Anda di halaman 1dari 12

Menelusuri Sejarah Bayi Tabung

Inggris merupakan negara yang menjadi tonggak awal sejarah bayi tabung di dunia . Di
sanalah sejumlah dokter untuk pertama kalinya menggagas pelaksanaan program bayi tabung.
Bayi tabung pertama yang berhasil dilahirkan dari program tersebut adalah Louise Brown
yang lahir pada tahun 1978.

Sejarah bayi tabung ini berawal dari upaya untuk mendapatkan keturunan bagi pasangan
suami isteri yang mengalami gangguan kesuburan. Sebelum program bayi tabung ditemukan,
inseminasi buatan dikenal sebagai metode untuk menyelesaikan masalah tersebut. Inseminasi
buatan dilakukan dengan menyemprotkan sejumlah cairan semen suami ke dalam rahim isteri
dengan menggunakan bantuan alat suntik. Dengan cara ini sperma diharapkan mudah
bertemu dengan sel telur. Sayangnya, tingkat keberhasilan metode inseminasi buatan hanya
sebesar 15%.

Kesuksesan perdana program bayi tabung yang dilakukan secara konvensional/In Vitro
Fertilization (IVF) dengan lahirnya Louise Brown membuat program ini semakin diminati
oleh negara-negara di dunia. Di Indonesia, sejarah bayi tabung yang pertama dilakukan di
RSAB Harapan Kita, Jakarta, pada tahun 1987. Program bayi tabung tersebut akhirnya
melahirkan bayi tabung pertama di Indonesia, yakni Nugroho Karyanto pada tahun 1988.
Baru setelah itu mulai banyak bermunculan kelahiran bayi tabung di Indonesia. Bahkan
jumlahnya sudah mencapai 300 anak.

Kesuksesan program bayi tabung tidak begitu saja memuaskan dunia kedokteran. Upaya
untuk mengukir tinta emas sejarah bayi tabung terus berlanjut. Jika selama ini masyarakat
hanya mengenal satu teknik proses bayi tabung secara IVF, maka sekarang telah muncul
bermacam-macam bayi tabung dengan menggunakan teknik baru yang semakin canggih
daripada teknik sebelumnya. Di antaranya adalah Partial Zone Dessection (PZD) dan
Subzonal Sperm Intersection (SUZI). Teknik PZD dilakukan dengan menyemprotkan sperma
ke sel telur dengan membuat celah pada dinding sel telur terlebih dulu agar memudahkan
kontak antara sperma dengan sel telur. Sedangkan pada teknik SUZI, sperma disuntikkan
secara langsung ke dalam sel telur. Hanya saja dari sisi keberhasilan, kedua teknik ini
dianggap masih belum memuaskan.
Macam-macam bayi tabung selanjutnya adalah dengan menggunakan teknik Intra
Cytoplasmic Sperm Injection (ICSI). Teknik ini sangat sesuai jika diterapkan pada kasus
sperma yang mutu dan jumlahnya sangat minim. Jika pada teknik IVF konvensional
membutuhkan 50 ribu-100 ribu sperma untuk membuahi sel telur, maka pada teknik ICSI
hanya membutuhkan satu sperma dengan kualitas bagus. Dengan bantuan pipet khusus,
sperma kemudian disuntikkan ke dalam sel telur. Langkah selanjutnya juga serupa dengan
teknik IVF konvensional.

Menurut dr. Subyanto DSOG dan dr. Muchsin Jaffar DSPK, tim unit infertilitas Melati,
RSAB Harapan kita, di Indonesia program bayi tabung dengan menggunakan teknik ICSI
sudah mulai dilakukan sejak tahun 1995. Dengan pemakaian teknik tersebut, keberhasilan
bayi tabung bisa mencapai 30%-40%.

Sejarah bayi tabung nampaknya tidak akan berhenti sampai di sini. Dunia kedokteran akan
terus berusaha mengembangkan berbagai penelitian hingga didapatkan teknik bayi tabung
yang bisa memberikan tingkat keberhasilan yang paling memuaskan.

Sekilas Tentang Bayi Tabung


Kesempurnaan kebahagiaan bagi pasangan suami isteri (pasutri) adalah ketika mereka
dikaruniai keturunan. Namun demikian tak semua pasutri ternyata mampu mendapatkannya
dengan mudah. Bahkan ada juga yang tidak mampu menghasilkan keturunan sama sekali.
Menurut Prof. Dr. dr. Sudraji Sumapraja SpOG (K), ada 10%-15% pasutri di seluruh dunia
yang mengalami gangguan kesuburan. 90% di antaranya telah diketahui penyebabnya. Dari
prosentase tersebut, 40% disumbangkan oleh pihak perempuan sedangkan 30% dari pihak
laki-laki dan sisanya dari kedua belah pihak.

