Anda di halaman 1dari 57

Tugas Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin

Pembimbing : dr. Hendratno Ganda, Sp.KK

1. Perbedaan antara Pemfigus Vulgaris, Pemfigoid Bulosa, Dermatitis Herpetiformis, dan


Epidermolisis Bulosa Herediter
Perbedaan Pemfigus Pemfigoid Dermatitis Epidermolisis
Vulgaris Bulosa Herpetiformis Bulosa Herediter
Definisi Penyakit kulit Penyakit kulit Penyakit kulit Penyakit bulosa
autoimun berbula autoimun kronik yang kronik kronik yang
kronik menyerang yang ditandai residif, ruam diturunkan autosom,
kulit dan bula bersifat dapat timbul
membran mukosa subepidermal polymorph spontan atau karena
terutama vesikel trauma
Etiologi Autoimun Disangka Belum jelas genetik autosom
autoimun (resesif/dominan)
Usia 30-60 tahun Biasanya usia Anak/Dewasa terutama bayi
tua
Keluhan Biasanya tidak Biasanya tidak sangat gatal Biasanya tidak gatal
gatal gatal
Kelainan Bula berdinding Bula Vesikel Bula biasanya
kulit kendur subepidermal berkelompok jernih, kadang
Krusta bertahan besar & berdinding hemoragik
lama berdinding tegang
tegang
Tanda + - - -
Nikolski
Tempat Generalisata Perut, lengan Simetrik: Tempat yang mudah
predileksi fleksor, lipat tengkuk, bahu, mengalami trauma:
paha, tungkai lipat ketiak tangan, kaki,
medial, lengan posterior, bokong, skapula,
ekstensor, sakrum, bokong muka,oksiput, siku
dan lutut
Kelainan 60% 10-40% Jarang Biasanya ada
mukosa
mulut
Histopatologi Bula Celah ditaut Celah Bula terletak di atas
intraepidermal dermoepidermal subepidermal, atau dibawah
Akantolisis , bula di terutama stratum basal
subepidermal neutrofil
terutama
eosinofil
Imuno- Ig G dan C3 di Ig G seperti pita Ig A granular di Antigen di taut
fluoresensi epidermis di membran papila dermis dermoepidermal
basal dapat menentukan
klasifikasi EB
Enteropati - - + -
Peka gluten - - + -
HLA - - B8, DQw2 -
Terapi Kortikosteroid Kortikosteroid DDS Pengobatan ideal &
(prednison 60-150 (prednison 40- (diaminodifenils memuaskan belum
mg/hari) 60 mg/hari) ulfon) 200-300 ada
mg/hari Topikal:
kortikosteroid
Antibiotik (bila ada
infeksi sekunder)
Konseling genetik
2. Phthiriasis Pubis merupakan infeksi rambut di daerah pubis dan sekitarnya oleh parasit
yakni Phthirius pubis. Dahulu Pediculus dianggap Phthirius pubis maka itu juga dinamakan
Pediculus pubis. Tetapi ternyata morfologi keduanya berbeda, Phthirius pubis lebih kecil dan
lebih pipih.

3. Perbedaan antara psoriasis dan parapsoriasis


Perbedaan Psoriasis Parapsoriasis
Definisi Penyakit autoimun kronik Penyakit kronik, belum
residif dengan gejala eritem diketahui penyebabnya
& skuama yang khas
Faktor pencetus 1. Stess psikis -
2. Fokal infeksi terutama
Streptococcus
3. Trauma
4. Faktor endokrin
5. Gejala metabolik
6. Obat
Keluhan Gatal ringan Tidak disertai keluhan
Patogenesis Pembentukan epidermis Berkembang perlahan-lahan
lebih cepat (3-4 hari),
normal 27 hari
Genetik
Predileksi Daerah terbuka& mudah Badan, ekstrimitas
trauma (kepala, siku, lutut,
ekstremitas ekstensor,
lumbosakral)
Klinis Plak eritematosa merah P. Gutata eritem dan
salmon skuama papul miliar
Skuama tebal, P. variegata eritem dan
transparan, berlapis seperti skuama bergaris spt zebra
mika P. en plaques
Fenomena tetesan lilin gambarannya tak khas,
Fenomena Autspitz makula eritem ukuran ±2,5
Fenomena Koebner cm

Terapi Sistemik: Tidak ada obat pilihan


Kortikosteroid
Sitostatika metotreksat
Levodopa
DDS
Etretinat
Siklosporin
Topikal:
Preparat ter, kortikosteroid,
ditranol, pengobatan dengan
penyinaran, Calcipotriol
PUVA

4. Perbedaan antara Herpes Zoster Sakralis dan Herpes genitalis


Perbedaan Herpes Zoster Sakralis Herpes genitalis
Definisi Penyakit infeksi akut, Merupakan infeksi akut pada
disebabkan oleh virus, genitalia dengan gejala khas berupa
biasanya mengenai orang vesikel dengan dasar yang eritem
dewasa. Ditandai oleh dan bersifat rekuren
adanya vesikel
berkelompok di atas dasar
eritem, mengenai dermatom
tertentu pada sisi badan
disertai rasa nyeri, terbakar,
atau rasa gatal
Etiologi Virus Varicella Zoster Virus Herpes Simplek (VHS) tipe 1
- Ditularkan aerogen dan atau tipe 2
merupakan reaktivasi virus
setelah menderita varicella
Predileksi Dapat menyerang kulit dan Laki-laki: Preputium, gland penis,
mukosa batang penis
- Unilateral dan sesuai Wanita: Labium mayor, labium
dengan dermatome minor, introitus vagina, kadang
- HZ Sakralis : Anus dan servik uteri Tak mengikuti
genital dermatom kulit
Klinis Didahului gejala prodormal Vesikel berkelompok diatas dasar
terutama mialgia eritem di tempat predileksi
Eritem edem papula
Vesikel berkelompok
diatas dasar eritem
Vesikula jernih
purulen,bila pecah krusta
Diagnosis Vesikel berkelompok diatas Vesikel berkelompok diatas dasar
dasar eritem sesuai eritem
dermatom Lab: Tes Tzank, tampak sel raksasa
Tes Tzank dengan sediaan berinti banyak dan badan inklusi
hapus yang diwarnai berwarna merah di dalam inti sel
giemsa: didapatkan sel datia
berinti banyak,
Histologi: sel balon, badan
inklusi (Lipschutz)
Dermis: serbukan limfosit
& dilatasi pembuluh darah
Terapi Umum: Isolasi, istirahat, Umum: hindari pencetus
diet tinggi kalori tinggi Topikal: kompres, imunomodulator,
protein antibiotik, krim asiklovir
Khusus Sistemik: Antiviral:asiklovir
Topikal: bedak salisil Antibiotik (bila ditemukan infeksi
Sistemik: sekunder)
Antiviral:
Simtomatik+analgetik
Antibiotik (bila ditemukan
infeksi sekunder)

Tugas Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin


Pembimbing : dr. Robiana M. Noor, Sp.KK

1. Putus obat (drop out) pada pasien kusta (morbus hansen) apabila :
 Pada pasien kusta tipe PB yang tidak minum obat sebanyak 4 dosis dari seharusnya
( pengobatan 6 dosis yang diselesaikan dalam 6-9 bulan).
 Pada pasien kusta tipe MB yang tidak minum obat sebanyak 12 dosis dari seharusnya
( pengobatan 24 dosis yang diselesaikan dalam waktu maksimal 36 bulan).
2. Kelainan pada sifilis stadium II
 Kelainan pada kulit sifilis stadium II:
 Roseola sifilitika: akan menghilang dalam beberapa hari/minggu dan meninggalkan
bercak hipopigmentasi (leukoderma sifilitikum): seluruh tubuh juga telapak tangan dan
kaki
 Leukoderma koli (colar of venus): Leher
 Korona venerik : dahi, sudut mulut, ketiak, dibawah mamme, alat genital
 Kondilomata lata: lipat paha, skrotum, vulva, perianal, dibawah mamme dan antara jari
kaki.
 Chancer redux: Infiltrasi dan reindurasi pada afek primer.
 Bentuk lain pada kulit: sifilis variseliformis, sifilis impetiginosa, ektima sifilitikum,
rupia sifilitika, sifilis ostrasea.
 Kelainan pada mukosa sifilis stadium II:
 angina sifilitika eritomatosa: tenggorok
 plaque musqeuses (mucous pacth)
 Kelainan pada rambut sifilis stadium II:
 alopesia difusa (dini)
 alopesia areolaris (lanjut)
 Kelainan pada kuku sifilis stadium II:
 onikia sifilitika
 paronikia sifilitika
 Kelainan pada organ lain sifilis stadium II:
 KGB : umumnya seluruh KGB superfisial membesar
 Mata : uveitis anterior, Korido-retinitis
 Hepar : hepatitis
 Tulang : periostitis
 Saraf : Peninggian sel dan protein LCS

