Anda di halaman 1dari 12

MENGANALISIS TENTANG REPRODUKSI BUATAN MENURUT AGAMA

BERDASARKAN AL-QUR’AN , AL- HADITS, DAN PENDAPAT ULAMA SERTA


PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

MATA KULIAH : ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN


DOSEN PENGEMPU : LUCIA ANI K., S.Si.T, M.Kes

Disusun oleh kelompok 10 :


1. Endah Maharani (201801012)
2. Mirta Safaatalia D (201801020)

STIKES BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN


PRODI D3 KEBIDANAN
TAHUN 2018/2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang MahaEsa karena berkat rahmat dan
hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah Etika dan Hukum Kesehatan ini
dengan judul "Menganalisis tentang Reproduksi Buatan menurut Agama berdasarkan Al-
Qur’an, Al- Hadits, dan Pendapat Ulama serta Peraturan Perundang-Undangan ” tepat pada
waktunya. Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai salah satu metode
pembelajaran bagi mahasiswa-mahasiswi Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bhakti Husada
Mulia Madiun.Kami sebagai manusia yang jauh dari kesempurnaan tentunya sadar akan
segala kekurangan dalam pembuatan makalah ini dan kami akan sangat bangga apabila
makalah yang kami susun ini mendapatkan saran maupun kritik yang bersifat membangun.
Tidak lupa kami hanturkan permohonan maaf apabila makalah yang kami buat terdapat suatu
kesalahan.Kami sampaikan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu
tersusunnya makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan dapat memberikan
tambahan ilmu pengetahuan bagi para pembaca.

Madiun, 5 November 2019

Tim Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .................................................................................................... 1
DAFTAR ISI ............................................................................................................................. 2
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................... 3
A. Latar Belakang .............................................................................................................
B. Rumusan Masalah ........................................................................................................
C. Tujuan ..........................................................................................................................
D. Manfaat ........................................................................................................................
..........................................................................................................................................
BAB II TINJAUAN TEORI.......................................................................................... 4
A. Reproduksi Buatan ......................................................................................................
B. Reproduksi Buatan dan Hukum ...................................................................................
C. Reproduksi Buatan dan Agama ....................................................................................
BAB III PENUTUP ......................................................................................................... 5
A. Kesimpulan ..................................................................................................................
B. Saran ............................................................................................................................
......................................................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................... 6
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Al-Qura’n surat 49:13 dan 75:39 menyebutkan bahwa Allah SWT menjadikan
manusia kepada dua jenis: laki-laki dan perempuan. Kedua jenis kelamin tersebut
masing-masing diberi naluri saling mencintai, dan sebagai buahnya manusia di dunia ini
dapat berkembang baik. Untuk memperoleh keturunan yang sah, sebelumnya manusia
diperintahkan membentuk rumah tangga melalui akad nikah dengan aturan yang telah
ditentukan. Hubungan jenis kelamin itu jika tanpa didahului akad nikah tergolong
perbuatan zina. Dalam Islam, zina dilarang dan hukumnya haram.
Agar tercipta rumah tangga yang bahagia dan sejahtera, Allah SWT dan Rasul-Nya
memberikan petunjuk agar sebelum perkawinan memilih calon yang baik. Diantara
kebahagiaan dan kesejahteraan rumah tangga adalah hadirnya anak seperti yang
didambakan. Pada kenyataannya, kehadiran anak yang didambakan itu ada yang tidak
terwujud.
Prof. Dr .Asri Rasad, MSc, PhD, Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
menyatakan bahwa setidaknya ada 10 – 20 % pasangan suami isteri yang mengalami
kesulitan memperoleh keturunan. Kesulitan memperoleh keturunan bisa dikarenakan
beberapa sebab. Ada sebab yang terdapat di pihak suami dan ada pula yang terdapa di
pihak isteri. Klasifikasi penyebab perceraian yang dibuat Kantor Urusan Agama hanya
menyebut secara umum tentang sebab-sebab perceraian yaitu: 1) Meninggalkan
kewajiban, 2) Krisis akhlak, 3) Biologis, 4) Dimadu, 5) Politis.
Sebagai akibat dari ketidak hadiran anak dalm satu keluarga, setidaknya keluarga
tersebut akan mencari beberapa alternatife misalnya: 1) Menyerah kepada nasib, 2)
Adopsi, 3) Cerai, 4) Poligami , 5) Inseminasi buatan.
Mengenai alternatif terakhir (Inseminasi buatan) yang nota bene penemuan dibidang
teknologi kedokteran, masih banyak persoalan, terutama jika ditinjau dari segi hukum
agama. Oleh sebab itu makalah ini bertujuan untuk mengetahui. Apakah inseminasi
buatan dapat dibenarkan oleh hukum islam? Dan hukum-hukum sepertiapakah yang
berlaku di indonesia menurut UU.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari makalah ini adalah Menganalisis tentang Reproduksi
Buatan menurut Agama berdasarkan Al- Qur’an, Al- Hadits, dan Pendapat Ulama serta
Peraturan Perundang-Undangan

C. Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah Agar mahasiswa mengetahui tentang
Reproduksi buatan menurut Agama berdasarkan Al- Qur’an, Al- Hadits, dan Pendapat
Ulama serta Peraturan Perundang-Undangan

D. Manfaat
1. Bagi Penulis
Dapat menambah wawasan dan pengalaman tentang Reproduksi Buatan
menurut agama berdasarkan Al- Qur’an, Al- Hadits, dan Pendapat Ulama serta
Peraturan Perundang-Undangan
2. Bagi Ilmu pengetahuan
Sebagai salah satu referensi untuk menambah pengetahuan tentang Reproduksi
Buatan menurut agama berdasarkan Al- Qur’an, Al- Hadits, dan Pendapat Ulama
serta Peraturan Perundang-Undangan
3. Bagi Institusi Pendidikan
Dapat digunakan sebagai informasi bagi institusi pendidikan dalam
pengembangan dan peningkatan mutu pendidikan di masa yang akan datang.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Reproduksi Buatan
Teknologi Reproduksi Buatan pada Manusia Pada dasarnya proses pembuahan yang
alami terjadi dalam rahim manusia melalui cara yang alami pula (hubungan seksual). Akan
tetapi pada kondisi tertentu pembuahan alami ini terkadang sulit terwujud dikarenakan
adanya salah satu pasangan yang mengalami infertilitas sehingga tidak dapat
mendatangkan keturunan.
Teknologi reproduksi buatan adalah metode penanganan terhadap sel gamet (ovum,
sperma) serta hasil konsepsi (embrio) sebagai upaya untuk mendapatkan kehamilan di luar
cara-cara alami, tidak termasuk kloning atau duplikasi manusia. Teknik ini merupakan
bagian dari pengobatan infertilitas. Infertilitas dikatakan sebagai kelainan atau kondisi
sakit dalam masalah reproduksi. Manusia pada dasarnya mempunyai hak untuk bebas dari
sakit. Apabila infertilitas merupakan manifestasi dari sakit maka semua manusia
mempunyai hak untuk bebas dari kondisi infertil atau dengan kata lain berhak untuk
bereproduksi. Teknologi reproduksi buatan digunakan untuk mengatasi infertilitas ini,
dimana apabila reproduksi secara alami tidak memungkinkan dilakukan maka teknik
reproduksi buatan dapat diterapkan.
Teknologi ini memberi kesempatan kepada pasangan suami istri yang memiliki
masalah dengan proses reproduksi untuk memiliki keturunan
yang tetap berasal dari benih mereka. Hak reproduksi tidak hanya berarti hak untuk
memperoleh keturunan, tetapi lebih luas lagi berarti hak untuk hamil atau tidak hamil, hak
untuk menentukan jumlah anak, hak untuk mengatur jarak kelahiran.
Teknologi Reproduksi Buatan mencakup setiap fertilisasi yang melibatkan manipulasi
gamet (sperma, ovum) atau embrio diluar tubuh serta pemindahan gamet atau embrio ke
dalam tubuh manusia. Teknik bayi tabung (In Vitro Fertilization) dan teknik ibu pengganti
(Surrogate Mother) termasuk dalam Teknologi Reproduksi Buatan ini.
Berdasarkan teknik yang digunakan, teknologi reproduksi buatan pada manusia
dikelompokkan menjadi empat metode; yaitu : In Vitro Fertilization (IVF), Zygote
IntraFallopian Transfer (ZIFT), Intra Cytoplasmic Sperm Injection (ICSI) dan Gamete
IntraFallopian Transfer (GIFT). Pada perkembangannya teknologi reproduksi buatan
semakin berkembang menjadi beberapa teknik sebagai berikut : 1. In Vitro Fertilization &
Embryo Transfer (IVF & ET) Yaitu prosedur pembuahan ovum dan sperma di laboratorium
yang kemudian dilanjutkan dengan pemindahan embrio1 ke dalam uterus (rahim).

