Anda di halaman 1dari 11

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini dilakukan dengan mengambil data sekunder pada pasien HIV/AIDS di
Rumah Sakit Umum Daerah Cengkareng pada bulan Januari 2013 hingga Desember 2014.
Data pasien yang digunakan adalah pasien AIDS yang berobat rawat inap di Rumah Sakit
Umum Daerah Cengkareng pada bulan Januari 2013 hingga Desember 2014. Pengambilan
sampel dilakukan dengan metode consecutive sampling, karena dari jumlah sampel yang
telah ditentukan dari bulan Januari tahun 2013 hingga Desember tahun 2014 hanya terdapat
68 sampel yang tersedia dan terdiagnosis AIDS di Rumah Sakit Umum Daerah Cengkareng

4.1. Karakteristik Demografi Pasien AIDS Di RSUD Cengkareng

Karakteristik pada pasien ini AIDS di RSUD Cengkareng tediri dari usia, jenis
kelamin, pendidikan, status pernikahan dan agama. Berikut gambaran pasien AIDS di RSUD
Cengkareng.

Tabel 4.1. karakteristik usia pasien AIDS di RSUD Cengkareng

Variabel Frekuensi (n=68) Persemtase(%)


Usia
Masa Balita 4 5,8
Masa Remaja Awal 2 2,9
Masa Remaja Akhir 8 11,8
Masa Dewasa Awal 38 55,9
Masa Dewasa Akhir 16 23,5

Distribusi usia pasien di RSUD Cengkareng berdasarkan Departemen Kesehatan


(DepKes) meliputi, masa balita (0-5 tahun) 4 pasien (5,9%), masa remaja awal (12-16 tahun)
2 pasien (2,9%), masa remaja akhir (17-25 tahun) 8 pasien (11,8%), masa dewasa awal (26-
35 tahun) 38 pasien (55,9%), masa dewasa akhir (36-45 tahun) 16 pasien (23,5%). Hal ini
sesuai dengan penelitian Olivia C Smibert dkk menyatakan kelompok usia masa dewasa (25-
34 tahun) dengan tingkat tertinggi terkena HIV/AIDS (53,5%), Arun Kumar Jha dkk di RS.
Lok Nayak, menyatakan kelompok usia 26-35 tahun sebanyak (64,94%). Dan hal ini terjadi
dikarenakan pada usia dewasa (26-35 tahun) adalah kelompok umur yang aktif secara
seksual.18,17

26
27

Tabel 4.2. Jenis kelamin pasien AIDS di RSUD Cengkareng

Kelamin Frekuensi (n=68) Persentase (%)

Laki-laki 44 64,7
Perempuan 24 35,3

Berdasarkan tabel diatas, pasien penelitian berjenis kelamin laki-laki sebesar 64,7%
dan perempuan sebesar 35,3 % sehingga pasien ini didominasi oleh laki laki yang nilainya di
atas 50%. Hal ini sesuai dengan penelitian Arun Kumar Jha dkk di RS. Lok Nayak yang
mendapatkan rasio HIV/AIDS antara laki-laki : perempuan sebesar 1.96: 1. Dan juga
menyatakan hasil yang sama dengan jenis kelamin laki-laki sebanyak 112 pasien (72.73%),
dan jenis kelamin perempuan sebanyak 42 pasien (27.27%)3. Anil Wanjari dkk di RS.
Acharya Vinoba Bhave mendapatkan 70 pasien laki-laki (70%) dan 30 pasien perempuan
(30%). Dominasi kasus laki-laki mungkin karena migrasi mereka ke kota-kota metropolitan
untuk mencari pekerjaan. Tinggal jauh dari pasangan mereka untuk waktu yang lebih lama
dan laki-laki menjadikan mereka berada pada risiko yang lebih besar untuk infeksi HIV.19,20

Tabel 4.3. Jenis Pendidikan terakhir pasien AIDS di RSUD Cengkareng

Pendidikan Frekuensi (n=49) Persentase (%)


Sekolah Dasar (SD) 2 2,9
Sekolah Menengah Pertama (SMP) 9 13,2
Sekolah Menengah Atas (SMA) 34 50,0
Perguruan Tinggi 2 2,9
Tidak Sekolah 2 2,9

Dari tabel diatas, distribusi pendidikan terakhir pada pasien meliputi, Sekolah Dasar
(SD) 2 pasien (2.9%), Sekolah Menengah Pertama (SMP) 9 pasien (13,2%), Sekolah
Menengah Atas (SMA) 34 pasien (50,0%), sarjana 2 pasien (2,9), tidak sekolah 2 (2,9%). 21
28

Tabel 4.4. Status Pernikahan Pasien AIDS di RSUD Cengkareng

Status pernikahan Frekuensi (n=64) Persentase (%)