3. Flour albus dapat ditemukan pada keadaan apa saja?


Flour Albus fisiologik:
 Mengikuti masa menstruasi
 Mengikuti masa ovulasi
 Menjelang dan sesudah menstruasi
 Penggunaan kontrasepsi
 Kehamilan
 Stress dan kecemasan
 Rangsangan seksual
 Bayi baru lahir sampai umur kira-kira 10 hari karena pengaruh estrogen dari plasenta
terhadap uterus dan vagina janin.
Flour Albus patologik, dapat disebabkan oleh :
 Bakteri : Bakterial vaginosis, Gonore, NSGI
 Jamur : Kandidiasis vulvovaginalis
 Virus : Herpes genitalis
 Parasit : Cacing Kremi (Enterobius vermicularis)
 Protozoa : Trikomonas vaginalis
 Benda asing
 Karsinoma : Ca. Serviks
4. Perbedaan gejala klinis pada Vaginosis Bakterial, Kandidiasis vulvovaginalis, dan Trikomoniasis
vaginalis, Gonore, dan NSGI
Perbedaan Vaginosis Kandidiasis Trikomonia Gonore NSGI
Bakterial vulvovaginalis sis vaginalis
Etiologi Gardnerella Candida Trichomona Neisseria Clamydia
vaginalis (terutama s vaginalis gonorrhoe tracomatis
Candida Ureaplasma
albicans) urealyticum
Mycoplasma
hominis
Keluhan Bau amis, gatal, Gatal di daerah Dispareunia, Asimptomatik, Asimptomatik,
rasa seperti vulva, dapat perdarahan disuria, kadang disuria ringan,
terbakar, bau disertai panas, pasca coitus, poliuria sering kencing,
lebih menusuk nyeri sesudah perdarahan nyeri daerah
setelah coitus, miksi, intermenstru pelvic,
darah menstruasi dispareunia al dispareunia
berbau abnormal,
dispareunia
Duh tubuh Warna abu-abu Warna Sekret Sekret Sekret jernih
homogen, bila kekuningan yang vagina >>, mukopurulen seropurulen,
ditarik sekret disertai encer, tidak berbau
tidak putus-putus, gumpalan- seropurulen
pH 5-5,5, bau gumpalan berwarna
amis sebagai kepala kekuning-
susu berwarna kuningan
putih atau kuning-
kekuningan, bau hijau dan
kecut/asam berbusa/gele
mbung udara
Pemeriksaan
klinis
1. Kelenjar Tidak membesar Tidak membesar Tidak Membengkak, Tidak membesar
inguinal membesar nyeri
2. Labium Tidak ada Tidak ada Tidak ada Edem hiperemi, Tidak ada
mayus kelainan kelainan kelainan nyeri tekan kelainan
3. Labium Tidak ada Edem hiperemi, Tidak ada Edem hiperemi, Tidak ada
minus kelainan ulkus dangkal, kelainan kelainan
bercak putih
kekuningan
4. Klitoris Tidak ada Tidak ada Tidak ada Edem hiperemi, Tidak ada
kelainan kelainan kelainan kelainan
5. OUE Tidak ada Tidak ada Tidak ada Edem hiperemi, Tidak ada
kelainan kelainan kelainan ada sekret kelainan
mukopurulen
6. Kelenjar Tidak ada Tidak ada Tidak ada Membengkak, Tidak ada
Bartolin kelainan kelainan kelainan nyeri kelainan
7. Introitus Edem hiperemi, Edem, ulkus Tidak ada Edem hiperemi Tidak ada
vulvavaginalis dangkal kelainan kelainan
8. cerviks/ Tidak ada Tidak ada Abses kecil Merah, erosi, sekret Terdapat tanda-
portio kelainan kelainan mukopurulen tanda servisitis
yang disertai
folikel-folikel
kecil dan mudah
berdarah.
9. Dinding Duh tubuh Edem hiperemi, Edema, Tidak ada kelainan Tidak ada
vagina melekat pada terdapat ulkus eritem, kelainan
dinding vagina dangkal, terdapat banyak
dan terlihat bercak putih ulkus, buih
sebagai lapisan kekuningan yang (+). Kadang-
tipis atau kilauan melekat erat kadang
yang difus. terbentuk
Eritema atau abses kecil,
petekie. Pada yang tampak
kolposkopi tidak sebagai
terlihat dilatasi granulasi
pembuluh darah berwarna
dan tidak merah
ditemukan (Strawberry
penambahan appearance)
densitas
pembuluh darah
pada dinding
vagina
Komplikasi Vaginitis, Vaginitis, Vaginitis, Bartholinitis, Bartholinitis,
bartholinitis, bartholinitis, bartholinitis, salpingitis, PID salpingitis,
uretritis, skenitis, uretritis, skenitis, uretritis, prokitis, sistitis
sistitis sistitis skenitis,
sistitis
Laboratorium Sediaan basah Sediaan basah Pemeriksaan  sediaan langsung  Sel PMN > 5
ditemukan clue ditemukan sediaan  Kultur LPB pada sekret
sel, tes amin + pseudohypa, basah  Tes definitif: tes dengan
blastospora, ditemukan oksidatif & tes pewarnaan gram
leukosit > 15 trikomonas fermentasi (pembesaran
pada biakan agar vaginalis, Tes thomson 1000x)
dekstrosa leukosit >  sel PMN > 15
glukosa 15, sediaan LPB pada
saborroud + hapus, sediaan basah
kloramfenikol pembiakan urin /sekret
ditemukan yeast (pembesaran
like colony 400x)
Tidak ditemukan
kuman gonore,
trikomonas,
candida

5. Perbedaan Ulkus antara Ulkus durum, Ulkus mole, Herpes Genitalis dan Limfogranuloma
venerum (LGV)
Perbedaan Ulkus durum Ulkus mole Herpes Limfogranuloma
Genitalis venerum (LGV)

Etiologi Treponema Haemophilus Virus herpes Chlamydia


pallidum ducreyi simplek 1&2 trachomatis
Bentuk
Ulkus
Ukuran Lebih besar kecil Kecil Kecil, diameter <
6 mm
Jumlah Soliter (hanya 1-2 multipel Multipel, Soliter
ulkus) berkelompok
konsistensi keras lunak Lunak lunak
Nyeri - (indolen/ tidak + + -
nyeri)

Dasar ulkus Bersih dan Kotor, jaringan Ulkus dangkal, Nonspesifik


berwarna merah granulasi mudah eritem
berdarah

Tepi ulkus Indurasi + (sekitar Menggaung, Tepi ulkus lunak Nonspesifik


ulkus teraba keras) dikelilingi halo
eritematosa

Pembesaran +, tidak nyeri +, tidak multipel +, nyeri pada +


KGB perabaan

Predileksi ♂: preputium, ♂: preputium, ♂: preputium, ♂: preputium, glans


sulkus koronarius, glans penis, glans penis, penis, sulkus
batang penis, dan batang penis, batang penis koronarius
skrotum frenulum dan ♀: labium ♀: dinding depan
♀: labium mayor, anus mayor, introitus vagina/ labia
labium minor, ♀: vulva, klitoris, vagina, kadang
klitoris, servik servik dan anus serviks uteri
Ulkus ekstragenital:
anus, rektum, bibir,
mulut, lidah, tonsil,
jari, payudara.
Sumber:
 Djuanda A. Ilmu Penyakit kulit dan kelamin. Edisi 3. Jakarta. FKUI , 2002
 Hutabarat H. Radang dan beberapa penyakit lain pada alat-alat genital wanita. Dalam Ilmu
kandungan. Edisi 2. Jakarta. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo, 1999
 Mansjoer A. Ilmu penyakit kulit dan kelamin. Dalam Kapita selekta kedokteran. Jilid 2.
Edisi 3. Jakarta: FKUI, 2001