Berbagai upaya pun ditempuh oleh pasutri yang kesulitan mendapatkan keturunan. Salah
satunya alternatifnya yaitu melalui program bayi tabung sebagaimana yang dilakukan oleh
artis Inul Daratista. Program bayi tabung biasanya dilakukan oleh pasutri yang mengalami
gangguan pada alat reproduksi maupun pasutri yang susah memiliki momongan dikarenakan
sebab yang tidak jelas.

Pengertian bayi tabung yang sebenarnya memang tidak begitu populer di tengah
masyarakat. Malah ada juga yang beranggapan bahwa bayi tabung adalah bayi yang proses
pembuahannya terjadi di dalam tabung. Ada juga masyarakat yang memplesetkan tentang
bayi tabung dengan pengertian yang bersifat olok-olokkan. Yakni bayi dari hasil tabungan
karena biayanya yang memang sangat mahal. Dan bisa jadi masih banyak lagi pengertian
bayi tabung yang beredar di tengah masyarakat dengan versinya sendiri-sendiri.

Yang jelas, pengertian bayi tabung adalah istilah teknis. Yakni proses pembuahan sel telur
oleh sperma yang terjadi di tubuh wanita atau dikenal dengan istilah In Vitro Fertilization
(IVF). In Vitro berasal dari bahasa Latin yang berarti di dalam sedangkan Fertilization adalah
bahasa Inggris yang memiliki arti pembuahan. Proses pembuahan atau bertemunya sel telur
dan sperma terjadi di dalam cawan petri (semacam mangkuk kaca berukuran kecil). Hasil dari
pembuahan ini kemudian ditanamkan kembali ke dalam rahim. Mungkin karena proses
pembuahan tersebut terjadi di cawan kaca (seolah seperti tabung), akhirnya masyarakat
mengenalnya sebagai pengertian bayi tabung.

Pengertian bayi tabung sebenarnya sudah diperkenalkan oleh Steptoe dan Edward sejak tahun
1977. Keduanya merintis program tersebut untuk pasangan yang susah mendapatkan
keturunan. Bayi pertama yang lahir dari program bayi tabung adalah Louise Brown. Ia lahir
dengan pertolongan langsung dari Dr. Robert G. Edwards dan C. Steptoe pada tanggal 25 Juli
1978 di Manchester Inggris. Sejak saat itulah klinik yang menjalankan program bayi tabung
berkembang dengan pesat.

Program bayi tabung memang bisa menjadi solusi alternatif. Namun demikian, hal tersebut
akhirnya menuai reaksi dari para agamawan. Mereka memperdebatkan keabsahan program
bayi tabung jika ditinjau dari kaca mata agama. Polemik tentang bayi tabung yang mereka
soroti adalah seputar terjadinya pembuahan yang tidak terjadi secara alamiah, yakni tanpa
melalui persetubuhan. Selain itu mereka juga mempermasalahkan munculnya aspek
komersial dengan adanya sperma dan sel telur donor maupun persewaan rahim.

Mengurai Hukum Bayi Tabung


Program bayi tabung dari satu sisi memang cukup membantu pasangan suami isteri (pasutri)
yang mengalami gangguan kesuburan dan ingin mendapatkan keturunan. Namun di sisi
yang lain, hukum bayi tabung akhirnya menuai pro dan kontra dari sejumlah pihak.
Khususnya reaksi dari para alim ulama yang mempertanyakan keabsahan hukum bayi
tabung jika dinilai dari sudut agama.

Berdasarkan fatwa MUI, hukum bayi tabung sah (diperbolehkan) dengan syarat sperma dan
ovum yang digunakan berasal dari pasutri yang sah. Sebab hal itu termasuk dalam ranah
ikhtiar (usaha) yang berdasarkan kaidah-kaidah agama.

MUI juga menegaskan, hukum bayi tabung menjadi haram jika hasil pembuahan sperma
dan sel telur pasutri dititipkan di rahim wanita lain. Demikian pula ketika menggunakan
sperma yang telah dibekukan dari suami yang telah meninggal dunia atau menggunakan
sperma dan ovum yang bukan berasal dari pasutri yang sah, maka hukum bayi tabung
dalam hal ini juga haram.

