Anda di halaman 1dari 201

Pediatric

Tim UKMPPD

dr. Yanuar Rifki A

Soriuosly its no hard


PERINATOLOGI
Resusitasi Neonatus 4
Jaundice of newborn 4
Conjuntivitis 4
Infection of umbilicus 4
Caput succedaneum 4
Bacterimia and septicemia 3B
Respiratory Distress syndrome 3B
Aspiration pneumonia 3A
Rhesus-blood incompactibility 2
Brachial plexus injury 2
RESUSITASI NEONATUS
Rekomendasi
Evaluasi
CUKUP BULAN/TDK
CAIRAN AMNION JERNIH?
TONUS OTOT?
MENANGIS/BERNAFAS?
Jika pada penilaian didapatkan satu jawaban TIDAK, maka
dilakukan LANGKAH AWAL resusitasi:
Berikan kehangatan
Posisikan kepala bayi sedikit tengadah agar jalan napas terbuka kemudian
jika perlu bersihkan jalan napas dengan melakukan pengisapan pada
mulut hingga orofaring kemudian hidung.
Keringkan bayi dan rangsang taktil, kemudian reposisi kepala agar sedikit
tengadah.
Langkah awal diselesaikan dalam waktu 30 detik.
Ventilasi Tekanan Positif (VTP)
VTP dilakukan apabila pada penilaian pasca langkah awal
didapatkan salah satu keadaan berikut:
APNEU
FREKWENSI JANTUNG < 100 kali/menit
SIANOSIS MENETAP WALAUPUN TELAH DIBERIKAN
O2 ALIRAN BEBAS
VTP : 20-30 kali/30 detik.
Lakukan penilaian setelah VTP 30 detik
VTP + Kompresi dada
Indikasi
Setelah tindakan VTP
setelah 30 detik
Frekuensi jantung < 60
detik
Kompresi dada di lakukan
dengan menekan bawah
sternum sebanyak 100 kali
permenit
Rasio Kompresi dengan
VTP 3 kompresi : 1
Ventilasi
Intubasi dan Obat- obatan
INTUBASI OBAT OBATAN (Epineprin)
Indikasi Indikasi
Setelah pemberian VTP selama
Ketuban tercampur 30 detik & setelah pemberian
mekonium & bayi tidak secara terkoordinasi VTP +
bugar kompresi dada selama 30 detik,
Jika VTP dengan balon & frekuensi jan tung tetap <
60kali/menit.
sungkup tidak efektif
Cara pemberian & dosis
Membantu koordinasi
1 mL cairan 1:10 000
VTP & kompresi dada Melalui vena umbilikalis
Pemberian epinefrin untuk (dianjurkan) : 0.1-0.3 mL/kgBB
stimulasi jantung Melalui pipa endotrakea : 0.3-
1.0 mL/kgBB
Pertimbangan Penghentian Resusitasi
Jika sesudah 10 menit resusitasi yang
benar, bayi tidak bernapas dan tidak ada
denyut jantung.
Orang tua perlu dilibatkan dalam
pengambilan keputusan, jelaskan
keadaan bayi.
Kenapa APGAR score tdk di pakai selama resusitasi?
Tindakan resusitasi harus
dimulai sebelum perhitungan
APGAR
Nilai APGAR berguna untuk
pemberian informasi tentang
:
Status bayi secara
keseluruhan
Respons terhadap
resusitasi
SINDROM DISTRES NAFAS NEONATUS
Pada topik ini keluhan utama adalah bayi baru lahir
dengan sesak nafas.
TOPIC PEMBAHASAN

1. Hialin membran disease


2. Transient Takipnoe of newborn
3. Sindrom aspirasi meconium
4. Pnemonia neonatal
Hialin Membran Disease (HMD)
FR: Bayi Premature Radiologi: Ground glass
Etiologi apperance or retikulo
Deficiensi surfactan granuler
kolaps alveoli saat akhir Penatalaksanaa
ekspirasi Jaga kehangatan, bersihkan

Surfactan di bentuk oleh jalan nafas


sel Pneumonosit tipe II Endotrachealtube(ETT)
Continuous positive airway
Manifestasi klinis
Sesak nafas dalam 24 jam
pressure (CPAP)
Surfactant replacement
pertama, Tachypnea
Gruting (merintih),
Pencegahan: Pemberian
Sianosis cortocosteroid pada ibu hamil
(<34 minggu)
Ground glass apperance or retikulo granuler
Transient Takipnoe of New Born
(Wet Lung)
Faktor resiko: Post SC Radiologi: peningkatan
Manifestasi Klinis corakan perihilar,
Pada bayi Cukup bulan / hiperinflasi, lapangan paru
kurang bulan perifer bersih.
Sesak napas saat atau
Tatalaksana : Observasi,
segera setelah lahir tidak ada penanganan khusus
Sesak akan membaik
dalam 24 jam pertama,
menghilang dalam 72 jam
Sindrom Aspirasi Mekonium
FR: Bayi Post Matur Penatalaksanaan
Manifestasi Klinis Pencegahanmembersihkan
Cairan amnion jalan nafas (suction)
terkontaminasi mekonium Tidak ada pengobatan
Kulit bayi diwarnai spesifik
mekonium
Sesak napas segera setelah
lahir
Pemeriksaan Ro: Air Traping
& Patchy Opachity
Pneumonia Neonatal
Pneumonia dalam 24 jam pertama disebabkan infeksi
intrauterin atau selama persalinan
Manifestasi Klinis
Riwayat ibu dengan KPD
Pada bayi prematur : E. coli
Gejala muncul pada 12 jam 1 hari pertama
Tachypnoe ( > 60x menit), Sianosis central
Tanpa demam
Radiologi: Infiltrat inhomogen
Tata laksana : Suportif , Antibiotika
Jurus Cepat
SEPSIS NEONATORUM
Sindrom klinik penyakit sistemik akibat infeksi yang terjadi
pada satu bulan pertama kehidupan. mortalitas mencapai 13-
25%
Klasifikasi
Early Onset: onset < 3 hari
Late Onset : onset > 3 hari
Pemeriksaan penunjang :
Leukositosis atau leukopenia, neutropenia, I/T ratio >0.2
Peningkatan CRP

Sepsis Neonatal. Pedoman Pelayanan Medis. Ikatan Dokter Anak Indonesia 2010 .
Kecurigaan besar sepsis bila
Bayi umur sampai dengan usia 3 hari
Riwayat ibu dengan infeksi rahim, demam dengan kecurigaan
infeksi berat, atau ketuban pecah dini
Bayi memiliki dua atau lebih gejala yang tergolong dalam
kategori A, atau tiga atau lebih gejala pada kategori B
Bayi usia lebih dari 3 hari
Bayi memiliki dua atau lebih temuan Kategori A atau tiga atau
lebih temuan Kategori B
Kelompok temuan yang berhubungan dgn sepsis
IKTERIK NEONATORUM
Definisi : Disklorasi kulit , membrana mukosa, sklera. secara klinis
akan tampak kuning jika dewasa tampak kuning bila kadar
bilirubin serum >2 mg/dL, neonatus bila kadar bilirubin >5 mg/dL.
Mengapa bayi mengalami ikterus pada minggu pertama
kehidupan?
Meningkatnya produksi bilirubin
Turn over sel darah merah yang lebih tinggi
Penurunan umur sel darah merah
Penurunan ekskresi bilirubin
Penurunan uptakedalam hati
Penurunan konyugasi oleh hati
Peningkatan sirkulasi bilirubin enterohepatik
Klasifikasi
IKTERUS FISIOLOGIS
Awitan terjadi setelah 24 jam
Memuncak dalam 3-5 hari, menurun dalam 7 hari (pada NCB)
IKTERUS PATOLOGIS
Awitan terjadi sebelum usia 24 jam
Tingkat kenaikan > 0,5 mg/dl/jam
Tingkat cutoff > 15 mg/dl pada NCB
Ikterus bertahan > 8 hari pada NCB, > 14 hari pada NKB
Etiologi berdasarkan waktu
Ikterik pada 24 jam Ikterik yang muncul setelah
pertama hari ke-3 dan dalam minggu
Inkompabilitas RH & pertama
Sepsis bacterial atau infeksi
ABO, sepsis, infeksi
intrauterine (sifilis, Ikterik yang muncul sesudah
TORCH) satu minggu
breast milk jaundice,
Ikterik yang muncul pada
septicemia, anemia hemolitik
hari ke-2 atau ke-3
kongenital (spherocytosis).
Umumnya fisiologis,
Ikterik yang persisten selama
Crigler-Najjar syndrome satu bulan
dan breast feeding Hepatitis neonatal, atresia
jaundice bilier
Ikterik et causa hemolitik
1. Inkompabilitas ABO
Syarat inkompabilitas ABO
Ibu O, anak A /B
Ibu A, anak B
Ibu B, anak A

2. Inkompabilitas RH
Syarat inkompabilitas RH
Ibu RH (-) , Anak RH (+)
Ikterik yg dihubungkan dengan ASI
Breast Feeding Jaundice Breast Milk Jaundice
Disebabkan oleh kurangnya Bergantung pada kemampuan
asupan ASI sehingga sirkulasi bayi mengkonjugasi bilirubin
enterohepatik meningkat (pada indirek
hari ke-2 atau 3 saat ASI belum
banyak)
Breast Feeding Jaundice Breast Milk Jaundice
Awitan 2- 5 hari 5- 10 hari
Lamanya 10 hari > 30 hari
Volume ASI Kurang sering di beri ASI , Tdk tergantung volume ASI
Produksi ASI sedikit
Kadar Tertinggi 15 mg/dl Bisa mencapai > 20 mg/dl
bilirubin
Tatalaksana Teruskan ASI di sertai Fototerapi, Hentikan ASI jika kadar
monitoring dan evaluasi bilirubin > 16 mg/dl selama lebih
pemberian ASI dari 24 jam
Ikterik karena obstruksi
Ikterik persisten diatas usia anak
1 bulan:
Kolestasis (Syndrom hepatitis
Neonatal)
Atresia Bilier
Kista ductus koleodicus
Kadar bilirubin Direct > 2mg/dl
Manifestasi klinis: Jaundice, dark
urin & pool stole (akoik),
bleending, Seizure.
Kramer Rules
Kramer Ikterik Bilirubin total
Kramer I Kepala - Leher 5-7 mg/dl
Kramer II Dada & punggung 7-10 mg/dl