Tugas Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin


Pembimbing : dr. Hendratno Ganda, Sp.KK

1. Perbedaan antara dermatitis kontak iritan dan dermatitis kontak alergi


Perbedaan dermatitis kontak iritan dermatitis kontak alergi
Definisi Peradangan yang timbul setelah kontak Peradangan yang timbul setelah
dengan bahan yang dapat menimbulkan kontak dengan alergen melalui
iritasi proses sensitisasi (reaksi
imunologik)
Pencetus Bahan iritan seperti deterjen, pelarut Bahan alergen seperti kosmetik,
organik perhiasan, karet, dll
Sifat Langsung terjadi iritasi Terjadi pada kontak yang
berulang
Patofisilogi Nonimunologi Imunologi
Predileksi - Dapat terjadi pada semua orang - Pada orang-orang tertentu
- Pada daerah yang terkena kontak - Dapat mengenai seluruh tubuh
Klinis Akut: pedih, panas, eritema, vesikel, Terdapat 2 fase: fase induksi dan
atau bula sebatas daerah yang terkena, elisitasi. Gejala klinis berupa
batas tegas. Kelainan muncul segera. gatal, pada yang akut makula
Akut lambat: Kelainan terlihat setelah eritem batas tegas, lalu jadi
12-24 jam. Misal karena edem, papulo vesikel atau bula.
podofilin,antralin Vesikel/bula dapat pecah
Kronis: karena kontak bahan iritan menimbulkan erosi dan eksudasi
lemah berulang-ulang. Kelainan timbul (basah). Pada yang kronis
setelah berhari-hari, minggu, terlihat kulit kering, berskuama,
bulan,tahun. Gejala berupa kulit kering, papul, likenifikasi dan mungkin
eritema, skuama, hiperkeratosis, juga fisur, batas tidak jelas. Sulit
likenifikasi, batas kelainan tidak tegas. dibedakan dengan dermatitis
iritas kronis.
Tatalaksana Umum: hindari bahan iritan, Umum: hindari bahan alergen
Medikamentosa: Medikamentosa:
Topikal: salep/krim kortikosteroid Topikal: salep/krim
Sistemik: Kortikosteroid kortikosteroid
Sistemik: Kortikosteroid

2. Gejala Klinis Eritrasma


- Lesi kulit dapat berukuran sebesar miliar sampai plakat. Lesi eritroskuamosa, berskuama
halus kadang-kadang dapat terlihat merah kecoklat-coklatan. Variasi ini rupanya bergantung
pada area lesi dan warna kulit penderita.
- Tempat predileksi di daerah ketiak dan lipat paha. Kadang-kadang berlokasi di daerah
intertriginosa lain terutama pada penderita gemuk.
- Perluasan lesi terlihat pada pinggir yang eritematosa dan serpiginosa. Lesi tidak menimbul
dan tidak terlihat vesikulasi. Skuama kering yang halus menutupi lesi dan pada perabaan
terasa berlemak
- Beberapa penulis beranggapan ada hubungan erat antara eritrasma dan diabetes mellitus.
Penyakit ini terutama menyerang pria tipe dewasa dan dianggap tidak begitu menular,
berdasarkan observasi pada pasangan suami istri yang biasanya tidak terserang penyakit
tersebut secara bersama-sama. Eritrasma tidak menimbulkan keluhan subjektif, kecuali bila
terjadi ekzematisasi oleh karena penderita berkeringat banyak atau terjadi maserasi pada
kulit.
SISTEMIK LUPUS ERITOMATOSIS

DEFINISI
Suatu penyakit autoimun menahun yang menimbulkan peradangan dan bisa menyerang
berbagai organ tubuh, termasuk kulit, persendian dan organ dalam.
pada setiap penderita, peradangan akan mengenai jaringan dan organ yang berbeda. beratnya
penyakit bervariasi mulai dari penyakit yang ringan sampai penyakit yang menimbulkan kecacatan,
tergantung dari jumlah dan jenis antibodi yang muncul dan organ yang terkena.

PENYEBAB
Penyebab dari lupus tidak diketahui, tetapi diduga melibatkan faktor lingkungan dan
keturunan, beberapa faktor lingkungan yang dapat memicu timbulnya lupus:
 infeksi
 antibiotik (terutama golongan sulfa dan penisilin)
 sinar ultraviolet
 stres yang berlebihan
 obat-obatan tertentu
 hormon

GEJALA
o Penderita lupus mengalami nyeri persendian dan kebanyakan menderita artritis. persendian yang
sering terkena adalah persendian pada jari tangan, tangan, pergelangan tangan dan lutut.
kematian jaringan pada tulang panggul dan bahu sering merupakan penyebab dari nyeri di daerah
tersebut.
o 50% penderita ditemukan ruam kupu-kupu pada tulang pipi dan pangkal hidung. ruam ini
biasanya akan semakin memburuk jika terkena sinar matahari. ruam yang lebih tersebar bisa
timbul di bagian tubuh lain yang terpapar oleh sinar matahari.
o sebagian besar penderita menunjukkan adanya penimbunan protein di dalam sel-sel ginjal, tetapi
hanya 50% yang menderita nefritis lupus (peradangan ginjal yang menetap).
pada akhirnya bisa terjadi gagal ginjal sehingga penderita perlu menjalani dialisa atau
pencangkokkan ginjal.
o kelainan saraf ditemukan pada 25% penderita lupus. yang paling sering ditemukan adalah
disfungsi mental yang sifatnya ringan, tetapi kelainan bisa terjadi pada bagian manapun dari otak,
korda spinalis maupun sistem saraf. kejang, psikosa, sindroma otak organik dan sakit kepala
merupakan beberapa kelainan sistem saraf yang bisa terjadi.
o kelainan darah bisa ditemukan pada 85% penderita lupus. bisa terbentuk bekuan darah di dalam
vena maupun arteri, yang bisa menyebabkan stroke dan emboli paru. jumlah trombosit berkurang
dan tubuh membentuk antibodi yang melawan faktor pembekuan darah, yang bisa menyebabkan
perdarahan yang berarti. seringkali terjadi anemia akibat penyakit menahun.
o peradangan berbagai bagian jantung bisa terjadi, seperti perikarditis, endokarditis maupun
miokarditis. nyeri dada dan aritmia bisa terjadi sebagai akibat dari keadaan tersebut.
o pada lupus bisa terjadi pleurisi (peradangan selaput paru) dan efusi pleura (penimbunan
cairan antara paru dan pembungkusnya). akibat dari keadaan tersebut sering timbul nyeri dada dan
sesak nafas.

Gejala dari penyakit lupus:


- demam
- lelah
- merasa tidak enak badan
- penurunan berat badan
- ruam kulit
- ruam kupu-kupu
- ruam kulit yang diperburuk oleh sinar matahari
- sensitif terhadap sinar matahari
- pembengkakan dan nyeri persendian
- pembengkakan kelenjar
- nyeri otot
- mual dan muntah
- nyeri dada pleuritik
- kejang
- psikosa.

gejala lainnya yang mungkin ditemukan:


- hematuria (air kemih mengandung darah)
- batuk darah
- mimisan
- gangguan menelan
- bercak kulit
- bintik merah di kulit
- perubahan warna jari tangan bila ditekan
- mati rasa dan kesemutan
- luka di mulut
- kerontokan rambut
- nyeri perut
- gangguan penglihatan.

