1. Putus obat (drop out) pada pasien kusta (morbus hansen) apabila :
Pada pasien kusta tipe PB yang tidak minum obat sebanyak 4 dosis dari seharusnya
( pengobatan 6 dosis yang diselesaikan dalam 6-9 bulan).
Pada pasien kusta tipe MB yang tidak minum obat sebanyak 12 dosis dari seharusnya
( pengobatan 24 dosis yang diselesaikan dalam waktu maksimal 36 bulan).
2. Kelainan pada sifilis stadium II
Kelainan pada kulit sifilis stadium II:
Roseola sifilitika: akan menghilang dalam beberapa hari/minggu dan meninggalkan
bercak hipopigmentasi (leukoderma sifilitikum): seluruh tubuh juga telapak tangan dan
kaki
Leukoderma koli (colar of venus): Leher
Korona venerik : dahi, sudut mulut, ketiak, dibawah mamme, alat genital
Kondilomata lata: lipat paha, skrotum, vulva, perianal, dibawah mamme dan antara jari
kaki.
Chancer redux: Infiltrasi dan reindurasi pada afek primer.
Bentuk lain pada kulit: sifilis variseliformis, sifilis impetiginosa, ektima sifilitikum,
rupia sifilitika, sifilis ostrasea.
Kelainan pada mukosa sifilis stadium II:
angina sifilitika eritomatosa: tenggorok
plaque musqeuses (mucous pacth)
Kelainan pada rambut sifilis stadium II:
alopesia difusa (dini)
alopesia areolaris (lanjut)
Kelainan pada kuku sifilis stadium II:
onikia sifilitika
paronikia sifilitika
Kelainan pada organ lain sifilis stadium II:
KGB : umumnya seluruh KGB superfisial membesar
Mata : uveitis anterior, Korido-retinitis
Hepar : hepatitis
Tulang : periostitis
Saraf : Peninggian sel dan protein LCS
5. Perbedaan Ulkus antara Ulkus durum, Ulkus mole, Herpes Genitalis dan Limfogranuloma
venerum (LGV)
Perbedaan Ulkus durum Ulkus mole Herpes Limfogranuloma
Genitalis venerum (LGV)
DEFINISI
Suatu penyakit autoimun menahun yang menimbulkan peradangan dan bisa menyerang
berbagai organ tubuh, termasuk kulit, persendian dan organ dalam.
pada setiap penderita, peradangan akan mengenai jaringan dan organ yang berbeda. beratnya
penyakit bervariasi mulai dari penyakit yang ringan sampai penyakit yang menimbulkan kecacatan,
tergantung dari jumlah dan jenis antibodi yang muncul dan organ yang terkena.
PENYEBAB
Penyebab dari lupus tidak diketahui, tetapi diduga melibatkan faktor lingkungan dan
keturunan, beberapa faktor lingkungan yang dapat memicu timbulnya lupus:
infeksi
antibiotik (terutama golongan sulfa dan penisilin)
sinar ultraviolet
stres yang berlebihan
obat-obatan tertentu
hormon
GEJALA
o Penderita lupus mengalami nyeri persendian dan kebanyakan menderita artritis. persendian yang
sering terkena adalah persendian pada jari tangan, tangan, pergelangan tangan dan lutut.
kematian jaringan pada tulang panggul dan bahu sering merupakan penyebab dari nyeri di daerah
tersebut.
o 50% penderita ditemukan ruam kupu-kupu pada tulang pipi dan pangkal hidung. ruam ini
biasanya akan semakin memburuk jika terkena sinar matahari. ruam yang lebih tersebar bisa
timbul di bagian tubuh lain yang terpapar oleh sinar matahari.
o sebagian besar penderita menunjukkan adanya penimbunan protein di dalam sel-sel ginjal, tetapi
hanya 50% yang menderita nefritis lupus (peradangan ginjal yang menetap).
pada akhirnya bisa terjadi gagal ginjal sehingga penderita perlu menjalani dialisa atau
pencangkokkan ginjal.
o kelainan saraf ditemukan pada 25% penderita lupus. yang paling sering ditemukan adalah
disfungsi mental yang sifatnya ringan, tetapi kelainan bisa terjadi pada bagian manapun dari otak,
korda spinalis maupun sistem saraf. kejang, psikosa, sindroma otak organik dan sakit kepala
merupakan beberapa kelainan sistem saraf yang bisa terjadi.
o kelainan darah bisa ditemukan pada 85% penderita lupus. bisa terbentuk bekuan darah di dalam
vena maupun arteri, yang bisa menyebabkan stroke dan emboli paru. jumlah trombosit berkurang
dan tubuh membentuk antibodi yang melawan faktor pembekuan darah, yang bisa menyebabkan
perdarahan yang berarti. seringkali terjadi anemia akibat penyakit menahun.
o peradangan berbagai bagian jantung bisa terjadi, seperti perikarditis, endokarditis maupun
miokarditis. nyeri dada dan aritmia bisa terjadi sebagai akibat dari keadaan tersebut.
o pada lupus bisa terjadi pleurisi (peradangan selaput paru) dan efusi pleura (penimbunan
cairan antara paru dan pembungkusnya). akibat dari keadaan tersebut sering timbul nyeri dada dan
sesak nafas.
DIAGNOSA
diagnosis lupus ditegakkan berdasarkan ditemukannya 4 dari 11 gejala lupus yang khas, yaitu:
1. ruam kupu-kupu pada wajah (pipi dan pangkal hidung)
2. ruam pada kulit
3. luka pada mulut (biasanya tidak menimbulkan nyeri)
4. cairan di sekitar paru-paru, jantung, dan organ lainnya
5. artritis (artritis non-erosif yang melibatkan 2 atau bebearpa sendi perifer, dimana tulang di
sekitar persendian tidak mengalami kerusakan)
6. kelainan fungsi ginjal
- kadar protein dalam air kemih >0,5 mg/hari atau +++
- adanya elemen abnormal dalam air kemih yang berasal dari sel darah merah/putih
maupuan sel tubulus ginjal
7. fotosensitivitas (peka terhadap sinar matahari, menyebabkan pembentukan atau semakin
memburuknya ruam kulit)
8. kelainan fungsi saraf atau otak (kejang atau psikosa)
9. hasil pemeriksaan darah positif untuk antibodi antinuklear
10. kelainan imunologis (hasil positif pada tes anti-dna rantai ganda, tes anti-sm, tes antibodi
antifosfolipid; hasil positif palsu untuk tes sifilis)
11. kelainan darah
- anemia hemolitik atau
- leukopenia (jumlah leukosit <4000 sel/mm³) atau
- limfopenia (jumlah limfosit < 1500 sel/mm³) atau
- trombositopenia (jumlah trombosit <100.000/ mm³).