Kramer Perut (bawah umbilicus) - Lutut 10-13 mg/dl


III

Kramer Lengan & ekstremitas bawah (di 13-17 mg/dl


IV bawah lutut)

Kramer V Tangan (telapak tangan), kaki, > 17 mg/dl


hingga ujung jari
Tatalaksana Ikterik Neonatorum
FOTOTERAPI : Biasanya pada bilirubin total >15
TRANFUSI TUKAR: Biasanya pada bilirubin total > 20

USIA Kadar bilirubin serum total mg/ dl


(jam) Pertimbangk fototerapi Pertimbangka Tranfusi
an fototerapi n tranfusi tukar
tukar
25 12 15 20 25
48
49 15 18 25 30
72
> 72 17 20 25 30
TRAUMA PASCA PERSALINAN
1. TRAUMA KAPITIS
Pembengkakan setelah lahir Melintasi kehilangan
ekstrakranial garis sutura darah akut
Kaput Lunak, lekukan Tidak Ya Tidak
suksadenum
Sefal hematoma Padat, tegang Ya Tidak Tidak

Hematoma Padat berair ya ya Ya


subgaleal
2. TRAUMA PLEXUS BRACHIALIS
TIPE ERB DUCH TIPE KLUMPKLE
Superior trunk (C5-C6) Inferior trunk (C8-Th1)
Lengan atas aduksi dan Kelemahan otot dan atrofi dari
endorotasi tangan dan jari.
Bawah lengan di ekstensi dan Kehilangan sensibilitas di
pronasi bagian medial atas lengan,
Postur Waiters trip bawah lengan, dan bagian ulnar
Refleks biceps menurun tangan
Refleks ulnar menurun
Refelk Monro (-)
KARDIOLOGI PEDIATRIC
Kelainan jantung kongenital (VSD, ASD, TOF, 2
PDA)
Penyakit Jantung Rematik 2
PENYAKIT JANTUNG BAWAAN
Penyakit Jantung Bawaan (PJB)

Sianotik
Asianotik

Tanpa L-R aliran darah Aliran darah aliran darah


L-R Shunt
Shunt ke paru ke paru N ke paru
PDA AS TGA dgn
ASD PS VSD TGA tanpa PS ToF
Truncus Arteriosus Atresia Pulmoner
VSD CoA Atresia Trikuspid
TAPVD
ASIANOTIK (Shunt L-R)
1. ATRIAL SEPTAL DEFECT
(ASD)
Defect antara Atrium kanan kiri
fossa ovale gagal menutup
Shunt L- R
Chinical Key :Fixed Spliting S2
2. VENTRIKEL SEPTAL
DEFECT (VSD)
Defek antara Ventrikel Kanan
Kiri
Shunt L R Asianotik
Jika Shunt R L Sindrom
eismenger Sianotik
Clinical Key: Bising pansiltolik
kasar garis sternal bawah
3. PATEN DUCTUS ARTERIOUS (PDA)
Duktus arterious tetap terbuka antara Left Pulmonary
Artery (LPA)- Aorta
Tekanan Aorta > aliran aorta LPA
Clinical key : Countinoue murmur
4. COARTASIO AORTA (COA)
Kelainan yang terjadi pada aorta
berupa adanya penyempitan didekat
percabangan arteri subklavia kiri dari
arkus aorta dan pangkal
duktus arteriousus battoli.
Clinical Key: Perbedaan tekanan
darah pada Extremitas atas kanan &
kiri > 20 mmHG
SIANOTIK (Shunt R-L)
1. TETRALOGI OF FALLOT (TOF)
4 KELAINAN
1. VSD
2. Overiding Aorta
3. Stenosis Pulmonal
4. RVH
Manifestasi Klinis
Cyanotic spell: Biru jadi tambah biru karena sistemik
perifer resistance (nangis).
Squatiing: Dapat diperbaiki dengan cara resistensi
perifer (jongkok)
Clinical key : Murmur ejeksi
sistol pada garis sternal kiri
atas
Foto RO : Boot and Shape

Tetra = 4 kelainan
2. TRANSPOSISI GREAT ARTERI
PENYAKIT JANTUNG DI DAPAT
Penyakit Jantung Rheumatik
Required Criteria
Evidence of antecedent Strep infection: ASO / Strep
antibodies / Strep group A throat culture / Recent
scarlet, fever / anti-deoxyribonuclease B / anti-
hyaluronidase
In some cases rheumatic fever causes longterm
damage to the heart and its valves. This is called
rheumatic heart disease

sumber: https://www.chop.edu/service/cardiac-center/heart-conditions/rheumatic-fever.html
Kriteria diagnosa RF (jones)
Kriteria Mayor Kriteria Minor
Poliartitis Demam
Erytema marginatum Poliatralgia
Chorea EKG : Interval P-R memanjang
Nodul Subcutan Lab : CRP ,LED , Leukositosis
Karditis

DIAGNOSA 2 MAYOR atau Bukti Infeksi Streptococcus


1 MAYOR + 2 MINOR ASTO & Biakan(+)

Sumber: http://reference.medscape.com/calculator/jones-criteria-diagnosis-
rheumatic
Versi ga Ribetnya...
Banyak artis, pakai baju Banyak artis (poliartitis)
merah, pergi ke korea, Pakai baju merah (erytema
buat makan mie , marginatum)
bayarnya make karu Pergi ke korea (Chorea)
kredit, disana malah
Buat makan mie (mie=
kepanasan
Nodlde)
Bayarnya make karu
kredit (karditis)
Disana malah kepanasan
(demam)
Valvular Heart Diseae
Remember !!!! Aplikasikan
MISA-S 1. Tentukan bisingnya
(sistol/ diastol)
Mitral Insufisiensi 2. Tentukan lokasi bisingnya
Stenosis Aorta
Murmur Sistol
MSAI-D
Mitral stenosis
Aorta Insufisiensi
Murmur Diastol
PULMONOLOGI PEDIATRIC
Uncomplicated pulmonary TB 4
Asthma bronchial 4
Infeksi Sal nafas atas akut (common cold, tonsilitis, 4
faringitis)
Staphylococcal pneumonia 4
Bronkitis akut 4
Status asmaticus 3B
Pneumonia 3B
Bronkiolitis 3A
Pneumonia aspirasi 3A
Syndrom Croup
TB PADA ANAK
Batuk BUKAN merupakan Ingat diagnosa TB pada anak
gejala utama TB pada anak harus di lakukan dengan
Pertimbangkan tuberkulosis sistem Skoring TB
pada anak jika : Skor utama yg mudah di
BB berkurang dalam 2 bulan
ingat adalah yg poinya 3
berturut-turut tanpa sebab
yang jelas Kontak dgn penderita TB dgn
BTA (+) & Tes mantoux (+)
Demam > 2 minggu tanpa
sebab yang jelas Positif jika score 6
Batuk kronik 3 minggu mulai terapi OAT
Riwayat kontak dengan
pasien TB paru dewasa
Sistem Scoring TB
Mantoux Test
TES TUBERCULIN
Cara : Suntikan 0,1 ml PPD
RT-23 / PPD S 5 TU IC di
bagian volar bawah.
Dibaca stlh 48-72 jam, ukur
indurasi yg timbul Prinsip Hasil Positif Hasil (-)
Hypersensitivitas tipe IV (+)
Infeksi TB Tidak ada
Interprestasi alamiah infeksi TB
10 mm : (+) Positif TB
5 9 mm : Meragukan Imunisasi BCG Dalam masa
inkubasi infeksi
0 4 mm : (-) Negatif TB
5 mm : (+) pada Infeksi Anergi
imunokompromies mikobaterium
atipik
Profilaksis TB
Profilaksis primer Profilaksis Sekunder
Tujuan:untuk mencegah Tujuan: untuk mencegah
infeksi sakit TB
Riwayat kontak TB (+) Riwayat Kontak TB (+)
Test tuberkulin (-) Test mantoux konversi (+)
Klinis (-) Klinis (-)
Th/: INH 5-10 mg/kgBB/hari Th/: INH 5-10 mg/kgBB/hari
selama 6 bulan selama 9 bln

Class Contact Infection Disease Management

0 - - - -

I + - - 1st proph.

II + + - 2nd proph.

III + + + OAT thera.

Modifikasi ATS/ CDC


Tatalaksana Tb Anak
Diberikan pada score 6
Regimen : 2RHZ/4RH
Dosis OAT
INH: 5-15 mg/kgBB/hari,
dosis maksimal 300 mg/hari
Rifampisin: 10-20
mg/kgBB/hari dosis
maksimal 600 mg/hari
Pirazinamid: 15-30
mg/kgBB/hari, dosis
maksimal 2 g/hari
ASMA
Gangguan inflamasi kronik saluran napas yang melibatkan
banyak sel dan elemennya dengan gejala batuk dan atau
mengi berulang dengan karakteristik episodik, nokturnal
(variablilitas), reversible (dapat sembuh sendiri dengan atau
tanpa pengobatan) di tambah atopi.
Gejala utama pada anak : batuk dan /atau wheezing
Klasifikasi asma secara klinis
Remember Asma Clasification
Klasifikasi Asma Anak

Parameter Klinis Asma Episodik Asma episodik Asma Persisten


jarang sering
Frekwensi serangan < 1 x / bulan > 1X / bulan Sering
Lama Serangan < 1 minggu > 1 minggu Hampir sepanjang
tahun tdk ada
remisi
Diantara serangan Tanpa Gejala Sering ada gejala Gejala siang &
malam
Tidur dan aktifitas Tdk terganggu Sering terganggu Sangat terganggu

Px fisik di luar Normal Mungkin Tdk pernah normal


serangan terganggu
Obat Pengendali Tdk perlu Perlu (steroid) Perlu (steroid)
Uji Faal Paru PEF/FEV 1 > 80 % PEF/FEV 1 60 - 80 PEF/FEV 1 < 60%
% Variabilitas 20-30
%
Variabelitas Faal > 15 % < 30 % < 50 %
paru
(bila ada serangan)
Klasifikasi derajat serangan asma
Tatalaksana serangan asma di IGD
Versi ga ribet
02: 2-4 l/menit
Serangan ringan- sedang
Nebulisasi: 2 agonis rapid acting bisa 3x,
interval 20 menit.
Nebulisasi ketiga: 2 agonis +
antikolinergik
Serangan berat
Langsung Nebulisasi 2 -agonis +
antikolinergik
Steroid intravena(0,5-1 mg/KgBB/hari)
diberikan 6-8 jam.
Tatalasana asma jangka panjang
PNEUMONIA
Menurut WHO: Fast breathing & Lower chest indrawing
Signs and symptoms
Non respiratory: fever, headache, fatigue, anorexia,
lethargy, vomiting and diarrhea, abdominal pain
Respiratory: Cough, chest pain, tachypnea , grunting,
subcostal retraction (chest indrawing), cyanosis, crackles
and rales (ronchi basah)
Kriteria Nafas Cepat
< 2 bulan : 60 x/mnt
2 bln 11 bln: 50 x/mnt
1 5 tahun : 40 x/mnt
Diagnosis
Diagnosis Sign Th
Pneumonia Selain batuk dan kesulitan bernafas, Kotrimoksasol2x4mg
Ringan hanya ditemui nafas cepat saja TMP/kgBB(3 hari) ATAU
Amoksisilin 2x25mg/kgBB(3
hari)

