Medan
Jl. Setiabudi Kompleks Setiabudi Square No. 15 Kel. Tanjung
Sari, Kec. Medan Selayang 20132
WA/Line 082122727364
w w w. o p t i m a p r e p . c o . i d
TO 1
1. Alat Bantu Promosi Kesehatan
(Menurut Cone of Experience, Edgar Dale)
MEDIA PROMOSI KESEHATAN
MEDIA PROMOSI KESEHATAN MASSAL
• Ceramah umum (public speaking), misalnya pada hari kesehatan
nasional, menteri kesehatan atau pejabat kesehatan lainnya
berpidato dihadapan massa rakyat untuk menyampaikan pesan-
pesan kesehatan.
• Diskusi tentang kesehatan melalui media elektronik, baik siaran TV
maupun radio.
• Simulasi, dialog antara pasien dengan dokter atau petugas
kesehatan lainnya tentang suatu penyakit atau masalah kesehatan
disuatu media massa
• Film
• Tulisan-tulisan dimajalah atau Koran, baik dalam bentuk artikel
maupaun Tanya jawab/ konsultasi tentang kesehatan dan penyakit.
• Billboard, yang dipasang dipinggir jalan, spanduk, poster, dsb.
Contoh : Billboard Ayo ke Posyandu.
Metode Promosi Kesehatan untuk Kelompok
(<15 orang)
• Diskusi kelompok: dipimpin 1 pemimpin diskusi, pemimpin
memberi pertanyaan atau kasus sehubungan dengan topik
yang dibahas untuk memancing anggota untuk
berpendapat.
TERPADU / TERINTEGRASI
• Memakai seluruh ilmu kedokteran yang telah
di dapat bekerja sama dengan pasien,
keluarga, dokter spesialis atau tenaga
kesehatan lain
4. TABEL UJI HIPOTESIS
VARIABEL
U J I S TAT I S T I K U J I A LT E R N AT I F
INDEPENDEN DEPENDEN
Prinsip:
Nilai koefisien korelasi berkisar antara 0 sampai 1. Nol berarti tidak ada korelasi sama sekali,
sedangkan satu menandakan korelasi sempurna. Koefisien korelasi yang semakin mendekati
angka 1, menunjukkan semakin kuat korelasi .
Contoh Uji Korelasi
• Misalnya pada penelitian yang ingin mengetahui
hubungan antara kolesterol total (mg/dL) dengan
tekanan darah sistolik (mmHg) didapatkan nilai R-nya
sebesar 0,8.
https://www.jasaraharja.co.id/layanan
Hak Santunan
Kemudian menurut Undang Undang Nomor 34 Tahun
1964 Jo PP Nomor 18 Tahun 1965, korban yang berhak
atas santunan adalah
• setiap orang yang berada di luar angkutan lalu lintas
jalan yang menjadi korban akibat kecelakaan dari
penggunaan alat angkutan lalu lintas jalan
• setiap orang atau mereka yang berada di dalam suatu
kendaraan bermotor dan ditabrak, dimana pengemudi
kendaraan bermotor yang penyebab kecelakaan,
termasuk dalam hal ini para penumpang kendaraan
bermotor dan sepeda motor pribadi.
https://www.jasaraharja.co.id/layanan
Yang tidak bisa ditanggung Jasa
Raharja
• Pengendara yang menyebabkan terjadinya kecelakaan -> UU No 34 Tahun 1964 dan PP No 18 Tahun 1965
• Korban kecelakaan baik pengendara atau pejalan kaki yang menerobos palang pintu kereta.
• Korban kecelakaan yang disengaja, seperti bunuh diri dan/atau percobaan bunuh diri serta korban kecelakaan
yang terbukti mabuk.
• Korban kecelakaan tunggal kendaraan pribadi
• Korban kecelakaan yang terbukti sedang melakukan kejahatan
• Korban kecelakaan akibat bencana alam
• Korban kecelakaan perlombaan kecepatan seperti misalnya perlombaan balapan mobil atau motor.
https://www.jasaraharja.co.id/layanan
Lanjutan UU No 34 tahun 1964 dan PP
No 18 Tahun 1965
• Bagi pengemudi kendaraan pribadi yang
mengalami kecelakaan merupakan penyebab
terjadinya tabrakan dua atau lebih kendaraan
bermotor, maka baik pengemudi maupun
penumpang kendaraan tersebut tidak dijamin
dalam UU No 34/1964 dan PP no 18/1965
termasuk korban pejalan kaki atau
pengemudi/penumpang kendaraan bermotor
yang dengan sengaja menerobos palang pintu
kereta api yang sedang difungsikan.
Cara Klaim
• Meminta surat keterangan kecelakaan dari Unit Lakalantas Polres
setempat atau instansi serupa yang memiliki wewenang (misalnya: PT KAI
untuk kereta api, Syah Bandar untuk kapal laut).
• Membuat surat keterangan kesehatan atau kematian dari rumah sakit.
• Membawa identitas pribadi korban (asli dan fotokopi) seperti:
– Kartu Keluarga (KK)
– Kartu Tanda Penduduk (KTP)
– Surat Nikah
• Mengunjungi kantor Jasa Raharja dan mengisi formulir, di antaranya:
– Formulir pengajuan santunan.
– Formulir keterangan singkat kecelakaan.
– Formulir kesehatan korban.
– Keterangan ahli waris jika korban meninggal dunia.
• Menyerahkan formulir serta melampirkan dokumen pendukung kepada
petugas.
• Menunggu proses pencairan.
https://www.jasaraharja.co.id/layanan
Cara Klaim Jasa Raharja
• Untuk korban luka-luka yang mendapatkan perawatan harus memiliki:
– Laporan Polisi berikut sketsa TKP atau laporan kecelakaan pihak berwenang
lainnya.
– Kuitansi biaya perawatan, kuitansi obat-obatan yang asli dan sah yang
dikeluarkan oleh Rumah Sakit.
– Fotokopi KTP korban.
– Surat kuasa dari korban kepada penerima santunan (bila dikuasakan)
dilengkapi dengan fotokopi KTP korban penerima santunan.
– Fotokopi surat rujukan bila korban pindah ke Rumah Sakit lain.
• Untuk Korban luka-luka hingga mengalami cacat:
– Laporan Polisi berikut sketsa TKP atau laporan kecelakaan pihak berwenang
lainnya.
– Keterangan cacat tetap dari dokter yang merawat korban.
– Fotokopi KTP korban.
– Foto diri yang menunjukkan kondisi cacat tetap.
https://www.jasaraharja.co.id/layanan
Cara Klaim Jasa Raharja
• Untuk Korban luka-luka kemudian meninggal dunia:
– Laporan Polisi berikut sketsa TKP atau laporan kecelakaan pihak berwenang lainnya.
– Surat kematian dari Rumah Sakit/Surat Kematian dari kelurahan, jika korban tidak dibawa ke
Rumah Sakit.
– Fotokopi KTP korban dan ahli waris juga fotokopi Kartu Keluarga (KK).
– Fotokopi surat nikah bagi korban yang telah menikah.
– Fotokopi akta kelahiran atau akta kenal lahir, bagi korban yang belum menikah.
– Kuitansi asli dan sah biaya perawatan dan kuitansi obat-obatan.
– Fotokopi surat rujukan bila korban pindah rawat ke Rumah Sakit lain.
• Untuk Korban meninggal dunia di TKP:
– Laporan polisi berikut sketsa TKP atau laporan kecelakaan pihak berwenang lainnya.
– Laporan polisi berikut sketsa TKP atau laporan kecelakaan pihak berwenang lainnya.
– Surat kematian dari rumah sakit atau surat kematian dari kelurahan jika korban tidak dibawa
ke rumah sakit.
– Fotokopi KTP korban dan ahli waris.
– Fotokopi KK.
– Fotokopi surat nikah bagi korban yang telah menikah.
– Fotokopi akta kelahiran atau akte kenal lahir bagi korban yang belum menikah.
https://www.jasaraharja.co.id/layanan
Besar Santunan
• Menurut Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia
Nomor 16 tanggal 13 Februari 2017
(KEP.16/PMK.010/2017), nilai santunan yang dibayarkan
bagi korban kecelakaan lalu lintas jalan adalah:
• Santunan meninggal dunia: Rp50 juta.
• Santunan cacat tetap (maksimal): Rp50 juta.
• Santunan perawatan (maksimal): Rp20 juta.
• Santunan penggantian biaya penguburan jika korban tidak
memiliki ahli waris: Rp4 juta.
• Santunan untuk manfaat tambahan (penggantian biaya
P3K): Rp1 juta.
• Santunan untuk manfaat tambahan (penggantian biaya
ambulans): Rp500 ribu.
https://www.jasaraharja.co.id/layanan
BPJS dan Jasa Raharja
• Apabila Kasus kecelakaan tidak ditanggung
oleh Jasa Raharja maka BPJS kesehatan akan
menanggung kasus tersebut.
• Untuk biaya perawatan yang di atas biaya
santunan Jasa Raharja sebesar 20 juta rupiah
akan ditanggung oleh BPJS Kesehatan
https://www.jasaraharja.co.id/layanan
6. INSIDENS KESELAMATAN PASIEN
Pasien tidak
cedera
NEAR MISS
Medical
Error
PREVENTABLE
- Kesalahan nakes
Pasien cedera ADVERSE MALPRAKTIK
- Dapat dicegah
-Karena berbuat (commission) EVENT
-Karena tdk berbuat (ommision)
Acceptable
Risk
kesga.kemkes.go.id
Penentuan Usia Janin (1)
• Bayi dianggap cukup bulan jika: Panjang badan di atas
45 cm, berat badan 2500 – 3500 gram, lingkar kepala
lebih dari 34 cm.
• Untuk menentukan umur bayi dalam kandungan, ada
rumus empiris yang dikemukakan oleh De Haas, yaitu
menentukan umur bayi dari panjang badan bayi.
– Untuk bayi (janin) yang berumur di bawah 5 bulan, umur
sama dengan akar pangkat dua dari panjang badan. Jadi
bila dalam pemeriksaan didapati panjang bayi 20 cm, maka
taksiran umur bayi adalah Ö20 yaitu antara 4 sampai 5
bulan dalam kandungan atau lebih kurang 20 – 22 minggu
kehamilan.
– Untuk janin yang berumur di atas 5 bulan, umur sama
dengan panjang badan (dalam cm) dibagi 5 atau panjang
badan (dalam inchi) dibagi 2.
Penentuan Usia Janin (2)
• Keadaan ujung-ujung jari: apakah kuku-kuku telah melewati
ujung jari seperti anak yang dilahirkan cukup bulan atau
belum. Garis-garis telapak tangan dan kaki dapat juga
digunakan, karena pada bayi prematur garis-garis tersebut
masih sedikit.
• Keadaan genitalia eksterna: bila telah terjadi descencus
testiculorum maka hal ini dapat diketahui dari terabanya
testis pada scrotum, demikian pula halnya dengan keadaan
labia mayora apakah telah menutupi labia minora atau
belum; testis yang telah turun serta labia mayora yang
telah menutupi labia minora terdapat pada anak yang
dilahirkan cukup bulan dalam kandungan si-ibu.
• Hal tersebut di atas dapat diketahui bila bayi segar, tetapi
bila bayi telah busuk, labia mayora akan terdorong keluar.
Penentuan Usia Janin (3)
Berdasarkan ukuran lingkaran kepala:
• Bayi 5 bulan : 38,5-41 cm
• Bayi 6 bulan : 39-42 cm
• Bayi 7 bulan : 40-42 cm
• Bayi 8 bulan : 40-43 cm
• Bayi 9 bulan : 41-44 cm
Penentuan Usia Janin (4)
https://radiopaedia.org/articles/ossification-centres-of-the-foot
Penentuan Bayi Lahir Hidup/ Mati
• Pemeriksaan luar: Pada bayi yang lahir hidup, pada
pemeriksaan luar tampak dada bulat seperti tong . biasanya
tali pusat masih melengket ke perut, berkilat dan licin.
Kadang-kadang placenta juga masih bersatu dengan tali
pusat. Warna kulit bayi kemerahan.
• Untuk memeriksa lebih jauh, pisahkan paru-paru dari jantung dan timus,
dan kedua belah paru juga dipisahkan. Bila masih terapung, potong
masing-masing paru-paru menjadi 12 – 20 potongan-potongan kecil.
Bagian-bagian ini diapungkan lagi. Bagian kecil paru ini ditekan dipencet
dengan jari di bawah air. Bila telah bernafas, gelembung udara akan
terlihat dalam air.
• Dead born child, di sini bayi memang sudah mati dalam kandungan. Bila
kematian dalam kandungan telah lebih dari 2 – 3 hari akan
terjadi maserasi pada bayi. Ini terlihat dari tanda-tanda:
– Bau mayat seperti susu asam.
– Warna kulit kemerah-merahan.
– Otot-otot lemas dan lembek.
– Sendi-sendi lembek sehingga mudah dilakukan ekstensi dan fleksi.
– Bila lebih lama didapati bulae berisi cairan serous encer dengan dasar bullae
berwarna kemerah-merahan.
– Alat viseral lebih segar daripada kulit.
– Paru-paru belum berkembang.
Ada/ Tidaknya Tanda Perawatan
Tidak adanya tanda perawatan adalah sbb:
• Tubuh masih berlumuran darah,
• Ari-ari (placenta), masih melekat dengan tali pusat dan masih
berhubungan dengan pusar (umbilicus),
• Bila ari-ari tidak ada, maka ujung tali pusat tampak tidak beraturan,
hal ini dapat diketahui dengan meletakkan ujung tali pusat tersebut
ke permukaan air,
• Adanya lemak bayi (vernix caseosa), pada daerah dahi serta di
daerah yang mengandung lipatan-lipatan kulit, seperti daerah lipat
ketiak, lipat paha dan bagian belakang bokong.
Hanafiah, J., Amri amir. 2009. Etika Kedokteran dan Hukum\Kesehatan (4th ed). Jakarta: EGC.
Berbuat baik (beneficence) Tidak berbuat yang merugikan
(nonmaleficence)
• Selain menghormati martabat manusia,
dokter juga harus mengusahakan agar • Praktik Kedokteran haruslah memilih
pasien yang dirawatnya terjaga keadaan pengobatan yang paling kecil risikonya dan
kesehatannya (patient welfare). paling besar manfaatnya. Pernyataan kuno:
• Pengertian ”berbuat baik” diartikan first, do no harm, tetap berlaku dan harus
bersikap ramah atau menolong, lebih diikuti.
dari sekedar memenuhi kewajiban.
Keadilan (justice)
Menghormati martabat manusia (respect
• Perbedaan kedudukan sosial, tingkat
for person) / Autonomy ekonomi, pandangan politik, agama dan
faham kepercayaan, kebangsaan dan
• Setiap individu (pasien) harus kewarganegaraan, status perkawinan,
diperlakukan sebagai manusia yang serta perbedaan jender tidak boleh dan
tidak dapat mengubah sikap dokter
memiliki otonomi (hak untuk menentukan terhadap pasiennya.
nasib diri sendiri), • Tidak ada pertimbangan lain selain
• Setiap manusia yang otonominya kesehatan pasien yang menjadi perhatian
berkurang atau hilang perlu mendapatkan utama dokter.
perlindungan. • Prinsip dasar ini juga mengakui adanya
kepentingan masyarakat sekitar pasien
yang harus dipertimbangkan
Beneficence
Kriteria
1. Mengutamakan altruism (menolong tanpa pamrih, rela berkorban untuk
kepentingan orang lain)
2. Menjamin nilai pokok harkat dan martabat manusia
3. Memandang pasien/keluarga sebagai sesuatu yang tak hanya menguntungkan dokter
Obstructive Compressional
asphyxia asphyxia
Solid obstruction
Strangulation:
(choking,
penjeratan
gagging)
Manual
strangulation:
pencekikan
Hanging
Fase gejala asfiksia
1. Fase dispnea penuruna kadar O2 dan peningkatan
CO2 plasma merangsang pusat pernapasan
amplitude dan frekuensi napas menigkat, nadi cepat,
tampak tanda sianosis muka dan tangan
2. Fase konvulsi CO2 meningkat sebabkan rangsangan
SSP kejang spasme opistotonik, pupil dilatasi,
bradikardia, hipotensi akibat kekurangan oksigen
3. Fase apnea Depresi pusat napas hebat hingga
berhenti, muncul relaksasi sfingter sebabkan
pengeluaran cairan sperma, urin, tinja
4. Fase akhir Paralisis pusat napas lengkap
• Busa halus keluar dari hidung dan mulut. Busa halus ini disebabkan
adanya fenomena kocokan pada pernapasan kuat.
Pemeriksaan Dalam Post Mortem
• Organ dalam tubuh lebih gelap & lebih berat dan ejakulasi
pada mayat laki-laki akibat kongesti / bendungan alat
tubuh & sianotik.
• Darah termasuk dalam jantung berwarna gelap dan lebih
cair.
• Tardieu’s spot pada pielum ginjal, pleura, perikard, galea
apponeurotika, laring, kelenjar timus dan kelenjar tiroid.
• Busa halus di saluran pernapasan.
• Edema paru.
• Kelainan lain yang berhubungan dengan kekerasan seperti
fraktur laring, fraktur tulang lidah dan resapan darah pada
luka.
Asfiksia vs Vagal Reflex
• Secara umum, yang sering kali menjadi mekanisme
kematian (terutama pada kasus tenggelam) adalah asfiksia
dan vagal reflex.
Hingga
teguran/pencabu
Pelanggaran ETIK
Kewajiban Umum Kewajiban thd Pasien Kewajiban thd teman sejawat & diri sendiri
Setiap dokter harus menjunjung tinggi, menghayati Setiap dokter wajib bersikap tulus ikhlas dan Setiap dokter memperlakukan teman sejawatnya
dan mengamalkan sumpah dokter. mempergunakan segala ilmu dan ketrampilannya sebagaimana ia sendiri ingin diperlakukan. (pasal
(pasal 1) untuk kepentingan pasien. Dalam hal ini ia tidak 18)
mampu melakukan suatu pemeriksaan atau
pengobatan, maka atas persetujuan pasien, ia
wajib merujuk pasien kepada dokter yang
mempunyai keahlian dalam penyakit tersebut.