Menikah 32 47,1
Belum Menikah 28 41,2
Pernah Menikah 4 5,9

Berdasarkan tabel di atas pasien AIDS di RSUD Cengkareng dengan status


pernikahan, menikah 32 pasien (47,1%), belum menikah 28 pasien (41,2%), pernah menikah
4 pasien (5,9%). Tetapi hasil yang berbeda ditunjukan oleh Samson B. Adebayo dkk
mengatakan pasien dengan status pernikahan, menikah (4,0%), pernah menikah (10,6%),
belum menikah (2,9%). Dan didukung oleh James K. kimani dkk23 mengatakan pasien
HIV/AIDS dengan status pernikahan, menikah 1697 pasien, pernah menikah 287 pasian,
belum menikah 733. Dalam hal ini disebabkan oleh, kondisi ekonomi yang memuncak, biaya
hidup yang tinggi dan kecenderungan tinggi menghubungkan orang –orang yang sebelumnya
menikah menjadi bercerai yang dianggap negatif. Namun, perbedaan hasil ini terjadi
mungkin karena jumlah subjek yang kurang mencukupi karena waktu pengambilan data yang
minim atau sesaat dengan segala keterbatasan penelitian, sehingga kurang menggambarkan
pola distribusi jenis kelamin seperti pada umumnya.22,23

Tabel 4.5. Agama pasien AIDS di RSUD Cengkareng

Agama Frekuensi (n=68) Persentase (%)


Islam 40 58,8
Budha 8 11,8
Protestan 9 13,2
Kristen 1 1,5
Katolik 3 4,4
Tidak ada data 7 10,3

Tabel di atas menjelaskan bahwa pasien AIDS yang beragama islam 40 pasien
(58,8%), Budha 8 pasien(10,8), Protestan 9 pasien (13,2%), Kristen 1 pasien (1,5%), Katolik
3 pasien (3,4%), tidak ada data 7 pasien(10,3%).
29

4.2 Karakteristik Gejala Awal Pada Pasien AIDS Di RSUD Cengkareng

Tabel 4.6. Karakteristik Gejala Awal pada pasien AIDS

Variabel Megha Antwal dkk24 Peneliti


N=289 N=68
Batuk dengan Sputum
Iya 51 (17,6%) 40 (58,8%)
Tidak 238(82,4%) 28(41,2%)

Diare
Iya 19 (6,6%) 21 (30,9%)
Tidak 270(93,4%) 47(69,1%)

Demam
Iya 82 (28,4%) 33 (48,5%)
Tidak 207(71,6%) 35(51,5%)

Muntah
Iya 10 (3,5%) 23 (33,8%)
Tidak 279(96,5%) 45(66,2%)

Nafsu Makan
Turun 61 (21,1%) 25 (36,8%)
Tidak Turun 228(78,9%) 43(63,2%)

Dari tabel di atas menunjukan gejala awal pasien AIDS di RSUD Cengkareng, yang
mengalami batuk dengan sputum sebanyak 40 pasien (58,8%), diare 21 pasien (30,9%),
demam 33 pasien (48,5%), muntah 23 pasien (33,8%), nafsu makan turun 25 pasien (36,8%).
Hal yang serupa juga di katakan oleh Megha Antwal dkk, diare 19 pasien (6,6%), muntah 10
pasien (3,5%), demam 82 pasien (28,4%), muntah 10(3,5%), nafsu makan 61(21,1%).24
30

4.3. Karakteristik Indek Masa Tubuh pasien AIDS di RSUD Cengkareng

Grafik 1. Karakteristik Indek Masa Tubuh pasien AIDS38

30

25 24
I 22
20
20
M
15
T
10

5
2

0
Underweight Normal Overweight Tidak ada data

Diketahui bahwa Indek masa Tubuh (IMT) dari 44 pasien yang mengalami
underweight sebanyak 22 pasien (32,4%), sedangkan pasieng dengan IMT normal sebanyak
20 pasien (29,4%), overweight sebanyak 2 pasien (2,9%). Hal ini juga ditemukan dalam
penelitian yang dilakukan oleh Nancy dkk. Sebaran pasien HIV yang mempunyai berat badan
kurang (underweight) juga lebih tinggi dibandingkan pasien HIV yang mempunyai berat
badan normal maupun berlebih.25
Indeks Massa Tubuh (IMT) yang kurang telah disebutkan sebagai penanda
independen progresivitas HIV dan berhubungan dengan penurunan kadar CD4. Peningkatan
IMT juga mempunyai hubungan tingkat toleransi yang baik dari terapi, peningkatan kadar
CD4, dan kontrol viral load HIV yang baik. Namun, hubungan sebab dan akibat antara IMT
yang rendah dengan penurunan kadar CD4 atau tingginya viral load masih belum diketahui
secara jelas.26
31

