Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEBIDANAN PADA NY “D” DENGAN GANGGUAN

AKTIVITAS DI RUANG DAHLIA RSUD KOTA MADIUN

Disusun Oleh :

DEWI PUSPITASARI (201801010)

PRODI DIII KEBIDANAN

STIKES BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN

2018/2019
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan pendahuluan dan Asuhan kebidanan Pada Ny “D”. Dengan


diagnosa Cerebro Vascular Accident (CVA) yang mengalami Gangguan
Kebutuhan “AKTIVITAS” di ruang Dahlia RSUD kota madiun

Nama Mahasiswa :Dewi Puspitasari


NIM : 201801010

Laporan pendahuluan dan Asuhan Kebidanan ini telah disetujui dan di sahkan pada
:

Hari :
Tanggal :

Mahasiswa

(Dewi Puspitasari)

Mengetahui
Pembimbing Akademik Pembimbing ruangan

(Ika Ayu Purnamasari, S.SiT., M.Kes) (Lilik Susilowati S.kep.Ns)


LAPORAN PENDAHULUAN

STROKE / CEREBRO VASCULAR ACCIDENT (CVA)

I. TINJAUAN TEORI
A. Konsep Dasar Penyakit
Stroke merupakan penyakit neurologis yang sering dijumpai dan
harus ditangani secara cepat dan tepat. Stroke merupakan kelainan fungsi
otak yang timbul mendadak yang disebabkan karena terjadinya gangguan
peredaran darah otak dan bisa terjadi pada siapa saja dan kapan saja
(Muttaqin, 2008).
Menurut WHO stroke adalah adanya tanda-tanda klinik yang
berkembang cepat akibat gangguan fungsi otak fokal (atau global) dengan
gejala-gejala yang berlangsung selama 24 jam atau lebih yang menyebabkan
kematian tanpa adanya penyebab lain yang jelas selain vaskuler.
Stroke adalah cedera otak yang berkaitan dengan obstruksi aliran
darah otak (Corwin, 2009). Stroke atau cedera cerebrovaskuler
adalah kehilangan fungsi otak yang diakibatkan oleh berhentinya suplai
darah ke bagian otak sering ini adalah kulminasi penyakit serebrovaskuler
selama beberapa tahun (Smeltzer et al, 2002).
A). PENGERTIAN CVA

