Anda di halaman 1dari 13

HUBUNGAN KEPERDATAAN AYAH DAN ANAK MELALUI PROGRAM BAYI

TABUNG

(Perbandingan UU Asia Tenggara dan UU Timur Tengah)

Moh Afan Azhari

mohammad10afan@gmail.com

Gefi Melyana Saputri

gefims99@gmail.com

Program Magister Prodi Al-Ahwal Al-Syakhsyiyyah Universitas Islam Negeri Maulana


Malik Ibrahim Malang

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji status hukum dan perlindungan hukum
terhadap anak yang lahir dari program bayi tabung di Indonesia dan di Timur Tengah (Mesir
dan Lebanon). Metode penelitian yang digunakan adalah metode normatif dengan pendekatan
peraturan perundang-undangan, konsepsi, dan perbandingan. Data yang digunakan meliputi
bahan primer berupa buku dan jurnal terkait, serta bahan sekunder berupa artikel dan
penelitian lainnya. Penelitian ini penting untuk memahami sikap hukum terhadap
perkembangan teknologi, khususnya program bayi tabung, dan untuk melihat perlindungan
hukum terhadap anak-anak yang lahir dari proses tersebut.

Kata Kunci : Hukum, Bayi Tabung, Indonesia dan Timur Tengah

Pendahuluan

Pembuktian bahwa alam semestar diciptakan berdasarkan keteraturan ialah adanya


perkembangan teknologi dan biomedis, tidak mungkin perkembangan yang terjadi tanpa
adanya keteraturan dan ketelitian dalam ciptaanya. Perkembangan teknologi dan biomedis
ingin menjelaskan bahwa untuk mencapai tujuan hidup manusia telah diciptakan jalannya
masing-masing. Perkembangan teknologi yang fantastik ialah ditemukan teknologi cara cara
baru untuk mereproduksi manusia dengan istilah kedokteranya disebu t fertilisasi in vitro atau
bayi tabung.1

Program bagi tabung merupakan program bagi pasangan yang kesulitan mendapatkan
keturunan dari hasil perkawinannya karena anak dalam perkawinan dimaknai sebagai simbol
kebahagian, yang dapat menyenangkan orang tua, sorang anak dalam keluarga memancarkan
kasih sayang dan dapat meneruskan generasi orang tua karena melalui anak kemiripan dirinya
dapat dipancarkan maka anak pondasi yang memperkokoh keluarga. Sehingga setiap pasangan
yang telah melakukan perkawinan menginginkan memiliki seorang anak tetapi dalam
kenyataannya tidak semua pasangan yang melangsungkan perkawinan dapat mempunyai anak
sebab pasangan suami istri memiliki kelainan seperti radang pada selaput lender rahim, sperma
suami kurang baik dan lainya.2 Maka dengan bayi tabung atau fertilisasi in vitro pasangan
tersebut akan kemungkinan dapat memiliki keturunan.

fertilisasi in vitro secara Bahasa terdiri dari dua kata yaitu fertilisasi yang berarti
pembuahan sel telur wanita oleh spermatozoa pria dan in vitro yang berarti diluar tubuh maka
fertilisasi in vitro adalah pembuahan sel telur wanita oleh spermatozoa pria yang terjadi
diluar tubuh. Metode fertilisasi in vitro dilakukan dengan tujuh cara sebagai berikut :

1. Sel sperma suami disuntikkan langsung ke sel telur (ovum) istri

2. Sel sperma berasal dari suami, sel terul (ovum) berasal dari istri kemudian
ditanamkan ke dalam Rahim istri

3. Sel sperma berasal dari donor, sel terur (ovum) berasal dari istri kemudian
ditanamkan dirahim dalam rahim istri

4. Sel sperma dari suami, sel telur (ovum) berasal dari donor kemudian kemudian
ditanamkan ke dalam Rahim istri

5. Sel sperma berasal dari donor, sel telur (ovum) berasal dari donor kemudian
ditanamkan ke dalam Rahim istri

1
Syarif Zubaidah, “Bayi Tabung , Status Hukum dan Hubungan Nasabnya dalam Perspektif Hukum
Islam,” Al Mawarid, 1999.45.
2
Dharma Aditya. A.A Yuliana, Tri Wahyu, Saputra, “Analisa Hak Mewaris Bagi Anak Yang Lahir
Melalui Proses Bayi Tabung Dalam Prespektif Hukum Perdata Analysis,” HUMANI (Hukum dan
Masyarakat Madani) 9, no. 1 (2019).3
6. Sel sperma berasal dari suami, sel telur (ovum) berasal dari dari istri kemudia
ditanamkan kedalam ke dalam Rahim wanita lain (Rahim sewaan)