PENGOBATAN
Jika gejala lupus disebabkan karena obat, maka menghentikan penggunaan obat bisa
menyembuhkannya, walaupun diperlukan waktu berbulan-bulan. penyakit yang ringan (ruam,
sakit kepala, demam, artritis, pleurisi, perikarditis) hanya memerlukan sedikit pengobatan.
Untuk mengatasi artritis dan pleurisi diberikan obat anti peradangan non-steroid. untuk
mengatasi ruam kulit digunakan krim kortikosteroid. untuk gejala kulit dan artritis kadang
digunakan obat anti malaria (hidroksiklorokuin). jika penderita sangat sensitif terhadap sinar
matahari, sebaiknya pada saat bepergian menggunakan tabir surya, pakaian panjang ataupun
kacamata.
penyakit yang berat atau membahayakan jiwa penderitanya (anemia hemolitik, penyakit jantung
atau paru yang meluas, penyakit ginjal, penyakit sistem saraf pusat) seringkali perlu ditangani
oleh ahlinya.
Untuk mengendalikan berbagai manifestasi dari penyakit yang berat mungkin bisa diberikan
kortikosteroid atau obat penekan sistem kekebalan. beberapa ahli memberikan obat sitotoksik
(obat yang menghambat pertumbuhan sel) pada penderita yang tidak memberikan respon yang
baik terhadap kortikosteroid atau yang tergantung kepada kortikosteroid dosis tinggi.
PROGNOSIS
Beberapa tahun terakhir ini prognosis penderita lupus semakin membaik, banyak
penderita yang menunjukkan penyakit yang ringan. Wanita penderita lupus yang hamil dapat
bertahan dengan aman sampai melahirkan bayi yang normal, tidak ditemukan penyakit ginjal
ataupun jantung yang berat dan penyakitnya dapat dikendalikan. Angka harapan hidup 10 tahun
meningkat sampai 85%. prognosis yang paling buruk ditemukan pada penderita yang
mengalami kelainan otak, paru-paru, jantung dan ginjal yang berat.
6
4. Gardnerella vaginalis merupakan bentuk apa?
Gardnerella adalah genus dari gram-variable bacteria di mana Gardnerella vaginalis merupakan
salah satu spesiesnya. Gardnerella vaginalis da[at menyebabkan vaginosis bakterial pada
beberapa wanita.
Satu klasifikasi dengan spesies Haemophilus, G. vaginalis berbentuk kecil, sirkular, konveks,
gray colonies pada agar coklat, dan juga berkembang pada agar HBT. Medium selektif untuk G.
vaginalis adalah colistin-oxolinic acid blood agar.
Di bawah mikroskop terlihat gambaran batang gram negatif, kadangkala berhungan dengan clue
cell, yaitu sel epitel yang dikelilingi bakteri.7
5. Human Papiloma Virus (HPV) termasuk dalam grup virus mana?
Human Papiloma Virus merupakan famili dari Papovaviridae grup I. Merupakan jenis virus DNA
yang menyerang kulit dan membran mukosa pada manusia. Hampir 130 tipe HPV telah
diidentifikasi. Sekitar 30-40 tipe dari HPV diketahui berhubungan dengan penularan kontak
seksual dan menginfeksi daerah anogenital. Beberapa jenis dari penularan HPV ini menyebabkan
kutil genital.8
ENDERMOLOGI
Endermologi adalah teknik yang efektif dan tidak berisiko untuk mengontrol selulit dan
pembentukan tubuh kembali. Dihasilkan dengan alat - alat yang bernilai seni, Cellu M6, teknik
endermologi memanipulasi struktur kulit dengan kombinasi dengan pemutaran dan aspirasi.
Proses ini menstrukturisasi ulang lapisan penghubung kulit, menstrimulasi darah dan cairan
tubuh serta mengurangi toxin di dalam tubuh. Dengan memicu proses normal tubuh untuk
mengurangi kelebihan lemak, endermologi secara intensif menghasilkan kulit yang halus dan tubuh
yang langsing, bentuk tubuh yang lebih indah.
Pada tingkat epidermik, endermologi melakukan exfoliasi dengan mengurangi kematian sel
dan menghasilkan kulit yang alami. Karena manfaat yang beragam inilah, endermologi juga dapat
digunakan sebagai terapi anti penuaan. Endermologi juga digunakan untuk membersihkan hasil
operasi dan solusi yang ideal dalam mengurangi kerutan dan memperbaiki penampilan.
Pada waktu yang bersamaan, jaringan secara lengkap diatur kembali melalui evakuasi air dari
molekul dan melepaskannya bersama dengan serat elastis. Perawatan setelah perawatan, fibroblast-
jaringan yang terhubung dari sel induk akan dirangsang, mengarah kepada kolagen yang
diperbaharui. Hal ini diubah menjadi cutaneous dan peremajaan kembali jaringan. Memperhatikan
setiap bagian tubuh, teknik ini akan meningkatkan mekanisme pembersihan tubuh, membersihkan
lingkungan terdalam yang terdapat pada kehalusan tubuh. Praktek saat pengobatan, endermogym
secara aktif maupun pasif merangsang otot, memberinya gizi yang baik dan membentuk tubuh
seperti yang diinginkan.
Diperlukan 14 kali terapi dengan lamanya tiap kali terapi sekitar 35 menit. Disarankan
melakukan terapi seminggu dua kali, sehingga dijadwalkan terapi selama 7 minggu.
