kala 3 dan 4 Disusun Oleh : Ayu Maulina S (201801005) Devi Monika (201801007) Endah Maharani (201801012) Rizky Nur S (201801025) Yohana Enggar (201801029)
Dosen Pengempu : Sunarsih SST. MM
Perdarahan pascapersalinan merupakan penyebab penting kematian ibu:1/4 dari kematian ibu disebabkan oleh perdarahan pascapersalinan. kejadian ini sangat mempengaruhi morbiditasnifas karena anemia akan menurunkan daya tekan tubuh sehingga sangat penting untuk mencegah perdarahan yang banyak Retensio Plasenta adalah tertahannya plasenta atau belum lahirnya plasenta hingga atau melebihi waktu 30 menit setelah bayi lahir (Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, 2002 dalam scribd, 2012). Plasenta atau bagian-bagiannya dapat tetap berada di dalam uterus setelah bayi lahir. Jenis-Jenis Retensio Plasenta Plasenta Adhesiva adalah implantasi yang kuat dari jonjot korion plasenta sehingga menyebabkan kegagalan mekanisme separasi fisiologis. Plasenta Akreta adalah implantasi jonjot korion plasenta hingga memasuki sebagian lapisan miornetrium. Plasenta Inkreta adalah implantasi jonjot korion plasenta hingga mencapai / memasuki miornetnum. Plasenta Perlireta adalah implantasi jonjot korion plasenta yang menembus lapisan otot hingga mencapai lapisan serosa dinding uterus. Plaserita Inkarserata adalah tertahannya plasenta di dalam kavum uteri disebabkan oleh kontraksi osteuni uteri. Penyebab Plasenta belum lepas dari didnding uterus Plasenta sudah lepas tetapi belum dilahirkan (disebabkan karena tidak adanya usaha untuk melahirkan atau karena salah penanganan kala III) Kontraksi uterus kurang kuat untuk melepaskan plasenta Plasenta melekat erat pada dinding uterus oleh sebab vili korealis menembus desidua sampai miometrium-sampai dibawah peritoneum (plasenta akreta-perkreta) Emboli Air Ketuban Emboli air ketuban menimbulkan syok yang sangat mendadak dan biasanya berakhir dengan kematian. Dengan mendadak penderita menjadi gelisah, sesak nafas, kejang-kejang dan meninggal kemudian. Emboli air ketuban terjadi pada his yang kuat dengan ketuban yang biasanya sudah pecah. Karena his kuat, air ketuban dengan mekonium, rambut lanuago dan vernik kaseosa masuk kedalam sinus-sinus dalam dinding uterus dan dibawa ke paru-paru. Pada syok karena emboli air ketuban sering ditemukan gangguan dalam pembekuan darah Faktor predisposisi Multiparitas Usia lebih dari 30 tahun Janin besar intrauteri Kematian janin intrauteri Menconium dalam cairan ketuban Kontraksi uterus yang kuat Insidensi yang tinggi kelahiran dengan operasi Tanda-tanda dan gejala yang menunjukkan kemungkinan emboli cairan ketuban: • Tekanan darah turun secara signifikan dengan hilangnya diastolik pada saat pengukuran ( Hipotensi ) • Dyspnea • Batuk • Sianosis perifer dan perubahan pada membran mukosa akibat dari hipoksia. • Pulmonary edema. • Cardiac arrest. • Rahim atonyKoagulopati atau pendarahan parah karena tidak adanya penjelasan lain (DIC terjadi di 83% pasien.) Robekan jalan lahir
Robekan jalan lahir merupakan penyebab
kedua tersering dari perdarahan postpartum. Robekan dapat terjadi bersamaan dengan atonia uteri. Perdarahan postpartum dengan uterus yang berkontraksi baik biasanya disebabkan oleh robelan servik atau vagina Robekan Serviks • Persalinan Selalu mengakibatkan robekan serviks sehingga servik seorang multipara berbeda dari yang belum pernah melahirkan pervaginam. Robekan servik yang luas menimbulkan perdarahan dan dapat menjalar ke segmen bawah uterus. • Penyebab Robekan serviks – Partus presipitatus – Trauma karena pemakaian alat-alat operasi – Melahirkan kepala pada letak sungsang secara paksa, pembukaan belum lengkap – Partus lama Robekan Perineum Robekan perineum terjadi pada hampir semua persalinan pertama dan tidak jarang juga pada persalinan berikutnya. Robekan perineum umumnya terjadi digaris tengah dan bisa menjadi luas apabila kepala janin lahir terlalu cepat, sudut arkus pubis lebih kecil daripada biasa, kepala janin melewati pintu panggul bawah dengan ukuran yang lebih besar daripada sirkum ferensia suboksipito bregmatika. Penyebab Robekan perineum
– Kepala janin terlalu cepat lahir
– Persalinan tidak dipimpin sebagaimana mestinya – Jaringan parut pada perineum – Distosia bahu Luka Perinium adalah perlukaan yang terjadi akibat persalinan pada bagian perinium dimana muka janin menghadap.