(pasal 14)
Dalam melakukan pekerjaan kedokterannya, Setiap dokter harus memberikan kesempatan Setiap dokter tidak boleh mengambil alih pasien
seorang dokter tidak boleh dipengaruhi oleh kepada pasien agar senantiasa dapat berhubungan dari teman sejawat, kecuali dengan persetujuan
sesuatu yang mengakibatkan hilangnya kebebasan dengan keluarga dan penasehatnya dalam atau berdasarkan prosedur yang etis. (pasal 19)
dan kemandirian profesi. (Pasal 3) beribadat dan atau dalam masalah lainnya. (pasal
15)
Setiap dokter harus menghindarkan diri dari Setiap dokter wajib merahasiakan segala sesuatu Setiap dokter harus memelihara kesehatannya,
perbuatan yang bersifat memuji diri. (pasal 4) yang diketahuinya tentang seorang pasien, bahkan supaya dapat bekerja dengan baik. (pasal20)
juga setelah pasien itu meninggal dunia. (pasal 16)
Seorang dokter harus menghormati hak-hak Setiap dokter wajib melakukan pertolongan
pasien, hak-hak sejawatnya, dan darurat sebagai suatu tugas perikemanusiaan,
hak tenaga kesehatan lainnya, dan harus menjaga kecuali bila ia yakin ada orang lain bersedia dan
kepercayaan pasien mampu memberikannya. (pasal 17)
(pasal 10)
Kode Etik Kedokteran Indonesia dan Pedoman pelaksaan Kode Etik Kedokteran
Indonesia. Fakultas Kedokteran USU : Kode Etik Kedokteran ; 2012.
Pelanggaran Disiplin
STUDY
DESIGNS
Analytical Descriptive
Case series
Observational Experimental
Cross-sectional
Cohort study
– Individu dengan pajanan/ faktor risiko diketahui, diikuti
sampai waktu tertentu, kemudian dinilai apakah outcome
terjadi atau tidak.
Case-control study
– Individu dengan outcome diketahui, kemudian digali
riwayat masa lalunya apakah memiliki pajanan/ faktor
risiko atau tidak.
Prinsip Desain Studi Analitik
Observasional
Assess Known
Case -control study exposure outcome
Known Assess
Prospective cohort exposure outcome
Known Assess
Retrospective cohort exposure outcome
Contoh: Penelitian ingin mengetahui Hubungan
ASI Eksklusif dengan Diare pada Anak 1-3 tahun
• Bila menggunakan desain cross sectional, maka dalam
satu waktu peneliti mengumpulkan data semua anak
berusia 1-3 tahun dan ditanyakan apakah mendapat
ASI eksklusif dan berapa frekuensi diare selama ini
secara bersamaan.
KELEBIHAN: KEKURANGAN:
• Dapat membuktikan • Pengukuran variabel secara
hubungan sebab-akibat. retrospektif, sehingga
• Tidak menghadapi kendala rentan terhadap recall bias.
etik, seperti halnya • Kadang sulit untuk memilih
penelitian kohort dan subyek kontrol yang
eksperimental. memiliki karakter serupa
• Waktu tidak lama, dengan subyek kasus
dibandingkan desain kohort. (case)nya.
• Mengukur odds ratio (OR).
Desain Kohort
KELEBIHAN: KEKURANGAN:
• Mengukur angka insidens. • Memerlukan waktu penelitian
• Keseragaman observasi yang relative cukup lama.
terhadap faktor risiko dari • Memerlukan sarana dan
waktu ke waktu sampai terjadi prasarana serta pengolahan
outcome, sehingga merupakan data yang lebih rumit.
cara yang paling akurat untuk • Kemungkinan adanya subyek
membuktikan hubungan penelitian yang drop out/ loss
sebab-akibat. to follow up besar.
• Mengukur Relative Risk (RR). • Menyangkut masalah etika
karena faktor risiko dari
subyek yang diamati sampai
terjadinya efek, menimbulkan
ketidaknyamanan bagi subyek.
Prinsip
Kohort
• Studi kohort selalu dimulai dari subyek yang tidak sakit. Kelompok subyek
dibagi menjadi subyek yang terpajan dan tidak terpajan. Kemudian
dilakukan pengamatan sampai terjadinya penyakit atau sampai waktu
yang ditentukan.
Kohort Prospektif vs Retrospektif
• Baik kohort prospektif
maupun retrospektif selalu
dimulai dari menjadi subyek
yang tidak sakit.
Permenkes RI No.1501/MENKES/PER/X/2010
Permenkes RI No.
1501/MENKES/Per/X/2010
Pasal 13
1) Penanggulangan KLB/Wabah dilakukan secara terpadu
oleh Pemerintah, pemerintah daerah dan masyarakat.
2) Penanggulangan KLB/Wabah sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) meliputi:
– penyelidikan epidemiologis;
– pemeriksaan, pengobatan, perawatan, dan isolasi
penderita, termasuk tindakan karantina;
– pencegahan dan pengebalan;
– pemusnahan penyebab penyakit;
– penanganan jenazah akibat wabah;
– penyuluhan kepada masyarakat;
Permenkes RI No.1501/MENKES/PER/X/2010
Permenkes RI No.
1501/MENKES/Per/X/2010
Pasal 13
3) Upaya penanggulangan lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) huruf g antara lain berupa meliburkan sekolah untuk
sementara waktu, menutup fasilitas umum untuk sementara
waktu, melakukan pengamatan secara intensif/surveilans selama
terjadi KLB serta melakukan evaluasi terhadap upaya
penanggulangan secara keseluruhan.
4) Upaya penanggulangan lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat
(3) dilakukan sesuai dengan jenis penyakit yang menyebabkan
KLB/Wabah.
5) Ketentuan lebih lanjut mengenai kegiatan penanggulangan
KLB/Wabah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tercantum
dalam Lampiran Peraturan ini.
Permenkes RI No.1501/MENKES/PER/X/2010
Lampiran Bab IV Permenkes 1501
tahun 2010
• Penanggulangan KLB/wabah meliputi
penyelidikan epidemiologi dan surveilans;
penatalaksanaan penderita; pencegahan dan
pengebalan; pemusnahan penyebab penyakit;
penanganan jenazah akibat wabah;
penyuluhan kepada masyarakat; dan upaya
penanggulangan lainnya.
Permenkes RI No.1501/MENKES/PER/X/2010
1. Penyelidikan epidemiologi dan
surveilans
Penyelidikan epidemiologi dilaksanakan sesuai dengan
perkembangan penyakit dan kebutuhan upaya
penanggulangan wabah.
Tujuan dilaksanakan penyelidikan epidemiologi
setidaknya-tidaknya untuk :
a) Mengetahui gambaran epidemiologi wabah;
b) Mengetahui kelompok masyarakat yang terancam
penyakit wabah;
c) Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi
terjadinya penyakit wabah termasuk sumber dan cara
penularan penyakitnya
d) Menentukan cara penanggulangan wabah.
Permenkes RI No.1501/MENKES/PER/X/2010
2. Penatalaksanaan Penderita
Secara umum, penatalaksanaan penderita setidak-tidaknya meliputi
kegiatan sebagai berikut :
a) Mendekatkan sarana pelayanan kesehatan sedekat mungkin dengan
tempat tinggal penduduk di daerah wabah
b) Melengkapi sarana kesehatan tersebut dengan tenaga dan peralatan
untuk pemeriksaan, pengobatan dan perawatan,
c) Mengatur tata ruang dan mekanisme kegiatan di sarana kesehatan
agar tidak terjadi penularan penyakit, baik penularan langsung
maupun penularan tidak langsung.
d) Penyuluhan kepada masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan
dan berperan aktif dalam penemuan dan penatalaksanaan penderita
di masyarakat.
e) Menggalang kerja sama pimpinan daerah dan tokoh masyarakat serta
lembaga swadaya masyarakat untuk melaksanakan penyuluhan
kepada masyarakat.
Apabila diperlukan dapat dilakukan tindakan isolasi, evakuasi dan
karantina
Permenkes RI No.1501/MENKES/PER/X/2010
3. Pencegahan dan Pengebalan
Tindakan pencegahan dan pengebalan dilaksanakan sesuai dengan
jenis penyakit wabah serta hasil penyelidikan epidemiologi, antara lain:
a) Pengobatan penderita sedini mungkin agar tidak menjadi sumber
penularan penyakit, termasuk tindakan isolasi dan karantina.
b) Peningkatan daya tahan tubuh dengan perbaikan gizi dan
imunisasi.
c) Perlindungan diri dari penularan penyakit, termasuk menghindari
kontak dengan penderita, sarana dan lingkungan tercemar,
penggunaan alat proteksi diri, perilaku hidup bersih dan sehat,
penggunaan obat profilaksis.
d) Pengendalian sarana, lingkungan dan hewan pembawa penyakit
untuk menghilangkan sumber penularan dan memutus mata
rantai penularan.
Permenkes RI No.1501/MENKES/PER/X/2010
4. Pemusnahan penyebab penyakit
Pemusnahan penyebab penyakit.
a) Tindakan pemusnahan penyebab penyakit wabah dilakukan
terhadap bibit penyakit/kuman penyebab penyakit, hewan,
tumbuhan dan atau benda yang mengandung penyebab penyakit
tersebut.
b) Pemusnahan bibit penyakit/kuman penyebab penyakit dilakukan
pada permukaan tubuh manusia atau hewan atau pada benda
mati lainnya, termasuk alat angkut, yang dapat menimbulkan
risiko penularan sesuai prinsip hapus hama (desinfeksi) menurut
jenis bibit penyakit/kuman.
c) Pemusnahan hewan dan tumbuhan yang mengandung bibit
penyakit/kuman penyebab penyakit dilakukan dengan cara yang
tidak menyebabkan tersebarnya penyakit, yaitu dengan dibakar
atau dikubur sesuai jenis hewan/tumbuhan.
Permenkes RI No.1501/MENKES/PER/X/2010
5. Penanganan Jenazah
Terhadap jenazah akibat penyakit wabah, perlu penanganan
secara khusus menurut jenis penyakitnya untuk
menghindarkan penularan penyakit pada orang lain.
Penanganan jenazah yang dimaksud adalah sebagai berikut:
a) Harus memperhatikan norma agama, kepercayaan, tradisi,
dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
b) Pemeriksaan terhadap jenazah dilakukan oleh petugas
kesehatan.
c) Penghapushamaan bahan-bahan dan alat yang digunakan
dalam penanganan jenazah dilakukan oleh petugas
kesehatan.
Permenkes RI No.1501/MENKES/PER/X/2010
6. Penyuluhan kepada masyarakat
• Penyuluhan kepada masyarakat dilakukan oleh
petugas kesehatan dengan mengikutsertakan
instansi terkait lain, pemuka agama, pemuka
masyarakat, lembaga swadaya masyarakat
menggunakan berbagai media komunikasi
massa agar terjadi peningkatan kewaspadaan
dan peran aktif masyarakat dalam upaya
penanggulangan wabah.
Permenkes RI No.1501/MENKES/PER/X/2010
Penanggulangan Penyakit Menular
(PMK No. 82 Pasal 11)
Ayat 1
• Upaya pencegahan, pengendalian, dan pemberantasan
dalam penanggulangan penyakit menular dilakukan
melalui kegiatan:
– Promosi kesehatan
– Surveilans kesehatan
– Pengendalian faktor risiko
– Penemuan kasus
– Penanganan kasus
– Pemberian kekebalan (imunisasi)
– Pemberian obat pencegahan massal
– Kegiatan lain yang ditetapkan Menteri Kesehatan
Probable Case:
• A probable case is a PUI with absent or inconclusive laboratory
results for MERS-CoV infection who is a close contact3 of a
laboratory-confirmed MERS-CoV case. Examples of laboratory
results that may be considered inconclusive include a positive test
on a single PCR target, a positive test with an assay that has limited
performance data available, or a negative test on an inadequate
specimen.
Non-case:
• Any suspected or probable case with a negative laboratory result.
16. Korelasi Pearson vs Regresi Linier
• Penelitian yang meneliti hubungan antara dua
variabel, di mana kedua variabel bersifat
numerik, dapat menggunakan korelasi Pearson
dan regresi linier.
Prinsip:
Nilai koefisien korelasi berkisar antara 0 sampai 1. Nol berarti tidak ada korelasi sama sekali,
sedangkan satu menandakan korelasi sempurna. Koefisien korelasi yang semakin mendekati
angka 1, menunjukkan semakin kuat korelasi .
Contoh Uji Korelasi
• Misalnya pada penelitian yang ingin mengetahui
hubungan antara kolesterol total (mg/dL) dengan
tekanan darah sistolik (mmHg) didapatkan nilai R-nya
sebesar 0,8.
Kehati-hatian • prinsip pengelolaan dana secara cermat, teliti, aman, dan tertib.
Prinsip BPJS
(UU No. 24 Thn 2011 pasal 4)
• prinsip pelaksanaan program dan pengelolaan keuangan yang akurat
Akuntabilitas
dan dapat dipertanggungjawabkan.
http://www.jkn.kemkes.go.id/detailfaq.php?id=9
Siapa Yang Dianggap Miskin dan Tidak
Mampu? (9 dari 14 harus dipenuhi)
• Luas lantai bangunan tempat tinggal kurang dari 8m2 per orang
• Jenis lantai tempat tinggal terbuat dari tanah/bambu/kayu murahan
• Jenis dinding tempat tinggal dari bambu/ rumbia/ kayu berkualitas rendah/tembok tanpa diplester.
• Tidak memiliki fasilitas buang air besar/ bersama-sama dengan rumah tangga lain.
• Sumber penerangan rumah tangga tidak menggunakan listrik.
• Sumber air minum berasal dari sumur/ mata air tidak terlindung/ sungai/ air hujan.
• Bahan bakar untuk memasak sehari-hari adalah kayu bakar/ arang/ minyak tanah
• Hanya mengkonsumsi daging/ susu/ ayam dalam satu kali seminggu.
• Hanya membeli satu stel pakaian baru dalam setahun
• Hanya sanggup makan sebanyak satu/ dua kali dalam sehari
• Tidak sanggup membayar biaya pengobatan di puskesmas/ poliklinik
• Sumber penghasilan kepala rumah tangga adalah: petani dengan luas lahan 500m2, buruh tani, nelayan, buruh
bangunan, buruh perkebunan dan atau pekerjaan lainnya dengan pendapatan dibawah Rp. 600.000,- per bulan
• Pendidikan tertinggi kepala rumah tangga: tidak sekolah/ tidak tamat SD/ tamat SD.
• Tidak memiliki tabungan/ barang yang mudah dijual dengan minimal Rp. 500.000,- seperti sepeda motor kredit/
non kredit, emas, ternak, kapal motor, atau barang modal lainnya.
http://www.pasienbpjs.com/2016/04/cara-menjadi-peserta-bpjs-pbi.html
HAK KELAS PESERTA BPJS
• Dibagi menjadi kelas I, II, III.
2. Anggota Polri dan penerima pensiun Anggota Polri yang setara Pegawai Negeri Sipil
golongan ruang III dan golongan ruang IV beserta anggota keluarganya;
4. Janda, duda, atau anak yatim piatu dari Veteran atau Perintis Kemerdekaan;
5. Peserta Pekerja Penerima Upah selain di atas (no 1-4) dan Pegawai Pemerintah Non
Pegawai Negeri dengan Gaji atau Upah di atas Rp 4.000.000,00 (empat juta rupiah) sampai
dengan Rp 8.000.000,00 (delapan juta rupiah); dan
6. Peserta Pekerja Bukan Penerima Upah dan Peserta bukan Pekerja yang membayar iuran
untuk Manfaat pelayanan di ruang perawatan kelas I
https://www.panduanbpjs.com/penjelasan-ruang-perawatan-masing-masing-kelas-bpjs-kesehatan/
HAK KELAS PESERTA BPJS
KELAS 2
1. Pegawai Negeri Sipil dan penerima pensiun Pegawai Negeri Sipil golongan ruang I dan
golongan ruang II beserta anggota keluarganya;
2. Anggota TNI dan penerima pensiun Anggota TNI yang setara Pegawai Negeri Sipil golongan
ruang I dan golongan ruang II beserta anggota keluarganya;
3. Anggota Polri dan penerima pensiun Anggota Polri yang setara Pegawai Negeri Sipil
golongan ruang I dan golongan ruang II beserta anggota keluarganya;
4. Peserta Pekerja Penerima Upah selain pada poin 1 sampai dengan 3 di atas dan Pegawai
Pemerintah Non Pegawai Negeri dengan Gaji atau Upah sampai dengan Rp 4.000.000,00
(empat juta rupiah); dan
5. Peserta Pekerja Bukan Penerima Upah dan Peserta bukan Pekerja yang membayar iuran
untuk Manfaat pelayanan di ruang perawatan kelas II.
https://www.panduanbpjs.com/penjelasan-ruang-perawatan-masing-masing-kelas-bpjs-kesehatan/
HAK KELAS PESERTA BPJS
KELAS 3
Peserta PBI Jaminan Kesehatan serta penduduk yang didaftarkan oleh Pemerintah Daerah;
dan
Peserta Pekerja Bukan Penerima Upah dan Peserta bukan Pekerja yang membayar iuran
untuk Manfaat pelayanan di ruang perawatan kelas III
https://www.panduanbpjs.com/penjelasan-ruang-perawatan-masing-masing-kelas-bpjs-kesehatan/
20. PELAYANAN YANG DIJAMIN BPJS
KESEHATAN
Bayi dari orang tua peserta • Bayi didalam kandungan bisa didaftakan oleh ibunya
atau keluarganya selambat-lambatnya 14 hari sebelum
bpjs mandiri dan bayi dari bayi dilahirkan dari mulai 7-8 bulan usia kandungan.
orang tua non PBI pekerja • Bayi yang bisa didaftarkan adalah bayi dari seorang ibu
penerima upah yang yang statusnya sebagai kelompok pekerja bukan
penerima upah (PBPU) atau BPJS mandiri, atau bayi ke
ditanggung oleh perusahaan 4 dst dari orangtua peserta BPJS pekerja penerima
untuk anak ke 4 dst upah.
Perpres No. 82 tahun 2018
• Menurut Perpres No. 82 tahun 2018 bayi yang
lahir dari seorang ibu peserta BPJS perlu
didaftarkan kepesertaannya paling lambat 28
hari setelah dilahirkan.
• Pada Perpres tidak disebutkan lagi
pendaftaran saat bayi masih berada dalam
kandungan
Kepesertaan BPJS untuk Bayi Baru
Lahir
Pasal 16 Perpres No. 82 tahun 2018:
1) Bayi baru lahir dari Peserta Jaminan
Kesehatan wajib didaftarkan kepada BPJS
Kesehatan paling lama 28 hari sejak
dilahirkan
2) Peserta yang tidak mendaftarkan bayi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikenai
sanksi sesuai dengan peraturan perundang-
undangan.