Tugas ujian dr. Hendratno Ganda, Sp.KK
1. NSGI pada wanita terdapat di mana saja?
Infeksi yang paling sering terjadi pada wanita yaitu serviks, vagina, kelenjar bartholin dan
uretra.1
2. Uretritis non spesifik disebabkan oleh chlamidia serotype apa?
Infeksi Chlamidya trachomatis merupakan penyebab Uretritis Non Spesifik (UNS) terbanyak
dibanding dengan organisme lain. Dari berbagai studi dilaporkan bahwa 30 - 60 % dari penderita
UNS dapat diisolasi C. trachomatis. Chlamidia trachomatis penyebab UNS adalah serovar D
sampai K.2
3. Pemeriksaan yang dilakukan untuk mendapatkan clue cell?
-
Sediaan basah NaCl 0,9%, clue cell positif bila 25% dari epitel yang ditemukan
permukaannya di tutupi oleh bakteri.3
3
-
Pengecatan gram, terlihat clue cell dengan campuran flora dari gram positif, gram negative,
dan batang.3
3
4
4. Klasifikasi parasit?
- Helmintologi
Nematoda (Enterobius vermicularis, Wuchereria bancrofti)
Trematoda
Cestoda (Pseudophyllidae, Sparganosis, Cyclophylidae)
- Protozoologi
Rhizopoda (Entamoeba histolytica, Entamoeba coli)
Ciliata (Balantidium coli)
Mastigophra (Giardia lamblia, Trichomonas, Leishmania, Trypanosoma)
Sporozoa (Toxoplasma gondii, parasit malaria)
- Entomologi (Antropoda)
5. Antraks?
Antraks atau anthrax adalah penyakit menular akut yang disebabkan bakteria Bacillus anthracis
dan sangat mematikan dalam bentuknya yang paling ganas.5
5
Kepustakaan
1. Daili SF. Infeksi Genital Nonspesifik dalam: Buku Ajar Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin edisi
ketiga. Balai Penerbit FKUI. Jakarta, 2000
1 FTU = 0,5 gr
40, 5 FTU = 20,25 gr
1.Kelembaban merupakan konsentrasi uap air di udara. Kosentrasi air di uddara tingkat permukaan
laut dapat mencapai pada suhu 30oC dan tidak melebihi 0,5 % pada 0 oC (32o F). Kelembaban
absolut merupakan massa dari uap air pada volume tertentu campuran udara atau gas (g/m 3). Jamur
terjadi sesuai iklimnya dengan kelembaban tinggi.Dalam keadaan tertentu,misal kulit berkeringat,
jamur akan membuat kulit jadi berubah warna bisa menjadi hipo dan hiperpigmentasi.
Sumber : Anonymous. Kelembaban
2. Ketokonazol 2% krim mengandung ketokonazol 20 mg. Isi tube bisa 5 gr atau 10 gr.
Harga tube 5 gr krim : Rp.7.000,-
Pada kasus ini, berdasarkan perhitungan FTU:
Wajah dan leher : 2,5 FTU
Lengan kanan luar dan dalam kanan : 3 FTU
Lengan kiri : 0,75 FTU
Tungkai atas dan bawah kanan : 3 FTU
Tungkai kiri : 1,5 FTU
- Kombinasi obat ini diberikan sampai 24 bulan (sampai pada pemeriksan klinis
dan laboratoris dinyatakan sembuh)
- Bila klinis tidak ada keaktifan baru selama RFT, maka dinyatakan bebas dari
pengamatan atau disebut Release From Control (RFC).
b) Penatalaksanaan Morbus Hansen type TT(1,2)
- Rifamfisin 600 mg setiap bulan
- Kombinasi obat ini diberikan sampai 9 bulan (sampai pada pemeriksan klinis dan
laboratoris dinyatakan sembuh)
- Bila klinis tidak ada keaktifan baru selama RFT, maka dinyatakan bebas dari
pengamatan atau disebut Release From Control (RFC).
o Kultur :
Untuk identifikasi, dua macam media yang dapat digunakan yaitu
media transport (misalnya media stuart dan media transgrow),
media pertumbuhan (media Thayer Martin)
o Tes Definitif :
Tes oksidasi : Pada koloni tersangka gonokokus ditambahkan
reagen oksidasi yang mengandung larutan tetrametil-p-
fenilendiamin, semua Neisseria memberi reaksi positif dengan
perubahan warna koloni yang semula bening berubah menjadi
merah muda sampai merah lembayung.
Tes fermentasi : jika tes oksidasi positif dilanjutkan dengan tes
fermentasi menggunakan glukosa, maltosa, sukrosa dan laktosa.
o Tes Iodometri :
Untuk mengetahui apakah gonore disebabkan oleh galur Neisseria
Gonore Penghasil Penisilane (NGPP)
Khusus :
Pengobatan yang dianjurkan adalah obat dengan dosis tunggal, seperti :
- Ceftriaxon 125 mg i.m single dose
- Cefotaxime 500 mg i.m single dose
- Ceftizoxime 500 mg i.m single dose
- Spectinomycine 2 gr i.i single dose
- Cefixime 400 mg oral single dose
- Azitrhomycin 2 g oral single dose
- Cefuroxime axetil 1 g oral single dose
- Kuinolon per oral single dose
o Ofloksasin 400 mg
o Siprofloksasin 250-500 mg
o Norfloksasin 800 mg
Evaluasi pengobatan
Yang perlu diperhatikan dalam evalusi adalah :
- Gejala klinis tidak ditemukan
- Pemeriksaan laboratorium hasil (-)
Pemeriksaan Gram
Tes Definitif
Uretritis Gonore
Tes Iodometri
Terapi
Penderita
Penatalaksaan umum :
1. Makan mkananan yang mempunyai nilai gizi yang baik. Nutrisi penting sekali dalam
penatalaksanaan penderita HIV & AIDS, karena selain mendorong perubahan ke
arah perbaikan juga berperan untuk menekan progresivitas AIDS. Nutrisi tinggi
kalori tinggi protein (makronutrien) mutlak diperlukan, dan masih perlu didukung
mikronutrien maupun antioksidan.
2. Dukungan psikososial dan dukungan agama
3. Edukasi kesehatan dan pemeriksaan klinis dan laboratories secara regular
4. Menjaga kebersihan diri dan lingkungan
5. Istirahat yang cukup
Penatalaksanaan Khusus
a) Terapi Antiretroviral (ARV)
Obat ARV terdiri dari beberapa golongan seperti nucleoside reverse trnnscriptase
inhibitor, nucleotide reverse transcriptase inhibitor, nonnucleoside reverse
transcriptase inhibitor, dan inhibitor protease. Tidak semua ARV yang ada telah
tersedia di Indonesia.