7. Sel sperma berasal dari suami, sel telur (ovum) berasal dari istri kemudian
ditanamkan ke dalam Rahim istei lainnya.

Pada hakikatnya bayi tabung membantu pasangan suami istri yang kesulitan memiliki
anak, program bagi tabung ini pada awalnya memunculkan pro dan kontra walaupun
fertilisasi in vitro bagian dari perkembangan teknologi. Dikalangan dokter fertilisasi in vitro
merupakan capain luar biasa dalam dunia media, begitu pun juga bagi pasangan suami istri
yang kesulitan memiliki anak, namun dikalangan kelompok agama menampilkan kontra
dengan berbagai alasan.3

Kemajuan teknologi dalam proses reproduksi manusia dengan cara bayi tabung disatu
sisi dipandang sebagai kemajuan, namun dari segi hukum kebaruan tergolong permasalahan
dalam dunia hukum karena segala aktivitas yang dilakukan oleh warga negara harus
mendapatkan perlindungan dan kepastian hukum termasuk hubungan nasab seorang anak dari
bayi tabung dengan orang tuanya. Diperlukan regulasi yang mengatur dan mengikat hubungan
keperdataan seorang anak dari proses bayi tabung, hukum kausalitas dari hubungan keperdatan
seorang anak dengan orang tuanya. Apakah Sebab timbulnya hubungan keperdataan seorang
anak dengan orangnya apa karena sebab ia melahirkannya dan atau ayah dan ibu cukup
menitipkan sperma ovum kepada ahli kedokteran yang menjadi sebab timbulnya hubungan
keperdataan orang tua dengan anaknya juga orang tua cukup merawat seorang anak menjadi
sebab timbulnya hubungan keperdataan tersebut.4

Hukum positif di Indonesia tentang anak dijelaskan dalam KUHPer, Undang-Undang


No 01 Tahun 1974 tentang Perkawinan, Kompilasi Hukum Islam. Anak pada KUHPer
dijelaskan “tiap-tiap anak yang dilahirkan atau ditumbuhkan sepanjang perkawinan,
memperoleh si suami sebagai bapaknya”, pada UUP No 1 tahun 1974 tentang perkawinan
menyebutkan “anak sah adalah anak yang dilahirkan dalam atau sebagai akibat perkawinan
yang sah”. Dari peraturan perundang-undangan tersebut tidak dijelaskan secara jelas tentang
anak sehingga anak yang dilahirkan dari program bayi tabung masih belum punya payung
3
Zahrowati, “Bayi Tabung ( Fertilisasi In Vitro ) Dengan Menggunakan Sperma Donor dan
Rahim Sewaan ( Surrogate Mother ) dalam Perspektif Hukum Perdata,” HOLREV 1, no. 2
(2017).
4
Zahrowati.
hukum. rumusan penjelasan tentang anak dari peraturan perundang-undangan tersebut sangat
sederhana sehingga tidak menjaring bagi anak program bayi tabung. 5 sehingga memerlukan
perlindungan hukum dan kepastikan hukum dari program bayi tabung, sebab perkembangan
teknologi tidak bisa terhindarkan perlu hukum yang dinamis yang dapat agar memberi
kemanfaatan bagi masyarakat.

Tujuan penelitian ini untuk mengkaji hubungan keperdataan anak hasil program bayi
tabung dengan bapaknya dari Hukum di Indonesia dan di Timur Tengah (Mesir dan Lebanon),
guna melihat status hukum, perlindungan hukum pada setiap anak yang dilahirkan
darinprogram bayi tabung. Penelitian ini menggunakan metode normatif dengan menggunakan
pendekatan peraturan perundang-undangan (statute Aproach), Pendekatan Konsepsi dan
Pemdekatan Perbandingan. bahan dari penelitian ialah bahan primer yaitu buku dan jurnal yang
berkaitan dan bahan sekunder yaitu artikel, penelitian lainnya.6 Penelitian ini menjadi penting
untuk melihat keberpihakan hukum pada perkembangan teknologi lebih khusus program bayi
tabung juga melihat perlindungan hukum terhadap anak dari proses bayi tabung.