1. Stroke dapat diklasifikasikan menurut patologi dan gejala kliniknya,


yaitu: (Muttaqin, 2008)
a. Stroke Hemoragi,
Merupakan perdarahan serebral dan mungkin perdarahan
subarachnoid. Disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah otak pada
daerah otak tertentu. Biasanya kejadiannya saat melakukan aktivitas atau
saat aktif, namun bisa juga terjadi saat istirahat. Kesadaran pasien
umumnya menurun. Perdarahan otak dibagi dua, yaitu:
1) Perdarahan intraserebra
Pecahnya pembuluh darah (mikroaneurisma) terutama karena
hipertensi mengakibatkan darah masuk ke dalam jaringan otak,
membentuk massa yang menekan jaringan otak, dan menimbulkan
edema otak. Peningkatan TIK yang terjadi cepat, dapat
mengakibatkan kematian mendadak karena herniasi otak. Perdarahan
intraserebral yang disebabkan karena hipertensi sering dijumpai di
daerah putamen, thalamus, pons dan serebelum.
2) Perdarahan subaraknoid
Pedarahan ini berasal dari pecahnya aneurisma berry atau AVM.
Aneurisma yang pecah ini berasal dari pembuluh darah sirkulasi
willisi dan cabang-cabangnya yang terdapat diluar parenkim
otak.Pecahnya arteri dan keluarnya keruang subaraknoid
menyebabkan TIK meningkat mendadak, meregangnya struktur peka
nyeri, dan vasospasme pembuluh darah serebral yang berakibat
disfungsi otak global (sakit kepala, penurunan kesadaran) maupun
fokal (hemiparase, gangguan hemisensorik, dll)
b. Stroke Non Hemoragi
Dapat berupa iskemia atau emboli dan thrombosis serebral, biasanya
terjadi saat setelah lama beristirahat, baru bangun tidur atau di pagi
hari. Tidak terjadi perdarahan namun terjadi iskemia yang
menimbulkan hipoksia dan selanjutnya dapat timbul edema sekunder.
Kesadaran umumnya baik.
2. Menurut perjalanan penyakit atau stadiumnya, yaitu:
a. TIA (Trans Iskemik Attack) gangguan neurologis setempat yang
terjadi selama beberapa menit sampai beberapa jam saja. Gejala yang
timbul akan hilang dengan spontan dan sempurna dalam waktu kurang
dari 24 jam.
b. Stroke involusi: stroke yang terjadi masih terus berkembang dimana
gangguan neurologis terlihat semakin berat dan bertambah buruk.
Proses dapat berjalan 24 jam atau beberapa hari.
c. Stroke komplit: dimana gangguan neurologi yang timbul sudah
menetap atau permanen . Sesuai dengan istilahnya stroke komplit
dapat diawali oleh serangan TIA berulang.
B). ETIOLOGI
a Thrombosis Cerebral
Thrombosis ini terjadi pada pembuluh darah yang mengalami oklusi
sehingga menyebabkan iskemi jaringan otak yang dapat menimbulkan
oedema dan kongesti di sekitarnya. Thrombosis biasanya terjadi pada
orang tua yang sedang tidur atau bangun tidur. Hal ini dapat terjadi
karena penurunan aktivitas simpatis dan penurunan tekanan darah yang
dapat menyebabkan iskemi serebral. Tanda dan gejala neurologis
memburuk pada 48 jam setelah trombosis.
b Haemorhagi
Perdarahan intrakranial atau intraserebral termasuk perdarahan
dalam ruang subarachnoid atau kedalam jaringan otak sendiri.
Perdarahan ini dapat terjadi karena atherosklerosis dan hypertensi.
Akibat pecahnya pembuluh darah otak menyebabkan perembesan darah
kedalam parenkim otak yang dapat mengakibatkan penekanan,
pergeseran dan pemisahan jaringan otak yang berdekatan, sehingga otak
akan membengkak, jaringan otak tertekan, sehingga terjadi infark otak,
oedema, dan mungkin herniasi otak.
C). DAMPAK STROKE
Stoke menyebabkan defisit neurologik, bergantung pada lokasi lesi
(pembuluh darah mana yang tersumbat), ukuran area yang perfusinya tidak
adekuat dan jumlah aliran darah kolateral. Stroke akan meninggalkan gejala
sisa karena fungsi otak tidak akan membaik sepenuhnya.
1. Kelumpuhan pada salah satu sisi tubuh (hemiparese atau hemiplegia)
2. Lumpuh pada salah satu sisi wajah anggota badan (biasanya hemiparesis)
yang timbul mendadak.
3. Tonus otot lemah atau kaku
4. Menurun atau hilangnya rasa
5. Gangguan lapang pandang “Homonimus Hemianopsia”
6. Afasia (bicara tidak lancar atau kesulitan memahami ucapan)
7. Disartria (bicara pelo atau cadel)
8. Gangguan persepsi
9. Gangguan status mental
10. Vertigo, mual, muntah, atau nyeri kepala.
D). PATOFISIOLOGI

Infark serbral adalah berkurangnya suplai darah ke area tertentu di otak.