Adapun undang-undang bayi tabung jika


dilihat dari sudut pandang hukum
perdata di Indonesia, bisa ditemui dalam
Pasal 127 ayat (1) UU No. 36 Tahun 2009
tentang Kesehatan. Pasal tersebut
mengatur tentang upaya kehamilan yang
dilakukan di luar cara alamiah, yakni
hanya dapat dilakukan oleh pasangan
suami isteri yang sah dengan ketentuan:

a. Hasil pembuahan sperma dan


ovum dari suami isteri yang bersangkutan
ditanamkan dalam rahim isteri dari mana
ovum berasal;
b. Dilakukan oleh tenaga kesehatan
yang mempunyai keahlian dan
kewenangan untuk itu;
c. Pada fasilitas pelayanan kesehatan tertentu
Dengan demikian status anak tersebut adalah anak sah sehingga ia memiliki
hubungan waris dan keperdataan sebagaimana yang berlaku pada anak kandung.
Namun Jika embrio diimplantasikan ke dalam rahim seorang isteri ketika ia telah
bercerai dari suaminya, maka status anak yang terlahir sah jika anak tersebut lahir sebelum
300 hari sejak perceraian terjadi. Bila anak terlahir setelah masa 300 hari sejak perceraian,
status anak tidak sah sehingga ia tidak memiliki hubungan keperdataan apapun dengan
mantan suami dari sang ibu (Pasal 255 KUH Perdata).
Undang-undang bayi tabung berdasarkan hukum perdata dapat ditinjau dari
beberapa kondisi berikut ini:
a. Jika sperma berasal dari pendonor dan setelah terjadi embrio diimplantasikan ke
dalam rahim isteri, maka anak yang terlahir statusnya sah dan memiliki hubungan
waris serta keperdataan selama suami menerimanya (Pasal 250 KUH Perdata).
b. Jika embrio diimplantasikan ke rahim wanita lain yang telah bersuami, maka anak
yang terlahir statusnya sah dari pasangan penghamil, dan bukan dari pasangan yang
memiliki benih (Pasal 42 UU No. 1/1974 dan Pasal 250 KUH Perdata).
c. Jika sperma dan sel telur berasal dari orang yang tidak terikat perkawinan tetapi
embrionya diimplantasikan ke rahim wanita yang terikat perkawinan, anak yang
terlahir statusnya sah bagi pasutri tersebut.

Jika embrio diimplantasikan ke rahim gadis, maka status anak yang terlahir adalah anak di
luar nikah
Perkembangan Program Bayi Tabung di
Indonesia
Meskipun program bayi tabung sudah diperkenalkan sejak tahun 1977, program ini baru
dilakukan di Indonesia pada tahun 1988. Keberhasilan program tersebut sekaligus
mematahkan anggapan negatif bahwa Indonesia dinilai belum mampu menjalankannya. Saat
ini dari 15 juta pasangan usia subur yang terdapat di Indonesia, 12%-15% di antaranya
mengalami gangguan kesuburan. Dengan kata lain, satu dari sepuluh pasangan suami isteri
(pasutri) tidak mampu menghasilkan keturunan. Gangguan kesuburan bisa terjadi karena
beberapa faktor, antara lain: adanya masalah pada sperma baik bentuk maupun jumlahnya,
terdapat sumbatan pada saluran telur, munculnya endometriosis derajat sedang dan berat,
proses pematangan sel telur mengalami gangguan, ataupun faktor lain yang tidak diketahui
penyebabnya.

Dari sekian pasutri yang mengalami gangguan kesuburan dan memilih melakukan program
bayi tabung di Indonesiasebagai solusi untuk mendapatkan keturunanternyata jumlahnya
relatif sedikit. Yakni hanya sekitar 1500 orang saja. Artinya, jika diambil 10% dari jumlah
pasutri yang mengalami gangguan kesuburan hanya sekitar 150-200 pasutri yang melakukan
program bayi tabung di Indonesia. Sisanya, mereka lebih memilih melakukannya di luar
negeri seperti di Singapura, Malaysia,
Australia, Thailand, dan juga Vietnam.

Menurut dr. Andon Hestiantoro, SpOG (K),


Kepala Klinik Yasmin Kencana Rumah Sakit
Cipto Mangunkusumo (RSCM), tingginya
biaya program bayi tabung di Indonesia
menjadi penyebab utama pasien lebih memilih
melakukannya di luar negeri karena di sana
biayanya lebih murah. Penyebab tingginya
biaya tidak lain karena mahalnya obat-obatan
yang harus dikonsumsi seorang isteri selama
menjalani program tersebut. Selama ini
Indonesia memang belum mampu
memproduksi sendiri obat-obatan tersebut
sehingga akhirnya mengandalkan pada impor.
Walhasil, harganya bisa sepuluh kali lipat jika dibandingkan dengan negara Malaysia,
Vietnam, maupun Singapura. Apalagi di negara-negara tersebut obat-obatan itu disubsidi
penuh oleh pemerintah alias gratis.