PEMBAHASAN

1. Pengertian Bayi Tabung, Inseminasi Buatan dan prosesnya

Bayi tabung adalah individu (bayi) yang didalam kejadiannya, proses


pembuatannya terjadi diluar tubuh wanita (in vitro) atau bayi proses kejadiannya
dilakukan dengan inseminasi buatan yaitu suatu cara memasukkan sperma ke dalam
kelamin wanita tanpa melalui seng-gama.7 Ali Ghufron dan Adi Heru Sutomo menjelaskan
bayi tabung adalah mani sorang laki-laki yang tamping lebih dahulu, kemudian
dimasukkan ke dalam alat kandungan seorang perempuan.8 Begitu juga menurut Anwar
dan Raharjo menjelaskan bayi tabung adalah usaha jalan pintas untuk mempertemukan sel
sperma dan sel telur di luar tubuh kemudian dimasukkan ke Rahim ibu. Sehingga dapat
tumbuh seperti proses perkembangan bayi biasa.9

Dari penjelasan diatas bayi tabung dikategorisa 2 bentuk yaitu:

5
Faisal Muhammad Hamdani, “Hukum inseminasi Buatan Dan Bayi Tabung,” al-Ahkam, 2010.
6
Peter mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, 2017.
7
Zubaidah, “Bayi Tabung , Status Hukum dan Hubungan Nasabnya dalam Perspektif Hukum Islam.”
8
Zubaidah, “Bayi Tabung , Status Hukum dan Hubungan Nasabnya dalam Perspektif Hukum Islam.”
9
Zubaidah, “Bayi Tabung , Status Hukum dan Hubungan Nasabnya dalam Perspektif Hukum Islam.”
a. Dilihat dari segi asal sperma terdiri dari
1) Bayi tabung yang spermanya dari suami yang sah
2) Bayi tabung yang spermanya dari orang lain (donor)
b. Dilihat dari segi Rahim yang dipakai
1) Bayi tabung yang diletakkan dirahim istri sendiri
2) Bayi tabung yang diletakkan dirahim orang lain

Teknik rnelakukan inseminasi buatan adalah sepasang suami istri yang


menginginkan kehamilan dianjurkan berkonsultasi lebih dahulu dengan dokter ahli apakah
keduanya bisa membuahi atau dibuahi untuk mendapatkan keturunan, sebab banyak orang
yang memiliki sperm atau ovurn yang cukup subur tetapi justru tidak dapat membuahi atau
dibuahi baik karena kelainan alat kelamin seperti wanita yang tersumbat saluran sel-sel
telumya dan proses ovulasinya tidak normal atau gerakan spema laki-laki tidak dapat
menjangkau (mati sebelum bertemu dengan ovum wanita).10

Jika kondisinya seperti ini maka dokter ahli dapat mengupayakan dengan
mengambil sel telur (ovum) istri dengan cara memfungsikan aspirasi cairan folikel melalui
vagina, dengan menggunakan sebuah alat yang disebut trasvagina transkuler ultra sound
yang bentuknya pipih memanjang, sebesar dua jari telunjuk orang dewasa. Pembuahan ini
disebut juga dengan kawin suntik, penghamilan buatan atau permanian buatan (PB).11

Pemaduan kedua sel tersebut yang disimpan dalam cawan membiarkan selama
beberapa hari maka ia disebut dengan bayi tabung (test tube baby), yaitu cabang bayi yang
akan diletakkan ke dalam rahim seorang ibu- dengan cara menggunakan alat semacam
suntikan setelah kedua sel kelamin itu (sel telur istri dan sperma suami) dibiarkan
bercampur dalam taburg sampai menjadi embrio. 12 Setelah bayi tabung dimasukkan ke
dalam rahim seorang ibu, maka sang ibu sebaiknya mematuhi larangan dokter seperti:

a. Tidak bekerja keras, atau terlalu capek

b. Tidak makan atau minum sesuatu yang mengandung unsur alkohol.

c. Tidak melakukan senggama selama 15 hari sampai terhitung sejak bayi


dimasukkan ke dalam rahim
10
Hamdani, “Hukum inseminasi Buatan Dan Bayi Tabung.”
11
Hamdani, “Hukum inseminasi Buatan Dan Bayi Tabung.”
12
Hamdani, “Hukum inseminasi Buatan Dan Bayi Tabung.”
Sejak itu perkembangan janin juga dipandu oleh dokter atau bidan melalui sebuah
alat yang disebut dengan ultra sound.