Waktu memulai terapi ARV harus dipertimbangkan dengan seksama karena obat ARV
akan diberikan dalam jangka panjang. Obat ARV direkomendasikan pada semua pasien
yang telah menunjukkan gejala yang termasuk dalam kriteria diagnosis AIDS ,atau
menunjukkan gejala yang sangat berat, tanpa melihat jumlah limfosit CD4+. Obat ini
juga direkomendasikan pada pasien asimptomatik dengan limfosit CD4+ kurang dari
200 sel/mm3. Pasien asimptomatik dengan limfosit CD4+ 200-350 sel/mm 3 dapat
ditawarkan untuk memulai terapi. Pada pasien asimptomatik dengan limfosit CD4+ lebih
dari 350 sel/mm3 dan viral load lebih dari 100.000 kopi/ml terapi ARV dapat dimulai,
namun dapat pula ditunda. Terapi ARV tidak dianjurkan dimulai pada pasien dengan
limfosit CD4+ lebih dari 350 sel/mm3dan viral load kurang dari 100.000 kopi/ml
Saat ini regimen pengobatan ARV yang dianjurkan WHO adalah kombinasi dari 3 obat
ARV Terdapat beberapa regimen yang dapat dipergunakan, dengan keunggulan dan
kerugiannya masing-masing. Kombinasi obat antiretroviral lini pertama yang umumnya
digunakan di Indonesia adalah kombinasi zidovudin (ZDV)/lamivudin (3TC), dengan
nevirapin (NVP)
b) Obat imunomodulator
Imunomodulator yang dikombinasikan bersama obat antivirus, diperkirakan memberi
hasil yang lebih baik, tetapi belum cukup efektif. Obat-obatan yang sedang dalam
penelitian efektivitasnya masih diperdebatkan, adalah:
Limfokin : interferon gama dan alfa, interleukin-2, tumor necrosis factor serta
lymphokine inducers
Human granulocyte colony stimulating factor
Transplantasi sumsum tulang
Imunisasi pasif, misalnya dengan antibodi p24
Imunisasi aktif dengan HIV hidup yang dijinakkan
Levamisole, yaitu obat cacing yang mampu merangsang fungsi makrofag dan
melepaskan interferon.
c) Obat infeksi oportunistik
Dalam hal ini pemilihan dan penggunaan antimikroba dan anti jamur disesuaikan
dengan mikroorganisme penyebab infeksi oportunistik serta jenis infeksi
oportunistik yang manifes. Antimikroba dan anti jamur yang diberikan juga perlu
mempertimbangkan potensi interaksi dengan ARV.
Obat Antimikroba
Bila penderita mengalami infeksi sekunder termasuk sepsis sehingga ada
indikasi pemberian antibiotika, maka pemilihan antibiotika perlu
memperhatikan beberapa hal berikut :
1. Mengingat penderita berada dalam kondisi infeksi berat dan status
imunokompromise. Hampir semua mikroorganisme potensial tumbuh-
kembang untuk menyerang tubuh, maka dipilih antibiotika yang
bermanfaat untuk mengeliminasi bakteri gram positif, gram negatif, serta
anaerob.
2. Antibiotika yang dipilih sebaiknya yang mempunyai potensi endotoxin
release minimal untuk menghindari terjadinya induksi dan sekresi sitokin
proinflamatori yaitu IL- 1~, IL-6, dan TNF-a secara berlebihan dan
berdampak negatif terhadap penderita.
3. Perlu juga mempertimbangkan kemungkinan terjadinya interaksi obat
terutama dengan ARV.
Obat Antijamur
Itrakonazol merupakan azole terpilih terutama untuk infeksi jamur endemik, juga
digunakan untuk infeksi yang disebabkan oleh beberapa infeksi jamur oportunistik dan
beberapa infeksi jamur superfisial. Karena absopsi yang kurang baik pada kapsul
itrakonasol, maka penggunaan secara oral digunakan bentuk suspensi atau pemberian
secara intravena.
Obat Antivirus
Kelainan akibat virus herpes simplek maupun varisela-zoster kro nik dapat dito-
long dengan asiklovir i.v. selama 5-10 hari, kemudian dilanjutkan dengan obat
oral. Sebagian besar penderita sembuh dari gejala-gejala selama 2 bulan setelah
menggunakan asiklovir sistemik. Namun pada beberapa penderita AIDS, infeksi
virus herpes simplek maupun varisela-zoster akan rekurens bila pengobatan
dengan asiklovir dihentikan.
d) Pengobatan Keganasan
Seperti halnya keganasan lain, tetapi sarkoma Kaposi akan lebih efektif bila diobati
dalam keadaan baru dan besarnya terbatas. Radiasi, kemoterapi dan imunomodulator
interferon telah dicoba, yang sebenarnya lebih ditujukan untuk memperpanjang masa
hidup, sehingga lama terapi sulit ditentukan mortalitas AIDS, dengan angka sekitar 90%.
Evaluasi Pengobatan
Pemantauan jumlah sel CD4 di dalam darah merupakan indikator yang dapat
dipercaya untuk memantau beratnya kerusakan kekebalan tubuh akibat HIV, dan
memudahkan kita untuk mengambil keputusan memberikan pengobatan ARV. Jika
tidak terdapat sarana pemeriksaan CD4, maka jumlah CD4 dapat diperkirakan dari
jumlah limfosit total yang sudah dapat dikerjakan di banyak laboratorium pada
umumnya.
Predileksi badan, lengan atas bagian proksimal, paha atas, sehingga seperti
pakaian
renang wanita jaman dahulu.
d) Gambaran klinis Skabies
(10)
Simptom - Pruritus nokturna
- Penyakit ini menyerang manusia secara berkelompok
Sign - Ditemukan terowongan (kanikulus) pada tempat-tempat predileksi
dengan
ujungnya ditemukan papul atau vesikel.
Predileksi biasanya tempat dengan stratum korneum yang tipis, yaitu : sela-sela jari
tangan, pergelangan tangan bagian volar, siku bagian luar, lipatan ketiak
bagian depan, areola mamae (wanita), umbilikus, bokung, genetalia
eksterna (pria), perut bagian bawah. Pada bayi dapat menyerang telpak
tangan dan telapak kaki
Daftar Pustaka
1. Dali Amirudin, Zainal Hakim, Emil Darwis. Diagnosis Penyakit Kusta. Dalam :
KUSTA, editor Sjamsoe, Daili, Emmy S, dkk. Surabaya,
Tugas Dr. Robiana M Noor, Sp. KK
1. Diagnosis banding pada penyakit yang didahului gejala batuk, demam, kemudian timbul erupsi
pada kulit selain Dermatitis Alergika?