Mengupas pembahasan dari sejumlah artikel tentang bayi tabung, faktor biaya ternyata
menjadi kendala utama para pasutri dalam menjalani program ini. Risiko lain adalah tingkat
kegagalannya juga cukup tinggi. Bahkan ada yang menyebutkan hingga 30%. Dengan
demikian, persiapan mental pasti sangat dibutuhkan agar siap menghadapi segala risiko yang
akan terjadi. Selain itu, prosedur pelaksanaannya tidak bisa dilakukan secara instan sehingga
membutuhkan waktu yang relatif lama. Akibatnya, pasutri yang menjalani program tersebut
dituntut sabar, telaten, dan juga disiplin mengikuti prosedur. Tentu saja hal ini menjadi
tantangan bagi pasutri yang aktivitasnya super padat. Atau mereka yang tinggal jauh dari
klinik yang melayani program bayi tabung. Meskipun begitu, sejumlah tantangan dan kendala
yang ada bukan berarti tidak bisa diselesaikan. Komunikasi yang terjalin baik di antara suami
isteri serta dukungan dari keluarga dan orang-orang terdekat, sangat memungkinkan bisa
membantu menyelesaikan semua itu. Apalagi keturunan merupakan investasi yang tak
terukur oleh apapun.

Jadi sebelum Anda menjatuhkan pilihan, tak ada salahnya mencari second opinion dari
sejumlah artikel tentang bayi tabung yang banyak dijumpai di internet. Setidaknya, ini bisa
menjadi bahan pertimbangan bagi Anda untuk mendapatkan keputusan yang terbaik.

Mengenal Teknologi Bayi Tabung


Assisted Reproductive Technology atau yang populer dengan teknologi bayi tabung
merupakan aplikasi teknologi dalam bidang reproduksi manusia. Teknologi bayi tabung
memungkinkan terjadinya proses pembuahan yang dilakukan dengan buatan dan terjadi
secara invitro (di luar tubuh manusia).

Pengembangan teknologi bayi tabung pada dasarnya ditujukan untuk membantu pasutri yang
mengalami gangguan kesuburan (infertilitas) sehingga kesulitan mendapatkan keturunan.
Infertilitas sebenarnya merupakan permasalahan global. Menurut data WHO, 167 (tidak
termasuk China) pasangan di dunia yang menikah dalam rentan umur 15-49 tahun mengalami
masalah infertilitas (2001). Dengan demikian, keberadaan teknologi bayi tabung diharapkan
bisa menjadi alternatif solusi untuk menyelesaikan permasalahan tersebut.

Seiring dengan waktu, teknologi bayi tabung semakin mengalami perkembangan yang sangat
signifikan. Selama ini ada tiga macam teknik bayi tabung yang sangat populer dilakukan.
Pertama, teknik In Vitro Fertilization (IVF). Pada teknik ini, 50ribu-100ribu sperma
dipertemukan dengan satu buah sel telur di dalam cawan petri yang berisi medium kultur
sehingga terjadi pembuahan. Teknik IVF diperkenalkan oleh Robert Edward, seorang
ilmuwan Inggris, pada tahun 1950-an. Ia melakukan riset bersama Patrick Steptoe, seorang
ahli bedah kandungan. Bayi pertama hasil pembuahan dengan teknik ini adalah Louise
Brown, seorang bayi perempuan, yang lahir pada tanggal 25 Juli 1978 di Inggris. Bayi
tersebut bisa tumbuh normal bahkan sekarang telah melahirkan anak laki-laki dengan proses
persalinan yang normal. Hingga saat ini, sudah ada sekitar empat juta orang di dunia yang
terlahir dengan teknik IVF. Kelebihan dari teknik IVF antara lain sangat mudah dilakukan,
biayanya relatif murah, dan tidak ada manipulasi pada sel telur (lebih bersifat alami). Namun
demikian kelemahannya jika sperma bermasalah maka sperma tidak akan mampu menembus
sel telur sehingga pembuahan tidak bisa terjadi.
Kedua, teknik Intra Cytoplasmic Sperm Injection (ICSA). Teknik ini lakukan dengan
menginjeksi satu sperma ke dalam satu sel telur sehingga terjadi pembuahan. Kelebihan
teknik ini sangat membantu seorang suami yang mengalami kasus azoospermia (tidak adanya
sperma yang keluar bersama air mani) atau juga jumlah spermanya sangat sedikit dengan
kualitas yang jelek. Teknik ICSA harus didukung oleh sistim pengambilan sperma secara
langsung dari testis atau teknologi simpan beku sperma. Hanya saja teknik ini sangat sulit
dilakukan karena membutuhkan alat khusus yang disebut micromanipulator sehingga
membutuhkan biaya yang relatif lebih mahal.

Ketiga, teknik In Vitro Maturation (IVM). Teknik bayi tabung ini merupakan teknik terbaru.
Teknik tersebut dilakukan dengan mematangkan dahulu sel telur di laboratorium baru
kemudian dibuahi. Tingkat keberhasilan teknik ini dinilai sangat memuaskan. Selain itu
prosedurnya juga sangat sederhana. Yakni dilakukan hanya pada satu siklus haid saja
sehingga bisa meminimalisasi penggunaan obat hormonal. Biayanya juga relatif lebih murah
jika dibandingkan dengan teknik IVF. Tidak mengherankan jika teknik ini sangat diminati
oleh negara-negara di dunia.