Pendaftaran Kepesertaan BPJS Bagi
Bayi (aturan Baru)
• Dalam Peraturan BPJS No 23 Tahun 2015 peserta Mandiri dapat mendaftarkan bayi
dalam kandungan menjadi peserta BPJS selambat-lambatnya 14 hari sebelum
dilahirkan atau usia kehamilan 7-8 bulan.
• Namun peraturan tersebut sudah tidak berlaku sejak adanya Peraturan Presiden
no.82 tahun 2018, dimana pendaftaran bayi dalam kandungan sudah tidak berlaku
lagi.
• Peserta Mandiri yang saat ini sedang mengandung atau hamil tidak perlu
mendaftarkan bayi yang ada di dalam kandungan. Sehingga jika orangtua ingin
mendaftarkan bayi nya maka pendaftaran bayi dapat dilakukan setelah bayi lahir.
• Diberikan batas waktu 3×24 jam hari kerja sejak kelahiran bayi atau sebelum
peserta pulang dari rumah sakit, perwakilan anggota keluarga dalam 1 KK datang
ke Kantor Cabang BPJS Kesehatan untuk mendaftarkan bayi yang sudah lahir.
https://www.panduanbpjs.com/bayi-dalam-kandungan/
Pendaftaran Kepesertaan BPJS Bagi
Bayi (aturan Baru)
• Persyaratan Mendaftarkan Bayi Baru Lahir :
– KTP suami-istri asli dan foto copy,
– KK asli dan foto copy,
– Kartu JKN KIS,Surat keterangan lahir,
– Buku tabungan rekening salah satunya Bank Mandiri, BNI, BRI
dan BCA
• Bayi akan terdaftar di kelas yang sama dengan orangtua,
sehingga jika orangtua terdaftar di kelas 2 maka bayi juga
akan masuk ke kelas 2 dan memiliki kewajiban yang sama
untuk membayar iuran sebesar Rp51.000 per bulan.
• Sehingga apabila bayi yang baru lahir membutuhkan
perawatan medis maka tetap akan ditanggung BPJS
Kesehatan, dengan syarat pihak keluarga telah mengurus
pendaftaran bayi tersebut sesuai dengan ketentuan yang
berlaku.
https://www.panduanbpjs.com/bayi-dalam-kandungan/
22. MONITORING & EVALUASI
PROGRAM KESMAS (LOGIC MODEL)
OUTCOMES/I
INPUTS ACTIVITIES OUTPUTS
M PA C T S
O U TCO ME VS I MPAC T
Indikator outcome dan impact sering kali disamakan atau dijadikan sebagai satu
kesatuan. Namun pada umumnya indikator outcome lebih menilai luaran jangka
pendek dan untuk wilayah setempat, sedangkan indikator impact lebih menilai
luaran jangka panjang dan dampak untuk wilayah yang lebih luas. Outcome
bersifat dinamis (lebih mudah berubah dibandingkan impact).
23. Community Based Distribution
(CBD) Supplementation
• Community based distribution supplementation adalah
pemberian suplemen secara masal, biasa dilakukan untuk
memperbaiki kasus malnutrisi atau defisiensi seperti anemia.
• Berdasarkan review tahun 2017 oleh Kavle et al, CBD
merupakan pendekatan yang feasible untuk memperbaiki kasus
seperti anemia pada negara berpenghasilan rendah dan
menengah.
• CBD cukup sukses diterapkan bersama dengan bidan dan
pekerja social untuk meningkatkan kepatuhan pemakaian
suplemen.
• CBD merupakan platform yang baik untuk meningkatkan
pengetahuan penduduk mengenai kasus seperti anemia, juga
meningkatkan area cakupan suplementasi
Kavle JA, Landry M. Community-based distribution of iron–folic acid supplementation in low- and middle-income countries: a review
of evidence and programme implications. Public Health Nutrition
PENERAPAN CBD UNTUK DEFISIENSI BESI
DI KOMUNITAS
• CBD atau pemberian supplemen massal merupakan
metode yang efektif untuk mengurangi masalah malnutrisi
dan defisiensi
• Pada daerah dengan prevalensi anemia defisiensi besi yang
tinggi (>50%), WHO menganjurkan pemberian tablet Fe
secara massal sebagai cara menanggulangi anemia
(community-based iron supplementation).
• Pemberian tablet Fe massal dilakukan pada balita dan anak
usia sekolah.
• Jika prevalensi di bawah 50% tidak ada rekomendasi untuk
melakukan CBD, tapi tetap dapat dilakukan sebagai metode
supplementasi yang efektif dengan kepatuhan yang cukup
baik
http://manajemen-pelayanankesehatan.net
SUBSISTEM PENELITIAN DAN
PENGEMBANGAN KESEHATAN
• Subsistem penelitian dan pengembangan kesehatan
adalah pengelolaan penelitian dan pengembangan,
pemanfaatan dan penapisan teknologi dan produk
teknologi kesehatan yang diselenggarakan dan
dikoordinasikan guna memberikan data kesehatan yang
berbasis bukti untuk menjamin tercapainya derajat
kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.
• Unsur-unsur subsistem penelitian dan pengembangan
kesehatan terdiri dari unsur-unsur area penelitian,
pengembangan, dan penapisan: biomedis dan
teknologi dasar kesehatan; teknologi terapan
kesehatan dan epidemiologi klinik
http://manajemen-pelayanankesehatan.net
SUBSISTEM PEMBIAYAAN KESEHATAN
Subsistem pembiayaan kesehatan adalah pengelolaan berbagai upaya
penggalian, pengalokasian, dan pembelanjaan dana kesehatan untuk
mendukung penyelenggaraan pembangunan kesehatan guna
mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.
Unsur-unsur subsistem pembiayaan kesehatan terdiri dari:
1. Dana; sumber Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan Pemerintah
Daerah kabupaten/Kota baik dari sektor kesehatan dan sektor lain
terkait
2. Sumber daya; meliputi: sumber daya manusia pengelola, sarana,
standar, regulasi, dan kelembagaan
3. Pengelolaan dana kesehatan. Pengelolaan dana kesehatan adalah
seperangkat aturan yang disepakati dan secara konsisten
dijalankan oleh para pelaku subsistem pembiayaan kesehatan,
baik oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah.
http://manajemen-pelayanankesehatan.net
SUBSISTEM SUMBER DAYA MANUSIA
KESEHATAN
• Subsistem sumber daya manusia kesehatan
adalah pengelolaan upaya pengembangan dan
pemberdayaan sumber daya manusia kesehatan,
untuk mendukung penyelenggaraan
pembangunan kesehatan
• Sumber daya manusia kesehatan adalah tenaga
kesehatan (termasuk tenaga kesehatan strategis)
dan tenaga pendukung atau penunjang kesehatan
yang terlibat dan bekerja serta mengabdikan
dirinya dalam upaya dan manajemen kesehatan.
http://manajemen-pelayanankesehatan.net
SUBSISTEM SEDIAAN FARMASI, ALAT
KESEHATAN DAN MAKANAN
• Sediaan farmasi, alat kesehatan, dan makanan
adalah pengelolaan berbagai upaya yang
menjamin keamanan, khasiat atau manfaat, mutu
sediaan farmasi, alat kesehatan, dan makanan.
• Sediaan farmasi adalah obat, bahan obat, obat
tradisional, dan kosmetika.
• Prinsip-prinsip subsistem sediaan farmasi, alat
kesehatan, dan makanan terdiri dari: aman,
berkhasiat, bermanfaat, dan bermutu; tersedia,
merata, dan terjangkau; rasional; transparan dan
bertanggung jawab; dan kemandirian.
http://manajemen-pelayanankesehatan.net
SUBSISTEM MANAJEMEN,
INFORMASI DAN REGULASI
KESEHATAN
• Subsistem manajemen, informasi, dan regulasi
kesehatan adalah pengelolaan yang
menghimpun berbagai upaya kebijakan
kesehatan, administrasi kesehatan,
pengaturan hukum kesehatan, pengelolaan
data dan informasi kesehatan yang
mendukung subsistem lainnya dari SKN
http://manajemen-pelayanankesehatan.net
• Subsistem
informasi
kesehatan
seyogyanya
harus
mencakup
komponen
seperti table
di samping
SUBSISTEM PEMBERDAYAAN
MASYARAKAT
• Prinsip-prinsip subsistem pemberdayaan
masyarakat terdiri dari:
1. berbasis masyarakat
2. edukatif dan kemandirian
3. kesempatan mengemukakan pendapat dan
memilih pelayanan kesehatan
4. kemitraan dan gotong royong.
– Kemitraan: suatu kerjasama formal antara individu-
individu, kelompok-kelompok atau organisasi-
organisasi untuk mencapai suatu tugas atau tujuan
tertentu
http://manajemen-pelayanankesehatan.net
26. Uji Statisik: CI, α & p-value
•
If the p-value is less than or equal to the alpha (p< .05), then we reject the null hypothesis, and we
say the result is statistically significant
Confidence Interval (Interval Konfidens)
• Konfidens interval adalah perkiraan hasil penelitian
yang akan didapat bila intervensi yang sama pada
penelitian diberikan pada populasi serupa dengan
populasi sampel penelitian
• Contohnya: Pada sebuah penelitian sebuah obat DM
didapatkan penurunan rata2 gula darah sebesar 4
mg/dL (Standard Mean Deviations SMD = 4.0 mg/dL,
dengan (95% CI 3.0-5.0 mg/dL),
• artinya jika kita menerapkan intervensi obat penelitian
ini pada populasi yang sebenarnya, peneliti 95% yakin
penurunan gula darahnya akan diantara 3.0 mg/dL
sampai 5.0 mg/dL, dan dari 100 penelitian yang
serupa, 95 diantaranya akan memiliki interval yang
mewakili true population
Guarnieri I. Essential Biostatistics for Bachelor of Medical Science.
Swinburne University of Technology. 2014
Confidence Interval
• Dari sebuah distribusi normal, dapat dikatakan bahwa 95% dari nilai
proporsi sampel akan berada diantara dua standar deviasi rata-
rata/mean (µp)
• Pada kurva di atas dilihat bahwa distribusi normal ada di tengah dari
95% dari area yang dimasukkan dengan sisanya 2.5% di tiap ekor kiri
dan kanan.
Confidence Interval
•,
Guarnieri I. Essential Biostatistics for Bachelor of Medical Science. Swinburne University of Technology. 2014
CONTOH
• SE p = = 0.057
CONTOH
• 95% CI = ,
• 95% CI = 0.506 – (1.96 x 0.057), 0.506 + (1.96 x
0.057)
• 95% CI = [0.39, 0.62]
Guarnieri I. Essential Biostatistics for Bachelor of Medical Science. Swinburne University of Technology. 2014
• Dari gambar di atas hanya akan ada 1 interval dari 20
penelitian (95%) yang tidak mewakili hasil pada true
population (0.52). Jadi dengan 95% confidence interval
bila penelitian yang sama diulang hasilnya sekitar 95%
dari seluruh interval akan mewakili true population
Guarnieri I. Essential Biostatistics for Bachelor of Medical Science. Swinburne University of Technology. 2014
Hubungan
interval
konfidens
dengan level
konfidens
• Dari kurva di atas, semakin tinggi interval konfidens dan semakin lebar
rentangnya, artinya konfidens interval yang makin tinggi akan lebih
memungkinkan mendapatkan hasil yang lebih mencakup hasil
sebenarnya pada true population, tapi dengan presisi yang menruun.
CONTOH
Guarnieri I. Essential Biostatistics for Bachelor of Medical Science. Swinburne University of Technology. 2014
P value dan Interval Konfidens
• Jika level signifikansi kita (α/alpha) = 0.05 (α = 0.05),
dimana error pada penelitian ini hanya diterima sebanyak
5% untuk tidak mewakili true population, maka level
konfidensnya adalah 95%
• Jika nilai P lebih kecil daripada nilai signifikansi (α), maka
tes pada penelitian ini signifikan secara statistic. Jika nilai
konfidens interval tidak mengandung nilai null hypothesis,
hasil tes penelitian ini signifikan secara statistic.
• Contohnya pada Null hypothesis, Relative Risk (RR) = 1,
dimana tidak ada perbedaan antara intervensi dan tidak
intervensi, jadi Jika confidence interval RR = 0.5-0.7, tes ini
bermakna secara statistik
Guarnieri I. Essential Biostatistics for Bachelor of Medical Science. Swinburne University of Technology. 2014
Ukuran Asosiasi dan 95% CI
• Pertama-tama, yang dilihat adalah OR dan 95% confidence intervalnya.
Sebagai contoh, OR gado-gado adalah 20 (95% CI=0,4-25). Secara
sederhana, hal ini artinya OR gado-gado untuk menyebabkan diare
adalah 20. Bila penelitian yang sama diulang 95 kali lagi, maka hasil
ORnya mungkin tidak tepat sama yaitu 20, tetapi ORnya pasti dalam
rentang 0,4-25.
• Benda asing dalam trakhea dapat tampak secara makroskopis misalnya pasir,
lumpur, binatang air, tumbuhan air dan lain sebagainya; sedangkan yang tampak
secara mikroskopis diantaranya telur cacing dan diatome (ganggang kersik).
• Bercak perdarahan yang besar (diameter 3-5 cm), terjadi karena robeknya partisi
inter alveolar, dan sering terlihat di bawah pleura; bercak ini disebut sebagai
bercak ”Paltauf”.
– Bercak berwarna biru kemerahan dan banyak terlihat pada bagian bawah
paru-paru, yaitu pada permukaan anterior dan permukaan antar bagian paru-
paru.
Pemeriksaan Dalam Korban Tenggelam
Penerapan Ilmu Kedokteran Forensik dalam Proses Penyidikan, A. Munim Idris, 2011
Sebab Kematian
• Sebab kematian lebih ditekankan pada alat atau
sarana yang dipakai untuk mematikan korban.
– Contoh: karena tenggelam, karena terbakar, karena
tusukan benda tajam, karena pencekikan, karena
kekerasan benda tumpul.
Penerapan Ilmu Kedokteran Forensik dalam Proses Penyidikan, A. Munim Idris, 2011
Mekanisme Kematian
• Mekanisme kematian menunjukkan bagaimana
korban itu mati setelah umpamanya tertembak atau
tenggelam.
– Contoh: karena perdarahan, karena refleks vagal, karena
hancurnya jaringan otak
Penerapan Ilmu Kedokteran Forensik dalam Proses Penyidikan, A. Munim Idris, 2011
Cara Kematian
• Dalam ilmu kedokteran forensik dikenal 3 cara
kematian, yaitu:
1. Wajar: kematian korban karena penyakit, bukan
karena kekerasan atau rudapaksa.
2. Tidak wajar, yang dibagi menjadi kecelakaan, bunuh
diri, dan pembunuhan.
3. Tidak dapat ditentukan, yang disebabkan karena
keadaan mayat telah sedemikian rusak atau busuk
sehingga luka atau penyakit tidak dapat ditemukan
lagi.
Penerapan Ilmu Kedokteran Forensik dalam Proses Penyidikan, A. Munim Idris, 2011
TENGGELAM
Tipe-tipe tenggelam:
• Tipe Kering (Dry drowning):
– akibat dari reflek vagal yang dapat menyebabkan henti jantung
atau akibat dari spasme laring karena masuknya air secara tiba-
tiba kedalam hidung dan traktus respiratorius bagian atas.
– Banyak terjadi pada anak-anak dan dewasa yang banyak
dibawah pengaruh obat-obatan (Hipnotik sedatif) atau alkohol
tidak adausaha penyelamatan diri saat tenggelam.
• Immersion syndrome
– Korban meninggal tiba-tiba saat tenggelam pada air
yang sangat dingin
– Akibat refleks vagal
Berdasarkan Lokasi Tenggelam
AIR TAWAR AIR LAUT
• Air dengan cepat diserap • Pertukaran elektrolit dari
dalam jumlah besar air asin ke darah
hemodilusi natrium plasma
hipervolemia dan meningkat air akan
hemolisis massif dari sel- ditarik dari sirkulasi
sel darah merah hipovolemia dan
kalium intrasel akan hemokonsentrasi
dilepas hiperkalemia hipoksia dan anoksia
fibrilasi ventrikel dan
anoksia yang hebat pada
miokardium.
Asfiksia vs Vagal Reflex
• Secara umum, yang sering kali menjadi mekanisme
kematian (terutama pada kasus tenggelam) adalah asfiksia
dan vagal reflex.
• Luka sayat: Akibat kekerasan tajam yang bergerak k.l sejajar dengan
permukaan kulit. Panjang luka jauh melebihi dalamnya luka.
Budiyanto A dkk. Ilmu Kedokteran Forensik. Bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Indonesia.
TANATOLOGI FORENSIK
20 30 2 6 8 12 24 36
0 mnt mnt jam jam jam jam jam jam
Budiyanto A dkk. Ilmu Kedokteran Forensik. Bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Indonesia.
34. INFORMED CONSENT
• Informed Consent adalah persetujuan tindakan
kedokteran yang diberikan oleh pasien atau keluarga
terdekatnya setelah mendapatkan penjelasan secara
lengkap mengenai tindakan kedokteran yang akan
dilakukan terhadap pasien tersebut.
• Mengenai isi rekam medis diatur lebih khusus dalam Pasal 12 ayat
(2) dan ayat (3) Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
269/MENKES/PER/III/2008 tentang Rekam Medis: Isi rekam medis
merupakan milik pasien yang dibuat dalam bentuk ringkasan rekam
medis..
UU praktik kedokteran pasal 48
• Setiap dokter atau dokter gigi dalam
melaksanakan praktik kedokteran wajib
menyimpan rahasia kedokteran.
• Rahasia kedokteran dapat dibuka hanya untuk
kepentingan kesehatan pasien, memenuhi
permintaan aparatur penegak hukum dalam
rangka penegakan hukum, permintaan pasien
sendiri, atau berdasarkan ketentuan perundang-
undangan.
• Ketentuan lebih lanjut mengenai rahasia
kedokteran diatur dengan Peraturan Menteri.
Kepemilikan Rekam Medis
• Permenkes No.269 tahun 2008: isi Rekam Medis
adalah milik pasien, sedangkan berkas Rekam
Medis (secara fisik) adalah milik Rumah Sakit atau
institusi kesehatan.