Measles/ Rubeola
Measles adalah penyakit virua yang sangat menular yang disebabkan oleh paramyxovirus, umum
terjadi pada anak-anak tetapi juga terjadi pada segala usia dengan penurunan imun. Virus masuk ke
traktus respiratorius melalui droplet nuclei, berkembang biak dalam sel epitel, dan menyebar ke
seluruh system retikuloendotelial, menghasilkan hyperplasia limfoid. Erupsi kulit biasanya diawali
oleh coryza, limfadenitis servikal, bercak koplik, konjungtivitis palpebrae, fotofobia, mialgia,
malaise, batuk, dan demam yang semakin tinggi. Ruam khas terdiri dari lesi
makulopapularbgeneralisata yang pada awalnya terpisah tetapi kemudian berkelompok, dimulai dari
belakang telinga dan pada wajah dan berkembang cepat ke batang tubuh fan ekstremitas.
Gambaran tanda dan gejala pada measles adalah sebagai berikut:
Hari 0 – 1 : Mulai masa prodormal
Hari 2 – 3 : Muncul bercak koplik
Hari 4 -5 : Timbul ruam morbiliformis
Hari 6 : Bercak Koplik spots berkurang
Hari 7 – 8 : Ruam semakin hebat
Hari 10 : Ruam mulai berkurang
1. Salep 24 mengandung asam salisilai 2% dan sulfur 4% (asam salisilat 0,6 + sulfur
presitatum 1,2 g)
Salep 310 mengandung sulfur 3% dan asam salisilat 1% (asam salisilat 0,3 + sulfur
presitatum 0,9 g)
Hifa Pseudohifa
Berasal dari bahasa Yunani; hyphe = jaring Sel benang yang terjadi dari pembentukan
1. Satu filamen atau benang yang blastokonidia, tanpa hubungan sitoplasmik
membentuk miselium fungi hifa sejati, terlihat pada beberapa kapang
2. Pertumbuhan keluar cabang-cabang
filamen diproduksi oleh bakteri tertentu
(misal actinomyces) Madang membentuk
miselium.
Spora Blatospora
Berasal dari bahasa Yunani; benih. Spora yang dibentuk dengan pembentukan
Unsur reproduktif dihasilkan secara seksual tunas seperti pada ragi
atau aseksual. Satu organisme tingkat rendah
seperti protozoa, jamur, alga dll
Referensi:
Strachan DD. Urticaria, Chronic. 2005. (online). Available at: http://www. emedicine.com
Referensi:
Egan ME, Lipsky MS. Diagnosis of Vaginitis. American Family Physician 2000. (online).
Available at: http://www. AAFP.com
4. Kelainan kuku pada sifilis?
Kelainan kuku pada sifilis stadium II disebut Onikia Sifilitika, yaitu warna kuku berubah
menjadi putih, kabur, rapuh, bagian distal lempeng kuku menjadi hiperkeratotik sehingga kuku
terangkat.
Referensi:
Djuanda A. Ilmu penyakit Kulit Kelamin. FKUI Jakarta, 2002
- Herpes simpleks di Lidah : menunjukkan ulkus/perlukaan yang tidak begitu dalam dengan
jaringan parut menetap.
- Stomatis pada kulit sudut mulut : Foto menunjukkan angular kheilosis suatu radang pada
sudut mulut karena infeksi kandida. Kandidiasis merupakan infeksi jamur superfisial yang
paling sering pada ODHA. Hampir semua ODHA pernah mengalami kandidiasis selama
masa sakitnya. seringkali terjadi pada awal penurunan CD4 atau penurunan imunitas.
- Kandidiasis orofaring : Infeksi kandida pada permukaan mukosa rongga mulut, umumnya
tampak sebagai selaput putih dan mengeluarkan eksudat berwarna kekuning pada lidah dan
daerah posterior orofaring.
- Kandidiasis esophagus (endoskopi) : Pemerikasaan endoskopi ini mengambarkan
pseudomembran yang tebal pada mukosa esophagus dan menyebabkan disfagia (kesulitan
menelan) atau odinofagia (nyei pada waktu menelan).
- Dermatitis seboroik : Suatu kelainan kulit di sekitar mulut dan lekukan nasolabial berwarna
merah, eritematus dan menyerupai dermatitis. Kelaianan itu dapat meluas ke seluruh kepala
atau kadang-kadang seluruh tubuh, sangat gatal dan kadang bernanah. Sulit dibedakan
dengan psoriasis. Sering dijumpai pada ODHA dan semakin berat bila keadaan
imunosupresi semakin berat.
- Sindrom Stevens Johnson : Menunjukkan steven Johnson pada ODHA yang alergi ko-
trimoksasol. Disamping erosi mukosa juga terdpat purpuric maculae, Demam dan kelelahan
umum juga terjadi pada pasien.
- Oral hairy leukoplakia : Keadaan ini terdapat pada 25% ODHA dan disebabkan oleh virus
Epstein Barr. Berupa lesi putih pada bagian lateral lidah dan kadang-kadang meluas ke
sekitarnya. Karena mirip bentuknya seringkali disalah tafsirkan sebagai kandidiasis.
Perbedaannya adalah kelainan ini tidak dapat dihilangkan dengan mengeroknya, Oral hairy
leukoplakia dapat sembuh spontan 25-50 % kasus.
- Sifilis : Luka (ulkus mole) pada batang penis karena sifilis. Biasanya sifilis disertai
limfadenopati unilateral atau menyeluruh. Perlu tes serologis untuk membuktikannya dan
sifilis pada ODHA cepat berkembang menjadi neurtosifilis.
- Herpes simpleks di tepi anus : Herpes Simpleks mulai muncul bila CD4 menurun sering
terdapt di daerah genital dan perianal. Kelainan Kulit berwarna kemerahan sangat nyeri dan
cenderung berulang . Bila ODHA menderita lesi perianal, yang nyeri dan sulit sembuh harus
selalu difikirkan diagnosis herpes simpleks.
- Penisiliosis : Menunjukkan lesi papulonekrotik pada wajah ODHA tampak pula lesi papular
Pencillin marnefei. Lesi ini biasanya disertai demam, hepatosplenomegali, limfadenopati
menyeluruh, anemia, trombositopenia.
- Psoriasis : Kelainan ditandai oleh plak kemerahan dikitari oleh sisik keperakan dalam
berbagai ukuran. Psoriasis dapat sangat berat pada ODHA dan sulit diobati.
- Scabies : Skabies (gudig, kudis) berkusta merupakan OI yang sering menyerang ODHA.
Disebabkan kutu Sarcoptes scabiei, , penyakit ini menghasilkan lesi kemerahan, sangat
gatal, semula muncul dalam bentuk ruam makular yang sering dikira sebagai ruam karena
alergi obat. Kemudiandi ikuti oleh plak hiperkeratosis.