Menelisik Dampak Bayi Tabung


Pada program bayi tabung proses pembuahan terjadi secara tidak alami. Artinya, proses
pembuahan dilakukan secara buatan. Metode pembuahan buatan ini tidak menutup
kemungkinan menimbulkan risiko. Adanya dugaan cacat bawaan sebagai dampak bayi
tabung maupun pembuahan buatan lain dengan metode intra-cytoplasma telah mendorong
Prof. Bertelsmann menghimbau komisi kedokteran di Jerman untuk melakukan penelitian
terpadu maupun penelitian data secara sistimatis.

Selama ini memang belum diketahui secara pasti, apakah meningkatnya jumlah cacat bawaan
tersebut memang murni dampak bayi tabung ataukah faktor lainnya. Tetapi yang pasti, kasus
cacat bawaan memang banyak ditemukan pada pembuahan buatan dibandingkan dengan
pembuahan alami. Artinya, dampak bayi tabung memang berisiko menimbulkan cacat
bawaan pada bayi. Cacat bawaan ini mencakup cacat yang terlihat maupun yang tidak,
semisal kelainan pada ginjal, jantung, maupun organ tubuh lainnya.

Dampak bayi tabung yang lain adalah risiko bayi terlahir kembar. Pada proses bayi tabung,
pembuahan dilakukan terhadap beberapa sel telur sekaligus. Dari beberapa sel telur tersebut
kadang-kadang berkembang secara bersamaan di dalam rahim. Akibatnya, terjadi kehamilan
kembar yang bisa lebih dari dua. Jika ini terjadi, peluang janin untuk bisa terus berkembang
di dalam rahim akan semakin sedikit.

Adapun dampak negatif bayi tabung yang


sudah diketahui adalah efek samping bagi ibu
dan anak akibat dari penggunaan obat-obatan
pemicu ovulasi yang digunakan selama proses
bayi tabung. Selain itu, proses bayi tabung
juga berisiko menyebabkan pendarahan saat
tahap pengambilan sel telur (Ovum Pick-Up).
Meskipun pada faktanya jarang terjadi, namun
penggunaan jarum khusus yang dimasukkan
ke dalam rahim saat proses pengambilan sel
telur, tetap membuka peluang terjadinya pendarahan.

Dampak negatif bayi tabung lainnya antara lain: kehamilan di luar kandungan (kehamilan
ektopik), kemungkinan terjadinya sebesar 5%; ibu terserang infeksi, rhumatoid arthritis
(lupus), serta alergi; mengalami risiko keguguran sebesar 20%; terjadinya Ovarian
Hyperstimulation Syndrome (OHSS). OHSS merupakan komplikasi dari perkembangan sel
telur sehingga dihasilkan banyak folikel. Akibatnya, terjadilah akumulasi cairan di perut.
Cairan ini bisa sampai ke dalam rongga dada. Karena keberadaan cairan tersebut bisa
mengganggu fungsi tubuh maka harus dikeluarkan. Hanya saja risiko terjadinya OHSS relatif
kecil, hanya sekitar 1% saja.

Dampak bayi tabung serta program bayi tabung sendiri memang sesuatu yang dilematis. Di
satu sisi program bayi tabung memang bisa membantu pasutri yang sulit mempunyai
momongan akibat gangguan kesuburan. Namun di sisi lain, segala risiko yang harus dihadapi
pasien adalah suatu pilihan yang sulit dihindari. Belum lagi tingkat keberhasilan pembuahan
buatan juga relatif kecil. Hanya 40% pasien yang sukses mendapatkan kehamilan. Apalagi
sukses kehamilan yang bisa mengantarkan hingga bisa melahirkan anak semakin kecil
kemungkinannya, yakni sebesar 15%.

Mengintip Peluang Keberhasilan Bayi


Tabung
Tingkat keberhasilan bayi tabung sangat menggelitik untuk dicermati. Bagi pasien jelas hal
ini menimbulkan rasa penasaran yang luar biasa. Tidak mengherankan jika masalah tersebut
sering kali diutarakan pasien sebelum mereka memutuskan menjalani proses bayi tabung.

Ketika Louise Brown, bayi tabung yang pertama lahir pada tahun 1978, tingkat keberhasilan
bayi tabung hanya mencapai 1% saja. Namun seiring dengan kemajuan teknologi, tingkat
keberhasilannya semakin meningkat. Di Indonesia saat ini, tingkat keberhasilan bayi tabung
sudah mencapai 40% dengan angka kelahiran hidup sebesar 25%. Menurut Prof. Soegiharto
Soebijanto, ahli kandungan dari RSCM Jakarta, faktor utama yang mempengaruhi
keberhasilan bayi tabung adalah usia isteri. Misalnya, seorang isteri yang berusia 40 tahun
ketika distimulasi hanya akan menghasilkan beberapa sel telur dengan kadar estradiol dan
angka implantasi yang rendah. Seiring dengan bertambahnya usia isteri, jumlah folikel antral
(gelembung yang berisi sel telur) di indung telur memang cenderung mengalami penurunan.
Akibatnya, ketika terjadi kehamilan akan berisiko menimbulkan banyak gangguan seperti
abortus ataupun kelainan kromosom.