2. Hubungan Keperdataan Anak Dari Program Bayi Tabung Dengan Ayahnya.

Program bayi tabung dapat dilakukan oleh pasangan suami istri yang kesulitan
memiliki anak, hal tersebut dapat dilakukan setelah pasangan suami istri dapat
membuktikan bahwa mereka tidak dapak memiliki anak melalui pemeriksaan secara medis,
di Indonesia hukum yang mengatur secara khusus tentang program bagi tabung dan atau
Inseminasi buatan belum diatur, program bagi tabung hanya diatur bersamaan dengan
Undang-Undang kesehatan yaitu UU No 36 Tahun 2009, pada pasal 127 dijelaskan bahwa
program atau upaya kehamilan diluar alamiah hanya dapat dilakukan oleh pasangan suami
istri yang sah, kemudian hasil pembuahan sperman dan ovum dari suami istri yang
ditanamkan dalam rahim istri dari ovum berasal, pelaksanaan upaya kehamilan diluar
alamiah dilakukan oleh tenaga kesehatan yang memiliki keahlian.13

Program bayi tabung merupakan hal yang kerusia dan penting dalam kehidupan
masyarakat sosial, bukan hanya sebagai regenerasi dari pasangan tersebut yang
melanjutkan keturunan serta harta benda tetapi melingkupi kehidupan sosial kemasyarakat
keseluruhan maka memerlukan perlindungan hukum dan kedudukanya secara yuridis
sebagai akibat dari program tersebut menyangkut hubungan keluarga dan status
hukumnya. Hubungan keperdataan anak dengan bapak dapat dilihat dari pengertian anak
menurut hukum, dalam KUHPerdata pasal 250 dijelaskan anak sah ialah tiap-tiap anak
yang dilahirkan atau tumbuhkan sepanjang perkawinan memperoleh suami sebagai
bapaknya.14

Pada Undang-Undang No 1 tahun 1974 tentang perkawinan pasal 42 dijelaskan


“anak yang sah adalah anak yang dilahirkan dalam atau sebagai akibat perkawinan yang
sah”,15 dari penjelasan peraturan perundang-undangan di atas masing-masing menyatakan
bahwa seorang yang sah sebagai akibat dari adanya hubungan seorang suami istri.
Hubungan suami istri dari pada Undang-Undang tersebut bermakna hubungan suami istri

13
Uji Haniyah, Santoso, “Status Hukum Bayi Tabung,” Legisia 12 (2022).09-10.
14
Zahrowati, “Bayi Tabung ( Fertilisasi In Vitro ) Dengan Menggunakan Sperma Donor dan
Rahim Sewaan ( Surrogate Mother ) dalam Perspektif Hukum Perdata.”
15
Peraturan, “Undang-Undang No 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan,” 1974.
yang sah hasil perkawinan yang dilakukan oleh keduanya bukan bermakna sebagai
hubungan seks yang bebas.

Dari kedua peraturan perundang-undangan diatas berbeda dengan penjelasan pada


Kompilasi Hukum Islam (KHI), dalam Kompilasi hukum Islam dijelaskan tentang upaya
suami istri yang ingin memiliki anak melalui program bayi tabung atau luar rahim, hal
tersebut disebutkan pada pasal 99 Kompilasi Hukum Islam anak sah ialah anak yang
dilahirkan dalam atau akibat perkawinan yang sah, anak hasil perbuatan suami istri yang
sah diluar rahim dan dilahirkan oleh istri mampu.16 walaupun pada Kompilasi Hukum Islam
tidak dijelaskan secara rinci makna perbuatan sah diluar rahim tentang prosesnya tetapi
setidak-tidaknya memberi ruang hukum bahwa upaya memiliki anak diluar cara alamiah
memiliki dasar hukum. Kompilasi Hukum Islam tidak menjelaskan bahwa tindakan diluar
rahim itu seperti proses pemprograman bagi tabung yaitu sperma dan ovum pasangan dari
suami istri dan kemudian embrionya dipindahkan dalam rahim istrinya.17

Walaupun dalam hukum KUHPerdata dan Undang-Undang No 1 tahun 1974


tentang Perkawinan tidak dijelaskan secara jelas dan mengatur seperti Kompilasi Hukum
Islam tetapi dapat dikatakan bahwa anak yang dilahirkan melalui upaya bagi tabung
merupakan anak sah karena anak tersebut merupakan anak yang dilahirkan oleh istrinya
walaupun prosesnya tidak seperti alamiah. Proses kelahiran anak tersebut sperma dan
ovum dari suami istri yang kemudian embrionya ditransplasikan ke dalam rahim istri,
maka secara hukum anak tersebut dikualifikasi sebagai anak sah. Karena anak hasil bayi
tabung dikandung dan dilahirkan secara langsung oleh istri dari suami yang bersangkutan.
Kehadiran teknologi sebagai alat bantu saja bagi pasangan yang kesulitan mendapatkan
atau memiliki anak.18

