Disusun Oleh
Kelompok 6 :
1. Ayu Maulina Sadiah (201801005)
2. Devi Monika (201801007)
3. Endah Maharani (201801012)
4. Rizky Nur Safitri (201801024)
5. Yohana Enggah W (201801029)
PRODI D3 – KEBIDANAN
a Tinjauan dari Segi Hukum Perdata Terhadap Inseminasi Buatan (Bayi Tabung. ....... 4
b.
REFERENSI ............................................................................................................................. 9
Dikutip dari film india “ Chori Chori Chup Ke”mengenai Sepasang suami istri
dari keluarga kaya menikah atas dasar cinta, dimana keduanya sangatmenyayangi
satu sama lain. Tak lama setelah pernikahan sang istri pun hamil
lengkaplahKebahagiaan pasutri dan keluarga besar mereka. Suatu Waktu pada saat
usia kehamilan sangistri menginjak 8 bulan keluarga itu tengah berkumpul dan
bermain bersama ditaman namunnaas sang istri jatuh terpleset ketika hendak
mengambil bola yang terjatuh didekatnya.Karena kejadian itu sang istri dilarikan ke
RS, mereka kehilangan bayinya dan ramim sangstri pun diangkat karena mengalami
perdarahan hebat. Meskipun sang suami selalumenghibur dan menguatkan istrinya
namun istrinya merasa mereka perlu mencari solusiuntuk mendapat anak, membaca
info yang ada sang istri meminta sang suami untuk mencariseorang wanita untuk
menjadi surrogate mother bagi bayi mereka.
1. Bagaimanakah hukum bayi tabung di Indonesia?
2. Bagaimanakah pandangan bayi tabung menurut segi agama ?
Jawaban :
Jika Suami mandul dan Istrinya subur, maka dapat dilakukan fertilisasi-in-
vitro transfer embrio dengan persetujuan pasangan tersebut. Sel telur Istri
akan dibuahi dengan Sperma dari donor di dalam tabung petri dan setelah
terjadi pembuahan diimplantasikan ke dalam rahim Istri. Anak yang
dilahirkan memiliki status anak sah dan memiliki hubungan mewaris dan
hubungan keperdataan lainnya sepanjang si Suami tidak menyangkalnya
dengan melakukan tes golongan darah atau tes DNA.
Jika embrio diimplantasikan ke dalam rahim wanita lain yang bersuami
maka anak yang dilahirkan merupakan anak sah dari pasangan penghamil
tersebut. Dasar hukum pasal 42 UU No. 1/1974 dan pasal 250 KUH
Perdata.
3). Jika semua benihnya dari pendonor
Jika sel sperma maupun sel telurnya berasal dari orang yang tidak terikat
pada perkawinan, tapi embrio diimplantasikan ke dalam rahim seorang
wanita yang terikat dalam perkawinan maka anak yang lahir mempunyai
status anak sah dari pasangan Suami Istri tersebut karena dilahirkan oleh
seorang perempuan yang terikat dalam perkawinan yang sah.
Jika diimplantasikan ke dalam rahim seorang gadis maka anak tersebut
memiliki status sebagai anak luar kawin karena gadis tersebut tidak terikat
perkawinan secara sah dan pada hakekatnya anak tersebut bukan pula
anaknya secara biologis kecuali sel telur berasal darinya. Jika sel telur
berasal darinya maka anak tersebut sah secara yuridis dan biologis sebagai
anaknya. Dari tinjauan yuridis menurut hukum perdata barat di Indonesia
terhadap kemungkinan yang terjadi dalam program fertilisasi-in-vitro
transfer embrio ditemukan beberapa kaidah hukum yang sudah tidak
relevan dan tidak dapat meng-cover kebutuhan yang ada serta sudah tidak
sesuai lagi dengan perkembangan yang ada khususnya mengenai status
sahnya anak yang lahir dan pemusnahan kelebihan embrio yang
diimplantasikan ke dalam rahim ibunya. Secara khusus, permasalahan
mengenai inseminasi buatan dengan bahan inseminasi berasal dari orang
yang sudah meninggal dunia, hingga saat ini belum ada penyelesaiannya di
Indonesia. Perlu segera dibentuk peraturan perundang-undangan yang
secara khusus mengatur penerapan teknologi fertilisasi-in-vitro transfer
embrio ini pada manusia mengenai hal-hal apakah yang dapat dibenarkan
dan hal-hal apakah yang dilarang.