DIAGNOSA
diagnosis lupus ditegakkan berdasarkan ditemukannya 4 dari 11 gejala lupus yang khas, yaitu:
1. ruam kupu-kupu pada wajah (pipi dan pangkal hidung)
2. ruam pada kulit
3. luka pada mulut (biasanya tidak menimbulkan nyeri)
4. cairan di sekitar paru-paru, jantung, dan organ lainnya
5. artritis (artritis non-erosif yang melibatkan 2 atau bebearpa sendi perifer, dimana tulang di
sekitar persendian tidak mengalami kerusakan)
6. kelainan fungsi ginjal
- kadar protein dalam air kemih >0,5 mg/hari atau +++
- adanya elemen abnormal dalam air kemih yang berasal dari sel darah merah/putih
maupuan sel tubulus ginjal
7. fotosensitivitas (peka terhadap sinar matahari, menyebabkan pembentukan atau semakin
memburuknya ruam kulit)
8. kelainan fungsi saraf atau otak (kejang atau psikosa)
9. hasil pemeriksaan darah positif untuk antibodi antinuklear
10. kelainan imunologis (hasil positif pada tes anti-dna rantai ganda, tes anti-sm, tes antibodi
antifosfolipid; hasil positif palsu untuk tes sifilis)
11. kelainan darah
- anemia hemolitik atau
- leukopenia (jumlah leukosit <4000 sel/mm³) atau
- limfopenia (jumlah limfosit < 1500 sel/mm³) atau
- trombositopenia (jumlah trombosit <100.000/ mm³).
PENGOBATAN

Jika gejala lupus disebabkan karena obat, maka menghentikan penggunaan obat bisa
menyembuhkannya, walaupun diperlukan waktu berbulan-bulan. penyakit yang ringan (ruam,
sakit kepala, demam, artritis, pleurisi, perikarditis) hanya memerlukan sedikit pengobatan.
Untuk mengatasi artritis dan pleurisi diberikan obat anti peradangan non-steroid. untuk
mengatasi ruam kulit digunakan krim kortikosteroid. untuk gejala kulit dan artritis kadang
digunakan obat anti malaria (hidroksiklorokuin). jika penderita sangat sensitif terhadap sinar
matahari, sebaiknya pada saat bepergian menggunakan tabir surya, pakaian panjang ataupun
kacamata.
penyakit yang berat atau membahayakan jiwa penderitanya (anemia hemolitik, penyakit jantung
atau paru yang meluas, penyakit ginjal, penyakit sistem saraf pusat) seringkali perlu ditangani
oleh ahlinya.
Untuk mengendalikan berbagai manifestasi dari penyakit yang berat mungkin bisa diberikan
kortikosteroid atau obat penekan sistem kekebalan. beberapa ahli memberikan obat sitotoksik
(obat yang menghambat pertumbuhan sel) pada penderita yang tidak memberikan respon yang
baik terhadap kortikosteroid atau yang tergantung kepada kortikosteroid dosis tinggi.

PROGNOSIS

Beberapa tahun terakhir ini prognosis penderita lupus semakin membaik, banyak
penderita yang menunjukkan penyakit yang ringan. Wanita penderita lupus yang hamil dapat
bertahan dengan aman sampai melahirkan bayi yang normal, tidak ditemukan penyakit ginjal
ataupun jantung yang berat dan penyakitnya dapat dikendalikan. Angka harapan hidup 10 tahun
meningkat sampai 85%. prognosis yang paling buruk ditemukan pada penderita yang
mengalami kelainan otak, paru-paru, jantung dan ginjal yang berat.

David R. Hardten, M.D.


http://drhardten.eyemdlink.com/Condition.asp?ConditionID=262

Tugas Ilmu Kesehatan Kulit Kelamin


Pembimbing : dr. H. Robiana M Noor, Sp.KK
1. Dapatkah herpes zoster tanpa didahului varisela?
Herpes zoster dapat terjadi tanpa didahului varisela. Hal ini dapat terjadi karena varisela yang
terjadi kadang-kadang berlangsung subklinis. Tetapi ada pendapat yang menyatakan kemungkinan
transmisi virus secara aerogen dari pasien yang sedang menderita varisela atau herpes zoster.
2. Dapatkah orang yang saat kecil terkena varisela terkena varisela lagi saat dewasa?
Tidak. Infeksi primer virus varisela-zoster ini menyebabkan penyakit varisela atau cacar air
(chicken pox). Kemudian immunitas tubuh berkembang dan mencegah adanya infeksi lagi (infeksi
kedua dari varisela), namun virus tersebut tetap menetap di dalam tubuh (terutama di ganglion
posterior susunan saraf tepi dan ganglion kranialis) setelah beberapa lama, reaktivasi virus ini
menyebabkan herpes zoster (shingles)
3. Histopatologi untuk varisela, herpes zoster dan herpes simplek
varisela herpes zoster herpes simplek
Vesikel terdapat dalam Tampak vesikula berisi Vesikel herpes simpleks
epidermis, terbentuk unilokular, biasanya pada terletak intraepidermal,
akibat “degenerasi stratum granulosum, kadang- epidermis yang
balon”. kadang subepidermal. terpengaruh dan inflamasi
Sangat sukar dibedakan Yang penting adalah temuan pada dermis menjadi
dengan kelainan sel balon yaitu sel stratum infiltrat dengan leukosit
histopatologik pada spinosum yang mengalami dan eksudat sereus yang
herpes zoster dan degenerasi dan membesar, merupakan kumpulan sel
herpes simplek juga badan inklusi yang terakumulasi di
(lipschutz) yang tersebar dalam stratum korneum
dalam inti sel epidermis, membentuk vesikel.
dalam jaringan ikat dan
endotel pembuluh darah
Dermis tampak dilatasi
pembuluh darah dan
serbukan limfosit

4. Komplikasi varisela pada trimester I, II dan III


Ibu hamil termasuk dalam kelompok orang dewasa yang rentan terhadap penyakit ini
apabila di masa mudanya belum pernah mengalaminya. Setelah infeksi primer selama masa
kehamilan, virus ini berkemungkinan menginfeksi fetus, tetapi dengan adanya antibodi maternal
kemudian, maka infeksinya secara umum tidak akan memberi dampak serius. Kelainan kongenital
terjadi sampai 1-2% jika infeksi maternal terjadi pada trisemester pertama atau kedua.Bagi ibu
hamil, memang bisa terjadi komplikasi terhadap janin atau bayi, seperti keguguran, kelahiran mati
atau bayi terkena sindrom varisela kongenital yang cukup berbahaya baik bagi sang janin maupun si
ibu. Diperkirakan ada 20% cacat lahir disebabkan olah virus varisela. Namun memang prevalensi
ibu hamil penderita cacar air yang mendapat komplikasi ini masih rendah (sekitar 2 dari 100 kasus).
Saat ibu terinfeksi beberapa hari sebelum atau sesudah persalinan, bayinya terpapar tanpa proteksi
dari antibodi maternal dan dapat terjangkit penyakit yang serius berupa varisela pada neonatus
(neonatal varisela).
Adapun sindrom varisela kongenital, meliputi karakteristik sebagai berikut:
 Bayi berat lahir rendah - kecil masa kehamilan (BBLR-KMK)
 Prematuritas
 Sikatrik pada kulit yang sesuai dengan distribusi dermatom
 Abnormalitas neurologik: paresis tungkai, hidrosefalus, atopi kortikal, kejang,
sindrom Horner, disfagia bulbaris, retradasi mental, atrofi nervus optikus.
 Anomali mata: koriorenitis, anisokor, nistagmus, mikroopthalmia, katarak
 Anomali skletal: hipoplasia skletal, skoliosis.
 Anomali gastrointestinal
 Anomali genitourinari
5. Komplikasi herpes zoster
 Neuralgia pascaherpetik dapat timbul di atas umur 40 tahun, persentasenya 10-15%. Makin
tinggi usia penderita makin tinggi persentasenya.
 Pada pasien dengan defisiensi imunitas, infeksi HIV, keganasan, atau berusia lanjut dapat
disertai komplikasi. Vesikel sering menjadi ulkus dengan jaringan nekrotik.
 Pada herpes zoster oftalmikus dapat terjadi berbagai komplikasi diantaranya ptosis paralitik,
keratitis, skleritis, uveitis, korioretinitis,dan neuritis optik.
 Paralisis motorik terdapat pada 1-5% kasus, yang terjadi akibat perjalanan virus
perkontinuitatum dari ganglion sensorik ke sistem saraf yang berdekatan. Paralisis biasanya
timbul dalam 2 minggu sejak awitan munculnya lesi. Berbagai paralisis dapat terjadi dimuka,
diafragma, batang tubuh, ekstrimitas, vesika urinaria, dan anus. Umumnya sembuh spontan.
 Infeksi juga dapat menjalar ke alat dalam misalnya paru, hepar, dan otak.
 Sindrom Ramsay Hunt yang diakibatkan oleh gangguan nervus fasialis dan nervus optikus.
 Infeksi sekunder
Komplikasi varisela
Varisela biasanya lebih buruk dan lebih berpotensi menimbulkan komplikasi pada orang dewasa.
Lesi varisela pada kulit dapat terinfeksi oleh staphylococcus dan streptococcus yang menyebabkan
impetigo sekunder, tetapi varisela pada anak-anak biasanya hanya terasa sakit yang ringan.
Komplikasi utama yang dapat terjadi antara lain adalah:
 pneumonia interstitial, yang mana dapat dideteksi dengan radiologi, walaupun seringkali
subklinis, pada 20% orang dewasa bakteri pneumonia sekunder juga dapat menjangkit.
 keterlibatan CNS, yang terdiri atas suatu lymphocytic meningitis atau suatu encephalomyelitis.
 komplikasi lainnya dapat berupa glomerulonefritis, otitis, arteritis, hepatitis, dan kelainan darah
(beberapa macam purpura).
 Trombositopenia dapat terjadi, tetapi biasanya tanpa gejala. Pada pasien dengan kekebalan
tubuh rendah, khususnya anak-anak pengidap leukimia, varisela dapat menjadi penyakit yang
mengancam nyawa.
Sumber:
 Handoko RP. Penyakit virus. Dalam: Ilmu penyakit kulit dan kelamin. Jakarta: FKUI, 2002
hal. 107-112.
 Thiers BH, Sahn EE. Varicella-zoster virus infection. Dalam: Dermatologi. Volume 1. Edisi
3. US: W.B. Saunders company, 1992. hal. 798
Perbedaan Variola Mayor dan Variola Minor
Pembeda Variola Mayor Variola Minor
Sinonim Cacar; Small pox Cacar; Variola
Etiologi Pox virus variola Pox virus variola
Diinoklasi padda membran Diinoklasi padda membran
korioalantoik tumbuh pada suhu 38- korioalantoik tumbuh pada suhu <38
38,5 C C
Penyebaran aerogen aerogen
Masa inkubasi 2-3 minggu 10-14 hari
Perjalanan peyakit Sttadium prodromal Sttadium prodromal
- Nyeri kepala, nyeri tulang dan - Nyeri kepala, nyeri tulang dan nyeri
nyeri sendi disertai demam, sendi disertai demam, menggigil,
menggigil, lemas dan muntah- lemas dan muntah-muntah
muntah - berlangsung selama 3-4 hari
- berlangsung selama 3-4 hari Stadium makulo-papular
Stadium makulo-papular - Timbul makula eritematosa yang
- Timbul makula eritematosa yang cepat menjadi papul, terutama dimuka
cepat menjadi papul, terutama dan ekstrimitas, termasuktelapak
dimuka dan ekstrimitas, tangan dan telapak kaki,
termasuktelapak tangan dan telapak - suhu tubuh normal kembali
kaki, Stadium vesiko-pustulosa
- suhu tubuh normal kembali
Stadium vesiko-pustulosa