B. Hukum dan Reproduksi Buatan Manusia


Di Indonesia, hukum dan perundangan mengenai teknik reproduksi buatan diatur dalam:
1. UU Kesehatan no. 36 tahun 2009, pasal 127 menyebutkan bahwa upaya kehamilan
di luar cara alamiah hanya dapat dilakukan oleh pasangan suami istri yang sah
dengan ketentuan:
a) Hasil pembuahan sperma dan ovum dari suami istri yang
bersangkutan ditanamkan dalam rahim istri dari mana ovum berasal;
b) Dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan
untuk itu;
c) Pada fasilitas pelayanan kesehatan tertentu.
2. Keputusan Menteri Kesehatan No. 72/Menkes/Per/II/1999 tentang Penyelenggaraan
Teknologi Reproduksi Buatan, yang berisikan: ketentuan umum, perizinan,
pembinaan, dan pengawasan, Ketentuan Peralihan dan Ketentuan Penutup.
Selanjutnya Keputusan MenKes RI tersebut dibuat Pedoman Pelayanan Bayi Tabung
di Rumah Sakit, oleh Direktorat Rumah Sakit Khusus dan Swasta, DepKes RI, yang
menyatakan bahwa:
1. Pelayanan teknik reprodukasi buatan hanya dapat dilakukan dengan sel sperma
dan sel telur pasangan suami-istri yang bersangkutan.
2. Pelayanan reproduksi buatan merupakan bagian dari pelayanan infertilitas,
sehingga sehinggan kerangka pelayannya merupakan bagian dari pengelolaan
pelayanan infertilitas secara keseluruhan.
3. Embrio yang dipindahkan ke rahim istri dalam satu waktu tidak lebih dari 3,
boleh dipindahkan 4 embrio dalam keadaan:
· Rumah sakit memiliki 3 tingkat perawatan intensif bayi baru lahir.
· Pasangan suami istri sebelumnya sudah mengalami sekurang-kurangnya
dua kali prosedur teknologi reproduksi yang gagal.
· Istri berumur lebih dari 35 tahun.
4. Dilarang melakukan surogasi dalam bentuk apapun
5. Dilarang melakukan jual beli spermatozoa, ova atau embrio
6. Dilarang menghasilkan embrio manusia semata-mata untuk penelitian,
Penelitian atau sejenisnya terhadap embrio manusia hanya dapat dilakukan
apabila tujuannya telah dirumuskan dengan sangat jelas
7. Dilarang melakukan penelitian dengan atau pada embrio manusia dengan
usia lebih dari 14 hari setelah fertilisasi
8. Sel telur yang telah dibuahi oleh spermatozoa manusia tidak boleh
dibiakkan in-vitro lebih dari 14 hari (tidak termasuk waktu impan beku)
9. Dilarang melakukan penelitian atau eksperimen terhadap atau
menggunakan sel ova, spermatozoa atau embrio tanpa seijin dari siapa sel
ova atau spermatozoa itu berasal.
10. Dilarang melakukan fertilisasi trans-spesies, kecuali fertilisasi tran-spesies
tersebut diakui sebagai cara untuk mengatasi atau mendiagnosis infertilitas
pada manusia. Setiap hybrid yang terjadi akibat fretilisasi trans-spesies
harus diakhiri pertumbuhannya pada tahap 2 sel.
Etika Teknologi Reproduksi Buatan belum tercantum secara eksplisit dalam
Buku Kode Etik Kedokteran Indonesia. Tetapi dalam addendum 1, dalam buku
tersebut di atas terdapat penjelasan khusus dari beberapa pasal revisi Kodeki Hasil
Mukernas Etik Kedokteran III, April 2002. Pada Kloning dijelaskan bahwa pada
hakekatnya: menolak kloning pada manusia, karena menurunkan harkat, derajat dan
serta martabat manusia sampai setingkat bakteri, menghimbau ilmuwan khususnya
kedokteran, untuk tidak mempromosikan kloning pada manusia, dan mendorong agar
ilmuwan tetap menggunakan teknologi kloning pada :
1. sel atau jaringan dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan misalnya untuk
pembuatan zat antigen monoclonal.
2. sel atau jaringan hewan untuk penelitian klonasi organ, ini untuk melihat
kemungkinan klonasi organ pada diri sendiri.

