tentang inseminasi buatan/bayi tabung (No.
baik dari segi hubungan nasab maupun dari

54 Al Mawarid Edisi VII 2002


Syarif Zubaidah
Bayi Tabung, Status Hukum dan Hubungan Nasabnya dalam Perspektif Hukum Islam

Kep. 952/MUI/ IX/1990). Jakarta. Subekti dan Tjitrosudibio. 1980. Kitab Undang-
Muqniyah, Muhammad Jawad. 1964. Al-Ahwalusy Undang Hukum Perdata. Jakarta: Pradnya
Syakhshiyyah ala’ Mazahibil Khamsah,. Perwita.
Bairut: Darul Ilmu. Tahar, M. Shaheb. 19871. Inseminasi Buatan
Zuhdi, Masyfuk. 1993. Masail Fiqhiyah. Jakarta: Menurut Hukum Islam. Surabaya: PT.
CV. Haji Masagung. Bina Ilmu.
Qardawi, Muhammad Yusuf Al-. 1990. Halal Tarjih, Keputusan Muktamar Muhammadiyah
dan Haram dalam Islam. alih bahasa ke-21 di Klaten. Bayi Tabung dan
Muhammad Hamidy. Surabaya: Bina Pencangkokan dalam Sorotan Hukum
Ilmu. Islam. Yogyakarta: Persatuan.
Salim HS. 1993. Bayi Tabung, Tinjauan Aspek Yusuf, HM. Husein. 1989. Eksistensi Bayi Tabung
Hukum,. Jakarta: Sinar Grafika. ditinjau dari Aspek Agama Islam. Dalam
Syaltut, Mahmud. Tanpa Tahun. Al-Fatawa. Mesir: Makalah Simposium Nasional Fakultas
Darul Qalam. Hukum Unisri. Surakarta.

Al Mawarid Edisi VII 2002 55

Anda mungkin juga menyukai