Anda di halaman 1dari 13

“FERTILISASI

INVITRO” ”
DALAM KEPERAWATAN
MATERNITAS
Dosen pengampu : Wahyu Retno Gumelar, S.Kep., Ns., MNS
Nama Kelompok
1. Yuanda Setia Rahayu (2102013301)
2. Siska Dwi Resanti (2102013307)
3. Galuh Angger Sisilia (2102013310)
4. Khubaha ichatal jannah (2102013316)
5. Mohammad irza Al Farobi (2102013319)
6. Yeni Nur Cahyani (2102013321)
7. Ilma Fauziyah Firdaus (2102013337)
8. Putri Agustina (2102013290)
9. Fadhli Azmi Susilo (2102013293)
10.Chahyani Firdaus (2102013298)
Fertilisasi Invitro
Secara bahasa Fertilisasi Invitro terdiri dari dua
suku kata yaitu Fertilisasi dan In Vitro. Fertilisasi
berarti pembuahan sel telur wanita oleh
spermatozoa pria, In Vitro berarti di luar tubuh.
Dengan demikian, fertilisasi invitro berarti proses
pembuahan sel telur wanita oleh spermatozoa pria
(bagian dari proses reproduksi manusia), yang
terjadi di luar tubuh.
Metode Fertilisasi Invitro
1. Sel sperma suami disuntikkan langsung ke sel telur (ovum) istri
2. Sel sperma berasal dari suami, sel telur (ovum) berasal dari istri
kemudian ditanamkan ke dalam rahim istri
3. Sel sperma berasal dari donor, sel telur (ovum) berasal dari istri
kemudian ditanamkan ke dalam rahim istri
4. Sel sperma berasal dari suami, sel telur (ovum) berasal dari donor
kemudian ditanamkan ke dalam rahim istri
5. Sel sperma berasal dari donor, sel telur (ovum) berasal dari donor
kemudian ditanamkan ke dalam rahim istri
6. Sel sperma berasal dari suami, sel telur (ovum) berasal dari istri
kemudian ditanamkan ke dalam rahim wanita lain (rahim sewaan)
7. Sel sperma berasal dari suami, sel telur (ovum) berasal dari istri
kemudian ditanamkan ke dalam rahim istri lainnya
Latar Belakang dilakukannya Fertilisasi In Vitro