Tugas Ujian dr. Hendratno Ganda, Sp.KK


1. Apakah kepanjangan dari NSGI?
Non specific genital infection.
Uretritis Non Spesifik termasuk ke dalam golongan Uretritis Non-Gonore. Sebenarnya
penggunaan istilah Uretritis Non-Spesifik tidak begitu tepat oleh sebab dengan kemajuan teknik
pemeriksaan laboratorium pada saat ini telah mulai dapat ditentukan Organisme yang patogen
yang spesifik pada sebagian Uretritis Non-gonore. Diduga penyebabnya seperti Trichomonas
vaginalis, bakteri dari genera Haemophilus dan Corynebacterium, jamur, virus, adanya kelainan
anatomis, trauma, oleh bahan kimia dan neoplasma yang diperkirakan sampai
10% dapat menyebabkan Uretritis Non-gonore. Sebahagian besar penyebab Uretritis Non-gonore
belum diketahui sehingga timbul istilah Umum yang menyatakan adanya infeksi non spesifik
pada alat genital bagian bawah atau non specific genital infection1
2. Apakah kepanjangan dari LGV dan penyebabnya?
Lymphogranuloma venereum.
Juga dikenal dengan nama lymphopathia venerea, tropical bubo, climatic bubo, strumous bubo,
poradenitis inguinales, Durand-Nicolas-Favre disease dan lymphogranuloma inguinale.
Merupakan penyakit menular seksual yang disebabkan oleh infeksi serovar L1, L2 atau L3 dari
Chlamydia trachomatis.2 C trachomatis merupakan bakteri intraseluler obligat. Diketahui 15
jenis serotipe, hanya serotipe L1, L2, and L3 yang menyebabkan LGV. Serotipe ini lebih virulen
dan invasif dibandingkan serotipe chlamydial yang lainnya. Infeksi terjadi setelah kontak
langsung melalui kulit atau mukosa dari pasangan yang terinfeksi.3
3. Pengertian dari clue cell
Clue cells merupakan sel epitel vagina yang mana mempunyai gambaran khusus titik-titik yang
dikelilingi oleh bakteri.4 Adanya sel epitel yang granular diliputi oleh kokobasil sehingga batas
sel tidak jelas, yang disebut clue cell tersebut adalah patognomotik.5 Sebuah clue cell secara
khusus dapat teridentifikasi langsung melalui pemeriksaan mikroskopik dengan sediaan basah
sekret vagina yang mana sel epitel skuamosa dengan organisme kohesif yaitu gram negatif jenis
kokobasil.6

6
4. Gardnerella vaginalis merupakan bentuk apa?
Gardnerella adalah genus dari gram-variable bacteria di mana Gardnerella vaginalis merupakan
salah satu spesiesnya. Gardnerella vaginalis da[at menyebabkan vaginosis bakterial pada
beberapa wanita.
Satu klasifikasi dengan spesies Haemophilus, G. vaginalis berbentuk kecil, sirkular, konveks,
gray colonies pada agar coklat, dan juga berkembang pada agar HBT. Medium selektif untuk G.
vaginalis adalah colistin-oxolinic acid blood agar.
Di bawah mikroskop terlihat gambaran batang gram negatif, kadangkala berhungan dengan clue
cell, yaitu sel epitel yang dikelilingi bakteri.7
5. Human Papiloma Virus (HPV) termasuk dalam grup virus mana?
Human Papiloma Virus merupakan famili dari Papovaviridae grup I. Merupakan jenis virus DNA
yang menyerang kulit dan membran mukosa pada manusia. Hampir 130 tipe HPV telah
diidentifikasi. Sekitar 30-40 tipe dari HPV diketahui berhubungan dengan penularan kontak
seksual dan menginfeksi daerah anogenital. Beberapa jenis dari penularan HPV ini menyebabkan
kutil genital.8

Hasil dari mikrosokop electron papillomavirus8


6. Bagaimana cara penularan Zoonosis?
Terdapat beberapa cara penularan pada penyakit zoonosis ini. Pertama adalah penularan secara
kontak langsung dengan binatang yang terinfeksi. Kedua adalah penularan melalui minuman
yang mengandung terlur dari parasit. Ketiga adalah penularan melalui memakan langsung daging
dari binatang yang terinfeksi. Kelima adalah penularan melalui saluran pernafasan dengan
terhirup udara yang mengadung penyakit zoonosis tersebut misalnya virus antraks. Keenam
adalah penularan dengan adanya gigitan serangga. Proses-proses tersebut tadi yang
menyebabkan terjadinya infeksi pada manusia.9
7. Pengertian dari Amoebiasis Cutis?
Amoebiasis cutis adalah kelanjutan infeksi yang mendasarinya (misalnya pada pasien dengan
liver abses dapat berlanjut ke anus atau tempat kolostomi).10
8. Tipe toksin dari Staphylococcal Scalded Skin Syndrome?
Staphylococcal scalded skin syndrome (SSSS) adalah infeksi kulit akibat Staphylococcus aureus
tipe tertentu dengan ciri yang khas adalah terdapatnya epidermolisis.4 SSSS disebakan oleh
keluarnya dua eksotoksin (Toksin A dan toksin B epidermolitik) dari galur toksinogenik bakteri
Staphylococcus aureus. Desmosomes adalah bagian dari sel yang berperan untuk melakatkan
kulit yang berdekatan. Toksin itu mengikat molekul Desmosome dimana ikatannya disebut
Desmoglein 1 dan menyebabkan lepasnya sel kulit menjadi rusak.11
9. Cara mendiagnosa scabies in clean
1. Memeriksa keluarga yang berada dalam satu rumah, apakah ada kelaurganya yang kena
scabies
2. Pada tempat yang dicurigai terdapat scabies, disuruh untuk tidak dibersihkan selama beberapa
hari dan kemudian diperiksa kembali.
1. Hutapea NO. Uretritis Non-Gonore. Cermin Dunia Kedokteran 1982; 28 (2): 86-87

PENYEBAB REAKSI LEPRA (Lepra Reaction) t.d:


1. Reaksi Lepra Tipe I (Reversal Reaction)
Sering pada tipe Pausi-basiler (TT-BB)
1.a. Reaksi Down Grading o.k. imunitas penderita menurun, sehingga
proliferasi bakteri >>, timbul lesi-lesi baru à tipe L
1.b. Reaksi Up Grading o.k. peningkatan imunitas penderita, sehingga lesi yang
tenang à meradang akut à tipe T
Gejala:
Kelainan kulit bertambah dengan atau tanpa ringan/ berat à cacat a.l. Claw Hand
2. Reaksi Lepra Tipe II (Eritema Nodosum Leprosum/ ENL)
Sering timbul tipe multibasiler (BL-LL), di sini imunitas humoral menurun,
sehingga terjadi reaksi dengan antigen yang banyak dilepas serta mengaktifkan
sistem komplemen à kompleks imun
Umumnya sedang dapat terapi DDS (Dapsone)
Gejala:
 Malaise, mialgia, demam sampai menggigil
Infiltrat bertambah à nodulus/ nodus eritematosus berkelompok + nyeri tekan
terutama di muka, punggung, dada
 Iritis, neuritis, arthritis, pleuritis, nefritis, orchitis
 Faktor Pencetus:
 Setelah terapi intensif
 Stress fisik/ mental
 Infeksi
 Pembedahan
 Imunisasi
 Kehamilan & saat setelah melahirkan
Diduga titer imunoglobulin yang tinggi di dalam serum penderita merupakan penyebab
terbentuknya komplek imun dalam jumlah yang berlebihan sehingga komplek tersebut cenderung
untuk mengendap di dalam dinding pembuluh darah atau pada jaringan tertentu sehingga
menginduksi reaksi inflamasi dan terjadinya reaksi lepra.

ENDERMOLOGI

Endermologi adalah teknik yang efektif dan tidak berisiko untuk mengontrol selulit dan
pembentukan tubuh kembali. Dihasilkan dengan alat - alat yang bernilai seni, Cellu M6, teknik
endermologi memanipulasi struktur kulit dengan kombinasi dengan pemutaran dan aspirasi.
Proses ini menstrukturisasi ulang lapisan penghubung kulit, menstrimulasi darah dan cairan
tubuh serta mengurangi toxin di dalam tubuh. Dengan memicu proses normal tubuh untuk
mengurangi kelebihan lemak, endermologi secara intensif menghasilkan kulit yang halus dan tubuh
yang langsing, bentuk tubuh yang lebih indah.

Pada tingkat epidermik, endermologi melakukan exfoliasi dengan mengurangi kematian sel
dan menghasilkan kulit yang alami. Karena manfaat yang beragam inilah, endermologi juga dapat
digunakan sebagai terapi anti penuaan. Endermologi juga digunakan untuk membersihkan hasil
operasi dan solusi yang ideal dalam mengurangi kerutan dan memperbaiki penampilan.

Kulit tidak sehat – Kulit sehat


Aksi gabungan dari pemutar bermotor yang secara baik melipat dan merenggangkan kulit
yang diatur secara ritmis menyebabkan kepadatan jaringan berubah, memperbaiki sel dan
pertukaran cairan. Melepaskan vaskuler yang berbeda, arteri, venous dan struktur lympatis yang
menghasilkan kelebihan darah bersama dengan elemen perbaikan dan membersihkan cairan dan
metabolit. Jaringan akan beralih, dermis dan hypodermis menjadi lebih tipis. Adipocytes dan alat
penerimanya memperoleh kembali mediator untuk memfasilitasi lipolysis, lebih jauh lagi
meningkatkan hypodermis yang tipis bersama dengan adanya siluet yang lebih ramping.

Pada waktu yang bersamaan, jaringan secara lengkap diatur kembali melalui evakuasi air dari
molekul dan melepaskannya bersama dengan serat elastis. Perawatan setelah perawatan, fibroblast-
jaringan yang terhubung dari sel induk akan dirangsang, mengarah kepada kolagen yang
diperbaharui. Hal ini diubah menjadi cutaneous dan peremajaan kembali jaringan. Memperhatikan
setiap bagian tubuh, teknik ini akan meningkatkan mekanisme pembersihan tubuh, membersihkan
lingkungan terdalam yang terdapat pada kehalusan tubuh. Praktek saat pengobatan, endermogym
secara aktif maupun pasif merangsang otot, memberinya gizi yang baik dan membentuk tubuh
seperti yang diinginkan.
Diperlukan 14 kali terapi dengan lamanya tiap kali terapi sekitar 35 menit. Disarankan
melakukan terapi seminggu dua kali, sehingga dijadwalkan terapi selama 7 minggu.
Tugas ujian dr. Hendratno Ganda, Sp.KK
1. NSGI pada wanita terdapat di mana saja?
Infeksi yang paling sering terjadi pada wanita yaitu serviks, vagina, kelenjar bartholin dan
uretra.1
2. Uretritis non spesifik disebabkan oleh chlamidia serotype apa?
Infeksi Chlamidya trachomatis merupakan penyebab Uretritis Non Spesifik (UNS) terbanyak
dibanding dengan organisme lain. Dari berbagai studi dilaporkan bahwa 30 - 60 % dari penderita
UNS dapat diisolasi C. trachomatis. Chlamidia trachomatis penyebab UNS adalah serovar D
sampai K.2
3. Pemeriksaan yang dilakukan untuk mendapatkan clue cell?
-
Sediaan basah NaCl 0,9%, clue cell positif bila 25% dari epitel yang ditemukan
permukaannya di tutupi oleh bakteri.3

3
-
Pengecatan gram, terlihat clue cell dengan campuran flora dari gram positif, gram negative,
dan batang.3

3
4
4. Klasifikasi parasit?
- Helmintologi
Nematoda (Enterobius vermicularis, Wuchereria bancrofti)
Trematoda
Cestoda (Pseudophyllidae, Sparganosis, Cyclophylidae)
- Protozoologi
Rhizopoda (Entamoeba histolytica, Entamoeba coli)
Ciliata (Balantidium coli)
Mastigophra (Giardia lamblia, Trichomonas, Leishmania, Trypanosoma)
Sporozoa (Toxoplasma gondii, parasit malaria)
- Entomologi (Antropoda)
5. Antraks?
Antraks atau anthrax adalah penyakit menular akut yang disebabkan bakteria Bacillus anthracis
dan sangat mematikan dalam bentuknya yang paling ganas.5
5

6. Gambaran klinis amubiasis kutis?


Amubiasis kutis merupakan salah satu infeksi protozoa di kulit. Gejala klinisnya adalah perasaan
nyeri multiple pada ulkus dan sinus yang purulen, nekrosis, dan terdapat jaringan parut pada
daerah perianal dan gluteal.6
7. Desmosom berada pada stratum apa?
Sel-sel dalam stratum lucidium tampak lebih panjang,inti dan organelanya sudah hilang, dan
keratohialin sudah tidak tampak lagi. Sel-sel epidermis yang terdorong ke atas akan kehilangan
bentuk tonjolan tetapi tetap memiliki desmosom.7
8. Pengertian palatodynia?
Yaitu nyeri pada daerah palatum yang diakibatkan oleh peradangan

Kepustakaan
1. Daili SF. Infeksi Genital Nonspesifik dalam: Buku Ajar Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin edisi
ketiga. Balai Penerbit FKUI. Jakarta, 2000

1. Bila lesi seluruh tubuh, berapa FTU/gram


- muka 2,5 FTU
- dada-perut (dpn & blkg) 14 FTU
- lengan kanan & kiri 6 FTU
- telapak tangan kanan & kiri 2 FTU
- tungkai kaki kanan & kiri 12 FTU
- telapak kaki kanan & kiri 4 FTU +
Jumlah 40,5 FTU