Luka perinium, dibagi atas 4 tingkatan :
• Tingkat I : Robekan hanya pada selaput lender vagina dengan atau tanpa mengenai kulit perinium • Tingkat II : Robekan mengenai selaput lender vagina dan otot perinea transversalis, tetapi tidak mengenai spingter ani • Tingkat III : Robekan mengenai seluruh perinium dan otot spingter ani • Tingkat IV : Robekan sampai mukosa rectum (Prawirohardjo S,1999). Ruptura Uteri Menurut Sarwono Prawirohardjo pengertian ruptura uteri adalah robekan atau diskontinuitas dinding rahim akiat dilampauinya daya regang mio metrium. Penyebab ruptura uteri adalah disproporsi janin dan panggul, partus macet atau traumatik. Ruptura uteri termasuk salah satu diagnosis banding apabila wanita dalam persalinan lama mengeluh nyeri hebat pada perut bawah, diikuti dengan syok dan perdarahan pervaginam. Resiko infeksi sangat tinggi dan angka kematian bayi sangat tinggi pada kasus ini. Ruptura uteri inkomplit yang menyebabkan hematoma pada para metrium. Pembagian rupture uteri menurut robeknya dibagi menjadi : – Ruptur uteri kompleta » Jaringan peritoneum ikut robek » Janin terlempar ke ruangan abdomen » Terjadi perdarahan ke dalam ruangan abdomen » Mudah terjadi infeksi – Ruptura uteri inkompleta » Jaringan peritoneum tidak ikut robek » Janin tidak terlempar ke dalam ruangan abdomen » Perdarahan ke dalam ruangan abdomen tidak terjadi » Perdarahan dapat dalam bentuk hematoma Penyebab Ruptur Uteri • riwayat pembedahan terhadap fundus atau korpus uterus • .induksi dengan oksitosin yang sembarangan atau persalinan yang lama • presentasi abnormal ( terutama terjadi penipisan pada segmen bawah uterus ).( Helen, 2001 ) • panggul sempit • letak lintang • hydrosephalus • tumor yg menghalangi jalan lahir • presentasi dahi atau muka Antonia Uteri Atonia uteri merupakan penyebab terbanyak perdarahan pospartum dini (50%), dan merupakan alasan paling sering untuk melakukan histerektomi postpartum. Kontraksi uterus merupakan mekanisme utama untuk mengontrol perdarahan setelah melahirkan. Atonia terjadi karena kegagalan mekanisme ini. Batasan: Atonia uteri adalah uterus yang tidak berkontraksi setelah janin dan plasenta lahir. Penyebab : Atonia uteri dapat terjadi pada ibu hamil dan melahirkan dengan faktor predisposisi (penunjang ) seperti : Atonia uteri dapat terjadi pada ibu hamil dan melahirkan dengan faktor predisposisi (penunjang ) seperti :
polihidramnion, atau paritas tinggi. Umur yang terlalu muda atau terlalu tua. Multipara dengan jarak kelahiran pendek Partus lama / partus terlantar Malnutrisi. Penanganan salah dalam usaha melahirkan plasenta, misalnya plasenta belum terlepas dari dinding uterus. Gejala Klinis: Uterus tidak berkontraksi dan lunak Perdarahan segera setelah plasenta dan janin lahir (P3). • Penanganan Atonia Uteri; • Penanganan Umum • Mintalah Bantuan. Segera mobilisasi tenaga yang ada dan siapkan fasilitas tindakan gawat darurat. • Lakukan pemeriksaan cepat keadaan umum ibu termasuk tanda vital(TNSP). • Jika dicurigai adanya syok segera lakukan tindakan. Jika tanda -tanda syok tidak terlihat, ingatlah saat melakukan evaluasi lanjut karena status ibu tersebut dapat memburuk dengan cepat. • Jika terjadi syok, segera mulai penanganan syok.oksigenasi dan pemberian cairan cepat, Pemeriksaan golongan darah dan crossmatch perlu dilakukan untuk persiapan transfusi darah. • Pastikan bahwa kontraksi uterus baik: • lakukan pijatan uterus untuk mengeluarkan bekuan darah. Bekuan darah yang terperangkap di uterus akan menghalangi kontraksi uterus