Dari tabel tampak jelas bahwa teknik bayi tabung dan inseminasi buatan yang
dibenarkan menurut moral dan hukum islam adalah teknik yang tidak melibatkan
pihak ketiga serta perbuatan itu dilakukan karena adanya hajat dan tidak untuk main-
main atau percobaan. Sedangkan teknik bayi tabung atau inseminasi buatan yang
melibatkan pihak ketiga hukumnya haram.
Alasan syar’i tentang haramnya keterlibatan (benih atau rahim) pihak ketiga tersebut
merujuk kepada maksud larangan berbuat zina ( lihat al-quran, antara lain surat Al
isra’ [17] : 32). Secara filosofis larangan zina itu didasarkan atas dua hal. Pertama,
“ tindakan melacur” (al-fujur, al-fahisyah) dan kedua, akibat tindakan itu dapat
menyebabkan “kaburnya keturunan” (ikhtilath al-ansab).
Rasulullah menyatakan :
“Tidak ada dosa lebih berat dari perbuatan syirik (menyekutukan Tuhan ) melainkan
dosa seseorang yang mentransplantasikan “benih” kepada rahim wanita yang tidak
halal baginya”.
Dalam hal pihak ketiga merupakan istri sah, maka para ulama dalam hal ini
menolaknya karena bertentangan dengan maksud ayat Al-Quran Surah Al-Baqaroh
[2] : 195 yang artinya : “…Dan janganlah kalian menjatuhkan dirimu sendiri dalam
kebiasaan…”.
Inseminasi buatan endahngan donor itu pada hakikatnya merendahkan harkat manusia
sejajar dengan hewan yang di inseminasi. Hadist Nabi :
“Tidak halal bagi seseorang yang beriman pada Allah dan hari Akhir menyiramkan
airnya (sperma) pada tanaman orang lain(vagina istri orang lain).” (Hadist Riwayat
Abu Daud,Al-Tirmizi) dan hadist ini dipandang sahih oleh Ibnu Hibban.
3. Pandangan Agama Kristen Katolik
Gereja katolik tidak mengijinkan bayi tabung. Sebab bayi tabung merupakan
teknologi fertilisasi atau Konsepsi yang dilakukan oleh para ahli. Jika manusia mengolah
bayi tabung, artinya manusia itu sudah melampaui kewajaran atau melebihi kuasa Allah
Bapa yang sudah menciptakan manusia. Fertilisasi in vitro menghapuskan tindakan kasih
perkawinan sebagai sarana terjadinya kehamilan, dan bukannya membantu tindakan kasih
suami isteri itu mencapai tujuannya yang alami.
Kehidupan baru tidak dibuahkan melalui suatu tindakan kasih antara suami dan isteri,
melainkan melalui suatu prosedur laboratorium yang dilakukan oleh para dokter atau ahli
medis. Suami dan isteri hanya sekedar sebagai sumber “bahan baku” telur dan sperma, yang
kemudian dimanipulasi oleh seorang ahli sehingga menyebabkan sperma membuahi telur.
Tak jarang pula dipergunakan telur atau sperma dari “donor”. Artinya, ayah atau ibu genetik
dari anak bisa saja seorang lain dari luar perkawinan. Hal ini dapat menimbulkan situasi
yang membingungkan bagi si anak kelak, apabila ia mengetahui bahwa salah satu dari
orangtua yang membesarkannya, bukanlah orangtua bilogisnya.