Luasnya infark bergantung pada faktor-faktor seperti lokasi dan besarnya
pembuluh darah dan adekuatnya sirkulasi kolateral terhadap area yang
disuplai oleh pembuluh darah yang tersumbat. Suplai darah ke otak dapat
berubah (makin lmbat atau cepat) . Thrombus dapat pecah dari dinding
pembuluh darah terbawa sebagai emboli dalam aliran darah. Thrombus
mengakibatkan; iskemia jaringan otak yang disuplai oleh pembuluh darah
yang bersangkutan dan edema dan kongesti disekitar area.
Perdarahan pada otak lebih disebabkan oleh ruptur arteriosklerotik
dan hipertensi pembuluh darah. Perdarahan intraserebral yang sangat luas
akan menyebabkan kematian dibandingkan dari keseluruhan penyakit
cerebro vaskuler, karena perdarahan yang luas terjadi destruksi massa otak,
a. KOMPLIKASI
Setelah mengalami stroke pasien mungkin akan mengalmi
komplikasi, komplikasi ini dapat dikelompokan berdasarkan:
1. Berhubungan dengan immobilisasi  infeksi pernafasan, nyeri pada
daerah tertekan, konstipasi dan thromboflebitis.
2. Berhubungan dengan paralisis  nyeri pada daerah punggung,
dislokasi sendi, deformitas dan terjatuh
3. Berhubungan dengan kerusakan otak  epilepsi dan sakit kepala.
4. Hidrocephalus
Individu yang menderita stroke berat pada bagian otak yang
mengontrol respon pernapasan atau kardiovaskuler dapat meninggal.
b. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Angiografi serebral
Menentukan penyebab stroke scr spesifik seperti perdarahan atau
obstruksi arteri.
2. Single Photon Emission Computed Tomography (SPECT).
Untuk mendeteksi luas dan daerah abnormal dari otak, yang juga
mendeteksi, melokalisasi, dan mengukur stroke (sebelum nampak oleh
pemindaian CT).
3. CT scan
Penindaian ini memperlihatkan secara spesifik letak edema, posisi
hematoma, adanya jaringan otak yang infark atau iskemia dan posisinya
secara pasti.
4. MRI (Magnetic Imaging Resonance)
Menggunakan gelombang megnetik untuk menentukan posisi dan
besar terjadinya perdarahan otak. Hasil yang didapatkan area yang
mengalami lesi dan infark akibat dari hemoragik.
5. EEG
Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat masalah yang timbul dan
dampak dari jaringan yang infark sehingga menurunya impuls listrik
dalam jaringan otak.
6. Pemeriksaan laboratorium
a) Lumbang fungsi: pemeriksaan likuor merah biasanya dijumpai pada
perdarahan yang masif, sedangkan pendarahan yang kecil biasanya
warna likuor masih normal (xantokhrom) sewaktu hari-hari pertama.
b) Pemeriksaan darah rutin (glukosa, elektrolit, ureum, kreatinin)
c) Pemeriksaan kimia darah: pada strok akut dapat terjadi
hiperglikemia.
d) gula darah dapat mencapai 250 mg di dalam serum dan kemudian
berangsur-rangsur turun kembali.
e) Pemeriksaan darah lengkap: untuk mencari kelainan pada darah itu
sendiri.
E). PENATALAKSANAAN MEDIS
Tujuan intervensi adalah berusaha menstabilkan tanda-tanda vital
dengan melakukan tindakan sebagai berikut:
1. Mempertahankan saluran nafas yang paten yaitu lakukan pengisapan
lendiryang sering, oksigenasi, kalau perlu lakukan trakeostomi,
membantu pernafasan.
2. Mengendalikan tekanan darah berdasarkan kondisi pasien, termasuk
untuk usaha memperbaiki hipotensi dan hipertensi.
3. Berusaha menentukan dan memperbaiki aritmia jantung.
4. Menempatkan pasien dalam posisi yang tepat, harus dilakukan secepat
mungkin pasien harus dirubah posisi tiap 2 jam dan dilakukan latihan-
latihan gerak pasif.
5. Mengendalikan hipertensi dan menurunkan TIK
Dengan meninggikan kepala 15-30 menghindari flexi dan rotasi kepala
yang berlebihan.
B. Konsep Dasar Kebutuhan Dasar Manusia
1. Definisi
Aktivitas adalah gerakan tubuh yang dihasilkan otot rangka yang
memrlukan suatu pengeluaran energi. Kurangnya aktivitas fisik akan
menjadi salah sau faktor independen dalam suatu penyakit kronis yang
menyebabkan kematian secara global (WHO,2008)
1) Fisiologi Pergerakan
a. Sistem Mukuloskeletal
Sistem muskuloskeletal terdiri atas rangka (tulang), otot dan
sendi. Sistem ini berperan dalam pergerakan dan aktivitas manusia.