4.4. Karakteristik Kebiasaan pasien AIDS di RSUD Cengkareng

Tabel 4.7. Kebiasaan yang dilakukan pasien AIDS di RSUD Cengkareng

Variabel Frekuensi (n=68) Persentase (%)


Minum Alkohol

ya
9 13,2
tidak
54 79,4

Merokok

Ya
15 22,1
Tidak
53 77,9

Tabel di atas menunjukan pasien yang merokok 53 pasien (77,9%), dan minum
alkohol 9 pasien (13,2%). Sebanyak 50-70% dari orang yang terinfeksi HIV adalah perokok
saat ini. Bukti kuat mengenai risiko merokok untuk orang yang hidup dengan HIV mendesak
dimasukkannya merokok protokol pengobatan dalam model kontemporer perawatan HIV.
Namun kendati tumbuh kesadaran akan masalah ini, orang yang hidup dengan HIV tidak
sedang efektif diobati untuk penggunaan tembakau. Untuk lebih memahami faktor dan
menentukan arah untuk intervensi berbasis dibuktikan, faktor yang terkait dengan perilaku
merokok di kalangan orang yang hidup dengan HIV diperiksa. Individu yang memiliki
riwayat pernah mabuk alkohol mengalami prevalensi HIV/AIDS dua kali lipat dari mereka
yang tidak memiliki riwayat mabuk, 10% dibandingkan 5%. Dari 2374 pasien, 8% yang
terinfeksi HIV, 57% memiliki riwayat pernah meminum alkohol. Karena dengan meminum
alkohol dapat meningkatkan aktifitas untuk berhubungan seksual tanpa menggunakan
kondom.27,28
32

4.5. Pemeriksaan Laboratorium Hemoglobin Pasien AIDS Di RSUD Cengkareng

Grafik 2. Hasil Laboratorium Hemoglobin.38

60

H 50
E
M
40
O
G
L 30
anemia
O normal
B 20
I
N 10
(%)
0
laki-laki perempuan

Pada pemeriksaan laboratorium pada pasien AIDS di RSUD Cengkareng, dengan


jumlah hemoglobin pada laki laki didapatkan, anemia 38 pasien (55,9%), normal 2 (2,9%),
tidak ada data 28 pasien (41,2%). Sedangkan pada perempuan, anemia 20 pasien (29,4%),
normal 1 pasien (1,5%), tidak ada data 47 pasien (69,1%). Pasien HIV/AIDS menderita
anemia lebih tinggi dari pada normal dengan jumlah anemia ringan 58,2 % dan anemia berat
1,4%. Pasien HIV/AIDS yang mengalami anemia sebanyak, anemia ringan 64% dan anemia
berat 1,5%. Penyebab anemia adalah HIV, karena dapat menyebabkan penghambatan
langsung dan tidak langsung hidup dari Hematopoic Progenitor Cells (HPCs), diferansiasi
pelemahan eritrosit, HIV dapat menyebabkan pengaruh pada sel- sel stroma dengan sitokin
disregulasi, auto antibodi untuk EPO dan eritrosit29,.30,31
33

4.6. Pemeriksaan SGOT Dan SGPT Pasien AIDS Di RSUD Cengkareng.

Tabel 4.8. Hasil Pemeriksaan Laboratorium SGOT dan SGPT.40


Variabel Frekuensi (n=68) Persentase (%)
SGOT
Normal 20 29,4
Meningkat 31 45,6
Tidak ada data 17 25,0

SGPT
Normal 34 50,0
Meningkat 17 25,0
Tidak ada data 17 25,0

Pada tabel pemeriksaan laboratorium pada pasien dengan nilai SGOT, normal 20
pasien (29,4%), meningkat 31 pasien (45,6%), tidak ada data 17 pasien (25,0%). SGPT,
normal 34 pasien (50,0%), meningkat 17 pasien (25,0%), tidak ada data 17 pasien (25,0%).
Shazia M Ahsan, Preeti R Mehta menyatakan dalam penyelitiannya sebanyak 19/200
mengalami abnormalitas SGOT and SGPT, 7/200 menunjukkan gambaran abnormal hepar
melalui sonografi. Sebanyak 7 subyek positif HBsAg mempunyai nilai SGOT/SGPT normal
dan pemeriksaan sonografi hepar yang normal.32

4.7. Pemeriksaan Rapid Test anti HIV 1 dan 2 di RSUD Cengkareng

Tabel 4.9. Hasil pemeriksaan Rapid Test anti HIV 1 dan 2


Variabel Frekuensi (n=68) Persentase (%)
Reaktif 68 100,0

Dari tabel dapat diketahui pemeriksaan anti HIV 1 dan 2 pada semua pasien di
dapatkan hasil yang reaktif sebanyak 68 pasien(100%).
34