PASIEN
Bila pasien tidak kompeten, disampaikan kepada:
1. Keluarga pasien, atau
2. Orang yang diberi kuasa oleh pasien atau
keluarga pasien, atau
3. Orang yang mendapat persetujuan tertulis dari
pasien atau keluarga pasien
KEWAJIBAN MENYIMPAN RAHASIA
KEDOKTERAN (PERMENKES 36/ 2012)
Siapa Saja Yang Wajib Menyimpan
Rahasia Medis?
• Yang diwajibkan menyimpan rahasia medis
ialah:
– Dokter/Dokter ahli
– Mahasiswa Kedokteran
– Perawat/Bidan
– Petugas Administrasi Kedokteran
– Forensik/kamar jenazah
Schumann JH, Alfandre D. Clinical ethical decision making: the four topics approach. Semin Med Pract 2008;11:36–42.
TO 3
37. TEKNIK SAMPLING
Probability Sampling Techique lebih baik
dibanding non-probability
• Simple Random Sampling: pengambilan sampel dari
semua anggota populasi dilakukan secara acak tanpa
memperhatikan strata/tingkatan yang ada dalam
populasi itu.
TERPADU / TERINTEGRASI
• Memakai seluruh ilmu kedokteran yang telah
di dapat bekerja sama dengan pasien,
keluarga, dokter spesialis atau tenaga
kesehatan lain
39. Langkah Menentukan Uji Statistik
• Tentukan sifat variabel yang diuji (numerik atau kategorik)
https://stattrek.com/statistics/dictionary.aspx?definition=one-sample%20t-test
40. DESAIN PENELITIAN
STUDY
DESIGNS
Analytical Descriptive
Case series
Observational Experimental
Cross-sectional
Cohort study
– Individu dengan pajanan/ faktor risiko diketahui, diikuti
sampai waktu tertentu, kemudian dinilai apakah outcome
terjadi atau tidak.
Case-control study
– Individu dengan outcome diketahui, kemudian digali
riwayat masa lalunya apakah memiliki pajanan/ faktor
risiko atau tidak.
Prinsip Desain Studi Analitik
Observasional
Assess Known
Case -control study exposure outcome
Known Assess
Prospective cohort exposure outcome
Known Assess
Retrospective cohort exposure outcome
Desain Case Control
KELEBIHAN: KEKURANGAN:
• Dapat membuktikan • Pengukuran variabel secara
hubungan sebab-akibat. retrospektif, sehingga
• Tidak menghadapi kendala rentan terhadap recall bias.
etik, seperti halnya • Kadang sulit untuk memilih
penelitian kohort dan subyek kontrol yang
eksperimental. memiliki karakter serupa
• Waktu tidak lama, dengan subyek kasus
dibandingkan desain kohort. (case)nya.
• Mengukur odds ratio (OR).
Desain Kohort
KELEBIHAN: KEKURANGAN:
• Mengukur angka insidens. • Memerlukan waktu penelitian
• Keseragaman observasi yang relative cukup lama.
terhadap faktor risiko dari • Memerlukan sarana dan
waktu ke waktu sampai terjadi prasarana serta pengolahan
outcome, sehingga merupakan data yang lebih rumit.
cara yang paling akurat untuk • Kemungkinan adanya subyek
membuktikan hubungan penelitian yang drop out/ loss
sebab-akibat. to follow up besar.
• Mengukur Relative Risk (RR). • Menyangkut masalah etika
karena faktor risiko dari
subyek yang diamati sampai
terjadinya efek, menimbulkan
ketidaknyamanan bagi subyek.
Prinsip
Kohort
• Studi kohort selalu dimulai dari subyek yang tidak sakit. Kelompok subyek
dibagi menjadi subyek yang terpajan dan tidak terpajan. Kemudian
dilakukan pengamatan sampai terjadinya penyakit atau sampai waktu
yang ditentukan.
Kohort Prospektif vs Retrospektif
• Baik kohort prospektif
maupun retrospektif selalu
dimulai dari menjadi subyek
yang tidak sakit.
Outcome
Exposure Yes No Total
Yes a b a+b
No c d c+d
Total a+c b+d a+b+c+d
Outcome
Exposure Yes No Total
Yes a b a+b
No c d c+d
Total a+c b+d a+b+c+d
Yes a b a+b
No c d c+d
Rumus prevalence odds ratio (POR) sama dengan rumus OR, yaitu:
POR: ad
bc
Interpretasi RR/OR/PR
Endemic Epidemic
Time
Kriteria KLB (Permenkes 1501, tahun 2010)
• Timbulnya suatu penyakit menular tertentu yang sebelumnya tidak ada
atau tidak dikenal pada suatu daerah
• Peningkatan kejadian kesakitan terus-menerus selama 3 (tiga) kurun
waktu dalam jam, hari atau minggu berturut-turut menurut jenis
penyakitnya
• Peningkatan kejadian kesakitan dua kali atau lebih dibandingkan dengan
periode sebelumnya dalam kurun waktu jam, hari, atau minggu menurut
jenis penyakitnya
• Jumlah penderita baru dalam periode waktu 1 (satu) bulan menunjukkan
kenaikan dua kali atau lebih dibandingkan dengan angka rata-rata jumlah
per bulan dalam tahun sebelumnya
• Rata-rata jumlah kejadian kesakitan per bulan selama 1 (satu) tahun
menunjukkan kenaikan dua kali atau lebih dibandingkan dengan rata-rata
jumlah kejadian kesakitan per bulan pada tahun sebelumnya
• Angka kematian kasus suatu penyakit (Case Fatality Rate) dalam 1 (satu)
kurun waktu tertentu menunjukkan kenaikan 50% (lima puluh persen)
atau lebih dibandingkan dengan angka kematian kasus suatu penyakit
periode sebelumnya dalam kurun waktu yang sama
• Angka proporsi penyakit (Proportional Rate) penderita baru pada satu
periode menunjukkan kenaikan dua kali atau lebih dibanding satu periode
sebelumnya dalam kurun waktu yang sama
Pola Epidemi Penyakit Menular
• Common source: satu orang atau sekelompok
orang tertular penyakit dari satu sumber yang
sama, dibagi menjadi:
– Point
– Continuous
– Intermittent
Contoh:
Insidens hepatitis A di
Pennsylvania yang
terjadi akibat sayuran
yang mengandung virus
hepatitis A yang
dikonsumsi pengunjung
restoran pada tanggal 6
November.
Continuous Common Source Epidemic
Contoh:
Paparan air yang mengandung
bakteri terjadi terus menerus,
sehingga insidens diare terjadi
berminggu-minggu.
Intermittent Common Source Epidemic
Contoh:
Kasus campak yang satu ke
kasus campak yang lain
berjarak 11 jaro (1 masa
inkubasi)
Mixed Epidemic
• Gabungan antara common source epidemic dan
propagated epidemic
Contoh:
Kasus shigellosis di sebuah
festival music. Awalnya terjadi
penularan serempak saat
festival berlangsung. Sehingga
beberapa hari setelah festival,
kejadian shigellosis meningkat
sangat tinggi (common source
epidemic). Namun satu
minggu kemudian, muncul lagi
kasus shigellosis karena
penularan dari suatu oranf
42. Teknik Pengumpulan Data
• Data primer
– Wawancara
– Pengambilan data langsung (misalnya berat badan,
tekanan darah, kadar gula darah, dsb)
– Kuesioner
• Data sekunder
• Dari rekam medis, laporan, dll
• Data tersier
– kompilasi sumber primer dan sumber sekunder,
contohnya seperti bibliografi (daftar pustaka), katalog
perpustakaan, direktori dan daftar bacaan
43. Ukuran Mortalitas Penyakit
Ukuran Definisi
Crude death rate/ angka angka kematian kasar atau jumlah seluruh kematian selama
kematian kasar satu tahun dibagi jumlah penduduk pada pertengahan tahun.
Case fatality rate persentase angka kematian oleh sebab penyakit tertentu,
untuk menentukan kegawatan/ keganasan penyakit tersebut.
Rumus: jumlah kematian/jumlah seluruh kasus x 100%.
Angka kematian ibu jumlah kematian ibu oleh sebab kehamilan/ melahirkan/ nifas
(sampai 42 hari post partum) per 100.000 kelahiran hidup.
Rumus: jumlah kematian ibu/jumlah kelahiran hidup x 100.000
Angka kematian bayi jumlah kematian bayi (umur <1tahun) per 1000 kelahiran
hidup. Rumus: jumlah kematian bayi/jumlah kelahiran hidup x
1000
Angka Kematian Bayi
• Angka kematian bayi dihitung dengan:
= Angka kematian bayi berumur < 1 tahun x 1000
kelahiran hidup
= (10+4) x 1000
1000
= 14
44. UKURAN MORBIDITAS PENYAKIT
DEFINISI RUMUS
Prevalence rate Jumlah seluruh kasus pada satu Jumlah seluruh kasus (kasus lama
periode tertentu, misalnya jumlah dan kasus baru)/ jumlah populasi
seluruh kasus hipertensi dari Januari- berisiko pada satu periode
Desember 2016. tertentu.
Prevalensi
• Prevalensi adalah jumlah seluruh kasus dibagi
dengan jumlah populasi berisiko pada tahun
tersebut.
• Pada soal, ditanyakan prevalensi pada tahun
2015, maka prevalensinya adalah:
seluruh kasus (60+17) = 7,7%
populasi berisiko 1000 =
45. Universal Health Coverage
• Universal health coverage didefinisikan sebagai
jaminan bahwa setiap orang punya akses untuk
pelayanan kesehatan baik di bidang promosi,
preventif, kuratif dan rehabilitative, dengan
kualitas yang suffisien dengan memastikan juga
bahwa orang tidak perlu mengalami keterbatasan
finansial dalam mendapatkan akses ini.
• Universal health coverage menjadi target untuk
perbaikan taraf kesehatan untuk reformasi di
berbagai kesehatan dan prioritas objektif WHO
https://www.who.int › health_financing › universal_coverage_definition
46. Ketentuan Untuk Peserta BPJS Yang
Mengalami PHK Dan Kecacatan Total
• Peserta yang mengalami PHK tetap memperoleh
hak manfaat Jaminan Kesehatan paling lama 6
(enam) bulan sejak di PHK tanpa membayar
iuran.
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2016 TENTANG STANDAR TARIF PELAYANAN
KESEHATAN DALAM PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMINAN KESEHATAN
Tarif Kapitasi
• Tarif Kapitasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2
huruf a diberlakukan pada FKTP yang melakukan
pelayanan:
a. administrasi pelayanan;
b. promotif dan preventif;
c. pemeriksaan, pengobatan, dan konsultasi medis;
d. tindakan medis non spesialistik, baik operatif maupun
non operatif;
e. obat dan bahan medis habis pakai;
f. pemeriksaan penunjang diagnostik laboratorium
tingkat pratama.
Tarif Non Kapitasi
• Tarif Non Kapitasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 huruf b
diberlakukan pada FKTP yang melakukan pelayanan kesehatan di
luar lingkup pembayaran kapitasi, yang meliputi:
a. pelayanan ambulans
b. pelayanan obat program rujuk balik;
c. pemeriksaan penunjang pelayanan rujuk balik;
d. pelayanan penapisan (screening) kesehatan tertentu termasuk
pelayanan terapi krio untuk kanker leher rahim;
e. rawat inap tingkat pertama sesuai indikasi medis;
f. jasa pelayanan kebidanan dan neonatal yang dilakukan oleh
bidan atau dokter, sesuai kompetensi dan kewenangannya; dan
g. pelayanan Keluarga Berencana di FKTP
Penyakit yang Termasuk dalam
Program Rujuk Balik
https://bpjs-kesehatan.go.id/bpjs/dmdocuments/4238e7d5f66ccef4ccd89883c46fcebc.pdf
Pembayaran BPJS di Faskes Sekunder
& Tersier (Rumah Sakit)
• Indonesian-Case Based Groups (INA-CBGs): besaran
pembayaran klaim oleh BPJS Kesehatan kepada Fasilitas
Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjutan atas paket layanan
yang didasarkan kepada pengelompokan diagnosis
penyakit dan prosedur.
• Iuran bagi kerabat lain dari pekerja penerima upah (seperti saudara
kandung/ipar, asisten rumah tangga, dll); peserta pekerja bukan penerima
upah serta iuran peserta bukan pekerja adalah sebesar
– Sebesar Rp. 25.500,- (dua puluh lima ribu lima ratus rupiah) per orang per bulan
dengan manfaat pelayanan di ruang perawatan Kelas III.
– Sebesar Rp. 51.000,- (lima puluh satu ribu rupiah) per orang per bulan dengan
manfaat pelayanan di ruang perawatan Kelas II.
– Sebesar Rp. 80.000,- (delapan puluh ribu rupiah) per orang per bulan dengan manfaat
pelayanan di ruang perawatan Kelas I.
KAPAN KARTU BPJS KESEHATAN
DAPAT DIGUNAKAN?
• Bagi peserta BPJS pekerja penerima upah dan BPJS PBI,
BPJS langsung dapat digunakan setelah pegawai
menerima kartu BPJS.
https://www.panduanbpjs.com/kapan-kartu-bpjs-kesehatan-bisa-digunakan-setelah-mendaftar/
Prosedur Pelayanan Bagi Peserta BPJS Kesehatan
• Pertimbangan geografis;
Fungsi Puskesmas
Puskesmas Pembantu (Pustu): Puskesmas yang sederhana dan berfungsi membantu memperluas
jangkauan Puskesmas Induk dengan melaksanakan kegiatan-kegiatan yang dilakukan Puskesmas dalam
ruang lingkup wilayah yang lebih kecil (desa, kelurahan)
• Biasanya ada satu buah di setiap desa/kelurahan
• Membantu puskesmas induk
• Pelayanan medis sederhana oleh perawat atau bidan, disertai jadwal kunjungan dokter
• Sasaran meliputi 2-3 desa atau dengan jumlah penduduk 2.500 (luar jawa & bali) sampai 10.000
orang (jawa & bali)
Puskesmas Keliling (Puskel) : pelayanan kesehatan keliling yang dilengkapi dengan kendaraan
bermotor dan peralatan kesehatan, peralatan komunikasi serta sejumlah tenaga yang berasal dari
Puskesmas
• Kegiatan pelayanan khusus ke luar gedung, di wilayah kerja puskesmas.
• Menggunakan kendaraan bermotor roda 4, roda 2, atau perahu.
• Pelayanan medis terpadu oleh dokter, perawat, bidan, gizi, pengobatan dan penyuluhan.
• Menunjang dan membantu melaksanakan kegiatan-kegiatan Puskesmas dalam wilayah kerjanya
yang belum terjangkau.
Wilayah Kerja Puskesmas
• Pembagian Puskesmas
• Puskesmas Pembantu
– Pelayanan kesehatan sederhana untuk menunjang dan
membantu pelaksanaan kegiatan puskesmas dalam ruang
lingkup yang lebih kecil
– satu pustu 2-3 desa dengan jumlah penduduk 2500 (luar
jawa dan bali), 10.000 (jawa dan bali)
• Puskesmas Keliling (unit pelayanan kesehatan yang
dilekngkapi dengan kendaraan bermotor 4 atau perahu
motor dan peralatan komunikasi
• Bidan Desa : untuk pelayanan persalinan di polindes
• Posyandu : Keterpaduan antara puskesmas dan masyarkat
di tingkat desa yang diwujudkan dalam pos pelayanan
terpadu. Satu posyandu sebaiknya melayani sekitar 100
balita, atau sesuai dengan kemampuan petugas dan
keadaan setempat
50. JENIS POSYANDU
• Terdapat 4 jenis posyandu:
– Posyandu pratama (warna merah)
– Posyandu madya (warna kuning)
– Posyandu purnama (warna hijau)
– Posyandu mandiri (warna biru)
Posyandu Pratama
• Posyandu tingkat pratama adalah posyandu
yang masih belum mantap, kegiatannya belum
bisa rutin tiap bulan dan kader aktifnya
terbatas.
• Keadaan ini dinilai ‘gawat’ sehingga
intervensinya adalah pelatihan kader ulang.
Artinya kader yang ada perlu ditambah dan
dilakukan pelatihan dasar lagi.
Posyandu Madya
• Rata-rata jumlah kader tugas 5 orang atau lebih.
• Akan tetapi cakupan program utamanya (KB, KIA, Gizi,
dan Imunisasi) masih rendah yaitu kurang dari 50%.
• Kelestarian posyandu sudah baik tetapi masih rendah
cakupannya.
• Intervensi untuk posyandu madya ada 2 yaitu :
– Pelatihan Toma dengan modul eskalasi posyandu yang
sekarang sudah dilengkapi dengan metoda simulasi.
– Penggarapan dengan pendekatan PKMD (SMD dan MMD)
untuk menentukan masalah dan mencari penyelesaiannya,
termasuk menentukan program tambahan yang sesuai
dengan situasi dan kondisi setempat.
Posyandu Purnama
• Posyandu yang frekuensinya lebih dari 8 kali per tahun,
rata-rata jumlah kader tugas 5 orang atau lebih, dan
cakupan 5 program utamanya (KB, KIA, Gizi dan
Imunisasi) lebih dari 50%.
• Sudah ada program tambahan.
• Intervensi pada posyandu di tingkat ini adalah :
– Penggarapan dengan pendekatan PKMD untuk
mengarahkan masyarakat menetukan sendiri
pengembangan program di posyandu
– Pelatihan Dana Sehat, agar di desa tersebut dapat tumbuh
Dana Sehat yang kuat dengan cakupan anggota minimal
50% KK atau lebih.
Posyandu Mandiri
• Posyandu ini berarti sudah dapat melakukan
kegiatan secara teratur, cakupan 5 program
utama sudah bagus, ada program tambahan
dan Dana Sehat telah menjangkau lebih dari
50% KK.
• Intervensinya adalah pembinaan Dana Sehat.
Keberhasilan Posyandu
• Cakupan SKDN
– S: semua balita di wilayah kerja Posyandu
– K: semua balita yang terdaftar dan memiliki KMS
– D: jumlah balita yang datang dan ditimbang
– N: jumlah balita yang naik berat badannya
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4311333/
Pencegahan Primer-Sekunder-Tersier
52. Kejahatan Susila
• Jenis persetubuhan yang terancam pidana KUHP :
Persetubuhan Persetubuhan
Pemerkosaan Dengna Wanita Dengan Wanita
Tidak Berdaya Belum Cukup Umur
Sampel :
1. Forniks posterior vagina
Fosfatase asam, PAN, Berberio, Florence
• Luka bakar listrik: Benda beraliran listrik saat mengenai kulit, oleh
tahanan yang terdapat pada kulit, akan menimbulkan panas yang
dapat merusak kulit dalam bentuk luka bakar benda padat. Pada
kulit basah, listrik dialirkan tanpa merusak kulit.