Pneumonia Batuk & dyspnea ditambah min salah satu Ampisilin/amokssilin 4 x 25-
Berat Kepala terangguk-angguk 50 mg/kgBB/kali IV atau IM
Pernapasan cuping hidung + Kloramfenikol
Tarikan dinding dada bagian bawah ke
dalam 3x25mg/kgBB IM atau IV
Foto dada menunjukkan infiltrat luas, ATAU
konsolidasi. + Gentamisin 1x7,5mg/kgBB
Selain itu bisa didapatkan pula tanda berikut IM
ini: ATAU
Takipnea Seftriakson 1x80-100
Suara merintih (grunting)
mg/kgBB IM atau IV
Pada auskultasi terdengar: crackles
(ronkii),Suara pernapasan menurun
BRONKIOLITIS
Etiologi: Respiratory Syncitial Virus (RSV)
Umumnya pada anak usia <2 tahun
Diagnosa
Episode pertama wheezing pada anak < 2 tahun tidak
respon dgn bronkodilator
Demam tdk tinggi, Rhinore
Ekspirasi memanjang
Hipersonor (air trapping)
RO: Hiperinflasi paru
Tata laksana: Oksigen,bronkodilator (hanya kalau
menghasilkan perbaikan), antibiotik (hanya kalau ada bukti
infeksi bakterial)
DD anak dengan batuk/kesulitan bernafas
PNEUMONIA BP BRONKIOLITIS PJB ASMA
Batuk, napas Ronki basah + Episode pertama Sulit Wheezing
cepat, demam Ronki kering/ wheezing pada makan berulang,
tinggi Whezing anak < 2 tahun, Sianosis riwayat atopi,
Ronki basah, tidak respon dgn respon
bronkodilator
Bising bronkodilator
retraksi, jantung
merintih, Hiperinflasi
sianosis dinding dada
Fine inspiratory
crackles
Ekspirasi
memanjang,
Wheezing

Sumber: Buku saku pelayanan kesehatan anak di rumah sakit. WHO 2008 Pedoman pelayanan
medis IDAI jilid I. 2010
PERTUSIS
Etiologi : Bordetella pertussis
Symtomp
Batuk paroksimal, hidung tersumbat, rinorrhea, demam
subfebris
Tanda Patognomonik : Batuk paroksismal diikuti whoop
saat inspirasi disertai muntah, perdarahan subkonjungtiva
Riwayat imunisasi (-)
Th/: Eritromisin oral (12.5 mg/kgBB/kali, 4 kali sehari) selama
10 hari
Pencegahan: imunisasi DPT
Komplikasi : Pneumonia, Kejang, Gizi kurang, Perdarahan
Subkonjungtiva dan Hernia
DIFTERI
Etiologi: toksin Corynebacterium diphteriae
Symtomp
Nyeri tenggorok, Bull-neck (bengkak pada KGB leher)
Pseudomembran: berwarna keabuan di faring, tonsil, uvula,
palatum sulit dilepaskan & mudah berdarah
Edema dapat menyebabkan stridor dan penyumbatan sal.napas
Pemeriksaan penunjang: apusan tenggorokan dgn pewarnaan
gram
Th/: Antitoksin: 40.000 Unit ADS IM/IV skin test , Anbiotik:
Penisillin prokain 50.000 Unit/kgBB IM per hari selama 7 hari
atau eritromisin 25-50 kgBB dibagi 3 dosis selama 14 hari
Tindakan di masyarakat
Rawat anak di ruangan isolasi
Lakukan imunisasi pada anak
serumah sesuai dengan riwayat
imunisasi
Berikan eritromisin pada kontak
serumah sebagai tindakan
pencegahan (12.5 mg/kgBB,
4xsehari, selama3 hari)
Lakukan biakan usap tenggorok
pada keluarga serumah
CROUP ( Laringotrakeobronkitis)
Etiologi: RSV (respiratoty syncitial virus)
Symtomp
Batuk menggonggong (barking cough)
Stridor
Demam, suara serak, nafas cepat disertai tarikan dinding
dada bagian bawah ke dalam
RO : Staple Sign
Th/: Steroid deksametason (0.6 mg/kgBB IM/oral, Adrenalin
1/1000 dalam 2-3 ml NaCl, dengan nebulizer selama 20 menit
Staple Sign
EPIGLOSITIS
Suatu infeksi pada epiglotitis/supraglotis
Etiologi: Hampir selalu oleh Haemophilus influenza tipe B
Symtomp
Sulit menelan
Air liur keluar berlebihan (drooling)
Odinofagi
Stidor (suara pernafasan yang kasar)
Suara serak
Radiologi: Thumb sign
GASTROENTEROLOGI
Gastroenteritis 4
Cholera 4
Dysentry bacilli 4
Gastroenteritis dengan dehidrasi 3B
Malabsorbsi 3A
Food intolerance 3A
Kelainan bawaan (atresia esofagus, achalasia, 2
intestinal atresia, anal atresia, hernia diafragma,
HPS, Hischsprung)
GASTROENTERITIS AKUT
Diare : BAB dengan perubahan konstruksi tinja dengan
frekuensi > 3 kali / 24 jam , disertai atau tanpa darah.
Penyebab Diare akut
Infeksi (virus bakteri parasit )
Malabsorbsi , Alergi , Keracunan makanan

Diare akut Diare < 7 hari, tanpa darah.

Diare melanjut Diare infeksi yang berlanjut > 1 minggu

Diare Persisten Diare berlangsung selama 14 hari atau lebih

Diare Kronik Diare karena sebab apapun yang berlangsung 14 hari


atau lebih
Patomekanisme diare
1.Diare Sekretorik
Akibat aktifnya enzim adenilil siklase mengubah ATP menjadi cAMPakumulasi cAMP
intrasel menyebabkan sekresi aktif air, ion Cl, Na, K, dan HCO3 ke dalam lumen usus
Adenilil siklase diaktifkan atau dirangsang oleh toksin atau mikroorganisme
Vibrio toksin yang paling kuat mengaktifkan adenilyl siklase
ETEC ,Clostridium , Campylobacter
2. Diare Invasif
Invasi mikroorganisme ke dalam mukosa usus sehingga menimbulkan pada mukosa usus
Penyebab diare Invasif berdarah, kecuali Rotavirus
Rotavirus (tidak berdarah), Bakteri : Shigella, Salmonella, Campylobacter, EIEC, Yersinia ,
Parasit : Amoeba
3. Diare osmotik
Diare osmotik adalah diare karena tingginya tekanan osmotik di lumen usus sehingga
menarik cairan intraseluler ke dalam lumen, sehingga menimbulkan watery diarrhea
Paling sering disebabkan malabsorbsi karbohidrat
DIARE NON-INVASIF
Rotavirus Diare cair, penyebab tersering diare pada anak
Kolera ETIOLOGI: Vibrio Cholera
GEJALA: Diare sangat cair (sekretory) seperti cucian beras,Washer
woman hands (loss of skin elasticity) menandakan dehidrasi berat
DIAGNOSIS: Hasil kultur tinja (+) untuk V.Cholera 01 / 0139
TATALAKSANA: Kotrimoksazol, Tetracyklin, Doksisiklin

Giardiasis ETIOLOGI: Giardia Lambria


GEJALA: Diare cair berbau busuk,berminyak, perut kram.
DIAGNOSIS: sediaan tinja langsung 3 hari di temukan Kista berinti 4
TERAPI: Metronidazole 3x250 mg 7 hari
ETEC ETIOLOGI: Toxin E.Coli
GEJALA: Diare cair tanpa darah , penyebab Traveler diare
DIAGNOSIS: Kultur di media MC Konkay, mereduksi laktosa
Intoleransi GEJALA: Diare menyemprot, tinja bau asam, diaper Rash
Laktosa DIAGNOSIS: Clinitest (+) , Breath Hidrogen test , Lactose loading
test ,PH tinja < 7
DIARE INVASIF (berdarah)
Bakteri (Disentri basiler)
Shigella & Salmonella
Escherichia coli enteroinvasif (EIEC)
Campylobacter jejuniriwayat memakan unggas muntah atau
meminum susu yg blm di pasteurisasi.
Amoeba (Disentri amoeba)
Entamoeba hystolitica
Terkait Antibiotik: Clostrodium Diftel
Pendekatan klinis
DISENTRI BASILER DISENTRI AMOEBA
Diare mendadak yang disertai Diare disertai darah dan lendir
darah dan lendir dalam tinja dalam tinja.
Frekwensi > 10x/har Frekuensi BAB umumnya lebih
Panas tinggi (39,5 -40 C), sedikit daripada disentri basiler
kelihatan toksik. (10x/hari)
Muntah-muntah, Anoreksia. Sakit perut hebat (kolik)
Sakit kram di perut dan sakit di
Gejala konstitusional biasanya
anus saat BAB
tidak ada (panas hanya ditemukan
Th: Kotrimoksazol selama 5 hari.
pada 1/3 kasus).
Px: ditemukan trofozoit
mengandung eritrosit pada tinja.
Th: Metronidazol 30-
50mg/kgBB/hariselama 5 hari.
Komplikasi: Abses Hepar
Derajat dehidrasi
Derajat Keadaan Rasa
Air Mata Mulut Turgor Urin
Dehidrasi Umum Haus

Tanpa Minum spt


Baik, CM Normal Basah Normal Normal
dehidrasi biasa

Pucat,
Dehidrasi Minum
Rewel, produksi CRT<2s,
ringan- seperti Kering Berkurang
gelisah kurang turgor
sedang kehausan
lambat

Pucat,
Letargis,
CRT>2s,
Dehidrasi lemah, tidak mau Sangat
tidak ada turgor Tidak ada
berat penurunan minum kering
sangat
kesadaran
lambat
5 Pilar Tatalaksana Diare (WHO)
1. REHIDRASI
Tanpa Dehidrasi (PLAN A)
< 2 tahun : 50 sampai 100 ml setiap kali BAB
> 2 tahun: 100 sampai 200 ml setiap BAB
Dehidrasi Ringan-sedang (PLAN B)
Rehidrasi oralit per oral 3 jam pertama 75 cc/kgBB
Jika BB tidak di ketahui

Dehidrasi Berat (PLAN C)


2. TERAPI NUTRISI
Beri makan segera setelah anak mampu makan
Jangan memuasakan anak
Makan lebih banyak untuk mencegah malnutrisi
3. TERAPI MEDIKAMENTOSA
Antibiotik, bila terdapat indikasi (eg. kolera, shigellosis, amebiasis,
giardiasis)
Probiotik
4. ZINC
< 6 bulan: 10 mg
> 6 bulan: 20 mg
Di berikan selama 10 hari
5. EDUKASI
Tanda-tanda dehidrasi, cara membuat ORS, kapan dibawa ke RS, dsb.