yang efektif. berikan 10 unit oksitosin IM • Lakukan kateterisasi, dan pantau cairan keluar-masuk. • Periksa kelengkapan plasenta Periksa kemungkinan robekan serviks, vagina, dan perineum. • Jika perdarahan terus berlangsung, lakukan uji beku darah. Penanganan Khusus Kenali dan tegakkan diagnosis kerja atonia uteri. Teruskan pemijatan uterus.Masase uterus akan menstimulasi kontraksi uterus yang menghentikan perdarahan. Oksitosin dapat diberikan bersamaan atau berurutan Jika uterus berkontraksi.Evaluasi, jika uterus berkontraksi tapi perdarahan uterus berlangsung, periksa apakah perineum / vagina dan serviks mengalami laserasi dan jahit atau rujuk segera. Jika uterus tidak berkontraksi maka :Bersihkanlah bekuan darah atau selaput ketuban dari vagina & ostium serviks. Pastikan bahwa kandung kemih telah kosong Antisipasi dini akan kebutuhan darah dan lakukan transfusi sesuai kebutuhan. Kompresi Uterus Bimanual. • Peralatan : sarung tangan steril; dalam keadaan sangat gawat; lakukan dengan tangan telanjang yang telah dicuci • Teknik : • Basuh genetalia eksterna dengan larutan disinfektan; dalam kedaruratan tidak diperlukan, • Eksplorasi dengan tangan kiri • Sisipkan tinju kedalam forniks anterior vagina.Tangan kanan (luar) menekan dinding abdomen diatas fundus uteri dan menangkap uterus dari belakang atas. • Tangan dalam menekan uterus keatas terhadap tangan luar,ia tidak hanya menekan uterus, tetapi juga meregang pembuluh darah aferen sehingga menyempitkan lumennya. • Kompresi uterus bimanual dapat ditangani tanpa kesulitan dalam waktu 10-15 menit. Biasanya ia sangat baik mengontrol bahaya sementara dan sering menghentikan perdarahan secara sempurna. Bila uterus refrakter oksitosin, dan perdarahan tidak berhenti setelah kompresi bimanual, maka histerektomi tetap merupakan tindakan terakhir. • Atonia Uteri Uterus gagal berkontraksi dengan baik setelah persalinan Penyebab Partus lama Pembesaran uterus yang berlebihan pada waktu hamil seperti pada kehamilan kembar, hidramnion atau janin besar Multiparitas Anastesi yang dalam Anastesi lumbal Perdarahan kala IV primer Perdarahan Pasca Persalinan Yang dimaksud perdarahan pasca persalinan secara tradisional ialah perdarahan yang melebihi 500 cc pada kala III. Perdarahan pasca persalinan sekarang dapat dibagi menajdi : Perdarahan pasca persalinan dini ialah perdarahan ≥ 500 cc pada 24 jam pertama setelah persalinan. Perdarahan pasca persalinan lambat ialah perdarahan ≥ 500 cc setelah 24 jam persalinan. Terapy Perdarahan dalam kala IV Jika ada perdarahan dalam kala IV dan kontraksi rahim kurang baik, segera suntikkan 0,2 mg ergonovin atau metil ergovin intrakuskular, uterus ditekan untuk mengeluarkan gumpalan darah dan dilakukan masase Syok
Syok merupakan kegagalan
sistem sirkulasi untuk mempertahankan perfusi yang adekuat ke organ-organ vital. Syok merupakan suatu kondisi yang mengancam jiwa dan membutuhkan tindakan segera dan intensif Curigai atau antisipasi syok jika terdapat satu atau lebih kondisi berikut ini : • Perdarahan pada awal kehamilan • Perdarahan pada akhir kehamilan • Perdarahan setelah melahirkan • Infeksi • Trauma • Tanda dan Gejala • Diagnosis syok jika terdapat atau gejala berikut : • Nadi cepat dan lemah (110 kali permenit atau lebih) • Tekanan darah yang rendah (sostolit kurang dari 90 mm Hg). Penanganan Tujuan utama pengobatan syok ialah melakukan penanganan awal dan khusus untuk menstabilkan kondisi pasien memperbaiki volume cairan sirkulasi darah mengefisiensikan sistem sirkulasi darah