– Bila listrik mengalir melewati medula oblongata pusat vital akan
terganggu; melewati daerah jantungfibrilasi ventrikel; melewati otot
sela igakejang otot pernafasan.
LUKA LISTRIK
Ada 2 jenis tenaga listrik yang dapat menimbulkan
luka listrik yaitu :
• Tenaga listrik alam seperti petir dan kilat.
• Tenaga listrik buatan meliputi arus listrik searah
(DC) seperti telepon (30-50 volt) dan tram listrik
(600-1000 volt) dan arus listrik bolak-balik (AC)
seperti listrik rumah, pabrik, dll
Pemeriksaan Luar Luka Listrik
• Current mark berbentuk oval, kuning atau coklat keputihan atau coklat
kehitaman atau abu-abu kekuningan dikelilingi daerah kemerahan dan
edema sehingga menonjol dari jaringan sekitarnya (daerah halo).
• Sepatu korban dan pakaian dapat terkoyak.
• Tanda yang lebih berat yaitu kulit menjadi hangus arang, rambut ikut
terbakar, tulang dapat meleleh dengan pembentukan butir kapur/kalk
parels terdiri dari kalsium fosfat.
• Endogenous burn/Joule burn terjadi jika kontak dengan tubuh lama
sehingga bagian tengah yang dangkal dan pucat pada electric mark dapat
menjadi hitam dan hangus terbakar
• Exogenous burn dapat terjadi bila tubuh terkena arus listrik tegangan
tinggi yang sudah mengandung panas, sehingga tubuh akan hangus
terbakar dengan kerusakan yang sangat berat dan tidak jarang disertai
dengan patahnya tulang-tulang .
LUKA PETIR
• Lightning / eliksem adalah kecelakaan akibat sambaran petir. Petir
termasuk arus searah (DC) dengan tegangan 20 juta volt dan kuat
arus 20 ribu ampere.
Ijazah Serkom
55. Pelanggaran Disiplin
• Pelanggaran terhadap standar profesi
kedokteran.
www.kki.go.id › PDGI_Syaiful_Anwar_Nst_-_Materi_KKI_Komite_Medik
Peran Komite Medik
3. Contoh fungsi pelayanan etika dan disiplin
profesi medis
• Pembinaan etika dan disiplin profesi.
• Pemeriksaan staf medis yang diduga
melakukan pelanggaran disiplin.
• Rekomendasi pendisplinan pelaku profesional
Rumah Sakit.
• Pemberian nasehat/pertimbangan dalam
pengambilan keputusan etis pada asuhan
medis pasien
www.kki.go.id › PDGI_Syaiful_Anwar_Nst_-_Materi_KKI_Komite_Medik
57. KAIDAH DASAR MORAL
Hanafiah, J., Amri amir. 2009. Etika Kedokteran dan Hukum\Kesehatan (4th ed). Jakarta: EGC.
Berbuat baik (beneficence) Tidak berbuat yang merugikan
(nonmaleficence)
• Selain menghormati martabat manusia,
dokter juga harus mengusahakan agar • Praktik Kedokteran haruslah memilih
pasien yang dirawatnya terjaga keadaan pengobatan yang paling kecil risikonya dan
kesehatannya (patient welfare). paling besar manfaatnya. Pernyataan kuno:
• Pengertian ”berbuat baik” diartikan first, do no harm, tetap berlaku dan harus
bersikap ramah atau menolong, lebih diikuti.
dari sekedar memenuhi kewajiban.
Keadilan (justice)
Menghormati martabat manusia (respect
• Perbedaan kedudukan sosial, tingkat
for person) / Autonomy ekonomi, pandangan politik, agama dan
faham kepercayaan, kebangsaan dan
• Setiap individu (pasien) harus kewarganegaraan, status perkawinan,
diperlakukan sebagai manusia yang serta perbedaan jender tidak boleh dan
tidak dapat mengubah sikap dokter
memiliki otonomi (hak untuk menentukan terhadap pasiennya.
nasib diri sendiri), • Tidak ada pertimbangan lain selain
• Setiap manusia yang otonominya kesehatan pasien yang menjadi perhatian
berkurang atau hilang perlu mendapatkan utama dokter.
perlindungan. • Prinsip dasar ini juga mengakui adanya
kepentingan masyarakat sekitar pasien
yang harus dipertimbangkan
Beneficence
Kriteria
1. Mengutamakan altruism (menolong tanpa pamrih, rela berkorban untuk kepentingan
orang lain)
2. Menjamin nilai pokok harkat dan martabat manusia
3. Memandang pasien/keluarga sebagai sesuatu yang tak hanya menguntungkan dokter
4. Mengusahakan agar kebaikan lebih banyak dibandingkan keburukannya
5. Paternalisme bertanggungjawab/berkasih sayang
6. Menjamin kehidupan baik minimal manusia
7. Pembatasan goal based (sesuai tujuan/kebutuhan pasien)
8. Maksimalisasi pemuasan kebahagiaan/preferensi pasien
9. Minimalisasi akibat buruk
10. Kewajiban menolong pasien gawat darurat
11. Menghargai hak-hak pasien secara keseluruhan
12. Tidak menarik honorarium di luar kewajaran
13. Maksimalisasi kepuasan tertinggi secara keseluruhan
14. Mengembangkan profesi secara terus menerus
15. Memberikan obat berkhasiat namun murah
16. Menerapkan golden rule principle
Non-maleficence
Kriteria
1. Menolong pasien emergensi :
Dengan gambaran sbb :
- pasien dalam keadaan sangat berbahaya (darurat) / berisiko
kehilangan sesuatu yang penting (gawat)
- dokter sanggup mencegah bahaya/kehilangan tersebut
- tindakan kedokteran tadi terbukti efektif
- manfaat bagi pasien > kerugian dokter
2. Mengobati pasien yang luka
3. Tidak membunuh pasien ( euthanasia )
4. Tidak menghina/mencaci maki/ memanfaatkan pasien
5. Tidak memandang pasien hanya sebagai objek
6. Mengobati secara proporsional
7. Mencegah pasien dari bahaya
8. Menghindari misrepresentasi dari pasien
9. Tidak membahayakan pasien karena kelalaian
10. Memberikan semangat hidup
11. Melindungi pasien dari serangan
12. Tidak melakukan white collar crime dalam bidang kesehatan
Autonomy
Kriteria
1. Menghargai hak menentukan nasib sendiri, menghargai martabat pasien
2. Tidak mengintervensi pasien dalam membuat keputusan (kondisi elektif)
3. Berterus terang
4. Menghargai privasi
5. Menjaga rahasia pasien
6. Menghargai rasionalitas pasien
7. Melaksanakan informed consent
8. Membiarkan pasien dewasa dan kompeten mengambil keputusan sendiri
9. Tidak mengintervensi atau menghalangi otonomi pasien
10. Mencegah pihak lain mengintervensi pasien dalam mengambil keputusan
termasuk keluarga pasien sendiri
11. Sabar menunggu keputusan yang akan diambil pasien pada kasus non
emergensi
12. Tidak berbohong ke pasien meskipun demi kebaikan pasien
13. Menjaga hubungan (kontrak)
Justice
Kriteria
1. Memberlakukan sesuatu secara universal
2. Mengambil porsi terakhir dari proses membagi yang telah ia lakukan
3. Memberi kesempatan yang sama terhadap pribadi dalam posisi yang sama
4. Menghargai hak sehat pasien
5. Menghargai hak hukum pasien
6. Menghargai hak orang lain
7. Menjaga kelompok yang rentan
8. Tidak melakukan penyalahgunaan
9. Bijak dalam makro alokasi
10. Memberikan kontribusi yang relative sama dengan kebutuhan pasien
11. Meminta partisipasi pasien sesuai kemampuannya
12. Kewajiban mendistribusikan keuntungan dan kerugian (biaya, beban, sanksi)
secara adil
13. Mengembalikan hak kepada pemiliknya pada saat yang tepat dan kompeten
14. Tidak memberi beban berat secara tidak merata tanpa alas an tepat/sah
15. Menghormati hak populasi yang sama-sama rentan penyakit/gangguan
kesehatan
16. Tidak membedakan pelayanan pasien atas dasar SARA, status social, dsb
58. VISUM ET REPERTUM (VER)
• Wewenang penyidik
• Tertulis (resmi)
• Terhadap korban, bukan tersangka
• Ada dugaan akibat peristiwa pidana
• Bila mayat :
– Identitas pada label
– Jenis pemeriksaan yang diminta
– Ditujukan kepada : ahli kedokteran forensik/ dokter di
rumah sakit
20 30 2 6 8 12 24 36
0 mnt mnt jam jam jam jam jam jam
Budiyanto A dkk. Ilmu Kedokteran Forensik. Bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Indonesia.
PENURUNAN SUHU TUBUH (ALGOR
MORTIS)
• Dapat terjadi pada semua otot di tubuh akan tetapi biasanya pada grup –
grup otot tertentu, misalnya otot lengan atas.
• Mengenai isi rekam medis diatur lebih khusus dalam Pasal 12 ayat
(2) dan ayat (3) Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
269/MENKES/PER/III/2008 tentang Rekam Medis: Isi rekam medis
merupakan milik pasien yang dibuat dalam bentuk ringkasan rekam
medis..
Kepemilikan Rekam Medis
• Permenkes No.269 tahun 2008: isi Rekam Medis
adalah milik pasien, sedangkan berkas Rekam
Medis (secara fisik) adalah milik Rumah Sakit atau
institusi kesehatan.
Legal Value
Financial Value
Research Value
Education Value
Documentation Value
Kepemilikan Rekam Medis
• Aplikasi: Karena isi Rekam Medis merupakan milik
pasien, maka pada prinsipnya tidak pada tempatnya jika
dokter atau petugas medis menolak memberitahu
tentang isi Rekam Medis kepada pasiennya, kacuali pada
keadaan-keadaan tertentu yang memaksa dokter untuk
bertindak sebaliknya.
http://www.forensicpathologyonline.com/e-book/post-mortem-changes/post-mortem-hypostasis
Keracunan CO
• Berat jenis CO sedikit lebih ringan dari udara.
• Mempunyai sifat mengikat Hb 210 kali lebih cepat dari O2.
• Contoh : Kebakaran gedung, Meninggal dunia dlm mobil dengan mesin &
alat pendingin dlm hidup & knalpot bocor, Ruang ventilasinya kurang dgn
adanya alat pemanas menggunakan gas dapur/bensin.
• Diagnosis keracunan CO pada korban hidup biasanya berdasarkan
anamnesis adanya kontak dan ditemukannya gejala keracunan CO.
• Pada jenazah, dapat ditemukan warna lebam mayat yang berupa Cherry Red
pada kulit, otot, darah dan organ-organ interna, yang tampak jelas bila
kadar COHb mencapai 30% atau lebih. Akan tetapi pada orang yang anemik
atau mempunyai kelainan darah warna cherry red ini menjadi sulit dikenali.
• Pemeriksaan Laboratorium:
– Uji Kualitatif, menggunakan 2 cara: uji dilusi alkali dan uji formalin
– Uji Kuantitatif menggunakan cara Gettler-Freimuth
Intoksikasi CO2 (Gas Asam Arang)
• Berat jenis CO2 1,52 kali dibandingkan dgn udara shg terdapat
ditempat yg rendah & tidak mudah hilang.
• Contoh : Terdapat dalam sumur tua, palka kapal, goa-goa, kasus
gerbong maut.
• Lebam mayat berwarna merah gelap
• Pemeriksan tes gas CO2 ini dengan menambah air kapur Ca(OH)2
kedalam sample gas air keruh keputihan (ENDAPAN PUTIH )
• Cara mengambil sample gas :
• Botol 5-10 liter dikat di 2 tempat, leher & didasarnya,kemudian diisi
air & diturunkan ditempat yg mau diperiksa. Sampai di bawah botol
kemudian dibalik, air akan keluar & gas akan masuk dalam botol.
Botol diangkat & ditutup rapat
Intoksikasi H2S (Hidrogen Sulfida)
• Gas H2S berat jenis 1,19 kali lebih berat dari pada
udara.
• Contoh : Pada penguraian bahan yg mengandung S
(Sulfur) tdpt dipabrik penyaman kulit,selokan yg
tertutup, dijamban.
• Test terhadap sample gas dgn Pb Asetat.
Keracunan Sianida (CN)
• Pemeriksaan luar jenazah dapat tercium bau amandel yang merupakan
tanda patognomonik untuk keracunan CN, dengan cara menekan dada
mayat sehingga akan keluar gas dari mulut dan hidung.
• Selain itu didapatkan sianosis pada wajah dan bibir, busa keluar dari
mulut, dan lebam jenazah berwarna merah terang, karena darah kaya
akan oksi hemoglobin (karena jaringan dicegah dari penggunaan oksigen)
dan ditemukannya cyanmethemoglobin.
• Pemeriksaan selanjutnya biasanya tidak memberikan gambaran yang khas.
• Pada korban yang menelan garam alkali sianida, dapat ditemukan kelainan
pada mukosa lambung berupa korosi dan berwarna merah kecoklatan
karena terbentuk hematin alkali dan pada perabaan mukosa licin seperti
sabun.
• Korosi dapat mengakibatkan perforasi lambung yang dapat terjadi
antemortal dan postmortal.
PEMERIKSAAN PADA KASUS
KERACUNAN SIANIDA
• Pemeriksaan luar: korban mati tercium amandel dengan
menekan dada mayat sehingga akan keluar gas dari mulut dan
hidung. Sianosis pada wajah & bibir, busa keluar dari mulut, &
lebam mayat berwarna merah terang, karena darah vena kaya
akan oksi-Hb.
Penerapan Ilmu Kedokteran Forensik dalam Proses Penyidikan. Abdul Muniem Idries. 2011.
Menentukan Adanya Tanda Kekerasan
Penerapan Ilmu Kedokteran Forensik dalam Proses Penyidikan. Abdul Muniem Idries. 2011.
Memperkirakan Umur
Penerapan Ilmu Kedokteran Forensik dalam Proses Penyidikan. Abdul Muniem Idries. 2011.
Menentukan Pantas Tidaknya Korban Untuk
Dikawin
Penerapan Ilmu Kedokteran Forensik dalam Proses Penyidikan. Abdul Muniem Idries. 2011.
PEMERIKSAAN DALAM KASUS KEJAHATAN
SEKSUAL
PEMERIKSAAN SEMEN
Pada pakaian, bercak mani berbatas tegas dan warnanya lebih gelap
Pemeriksaan daripada sekitarnya. Dan Bercak yang sudah agak tua berwarna
visual kekuningan.
Bercak mani teraba kaku seperti kanji. Pada tekstil yang tidak menyerap,
Perabaan dan bila tidak teraba kaku, masih dapat dikenali dari permukaan bercak yang
penciuman teraba kasar. Pada penciuman, bau air mani seperti klorin (pemutih) atau
bau ikan
Sampel :
1. Forniks posterior vagina
Fosfatase asam, PAN, Berberio, Florence
https://www.slideshare.net/sipehsyifa/kesehatan-masyarakat-kebijakan-pemerintah-tentang-obat-tradisional
Pokok-pokok Dan Langkah Kebijakan
BATRA
https://www.slideshare.net/sipehsyifa/kesehatan-masyarakat-kebijakan-pemerintah-tentang-obat-tradisional
Pokok-pokok Dan Langkah Kebijakan
BATRA
https://www.slideshare.net/sipehsyifa/kesehatan-masyarakat-kebijakan-pemerintah-tentang-obat-tradisional
Pokok-pokok Dan Langkah Kebijakan
BATRA
https://www.slideshare.net/sipehsyifa/kesehatan-masyarakat-kebijakan-pemerintah-tentang-obat-tradisional
Pokok-pokok Dan Langkah Kebijakan
BATRA
https://www.slideshare.net/sipehsyifa/kesehatan-masyarakat-kebijakan-pemerintah-tentang-obat-tradisional
Pokok-pokok Dan Langkah Kebijakan
BATRA
https://www.slideshare.net/sipehsyifa/kesehatan-masyarakat-kebijakan-pemerintah-tentang-obat-tradisional
Pokok-pokok Dan Langkah Kebijakan
BATRA
https://www.slideshare.net/sipehsyifa/kesehatan-masyarakat-kebijakan-pemerintah-tentang-obat-tradisional
Pokok-pokok Dan Langkah Kebijakan
BATRA
https://www.slideshare.net/sipehsyifa/kesehatan-masyarakat-kebijakan-pemerintah-tentang-obat-tradisional
Pokok-pokok Dan Langkah Kebijakan
BATRA
https://www.slideshare.net/sipehsyifa/kesehatan-masyarakat-kebijakan-pemerintah-tentang-obat-tradisional
Pokok-pokok Dan Langkah Kebijakan
BATRA
https://www.slideshare.net/sipehsyifa/kesehatan-masyarakat-kebijakan-pemerintah-tentang-obat-tradisional
64. Barrier dalam Komunikasi
I. Physical barriers
II. Cross-cultural barriers.
III. Semantic barriers (words/language)
IV. Psychological barriers
V. Organizational barriers
VI. Intellectual barriers
Physical Barriers (Barrier Fisik)
Noise (Bising)
i. Physical noise -> suara ribut
ii. Psychological noise -> inatensi pasien
iii. Written noise -> tulisan dokter jelek/tidak terbaca
iv. Visual noise -> perawat/tenaga medis datang terlambat
Distance (jarak)
Improper time (waktu konsultasi kurang)
Inadequate/overload of information (informasi
kurang/kebanyakan bagi pasien)
Cross Cultural Barriers
Why communicate with cross culture?
1. Globalisation
2. Ability to work more harmoniously
3. Get good people despite their differences
• Masalah kultural juga merupakan sebuah penghalang,
contohnya menatap mata langsung di Indonesia
kepada orang yang lebih tua adalah ketidaksopanan,
atau memeriksa kemaluan di Indonesia masih berupa
hal yang tabu tidak seperti di luar negeri.