Menurut gereja katolik pernikahan bukanlah tujuan untuk mendapatkan anak, tetapi
ada tujuan lain, yaitu untuk menyatukan seorang laki-laki dan seorang wanita yang sudah
direncanakan Tuhan. Dengan melihat janji pernikahan menurut agama katolik, yaitu:
1) Tidak boleh diceraikan, kecuali oleh maut.
2) Suka
3) Duka
4) Miskin dan
5) Kaya.
Seorang anak akan diberikan Tuhan jika calon orang tua sudah siap. Karena apa
yang diberikan Tuhan, itu semua adalah rencana-Nya, dan itu baik buat manusia. Persatuan
cinta suami istri berlansung secara jasmaniah sedangkan bayi tabung mengingkari kodrat
perkawinan.
Seorang suami karena ingin memiliki anak lalu dia ingin menikah lagi dengan wanita
lain sangat dilarang oleh agama katolik. Karena pernikahan dilakukan untuk seumur hidup
baik suka maupun duka.
Praktek IVF / bayi tabung dan ET itu tidak sesuai dengan ajaran Gereja Katolik, karena
beberapa alasan, diantaranya :
a. Umumnya IVF melibatkan aborsi, karena embrio yang tidak berguna
dihancurkan/dibuang.
b. IVF adalah percobaan yang tidak mempertimbangkan harkat sang bayi sebagai
manusia, melainkan hanya untuk memenuhi keinginan orang tua.
c. Pengambilan sperma dilakukan dengan masturbasi. Masturbasi selalu dianggap
sebagai perbuatan dosa, dan tidak pernah dibenarkan.
d. Persatuan sel telur dan sperma dilakukan di luar hubungan suami istri yang normal.
e. Praktek IVF atau bayi tabung menghilangkan hak sang anak untuk dikandung dengan
normal, melalui hubungan perkawinan suami istri. Jika melibatkan ‘ibu angkat’, ini
juga berarti menghilangkan haknya untuk dikandung oleh ibunya yang asli.
bayi tabung boleh dilakukan asalkan dilakukan oleh pasangan suami isteri
yang sah dan tidak melibatkan orang lain. Maksudnya tidak menyewa rahim atau
mengambil sel telur milik wanita lain selain isterinya. Dan tidak mengambil atau
menggunakan sperma laki-laki lain selain suaminya. Mengapa? karena lebih baik orang
itu suami atau isteri menikah lagi, dari pada melakukan hal ini. Karena perbuatan ini
adalah pebuatan berzinah. Sebab ada tertulis "Jangan berzinah"(Keluaran 20:14).
Alangkah baiknya jika pasangan suami isteri yang ingin memiliki anak mengikuti
program ini, dari pada suami tidak menikahi isteri orang lain dan melakukan hal-hal
yang tidak diinginikan.
Demikain halnya dengan pasangan suami isteri yang tidak memiliki biaya
untuk mengikuti program bayi tabung bisa mengandalkan doa. Seperti yang terdapat di
Lukas 1:5-25 [Pemberitahuan tentang kelahiran Yohanes Pembabtis). Dalam Bagian ini
diceritakan bahwa Elisabet adalah perempuan mandul. Karena Rlisabet dan suaminya
Zakharia meminta dengan sungguh-sungguh dan tanpa henti-henti akhirnya Tuhan
menjawab doa mereka. TUHAN mengutus malaikatnya untuk menyampaikan kabar ini
kepada Zakaria pada saat Zakaria membakar ukupan di Bait Suci. Malaikat juga
mengatakan bahwa ketika anak itu lahir Zakaria harus menamai anak itu Yohanes.
Bayi tabung bukan dilakukan melalui hubungan seks. Itulah sebabnya agama
Kristen menyetujui. Karena pada mulanya Tuhan Yesus lahir kebumi bukan melalui
hubungan seks antara Maaria dan Yusuf, melainkan melalui roh kudus. (Lukas 2:28-38;
Pemberitahuan tentang Kelahiran Yesus)