Menurut Bisman Siregar “lahirnya keturunan melalui bayi tabung bukan sesuatu
yang haram, tetapi kebolehan, dengan syarat dan ketentuan benih dari suami, laharrnya
rahim istri, kedudukan anaknya sah, sedangkan diluar rahim itu haram tergolong
perzinahan, jangan memasyarakatkan”.19 Mertokkusumo dan Purwoto S. Gandasubrata

16
Zubaidah, “Bayi Tabung , Status Hukum dan Hubungan Nasabnya dalam Perspektif Hukum Islam.”
17
David Lahia, “Aspek Hukum Terhadap Bayi Tabung Dan Sewa Rahim Dari Perspektif Hukum,” Lex
Privatum V, no. 4 (2017).
18
Hamdani, “Hukum inseminasi Buatan Dan Bayi Tabung.”
19
Zahrowati, “Bayi Tabung ( Fertilisasi In Vitro ) Dengan Menggunakan Sperma Donor dan Rahim
Sewaan ( Surrogate Mother ) dalam Perspektif Hukum Perdata.”.207-208.
menjelaskan dengan lahirnya teknologi canggih yang menghasikan bayi tabung, sepasang
suami istri yang tidak mempunyai anak dan menginginkan makin lama akan makin lebih
suka memperoleh bayi tabung daripada mengangkat orang lain (hal ini tergantung pada
pendidikan dan kesadaran). Kedudukan yuridis bayi tabung pun seperti anak angkat yaitu
menggantikan atau sama dengan anak kandung jadi anak yang dilahirkan melalui bayi
tabung hak dan kewajibannya sama dengan anak kandung, ia berhak atas pemeliharaan,
Pendidikan dan warisan.20

Sehingga program bagi tabung berbeda dengan program donor sperma yang
ditanah pada perepuan lain dan atau ibu penganti (suroget Mather), anak yang dimiliki
melalui program sureget mather tidak dikategorisasi sebagai anak sah secara hukum
karena penjelasan anak sah secara hukum positif yaitu anak dari akibat perkawinan sah.
Anak yang dilahirkan dari program sureget mather dapat dikatakan sebagai anak yang
dilahirkan luar perkawinan dan atau anak yang dilahirkan dari hubungan perzinahan
sehingga anak tersebut tidak memiliki hubungan keperdataan dengan ayahnya secara
hukum.

Anak yang dilahirkan dari program bayi tabung memiliki hubungan keperdataan
keperdataan dengan ayahnya karena anak tersebut merupakan anak yang sah, maka anak
yang dilahirkan dari program bayi tabung memiliki hak pemeliharaan dari orang tuanya,
hak Pendidikan dan hak waris dari dari ayahnya selayaknya status anak yang dimiliki
seperti hubungan alamiah suami istri.21

Adapun Fatwa MUI tentang bayi tabung dan inseminasi buatan sebagai berikut:

a. Bayi tabung dengan sperma dan ovum dari pasangan suami isteri yang sah hukumnya
mubah (boleh), sebab hak ini termasuk ikhtiar berdasarkan kaidah-kaidah agama.
b. Bayi tabung dari pasangan suami-isteri dengan titipan rahim isteri yang lain (misalnya
dari isteri kedua dititipkan pada isteri pertama) hukumnya haram beraasarkan kaidah
Sadd az-zari’ah, sebab hal ini akan menimbulkan masalah yang rumit dalam
kaitannya dengan masalah warisan (khususnya antara anak yang dilahirkan dengan
ibu yang mempunyai ovum dan ibu yang mengandung kemudian melahirkannya, dan
sebaliknya).
20
Zahrowati, “Bayi Tabung ( Fertilisasi In Vitro ) Dengan Menggunakan Sperma Donor dan Rahim
Sewaan ( Surrogate Mother ) dalam Perspektif Hukum Perdata.”.207-208.
21
Lahia, “Aspek Hukum Terhadap Bayi Tabung Dan Sewa Rahim Dari Perspektif Hukum.”
c. Bayi tabung dari sperma yang dibekukan dari suami yang telah meninggal dunia
hukumnya haram berdasarkan kaidah Sadd az-zari’ah, sebab hal ini akan
menimbulkan masalah yang pelik, baik dalam kaitannya dengan penentuan nasab
maupun dalam kaitannya dengan hal kewarisan.
d. Bayi tabung yang sperma dan ovumnya diambil dari selain pasangna suami isteri yang
sah hukumnya haram, karena itu statusnya sama dengan hubungan kelamin antar
lawan jenis di luar pernikahan yang sah (zina), dan berdasarkan kaidah Sadd az-
zari’ah, yaitu untuk menghindarkan terjadinya perbuatan zina sesungguhnya.

