Anda di halaman 1dari 5

Rumusan Masalah 1. Apakah yang dimaksud dengan bayi tabung? 2. Jenis-jenis bayi tabung? 3.

Apakah syarat-syarat dalam mengikuti progrm bayi tabung? 4. Bagaimana perspektif Islam terhadap tindakan bayi tabung?

Identifikasi Masalah 1. Bayi tabung sebenarnya merupakan terjemahan dari artifisial

insemination. Artifisial yang berarti buatan atau tiruan dan insemination yang berasal dari kata inseminatus yang berarti pemasukan atau penyimpanan. Bayi tabung juga dikenal dengan istilah pembuahan secara in vitro atau fertilitation in vitro dimana teknik pembuahan sel telur (ovum) di luar tubuh wanita tanpa melalui senggama (sexual intercourse). Bayi tabung dijadikan salah satu metode pilihan untuk pasangan yang mengalami masalah kesuburan.

2. Jenis-jenis bayi tabung ada 8 (delapan) yakni :

a. Bayi tabung yang menggunakan sperma dan ovum dari pasangan suami istri yang kemudian embrionya ditransplantasikan ke dalam rahim dari istri b. Bayi tabung yang menggunakan sperma dan ovum dari suami istri lalu embrionya ditransplantasikan ke dalam rahim ibu pengganti (surrogate mother) c. Bayi tabung yang menggunakan sperma dari suami dan ovumnya berasal dari donor, lalu embrionya ditransplantasikan ke dalam rahim istri

d. Bayi tabung yang menggunakan sperma dari donor, sedangkan ovumnya berasal dari istri, lalu embrionya ditransplantasikan ke dalam rahim istri e. Bayi tabung yang menggunakan sperma dari donor, sedangkan ovumnya berasal dari istri lalu embrionya ditransplantasikan ke dalam rahim surrogate mother f. Bayi tabung yang menggunakan sperma suami, sedangkan ovum berasal dari donor kemudian embrio ditranplantasikan ke dalam rahim surrogate mother g. Bayi tabung menggunakan sperma dan ovum dari donor, lalu embrio transplantasikan ke dalam rahim istri h. Bayi tabung yang berasal dari sperm adan ovum dari donor kemudian embrio ditransplantasikan ke dalam rahim surrogate mother. 3. Syarat-syarat dalam mengikuti program bayi tabung adalah : a. Pengelolaan infertilitas telah dilakukan secara lengkap Pengelolan infertilitas merupakan usaha dokter untuk mengetahui faktor penyebab infertilitas dari pasangan suami istriyang memakan waktu kira-kira 6 (enam) siklus haid atau 6 (enam) bulan. Pemeriksaan infertilitas untuk suami biasanya mudah, tidak nyeri, dan tidak lama tetapi pemeriksaan terhadap istri biasanya sukar, nyeri dan lama. b. Terdapat alasan yang sangat jelas Setiap pasangan suami istri yang ingin melakukan program bayi tabung adalah ingin mendapatkan anak karena tanpa anak kehidupan rumah tangganya tidak tenang sebab meskipun semua kebutuhan materilnya terpenuhi namun nilai seorang anak tidak dapat diukur/dinilai dengan materi semata-mata. c. Sehat jiwa raga Pasangan suami istri yang dapat mengikuti bayi tabung adalah pasangan suami yang sehat jiwa raga karena tanpa kesehatan yang memadai maka akan sulit bagi pasangan suami istri tersebut untuk

mengikuti serangakian pemeriksaan infertilitas dan pengambilan sperma dan sel telur. d. Mampu menbiayai program fertilitas in vitro dan pemindahan embrio (bayi tabung) dan biata persalinan Berdasarkan pengamatan kebanyakan kasus pasangan suami istri yang mengikuti program bayi tabung adalah pasangan suami istri yang memiliki tingkat ekonomi menengah ke atas sebab memang diperlukan biaya yang cukup tinggi untuk melaksanakan program bayi tabung ini. e. Mengerti secara umum tentang fertilitas invitro dan pemindahan embrio (bayi tabung) Sebelum melakukan tindakan pembuahan dan pemindaian dalam proses bayi tabung ini, pasangan suami istri hendaknya dilakukan diagnosis tentang faktor-faktor penyebab kemandulannya sehingga