Sementara otot berperan dalam proses pergerakan, memberi bentuk
pada postur tubuh dan memproduksi panas melalui aktivitas
kontraksi otot. Rangka memiliki beberapa fungsi yaitu:
a) Menyokong jaringan tubuh, termasuk membentuk postur tubuh
b) Melindungi bagian tubuh yang lunak, seperti otak, paru-paru,dll
c) Sebagai tempat melekatnya otot dan tendon, termasuk ligamen
d) Sebagi sumber mineral, seperti garam, fosfat dan lemak
e) Berperan dalam proses hematopoiesis (produksi sel darah)
b. Sistem Persarafan
a) Saraf aferen (reseptor), berfungsi menerima rangsangan dari luar
kemudian meneruskannya ke susunan saraf pusat
b) Sel saraf atau neuron, berfungsi membawa implus dari bagian
tubuh satu ke bagian tubuh lainnya
c) Sistem saraf pusat (SSP), berfungsi memproses implus dan
kemudian memberikan respon melalui saraf eferen
d) Saraf eferen, berfungsi menerima respon dari SSP kemudian
meneruskan ke otot rangka
2. Mekanika Tubuh
Suatu usaha mengkoordinasikan sistem muskuloskeletal dan sistem
saraf dalam mempertahankan keseimbangan, postur dan kesejajaran tubuh
selama mengangkat, membungkukm bergerak dan melakukan aktvitas
sehari-hari. Mekanika tubuh adalah pernggunaan organ tubuh secara efisien
dan efektif sesuai dengan fungsinya. Gangguan mekanika tubuh dapat
terjadi pada individu yang menjalani tirah baring lama karena terjadi
penurunan kemampuan tonus otot. Mekanika tubuh meliputi tiga elemen
dasar yaitu sebagai berikut:
a. Body alignment (postur tubuh)
b. Balance/keseimbangan
c. Coordinated body movement (gerakan tubuh yang terkoordinasi)
3. Faktor yang Mempengaruhi Mekanika Tubuh
a. Status kesehatan
b. Nutrisi
c. Emosi
d. Situasi dan kebiasaan
e. Gaya hidup
f. Pengetahuan
4. Mobilisasi
Kemampuan individu untuk bergerak secara bebas, mudah dan
teratur dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan aktivitas guna
mempertahankan kesehatannya. Mobilisasi terdiri dari beberapa jenis
yaitu:
a. Mobilisasi penuh, kemampuan sesorang untuk bergerak secara penuh
dan bebas sehingga dapat melakukan interaksi sosial dan perannya.
b. Mobilisasi sebagian, kemampuan seseorang untuk bergerak dengan
batasan jelas dan tidak mampu bergerak secara bebas. Hal ini dijumpai
pada kasus cedera atau patah tulang dengan pemasangan traksi. Pada
pasien parapelgi dapat mengalamii mobilisasi sebagian pada
ekstermitas bawah karena kehilangan kontrol motorik dan sensorik.
Mobilisasi sebagaian dibagi menjadi dua, yaitu:
a) Mobilisasi sebagaian temporer, kemampuan individu untuk
bergerak dengan batasan yang sifatnya sementara
b) Mobilisasi permanen, kemampuan individu untuk bergerak dengan
batasan yang sifatnya menetap.
5. Faktor yang Mempengaruhi Mobilisasi
a. Gaya hidup
b. Proses penyakit / cedera
c. Kebudayaan
d. Tingkat energi
e. Usia dan status perkembangan
6. Imobilisasi
Keadaan dimana seseorang tidak dapat bergerk bebas karena kondisi
yang mengganggu pergerakan (aktivitas). Imobilisasi terdiri dari:
a. Imobilisasi fisik, batasan untuk bergerak secara fisik dengan tujuan
mencegah terjadinya gangguan komplikasi pergerakan
b. Imobilisasi intelektual, keadaan ketika seseorang mengalami
keterbatasan daya pikir
c. Imobilisasi emosional, keadaan ketika seseorang mengalami
pembatasan secara emosional karena adanya perubahan secara tiba-tiba
d. Imobilisasi sosial, keadaan individu yang mengalami hambatan dalam
melakukan interaksi sosial karena keadaan penyakit
7. Masalah Pada Kesejajaran Tubuh dan Mobilisasi
a. Kelainan postur
b. Gangguan perkembangan otot
c. Kerusakan sistem saraf pusat
d. Trauma langsung pada sistem muskuloskeletal
8. Terapi ROM
a. Definisi ROM
Latihan range of motion (ROM) adalah latihan yang dilakukan
untuk mempertahankan atau memperbaiki tingkat kesempurnaan
kemampuan menggerakan persendian secara normal dan lengkap
untuk meningkatkan massa otot dan tonus otot dan sebagai dasar
untuk menetapkan adanya kelainan ataupun untuk menyatakan batas
gerakan sendi yang abnormal.