1 FTU = 0,5 gr
40, 5 FTU = 20,25 gr

Pembimbing : dr. Hendratno Ganda Sp.KK

1.Kelembaban merupakan konsentrasi uap air di udara. Kosentrasi air di uddara tingkat permukaan
laut dapat mencapai pada suhu 30oC dan tidak melebihi 0,5 % pada 0 oC (32o F). Kelembaban
absolut merupakan massa dari uap air pada volume tertentu campuran udara atau gas (g/m 3). Jamur
terjadi sesuai iklimnya dengan kelembaban tinggi.Dalam keadaan tertentu,misal kulit berkeringat,
jamur akan membuat kulit jadi berubah warna bisa menjadi hipo dan hiperpigmentasi.
Sumber : Anonymous. Kelembaban
2. Ketokonazol 2% krim mengandung ketokonazol 20 mg. Isi tube bisa 5 gr atau 10 gr.
Harga tube 5 gr krim : Rp.7.000,-
Pada kasus ini, berdasarkan perhitungan FTU:
Wajah dan leher : 2,5 FTU
Lengan kanan luar dan dalam kanan : 3 FTU
Lengan kiri : 0,75 FTU
Tungkai atas dan bawah kanan : 3 FTU
Tungkai kiri : 1,5 FTU

Total : 10,75 FTU


Konversi ke gram : 10,75 FTU x 0,5 g = 5,375 gr (dosis dewasa)
Dosis anak umur 3,5 tahun : 1/3 dosis dewasa
1/3 x 5,375 = 1,455 ≈ 1,5 gr/hari
Dioleskan sebanyak 2x1 : 1,5 gr x 2 = 3 gr
Diberikan selama 3 minggu : 3 gr x 21 hari = 63 gr
Banyaknya tube yang diperlukan : 63 gr : 5gr = 12,6 tube ≈12 tube
Harga 12 tube : 12 x Rp. 7.000,- = Rp. 84.000,-
Sumber: Anonymous. Ketokonazol. http:www / m3undip.org/od3/artikel.05.htm diakses 23
September 2008 (online).
3. Penggunaan ketokonazol untuk infeksi jamur secara umum dapat digunakan pada anak di atas 2
tahun dengan dosis 3,3 -6,6 mg/kgBB/hari Namun menurut Bukhart, insidensi Tinea versicolor
sangat jrang pada anak kecil, oleh karena itu, terapi ketokonazol oral untuk tinea versikolor tidak
dinjurkan untuk anak-anak kurang dari 10 tahun. Selain itu, adanya obat ini pada anak-anak akan
mengganggu pertumbuhan fisik karena menekan hormon pertumbuhan.
Pada kasus ini, pasien tidak diterapi ketokonazol oral mengingat alasan di atas.
Sumber :
1. Bukhart, Craig. Tinea Versicolor. Department of Dermatology Medical College of Ohio at
Toledo.2006
2. Wenny EP. Infeksi kulit. http:/www. Mail-archive.com/balita-anda@balita –
anda.com/msg55427.htm. Diakses 23 September 2008 (online).
3. Hardjasaputra, Purwanto et al. Ketokonazol dalam Daftar Obat Indonesia. Garfdian
Medipres. 2002

Dasar Diagnosa Prurigo Nodularis


Dosen Pembimbing : dr. Sani Widjaja Sp.KK

TUGAS BELAJAR ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN


1. a) Gambaran klinis dari Morbus Hansen type LL :(1,2,3)
- Bentuk lesi : makula, infiltrate difus, papul, nodus
- Produksi keringat yang tidak terganggu pada permukaan lesi
- Alopesia pada semua bagian kulit yang terkena lesi
- Jumlah lesi : tak terhitung, praktis tidak ada kulit yang sehat
- Distribusi : simetris
- Batas : tak jelas
- Anestesia : tak ada sampai tak jelas
- Fasies Leonina dengan didapatkan nodul infiltrat berkilat pada wajah, Madarosis,
Megalobus, deformitas pada hidung
- Ginecomastia
- Orchitis
- Mutilasi
- Kerusakan saraf yang luas menyebabkan gejala stocking dan glove anaesthesia.
- Pada stadium lanjut menyebabkan degenerasi hialin dan fibrosis yang
menyebabkan anestesi dan pengecilan otot tangan dan kaki.

b) Gambaran klinis dari Morbus Hansen type TT (1,2,3)


- Ditemukan lesi makula hipopigmentasi pada orang dengan jenis kulit gelap,
makula eritema pada orang dengan jenis kulit terang, dengan permukaan bersisik,
tidak gatal, dengan batas yang jelas disertai hilangnya sensasi yang jelas mulai
dari hipoestesia sampai anestesia.
- Permukaan lesi kering dan tidak didapatkan keringat.
- Jumlah lesi : satu, dapat beberapa
- Distribusi : asimetris
- Penebalan saraf perifer
- Bisa didapatkan lagoftalmus, clawing hand, wrist drop, foot drop, claw toes
- Distribusi : asimetris

Gambaran klinis organ tubuh lain yang dapat diserang (1,4)


- Mata : iritis, iridosiklitis, gangguan visus sampai kebutaan
- Hidung : epistaksis, hidung pelana, rhinitis lepromatous
- Tulang dan sendi : absorbsi, mutilasi, arthritis, osteomyelitis, periostitis, myositis
- Lidah : ulkus, nodus
- Laring : suara parau
- Kelenjar limfe : limfadenitis
- Rambut : alopesia, madarosis
- Ginjal : glomerlonefritis, amiloidosis ginjal, pielonefritis, nefritis interstitial.

Kerusakan saraf tepi (1,3)


- N. fasialis : lagoftalmus, mulut mencong
- N. trigeminus : anesthesia kornea
- N. aurikularis magnus
- N. radialis : tangan lunglai (wrist drop)
- N. ulnaris : anestesi dan paresis/paralisis otot tangan jari V dan sebagian jari IV
- N. medianus : jari kiting(claw toes), tangan cakar (claw hand)
- N. peroneus komunis : kaki simper (drop food)
- N. tibialis posterior : mati rasa telapak kaki dan jari kiting (claw toes)
- N. tibialis anterior : tidak dapat mengekstensikan jempol kaki

2. a) Indeks Bakteri (IB)(1,2)


Indeks bakrteri (IB) adalah jumlah semikuantitatif Basil Tahan Asam (BTA)
Micobacterium lepra (M. lepra) perlapangangan pandang dalam sebuah sediaan.
Untuk penilaian mulai dari 0 sampai 6+ menurut Ridley. Nol bila tidak ada BTA dalam
100 Lapangan Pandang (LP).
1+ bila 1-10 BTA dalam 100 LP
2+ bila 1-10 BTA dalam 10 LP
3+ bila 1-10 BTA rata-rata dalam 1 LP
4+ bila 11-100 BTA rata-rata dalam 1 LP
5+ bila 101-1000 BTA rata-rata dalam 1 LP
6+ bila >1000 BTA rata-rata dalam 1 LP
Pemeriksaan dilakukan menggunakan mikroskop cahaya pembesaran 40 x, dengan minyak
emersi dengan pewarnaan Ziehl Neelsen. IB seseorang adalah IB rata-rata semua lesi yang
dibuat sediaan.
b) Indeks Morfologi (IM)(1,2)
Indeks Morfologi (IM) adalah prosentase bentuk solid BTA M. lepra dibandingkan
dengan jumlah solid dan non solid.
3. a) Penatalaksanaan Morbus Hansen type LL(1,2)
- Rifampisin 600 mg setiap bulan
- DDS (diaminodifenil sulfon) 100 mg setiap hari
- Klofazimin : 300 mg setiap bulan, diteruskan 50 mg sehari atau 100 mg selang
sehari atau 3 x 100 mg setiap minggu.

- Kombinasi obat ini diberikan sampai 24 bulan (sampai pada pemeriksan klinis
dan laboratoris dinyatakan sembuh)

- Selama pengobatan dilakukan control klinis setiap bulan, dilakukan pemeriksaan


laboratoris minimal setiap 6 bulan.

- Periode penghentian obat dinamakan Release From Treatment (RFT). Pada


periode ini dilakukan pemeriksaan klinis dan jika perlu pemeriksaan laboratoris
minimal setiap 6 bulan selama 5 tahun

- Bila klinis tidak ada keaktifan baru selama RFT, maka dinyatakan bebas dari
pengamatan atau disebut Release From Control (RFC).
b) Penatalaksanaan Morbus Hansen type TT(1,2)
- Rifamfisin 600 mg setiap bulan

- DDS 100 mg setiap hari

- Kombinasi obat ini diberikan sampai 9 bulan (sampai pada pemeriksan klinis dan
laboratoris dinyatakan sembuh)

- Selama pengobatan dilakukan control pemeriksaan klinis setiap bulan, dilakukan


pemeriksaan laboratoris minimal setiap 6 bulan.