Semantic Barriers
https://www.futurelearn.com/courses/health-assessment/0/steps/42780
65. Manajemen Konflik
• Gottman dan Korkoff menyebutkan bahwa
secara garis besar ada dua manajemen konflik,
yaitu :
– Manajemen konflik destruktif
– Manajemen konflik konstruktif
Manajemen Konflik Destruktif
• Manajemen konflik destruktif yang meliputi
• conflict engagement (menyerang dan lepas control),
• withdrawal (menarik diri) dari situasi tertentu yang
kadangkadang sangat menakutkan hingga menjauhkan diri
ketika menghadapi konflik dengan cara menggunakan
mekanisme pertahan diri,
• compliance (menyerah dan tidak membela diri)
Manajemen Konflik Konstruktif
• Merupakan positive problem solving yang terdiri dari
kompromi dan negosiasi.
• Kompromi
• suatu bentuk akomodasi dimana pihak-pihak yang terlibat
mengurangi tuntutannya agar tercapai suatu penyelesaian
terhadap perselisihan yang ada.
• Sikap dasar untuk melaksanakan kompromi adalah bahwa salah
satu pihak bersedia untuk merasakan dan memahami keadaan
pihak lainnya
• Negosiasi
• suatu cara untuk menetapkan keputusan yang dapat disepakati
dan diterima oleh dua pihak dan menyetujui apa dan
bagaimana tindakan yang akan dilakukan di masa mendatang.
5 Model Manajemen Konflik menurut
Johnson
• Gaya kura-kura
– Menghindar dari pokok persoalan maupun dan orang-orang yang
dapat menimbulkan masalah.
• Gaya ikan hiu
– Konflik diselesaikan dengan cara satu pihak menang dan satu pihak
lainnya kalah. Mencapai kemenangan dengan cara menyerang,
mengungguli, dan mengancam.
• Gaya kancil
– Menghindari masalah demi kerukunan.
• Gaya rubah
– kompromi untuk mencapai tujuan pribadi dan hubungan baik dengan
pihak lain yang sama-sama penting
• Gaya burung hantu
– konflik adalah masalah yang harus dicari pemecahannya yang mana
harus sejalan dengan tujuan pribadi maupun tujuan lawan.
66. Jenis-jenis Komunikasi
• Komunikasi interpersonal
– komunikasi antara orang-orang secara tatap muka,
yang memungkinkan setiap pesertanya
menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik
secara verbal atau nonverbal.
– Komunikasi interpersonal ini adalah komunikasi
yang hanya dua orang, seperti suami istri, dua
sejawat, dua sahabat dekat, guru-murid dan
sebagainya
Komunikasi Intrapersonal
• Komunikasi intrapersonal
– keterlibatan internal secara aktif dari individu
dalam pemrosesan simbolik dari pesan-pesan.
• Seorang individu menjadi pengirim sekaligus
penerima pesan, memberikan umpan balik
bagi dirinya sendiri dalam proses internal yang
berkelanjutan.
• Bertujuan untuk mengetahui mengenai dirinya
pribadi melalui proses-proses psikologis.
Komunikasi Kelompok
• Komunikasi kelompok
– komunikasi yang dilakukan sekelompok kecil orang
(small-group communication).
• Kelompok sendiri merupakan sekumpulan orang
yang mempunyai tujuan bersama, yang
berinteraksi satu sama lain untuk mencapai
tujuan bersama, saling mengenal satu sama lain,
dan memandang mereka sebagai bagian dari
kelompok tersebut. Komunikasi antarpribadi
berlaku dalam komunikasi kelompok.
Komunikasi Publik
• Merupakan komunikasi antara seorang pembicara
dengan sejumlah orang (khalayak), yang tidak bisa
dikenali satu persatu.
Outcome
Exposure Yes No Total
Yes a b a+b
No c d c+d
Total a+c b+d a+b+c+d
Outcome
Exposure Yes No Total
Yes a b a+b
No c d c+d
Total a+c b+d a+b+c+d
Yes a b a+b
No c d c+d
Rumus prevalence odds ratio (POR) sama dengan rumus OR, yaitu:
POR: ad
bc
Interpretasi RR/OR/PR
GERD(+) GERD(-)
Minum kopi (+) 100 100
Minum kopi (-) 50 250
• RR = a/(a+b)
c/(c+d)
RR = (100/200)/(50/300)
RR = 3
Analisis Soal
• Cara kedua adalah dengan memahami apa itu RR
• RR adalah insidens penyakit pada kelompok yang terpapar
dibagi insidens penyakit pada kelompok tidak terpapar.
• Maka dalam soal ini:
– RR = insidens GERD pada kelompok minum kopi/ insidens GERD
pada kelompok bukan peminum kopi
– Insidens GERD pada peminum kopi = 100/200
– Insidens GERD pada kelompok bukan peminum kopi =50/300
– RR = (100/200)/(50/300)= 3
• Interpretasi hasil RR=3 adalah orang yang minum kopi
memiliki risiko kali lebih besar untuk mengalami GERD
dibanding dengan orang yang tidak minum kopi.
68-69. Langkah Menentukan Uji Statistik
• Tentukan sifat variabel yang diuji (numerik atau kategorik)
• z-test is a statistical test to help determine the probability that new data will be near the
point for which a score was calculated.
• A z-score is calculated with population parameters such as “population mean” and
“population standard deviation” and is used to validate a hypothesis that the sample drawn
belongs to the same population.
• A t-test is used when the population parameters (population mean and population
standard deviation) are not known.
Key Differences Between T-test and Z-
test
• The t-test can be understood as a statistical test which is used to compare and
analyse whether the means of the two population is different from one another
or not when the population standard deviation is not known. As against, Z-test is
a parametric test, which is applied when the population standard deviation is
known, to determine, if the means of the two datasets differ from each other.
• The t-test is based on Student’s t-distribution. On the contrary, z-test relies on the
assumption that the distribution of sample means is normal. Both student’s t-
distribution and normal distribution appear alike, as both are symmetrical and bell-
shaped. However, they differ in the sense that in a t-distribution, there is less space
in the centre and more in the tails.
• One of the important conditions for adopting t-test is that population variance is
unknown. Conversely, population variance should be known or assumed to be
known in case of a z-test.
• Z-test is used to when the sample size is large, i.e. n > 30, and t-test is appropriate
when the size of the sample is small, in the sense that n < 30.
T-Test vs Z-Test
T Test VS Z-test
T-Test
Prinsip:
Nilai koefisien korelasi berkisar antara 0 sampai 1. Nol berarti tidak ada korelasi sama sekali,
sedangkan satu menandakan korelasi sempurna. Koefisien korelasi yang semakin mendekati
angka 1, menunjukkan semakin kuat korelasi .
Contoh Uji Korelasi
• Misalnya pada penelitian yang ingin mengetahui
hubungan antara kolesterol total (mg/dL) dengan
tekanan darah sistolik (mmHg) didapatkan nilai R-nya
sebesar 0,8.
Interpretasi :
8-10 = Highly functional family (fungsi keluarga baik)
4-7 = Moderately dysfunctional family (disfungsi keluarga moderat)
0-3 = Severely dysfunctional family (keluarga sakit / tidak sehat)
• Garis kehidupan menggambarkan
Family Lifeline secara kronologis stress kehidupan,
sebagai contoh dari gambar
disamping menunjukkan tingkat
kesakitan berupa migrain yang naik
turun sesuai dengan tingkat stress
yang dialami oleh pasien
• Misal :
– pada tahun 1969 pasien berusia 22
tahun kejadian hidup yang dialami
adalah lulus dari kampus dan pasien
mengalami migrain yang cukup berat,
– sedangkan pada tahun 1972 saat
pasien berusia 25 dan menikah justru
pasien tidak mengalami migrain,
– akan tetapi pada tahun 1973 ketika
pasien berusia 26 tahun dan mulai
bekerja serta mengalami kesulitan
bekerja, pasien mengalami migrain
yang cukup berat.
Family SCREEM
RESOURCE PATHOLOGY
• Isolated from extra-
• social interaction is evident among family members
familial
SOCIAL • Family members have well-balanced lines of
• Problem of over
communication with extra-familial social groups
commitment
• Ethnic and cultural
CULTURAL • cultural pride and satisfaction can be identified
inferiority
• Economic
• Economic stability is sufficient to provide both reasonable deficiency
ECONOMIC satisfaction with financial status and an ability to meet
economic demands of normative life events • Inappropriate
economic plan
• Education of members is adequate to allow members to
EDUCATIONA • handicapped to
solve or comprehend most problems that arise within the
L comprehend
format of the lifestyle established by the family
• Medical health care is available through channels that are • Not utilizing health
MEDICAL easily established and have previously been experienced care
in a satisfactory manner facilities/resources
71. PENYIMPANAN VAKSIN
• Vaksin hidup
– Polio oral, BCG, campak, MMR, varicella
– Sebaiknya disimpan di suhu 2-8 derajat celcius. Di atas itu,
vaksin akan mati.
• Vaksin mati
– DPT, Hib, PCV, tifoid, IPV
– Sebaiknya disimpan di suhu 2-8 derajat celcius. Di bawah
itu, vaksin akan rusak.
• Membership bias
– Bila pada kelompok studi terdapat satu atau lebih hal yang berhubungan
dengan efek, sedangkan pada kelompok kontrol tidak.
– Contoh: studi tentang efek rokok terhadap kanker tidak mungkin dibuat uji
klinis, maka beberapa ahli menduga mungkin bukan hanya rokoknya yang
berbahaya, namun juga faktor lain yang terdapat pada perokok yang tidak bisa
disingkirkan.
• Bias pengamat
– Distorsi konsisten (baik disadari ataupun tidak) yang
dilakukan peneliti dalam menilai atau melaporkan
hasil pengukuran.
• Bias subjek
– Distorsi konsisten subjek penelitian; karena merasa
sedang menjadi subjek penelitian maka subjek
cenderung bekerja lebih baik dan lebih serius (efek
Hawthorne)
– Recall bias termasuk dalam bias subjek; misalnya
pasien kanker payudara lebih bersungguh-sungguh
mengingat durasi konsumsi pil KB dibanding pasien
kontrol.
• Bias instrumen
– Kesalahan sistematik akibat tidak akuratnya alat ukur.
Bias pengukuran pada penelitian klinis
• Bias prosedur
– Terjadi bila pengukuran, prosedur, terapi, dll dilakukan pada
kelompok yang dibandingkan tidak sama. Misalnya pasien
dengan hipertensi lebih sering diukur tekanan darahnya.
• Recall bias
– Terutama pada studi case control, terjaddi karena kurang
akurat/optimalnya ingatan tentang pajanan faktor risiko.
• Bias akibat pengukuran yang kurang sensitif
– Terjadi akibat alat ukur yang digunakan kurang sensitif.
• Bias deteksi
– Terjadi akibat perubahan kemampuan suatu alat ukur untuk
mendeteksi penyakit.
– Karena lebih sensitif, penyakit terdeteksi lebih dini, sehingga
seakan-akan tingkat survival-nya lebih tinggi pula.
• Bias ketaatan (compliance bias)
– Terjadi karena perbedaan ketaatan mengikuti prosedur antara
satu kelompok dengan kelompok lainnya.
Ascertainment bias
• Ascertainment bias happens when the results of your study
are skewed due to factors you didn’t account for, like a
researcher’s knowledge of which patients are getting which
treatments in clinical trials or poor Data Collection
Methods that lead to non-representative samples.
• Ascertainment bias in clinical trials happens when one or
more people involved in the trial know which treatment
each participant is getting. This can result in patients
receiving different treatments or co-treatments, which will
distort the results from the trial. A patient who knows they
are receiving a placebo might be less likely to report
perceived benefits (the “placebo effect“).
10. Jaminan Kesehatan Nasional
73.
73. Jaminan Kesehatan Nasional
TERMINOLOGI
• Urun Biaya: tambahan biaya yang dibayar Peserta pada
saat memperoleh manfaat pelayanan kesehatan yang
dapat menimbulkan penyalahgunaan pelayanan.
• Selisih Biaya: tambahan biaya yang dibayar Peserta pada
saat memperoleh manfaat pelayanan kesehatan yang
lebih tinggi daripada haknya.
Jaminan Kesehatan Nasional
PEDOMAN ORGANISASI DAN TATA LAKSANA KERJA MAJELIS KEHORMATAN ETIK KEDOKTERAN, IDI, 2008
Intisari KODEKI
KEWAJIBAN UMUM KEWAJIBAN THD PASIEN KEWAJIBAN THD DIRI SENDIRI & TS
menjunjung tinggi, menghayati dan ..wajib merujuk jika tidak setiap dokter harus memelihara
mengamalkan sumpah dokter (pasal mampu, atas persetujuan kesehatannya supaya dapat
1) pasien(pasal 14) bekerja dengan baik (pasal 20)
Seorang dokter wajib selalu setiap dokter wajib merahasiakan setiap dokter harus senantiasa
melakukan pengambilan keputusan segala sesuatu yang diketahuinya mengikuti perkembangan ilmu
profesional secara independen, dan tentang seorang pasien , bahkan pengetahuan dan teknologi
mempertahankan perilaku juga setelah pasien itu meninggal kedokteran/kesehatan (psl 21)
profesional dalam ukuran yang dunia (pasal 16)
tertinggi. (pasal 2) setiap dokter memperlakukan
setiap dokter wajib melakukan teman sejawat nya sebagaimana
dalam melakukan pekerjaannya pertolongan darurat sbg suatu ia sendiri ingin diperlakukan
seorang dokter tidak boleh tugas perikemanusiaan, kecuali (pasal 18)
dipengaruhi oleh sesuatu yang bila ia yakin ada orang lain
mengakibatkan hilangnya bersedia dan mampu
kebebasan & kemandirian profesi memberikannya (pasal 17)
(pasal 3)
• Dapat terjadi pada semua otot di tubuh akan tetapi biasanya pada grup –
grup otot tertentu, misalnya otot lengan atas.
• Konsep mati : Jika batang otak telah mati (brain stem death) dapat
diyakini bahwa manusia tersebut telah mati baik secara fisik maupun
sosial. Yang harus diyakini adalah proses kematian tersebut bersifat
irreversible.
EUTHANASIA AKTIF
Perbuatan yang dilakukan secara medik melalui intervensi aktif
oleh seorang dokter dengan tujuan untuk mengakhiri hidup
manusia
MEMATIKAN SECARA SENGAJA
• Kondisi sudah sangat parah / stadium akhir
• Tidak mungkin sembuh / bertahan lama
• Dokter memberikan suntikan yang mematikan
Euthanasia aktif
• Eutanasia aktif langsung
Dilakukannya tindakan medik secara terarah yg
diperhitungkan akan mengakhiri hidup pasien,
atau memperpendek hidup pasien.
• Eutanasia aktif tidak langsung
Saat dokter atau tenaga kesehatan melakukan
tindakan medik untuk meringankan penderitaan
pasien, namun mengetahui adanya risiko tersebut
dapat memperpendek atau mengakhiri hidup
pasien
EUTHANASIA PASIF
Perbuatan menghentikan atau mencabut segala tindakan
atau pengobatan yang perlu untuk mempertahankan
hidup manusia
TINDAKAN DOKTER BERUPA PENGHENTIAN PENGOBATAN PASIEN
• Tidak mungkin disembuhkan
• Kondisi ekonomi pasien terbatas
Ditinjau dari jenis permintaan
• Wewenang penyidik
• Tertulis (resmi)
• Terhadap korban, bukan tersangka
• Ada dugaan akibat peristiwa pidana
• Bila mayat :
– Identitas pada label
– Jenis pemeriksaan yang diminta
– Ditujukan kepada : ahli kedokteran forensik / dokter di
rumah sakit
Obstructive Compressional
asphyxia asphyxia
Solid obstruction
Strangulation:
(choking,
penjeratan
gagging)
Manual
strangulation:
pencekikan
Hanging
PENGGANTUNGAN (HANGING)
• Penggantungan (Hanging) adalah suatu keadaan
dimana terjadi konstriksi dari leher oleh alat penjerat
yang ditimbulkan oleh berat badan seluruh atau
sebagian.
Tanda jejas jeratan miring, berupa lingkaran Tanda jejas jeratan biasanya berbentuk lingkaran utuh
2 terputus (non-continuous) dan letaknya pada (continuous), agak sirkuler dan letaknya pada bagian
leher bagian atas leher tidak begitu tinggi
Simpul tali biasanya tunggal, terdapat pada Simpul tali biasanya lebih dari satu, diikatkan dengan
3
sisi leher kuat dan diletakkan pada bagian depan leher
Simpul tali, biasanya hanya satu simpul yang Simpul tali biasanya lebih dari satu pada bagian
3
letaknya pada bagian samping leher depan leher dan simpul tali tersebut terikat kuat
Tangan tidak dalam keadaan terikat, karena sulit Tangan yang dalam keadaan terikat mengarahkan dugaan pada
7
untuk gantung diri dalam keadaan tangan terikat kasus pembunuhan
Tanda-tanda perlawanan, tidak ditemukan pada Tanda-tanda perlawanan hampir selalu ada kecuali jika korban
10
kasus gantung diri sedang tidur, tidak sadar atau masih anak-anak.
80. Identifikasi Forensik
• Merupakan upaya yang dilakukan dengan tujuan
membantu penyidik untuk menentukan identitas
seseorang/korban, terutama pada jenazah tidak
dikenal, membusuk, rusak, terbakar, kecelakaan
masal, ataupun bencana alam
• Metode identifikasi yang dapat digunakan adalah:
Identifikasi sidik jari, visual, dokumen, pakaian
dan perhiasan, medik, gigi, serologik, metode
eksklusi dan metode identifikasi DNA
IDENTIFIKASI FORENSIK
Secara garis besar ada dua metode pemeriksaan, yaitu:
• Identifikasi primer: identifikasi yang dapat berdiri sendiri tanpa perlu
dibantu oleh kriteria identifikasi lain. Teknik identifikasi primer yaitu :
– Pemeriksaan DNA
– Pemeriksaan sidik jari
– Pemeriksaan gigi
Pada jenazah yang rusak/busuk untuk menjamin keakuratan dilakukan
dua sampai tiga metode pemeriksaan dengan hasil positif.
Hanafiah, J., Amri amir. 2009. Etika Kedokteran dan Hukum\Kesehatan (4th ed). Jakarta: EGC.