Sumber: Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit. WHO. 2008


KELAINAN KONGENITAL
1. ATRESIA ESOPAGUS
Curiga AE:
Ibu polihidramnion
Hipersalifasi dan sering tersedak saat minum.
NGT tertahan
TIPE tersering: Atresia esofagus + fistula distal
transesofageal (+86%)
2. ATRESIA DUDENUM
Symptom: Distensi abdomnen, Muntah terus menerus
warna hijau (bilious)
Radiologi: Double bubble
3. HIPERTROPI PILORUS STENOSIS (HPS)
Klinis: Muntah menyemprot seperti kopi, 30 60 mnt
setelah intake teraba masa di pada daerah epigastrium atau
pada hipokondrium kiri
Foto RO: One Buble
Barium Enema:String Sign /Target Sign
Double bubble

String Sign
4. Hirschsprungs Disease
Tidak terbentuk sel ganglionik pd
plexus myentericus (Auerbach) dan
plexus submucosal (Meissner)
Klinis: Mekonium terlambat keluar >
24 jam, Muntah hijau, Distensi
abdomen
RT: Feses menyemprot
Barium Enema:(zona transisi ) / Funrel
- shaped
HERNIA ATRESIA ANI
DIAFRAGMATICA Mekonium tidak keluar
Klinis: Dyspnea, Cyanosis, dalam > 24-48 jam
Apparent dextrocardia, Perut kembunglama-
Bising Usus terdengar di kelamaan muntah jika
Thorak. disusui
Inspeksi daerah
anusTIDAK ADA anus
TROPIK INFEKSI
Demam tifoid 4
Dengue Hemmoragic Fever 4
Leptosirosis 4
Varicella 4
Malaria 4
Morbili 4
HIV-AIDS 3A
CMV infections 3A
Infeksi Cacing
DENGUE FEVER
Demam Dengue & Demam Spektrum klinis

Berdarah Dengue adalah penyakit


infeksi yang disebabkan oleh virus
Dengue. Serotype : DEN-1 , DEN-
2, DEN-3,DEN-4
Perjalanan penyakit
Kriteria Diagnosa (WHO 1997)
1. Demam atau riwayat demam akut, antara 2-7 hari, biasanya
bifasik
2. Terdapat minimal satu dari manifestasi perdarahan berikut ini
Uji torniquet positif (>20 petekie dalam 2,54 cm2)
Petekie, ekimosis, atau purpura
Perdarahan mukosa, saluran cerna, bekas suntikan, atau tempat lain
Hematemesis atau melena
3. Trombositopenia (<100.000/mm3)
4. Terdapat minimal satu tanda-tanda plasma leakage
Hematokrit meningkat >20%
Hematokrit turun hingga >20% dari hematokrit awal, setelah pemberian
cairan
Terdapat efusi pleura, efusi perikard, asites, dan hipoproteinemia
Derajat DHF ( WHO 1997)
DBD : Demam dengue + Hemokonsentrasi
1. Derajat I : DD + RL (+)
2. Derajat II : DD + Perdarahan Spontan
3. Derajat III : Kegagalan sirkulasi: nadi cepat dan lambat,
tekanan nadi (20mmHg atau kurang) atau hipotensi,
sianosis central, akral dingin
4. Derajat IV : Syok berat, nadi tak teraba, tekanan darah tak
terukur.
Derajat III & IV DSS
Kriteria (WHO 2009)
Dengue tanpa tanda bahaya
TANPA TANDA BAHAYA DENGAN TANDA BAHAYA
Dengue Probable : Bertempat tinggal/ Nyeri perut / Tenderness
berpegian ke daerah endemik dengue,dgn Muntah berkepanjangan
gejala demam di tambah 2 hal berikut
Terdapat akumulasi cairan
Mual,muntah

Perdarahan mukosa
Ruam

Letargia ,lemah
Sakit dan nyeri

Pembesaran Hepar > 2 cm
Uji tornikuet (+)

Kenaikan HT seiring dgn penurunan
Leukopenia
Trombosit yg cepat
Dengue konfirmasi lab : isolate kultur
Dengue konfirmasi lab : isolate kultur
virus atau PCR
virus atau PCR

SEVERSE DENGUE
Kebocoran Plasma berat Syok (DSS),
akumulasi cairan dgn distress nafas
Perdarah hebat
Gangguan organ berat : Hepar (AST
atau ALT 1000) , SSP : gangguan
kesadaran , Jantung dan organ lainya
Pemeriksaan Penunjang
Darah Rutin : Trombositopenia , HT , Leukopenia
Fungsi hepar
Serologi Dengue
NS1 : Puncak deteksi Ns1 :hari ke 2-3 (sensitivitas 75%) &
mulai tidak terdeteksi hari ke 5 - 6
IgM & IgG Antidengue
IgM terdeteksi hari ke 3 -5 menandakan infeksi primer.
IgG terdeteksi hari ke 14 & pada infeksi primer terdeteksi
hari ke 2 infeksi sekunder
Pemeriksaan Lanjutan : HT & Trombosit di periksa / 12 jam
Tatalaksana
DHF grade I, II (non-shock cases)
Dengue Syok Sindrom
Kriteria Pemulangan pada DHF
Tidak demam dalam 24 jam tanpa antipeiretik
Nafsu makan membaik
Perbaikan Klinis
Hematokrit stabil
Tiga hari setelah syok teratasi
Trombosit > 50.000 / ml
Tidak ada distress nafas
DEMAM TYPOID
Anamnesa
Demam naik secara bertahap (stepwise) setiap hari, suhu tertinggi pada
akhir minggu pertama, minggu kedua demam terus menerus tinggi
Delirium (mengigau), malaise, letargi, anoreksia, nyeri kepala, nyeri perut,
diare, atau konstipasi, muntah.
Pada kasus berat: penurunan kesadaran, kejang, dan ikterus
Pemeriksaan fisik
Kesadaran menurun delirium
Bradikardia relatif
Lidah tifoid (coated tongue, hiperemis, tremor)
Meteorismus
Hepato/splenomegali
Rose spots pada dinding abdomen
Pemeriksaan Penunjang
Darah Tepi: Leukopenia, trombositopenia,
anemia
Kultur
Minggu ke1 : Darah dan sumsum tulang
Minggu ke 2: Feses
Minggu ke 3: Urin
Widal
Reaksi antara antibodi aglutinin serum penderita
terhadap antigen O (somatic) dan H (flagellar)
Kenaikan titer O 1:320 atau kenaikan 4x support dx
TUBEX
Deteksi IgM terhadap antigen O9 (spesifik
Salmonella sero group D)
(+) = >4. >6 indikasi kuat
Tatalaksana
Non farmakologis: tirah baring, makanan lunak rendah serat.
Farmakologis : Simtomatis, Antibiotik
Pilihan utama: Kloramfenikol 4 x 500 mg sampai dengan 7 hari
bebas demam, tiamfenikol 4 x 500 mg (komplikasi hematologi
lebih rendah dibandingkan kloramfenikol)
Kotrimoksazol 2 x 2 tablet selama 2 minggu
Ampisilin & amoksisilin 50-150 mg/kgBB selama 2 minggu
(paling aman)
Sefalosporin generasi III : seftriakson 3-4 sekali sehari, selama 3-
5 hari
Fluorokuinolon : Siprofloksasin 2 x 500 mg/hari selama 6 hari
LEPTOSPIROSIS
Definisi : Penyakit zoonis oleh Leptospira
interogans
Masa Inkubasi : 2-26 hari
Tikus adalah reservoir yang utama dan
kejadian leptospirosis lebih banyak ditemukan
pada musim hujan .
MANIFESTASI KLINIS
1. Fase leptospiremik
Demam, menggigil, rasa sakit pada otot
terutama M. Gastrocnemeus,
konjungtival suffusion,ruam kulit,
hepatosplenomegali
2. Fase leptospirurik
Demam, menggigil, kerusakan hepar &
ginjal (uremik), manifestasi perdarahan
3. Weils Disease : kreatinin , Ikterik
Diagnosa & Tatalaksana
Pemeriksaan penunjang Pengobatan
Kultur : di ambil pada saat Ringan: Doksisiklin 2x100
fase leptosperemia (kultur mg, Amoxcilin 4X500 mg, di
urin di ambil 2-4 minggu berikan selama 5-7 hari
onset penyakit) Weil Disease : Penicilin G
Serologi (leprodipstik) dgn 1,5jt UI/6 jam selama 5-7
teknik PCR, silver strain. hari
Mikroskop Aglunitin Test
MORBILI ( Campak/ Rubeolla)
MANIFESTASI KLINIS Patognomonik: Kopliks spot
1. Stadium Prodromal : 3 C & Erupsi eritema makulo papular
(Cough, Coriza, muncul dari belakang telinga
Conjungtivitis), Koplik kemudian ke badan
spot di mukosa pipi
2. Stadium Erupsi :Ruam
makopapuler, muncul dari
belakang telinga,
menyebar ke leher, badan
& ekstremitas.
3. Stadium Konvalensi:
setelah 3 hari ruam
perlahan menghilang
Tatalaksana & Komplikasi
Tatalaksana Komplikasi
Simtomatis Otitis Media
Vitamin A Bronchopneumonia
< 6 bln : 50.000 UI (2 hari) Encephalitis
6-12 bln: 100.000 UI (2 hari) Pericarditis
> 12 bln: 200.000 UI (2 hari)
Pada gizi buruk diberikan 3
kali: hari 1, hari 2, dan 2-4
minggu setelah pemberian
kedua
Pencegahan : Imunisasi
Campak pada umur 9 bulan.
VARICELLA (Cacar)
Etiologi :Virus Varicella Zozter Pemeriksaan Penunjang
(VVZ) Tzank test (bahan dr kerokan
Masa inkubasi : 17-21 hari di dasar vesikel)
Manifestasi Klinis Gambaran : Multi nukleid