3. Islam Sunni dan IVF di Mesir dan Lebanon

Fertilisasi in vitro yang biasa di kenal dengan bayi tabung, program ini
menyebutkan sebagai program reproduksi buatan bagi manusia yang mengalami masalah
dalam menghasilkan keturunan.22 IVF pertama kali dipraktikkan di dunia Muslim Sunni,
dengan klinik dibuka pada pertengahan 1980-an di Mesir, Arab Saudi, dan Yordania,
semua negara mayoritas Sunni. Universitas agama terkenal di Mesir Al Azhar ialah Syekh,
mengeluarkan fatwa otoritatif pertama tentang reproduksi dengan bantuan medis pada 23
Maret 1980. Fatwa ini dikeluarkan hanya dua tahun setelah kelahiran bayi IVF pertama di
Inggris tetapi enam tahun penuh sebelum pembukaan pusat IVF pertama di Mesir telah
terbukti benar-benar bertahan dalam semua poin utamanya. Faktanya, prinsip dasar dari
fatwa asli Al-Azhar tentang IVF telah dijunjung tinggi oleh fatwa lain yang dikeluarkan
sejak tahun 1980 dan telah diterima secara luas di seluruh dunia Muslim Sunni. Islam
Sunni harus ditekankan ialah bentuk Islam dominan yang ditemukan di wilayah Timur
Tengah dan di seluruh dunia Muslim. Antara 80 dan 90 persen Muslim dunia adalah
Sunni, dan lebih dari 90 persen warga Mesir adalah Muslim Sunni, sisanya didominasi
Kristen Koptik.23

Sikap keagamaan di wilayah Mesir dan Lebanon tentang IVF, ada baiknya
memulai dengan Islam Sunni, yang merupakan bentuk Islam dominan yang ditemukan di
seluruh dunia Muslim. Hampir 90 persen Muslim dunia adalah Muslim Sunni, dengan
bentuk Islam Sunni yang paling ketat berasal dari Arab Saudi. Di Mesir, tempat saya

22
Marcia Inhorn, “Islam, IVF and Everyday Life in the Middle East: The Making of Sunni versus
Shi’ite Test-Tube Babies,” Anthropology of the Middle East 1 (Maret 2006): 42–50,
https://doi.org/10.3167/ame.2006.010104.

23
Inhorn.
melakukan sebagian besar penelitian, lebih dari 90 persen adalah Muslim Sunni yang
cukup konservatif. Pasangan mandul Mesir biasanya sangat khawatir untuk membuat bayi
tabung mereka dengan cara Islami yang benar. Untuk itu, mereka mencari pendapat Islam
yang resmi tentang praktik bayi tabung dalam bentuk fatwa, pernyataan agama yang tidak
mengikat namun berwibawa yang dikeluarkan oleh seorang ulama yang terhormat.24

Penjelasan di atas perlu diketahui bahwa fatwa resmi Islam Sunni tentang IVF ini
telah memengaruhi praktik profesi medis Timur Tengah yang sebenarnya juga cukup
mengejutkan. Bagi para dokter, pendapat agama Sunni yang dominan tentang IVF telah
diketahui komunitas medis Timur Tengah melalui tulisan Gamal I. Serour, salah satu dari
tiga anggota pendiri pusat IVF Mesir pertama dan direktur Pusat Islam Internasional Al-
Azhar untuk Studi dan Riset Kependudukan. Serour telah menjabarkan poin-poin utama
posisi Islam Sunni tentang konsepsi dengan bantuan medis, sebagai berikut: pertama
Inseminasi buatan dengan air mani suami diperbolehkan, dan anak yang dihasilkan adalah
keturunan yang sah dari pasangan tersebut. kedua Fertilisasi in vitro sel telur dari istri dengan
sperma suaminya diikuti dengan pemindahan embrio yang telah dibuahi kembali ke rahim
istri diperbolehkan , asalkan prosedurnya diindikasikan untuk alasan medis dan dilakukan
oleh dokter ahli.25