Berbuat baik (beneficence) Tidak berbuat yang merugikan
(nonmaleficence)
• Selain menghormati martabat manusia,
dokter juga harus mengusahakan agar • Praktik Kedokteran haruslah memilih
pasien yang dirawatnya terjaga keadaan pengobatan yang paling kecil risikonya dan
kesehatannya (patient welfare). paling besar manfaatnya. Pernyataan kuno:
• Pengertian ”berbuat baik” diartikan first, do no harm, tetap berlaku dan harus
bersikap ramah atau menolong, lebih diikuti.
dari sekedar memenuhi kewajiban.
Keadilan (justice)
Menghormati martabat manusia (respect
• Perbedaan kedudukan sosial, tingkat
for person) / Autonomy ekonomi, pandangan politik, agama dan
faham kepercayaan, kebangsaan dan
• Setiap individu (pasien) harus kewarganegaraan, status perkawinan,
diperlakukan sebagai manusia yang serta perbedaan jender tidak boleh dan
tidak dapat mengubah sikap dokter
memiliki otonomi (hak untuk menentukan terhadap pasiennya.
nasib diri sendiri), • Tidak ada pertimbangan lain selain
• Setiap manusia yang otonominya kesehatan pasien yang menjadi perhatian
berkurang atau hilang perlu mendapatkan utama dokter.
perlindungan. • Prinsip dasar ini juga mengakui adanya
kepentingan masyarakat sekitar pasien
yang harus dipertimbangkan
Beneficence
Kriteria
1. Mengutamakan altruism (menolong tanpa pamrih, rela berkorban untuk kepentingan
orang lain)
2. Menjamin nilai pokok harkat dan martabat manusia
3. Memandang pasien/keluarga sebagai sesuatu yang tak hanya menguntungkan dokter
4. Mengusahakan agar kebaikan lebih banyak dibandingkan keburukannya
5. Paternalisme bertanggungjawab/berkasih sayang
6. Menjamin kehidupan baik minimal manusia
7. Pembatasan goal based (sesuai tujuan/kebutuhan pasien)
8. Maksimalisasi pemuasan kebahagiaan/preferensi pasien
9. Minimalisasi akibat buruk
10. Kewajiban menolong pasien gawat darurat
11. Menghargai hak-hak pasien secara keseluruhan
12. Tidak menarik honorarium di luar kewajaran
13. Maksimalisasi kepuasan tertinggi secara keseluruhan
14. Mengembangkan profesi secara terus menerus
15. Memberikan obat berkhasiat namun murah
16. Menerapkan golden rule principle
Non-maleficence
Kriteria
1. Menolong pasien emergensi :
Dengan gambaran sbb :
- pasien dalam keadaan sangat berbahaya (darurat) / berisiko
kehilangan sesuatu yang penting (gawat)
- dokter sanggup mencegah bahaya/kehilangan tersebut
- tindakan kedokteran tadi terbukti efektif
- manfaat bagi pasien > kerugian dokter
2. Mengobati pasien yang luka
3. Tidak membunuh pasien ( euthanasia )
4. Tidak menghina/mencaci maki/ memanfaatkan pasien
5. Tidak memandang pasien hanya sebagai objek
6. Mengobati secara proporsional
7. Mencegah pasien dari bahaya
8. Menghindari misrepresentasi dari pasien
9. Tidak membahayakan pasien karena kelalaian
10. Memberikan semangat hidup
11. Melindungi pasien dari serangan
12. Tidak melakukan white collar crime dalam bidang kesehatan
Autonomy
Kriteria
1. Menghargai hak menentukan nasib sendiri, menghargai martabat pasien
2. Tidak mengintervensi pasien dalam membuat keputusan (kondisi elektif)
3. Berterus terang
4. Menghargai privasi
5. Menjaga rahasia pasien
6. Menghargai rasionalitas pasien
7. Melaksanakan informed consent
8. Membiarkan pasien dewasa dan kompeten mengambil keputusan sendiri
9. Tidak mengintervensi atau menghalangi otonomi pasien
10. Mencegah pihak lain mengintervensi pasien dalam mengambil keputusan
termasuk keluarga pasien sendiri
11. Sabar menunggu keputusan yang akan diambil pasien pada kasus non
emergensi
12. Tidak berbohong ke pasien meskipun demi kebaikan pasien
13. Menjaga hubungan (kontrak)
Justice
Kriteria
1. Memberlakukan sesuatu secara universal
2. Mengambil porsi terakhir dari proses membagi yang telah ia lakukan
3. Memberi kesempatan yang sama terhadap pribadi dalam posisi yang sama
4. Menghargai hak sehat pasien
5. Menghargai hak hukum pasien
6. Menghargai hak orang lain
7. Menjaga kelompok yang rentan
8. Tidak melakukan penyalahgunaan
9. Bijak dalam makro alokasi
10. Memberikan kontribusi yang relative sama dengan kebutuhan pasien
11. Meminta partisipasi pasien sesuai kemampuannya
12. Kewajiban mendistribusikan keuntungan dan kerugian (biaya, beban, sanksi)
secara adil
13. Mengembalikan hak kepada pemiliknya pada saat yang tepat dan kompeten
14. Tidak memberi beban berat secara tidak merata tanpa alas an tepat/sah
15. Menghormati hak populasi yang sama-sama rentan penyakit/gangguan
kesehatan
16. Tidak membedakan pelayanan pasien atas dasar SARA, status social, dsb
RAHASIA MEDIS
• Segala temuan pada diri pasien dapat dikatakan sebagai rahasia medik atau
rahasia kedokteran dan rahasia ini sepenuhnya milik pasien.
• Sumpah dokter (Sumpah Hipocrates) terdapat sumpah untuk merahasiakan
apapun yang dilihat dan didengar dalam sepanjang proses menjalankan
profesi seorang dokter
• Dasar hukum
– PP no 10 tahun 1966 tentang Wajib Simpan Rahasia Kedokteran tgl 21 mei
1966.
– UU RS no 44 thn 2009
– UU Kesehatan no 36 thn 2009
– UU Praktik Kedokteran no 29 tahun 2004
– Pasal 11 PP 749.MENKES/PER/XII/1989 tentang REKAM MEDIS: “rekam medis
merupakan berkas yang wajib disimpan kerahasiaannya”
– PERMENKES NO. 36 TAHUN 2012 ttg Rahasia Kedokteran
– PERMENKES NO. 269 TAHUN 2008
• Dasar etik: Rahasia medis harus tetap dijaga, bahkan setelah pasien
meninggal dunia (KODEKI pasal 12).
84. ABORTUS PROVOKATUS
• Abortus menurut pengertian kedokteran terbagi
dalam:
– Abortus spontan
– Abortus provokatus, yang terbagi lagi ke dalam:
Abortus provokatus terapeutikus & Abortus
provokatus kriminalis
3. Tindakan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) hanya dapat dilakukan setelah melalui
konseling dan/atau penasehatan pra tindakan dan diakhiri dengan konseling pasca tindakan
yang dilakukan oleh konselor yang kompeten dan berwenang.
4. Ketentuan lebih lanjut mengenai indikasi kedaruratan medis dan perkosaan, sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) diatur dengan PASAL 76.
Abortus Provokatus Menurut
UU No.36 Tahun 2009
PASAL 76
• Aborsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 75 hanya dapat
dilakukan :
a) sebelum kehamilan berumur 6 (enam) minggu dihitung dari hari
pertama haid terakhir, kecuali dalam hal kedaruratan medis;
b) oleh tenaga kesehatan yang memiliki keterampilan dan
kewenangan yang memiliki sertifikat yang ditetapkan oleh
menteri;
c) dengan persetujuan ibu hamil yang bersangkutan;
d) dengan izin suami, kecuali korban perkosaan;
e) penyedia layanan kesehatan yang memenuhi syarat yang
ditetapkan oleh Menteri
ABORSI ATAS INDIKASI MEDIS
PASIEN
Bila pasien tidak kompeten, disampaikan kepada:
1. Keluarga pasien, atau
2. Orang yang diberi kuasa oleh pasien atau
keluarga pasien, atau
3. Orang yang mendapat persetujuan tertulis dari
pasien atau keluarga pasien
UU Kesehatan no. 36 Tahun 2009
Pasal 57
• Setiap dokter atau dokter gigi dalam melaksanakan
praktik kedokteran wajib menyimpan rahasia
kedokteran.
• Rahasia kedokteran tidak berlaku dalam hal
perintah UU, perintah pengadilan, izin yang
bersangkutan, kepentingan masyarakat,
kepentingan orang tersebut
UU Rumah Sakit no. 44 Thn 2009
UU RS Pasal 38
(1) Setiap Rumah Sakit harus menyimpan rahasia kedokteran.
(2) Rahasia kedokteran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya dapat
dibuka untuk kepentingan kesehatan pasien, untuk pemenuhan
permintaan aparat penegak hukum dalam rangka penegakan hukum,
atas persetujuan pasien sendiri, atau berdasarkan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
UU RS pasal 44
(1) Rumah Sakit dapat menolak mengungkapkan segala informasi kepada
publik yang berkaitan dengan rahasia kedokteran.
(2) Pasien dan/atau keluarga yang menuntut Rumah Sakit dan
menginformasikannya melalui media massa, dianggap telah
melepaskan hak rahasia kedokterannya kepada umum.
UU Praktik Kedokteran no 29 thn 2004
Pasal 48 ayat
(1) Setiap dokter atau dokter gigi dalam melaksanakan praktik kedokteran
wajib menyimpan rahasia kedokteran.
(2) Rahasia kedokteran dapat dibuka hanya untuk kepentingan kesehatan
pasien, memenuhi permintaan aparatur penegak hukum dalam rangka
penegakan hukum, permintaan pasien sendiri, atau berdasarkan
ketentuan perundang- undangan.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai rahasia kedokteran diatur dengan
Peraturan Menteri.
Permenkes no. 269 thn 2008
Pasal 10
• Informasi tentang identitas, diagnosis, riwayat
penyakit, riwayat pemeriksaan, dan riwayat
pengobatan harus dijaga kerahasiaannya
• Informasi tersebut dapat dibuka dalam hal:
– untuk kepentingan kesehatan pasien;
– memenuhi permintaan aparatur penegak hukum dalam
rangka penegakan hukum atas perintah pengadilan;
– permintaan dan/atau persetujuan pasien sendiri;
– permintaan institusi/lembaga berdasarkan ketentuan
perundang-undangan; dan
– untuk kepentingan penelitian, pendidikan, dan audit
medis, sepanjang tidak menyebutkan identitas pasien.
KEWAJIBAN MENYIMPAN RAHASIA KEDOKTERAN
(PERMENKES 36/ 2012)
PEMBUKAAN RAHASIA MEDIS
PERMENKES NO.36 TAHUN 2012
PASAL 5:
• Rahasia kedokteran dapat dibuka hanya untuk
kepentingan kesehatan pasien, memenuhi
permintaan aparatur penegak hukum dalam
rangka penegakan hukum, permintaan pasien
sendiri, atau berdasarkan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
PEMBUKAAN RAHASIA MEDIS
PERMENKES NO.36 TAHUN 2012
Yang Dimaksud Untuk Kepentingan Kesehatan Pasien
Pasal 6
Kepentingan kesehatan pasien meliputi:
• Kepentingan pemeliharaan kesehatan, pengobatan, penyembuhan, dan
perawatan pasien; dan
• Keperluan administrasi, pembayaran asuransi atau jaminan pembiayaan
kesehatan.
• Kondisi dinding
– Sebaiknya berupa tembok, namun di daerah tropis harus dipastikan mendapat
ventilasi cukup.
• Kondisi atap
– Sebaiknya dengan genteng, tidak disarankan atap seng atau asbes karena
menimbulkan suhu panas dalam rumah.
– Dapat menggunakan langit-langit sebagai penyekat panas dari bagian atas
bangunan.
• Ventilasi
– Ventilasi minimal 10% luas lantai dengan system ventilasi silang
Aspek Fisiologis Rumah
• Pencahayaan
– Pencahayaan alami dan buatan, langsung maupun tidak langsung,
harus dapat menerangi seluruh ruangan dengan intensitas minimal
60 lux.
– Semakin banyak sinar matahari yang masuk semakin baik, disarankan
jendela ruangan dibuka antara jam 6-8 pagi.
• Suhu ruangan
– Suhu ruangan yang nyaman adalah antara 18-30 C.
• Kelembaban
– Kelembaban ruang yang nyaman berkisar antara 40-60%.
• Kepadatan hunian
– Satu orang minimal menempati luas rumah 9 m2 agar dapat
mencegah penularan penyakit (termasuk ISPA) dan melancarkan
aktivitas di dalamnya.
JARAK SEPTIC TANK-SUMBER AIR
• Menurut Standar Nasional Indonesia (SNI) 03-
2916-1992 tentang Spesifikasi Sumur Gali
untuk Sumber Air Bersih, bahwa jarak
horizontal sumur ke arah hulu dari aliran air
tanah atau sumber pengotoran (bidang
resapan/tangki septic tank) lebih dari 11
meter, sedangkan jarak sumur untuk komunal
terhadap perumahan adalah lebih dari 50
meter.
90. JENIS RUJUKAN
• Jenis rujukan secara umum dibagi menjadi 2,
yaitu:
– Rujukan upaya kesehatan individual
– Rujukan upaya kesehatan masyarakat
Skema Sistem rujukan Perorangan
RUJUKAN UPAYA KESEHATAN RUJUKAN UPAYA KESEHATAN
PERORANGAN MASYARAKAT
• Rujukan kasus untuk keperluan • Rujukan sarana berupa
diagnostik, pengobatan, bantuan laboratorium dan
tindakan operasi dan lain– lain teknologi kesehatan.
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN
PELAYANAN PENYAKIT AKIBAT KERJA
7 Langkah Diagnosis
Penyakit Akibat Kerja
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN
PELAYANAN PENYAKIT AKIBAT KERJA
Yang Berkompeten Mendiagnosis Penyakit Akibat
Kerja
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN
PELAYANAN PENYAKIT AKIBAT KERJA
Yang Berkompeten Menatalaksana Penyakit
Akibat Kerja
• Penatalaksanaan kasus yaitu penatalaksaan
medis dan penatalaksanaan okupasi.
• Permohonan VER:
– Tertulis oleh penyidik
– Diserahkan langsung oleh petugas kepolisain
– Untuk korban mati, permintaan diajukan kepada dokter ahli
atau dokter kedokteran kehakiman
Pengantar Medikolegal, Budi Sampurna
Visum Et Repertum
Dasar: PASAL 133 KUHAP
• Dalam hal penyidik untuk kepentingan
peradilan menangani seorang korban baik
luka, keracunan ataupun mati yang diduga
karena peristiwa yang merupakan tindak
pidana, ia berwenang mengajukan
permintaan keterangan ahli kepada ahli
kedokteran kehakiman atau dokter dan atau
ahli lainnya
• Wewenang penyidik
• Tertulis (resmi)
• Terhadap korban, bukan tersangka
• Ada dugaan akibat peristiwa pidana
• Bila mayat :
– Identitas pada label
– Jenis pemeriksaan yang diminta
– Ditujukan kepada : ahli kedokteran forensik / dokter di
rumah sakit
Penerapan Ilmu Kedokteran Forensik dalam Proses Penyidikan, A. Munim Idris, 2011
UU Tentang KDRT:
UU No. 23 Tahun 2004
• Kekerasan fisik
Adalah perbuatan yang mengakibatkan rasa sakit, jatuh sakit, atau luka
berat. (Pasal 6)
• Kekerasan psikis
Adalah perbuatan yang mengakibatkan ketakutan, hilangnya rasa percaya
diri, hilangnya kemampuan untuk bertindak, rasa tidak berdaya, dan/atau
penderitaan psikis berat pada seseorang. (Pasal 7)
• Kekerasan seksual :
Pemaksaan hubungan seksual yang dilakukan terhadap orang yang
menetap dalam rumah tangga tersebut; Pemaksaan hubungan seksual
terhadap salah seorang dalam lingkup rumah tangganya dengan orang lain
untuk tujuan komersil dan/atau tujuan tertentu. (Pasal 8)
Karakteristik Luka Kasus KDRT
• Biasanya datang dengan luka ringan seperti luka memar
atau luka lecet. Dapat pula datang dengan keluhan sakit
kepala, sakit perut, atau diare, dan keluhan nonspesifik
lainnya.
Penerapan Ilmu Kedokteran Forensik dalam Proses Penyidikan, A. Munim Idris, 2011
Ketentuan Pidana pada Kasus KDRT
• UU No.23 tahun 2004 Pasal 44: kekerasan fisik
dalam rumah tangga
• Apabila ada kasus kekerasan anak yang kita layani, maka petugas
wajib dengan segera melaporkan kasus tersebut kepada
Kepolisian dalam hal ini Unit perlindungan Perempuan dan Anak
yang ada di seluruh Polres/Polwil dan Polda.
Medical
Error
PREVENTABLE
• Kesalahan nakes
Pasien cedera ADVERSE MALPRAKTIK
• Dapat dicegah
• Karena berbuat (commission) EVENT
• Karena tdk berbuat
(ommision)
Acceptable
Risk
• Kondisi Potensial Cedera (KPC): kondisi yang sangat berpotensi untuk menimbulkan
cedera, tetapi belum terjadi insiden. Misalnya: ventilator di ICU rusak, tetapi belum ada
pasien yang membutuhkan ventilator.
• Kejadian Tidak Cedera (KTC): insiden yang sudah terpapar ke pasien, tetapi tidak timbul
cedera. Misalnya: pasien salah diberi obat, sudah terlanjur diminum pasien, tetapi tidak
muncul efek samping apapun.
• Kejadian Nyaris Cedera (KNC): Terjadinya insiden yang belum sampai terpapar ke pasien.
Misalnya: hendak salah memberikan obat tetapi diketahui sebelum terlanjur terjadi.
• Kejadian Tidak Diharapkan (KTD): Insiden apapun yang mengakibatkan cedera pada
pasien, antara karena kelalaian tenaga medis ataupun perilaku pasien. Misalnya: pasien
jatuh dari tempat tidur karena penghalang tidak dipasang.
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG KESELAMATAN PASIEN
MALPRAKTEK/ KELALAIAN MEDIS
• Duty of care
– Dokter telah menyatakan kesediaan untuk merawat pasien
tersebut. Harus ditinjau juga legalitas dari semua pihak (dokter,
pasien, RS).
• Breach of duty
– Ada kegagalan atau kelalaian dokter dalam memenuhi
kewajibannya dalam merawat atau mengobati pasien.
• Injury
– Ada kerusakan atau kerugian materi dan imateriil yang timbul
dari kelalaian tersebut, misalnya biaya, hilangnya kesempatan
mendapat penghasilan.