Stadium Prodromal : giant cell (Sel besar berinti


demam, malaise,nyeri kepala banyak)
dlm bbrp jam timbul erupsi
Stadium Erupsi : Papul
Eritromatous Vesikel dgn
dasar eritromatous bentuk
seperti tetesan air (Tear
Drop) menyebar dari badan
ke extremitas / Sentrifugal.
Tatalaksana
Simtomatis
Oral : Antipiretik +
Analgetik + Anti Histamin
Lokal : Bedak salicil mentol
(biar vesikel tdk pecah)
Antiviral efektif jika di
berikan 48 jam
Dewasa (Acyclofir 5x800
mg) selama 7 hari
Anak (Acyclovir 4 x 20 mg)
selama 7 hari
RUBELLA ( German maesles)
Etiologi : Infeksi Togavirus
Inkubasi: 14-21 hari Infeksius: 5-7 hari sebelum rash hingga
3-5 hari setelah keluar rash
Manifestasi Klinis : demam, rash, limfadenopati postaurikuler
Forschheimers spots petekie pada hard palate
Komplikasi
Arthralgias/arthritis
Peripheral neuritis
Encephalitis
thrombocytopenic purpura
CONGENITAL RUBELLA
TRIAS RUBELLA CONGENITAL
Sensorineural hearing loss (manifestasi tersering).
Ocular abnormalities : katarak kongenital, glaucoma infantil, dan
pigmentary retinopathy.
Penyakit jantung kongenital, umumnya patent ductus arteriosus
(PDA) dan stenosis arteri pulmonal
Selain 3 gejala klasik, dapat ditemukan pula manifestasi berikut:
Abnormalitas SSP, yang meliputi retardasi mental, gangguan perilaku,
hipotonus, meningoensefalitis, dan mikrosefal
Hepatosplenomegali
Jaundice
Hepatitis
Manifestasi kulit blueberry muffin spot
SCARLET FEVER
Etiologi: Streeptococcus grop A
Klinis:
Prodromal: Nyeri tenggorokan,
nyeri kepala, nyeri perut,
pembesaran kelenjar leher,
demam, onset akut .
Strawberry tongue
Eritema difus seperti sandpaper
pada perabaan, dan tampilan goose Sandpaper texture,
pastia line
fles, aksentuasi eritema pada
lipatan fleksural (garis pastia).
kepucatan sekeliling mulut, selama
2-7 hari.
Ptekie di palatum
Lidah strawberry
Differential Diagnose fever with rash
CACING-CACING NAKAL
Ascaris lumbricoides
PENYAKIT: Askariasis
KLINIS: Pneumonitis with cough, LOOFLER
SYNDROM, intestinal blockage, vomit, abd pain.
INFEKTIF: Telur berisi larva
DIAGNOSIS: Telur berwarna kecoklatan dengan dindingt
ebal 3 lapis (Albuminoid Hialin,Viteline)
TATALAKSANA: Pirantel Palmoat 10mg/kgBB dosis
tunggal , Mebendazol 2 x 100mg selama 3 hari ,
Albendazol 400 mg dosis tunggal
Enterobius Vermicularis
PENYAKIT: OXYURIASIS = KREMI-An
KLINIS: GABURMARI Gatal burit malam
hari
DIAGNOSA
Menemukan telur dgn cara Graham schoot
adesive tape pada pagi hari sebelum BAB 3
hari berturut turut
Telur: Lonjong asimetris,lebih datar satu sisi
Th/: Mebendazol 100mg, Pirantel Palmoat
10mg/kgbb dosis tunggal, Albendazol 400 mg
dosis tunggal
Trichuris Trichiura
PENYAKIT: Trichuriasis IN GAT
ga t T N
In AYA
KLINIS: Nyeri ulu hati, kehilangan darah , TEM
P
ANEMIA
INFEKTIF: Embrional egg
DIAGNOSA: Telur bentuk tempayan di
ujungnya ada 2 kutub (double knob)
TERAPI :Albendazol 400 mg 3 hari,
Mebendazol 2X100 mg 3 hari
KOMPLIKASI: Prolap rectum
Shistosomiasis
ETILOGI: Shistosoma japonicum
KLINIS: demam, malaise, berat
4S : SHISTOSOMA,SPINA DI
badan menurun, Pada infeksi berat TELUR, SERKARIA
Sindroma disentri INFEKSIUSNYA, DI SULAWESI.
INFEKTIF: Serkaria
DIAGNOSA: Telur dengan duri
Rudimenter
TERAPI: Praziquantel
20mg/KgBB 3 kali Pemberian
dalam 1 hari / 4-6 jam
A.Braziliense & A.Caninum
KLINIS
CUTANEUS LARVA MIGRAN
/Creeping Eruption Lesi linier
eritema dan papul
SISTEMIK: mual, muntah, diare, nyeri
ulu hati, ANEMIA.
INFEKTIF: Larva
DIAGNOSA: telur berdinding tipis
TERAPI: Albendazol 400mg single
dose , Pirantel Pamoat 10mg/kgbb 3
hari
A .duodenale & Necator americanus
Infeksi Larva Filariform TANPA
ALAS KAKI PORT D ENTRE
KLINIS: Kulit: GROUND ITCH,
Sistemik: mual, muntah, diare & nyeri
ulu hati ANEMIA
DIAGNOSA: Telur berdinding tipis &
bening.
TERAPI: Albendazol 400mg single
dose , Pirantel Pamoat 10mg/kgbb 3
hari
FILARIASIS
Di Indonesia
Wuchereria bancrofti
Brugia malayi, Brugia timori penyebab
filariasis limfatik (sal genital tdk pernah
terkena)
Hospes: Culex & Anopheles
KLINIS: Filariasis limfatik
Demam
Limfadenopati inguinal, Nyeri testis dan/atau
inguinal
Linfadema Ireversible Kronik, elephantiasis di
tungkai.
CARA DIAGNOSTIC TERAPI: Dietilcarbamazin
filariasis limfatik (DEC) 6mg/kgBB 3x sehari
ditemukannya mikrofilaria di selama 12 hari
darah perifer Pengobatan masal (WHO):
Deteksi Mikrofilaria di DEC 6mg/kgBB + Albendazol
kiluria ditemukan dan cairan 400 mg dosis tunggal,satu
hidrokel. tahun sekali
Sampel diambil antara jam
10 malam dan 2 pagi
HEMATO-ONKOLOGY
Anemia defisiensi besi 4
Anemia hemolitik Anemia 3A
Anemia makrositik 3A
Gangguan pembekuan darah
Anemia associated with chronic disease 3A
Anemia aplastik/hipoplastik
Leukimia 2
Hemoglobinopati 2
Polisitemia Ikterik neonatorum 2
Trombositopenia 2
Trauma persalinan
Hemofilia 2
Leukemia (acute dan chronic) 2
Haemangioma 2
ANEMIA
Definisi WHO : Keadaan dimana terjadi pengurangan jumlah
sel darah merah, baik itu dalam kadar hemoglobin dan atau
hematokrit, selama volume darah total dalam batas normal
Kriteria Anemia (WHO)
6 bulan < 5 tahun : Hb < 11
> 5 tahun 14 tahun: Hb < 12
Laki dewasa : < 13
Wanita dewasa:< 12
Wanita dewasa (hamil) : < 11
MORE INFO
MCV (ukuran/siter): 80 95 fl
MCV = HT x 10 / jmlh eritrosit
MCH (warna/krom): 27-34 pg
MCH= HB x 10 / jmlh eritosit
MCHC (krom/warna): 31-37 %
MCHC= HB x 100 / HT
Klasifikasi
Anemia Hipokrom - Mikrositer
ANEMIA DEFISIENSI FE
Defisiensi besi: kegagalan dalam pembentukan
hemegagal membentuk hemoglobin
Kegagalan pembentukan hemoglobinpenurunan kadar
oksigen yang diikat sel menjadi pucat dan lebih kecil
(mikrositik hipokromik)
Etiologi
Kebutuhan meningkat: kehamilan , menyusui,
pertumbuhan
Kurangnya penyerapan: diet vegetarian , malabsobsi
Perdarahan kronik:tukak lambung,infeksi cacing
Wajib Tau
FERITIN: Protein intraseluler yang
berfungsi menyimpan besi dan
mengeluarkannya saat diperlukan;
feritin merefleksikan jumlah besi
yang disimpan dalam tubuh
TRANSFERIN: Protein plasma
yang mentransportasikan besi dalam
darah ke hepar, limpa dan sumsum
tulang
TIBC: kemampuan darah untuk
mengikat besi dengan transferin
Derajat def Fe
1. Fase keseimbangan besi negatif Kebutuhan / kehilangan
besi > asupan (Ferritin , Transferin normal ,TIBC normal
2. Fase iron-deficient eritropoiesis Cadangan besi sudah
mulai berkurang (Ferritin , Transferrin ,TIBC normal)
3. Fase anemia defisiensi besi (Ferritin , Transferrin ,
TIBC )
Klinis & Pemeriksaan penunjang
Manifestasi Klinis Pemeriksaan penunjang
Pucat yang berlangsung lama Darah rutin: Hb , MCV <
(kronik) 80 fl , fe feritin ,
Koilinikia , Glositis transferin , TIBC
Stomatitis angularis Apusan darah tepi
Gejala komplikasi Hipokrom-mikrositer
Lemas, sariawan, gangguan Sel Pencil
prestasi belajar, menurunnya
daya tahan tubuh terhadap
infeksi.
Tatalaksana
Oral administration
Fe 4-6 mg/kgBB dibagi 3 dosis
Berikan selama 1 bulan jika berspon (hb normal) lanjutkan
selama 8 minggu.
Side Efect: mual, konstipasi, rasa tidak enak
Trasfusi
Jika Anemia Berat
Hb < 4 g/dl
Transfusi PRC 2-3 ml/kgBB PRC, dg premedikasi
furosemide

Nelson Pediatric 18thed, Chapt: Disease of the blood, page 2016


THALASEMIA
Definisi: Penyakit genetik dgn supresi produksi hemoglobin
karena defek pada sintesis rantai globin
Diturunkan secara autosomal resesif ( dari ayah ke ibu)
Klasifikasi
Secara Rantai Hb : Thalassemia Alfa & Thalassemia Beta
Secara Klinis
Thalasemia Mayor
Thalasemia Minor (biasanya Asimtomatis)

Behrman RE. Nelsons textbook of pediatrics, 19th ed. McGraw-Hill; 2011.