Adapun menurut Cathy Allen dari Rotunda


Hospital di Dublin, Irlandia, keberhasilan bayi
tabung bisa ditentukan dari tes darah.
Berdasarkan penelitian yang ia lakukan
bersama timnya, pola ekspresi darah pada
tingkat 200 menjadi indikator gen yang
menentukan sukses atau tidaknya program
bayi tabung. Ia juga menambahkan, bagi
seorang isteri yang akan menjalani proses bayi
tabung sebaiknya melakukan tes darah
terlebih dahulu. Hal ini bisa membantu untuk
menentukan apakah proses bayi tabung bisa
dilanjutkan ataukah tidak. Jika tanda-tanda peluang kehamilan ternyata kecil, maka proses
bayi tabung bisa dibatalkan.

Keluarga Dicky di Pekanbaru adalah salah satu pasutri yang memiliki pengalaman bayi
tabung. Pada waktu itu pernikahannya telah memasuki tahun yang ketiga. Di luar dugaan, di
tubuh isterinya ditemukan endometriosis. Beruntung isterinya bisa sembuh. Namun selama
sebelas tahun pernikahannya, Dicky dan isterinya tidak kunjung mendapatkan keturunan.
Berbagai upaya mereka tempuh agar bisa segera memiliki keturunan. Tapi belum juga
kunjung berhasil.

Setelah sekian lama berkonsultasi dengan dokter serta pertimbangan umur keduanya yang
hampir mencapai empat puluh tahun, akhirnya pasangan tersebut memilih untuk mengikuti
program bayi tabung. Prosedur pelaksanaan bayi tabung pun akhirnya dimulai. Saat pertama
kali menjalani program tersebut sempat membuat isteri Dicky stress. Dicky terus memotivasi
isterinya. Entah program tersebut gagal ataupun berhasil, yang penting mereka sudah
berusaha. Dan sungguh luar biasa. Program bayi tabung yang mereka jalani pun membuahkan
hasil. Isteri Dicky akhirnya hamil.

Pengalaman bayi tabung juga pernah dirasakan keluarga Andi. Ia dan isterinya memutuskan
mengikuti program bayi tabung setelah berbagai upayanya untuk mendapatkan keturunan
akhirnya gagal. Keduanya telah menjalani program bayi tabung sebanyak dua kali. Yang
pertama mengalami kegagalan karena isterinya keguguran ketika usia kandungannya
menginjak lima setengah bulan. Beruntung pada proses yang kedua ini program bayi tabung
yang mereka jalani menuai keberhasilan.

Mengenal Proses Terjadinya Bayi Tabung


Ketika hubungan suami isteri yang dilakukan secara konvensional tidak mampu
mengantarkan sperma sampai ke sel indung telur dalam rahim, proses bayi tabung bisa
menjadi alternatif bagi pasangan suami isteri (pasutri) untuk mendapatkan keturunan. Di
Indonesia sendiri proses bayi tabung memang jarang dilakukan. Biayanya yang sangat mahal
menyebabkan pasutri yang susah memiliki keturunan enggan memilih proses bayi tabung
sebagai alternatif solusi. Selain itu, pro kontra keabsahan cara bayi tabungbagi pasturi agar
mendapatkan keturunanjika dinilai dari kaca mata agama, juga menjadi bahan
pertimbangan utama bagi sebagian besar masyarakat. Tidak mengherankan jika akhirnya
mereka cenderung menghindari program ini.

Namun bagi Anda yang telah memutuskan


proses bayi tabung sebagai alternatif solusi
untuk mendapatkan keturunan, ada baiknya
Anda mempertimbangkan hal-hal berikut ini:
(1) Memiliki keyakinan yang kuat agar proses
pembuatan bayi tabung bisa berhasil; (2)
Menjaga kesehatan tubuh secara optimal
sebelum penyuntikan sperma dilakukan. Hal
ini bertujuan untuk mengontrol hormon tubuh
agar sesuai yang diharapkan dan berlangsung
selama kurang lebih tiga minggu; (3)
Persiapan menghadapi proses pengeluaran sel
telur dari rahim serta proses seleksi untuk
mendapatkan sel telur yang terbaik; (4)
Persiapan menjalani proses injeksi sel telur ke dalam rahim setelah sel telur tersebut dibuahi
secara In Vitro Fertilization (IVF); (5) Setelah proses injeksi selesai dilakukan, pihak isteri
harus kembali bersiap mendapatkan suntikan hormon untuk penguatan sel telur selama 17
hari. Baru setelah itu bisa dideteksi apakah kehamilan bisa terjadi ataukah sebaliknya.