• Proximated cause
– Ada hubungan langsung atau sebab akibat yang jelas antara
tindakan dokter dengan kerugian yang dialami pasien.
Jenis Malpraktek
• Kompensasi: Hukuman
• Kompensasi: uang ganti rugi penjara, disertai/tidak
disertai uang ganti rugi
•1. barang siapa dengan sengaja menyembunyikan orang yang melakukan kejahatan atau yang
dituntut karena kejahatan, atau barang siapa memberi pertolongankepadanya untuk
menghindari penyidikan atau penahanan oleh pejabat kehakiman atau kepolisian, atau oleh
orang lain yang menurut ketentuan undang-undang terus-menerus atau untuk sementara waktu
diserahi menjalankan jabatan kepolisian;
•2. barang siapa setelah dilakukan suatu kejahatan dan dengan maksud untuk menutupinya,
atau untuk menghalang-halangi atau mempersukar penyidikan atau penuntutannya,
menghancurkan, menghilangkan, menyembunyikan benda-benda terhadap mana atau dengan
mana kejahatan dilakukan atau bekas-bekas kejahatan lainnya, atau menariknya dari
pemeriksaan yang dilakukan oleh pejabat kehakiman atau kepolisian maupun oleh orang lain,
yang menurut ketentuan undang-undang terus-menerus atau untuk sementara waktu diserahi
menjalankan jabatan kepolisian.
TO 6
99. DESAIN PENELITIAN
Secara umum dibagi menjadi 2:
• DESKRIPTIF: memberi gambaran distribusi dan
frekuensi penyakit saja. Misalnya prevalensi
DM tipe 2 di DKI Jakarta, 10 penyakit
terbanyak di Puskesmas X.
STUDY
DESIGNS
Analytical Descriptive
Case series
Observational Experimental
Cross-sectional
Cohort study
– Individu dengan pajanan/ faktor risiko diketahui, diikuti
sampai waktu tertentu, kemudian dinilai apakah outcome
terjadi atau tidak.
Case-control study
– Individu dengan outcome diketahui, kemudian digali
riwayat masa lalunya apakah memiliki pajanan/ faktor
risiko atau tidak.
Prinsip Desain Studi Analitik
Observasional
Assess Known
Case -control study exposure outcome
Known Assess
Prospective cohort exposure outcome
Known Assess
Retrospective cohort exposure outcome
Contoh: Penelitian ingin mengetahui Hubungan
ASI Eksklusif dengan Diare pada Anak 1-3 tahun
• Bila menggunakan desain cross sectional, maka dalam
satu waktu peneliti mengumpulkan data semua anak
berusia 1-3 tahun dan ditanyakan apakah mendapat
ASI eksklusif dan berapa frekuensi diare selama ini
secara bersamaan.
Interpretasi :
8-10 = Highly functional family (fungsi keluarga baik)
4-7 = Moderately dysfunctional family (disfungsi keluarga moderat)
0-3 = Severely dysfunctional family (keluarga sakit / tidak sehat)
• Garis kehidupan menggambarkan
Family Lifeline secara kronologis stress kehidupan,
sebagai contoh dari gambar
disamping menunjukkan tingkat
kesakitan berupa migrain yang naik
turun sesuai dengan tingkat stress
yang dialami oleh pasien
• Misal :
– pada tahun 1969 pasien berusia 22
tahun kejadian hidup yang dialami
adalah lulus dari kampus dan pasien
mengalami migrain yang cukup berat,
– sedangkan pada tahun 1972 saat
pasien berusia 25 dan menikah justru
pasien tidak mengalami migrain,
– akan tetapi pada tahun 1973 ketika
pasien berusia 26 tahun dan mulai
bekerja serta mengalami kesulitan
bekerja, pasien mengalami migrain
yang cukup berat.
SCREEM
RESOURCE PATHOLOGY
• Isolated from extra-
• social interaction is evident among family members
familial
SOCIAL • Family members have well-balanced lines of
• Problem of over
communication with extra-familial social groups
commitment
• Ethnic and cultural
CULTURAL • cultural pride and satisfaction can be identified
inferiority
• Economic
• Economic stability is sufficient to provide both reasonable deficiency
ECONOMIC satisfaction with financial status and an ability to meet
economic demands of normative life events • Inappropriate
economic plan
• Education of members is adequate to allow members to
EDUCATIONA • handicapped to
solve or comprehend most problems that arise within the
L comprehend
format of the lifestyle established by the family
• Medical health care is available through channels that are • Not utilizing health
MEDICAL easily established and have previously been experienced care
in a satisfactory manner facilities/resources
101. UKURAN ASOSIASI DALAM PENELITIAN
Outcome
Exposure Yes No Total
Yes a b a+b
No c d c+d
Total a+c b+d a+b+c+d
Outcome
Exposure Yes No Total
Yes a b a+b
No c d c+d
Total a+c b+d a+b+c+d
Yes a b a+b
No c d c+d
Rumus prevalence odds ratio (POR) sama dengan rumus OR, yaitu:
POR: ad
bc
Interpretasi RR/OR/PR
• RR = a/(a+b) = 420/700 = 3
c/ (c+d) 60/300
Cara Kedua
• RR adalah insidens outcome pada kelompok exposure(+) dibagi
insidens outcome pada kelompok exposure (-). Maka pada soal
ini:
• RR = insidens diare pada kelompok susu(+)
Insidens diare pada kelompok susu (-)
• Dari soal diketahui bahwa 150 anak mengalami diare (50 anak
minum susu, 100 anak tidak minum susu).
• Maka RR = 50/80
100/220
102. Teori Fungsi Manajemen
(George R. Terry, 1990)
1. Planning:
• menentukan serangkaian tindakan untuk mencapai
suatu hasil sesuai target.
2. Organizing:
• mengelompokkan orang-orang serta penetapan
tugas, fungsi, wewenang, serta tanggung jawab
masing-masing supaya aktivitas berdaya guna dan
berhasil guna.
Teori Fungsi Manajemen
(George R. Terry, 1990)
3. Actuating
• menggerakkan semua anggota kelompok untuk bekerja agar
mencapai tujuan organisasi.
• Actuating membuat urutan rencana menjadi tindakan nyata.
• Kegiatan dalam Fungsi Pengarahan dan Implementasi antara lain :
– Mengimplementasikan proses kepemimpinan, pembimbingan, dan
pemberian motivasi kepada tenaga kerja agar dapat bekerja secara
efektif dan efisien dalam pencapaian tujuan.
– Memberikan tugas dan penjelasan rutin mengenai pekerjaan dan
menjelaskan kebijakan yang ditetapkan.
Teori Fungsi Manajemen
(George R. Terry, 1990)
4. Controlling
• Agar pekerjaan dapat berjalan sesuai dengan visi, misi,
aturan serta program kerja maka dibutuhkan pengontrolan.
• Baik itu dalam bentuk supervisi, pengawasan, inspeksi
sampai audit.
• Agar sejak dini dapat diketahui penyimpangan-
penyimpangan atau kesalahan yang terjadi, baik itu dalam
tahap perencanaan, pelaksanaan ataupun
pengorganisasian.
• Sehingga dapat segera dilakukan antisipasi, koreksi, serta
penyesuaian-penyesuaian yang sesuai dengan situasi.
Teori Fungsi Manajemen
(Luther Gullick)
• Sensitivitas = 100/400
104. FIVE LEVEL OF PREVENTION
• Dilakukan pada orang sehat
Health promotion • Promosi kesehatan
• Contoh: penyuluhan
STUDY
DESIGNS
Analytical Descriptive
Case series
Observational Experimental
Cross-sectional
Cohort study
– Individu dengan pajanan/ faktor risiko diketahui, diikuti
sampai waktu tertentu, kemudian dinilai apakah outcome
terjadi atau tidak.
Case-control study
– Individu dengan outcome diketahui, kemudian digali
riwayat masa lalunya apakah memiliki pajanan/ faktor
risiko atau tidak.
Prinsip Desain Studi Analitik
Observasional
Assess Known
Case -control study exposure outcome
Known Assess
Prospective cohort exposure outcome
Known Assess
Retrospective cohort exposure outcome
Contoh: Penelitian ingin mengetahui Hubungan
ASI Eksklusif dengan Diare pada Anak 1-3 tahun
• Bila menggunakan desain cross sectional, maka dalam
satu waktu peneliti mengumpulkan data semua anak
berusia 1-3 tahun dan ditanyakan apakah mendapat
ASI eksklusif dan berapa frekuensi diare selama ini
secara bersamaan.
Hanafiah, J., Amri amir. 2009. Etika Kedokteran dan Hukum\Kesehatan (4th ed). Jakarta: EGC.
Berbuat baik (beneficence) Tidak berbuat yang merugikan
(nonmaleficence)
• Selain menghormati martabat manusia,
dokter juga harus mengusahakan agar • Praktik Kedokteran haruslah memilih
pasien yang dirawatnya terjaga keadaan pengobatan yang paling kecil risikonya dan
kesehatannya (patient welfare). paling besar manfaatnya. Pernyataan kuno:
• Pengertian ”berbuat baik” diartikan first, do no harm, tetap berlaku dan harus
bersikap ramah atau menolong, lebih diikuti.
dari sekedar memenuhi kewajiban.
Keadilan (justice)
Menghormati martabat manusia (respect
• Perbedaan kedudukan sosial, tingkat
for person) / Autonomy ekonomi, pandangan politik, agama dan
faham kepercayaan, kebangsaan dan
• Setiap individu (pasien) harus kewarganegaraan, status perkawinan,
diperlakukan sebagai manusia yang serta perbedaan jender tidak boleh dan
tidak dapat mengubah sikap dokter
memiliki otonomi (hak untuk menentukan terhadap pasiennya.
nasib diri sendiri), • Tidak ada pertimbangan lain selain
• Setiap manusia yang otonominya kesehatan pasien yang menjadi perhatian
berkurang atau hilang perlu mendapatkan utama dokter.
perlindungan. • Prinsip dasar ini juga mengakui adanya
kepentingan masyarakat sekitar pasien
yang harus dipertimbangkan
Beneficence
Kriteria
1. Mengutamakan altruism (menolong tanpa pamrih, rela berkorban untuk
kepentingan orang lain)
2. Menjamin nilai pokok harkat dan martabat manusia
3. Memandang pasien/keluarga sebagai sesuatu yang tak hanya menguntungkan dokter
Medical
Error
- Kesalahan nakes ADVERSE MALPRAKTIK
- Dapat dicegah Pasien cedera
EVENT
-Karena berbuat (commission)
-Karena tdk berbuat (ommision)
• Kondisi Potensial Cedera (KPC): kondisi yang sangat berpotensi untuk menimbulkan
cedera, tetapi belum terjadi insiden. Misalnya: ventilator di ICU rusak, tetapi belum ada
pasien yang membutuhkan ventilator.
• Kejadian Tidak Cedera (KTC): insiden yang sudah terpapar ke pasien, tetapi tidak timbul
cedera. Misalnya: pasien salah diberi obat, sudah terlanjur diminum pasien, tetapi tidak
muncul efek samping apapun.
• Kejadian Nyaris Cedera (KNC): Terjadinya insiden yang belum sampai terpapar ke pasien.
Misalnya: hendak salah memberikan obat tetapi diketahui sebelum terlanjur terjadi.
• Kejadian Tidak Diharapkan (KTD): Insiden yang mengakibatkan cedera pada pasien.
Misalnya: pasien jatuh dari tempat tidur karena penghalang tidak dipasang.
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG KESELAMATAN PASIEN
114. UKURAN MORBIDITAS PENYAKIT
DEFINISI RUMUS
Prevalence rate Jumlah seluruh kasus pada satu Jumlah seluruh kasus (kasus lama
periode tertentu, misalnya jumlah dan kasus baru)/ jumlah populasi
seluruh kasus hipertensi dari Januari- berisiko pada satu periode
Desember 2016. tertentu.
Ukuran Mortalitas Penyakit
UKURAN DEFINISI
Crude death rate/ angka angka kematian kasar atau jumlah seluruh kematian selama
kematian kasar satu tahun dibagi jumlah penduduk pada pertengahan tahun.
Case fatality rate persentase angka kematian oleh sebab penyakit tertentu,
untuk menentukan kegawatan/ keganasan penyakit tersebut.
Rumus: jumlah kematian/jumlah seluruh kasus x 100%.
Angka kematian ibu jumlah kematian ibu oleh sebab kehamilan/ melahirkan/ nifas
(sampai 42 hari post partum) per 100.000 kelahiran hidup.
Rumus: jumlah kematian ibu/jumlah kelahiran hidup x 100.000
Angka kematian bayi jumlah kematian bayi (umur <1tahun) per 1000 kelahiran
hidup. Rumus: jumlah kematian bayi/jumlah kelahiran hidup x
1000
115. PENENTUAN ANAK KANDUNG
• Melalui pemeriksaan fisik
– Dapat dilakukan dengan beberapa cara baik pemeriksaan fisik yang
melihat ciri – ciri fisik dari orang tuanya, misalnya warna rambut,
warna kornea, bentuk muka dan lainnya. Namun, pada pemeriksaan
fisik tidak dapat ditentukan secara pasti.
Medical
Error
PREVENTABLE
• Kesalahan nakes
Pasien cedera ADVERSE MALPRAKTIK
• Dapat dicegah
• Karena berbuat (commission) EVENT
• Karena tdk berbuat
(ommision)
Acceptable
Risk
menjunjung tinggi, menghayati dan ..wajib merujuk jika tidak setiap dokter harus memelihara
mengamalkan sumpah dokter (pasal mampu, atas persetujuan kesehatannya supaya dapat
1) pasien(pasal 14) bekerja dengan baik (pasal 20)
Seorang dokter wajib selalu setiap dokter wajib merahasiakan setiap dokter harus senantiasa
melakukan pengambilan keputusan segala sesuatu yang diketahuinya mengikuti perkembangan ilmu
profesional secara independen, dan tentang seorang pasien , bahkan pengetahuan dan teknologi
mempertahankan perilaku juga setelah pasien itu meninggal kedokteran/kesehatan (psl 21)
profesional dalam ukuran yang dunia (pasal 16)
tertinggi. (pasal 2) setiap dokter memperlakukan
setiap dokter wajib melakukan teman sejawat nya sebagaimana
dalam melakukan pekerjaannya pertolongan darurat sbg suatu ia sendiri ingin diperlakukan
seorang dokter tidak boleh tugas perikemanusiaan, kecuali (pasal 18)
dipengaruhi oleh sesuatu yang bila ia yakin ada orang lain
mengakibatkan hilangnya bersedia dan mampu
kebebasan & kemandirian profesi memberikannya (pasal 17)
(pasal 3)
• Accidental hanging
– Lebih banyak ditemukan pada anak-anak utamanya pada umur antara 6-12
tahun. Tidak ditemukan alasan untuk bunuh diri karena pada usia itu belum
ada tilikan dari anak untuk bunuh diri. Hal ini terjadi akibat kurangnya
pengawasan dari orang tua.
– Pada orang dewasa, bisa terjadi akibat pelampiasan nafsu seksual yang
menyimpang.
• Homicidal hanging
– Pembunuhan yang dilakukan dengan metode menggantung korban.
– Biasanya dilakukan bila korbannya anak-anak atau orang dewasa yang
kondisinya lemah baik oleh karena penyakit atau dibawah pengaruh obat,
alcohol, atau korban sedang tidur.
PENGGANTUNGAN ANTEMORTEM VS POSTMORTEM
NO PENGGANTUNGAN ANTEMORTEM PENGGANTUNGAN POSTMORTEM
Tanda jejas jeratan miring, berupa lingkaran Tanda jejas jeratan biasanya berbentuk lingkaran utuh
2 terputus (non-continuous) dan letaknya pada (continuous), agak sirkuler dan letaknya pada bagian
leher bagian atas leher tidak begitu tinggi
Simpul tali biasanya tunggal, terdapat pada Simpul tali biasanya lebih dari satu, diikatkan dengan
3
sisi leher kuat dan diletakkan pada bagian depan leher
Simpul tali, biasanya hanya satu simpul yang Simpul tali biasanya lebih dari satu pada bagian
3
letaknya pada bagian samping leher depan leher dan simpul tali tersebut terikat kuat
Tangan tidak dalam keadaan terikat, karena sulit Tangan yang dalam keadaan terikat mengarahkan dugaan pada
7
untuk gantung diri dalam keadaan tangan terikat kasus pembunuhan
Tanda-tanda perlawanan, tidak ditemukan pada Tanda-tanda perlawanan hampir selalu ada kecuali jika korban
10
kasus gantung diri sedang tidur, tidak sadar atau masih anak-anak.
124. VISUM ET REPERTUM (VER)
• VeR : keterangan yang dibuat oleh dokter atas permintaan penyidik yang
berwenang, mengenai hasil pemeriksaan medik, berdasarkan
keilmuannya dan dibawah sumpah, untuk kepentingan peradilan
• Pasal 133 KUHAP:
1. Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan menangani seorang
korban baik luka, keracunan, ataupun mati yang diduga karena
peristiwa yang merupakan tindak pidana, ia berwenang mengajukan
permintaan keterangan ahli kepada ahli kedokteran kehakiman atau
dokter dan atau ahli lainnya.
2. Permintaan keterangan ahli sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
dilakukan secara tertulis, yang dalam surat itu disebutkan dengan
tegas untuk pemeriksaan luka atau pemeriksaan mayat dan atau
pemeriksaan bedah mayat
• Permintaan bantuan kepada dokter sebagai ahli hanya dapat diajukan
secara tertulis dengan menyebutkan secara jelas jenis pemeriksaan yang
dikehendaki
• Pasal 7(1) butir h dan pasal 11 KUHAP : yang berwenang meminta
keterangan ahli → penyidik & penyidik pembantu
Pengantar Medikolegal, Budi Sampurna
Siapa Yang Berhak Membuat VER?
• Dalam pasal 133 KUHAP disebutkan: penyidik berwenang
untuk mengajukan permintaan keterangan ahli kepada ahli
kedokteran kehakiman atau dokter atau ahli lainnya.
• Wewenang penyidik
• Tertulis (resmi)
• Terhadap korban, bukan tersangka
• Ada dugaan akibat peristiwa pidana
• Bila mayat :
– Identitas pada label
– Jenis pemeriksaan yang diminta
– Ditujukan kepada : ahli kedokteran forensik / dokter di
rumah sakit