Referensi:
Kelompok Kerja HIV-AIDS (POKJA AIDS). Gambaran Klinis Infeksi HIV-AIDS. RS Penyakit
Infeksi Prof. Dr. Sulianti Saroso Jakarta, 2007
Referensi:
Coffey S, Peiperl L. Lamivudine (Epivir), Zidovudin (retovir). October 31, 2006
7. Apabila keadaan pasien bagus dan dari hasil pemeriksaan memiliki nilai VDRL 1/1024 dan nilai
TPHA 1/10254, apa yang dapat dinilai?
Uji Veneral Disease Research Laboratory (VDRL) adalah uji non spesifik yang mengukur
antibodi kardiolipin, yang juga disebut sebagai antibodi nontreponema dalam serum. Antibodi
ini dibentuk sebagai respon terhadap perubahan-perubahan pada sel mamalia akibat infeksi oleh
Treponema pallidum.
Untuk memperlihatkan perubahan yang bermakna dalam aktivitas antibodi, uji nontreponema
harus memperlihatkan perubahan titer empat kali lipat, ekivalen dengan perubahan dua
pengenceran (misalnya dari 1:16 menjadi 1:4 atau dari 1:32 menjadi 1:8) yang menunjukkan
respon terhadap pengobatan apabila menurun atau kekambuhan apabila meningkat. Salah satu
kekurangan dari uji ini adalah tidak reaktif pada sekitar 25% individu dengan sifilis primer,
laten, lanjut, dan tersier, dan angka memiliki positif palsu hingga 20%.
Pada TPHA diperoleh nilai 1/10254 sehingga hasil sifilis positif (+).
Hasil
Positif palsu biologik dapat terjadi pada sejumlah penyakit antara lain penyakit virus akut,
malaria, kusta, keganasan, AIDS, dan penyalahgunaan obat terlarang
Tugas Ujian
Penguji : Dr. Hendratno Ganda, Sp. KK
Referensi:
Strachan DD. Urticaria, Chronic. 2005. (online). Available at: http://www. emedicine.com
12. Cara penularan trikomonas vaginalis, bacterial vaginalis, candidiasis, skabies, dan pediculosis
pubis pada gadis?
Lingkungan vagina normal terdiri dari Lactobacillus acidophilus dan flora endogen lainnya,
estrogen, glicogen, pH vagina dan produk metabolik dari flora normal dan patogen.
L. acidophilus memproduksi hydrogen peroxide, yang bersifat toksik pada organisme pathogen
dan menjaga pH vagina antra 3.8 and 4.2. Vaginitis pada gadis (wanita virgin) dapat terjadi
karena flora normal vagina telah berubah karena organisme patogen dan perubahan pada
lingkungan vagina yang membuat organisme patogen dapat berkembangbiak.
Antibiotik, semprotan air (mencuci vagina), stress dan hormon dapat mengubah lingkungan
normal vagina sehingga menyebabkan organisme pathogen dapat tumbuh.
Pada bacterial vaginalis, diyakini bahwa terjadi penurunan produksi hydrogen peroxide
sehingga terjadi perubahan pH vagina dan pertumbuhan flora normal tertekan. G. vaginalis, M.
hominis dan spesies Mobiluncus yang merupakan penyebab bakterial vaginosis memproduksi
amin, yang meningkatkan pH vagina dan menyebabkan pengelupasan sel epitel vagina.
Perubahan pada lingkungan vagina seperti perubahan level estrogen dan progesterone serta level
glikogen dapat mempertinggi jumlah Candida albicans sehingga dapat terjadi candidiosis.
Pada pasien dengan trikomoniasis, perubahan level estrogen dan progesteron, dapat
meningkatkan pH vagina dan level glikogen, dapat meningkatkan pertumbuhan dan virulensi
Tricomonas vaginalis.
Skabies dan pediculosis pubis : perantaraan kontak tidak langsung misalnya alat mandi
Referensi:
Egan ME, Lipsky MS. Diagnosis of Vaginitis. American Family Physician 2000. (online).
Available at: http://www. AAFP.com
Referensi:
Coffey S, Peiperl L. Lamivudine (Epivir), Zidovudin (retovir). October 31, 2006
16. Apabila keadaan pasien bagus dan dari hasil pemeriksaan memiliki nilai VDRL 1/1024 dan nilai
TPHA 1/10254, apa yang dapat dinilai?
Uji Veneral Disease Research Laboratory (VDRL) adalah uji non spesifik yang mengukur
antibodi kardiolipin, yang juga disebut sebagai antibodi nontreponema dalam serum. Antibodi
ini dibentuk sebagai respon terhadap perubahan-perubahan pada sel mamalia akibat infeksi oleh
Treponema pallidum.
Untuk memperlihatkan perubahan yang bermakna dalam aktivitas antibodi, uji nontreponema harus
memperlihatkan perubahan titer empat kali lipat, ekivalen dengan perubahan dua pengenceran
(misalnya dari 1:16 menjadi 1:4 atau dari 1:32 menjadi 1:8) yang menunjukkan respon terhadap
pengobatan apabila menurun atau kekambuhan apabila meningkat. Salah satu kekurangan dari uji
ini adalah tidak reaktif pada sekitar 25% individu dengan sifilis primer, laten, lanjut, dan tersier, dan
angka memiliki positif palsu hingga 20%. Setelah dilakukan uji treponemal diperoleh nilai 1/10254
sehingga hasil dapat sifilis dinyatakan positif (+). Jika hasil laboratorium tidak sesuia dengan klinis,
maka tes tersebut perlu diulangi, karena mungkin terjadi kesalahan teknis, kalau perlu di
laboratorium lain. Namun jika hasil laboratorium tetap sama, kemungkinan pasien berada pada fase
laten, tetapi infeksi masih ada dan aktif, sehingga sebelum sembuh (titer VDRL dan TPHA
menurun) pada pasien diusahakan tidak/ dilarang bersenggama, mitra seksual diobati, pengobatan
sifilis tetap dimulai sedini mungkin.
.