Adapun proses pembuatan bayi tabung berlangsung dalam tiga tahap. Tahap pertama, tahap
Persiapan Petik Ovum (Per-Uvu) yang meliputi fase down regulation dan terapi stimulasi.
Fase down regulation merupakan suatu proses untuk menciptakan suatu keadaan seperti
menopouse agar indung telur siap menerima terapi stimulasi. Tahapan ini berlangsung antara
dua minggu hingga satu bulan. Setelah fase down regulation selesai lalu dilanjutkan dengan
terapi stimulasi. Tujuan dari terapi ini untuk merangsang pertumbuhan folikel pada indung
telur. Dengan demikian jumlahnya semakin banyak sehingga pada akhirnya bisa didapatkan
sel telur yang telah matang ketika tiba pada operasi petik ovum.

Tahap kedua, tahap operasi petik ovum/Ovum Pick-Up (OPU). Tahap ini bisa dilakukan
ketika sudah terdapat tiga folikel atau lebih yang berdiameter 18 mm pada pagi hari dan
pertumbuhan folikelnya seragam. Selain itu kadar E2 juga harus mencapai 200pg/ml/folikel
matang.

Tahap ketiga, tahap post OPU. Tahap ini meliputi dua fase, yaitu transfer embrio dan terapi
obat penunjang kehamilan. Fase transfer embrio merupakan proses memasukkan dua atau
maksimum tiga embrio yang sudah terseleksi ke dalam rahim. Setelah proses ini selesai lalu
dilanjutkan dengan terapi obat penunjang kehamilan. Tujuan dari terapi tersebut untuk
mempersiapkan rahim agar bisa menerima implantasi embrio sehingga embrio bisa
berkembang normal.

Proses bayi tabung memang tidak bisa dilakukan secara instan. Oleh karena itu bagi pasutri
yang telah memilih cara bayi tabung untuk mendapatkan keturunan, sejak awal memang
dituntut mempersiapkan diri dengan baik agar mampu menjalani seluruh prosedur yang telah
ditetapkan sehingga bisa mendapatkan hasil yang optimal.

Klinik Bayi Tabung Juga Ada di Indonesia


Selama ini pasutri yang menjalani program bayi tabung cenderung memilih rumah sakit di
luar negeri bila dibandingkan di dalam negeri. Alasannya selain biayanya lebih murah,
mereka lebih yakin akan kemampuan dan pengalaman dari tenaga medis yang disediakan
serta fasilitasnya yang lebih komplit tentunya. Asumsi ini tidak selamanya tepat. Terbukti di
Indonesia sekarang ini sudah mulai menjamur klinik bayi tabung dan didukung oleh tenaga
dokter bayi tabung yang mampu memberikan pelayanan secara profesional dengan tingkat
keberhasilan yang cukup tinggi.

Menurut Dr. R. Muharam, SpOG (K) dari Divisi Imunoendokrinologi Reproduksi


Departemen Obstetri dan Ginekologi FKUI-RSCM Jakarta, di Indonesia sudah terdapat 11
rumah sakit yang tersebar di kota-kota besar dan menyediakan program bayi tabung dengan
jumlah siklus per tahun sebanyak 500 siklus (update saat ini ada 20 rumah sakit, lihat klinik
bayi tabung) . Tingkat keberhasilan untuk kehamilan yang berjalan mencapai 25%-40%
sedangkan kehamilan klinis sebesar 30%-42%.
Klinik bayi tabung di Jakarta

Di Jakarta, layanan program bayi tabung bisa


didapatkan di Klinik Yasmin RSCM, RS
Harapan Kita, RS Bunda, RS Family, dan RS
Gading Pluit. Di wilayah lain seperti
Bandung, Semarang, Yogyakarta, Surabaya,
dan Bali juga telah terdapat klinik bayi
tabung. Kualitas layanannya pun tak perlu
diragukan lagi karena mutunya tak berbeda
jauh dengan yang terdapat di luar negeri.
Salah satunya adalah Klinik Yasmin RSCM
yang telah berdiri sejak tahun 2004 lalu.
Klinik tersebut telah menawarkan banyak
kemudahan kepada pasien, baik dari segi
akses maupun one stop service (layanan
terpadu). Tenaga dokter bayi tabung serta
sejumlah dokter spesialis dari berbagai
disiplin ilmu juga tersedia di sana.

Masalah fasilitas dan peralatan juga tidak perlu diragukan lagi kualitasnya. Di sana tersedia
berbagai peralatan canggih seperti Ultra Sono Grafi (USG) tiga dimensi maupun Doppler
yang digunakan untuk mengukur aliran darah di ovarium dan uterus, pemeriksaan implantasi
di endometrium, pemeriksaan genetika dan imunologi reproduksi, tindakan preservasi
fertilitas yang mencakup penyimpanan sel telur beku, sperma serta indung telur.