Manifestasi Klinis
Terjadi pada anak-anak riwayat
keluarga (+)
Pucat kronik
Ikterik bilirubin indirek
Gangguan pertumbuhan tulang
Hepatosplenomegali
Perubahan bentuk wajah: facies
cooley
Pertumbuhan terganggu
Mekanisme penurunan thalasemia
Pemeriksaan penunjang
Darah rutin : Hb , MCV , MCH
, MCHC , RT
Apusan Darah Tepi
Hipokrom-mikrositer
Anisositosis, poikilositosis, sel
target
Howell-Jelly body, basophilic
Elektroforesis HB Gold standar
HbF : pada thalassemia beta
mayor
HbA2 : pada thalassemia beta
minor
Foto RO : Hair on and Apperance
Tatalaksana
Transfusi seumur hidup, Indikasi HB < 8 g/dl
Transfusi diberikan sampai Hb 12g/dL
Cara transfusi
Hb>510-15cc/kg/kali dalam 2 jam
Hb<5 5cc/kg/kali dengan tetesan 2cc/kg/jam
Asam folat2x1 mg/hari
VitE 2x200 IU/hari
Vitamin C
Kelasibesi ( DEFERIOKSAMIN) Parenteral
(desferioksamin), oral (deferiprone/deferasirox)
Anemia Normokrom -Normositer
Dd Etiologi
Anemia Hemolitik kongenital Pemeriksaan penunjang
Anemia def G6PD, untuk etiologi
Sferositosis Coomb test : hemolitik
Anemia Hemolitik di dapat autoimun
Anemia hemolitik pada G6PD : def G6PD
malaria Anemia + ikterik Tes fragilitas osmotik :
(bil indirect ) + sperocitosis
Splenomegali
Apusan darah tipis&
Anemia hemolitik Autoimun
tebal : malaria
Anemia Aplastik BMP : Anemia Aplastik
Anemia pada perdarahan akut
Anemia pada penyakit ginjal
kronik penurunan eritropoetin
ANEMIA APLASTIK
Adalah suatu kesatuan klinik yang ditandai oleh pansitopenia
pada darah tepi disertai sumsum tulang hiposeluler
Etiologi
Idiopatik (dimediasi imun): 70% kasus
Sekunder (10-15%) : Obat, Toksin Virus ,Penyakit autoimun
Iatrogenik
Khas: Pansitopenia tanpa pembesaran organ
Manifestasi Klinis PANSITOPENIA
Anemia : Pucat ,lemah
Trombositopenia: Ptekie, Ekimosis, Purpura
Leukopenia : Demam,imunitas
Tdk ada organomegali
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Lab
Normositik normokrom
MCV 95- 110 fL
PANSITOPENIA
Jumlah retikulosit rendah.
Leukopenia dengan limfositosis
relatif.
Tidak ada sel abnormal di
darah.
BNP gold standart
Sumsum tulang hipoplastik,
dengan jaringan hematopoietik
digantikan lemak.
ANEMIA MAKROSITER
ANEMIA DEF ASAM FOLAT & B 12
REMEMBER
Anemia defisiensi Besi : Darah tepi anemia mikrositik hipokrom, Serum Iron ,
Feritin, TIBC , Sel pencil Terapi : suplementasi besi.
Anemia hemolitik : Darah tepi anemia mikrositik hipokrom. Terdapat sel target &
anisopoikilositosis (bentuk sel bermacam-macam karena lisis), Bilirubin indirek .
Ikterik, splenomegali. Biasanya karena thalassemia. Pemeriksaan tambahan :
elektroforesis Hb.
Anemia karena keganasan (Leukemia) : Pansitopenia, leukosit meningkat namun
abnormal. Blast +, hepatomegali. Pemeriksaan tambahan : Bone Marrow Puncture
(BMP).Tx : kemoterapi.
Anemia aplastik : Pansitopenia. Tidak ada organomegali. Pemeriksaan tambahan :
BMP gambaran hipoplastik.
Anemia karena penyakit kronis : Karena gangguan utilisasi besi. Anemia
normositik normokrom.
Anemia perdarahan :Normositik normokrom.
Anemia makrositik : karena defisiensi B12 (pada post-op gastrointestinal), asam
folat, liver disease
KELAINAN PEMBEKUAN DARAH
Mekanisme hemostasis
Jangan sampai ga tau
activated Partial thromboplastin
time (aPTT) : untuk mengevaluasi
jalur intrinsik kaskade koagulasi
Prothrombin time (PT): untuk
mengevaluasi jalur ekstrinsik
kaskade koagulasi
BT ( Bleding Time):
Mengambarkan interaksi platelet
dgn dinding pembuluh darah
Clotting Time (CT) /masa
pembekuan darah : menentukan
waktu yang diperlukan darah
untuk membeku
KELAINAN TROMBOSIT
1. IMUNE TROMBOSITOPENIA PURPURA
Imune trombositopenia purpura :Penigkatan destruksi
platelet di perifer, biasanya pasien memiliki antibodi
yang spesifik terhadap glikoprotein membran platelet
(IgG autoantibodi pada permukaan platelet)
Cardinal Sign: Trombositopenia <100,000/mm3 ,
Purpura dan perdarahan membran mukosa
2 jenis gambaran klinis
1. ITP akut :Biasanya didahului oleh infeksi virus dan
menghilang dalam 3 bulan.
2. ITP kronik: Gejala biasanya mudah memar atau
perdarahan ringan yang berlangsung selama 6 bulan
Diagnosis ITP
Pemeriksaan fisik
Pada umumnya bentuk
perdarahannya ialah purpura pada
kulit dan mukosa (hidung, gusi,
saluran cerna dan traktus urogenital).
Pemeriksaan penunjang
Darah : Trombositopenia, Masa
perdarahan memanjang (Bleeding
Time) , PT & aPTT normal
Darah tepi
Besar trombosit umumnya normal,
hanya kadang ditemui bentuk trombosit
yang lebih besar (giant plalets).
Tatalaksana
Indikasi rawat inap
Jumlah hitung trombosit <20.000/L
Perdarahan berat
Kecurigaan/pasti perdarahan intrakranial
Umur <3 tahun
Medikamentosa
Kortikosteroid
Suspensi trombosit jika trombosit <20.000/ L dengan
perdarahan mukosa berulang (epistaksis) atau trombosit < 50.000
L dgn kecurigaan perdarahan intrakranial
KELAINAN SISTEM KOAGULASI
1. HEMOFILIA
Kekurangan faktor pembekuan darah yang diturunkan
secara sex-linked recessive pada kromosom X
Klasifikasi
1. Hemofilia A (80-85%) : defisiensi/disfungsi faktor
VIII
2. Hemofilia B : defisiensi/disfungsi faktor IX
3. Hemofilia C : defisiensi/disfungsi faktor XI
KLINIS:
Hemartrosis Perdarahan sendi
perdarahan intrakranial, Epistaksis, hematuria.
Riwayat keluarga (+)
Diagnosa & Tatalaksana
Pemeriksaan penunjang
aPTT memanjang, PT normal , CT memanjang
Faktor VIII & IX
Tatalaksana
HemofiliA : Criopresipitate (faktor VIII)
Hemofili B :FRESH FROZEN PLASMA (FFP)
Bedakan ITP & Hemofilia
Karakteristik Klinis Gangguan Perdarahan
Kelainan Trombosit/Vaskular Kelainan Koagulasi
Tempat Kulit, membrane mukosa Di dalam jaringan lunak
(otot, sendi)

Lesi Petekiae, ekimosis Hemartrosis, hematoma


Perdarahan Setelah luka kecil: ya Setelah luka kecil: jarang
Setelah bedah: langsung, ringan Setelah bedah: delayed,
berat
LEUKIMA
Definisi : Gangguan neoplastik yang berasal dari sistem
hematopoetik.
Sistem hematopoeitik merupakan sistem yang membentuk sel-sel
darah serta sel-sel imun tubuh.
Gangguan ini menyebabkan penurunan produksi sel-sel darah normal
serta gejala lain yang berkaitan dengan infiltrasi sel ganas ke organ-
organ.
Klasifikasi
Klasifikasi leukima
LLA LMA
Epidemiologi Pada anak-anak Pada Dewasa Muda
Morfologi dan sitokimia Limfoblas dominan Sel Mieloblas imatur
Mieloperoksidase (-) Mieloperoksidase (+)
tDt Positif tDT Negatif
Aurer Rod Body
Sitogenetika Kelainan Kromosom +++ Kelainan Kromosom (-)
Perjalanan penyakit Onset Cepat Onset cepat

LLK LMK
Epidemiologi Lansia Pada Dewasa Muda ,lansia
Morfologi dan sitokimia Sel Limfosit B matur Sel puncak Mieloid
Limfositosis Smudge cell Basofilia
Tromositosis
Sitogenetika Trisomi 12 Kromosom philadelpia
Perjalanan penyakit Onset lambat Onset cepat
NEUROLOGI
Kejang demam 4
Hidrosefalus 3B
Cerebral palsy 3B
Status epilepticus 3B
GBS 3B
Meningitis 3B
Ensefalitis 3B
Guillain Barre Syndrome 3B
Epilepsi 3A
Petit mal epilepsi 3A
Abses otak 2
KEJANG DEMAM
Definisi : Bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh
(suhu rektal di atas 380C) yang disebabkan oleh suatu proses
ekstrakranium.
Insidensi
anak umur 6 bulan 5 tahun, insidensi tertinggi pada umur 18
bulan
Anak umur < 6 bulan 5 tahun mengalami kejang di dahului
demam pikirkan infeksi SSP
Anak yg kejang tanpa demam, kemudian kejang demam bukan
Kejang demam
Kejang & demam pada anak < 1 tahun bukan kejang demam
Klasifikasi kejang demam
Kejang demam Sederhana /KDS / simplex febrile seizure
Kejang demam Kompleks / KDK / Kompleks febrile seizure
Klasifikasi kejang demam