Tugas Ujian
Penguji : Dr. Hendratno Ganda, Sp. KK
Referensi:
1. Rubeiz N. Tinea. 2004. (online). Available at: http://www. emedicine.com
2. Neal MJ. At A Glance Farmakologi Medis. Edisi Kelima. Erlangga Jakarta, 2006
Referensi:
1. Koalisi untuk Indonesia Sehat. Iklim Hambat RPJM, Penyakit Alergis dan Infeksi
Meningkat. 2008. (online). Available at: http:// www.google.com
2. DermNet NZ. Prurigo nodularis (nodular prurigo). (online). Available at: http://www.
google.com
3. Djuanda A. Ilmu penyakit Kulit Kelamin. FKUI Jakarta, 2002
Referensi
Djuanda A. Ilmu penyakit Kulit Kelamin. FKUI Jakarta, 2002
4. Drug of Choice Pioderma?
Penicillin G benzathine dengan dosis dewasa 600,000-1.2 juta Unit IM
Referensi:
Davis L. Ecthyma. 2007. (online). Available at: http://www. emedicine.com
Referensi
Djuanda A. Ilmu penyakit Kulit Kelamin. FKUI Jakarta, 2002
Terapinya:
Isoniazid 5 – 10 mg/kgBB oral dosis tunggal
Rifampisin 10 mg/kgBB oral dosis tunggal
Pirazinamid 20 – 35 mg/kgBB oral dosis terbagi
Etambutol Bulan I & II 25 mg/kgBB, berikutnya 15mg/kgBB oral dosis tunggal
Streptomisin 25 mg/kgBB injeksi
Tahap awal (intensif) dan Tahap lanjutan 2HRZE/ 4 H3R3
Referensi
Djuanda A. Ilmu penyakit Kulit Kelamin. FKUI Jakarta, 2002
7. Bagaimana terapi yang tepat pada penderita lepra yang alergi terhadap DDS (diamino difenil
sulfon)?
Pengobatan dengan DDS distop dan diganti dengan rejiman seperti tabel di bawah:
Rifampisin Klofazimin
Dewasa 600 mg/bulan, diawasi 50 mg/hari dan 300mg/ bulan, diawasi
Anak (10-14 450 mg/bulan, diawasi 50 mg selang sehari dan 150 mg/bulan,
tahun) diawasi
Referensi:
Rahmat H, Amiruddin MD, Hakim Z, Darwis ER, Sjamsoe S, Daili ESS, dkk. Program
Pemberantasan Penyakit Kusta di Indonesia. Jakarta, 2004
Tugas Ujian
Penguji : Dr. Hendratno Ganda, Sp. KK
Referensi:
Dorland WA Newman. Kamus Kedokteran Dorland. Edisi 29. EGC Jakarta, 2002
2. Penyakit kulit oleh karena kekurangan vitamin?
Kekurangan Vitamin B12 : Dermatitis Seboroik
Vitamin B6 : Dermatitis Seboroik
Niasin : Pelagra
Vitamin A : Hiperkeratosis folikularis
Referensi:
Siregar RS. Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit. EGC Jakarta, 2005
Murray RK. Biokimia Harper. EGC Jakarta, 1999
Referensi:
Siregar RS. Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit. EGC Jakarta, 2005
Referensi:
Klein PA. Stevens-Johnson Syndrome and Toxic Epidermal Necrolysis. 2006. (online).
Available at: http://www. emedicine.com
Referensi:
Garra GP. Toxic Epidermal Necrolysis. 2005. (online). Available at: http://www. emedicine.com
Kim JH. Staphylococcal Scalded Skin Syndrome. 2007. (online). Available at: http://www.
emedicine.com
Parrillo SJ. Stevens-Johnson Syndrome. 2007. (online). Available at: http://www.
emedicine.com
6. Pengertian Zoonosis?
Suatu penyakit hewan yang dapat ditularkan pada manusia dalam kondisi-kondisi alamiah
. Referensi:
Dorland WA Newman. Kamus Kedokteran Dorland. Edisi 29. EGC Jakarta, 2002
Referensi:
Schwartz RA. Strongyloidiasis. 2006. (online). Available at: http://www. emedicine.com
Referensi:
Gandahusada S, Ilahude HD, Pribadi W. Parasitologi Kedokteran. Edisi ketiga. FKUI Jakarta,
2004
Referensi:
Dorland WA Newman. Kamus Kedokteran Dorland. Edisi 29. EGC Jakarta, 2002
Tugas Ujian
Penguji : Dr. Hendratno Ganda, Sp. KK
3. Area Seboroik?
Jawab:
1. Kepala : kulit kepala, telinga bagian luar, saluran telinga depan, kulit belakang telinga.
2. Wajah : Dahi, alis, kelopak, glabella, pipi, hidung, lipatan nasolabial, dagu
3. Badan bagian atas : Daerah sternal, interskapula, areola mamae
4. Lipatan kulit : Ketiak, lipatan bawah mamae, umbilicus, lipatan paha, anogenital.
Referensi:
Djuanda A. Ilmu penyakit Kulit Kelamin. FKUI Jakarta, 2002
Referensi:
1. Healthcare. Griseofulvin. 2008. (online). Available at: http://www. dechacare.com
2. Diktat Farmakologi/ Terapi II. FK UNLAM Banjarmasin, 2005
Referensi:
Koalisi untuk Indonesia Sehat. Iklim Hambat RPJM, Penyakit Alergis dan Infeksi Meningkat.
2008. (online). Available at: http:// www.google.com
Lesi pada prurigo biasanya berkelompok dan banyak tetapi dapat bervariasi dari 2 – 200 buah.
Biasanya diawali dari lengan bawah dan tungkai, dan dapat memburuk timbul pada tempat lain
seperti badan, wajah bahkan telapak tangan dan kaki, pada keadaan imunitas yang menurun.
Alasan dari terbentuknya lesi prurigo yang meluas, inflamasi dan peningkatan aktivitas nervus
pada kulit masih belum diketahui. Hal ini kemungkinan dapat diakibatkan selain reaksi gigitan
serangga, juga dihubungkan dengan penyakit interna seperti anemia defisiensi besi, gagal ginjal
kronik, gluten enteropathy, infeksi HIV atau kondisi lainnya.
Referensi:
DermNet NZ. Prurigo nodularis (nodular prurigo). (online). Available at: http://www.
google.com
Tugas Ujian
Penguji : Dr. Hendratno Ganda, Sp. KK
Referensi:
Strachan DD. Urticaria, Chronic. 2005. (online). Available at: http://www. emedicine.com
20. Cara penularan trikomonas vaginalis, bacterial vaginalis, candidiasis, skabies, dan pediculosis
pubis pada gadis?
Lingkungan vagina normal terdiri dari Lactobacillus acidophilus dan flora endogen lainnya,
estrogen, glicogen, pH vagina dan produk metabolik dari flora normal dan patogen.