Ketiga Tidak ada pihak ketiga yang boleh mengganggu fungsi perkawinan seks dan
prokreasi, karena perkawinan adalah kontrak antara istri dan suami selama rentang waktu
pernikahan mereka. Ini berarti bahwa donor pihak ketiga tidak diperbolehkan , baik dia
memberikan sperma, sel telur, embrio, atau rahim. Penggunaan pihak ketiga sama saja
dengan zina , atau perzinahan. Keempat Adopsi anak donor dari bentuk tidak sah dari
konsepsi bantuan medis tidak diperbolehkan. Anak hasil metode terlarang adalah milik ibu
yang melahirkannya. Dia dianggap laqit , atau anak haram. Kelima Jika akad nikah telah
berakhir karena perceraian atau kematian suami, pembuahan dengan bantuan medis tidak
dapat dilakukan pada mantan istri walaupun sperma berasal dari mantan suami. Keenam
Kelebihan jumlah embrio yang telah dibuahi dapat dipertahankan dengan kriopreservasi.

24
Marcia C. Inhorn et al., “Assisted reproduction and Middle East kinship: a regional and religious
comparison,” Reproductive Biomedicine and Society Online 4 (2017): 41–51,
https://doi.org/10.1016/j.rbms.2017.06.003.
25
Marcia C. Inhorn, “Making Muslim babies: IVF and gamete donation in Sunni versus shi’a Islam,”
Culture, Medicine and Psychiatry 30, no. 4 (2006): 427–50, https://doi.org/10.1007/s11013-006-
9027-x.
Embrio beku adalah milik pasangan itu sendiri dan dapat ditransfer ke istri yang sama
dalam siklus berturut-turut, tetapi hanya selama masa kontrak pernikahan.26

Ketujuh Pengurangan kehamilan multifetal (atau yang disebut aborsi selektif)


hanya diperbolehkan jika prospek membawa kehamilan tingkat tinggi (yaitu, kembar,
kembar tiga, atau lebih) untuk bertahan hidup sangat kecil. Diperbolehkan juga jika
kesehatan atau nyawa ibu terancam. Kedelapan Segala bentuk surrogacy dilarang.
Kesembilan Pendirian bank sperma dilarang keras, karena praktik semacam itu
mengancam keberadaan keluarga dan “ras” dan harus dicegah. Kesepuluh Dokter adalah
satu-satunya orang yang memenuhi syarat untuk mempraktikkan konsepsi yang dibantu
secara medis dalam semua jenisnya yang diizinkan. Jika dia melakukan salah satu teknik
terlarang, dia bersalah, penghasilannya dilarang, dan dia harus dihentikan dari praktik
terlarang moralnya.

Dengan hal itu sejauh mana deklarasi fatwa ini, khususnya larangan eksplisit atas
segala bentuk donasi bahan reproduksi pihak ketiga yang benar-benar diikuti oleh para
dokter di dunia Muslim. Survei global tentang donasi sperma di antara pusat teknologi
reproduksi berbantuan di beberapa negara memberikan beberapa indikasi tingkat
konvergensi antara wacana resmi dan praktik aktual. Di semua negara Muslim yang
disurvei pada pertengahan 1990 termasuk negara-negara Timur Tengah Mesir, Iran,
Kuwait, Yordania, Lebanon, Maroko, Qatar, dan Turki, serta sejumlah negara Muslim non-
Timur Tengah, termasuk Indonesia, Malaysia, dan Pakistan donasi sperma dalam IVF dan
semua bentuk donasi gamet lainnya dilarang keras. Meirow dan Schenker menyatakan
dalam penelitiannya “Di banyak negara Islam, di mana hukum Islam adalah hukum negara,
donasi sperma tidak dipraktikkan. AID (Artificial Insemination, Donor) dianggap
perzinahan dan menyebabkan ketidakjelasan mengenai garis silsilah, yang kemurniannya
sangat penting dalam Islam.27

Singkatnya, di negara-negara mayoritas Sunni di Timur Tengah dan seluruh dunia


Muslim Sunni, larangan donasi gamet telah diberlakukan baik dalam undang-undang
maupun dalam kode etik medis profesional. Akibatnya, donasi gamet tidak dipraktikkan
secara legal di dunia Muslim Sunni, dengan klinik menolak (atau merujuk ke negara Eropa
lainnya) pasangan yang membutuhkan layanan ini. Di negara-negara