4.8. Pemeriksaan CD4 Absolut pada pasien AIDS di RSUD Cengkareng

Tabel 4.10. Hasil pemeriksaan laboratorium CD4 Absolut


Variabel Frekuensi (n=68) Persentase (%)
CD4 absolut
50-200 cell/mm3 14 20,6
<50 cell/mm 3
33 48,6
Tidak ada data 21 30,9
Total 68 100,0

Dari tabel di atas menjelaskan pada pemeriksaan CD4 absolut pada pasien AIDS di
RSUD cengkareng di dapatkan CD4 absolut 50-200 cell/mm3 sebanyak 14 pasien
(20,6%),<50 cell/mm3 sebanyak 33 pasien (48,6%). Pasien HIV/AIDS dengan nilai CD4
absolut 350-500 cell/mm3 sebanyak 578 dari 3301 pasien (17,5%), <350 cell/mm3 sebanyak
2723 dari 3301 pasien (82,5%), <200 cell/mm3 sebanyak 1712 dari 3301 pasien (51,9%) dan
<50 cell/mm3 sebanyak 522 dari 3301 pasien (15,8%).33
AIDS merupakan stadium terakhir dari infeksi HIV yang akan terjadi apabila sistem
imun tubuh seorang individu sangat rusak dan akan mengakibatkan invididu tersebut lebih
rentan terjangkit infeksi sekunder. Penegakkan diagnosis AIDS dilakukan jika jumlah CD4
kurang dari 200 sel/mm3. Selain itu, diagnosis AIDS juga dapat ditegakkan apabila seorang
individu dengan HIV positif terjangkit satu atau lebih infeksi opportunistik.
4.9 Karakteristik Komplikasi pasien AIDS di RSUD Cengkareng

Tabel 4.11. Karakteristik Komplikasi pasien AIDS

Variabel Frekuensi (n) Persentase (%)


Tuberculosis 30 44,1
Anemia 10 14,7
Hipokalemi 5 7,4
Sepsis 6 8,8
Pneumonia 8 11,8
Asidosis Metabolik 1 1,5
Infeksi Virus 1 1,5
35

Penyakit HIV/AIDS meningkat angka kejadia TB, juga morbiditas dan mortalitasnya,
HIV dan infeksi mikobakterium tuberkulosis saling memperburuk perkembangan pasien.
Pertumbuhan penduduk didunia, menyebabkan masyarakat mayoritas tinggal di perkotaan.
Kepadatan penduduk kota dan faktor ekonomi serta lingkungan, berhubungan langsung
terhadap penyakit TB.34,35
Pada tabel di atas menunjukan adanya komplikasi pasien AIDS di RSUD Cengkareng
dengan, tuberkulosis 30 pasien (44,1%), anemia 10 pasien (14,7%), hipokalemi 5 pasien
(7,4%), sepsis 6 pasien (8,8%), pneumonia 8 pasien (11,8%), asidosis metabolik 1 orang
(1,5%), infeksi virus 1 pasien (1,5%), dari 68 pasien.
4.10. Pemberian Antiretroviral di RSUD Cengkareng

Tabel 4.12. pemberian jenis antiretroviral di RSUD Cengkareng

Variabel Frekuensi (n=68) Persemtase(%)


Antiretroviral

Coviro 9 13,2

Efavirens 20 29,4

Staviral 9 13,2

Tenofovir 4 5,9

Neviral 1 1,5

Duviral 2 2,9

Pemberian jenis obat antiretroviral di RSUD Cengkareng didapatkan jenis efavirens


sebanyak 20 (29,4%), coviro sebanyak 9 (13,2%), staviral sebanyak 9 (13,2%), tenofavir
sebanyak 4 (5,9), duviral sebanyak 2 (2,9%) dan neviral sebanyak 1 (1,5%).
36

4.11. Angka Mortalitas pada pasien AIDS di RSUD Cengkareng

Diagram 1. Angka Mortalitas pasien AIDS di RSUD Cengkareng

Angka Mortalitas

10.30%

89.70%

tidak meninggal meninggal


Diagram 1 dapat dilihat bahwa dari 68 pasien yang dirawat, sebanyak 7 pasien (10,3%)
meninggal dunia, sebanyak 61 pasien (89,7%) hidup. Pada pasien AIDS di RSUD
Cengkareng yang meninggal dunia dikarenakan memiliki komplikasi seperti, sepsis,
pneumoni, hipokalemi, asidosis metabolik, tuberkulosis. Angka kematian pasien HIV usia
dewasa berisiko 15 kali lebih tinggi dari orang dewasa yang sehat. Penyakit HIV/AIDS sering
dikaitkan pada hampir setengah dari kematian di usia 15-44 tahun. Pada tingkat global,
diperkirakan angka kematian HIV/AIDS di dunia tahun 2013 sebanyak 1-3 juta kematian.36,37

Anda mungkin juga menyukai