Faktor Pria
a. Gangguan pada saluran keluar spermatozoa.
b. Kelumpuhan fisik yang menyebabkan pria tidak mampu melakukan hubungan seksual
(misalnya kelumpuhan pada bagian pinggang ke bawah setelah terjadi kecelakaan).
c. Sangat terbatasnya jumlah spermatozoa yang mampu membuahi sel telur (yang memiliki
bentuk tubuh spermatozoa normal dan bergerak secara aktif).
Faktor wanita
a. Gangguan pada saluran reproduksi wanita (seperti pada perlengketan atau sumbatan tuba).
b. Adanya antibodi abnormal pada saluran reproduksi wanita, sehingga menyebabkan
spermatozoa pria yang masuk kedalamya tidak mampu bertahan hidup.
Syarat – Syarat Fertilisasi Invitro
a. Telah dilakukan pengelolaan infertilitas (kekurangsuburan) secara
lengkap.
b. Terdapat alasan yang sangat jelas.
c. Sehat jiwa dan raga pasangan suamiisteri.
d. Mampu membiayai prosedur ini, dan kalau berhasil mampu
membiayai persalinannya dan membesarkan bayinya.
e. Mengerti secara umum prosedur fertilisasi in vitro dan
pemindahan embrio (FIVPE).
f. Mampu memberikan izin kepada dokter yang akan melakukan
prosedur FIV-PE (fertilisasi in vitro dan pemindahan embrio) atas
dasar pengertian (informed consent).
g. Isteri berusia kurang dari 38 tahu
Prosedur Fertilisasi Invitro
1. Tahap pertama Pengobatan merangsang (stimulasi) indung telur. Pada tahap ini isteri diberi obat yang
merangsang indung telur, sehingga dapat mengeluarkan banyak ovum dan cara ini berbeda dengan cara
biasa, hanya satu ovum yang berkembang dalam siklus haid.
2. Tahap kedua Pengambilan sel telur. Apabila sel telur isteri sudah banyak, maka dilakukan
pengambilan sel telur yang akan dilakukan dengan suntikan lewat vagina di bawah panduan gambar
yang dihasilkan oleh alat USG
3. Tahap ketiga Pembuahan atau fertilisasi sel telur. Setelah berhasil mengeluarkan beberapa sel telur,
maka dokter akan meminta sperma dari suami baik dikeluarkan sendiri (masturbasi) atau dengan
prosedur pengambilan khusus oleh dokter di ruang operasi.
4. Tahap keempat Pemindahan embrio. Setelah terjadinya fertilisasi, embriologis dan dokter ahli
kesuburan akan melakukan pengawasan khusus terhadap perkembangan embrio.
5 Tahap kelima Pengamatan terjadinya kehamilan. Setelah implantasi embrio, maka tinggal menunggu
apakah kehamilan akan terjadi. Apabila 14 hari setelah pemindahan embrio tidak terjadi haid, maka
dilakukan pemeriksaan kencing untuk menentukan adanya kehamilan.
Hukum Fertilisasi Invitro
Di Negara Indonesia, semua terdapat dalam UU dan FIV dalam hal ini yg termasuk
kedalam masalah kesehatan diatur juga dalam Kode Etik Kedokteran Indonesia (KODEKI).
FIV di Indonesia diatur dalam UU No. 23 tahun 1992 pasal 16.
1. Kehamilan di luar cara alami dapat dilaksanakan sebagai upaya terakhir untuk
membantu suami-istri mendapat keturunan
2. Upaya kehamilan di luar cara alami sebagaimana dimaksudkan dalam ayat 1 hanya
dapat dilakukan oleh suami-istri yang sah dengan ketentuan :
a. Hasil pembuahan sperma dan ovum dari suami-istri yang bersangkutan, ditanam
dalam rahim istri dari mana ovum berasal
b. Dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan untuk
itu
c. Pada sarana kesehatan tertentu
3. Ketentuan mengenai persyaratan dimaksud dalam ayat 1 dan 2 ditetapkan dengan
peraturan pemerintah.
Fertilisasi In Vitro ditinjau dari aspek UU Kesehatan
Pelaksanaan program bayi tabung di Indonesia harus mengacu pada undang-undang
No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan, Sebagai berikut:
Ayat 1: Kehamilan di luar cara alami dapat dilaksanakan sebagai upaya terakhir untuk
membantu suamiistri mendapat keturunan”.
Ayat 2: Upaya kehamilan di luar cara alami sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 hanya
dapat dilaksanakan oleh pasangan suami istri yang sah, dengan ketentuan:
a. Hasil pembuahan sperma dan ovum dari suami istri yang bersangkutan
ditanamkan dalam rahimistri darimana ovum itu berasal
b. Dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan
untuk itu
c. Ada sarana kesehatan tertentu.
Ayat 3: Ketentuan mengenai persyaratan penyelenggaraan kehamilan diluar cara alami
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) ditentukan dengan Peraturan
Pemerintah.
Fertilitasi In Vitro Ditinjau dari Aspek Keagamaan
Pertama: Lima perkara berikut ini diharamkan dan terlarang sama sekali, karena dapat
mengakibatkan percampuran nasab dan hilangnya hak orang tua serta perkaraperkara
lain yang dikecam oleh syariat:
a. Sperma yang diambil dari pihak lelaki disemaikan kepada indung telur pihak wanita
yang bukan istrinya kemudian dicangkokkan ke dalam rahim istrinya.
b.Indung telur yang diambil dari pihak wanita disemaikan kepada sperma yang diambil
dari pihak lelaki yang bukan suaminya kemudian dicangkokkan ke dalam rahim si
wanita.
c. Sperma dan indung telur yang disemaikan tersebut diambil dari sepasang suami istri,
kemudian dicangkokkan ke dalam rahim wanita lain yang bersedia mengandung
persemaian benih mereka tersebut.
d. Sperma dan indung telur yang disemaikan berasal dari lelaki dan wanita lain kemudian
dicangkokkan ke dalam rahim si istri.
e. Sperma dan indung telur yang disemaikan tersebut diambil dari seorang suami dan
istrinya, kemudian dicangkokkan ke dalam rahim istrinya yang lain.
Kedua: Dua perkara berikut ini boleh dilakukan jika
memang sangat dibutuhkan dan setelah memastikan
keamanan dan keselamatan yang harus dilakukan,
sebagai berikut:
a. Sperma tersebut diambil dari si suami dan indung
telurnya diambil dari istrinya kemudian disemaikan
dan dicangkokkan ke dalam rahim istrinya.
b. Sperma si suami diambil kemudian di suntikkan ke
dalam saluran rahim istrinya atau langsung ke dalam
rahim istrinya untuk disemaikan.
Kesimpulan
Permasalahan FIV ini bukanlah merupakan hal yang mudah mengingat
kompleksitas sudut pandang dalam masyarakat dewasa ini. Masih banyak hal
yang perlu dipertimbangkan untuk membentuk suatu sistem hukum adekuat
guna melakukan pengawasan terhadap berlangsungnya teknologi FIV. Berbagai
pernyataan akan muncul dan direvisi untuk mencapai keseimbangan tersebut.
Akan tetapi, keseimbangan hukum di berbagai negara tentu berbeda mengingat
kemajuan pola pikir dan budaya yang juga berbeda. Persoalan lain yang
muncul berkaitan dengan adanya teknik fertilisasi in vitro, adalah fenomena
ibu (surrogate mother) atau sering disebut dengan rahim sewaan, di mana
sperma dan ovum dari pasangan suamiisteri yang diproses dalam tabung, lalu
dimasukkan ke dalam rahim orang lain, dan bukan ke dalam rahim isteri.
Menurut hukum bahwa anak yang dilahirkan melalui proses bayi tabung yang
menggunakan sperma suami dan ovum dari isteri, kemudian embrionya
ditransplantasikan ke dalam rahim isteri dapat disamakan dengan anak
kandung, dengan demikian ia berhak untuk mendapatkan warisan dari orang
tuanya (pewaris).
TERIMA KASIH!

Anda mungkin juga menyukai