b. Tujuan ROM
1) Mempertahankan atau memelihara kekuatan otot
2) Memelihara mobilitas persendian.
3) Merangsang sirkulasi darah.
4) Mencegah kelainan bentuk.
c. Prinisp Dasar Latihan ROM
1) ROM harus di ulang sekitar 8 kali dan harus di kerjakan minimal
2 kali sehari
2) ROM di lakukan perlahan dan hati – hati sehingga tidak
melelahkan pasien
3) Dalam merencanakan program latihan ROM, perhatikan umur
pasien,diagnosa, tanda – tanda vital dan lamanya tirah baring.
4) Bagian-bagian tubuh yang dapat di lakukan latihan ROM adalah
leher, jari, lengan, siku, bahu, tumit, kaki, dan pergelangan kaki.
5) ROM dapat di lakukan pada semua persendian atau hanya pada
bagian-bagian yang di curigai mengalami proses penyakit
6) Melakukan ROM harus sesuai waktunya. Misalnya setelah mandi
atau perawatan rutin telah di lakukan.
d. Manfaat ROM
1) Meningkatkan mobilitas sendi
2) Memperbaiki toleransi otot untuk latihan
3) Meningkatkan massa otot
4) Mengurangi kehilangan tulang
5) Menentukan nilai kemampuan sendi tulang dan oto dalam
melakukan pergerakan
6) Mengkaji tulang sendi otot
7) Mencegah terjadinya kekakuan sendi
8) Memperlancar sirkulasi darah
9) Memperbaiki tonus otot
e. Gerakan ROM
1) Leher, spina, serfikal
Fleksi : Menggerakan dagu menempel ke dada,
rentang 45°
Ekstensi : Mengembalikan kepala ke posisi tegak,
rentang 45°
Hiperektensi : Menekuk kepala ke belakang sejauh
mungkin, rentang 40-45°
Fleksi lateral : Memiringkan kepala sejauh mungkin sejauh
mungkin kearah setiap bahu, rentang 40-45°
Rotasi : Memutar kepala sejauh mungkin dalam
gerakan sirkuler, rentang 180° Ulangi gerakan
berturut-turut sebanyak 4 kali.
2) Bahu
Fleksi : Menaikan lengan dari posisi di samping
tubuh ke depan ke posisi di atas kepala, rentang 180°
Ekstensi : Mengembalikan lengan ke posisi di samping
tubuh, rentang 180°
Hiperektensi : Mengerkan lengan kebelakang tubuh, siku
tetap lurus, rentang 45-60°
Abduksi : Menaikan lengan ke posisi samping di atas
kepala dengan telapak tangan jauh dari kepala, rentang
180°
Adduksi : Menurunkan lengan ke samping dan
menyilang tubuh sejauh mungkin, rentang 320°
Rotasi dalam : Dengan siku pleksi, memutar bahu dengan
menggerakan lengan sampai ibu jari menghadap ke
dalam dan ke belakang, rentang 90°
Rotasi luar : Dengan siku fleksi, menggerakan lengan
sampai ibu jari ke atas dan samping kepala, rentang
90°
Sirkumduksi : Menggerakan lengan dengan lingkaran
penuh,rentang360° Ulang gerakan berturut-turut
sebanyak 4 kali.
3) Siku
Fleksi : Menggerakkan siku sehingga lengan bahu bergerak
ke depan sendi bahu dan tangan sejajar bahu, rentang
150°
Ektensi : Meluruskan siku dengan menurunkan tangan,
rentang 150°
4) Lengan bawah
Supinasi :Memutar lengan bawah dan tangan sehingga telapak
tangan menghadap ke atas, rentang 70-90°
Pronasi :Memutar lengan bawah sehingga telapak tangan
menghadap ke bawah, rentang 70-90° Ulang gerakan
berturut-turut sebanyak 4 kali.
5) Pergelangan tangan
Fleksi :Menggerakan telapak tangan ke sisi bagian dalam
lengan bawah, rentang 80-90°
Ekstensi :Mengerakan jari-jari tangan sehingga jari-jari,
tangan, lengan bawah berada dalam arah yang sama,
rentang 80-90°
Hiperekstensi : Membawa permukaan tangan dorsal ke belakang
sejauh mungkin, rentang 89-90°
Abduksi :Menekuk pergelangan tangan miring ke ibu jari,
rentang 30°
Adduksi :Menekuk pergelangan tangan miring ke arah lima
jari, rentang 30-50° Ulang gerakan berturut-turut
sebanyak 4 kali.
6) Jari- jari tangan
Fleksi : Membuat genggaman, rentang 90°
Ekstensi : Meluruskan jari-jari tangan, rentang 90°
Hiperekstensi : Menggerakan jari-jari tangan ke belakang sejauh
mungkin, rentang 30-60°
Abduksi : Mereggangkan jari-jari tangan yang satu dengan
yang lain, rentang 30°
Adduksi : Merapatkan kembali jari-jari tangan, rentang 30°
Ulang gerakan berturut-turut sebanyak 4 kali.
7) Ibu jari
Fleksi : Mengerakan ibu jari menyilang permukaan telapak
tangan, rentang 90°
Ekstensi : menggerakan ibu jari lurus menjauh dari tangan,
rentang 90°
Abduksi : Menjauhkan ibu jari ke samping, rentang 30°
Adduksi : Mengerakan ibu jari ke depan tangan, rentang 30°
Oposisi : Menyentuhkan ibu jari ke setiap jari-jari tangan pada
tangan yang sama. Ulang gerakan berturut-turut
sebanyak 4 kali.
8) Pinggul
Fleksi : Mengerakan tungkai ke depan dan atas, rentang 90-
120°
Ekstensi : Menggerakan kembali ke samping tungkai yang
lain, rentang 90-120°
Hiperekstensi : Mengerakan tungkai ke belakang tubuh, rentang
30-50°
Abduksi : Menggerakan tungkai ke samping menjauhi tubuh,
rentang 30-50°
Adduksi : Mengerakan tungkai kembali ke posisi media dan
melebihi jika mungkin, rentang 30-50°
Rotasi dalam : Memutar kaki dan tungkai ke arah tungkai lain,
rentang 90°
9) Lutut
Fleksi : Mengerakan tumit ke arah belakang paha, rentang
120-130°
Ekstensi : Mengembalikan tungkai kelantai, rentang 120-130°
Ulang gerakan berturut-turut sebanyak 4 kali.
10) Mata kaki
Dorsifleksi : Menggerakan kaki sehingga jari-jari kaki
menekuk ke atas, rentang 20-30°
Flantarfleksi : Menggerakan kaki sehingga jari-jari kaki
menekuk ke bawah, rentang 45-50°. Ulang gerakan
berturut-turut sebanyak 4 kali.
11) Kaki
Inversit : Memutar telapak kaki ke samping dalam, rentang 10°
Eversi : Memutar telapak kaki ke samping luar, rentang 10°
Ulang gerakan berturut-turut sebanyak 4 kali.
12) Jari-Jari Kaki
Fleksi : Menekukkan jari-jari kaki ke bawah, rentang 30-
60°
Ekstensi : Meluruskan jari-jari kaki, rentang 30-60°
Abduksi : Menggerakan jari-jari kaki satu dengan yang lain,
rentang 15°
Adduksi : Merapatkan kembali bersama-sama, rentang 15°
Ulang gerakan berturut-turut sebanyak 4 kali
ASUHAN KEBIDANAN
KEBUTUHAN DASAR MANUSIA DENGAN GANGGUAN AKTIVITAS