C. Reproduksi Buatan dan Agama


Hukum teknologi reproduksi buatan dalam islam belum bersurat secara gamblang
dalam alquran dan hadist meskipun terdapat meskipun terdapat beberapa bagian yang
bersinggungan dengannya. Oleh karena itu, dilakukan ijtihad dengan sumber hukum sekunder
untuk mengetahui hukum reproduksi buatan dalam islam.
Dalam QS Ali Imran Ayat 6 “Dialah yang membentuk kamu dalam rahim
sebagaimana dikehendaki-Nya. Tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan dia,
yang Memperkasa lagi Mahabijaksana”
Menurut Quraish Shihab dala tafsir Al Misbah, ayat ini menunjukkan bahwa allah lah
yan membentuk manusia ketika masih berupajanin dalam rahim dengan berbagai mavam
bentuk yang dikehendaki. Tidak ada tuhan yang berhak disembah kecuali Dia yang
Mahaperkasa dalam kekuasaan-Nya, Mahabijaksana dalam ciptaan-Nya. Ayat ini
menunjukkan satu sisi kemukjizatan berupa kekuasaan tuhan sang pencipta, yaitu berubahnya
sel terur (ovum) yang subur menjadi seorang manusia sempurna dengan tugas sendiri- sendiri.
Nanti akan disebutkan dalam Al Quraan ayat-ayat yang memperinci beberapa fase
perkembangan jani. Yang diisyaratkan dalam ayat ini khusus berkenan dengan kekuasaan
mutlak Tuhan dalam proses pementukkan janin, yaitu dalam sebuah sel telur yang sangat
kecil, allah meletakkan seluruh gen yang menentukan jenis kelamin, ciri-ciri fisik, dan
kepribadian seperti bakat, intelegensia, dan kejiwaan. Penentuan bentuk seseorang dari hasil
pertemuan sel telur dan sel sperma dari jutaan sel yang lainnya merupakan bukti kehendak
mutlak tuhan sehingga tidak ada di dunia ini orang yang sama persis dari segala segi.
Dalam QS Luqman Ayat 34 “Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya lah
pengetahuan tentang hari kiamat dan Dialah yang menurunkan hujan dan apayang ada
dalam rahim. Dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan
dikerjakan besok dan tidak ada seorang pun yang dapat mengetahui dibumi mana dia akan
mati. Sungguh , Allah Maha Mengetahui, Maha Mengenal”
dlatul Ulama tahun 1983 mengharamkan inseminasi buatan disebabkan pembuahan
semacam itu merendahkan martabat manusia dan merusak tatanan hukum. Haramnya
inseminasi didasarkan pada hadits yang terdapat dalam tafsir Ibn Katsir Juz 3/326 Rasulullah
bersabda: “Tidak ada dosa yang lebih besar setelah syirik dibandingkan seseorang yang
menaruh spermanya di rahim wanita yang tidak halal baginya”. Peserta munas berpendapat
bahwa, dalam hal nasab, kewalian dan hadlanah tidak bisa dinisbatkan kepada pemilik sperma
menurut Imam Ibnu Hajar, karena masuknya tidak muhtaram
Memperbolehkan Inseminasi Buatan dengan Syarat Hasil komisi fatwa tanggal 13
Juni 1979, menyatakan bahwa Dewan Pimpinan Majelis Ulama Indonesia memfatwakan
sebagai berikut: a) Bayi tabung dengan sperma dan ovum dari pasangan suami isteri yang sah
hukumnya mubah (boleh, berdasarkan kaidah agama); b) Bayi tabung dari pasangan suami-
isteri dengan titipan rahim isteri yang lain (misalnya dari isteri kedua dititipkan pada isteri
pertama) hukumnya haram berdasarkan kaidah Sadd az-zari’ah. Sebab hal ini akan
menimbulkan masalah yang rumit dalam kaitannya dengan masalah warisan (khususnya
antara anak yang dilahirkan dengan ibu yang mempunyai ovum dan ibu yang mengandung
kemudian melahirkannya, dan sebaliknya);c) Bayi tabung dari sperma yang dibekukan dari
suami yang telah meninggal dunia hukumnya haram berdasarkan kaidah Sadd az-zari’ah.
Sebab, hal ini akan menimbulkan masalah yang pelik, baik dalam kaitannya dengan
penentuan nasab maupun dalam kaitannya dengan hal kewarisan; d) Bayi tabung yang sperma
dan ovumnya diambil dari selain pasangan suami isteri yang sah hukumnya haram, karena itu
statusnya sama dengan hubungan kelamin antarlawan jenis di luar pernikahan yang sah (zina),
dan berdasarkan kaidah Sadd az-zari’ah, yaitu untuk menghindarkan terjadinya perbuatan zina
sesungguhnya. Dari berbagai pendapat tersebut, dapat diambil suatu rujukan untuk hukum
inseminasi buatan adalah diperbolehkan dengan syarat sperma yang ditanam adalah sperma
suami. c. Sewa Rahim Dalam masalah sewa rahim ada beberapa hal yang perlu dicermati
untuk
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Secara umum reproduksi buatan merupakan hal yang jarang dilakukan dan hanya
dilakukan dalam keadaan tertentu seperti kemandulan dll. Begitulah pemahaman
seseorang yang memahami ayat al-qur'an dan hadis secara tekstual saja. Namun
walaupun begitu, hukum reproduksi buatan manusia secara khusus perlu dikaji secara
lebih mendalam dari hukum maupun agama, karena reproduksi buatan bukanlah dalam
satu bentuk tindakan, tetapi juga mempunyai berbagai alasan mengapa itu dilakukan.