Kejang demam sederhana


Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium tidak dikerjakan secara rutin
Dapat dikerjakan untuk mengevaluasi sumber infeksi penyebab
demam.
Pungsi lumbal
Bayi kurang dari 12 bulan sangat dianjurkan dilakukan
Bayi antara 12-18 bulan dianjurkan
Bayi > 18 bulan tidak rutin
Elektroensefalograf (EEG)
Tdk di anjurkan
Tapi masih dapat dilakukan pada keadaan kejang demam yang
tidak khas.Misalnya: kejang demam kompleks UKK Neurologi 5
pada anak usia lebih dari 6 tahun, atau kejang demam fokal
Tatalaksana saat kejang
Di Rumah
Diazepam Rectal 0,5-0,75 mg/ kbBB atau
BB < 10 kg 5 mg, > 10 kg 10 mg
Umur < 3 tahun 5 mg , umur > 3 tahun: 7,5 mg
Maksimum diberikan 2x berturutan dengan jarak 5 menit. Jika
masih kejang bawa ke instansi kesehatan terdekat
Di Rumah Sakit
Dapat diulang diazepam rektal 1 kali, Diazepam juga dapat
diberikan dengan suntikan intravena 0.2 0,5 mg/kgBB.
Berikan perlahan 0,5 1 mg/menit
Bila kejang berhenti, hentikan penyuntikan. Dapat diberikan 2
kali dengan jarak 5 menit bila anak masih kejang.
Diazepam jangan diberikan secara intramuskular.
Algoritma tatalaksana kejang demam
Tatalaksana saat demam
Antipiretik
Parasetamol 10 15 mg/kg/kali diberikan 4 kali sehari
Ibuprofen 5-10 mg/ kg/kali 3-4 kali sehari
Antikonvulsan
Pemakaian diazepam oral dosis 0,3 mg/kg setiap 8 jam pada
saat demam menurunkan risiko berulangnya kejang
Diazepam rectal 0,5 mg/kgBB / 8 jam
Pengobatan Rumatan
Indikasi
Kejang lama > 15 menit
Adanya kelainan neurologis yang nyata sebelum atau sesudah kejang ex
(hemiparesis, paresis Todd, cerebral palsy, retardasi mental, hidrosefalus.)
Kejang fokal
Pengobatan rumat dipertimbangkan bila
Kejang berulang dua kali atau lebih dalam 24 jam.
Kejang demam terjadi pada bayi kurang dari 12
Kejang demam 4 kali per tahun
Pengobatan rumatan
Asam valvoat 15-40 mg/kg BB / 2-3 dosis
Fenobarbital 3-4 mg/kg per hari dalam 1-2 dosis
Selama 1 tahun bebas kejang, kemudian dihentikan secara bertahap selama 1-
2 bulan
NEURO INFEKSI
Meningitis
Demam, sakit kepala, Tanda Rangsang Meningeal (+) , bisa
terjadi penurunan kesadaran (kejang bersifat fokal).
Etiologi : bakteri, viral, TB
Ensefalitis
Demam, sakit kepala, Tanda Rangsang Meningeal (-)
penurunan kesadaran (kejang bersifat umum)
Etiologi : viral (paling sering Herpes SimpleksVirus).
Differential diagnose
Analisa LCS
NEFROLOGI
Infeksi saluran kemih 4
Glomerulonefitis akut 3A
Sindrom Nefrotik 2
Gagal Ginjal akut 2
Gagal Ginjal Kronik 2
INFEKSI SALURAN KEMIH
Definisi : Infeksi akibat terbentuknya koloni kuman di saluran
kemih
Etiologi : E. coli (75-90%), Klebsiella, Proteus. Biasanya
terjadi secara ascending.
Klasifikasi
ISK non-komplikata: Sistitis pada perempuan tidak hamil
imunokompeten tanpa penyakit struktural atau neurologik
yang mendasari
ISK komplikata
ISK atas pada perempuan
ISK apapun pada pria atau perempuan hamil
ISK dengan kelainan struktural atau imunosupresi
Klinis & Pemeriksaan Penunjang
KLINIS
1. Pyelonefritis (upper UTI): Nyeri abdomen, demam, malaise,
mual, muntah, nyeri pinggang, CVA (+).
2. Sistitis (lower UTI): Disuria, urgency, frequency, nyeri
suprapubik, inkontinensia.
3. Bakteriuria asimtomatik: kultur urin (+) tetapi tidak disertai
gejala
Pemeriksaan Penunjang
Urinalisis : Proteinuria, leukosituria (>5/ LPB), Hematuria
(Eritrosit>5/LPB) , Biakan urin dan uji sensitivitas, Kreatinin dan
Ureum
Diagnosa pasti : Bakteriuria bermakna pada biakan urin (>10 koloni
kuman per ml urin segar pancar tengah (midstream urine) yang
diambil pagi hari).
Tatalaksana
Suportif: Masukan cairan yang cukup, Edukasi untuk tidak
menahan berkemih , Menjaga kebersihan daerah perineum dan
periurethra.
Farmakologi
Antibiotik empirik selama 7-10 hari: kotrimoksazol oral 24
mg/kgBB setiap 12 jam
Jika respon klinis kurang baik / kondisi anak memburuk :
Gentamisin (7.5 mg/kg IV sekali sehari) + ampisilin (50
mg/kg IV setiap 6 jam) atau sefalosporin gen-3 parenteral
SINDROM NEFRITIK
GNAPS : Istilah histopatologi
Inflamasi pada glomerulus yg di
dahului infeksi streptococcus -
hemolytic group A yg di tandai dgn
gejala nefritik.
Sindrom nefritik akut: kumpulan
gejala klinik yg bersifat akut
berupa: PHAROH Proteinuria,
Hematuria, Azotemia, Red blood cast,
Oliguria, Hipertensi
Diagnosa & tatalaksana
KLINIS
Riwayat Infesi (ISPA) /pioderma
hematuria, hipertensi, edema, oliguria.
Pemeriksaan lab: ASTO (meningkat) & C3 (menurun),adanya torak
eritrosit, hematuria & proteinuria.
Diagnosis pasti ditegakkan bila biakan positif untuk streptokokus
hemolitikus grup A.
Tatalaksana
Diet restriksi protein, rendah garam
Antibiotik (pengobatan causatif): Gol Penicilin
Simtomatik : Edema (loop diuretik), Hipertensi (ACE-I/
ARB)
SINDROM NEFROTIK
Kriteria Diagnosa
1. Proteinuria masif (>40 mg/m2/jam atau dipstik 2+),
2. Hipoalbuminemia (<2,5 g/dL),
3. Hiperkolesterolemia >200 mg/dl
4. Edema
Patogenesis
Terjadi akibat kegagalan/gangguan filtrasi di glomerulus
yang kemudian menyebabkan terjadinya albumin leakage
Edema terjadi karena albumin berkurang sehingga tekanan
onkotik menurun
Batasan
Remisi : Proteinuria negatif atau trace (proteinuria < 4 mg/m2 LPB/jam)
3 hari berturut-turut dalam 1 minggu
Relaps : Proteinuria 2+ (proteinuria 40 mg/m2 LPB/jam) 3 hari
berturut-turut dalam 1 minggu
Relaps jarang : relaps terjadi kurang dari 2 kali dalam 6 bulan
pertama setelah respons awal atau kurang dari 4 kali per tahun
pengamatan
Relaps sering (frequent relaps) : relaps terjadi 2 kali dalam 6 bulan
pertama setelah respons awal atau 4 kali dalam periode 1 tahun
Dependen steroid : relaps 2 kali berturut turut saat dosis steroid
diturunkan atau dalam 14 hari setelah pengobatan dihentikan.
Resisten steroid : tidak terjadi remisi pada pengobatan prednison dosis
penuh (full dose) selama 4 minggu
Sensitif steroid: remisi terjadi pada pemberian prednison dosis penuh
selama 4 minggu
Tatalaksana SN
Diet: restriksi protein khususnya jika sudah terdapat penurunan
fungsi ginjal, diet rendah kolesterol
Edema : Diuretics (loop diuretik)
Hyperlipidemia : statin
Kortikosteroid
ENDOKRIN & METABOLIT
Malnutrisi energi - protein 4A
DM-tipe 1 4A
Vitamin Defisiensi 4A
Hipotiroid 2
Dwafisme 1
Akromegali 1
Chussing Disease 3B
Pubertas Prekoks 2
MALNUTRISI
Malnutrisi: Ketidakseimbangan seluler antara asupan dan
kebutuhan energi dan nutrien tubuh untuk tumbuh dan
mempertahankan fungsinya (WHO)
Anak di diagnosis gizi buruk jika
BB/TB < -3 SD atau <70% dari median (marasmus)
Edema pada kedua punggung kaki sampai seluruh tubuh
(kwashiorkor: BB/TB >-3SD ) atau
Marasmik-kwashiorkor: BB/TB <-3SD
Marasmus : Defisiensi Energi
Wajah seperti orang tua (old
man face)
kulit terlihat longgar
Iga gambang
Kulit paha berkeriput
Kulit di pantat berkeriput
(baggy pant )
Kwashiorkor : Defisiensi Protein
Edema
Rambut kemerahan kaya
jagung mudah dicabut
kurang aktif, rewel/cengeng
Kelainan kulit berupa bercak
merah muda yg meluas &
berubah warna menjadi
coklat kehitaman dan
terkelupas (crazy pavement
dermatosis)
Marasmus-Kwashiorkor
Terdapat tanda dan gejala klinis marasmus dan kwashiorkor
secara bersamaan
10 langkah tatalaksana (WHO)

BukuSakuPelayananKesehatanAnakdi RS, WHO 2008


Tatalaksana
1. NUTRISI
fase stabilisasi: F75 (energi 80-100 kkal/BB/hari)
fase transisi: F100 (energi100-150 kkal/BB/hari)
Fase rehabilitasi:F150 (energi150-220 kkal/BB/hari)