A. PENGKAJIAN
a. Tingkat aktivitas sehari-hari
1) Pola aktivitas sehari-hari
2) Jenis, frekuensi, dan lamanya latihan fisik
b. Tingkat kelelahan
1) Aktivitas yang membuat lelah
2) Riwayat sesak napas
c. Gangguan pergerakan
1) Penyebab gangguan pergerakan
2) Tanda dan gejala
3) Efek dari gangguan pergerakan
d. Pemeriksaan fisik
1) Tingkat kesadaran
2) Postur atau bentuk tubuh: skoliosis, kiposis, lordosis, cara berjalan
3) Ekstremitas:
a) Kelemahan
b) Gangguan sensorik
c) Tonus otot
d) Atropi
e) Tremor
f) Gerakan tak terkendali
g) Kekuatan otot
h) Kemampuan berjalan, duduk, berdiri
i) Nyeri sendi
j) Kekakuan sendi
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN INTERVENSI
a. Intoleransi aktifitas
Definisi : kondisi dimana seseorang mengalami penurunan energy fisiologis
untuk melakukan aktifitas sehari-hari.
Kemungkinan berhubungan dengan:
1) Kelemahan umum
2) Bedrest yang lama/ imobilisasi
3) Motivasi yang kurang
4) Pembatasan pergerakan
5) Nyeri