B. Saran
1. Bagi Penulis
Diharapkan dapat menerima kesalahan dalam menyusun makalah tentang
reproduksi buatan menurut agama berdasarkan Al- Qur’an, Al- Hadits, serta
Peraturan Perundang-Undangan
2. Bagi Ilmu Pengetahuan
Diharapkan bisa sebagai referensi untuk menambahkan pengetahuan tentang
reproduksi buatan menurut agama berdasarkan Al- Qur’an, Al- Hadits, dan Pendapat
serta Peraturan Perundang-Undangan
3. Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan lebih menyediakan fasilitas dan tenaga pengajar yang berkualitas
dan memunculkan inovasi-inovasi baru yang dapat mendukung terciptanya bidan
yang berkualitas dan professional.
DAFTAR PUSTAKA
Hanifah, J. 1999. Etika Kedokteran dan Hukum Kesehatan Edisi 3. Jakarta : Buku Kedokteran
EGC
Harfi, T. 2013. Etika dan Hukum Teknik Reproduksi Buatan.
https://www.academia.edu/36147335/Etika_dan_Hukum_Teknik_Reproduksi_
Buatan_1 (5 november 2019 jam 18.40)
Riska, R. 2017. Hukum Rekayasa Reproduksi Buatan berbasis transendental.
http://eprints.ums.ac.id/57715/1/RINGKASAN%20DISERTASI%202017%20%28RIZKA
%29.pdf (5 november 2019 jam 19.55)
Syafiahmaula, O. 2015. Inseminasi Buatan pada Manusia dan Sudut Pandang Islam.
https://www.academia.edu/16683979/Makalah_Inseminasi_Buatan_pada_Manusia_dan_Sudut_Panda
ng_Islam (5 November 2019 jam 20.12)

Anda mungkin juga menyukai