Anda di halaman 1dari 14

Ditinjau dari :

HUKUM ISLAM
HUKUM PERDATA
TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP INSEMINASI
BUATAN PADA MANUSIA DENGAN KONTRAK RAHIM :

Inseminasi buatan : Donor Sperma


Menyuntikkan sperma ke dalam rahim tanpa harus
berhubungan badan. Ini lebih sering dilakukan pada hewan dan
tumbuhan. Dengan cara mengambil sperma lalu
menginjeksikannya pada hewan betina, begitu juga pada
manusia.
Upaya ini dilakukan karena adanya kesulitan dalam kehamilan
atau sperma kesulitan untuk mencapai dan menyatu dengan
ovum (sel telur) dalam proses yang alamiah.
Tujuan inseminasi yaitu agar bisa hamil.
MENURUT HUKUM ISLAM :
1. Inseminasi buatan yang tidak berasal dari ovum
dan sperma suami-istri yang syah hukumnya
haram, sama dengan zina.
2. Apabila dilakukan dengan sperma dan ovum dari
suami-istri yang syah tanpa mentransfer embrio ke
dalam rahim wanita lain, maka menurut Islam
membolehkan. Asal keadaan suami-istri yang
bersangkutan benar-benar memerlukan cara
inseminasi buatan untuk memperoleh keturunan.
DALIL-DALIL SYARIAT YANG MENJADI LANDASAN
HUKUM UNTUK MENGHARAMKAN INSEMINASI
BUATAN DENGAN DONOR :
1. Surat al-Isro’ ayat 70 dan surat at-Tin ayat 4.
Kedua ayat tersebut menunjukkan bahwa manusia di-ciptakan
oleh Tuhan sebagai makhluk yang mempunyai kelebihan atau
keistimewaan dari makhluk lainnya dan Tuhan sendiri berkenan
memuliakan manusia, maka sudah seharusnya manusia bisa
menghormati martabat-nya sendiri dan juga martabat sesama
manusia. Sebab inseminasi buatan dengan donor itu pada
hakekatnya merendahkan harkat dan martabat manusia (human
dignity) dan mensejajarkannya dengan hewan yang di inseminasi.
2. Dalam hadis Nabi SAW : Tidak halal bagi seorang yang beriman
kepada Alloh dan hari akhir menyiramkan airnya (sperma) pada
tanaman orang lain (vagina istri orang lain)
LATAR BELAKANG MUNCULNYA
INSEMINASI BUATAN (BAYI TABUNG) :

Dalam dunia kedokteran pelayanan terhadap bayi


tabung dikenal dengan istilah Fertilisasi in Vitro,
yaitu pembuahan sel telur oleh sperma di dalam
tabung petri yang dilakukan oleh petugas medis.
Inseminasi buatan pada manusia sebagai suatu
teknologi reproduksi berupa teknik menempatkan
sperma dalam vagina wanita, pertama kali berhasil
dipraktikan Tahun 1970.
PROSES INSEMINASI BUATAN (BAYI
TABUNG) :
Dalam melakukan Fertilasi in Vitro, transfer dilakukan dalam 7
tingkatan dasar yang dilakukan oleh petugas medis yaitu :
1. Istri diberi obat pemicu ovulasi yang berfungsi untuk
merangsang indung telur mengeluarkan sel telur,
yang diberikan setiap hari sejak permulaan haid dan
baru dihentikan setelah sel-sel telurnya matang.
2. Pematangan sel-sel telur dipantau setiap hari melalui
pemeriksaan darah istri dan pemeriksaan ultrasono-
grafi .
3. Pengambilan sel telur dilakukan dengan penusukan
jarum (pungsi) melalui vagina dengan tuntunan ultra-
sonografi (USG).
4. Setelah dikeluarkan beberapa sel telur, kemudian sel-sel telur
tersebut dibuahi dengan sel sperma suaminya yang telah di
proses sebelumnya dan dipilih yang terbaik.
5. Sel telur dan sperma yang sudah dipertemukan dalam tabung
petri, kemudian dibiarkan di dalam lemari pe-ngeram.
Pemantauan dilakukan 18-20 jam kemudian keesokan harinya
diharapkan sudag terjadi pembuah-an sel.
6. Embrio dalam tingkat pembelahan sel ini kemudian
diimplontasikan ke dalam rahim istri. Pada periode ini tinggal
menunggu terjadinya kehamilan.
7. Jika dalam waktu 14 hari setelah embrio diimplontasi-kan tidak
terjadi mentruasi dilakukan pemeriksaan air kemih untuk
kehamilan dan seminggu kemudian di-pastikan dengan
pemeriksaan ultra-sonografi (USG).
PERMASALAHAN PERDATA DALAM
INSEMINASI BUATAN :
Bila bahan pembuatan tersebut diambil dari orang yang
telah meninggal dunia. Permasalahan yang timbul antara
lain :
1. Bagaimana status keperdataan dari bayi yang di-
lahirkan melalui proses inseminasi buatan.
2. Bagaimanakah hubungan perdata bayi tersebut
dengan orang tua biologisnya ? Apakah ia mem-
punyai hak waris ?
3. Bagimanakah hubungan perdata bayi tersebut
dengan Surogate Mather-nya (dalam kasus
terjadi penyewaan rahim ) dan orang tua
biologisnya ? Dari manakah ia memiliki waris ?
TINJAUAN DARI SEGI HUKUM PERDATA TERHADAP
INSEMINASI BUATAN (BAYI TABUNG) :