Kemungkinan data yang ditemuakan:


1) Verbal adanya kelemahan
2) Sesak nafas / pucat
3) Kesulitan dalam pergerakan
4) Abnormal nadi, tekanan darah terhadap respons aktivitas

Kondisi klinis kemungkinan terjadi pada :


1) Anemia
2) Gagal jantung
3) Gangguan jantung
4) Kardiak aritmia
5) COPD
6) Gangguan metabolisme
7) Gangguan muskuloskelatal

Tujuan yang diharapakan:


1) Kelemahan berkurang
2) Berpartisipasi dalam perawatan diri
3) Mempertahankan kemampuan aktivitas septimal mungkin.

b. Ganggauan mobilitas fisik


Definisi : kondisi dimana pasien tidak mampu melakukan pergerakan secara
mandiri.
Kemungkinan berhubungan dengan:
1) Gangguan persepsi kognitif
2) Imobilisasi
3) Gangguan neuromuskuler
4) Kelemahan /paralisis
5) Pasien dengan traksi

Kemungkinan data yang ditemukan:


1) Gangguan dalam pergerakan
2) Keterbatasan dalam pergerakan
3) Menurunnya kekuatan otot
4) Nyeri saat pergerakan
5) Kontraksi dan atropi otot

Kondisi klinis terjadi pada:


1) Fraktur kasus dengan traksi
2) Reumatik atritis
3) Stroke
4) Depresi
5) Ganggaun neuromuskuler

Tujuan yang diharapkan:


1) Pasien dapat menunjukkan peningkatan mobilitas
2) Pasien mengatakn terjadi peningkatan aktivitas
DAFTAR PUSTAKA

Alfun. 2015, Laporan Pendahuluan Stroke Cerebro Vascular Accident Cva, 15

Agustus 2019, http://www.academia.edu/27500338/Laporan Penda-


Huluan_Stroke_Cerebro_Vascular_Accident_Cva.html

Haswita & Sulistyowati (2017). Kebutuhan Dasar Manusia. Yogyakarta: Trans


Info media
Muttaqin, Arif. 2008. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Persarafan. Jakarta: Salemba Medika

Santosa, Budi. 2007. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006.


Jakarta: Prima Medika

Suherman, Adi. 2016, KDM GANGGUAN AKTIVITAS. 15 Agustus 2019,

https://www.scribd.com/doc/297566456/Lp-Aktivitas-Istirahat-Tidur

Anda mungkin juga menyukai