26
Inhorn et al., “Assisted reproduction and Middle East kinship: a regional and religious comparison.”
27
Inhorn, “Making Muslim babies: IVF and gamete donation in Sunni versus shi’a Islam.”
Muslim Sunni seperti Mesir, pemikiran untuk menggunakan gamet donor tercela
oleh sebagian besar pasangan Muslim (dan bahkan Kristen) yang tidak subur, yang
sepenuhnya setuju dengan larangan donasi pihak ketiga yang ditentukan oleh agama dan
ditegakkan melalui kode etik medis. Akan tetapi, seperti yang ditunjukkan pada bagian
berikutnya, situasi berubah bagi Muslim Syiah, yang pemimpin ulamanya telah
mengambil langkah berani ke arah yang baru.28

PENUTUP
Kesimpulan

Program bagi tabung merupakan upaya suami istri yang kesulitan memiliki anak
karena terdapat permasalahan baik itu yang bersumber dari suami dan atau dari Istri, sehingga
keduanya mengambil jalan program bagi tabung sebagai usaha untuk memiliki anak dengan
proses sperma dari suami dan ovum dari istri kemudian embrionya dipindahkan kepada rahim
istri dari suami yang bersangkutan, setiap upaya program bagi tabung pasangan suami istri
harus mampu membuktikan bahwa keduanya memiliki permasalahan kesehatan yang
berakibat tidak dapat memiliki anak. Kemudian praktek program bagi tabung hanya dapat
dilakukan oleh tenaga kesehatan yang memiliki keahlian. Program bagi tabung tidak diatur
secara khusus pada peraturan perundang-undangan. Kepemilikan anak diluar lahim hanya
dijelaska pada Kompilasi Hukum Islam yaitu pasal 99 anak sah ialah anak yang dilahirkan
dalam atau akibat perkawinan yang sah, anak hasil perbuatan suami istri yang sah diluar
rahim dan dilahirkan oleh istri mampu. kemudian pada KUHPerdata dan Undang-Undang No
1 Tahun 1974 tentang perkawinan masing-masing menjelaskan bahwa anak yang sah itu
sebagai akibat dari hubungan suami istri yang memiliki status perkawinan, tetapi kalau dilihat
dari proses program bayi maka anak tersebut merupakan bayi tabung karna anak tersebut
dikandung dan dilahirkan oleh istri yang mampu.

Daftar Rujukan

Hamdani, Faisal Muhammad. “Hukum inseminasi Buatan Dan Bayi Tabung.” al-Ahkam,
2010.

Haniyah, Santoso, Uji. “Status Hukum Bayi Tabung.” Legisia 12 (2022).

28
Inhorn et al., “Assisted reproduction and Middle East kinship: a regional and religious comparison.”
Inhorn, Marcia. “Islam, IVF and Everyday Life in the Middle East: The Making of Sunni
versus Shi’ite Test-Tube Babies.” Anthropology of the Middle East 1 (Maret 2006):
42–50. https://doi.org/10.3167/ame.2006.010104.

Inhorn, Marcia C. “Making Muslim babies: IVF and gamete donation in Sunni versus shi’a
Islam.” Culture, Medicine and Psychiatry 30, no. 4 (2006): 427–50.
https://doi.org/10.1007/s11013-006-9027-x.

Inhorn, Marcia C., Daphna Birenbaum-Carmeli, Soraya Tremayne, dan Zeynep B. Gürtin.
“Assisted reproduction and Middle East kinship: a regional and religious
comparison.” Reproductive Biomedicine and Society Online 4 (2017): 41–51.
https://doi.org/10.1016/j.rbms.2017.06.003.

Lahia, David. “Aspek Hukum Terhadap Bayi Tabung Dan Sewa Rahim Dari Perspektif
Hukum.” Lex Privatum V, no. 4 (2017).

Marzuki, Peter mahmud. Penelitian Hukum, 2017.

Peraturan. “Undang-Undang No 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan,” 1974.

Yuliana, Tri Wahyu, Saputra, Dharma Aditya. A.A. “Analisa Hak Mewaris Bagi Anak Yang
Lahir Melalui Proses Bayi Tabung Dalam Prespektif Hukum Perdata Analysis.”
HUMANI (Hukum dan Masyarakat Madani) 9, no. 1 (2019).

Zahrowati. “Bayi Tabung ( Fertilisasi In Vitro ) Dengan Menggunakan Sperma

Anda mungkin juga menyukai