1. Jika benihnya berasal dari suami-istri yang syah, dilakukan


transfer embrio dan diimplontasikan ke dalam rahim istri
maka anak tersebut secara biologis atau yuridis mempunyai
status sebagai anak yang syah (keturunan genetik) dan
memiliki hubungan mewarisi dan hubungan keperdataan
lainnya.
2. Jika embrio diimplontasikan ke dalam rahim ibunya di saat
ibunya telah bercerai dari suaminya maka jika anak itu lahir
sebelum 300 hari dari perceraiannya status sebagai anak syah
bekas suami ibunya dan tidak mempunyai hubungan
keperdataan apapun dengan bekas suami ibunya.
3. Jika embrio dimpontasikan ke dalam rahim wanita lain yang
bersuami maka secara yuridis status anak itu adalah “Anak syah
dari pasangan peng-hamil, bukan pasangan yang mempunyai
benih”. Dasar hukum pasal 42 UU No. 1/1974 dan pasal 250
KUHP dan biasanya dilakukan perjanjian antara ke dua belah
pihak pasangan tersebut.

JIKA SALAH SATU BENIHNYA BERASAL DARI DONOR :


1. Jika suami mandul dan istrinya subur, dapat dilaku-kan transfer
embrio dengan persetujuan pasangan tersebut. Sel telur istri
akan dibuahi oleh sperma dari donor di dalam tabung petri dan
setelah terjadi pembuahan diimplontasikan ke dalam rahim istri.
Anak yang dilahirkan memiliki status anak syah dan memiliki
hubungan mewaris.
2. Jika embrio diimplontasikan ke dalam rahim wanita lain
yang bersuami maka anak yang dilahirkan merupakan
anak syah dari pasangan penghamil tersebut.

JIKA SEMUA BENIH DARI DONOR :


1. Jika sel sperma maupun sel telurnya berasal dari orang
yang tidak terikat pada perkawinan tapi embrio
dimplontasikan ke dalam rahim seorang wanita yang
terikat dalam perkawinan maka anak yang lahir
mempunyai status anak syah dari pasangan suami istri
tersebut.
2. Jika diimplontasikan ke dalam rahim seorang gadis maka
anak tersebut memiliki status anak luar kawin karena gadis
tersebut tidak terikat perkawinan secara syah dan
hakekatnya anak tersebut bukan pula anaknya.
CONTOH KASUS INSEMINASI BUATAN
DI AMERIKA SERIKAT

Mary Beth Whitehead sebagai ibu pengganti


(surogate mother) yang berprofesi sebagai pekerja
kehamilan dari pasangan William dan Elizabeth
Sterm pada akhir tugasnya memutuskan untuk
mempertahankan anak yang dilahirkannya itu.
Timbul sengketa di antara mereka, kemudian oleh
pengadilan New Jersey ditetapkan bahwa anak itu
diserahkan dalam perlindungan ayah biologisnya.
Sementara Mrs. Mary Beth Whitehead diberi hak
untuk mengunjungi anak tersebut.
LAIN-LAIN :
Negara yang memberlakukan hukum Islam tidak
diperbolehkan dilakikan inseminasi buatan dengan donor
dan sewa rahim.
Negara Swiss melarang pula dilakukan-nya inseminasi
dengan donor.
Di Lybia dalam perubahan hukum pidananya tanggal 7
Desember 1972, melarang semua bentuk inseminasi
buatan.
Dalam Islam, Fertilisasi (pembuahan) degan sperma
suami yang diawetkan setelah suami meninggal maka
hukumnya haram, maka jika suami meninggal secara
hukum syar’I telah terjadi perceraian.
selesai

Anda mungkin juga menyukai