Untuk kemudahan pasien dalam mengakses informasi, pihak Klinik Yasmin telah
meyediakan website. Adapun dari sisi menejemen, tata laksana pasien bersifat kelompok.
Artinya tidak sekedar mengandalkan seorang dokter bayi tabung saja, melainkan dengan
melibatkan seluruh dokter yang sedang praktik. Masalah yang dihadapi oleh masing-masing
pasien akan didiskusikan oleh seluruh dokter dua kali dalam seminggu. Metode pengobatan
terhadap pasien juga berdasarkan riset sehingga bisa diketahui apa yang terbaik bagi setiap
pasien.

Dari segi finansial, Klinik Yasmin memberlakukan subsidi silang bagi pasien yang kurang
mampu secara finansial. Dana subsidi silang ini didapatkan dari hasil penelitian yang
sebagaian kecil dananya sengaja disisihkan untuk membantu pasien yang kurang mampu.
Dengan demikian, harga masih bisa dijangkau oleh masyarakat.

Untuk melihat lengkap klinik bayi tabung dan dokter yang melayani program bayi tabung di
Indonesia silahkan klik disini klinik bayi tabung.

Menghitung Biaya Bayi Tabung


Faktor biaya bayi tabung memang menjadi pertimbangan utama bagi pasutri yang ingin
menjalani program tersebut. Apalagi di Indonesia biaya bayi tabung terkenal sangat mahal
bila dibandingkan dengan di luar negeri. Oleh karena itu tak ada salahnya jika Anda mencari
referensi sebanyak-banyaknya mengenai estimasi biaya program bayi tabung, baik yang di
Indonesia maupun di luar negeri serta rumah sakit mana saja yang melayani program
tersebut.
Jika selama ini biaya program bayi tabung terkenal sangat mahal bila dilakukan di dalam
negeri, Klinik Yasmin Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) meresponnya dengan
memberikan penawaran menarik bagi pasiennya. Klinik Yasmin RSCM merupakan salah
satu rumah sakit di Indonesia yang melayani program bayi tabung. Di klinik ini biaya bayi
tabung bisa dibayar secara kredit. Klinik Yasmin sengaja menggandeng Bank Mandiri
sehingga bisa memberikan tarif bunga hingga nol persen. Pasien cukup mengajukan Kredit
Tanpa Anggunan ke Bank Mandiri senilai Rp. 40 juta-Rp. 60 juta. Tujuannya adalah untuk
biaya bayi tabung. Untuk pembayaran cicilan bisa dilakukan dalam tempo satu tahun.

Selain Klinik Yasmin, Klinik Teratai Rumah Sakit Gading Pluit Jakarta juga tidak mau kalah.
Sebagai salah satu pusat klinik fertilitas dan bayi tabung terlengkap di Indonesia, Klinik
Teratai menawarkan paket ekonomis. Pihak rumah sakit mematok biaya bayi tabung sebesar
Rp. 45 juta. Ini sudah termasuk biaya obat-obatan untuk mencapai kehamilan.

Dr. Haryanto SpOG selaku Direktur Klinik Fertilitas dan Bayi Tabung Teratai Rumah Sakit
Gading Pluit juga menambahkan, paket ekonomis ini ditujukan agar masyarakat menengah ke
bawah juga bisa melakukan program bayi tabung. Ia pun meyakinkan, tingkat keberhasilan
bayi tabung di Klinik Teratai mencapai 39-45%. Bahkan fasilitas dan teknologi yang
dimilikinya pun sudah sama sebagaimana yang terdapat di luar negeri. Dokter dan tenaga
medisnya pun juga sudah sangat berpengalaman. Sejak bulan Februari 2008-Maret 2010,
program bayi tabung yang dilakukan Klinik Teratai telah berhasil melahirkan 52 bayi. 27
bayi di antaranya lahir tunggal, 16 bayi kembar dua, dan 9 bayi kembar tiga.

Secara umum, biaya bayi tabung di Indonesia rata-rata menghabiskan dana sekitar Rp. 35
juta-Rp. 50 juta. Biaya tersebut hampir sama jika Anda melakukannya di rumah sakit
pemerintah di Singapura.

Satu hal lagi yang perlu Anda perhatikan jika ingin melakukan program bayi tabung adalah
persyaratan khusus yang harus dipenuhi pasien. Di antaranya: tidak ada kontraksi indikasi
kehamilan; terbebas dari infeksi rubella; tidak menderita hepatitis, toksoplasma maupun
HIV/AIDS; FSH basa1 lebih kecil atau sama 12mIU/ml; menjalani pemeriksaan interfilitas
lengkap; indikasi jelas; menjalani analisa sperma; tidak merokok dan minum alkohol
sehingga tidak membahayakan janin

Anda mungkin juga menyukai