Anda di halaman 1dari 15

INSEMINASI

BUATAN
KELOMPOK 4
Anik Syamsiah
Hamdana Hamdan
Eka Rahmawati Ruhman
Nurlaela Lamane
Anisa Ohoiwer
Herawati habib
Pengertian Inseminiasi
Buatan

Inseminasi buatan adalah peletakan


sperma ke follicel ovarian
(intrafollicular), uterus (intrauterine),
cervix (intracervical), atau tube
fallopian (intratubal) wanita dengan
menggunakan cara buatan dan bukan
dengan kopulasi alami.
Teknik Isnseminasi Buatan

2. Teknik DIPI
1. Teknik IUI (Intrauterine (Direct Intraperitoneal Insemina
Insemination) tion)
Teknik IUI dilakukan Teknik DIPI telah dilakukan sejak
dengan cara sperma awal tahun 1986. Teknik DIPI
dilakukan dengan cara sperma
diinjeksikan melalui leher
diinjeksikan langsung ke peritoneal
rahim hingga ke lubang
(rongga peritoneum).
uterine (rahim).
Kasus-kasus
Inseminasi Buatan
1. Di Colorado Amerika Serikat pasangan Jack dan Lisa melakukan
program inseminasi, bukan semata-mata untuk mendapatkan
keturunan tetapi karena memerlukan donor bagi putrinya Molly
yang berusia 6 tahun yang menderita penyakit fanconi anemia,
yaitu suatu penyakit yang disebabkan oleh tidak berfungsinya
sumsum tulang belakang sebagai penghasil darah. Jika dibiarkan
akan menyebabkan penyakit leukemia. Satu-satunya pengobatan
adalah melakukan pencangkokan sumsum tulang dari saudara
sekandung, tetapi masalahnya Molly anak tunggal. Yang
dimaksud inseminasi disini diterapkan untuk mendapatkan anak
yang bebas dari penyakit fanconi anemia agar dapat diambil
darahnya sehingga diharapkan akan dapat merangsang sumsum
tulang belakang Molly untuk memproduksi darah.

Sumber : http://ferrykarwur.i8.com/materi_bio/materi4.html
Kasus-kasus
Inseminasi Buatan
2. Di Indonesia, keberhasilan inseminasi buatan
ditandai oleh lahirnya Akmal pada 25 Agustus
1987. Ia lahir dari pasangan suami isteri Linda
Soekotjo, dengan teknik TAGIT. Adapun dengan
teknik FIV tim bayi tabung Indonesia yang
diketahui oleh Dr. H.Enud J. Surjana dari Fakultas
Kedokteran UI menghasilkan kelahiran Dimas
Aldila Akmal Sudiar pada 2 Oktober 1988, dari
pasangan suami-isteri Wiwik Juwari-Sudirman
Sumber :
http://syariffathulhamdi.blogspot.com/2012/02/inseminasi-
buatan-pada-manusia-menurut.html
Kasus-kasus
Inseminasi Buatan
3. Pendapat org yang perna melakukan inseminasi.