saat dilakukan pembuahan dan pemindaian diharapkan pasangan tersebut sudah mengerti seluk beluk tentang bayi tabung. f. Mampu memberikan izin untuk dokter melakukan proses FIV.PE (fertilisasi in vitro dan pemindahan embrio) dengan informed consent Informed consent di sini diperlukan untuk meminta persetujuan dari pasangan suami istri sebelum dilakukan prosedur tindakan bayi tabung. Izin tersebut dikatakan sah jika dokter telah memberikan informasi lengkap tentang keuntungan dan kerugian dari tindakan medik yang akan dilakukan. g. Umur istri kurang dari 38 tahun Faktor usia tersebut berkaitan dengan tingkat keberhasilan untuk hamil yang cukup tinggi jika dibandingkan dengan istri yang berumur diatas 38 tahun. 4. Bayi Tabung dalam Pandangan Islam Inseminasi buatan menurut pandangan Islam termasuk dalam masalah kontemporer ijtihadiah, karena tidak terdapat hukumnya secara spesifik di dalam Al-Quran dan As-sunnah bahkan dalam kajian Fiqih klasik sekalipun.

I.

Menurut Majelis Ulama Indonesia (MUI) dalam fatwanya menetapkan 4 keputusan terkait masalah bayi tabung, diantaranya : a) Bayi tabung dengan sperma dan ovum dari pasangan suami-istri yang sah hukumnya mubah (boleh), sebab ini termasuk ikhtiar yang berdasarkan kaidah-kaidah agama b) sedangkan para ulama melarang penggunaan teknologi bayi tabung dari pasangan suami-istri yang dititipkan dirahim perempuan lain dan itu hukumnya haram, karena dikemudian hari hal itu akan menimbulkan masalah yang rumit dalam kaitannya dengan warisan. c) Bayi Tabung dari sperma yang dibekukan dari suami yang telah meninggal dunia hukumnya haram. Sebab, hal ini akan menimnulkan masalah yang pelik baik kaitannya dengan penentuan nasab maupun dalam hal kewarisan. d) Bayi Tabung yang sperma dan ovumnya tak berasal dari pasangan suami-istri yang sah hal tersebut juga hukumnya haram. Alasannya, statusnya sama dengan hubungan kelamin antar lawan jenis diluar pernikahan yang sah alias perzinahan.

II.

Menurut Nahdlatul Ulama (NU) juga telah menetapkan fatwa terkait masalah dalam Forum Munas di Kaliurang, Yogyakarta pada tahun 1981. Ada 3 keputusan yang ditetapkan ulama NU terkait masalah Bayi Tabung, diantaranya : a) Apabila mani yang ditabung atau dimasukkan kedalam rahim wanita tersebut ternyata bukan mani suami-isntri yang sah, maka bayi tabung hukumnya haram. Hal itu didasarkan pada sebuah hadist yang diriwayatkan Ibnu Abbas RA, Rosulallah SAW bersabda Tidak ada dosa yang lebih besar setelah syirik dalam pandangan Allah SWT, dibandingkan dengan perbuatan seorang lelaki yang meletakkan spermanya (berzina) didalam rahim perempuan yang tidak halal baginya..

b) Apabila sperma yang ditabung tersebut milik suami-istri, tetapi cara mengeluarkannya tidak muhtaram, maka hukumnya juga haram. Mani Muhtaram adalah mani yang keluar/dikeluarkan dengan cara yang tidak dilarang oleh syara. c) Apabila mani yang ditabung itu mani suami-istri yang sah dan cara mengeluarkannya termasuk muhtaram, serta dimasukkan ke dalam rahim istri sendiri, maka hukum bayi tabung menjadi mubah (boleh). III. Dalil-dalil syari yang dapat dijadikan landasan menetapkan hukum haram inseminasi buatan dengan donor, antara lain : a) Dan sesungguhnya telah kami muliakan anak-anak Adam, kami angkut mereka di daratan dan di lautan, kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah kami ciptakan. (QS Al-Israa:70). b) Sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya. (QS At-tiin:4). c) Hadist Nabi SAW yang mengatakan : tidak halal bagi seseorang yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir menyiramkan airnya (sperma) pada tanaman orang lain (istri orang lain). (HR. Abu Daud, Tirmidzi dan dipandang shahih oleh Ibnu Hibban).

Anda mungkin juga menyukai