2. DEFISIENSI VIT A : hari 1, 2&14


umur < 6 bln : 50.000 SI
umur 6-12 bln : 100.000 SI
umur > 1 thn : 200.000 SI

3. INFEKSI
Tanpa komplikasi : kotrimoksasol
Berat : Ampisilin IV :Amoksisilin oral + Gentamisin
Spesifik : OAT
HIPOTIROID KONGENITAL
KRETINISME ENDEMIK
Kretinisme yang terjadi pada bayi yang lahir pada daerah dengan
asupan yodium yang rendah serta goiter endemik; sehingga
mengalami kekurangan yodium yang berat pada masa fetal
Gejala: lahir di daerah endemik gondok retardasi mental, tuli
sensorineural nada tinggi, gangguan neuromuskular
KRETINISME SPORADIK / HIPOTIROID KONGENITAL
Kretinisme akibat hipotiroid kongenital
Bisa juga karena riwayat kehamilan ibu dengan hipertiroid
Gejala: Penurunan aktivitas, dahi lebar, BB sulit naik, pendek,
hipotonia, tangisan serak, ikterik, retardasi
mental,makroglosia,hernia umbilikal, perkembangan terhambat,
miksedema
Sign & simptom
Dahi lebar, BB sulit naik, pendek,
hipotonia, tangisan serak, ikterik,
retardasi mental
Makroglosia, hernia umbilikal
Perkembangan terhambat
miksedema
Kelainan Hormon ACTH
SYNDROM CUSSING
Disebabkan paparan glukokortikoid endoken /eksogen
jangka waktu lama
Penyebab diantaranya :
Konsumsi /injeksi steroid / glukokortikoid jangka waktu
lama
Primary adrenocortical neoplasm (usually an adenoma but
rarely a carcinoma).
Bilateral adrenal micronodular hyperplasia and
macronodular hyperplasia (jarang)
Tanda dan gejala
BB naik (obesitas sentral), punggung
atas (buffalo Hump), moon face
Hirsutisme, Siklus menstruasi tidak
teratur (amenorea), Infertilitas,
penurunan libido Impotensi
Musculosceletal: Kelemahan progresif
otot
Dermatologic: Facial plethora,
violaceous striae, ecchymoses,
telangiectasias, purpura, cutaneous
atrophy, facial lanugo
Cardiovascular and renal :
Hypertension, edema
PUBERTAS PREKOKS
Pubertas Prekoks:Muncul tanda pubertas pubertas pada
umur < 8 thn pada wanita & 9 tahun pada laki-laki
Klasifikasi
Pubertas prekoks dependent/ tergantung gonadotropin: disebabkan
oleh aktivitas prematur dari poros hipotalamus-hipofisis
Pubertas prekoks independent/ tidak tergantung gonadotropin:
disebabkan sekresi gonadotropin ektopik atau sekresi steroid seks
otonom dan tidak dipengaruhi oleh poros hipotalamus-hipofisis-
gonad
Pada keduanya terdapat akselerasi tulang panjang.
Perbedaanya level LH pada tipe independen normal ,
sedangkan tipe dependen level LH meningkat.
Pediatric Sosial & Tumbuh kembang
Pemantauan Tumbuh Kembang 4A
Imunisasi 4A
Gangguan Psikologi anak 2
Genetik & Cromoshom Dissorder 1
Retardasi Mental 3A
PEMANTAUAN TUMBUH KEMBANG
Pertumbuhan : Bertambahnya ukuran fisik anak
dalam hal panjang/tinggi badan, berat badan, dan
lingkar kepala
Pemantauan : melalui penilaian klinis dan
pengukuran antropometris (Z Score WHO atau
kurva NCHS CDC)
Perkembangan : kemampuan fungsi individu dalam
bidang motorik kasar, motorik halus, komunikasi dan
bahasa, intelektual, emosi, dan sosial
Developmental Milestone
IMUNISASI
Hepatitis B
Jadwal imunisasi : 3 kali (0-1-6)
Hepatitis B:Pada bayi baru lahir sblm usia12 jam, diberikan
setelah vitamin K penting untuk mencegah terjadinya
perdarahan akibat defisiensi vitamin K.
Dosis ke dua interval 4 minggu dari dosis pertama.
Interval imunisasi ketiga yang di anjurkan adalah minimal 2
bulan dan terbaik setelah 5 bulan
Dosis: 0,05 mg IM di M. Vastus lateral
Problem
Prematur: Bila bayi prematur atau BBLR, imunisasi ditunda sampai
bayi berusia 2 bulan ATAU berat badan sudah 2000 gram.
Status ibu HbsAg (+): Bayi lahir dgn ibu Hbs Ag (+)di berikan
vaksin Hepatitis B dan HBIg pada ekstremitas yg berbeda.
Polio
Jadwal Imunisasi Primer: 4X (0-2-4-6)
Vaksin polio 0 : polio oral (saat lahir atau saat bayi
dipulangkan)
Vaksin Polio 1 : 2 bulan
Vaksin Polio 2 : 4 bulan
Vaksin Polio 3 : 6 Bulan
Booster: Usia18-24 bulan, 5 tahun pada saat kls 1
BCG
Jadwal Imunisasi Primer: 1x (usia 0 3 bulan )
Optimal 2 bulan
Dosis: 0,05 intracutan pada insersio m.deltoid kanan
Jika anak umur > 3 bulan blm di imunisasi BCG Lakukan
Test Mantoux jika (-) berikan imunisasi
Bayi lahir dgn ibu BTA (+)

Yakinkan ibu bahwa ASI tetap boleh diberikan


dan catat berat badan bayi tiap 2 minggu
DPT ( Difteri, pertusis, tetanus)
Jadwal imunisasi primer: 3 kali (umur 2, 4, 6 bulan)
Anak umur >7 tahun, diberikan vaksin Td dengan
booster setiap 10 tahun.
Isi: Diphtheria toxoid and Tetanus toxoid , whole-cell-
pertussis vaccine (DTwP ) or acellular pertussis vaccine
(DTaP) , Combined vaccine: DPT + HiB+ IPV
Dosis: 0,5 ml IM Vastus lateral
Campak
Jadwal Imunisasi: 2 kali (umur 9 dan 24 bulan)
Bila mendapat MMR umur15 bulan, imunisasi campak
umur 24 bulan tidak diperlukan
Dosis: 0,5mg SC di lengan kiri atas
Kontra Indikasi Secara Umum
Kontraindikasi Imunisasi
Hepatitis B Alergi terhadap ragi
Polio Polio Oral : Infeksi HIV atau Kontak HIV serumah
Polio Inactivated : Alergi terhadap neomicin, polimiksin B , &
streptomicin
BCG Reaksi uji tuberkulin >5 mm.
Menderita infeksi HIV atau dengan risiko tinggi infeksi HIV,
imunokompromais akibat pengobatan kortikosteroid
Menderita gizi buruk, Menderita demam tinggi , Menderita infeksi
kulit yang luas , Pernah sakit tuberkulosis , Kehamilan.
DPT Encephalopati dlm 7 hati pasca dpt sebelumnya
Demam > 40 C
Kejang dlm 3 hari pasca DPT
GBS dlm 6 mingguy pasca vaksin
Masalah Imunisasi
Catch up immunization
Untuk imunisasi multidosis dgn interval tertentu spt DPT, HepB,
polio, dkk jumlah pemberian imunisasi HARUS tetap dilengkapi
Keterlambatan TIDAK mempengaruhi respon tubuh dlm
membentuk antibody, Cuma resiko tertular tetap tinggi karena
ambang antibodinya terlambat tercapai
PRINSIP catch up : tetap lanjutkan, JANGAN mengulang dari
awal, tidak peduli berapa jarak waktu keterlambatan dari yang
sebelumnya, jadwalkan sesuai dengan interval minimal antar
vaksinasi yang direkomendasikan IDAI
Kecuali BCG
<3 bulan : Mantoux dulu, bila negatif berikan 0.05cc
>12 bulan : uji tuberkulin dulu, bila negatif berikan 0.1cc SC
Contoh kasus
Anak 5 bulan BELUM PERNAH DPT sama sekali.
Beri DPT-1 saat kunjungan (misal tgl 1/5)
Beri DPT-2 4 minggu kemudian (tgl 28/5) karena interval
vaksin DPT 4 minggu kan
DPT- 3 4 minggu lagi (tgl 25/6)
Anak 3 bulan BELUM PERNAH Hep B sama sekali.
Berikan Hep B 1 tgl 1/5
Berikan Hep 2 tgl 28/5, interval vaksin Hep B dari suntik
pertama ke kedua 4-8 minggu
Hep 3 usia 6 bulan
Hep B dosis 3 sifatnya booster, bisa diberikan di rentang usia
6-18 bulan atau kapan saja setelah 18 bulan
GANGGUAN PSIKOLOGI ANAK
1. AUTISME
Gangguan pervasive , mucul sblm usia 3 tahun.
Gangguanya di 3 bidang
1. Interaksi sosial : tdk ada kontak mata, bila di panggil tdk mau
menegok, sifat menyendiri
2. Komunikasi : keterlambatan bicara, bicara dgn kalimat
pendek struktur salah.
3. Perilaku: Stereotipik
2. ASPERGERS SYNDROM
Hampir sama dgn Autisme tapi lebih ringan dimana
Tdk ada gangguan komunikasi & bicara
Terobsesi kuat thp satu objek
3. ADHD
Kriteria Diagnosa
Tdk bisa memusatkan perhatian
Impulsif: bertindak sblm berfikir, perhatian mudah
teralihkan
Hiperaktif
4. RETARDASI MENTAL
Syarat :Usia < 18 tahun Retardasi mental : IQ < 70
Derajat : RINGAN (50 -70) , SEDANG ( 35-49), BERAT
(20-34), SANGAT BERAT ( < 20)
GENETICA & CROMOSOM DISSORDER
SINDROM SINDROM JACOBS
KLINEFELTER 47+XYY
47+XXY (laki-laki) Ciri : Wajah kriminal
Ciri-ciri : hipogonadisme
(fitur seks sekunder SINDROM DOWN
berkurang ), fertilitas
berkurang
Trisomi 21
Ciri-ciri : retardasi mental,
SINDROM TURNER
dagu kecil, mongoloid face,
45+XO (perempuan) hidung pipih, lipatan palmar
Ciri-ciri : pendek , tunggal, makroglosia, jarak
webbed neck, amenorea , lebar antara ibu jari kaki &
steril jari kedua
Klinefelter, 45 XXY Edwards, trisomy 18
Turner, 45 XO

Trisomi 21, Down syndrome


SELAMAT
BELAJAR

Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah apa yang


ada pada suatu kaum, hingga mereka mengubah
apa yang ada pada diri mereka sendiri (QS 13:11)

Anda mungkin juga menyukai