• Hari pertama diinseminasi, serem juga liat jarumnya yang


panjang.. tapi kalo sakit sih lebih sakit di hydrotubasi, cuma pada
saat inseminasi itu kata dokterku, mulut rahimnya agak
miring...so jadilah mulut rahimku ditarik ke posisi
benernya...ouuchhh, itu sakit! sumpah! setelah dibenerin
posisinya..baru deh inseminasi. nah.. 2 hari setelah itu inseminasi
lagi..jadi 2x. kata dokter biar afdol... tunggu punya
tunggu..bukannya hamil malah mens hehehehe, emang belom kali
yaa..Sampe skarang sih blom inseminasi lagi..malah sempet
kepikir untuk IVF. aku juga dah survey beberapa RS dengan
tingkat keberhasilan IVF yang tinggi. tapi..mental belom siap
nih...
Sumber : http://femaledaily.com/showthread.php?t=3332,
dipostkan pada tanggal 11 Februari 2010)
Tinjauan dari Segi Hukum Perdata
Jika benihnya berasal dari Suami Istri
– Jika benihnya berasal dari Suami Istri, dilakukan proses fertilisasi-
in-vitro transfer embrio dan diimplantasikan ke dalam rahim Istri
maka anak tersebut baik secara biologis ataupun yuridis mempunyai
satus sebagai anak sah (keturunan genetik) dari pasangan tersebut.
Akibatnya memiliki hubungan mewaris dan hubungan keperdataan
lainnya.
– Jika ketika embrio diimplantasikan ke dalam rahim ibunya di saat
ibunya telah bercerai dari suaminya maka jika anak itu lahir sebelum
300 hari perceraian mempunyai status sebagai anak sah dari
pasangan tersebut. Namun jika dilahirkan setelah masa 300 hari,
maka anak itu bukan anak sah bekas suami ibunya dan tidak memiliki
hubungan keperdataan apapun dengan bekas suami ibunya. Dasar
hukum pasal. 255 KUHPer.
– Jika embrio diimplantasikan ke dalam rahim wanita lain yang
bersuami, maka secara yuridis status anak itu adalah anak sah dari
pasangan penghamil, bukan pasangan yang mempunyai benih. Dasar
hukum pasal. 42 UU No. 1/1974 dan pasal. 250 KUHPer. Dalam hal ini
Suami dari Istri penghamil dapat menyangkal anak tersebut sebagai
anak sah-nya melalui tes golongan darah atau dengan jalan tes DNA.
Jika salah satu benihnya berasal dari donor
Jika Suami mandul dan Istrinya subur, maka dapat
dilakukan fertilisasi-in-vitro transfer embrio
dengan persetujuan pasangan tersebut. Sel telur
Istri akan dibuahi dengan Sperma dari donor di
dalam tabung petri dan setelah terjadi pembuahan
diimplantasikan ke dalam rahim Istri. Anak yang
dilahirkan memiliki status anak sah dan memiliki
hubungan mewaris dan hubungan keperdataan
lainnya sepanjang si Suami tidak menyangkalnya
dengan melakukan tes golongan darah atau tes
DNA. Dasar hukum pasal. 250 KUHPer.
Jika embrio diimplantasikan ke dalam rahim wanita
lain yang bersuami maka anak yang dilahirkan
merupakan anak sah dari pasangan penghamil
tersebut. Dasar hukum ps. 42 UU No. 1/1974 dan
ps. 250 KUHPer.
Jika semua benihnya dari donor
Jika sel sperma maupun sel telurnya berasal dari
orang yang tidak terikat pada perkawinan, tapi
embrio diimplantasikan ke dalam rahim seorang
wanita yang terikat dalam perkawinan maka anak
yang lahir mempunyai status anak sah dari
pasangan Suami Istri tersebut karena dilahirkan
oleh seorang perempuan yang terikat dalam
perkawinan yang sah.
Jika diimplantasikan ke dalam rahim seorang gadis
maka anak tersebut memiliki status sebagai anak
luar kawin karena gadis tersebut tidak terikat
perkawinan secara sah dan pada hakekatnya anak
tersebut bukan pula anaknya secara biologis
kecuali sel telur berasal darinya. Jika sel telur
berasal darinya maka anak tersebut sah secara
yuridis dan biologis sebagai anaknya.
Tinjauan dari Segi Hukum Islam
Inseminasi buatan dengan sperma dan ovum
dari suami istri yang sah dan tidak di
transfer embrionya ke dalam rahim wanita
lain(ibu titipan) diperbolehkan islam jika
keadaan dan kondisi suami istri yang
bersangkutan benar-benar memerlukan.
Inseminasi dengan sperma atau ovum donor
diharamkan islam, hukumnya sama dengan
zina.
Aspel Legal
Jika salah satu benihnya berasal dari donor
• Jika Suami mandul dan Istrinya subur, maka dapat
dilakukan fertilisasi-in-vitro transfer embrio
dengan persetujuan pasangan tersebut. Sel telur
Istri akan dibuahi dengan Sperma dari donor di
dalam tabung petri dan setelah terjadi pembuahan
diimplantasikan ke dalam rahim Istri. Anak yang
dilahirkan memiliki status anak sah dan memiliki
hubungan mewaris dan hubungan keperdataan
lainnya sepanjang si Suami tidak menyangkalnya
dengan melakukan tes golongan darah atau tes DNA.
Dasar hukum ps. 250 KUHPer.
• Jika embrio diimplantasikan ke dalam rahim wanita
lain yang bersuami maka anak yang dilahirkan
merupakan anak sah dari pasangan penghamil
tersebut. Dasar hukum ps. 42 UU No. 1/1974 dan
ps. 250 KUHPer
Aspek Etika
Pada kasus yang sedang dibahas ini
tampak sekali ketidaksesuaiannya
dengan budaya dan tradisi ketimuran
kita. Sebagian agamawan menolak
Fertilisasi invitro pada manusia, sebab
mereka berasumsii bahwa kegiatan
tersebut termasuk Intervensi terhadap
“karya Illahi”. Dalam artian, mereka yang
melakukakan hal tersebut berarti ikut
campur dalam hal penciptaan yang
tentunya itu menjadi hak prioregatif
Tuhan. Padahal semestinya hal tersebut
bersifat natural, bayi itu terlahir melalui
proses alamiah yaitu melalui hubungan
sexsual antara suami-istri yang sah
menurut agama.
Aspek HAM
Dalam DUHAM dikatakan semua orang
dilahirkan bebas dengan martabat yang setara.
Pengakuan hak-hak manusia telah diatur di dunia
international, salah satunya tentang hak
reproduksi.
Dalam kasus ini, meskipun keputusan inseminasi
buatan dengan donor sperma dari laki-laki yang
bukan suami wanita tersebut adalah hak dari
pasangan suami istri tersebut, namun harus
dipertimbangkan secara hukum, baik hukum
perdata,hukum pidana ,hukum agama, hukum
kesehatan serta etika(moral) ketimuran yang
berlaku di Indonesia .
DILEMA INSEMINASI BUATAN
Permasalahan mengenai inseminasi buatan
dengan bahan inseminasi berasal dari orang
lain atau orang yang sudah meninggal dunia,
hingga saat ini belum ada penyelesaiannya
di Indonesia. Perlu segera dibentuk
peraturan perundang-undangan yang secara
khusus mengatur penerapan teknologi
fertilisasi-in-vitro transfer embrio ini pada
manusia mengenai hal-hal apakah yang
dapat dibenarkan dan hal-hal apakah yang
dilarang

Anda mungkin juga menyukai