L. acidophilus memproduksi hydrogen peroxide, yang bersifat toksik pada organisme pathogen
dan menjaga pH vagina antra 3.8 and 4.2. Vaginitis pada gadis (wanita virgin) dapat terjadi
karena flora normal vagina telah berubah karena organisme patogen dan perubahan pada
lingkungan vagina yang membuat organisme patogen dapat berkembangbiak.
Antibiotik, semprotan air (mencuci vagina), stress dan hormon dapat mengubah lingkungan
normal vagina sehingga menyebabkan organisme pathogen dapat tumbuh.
Pada bacterial vaginalis, diyakini bahwa terjadi penurunan produksi hydrogen peroxide
sehingga terjadi perubahan pH vagina dan pertumbuhan flora normal tertekan. G. vaginalis, M.
hominis dan spesies Mobiluncus yang merupakan penyebab bakterial vaginosis memproduksi
amin, yang meningkatkan pH vagina dan menyebabkan pengelupasan sel epitel vagina.
Perubahan pada lingkungan vagina seperti perubahan level estrogen dan progesterone serta level
glikogen dapat mempertinggi jumlah Candida albicans sehingga dapat terjadi candidiosis.
Pada pasien dengan trikomoniasis, perubahan level estrogen dan progesteron, dapat
meningkatkan pH vagina dan level glikogen, dapat meningkatkan pertumbuhan dan virulensi
Tricomonas vaginalis.
Skabies dan pediculosis pubis : perantaraan kontak tidak langsung misalnya alat mandi
Referensi:
Egan ME, Lipsky MS. Diagnosis of Vaginitis. American Family Physician 2000. (online).
Available at: http://www. AAFP.com
Referensi:
Coffey S, Peiperl L. Lamivudine (Epivir), Zidovudin (retovir). October 31, 2006
24. Apabila keadaan pasien bagus dan dari hasil pemeriksaan memiliki nilai VDRL 1/1024 dan nilai
TPHA 1/10254, apa yang dapat dinilai?
Uji Veneral Disease Research Laboratory (VDRL) adalah uji non spesifik yang mengukur
antibodi kardiolipin, yang juga disebut sebagai antibodi nontreponema dalam serum. Antibodi
ini dibentuk sebagai respon terhadap perubahan-perubahan pada sel mamalia akibat infeksi oleh
Treponema pallidum.
Untuk memperlihatkan perubahan yang bermakna dalam aktivitas antibodi, uji nontreponema
harus memperlihatkan perubahan titer empat kali lipat, ekivalen dengan perubahan dua
pengenceran (misalnya dari 1:16 menjadi 1:4 atau dari 1:32 menjadi 1:8) yang menunjukkan
respon terhadap pengobatan apabila menurun atau kekambuhan apabila meningkat. Salah satu
kekurangan dari uji ini adalah tidak reaktif pada sekitar 25% individu dengan sifilis primer,
laten, lanjut, dan tersier, dan angka memiliki positif palsu hingga 20%. Setelah dilakukan uji
treponemal diperoleh nilai 1/10254 sehingga hasil dapat sifilis dinyatakan positif (+). Jika hasil
laboratorium tidak sesuai dengan klinis, maka tes tersebut perlu diulangi, karena mungkin
terjadi kesalahan teknis, kalau perlu di laboratorium lain. Namun jika hasil laboratorium tetap
sama, kemungkinan pasien berada pada fase laten, tetapi infeksi masih ada dan aktif, sehingga
sebelum sembuh (titer VDRL dan TPHA menurun) pada pasien diusahakan tidak/ dilarang
bersenggama, mitra seksual diobati, pengobatan sifilis tetap dimulai sedini mungkin.
Referensi:
Djuanda A. Ilmu penyakit Kulit Kelamin. FKUI Jakarta, 2002
Price, S. et al. 2005. Patofisiologi Edisi 6. EGC. Jakarta
Tugas Ujian
Penguji : Dr. Hendratno Ganda, Sp. KK
Referensi:
3. Rubeiz N. Tinea. 2004. (online). Available at: http://www. emedicine.com
4. Neal MJ. At A Glance Farmakologi Medis. Edisi Kelima. Erlangga Jakarta, 2006
Referensi:
4. Koalisi untuk Indonesia Sehat. Iklim Hambat RPJM, Penyakit Alergis dan Infeksi
Meningkat. 2008. (online). Available at: http:// www.google.com
5. DermNet NZ. Prurigo nodularis (nodular prurigo). (online). Available at: http://www.
google.com
6. Djuanda A. Ilmu penyakit Kulit Kelamin. FKUI Jakarta, 2002
Referensi
Djuanda A. Ilmu penyakit Kulit Kelamin. FKUI Jakarta, 2002
Referensi:
Davis L. Ecthyma. 2007. (online). Available at: http://www. emedicine.com
Referensi
Djuanda A. Ilmu penyakit Kulit Kelamin. FKUI Jakarta, 2002
Terapinya:
Isoniazid 5 – 10 mg/kgBB oral dosis tunggal
Rifampisin 10 mg/kgBB oral dosis tunggal
Pirazinamid 20 – 35 mg/kgBB oral dosis terbagi
Etambutol Bulan I & II 25 mg/kgBB, berikutnya 15mg/kgBB oral dosis tunggal
Streptomisin 25 mg/kgBB injeksi
Tahap awal (intensif) dan Tahap lanjutan 2HRZE/ 4 H3R3
Referensi
Djuanda A. Ilmu penyakit Kulit Kelamin. FKUI Jakarta, 2002
8. Bagaimana terapi yang tepat pada penderita lepra yang alergi terhadap DDS (diamino difenil
sulfon)?
Pengobatan dengan DDS distop dan diganti dengan rejiman seperti tabel di bawah:
Rifampisin Klofazimin
Dewasa 600 mg/bulan, diawasi 50 mg/hari dan 300mg/ bulan, diawasi
Anak (10-14 450 mg/bulan, diawasi 50 mg selang sehari dan 150 mg/bulan,
tahun) diawasi
Referensi:
Rahmat H, Amiruddin MD, Hakim Z, Darwis ER, Sjamsoe S, Daili ESS, dkk. Program
Pemberantasan Penyakit Kusta di Indonesia. Jakarta, 2004
2. Hipopigmentasi pada tina versicolor terjadi karena jamur mensintesis acid dicarboxylle dari
jaringan lemak tubuh yang dapat menghambat tyrosinase atau melanocyte cytotoxicity