- Periode penghentian obat dinamakan Release From Treatment (RFT). Pada


periode ini dilakukan pemeriksaan klinis dan jika perlu pemeriksaan laboratoris
minimal setiap 6 bulan selama 4 tahun

- Bila klinis tidak ada keaktifan baru selama RFT, maka dinyatakan bebas dari
pengamatan atau disebut Release From Control (RFC).

4. a) Gambaran klinis dan penatalaksaan Uretritis Gonore pada pria(5,6)

Simptom  disuria dengan rasa gatal, panas dibagian distal uretra


di sekitar orifisium uretra eksternum, disertai sering
timbul perasaan mendadak ingin kencing
 keluar duh dari ujung uretra nanah kadang-kadang
disertai darah
 perasaan nyeri pada waktu ereksi

Sign  tampak orifisium uretra eksternum eritematosa,


edematosa, dan ektropion, gambaran seperti mulut
ikan (mouth fish appearance)
 tampak duh tubuh yang mukopurulen
 bisa ditemukan pembesaran kelenjar getah bening
inguinal unilateral atau bilateral.

b) Gambaran klinis dan penatalaksanaan Cervisitis Gonore(5,6)


Simptom  dapat asimtomatis
 gejala yang sering dikeluhkan :
keputihan kadang-kadang disertai rasa nyeri pada punggung
bawah.

Sign  portio tampak merah dengan erosi dan edema


 duh tubuh mukopurulen akan terlihat lebih banyak bila terjadi
servisitis akut.

Penatalaksanaan uretritis gonorhoae dan cervisitis gonorhoae (5)

Penatalaksanaan disesuaikan dengan fasilitas laboratorium.


- Apabila tidak ada fasilitas laboratorium, ditemukannya duh tubuh uretra maka
dilakukan terapi standar GO
- Apabila ada fasilitas laboratorium sebelum dilakukan terapi, dilakukan
pemeriksaan dahulu terhadap duh tubuh.
- Pada laboratorium yang lebih lengkap dilakukan juga pemeriksaan untuk galur
NGPP

Pemeriksaan laboratorium yang dapat dilakukan adalah :


o Sediaan langsung :
 Pada sediaan langsung dengan pewarnaan gram akan ditemukan
diplokokus gram negatif, intraseluler dan ekstraseluler, leukosit
PMN › 10 pada wanita.
 Bahan duh tubuh pada pria diambil dari fosa naviculare
 Bahan duh tubuh pada wanita diambil dari endoserviks, uretra,
muara kelenjar bartholin.

o Kultur :
Untuk identifikasi, dua macam media yang dapat digunakan yaitu
 media transport (misalnya media stuart dan media transgrow),
 media pertumbuhan (media Thayer Martin)

o Tes Definitif :
 Tes oksidasi : Pada koloni tersangka gonokokus ditambahkan
reagen oksidasi yang mengandung larutan tetrametil-p-
fenilendiamin, semua Neisseria memberi reaksi positif dengan
perubahan warna koloni yang semula bening berubah menjadi
merah muda sampai merah lembayung.
 Tes fermentasi : jika tes oksidasi positif dilanjutkan dengan tes
fermentasi menggunakan glukosa, maltosa, sukrosa dan laktosa.

Berikut ini bebrapa hasil tes fermentasi


Glukosa Maltosa Sukrosa Laktosa
N. + - - -
gonorrhoeae
N. + + - -
meningitides
N. lactamia + + - +
N. sicca + + + -
N. gororrhoeae hanya meragikan glukosa

o Tes Iodometri :
Untuk mengetahui apakah gonore disebabkan oleh galur Neisseria
Gonore Penghasil Penisilane (NGPP)

Setelah dilakukan pemeriksaan laboratorium, prinsip penatalaksanaan dibagi menjadi


penatalaksanaan umum dan khusus, yaitu :
Umum :
- Mitra seksual juga di obati
- Selama terapi tidak boleh berhubungan seksual dulu, jika berhubungan seksual
harus memakai kondom
- Tidak mengkonsumsi makanan yang menurunkan daya tahan tubuh (misalnya :
alkohol).

Khusus :
Pengobatan yang dianjurkan adalah obat dengan dosis tunggal, seperti :
- Ceftriaxon 125 mg i.m single dose
- Cefotaxime 500 mg i.m single dose
- Ceftizoxime 500 mg i.m single dose
- Spectinomycine 2 gr i.i single dose
- Cefixime 400 mg oral single dose
- Azitrhomycin 2 g oral single dose
- Cefuroxime axetil 1 g oral single dose
- Kuinolon per oral single dose
o Ofloksasin 400 mg
o Siprofloksasin 250-500 mg
o Norfloksasin 800 mg

Evaluasi pengobatan
Yang perlu diperhatikan dalam evalusi adalah :
- Gejala klinis tidak ditemukan
- Pemeriksaan laboratorium hasil (-)

Prosedur Penatalaksanaan Uretritis Gonore

Anamnesa Px Fisik : Uretra


- Sekret (+) Purulen-mukopurulen -Eritrem, edema, ektropion
- Disuria (+), Urgensi (+) (mouth fish appereance)
- Sekret (+)

Pemeriksaan Gram

Leukosit PMN Diplokokus gram


Negatif (+)
Media
Transport :
M. Stuart & M.
Transgrow
Kultur - Biakan
Media
Pertumbuhan :
M. Thayer
Martin

Tes Definitif

Tes Oksidasi Tes Fermentasi

Infeksi Neisseria Gonore

Uretritis Gonore

Tes Iodometri

Terapi

Pasangan Penderita Hubungan Seksual (-)

Penderita

c) Gambaran klinis dan penatalaksanaan AIDS (7)


Gejala konstitusi
1) Gejala konstitusi
- Demam terus-menerus lebih dari 37o C
- Kehilangan berat badan 10 % atau lebih
- Radang kelenjar getah bening yang meliputi 2 atau lebih kelenjar getah bening di
luar daerah inguinal
- Diare yang tidak dapat dijelaskan sebabnya
- Berkeringat banyak pada malam hari yang terus-menerus
2) Gejala neurologi
- Kelemahan otot
- Kesulitan berbicara
- Gangguan keseimbangan
- Disoientasi
- Sampai koma
3) Gejala infeksi
Infeksi oportunistik merupakan kondisi dimana daya tahan tahan tubuh penderita sudah
sangat lemah sehingga tiak ada kemampuan melawan infeksi misalnya infeksi :
- Pneumocystic carinii pneumonia (PCP)
- Tuberculosis
- Toksoplasmosis
- Infeksi mukokutan
4) Gejala Tumor
Tumor yang sering menyertai adalah sarcoma Kaposi dan limfoma maligna non-Hodkin.
5) Gejala Kulit
Manifestasi di kulit pada penderita AIDS
1) Erupsi Papuloskuamosa
Penyakit papuloskuamosa yang banyak dijumpa berupa dermatitis seboroik
dan psoriasis.
2) Erupsi Papular
Keadaan yang sering dijumpai berupa erupsi papular AIDS dan folikulitis
eosinofilik.
3) Penyakit Vaskular
Cukup banyak dijumpai purpura trombositopenik, vaskulitis, granulomatosis
limfomatoid dan pseudotrombo-flebitis hiperalgesik.
4) Gangguan-gangguan lain Fenomena autoimun yang meningkat, perubahan-
perubahan pada rambut dan kuku, kelainan dalam rongga mulut seperti oral
hairy leukoplakia, peningkatan frekuensi reaksi alergi obat serta beberapa
penyakit kulit lainnya lebih mudah terjadi
5) Neoplasma :
- Sarkoma Kaposi (neoplasma paling sering dijumpai pada penderita AIDS)
ditandai dengan lesi-lesi degan bentuk makula eritematosa agak menimbul
berwarna hijau kekuningan sampai violet tersebar di daerah mukokutan,
batang tubuh, tungkai atas dan bawah, muka dan rongga mulut.
6) Infeksi virus sebagai komplikasi infeksi HIV
- Virus herpes simpleks (HSV) tipe 1 dan 2
- Cytomegalo-virus merupakan infeksi yang tersering menumpangi imuno-
defisiensi.
Virus lainnya adalah :
- Varicella-zoster virus
- Epstein-Barr virus
- Human papilloma
- Morbilli oleh karena vaksinasi.
7) Infeksi Bakteri
Infeksi bakteri yang sering dijumpai berasal dari Stafilokokus aureus,
angiomatosis basiler, mikobakteriosis serta sifilis.
8) Infeksi Jamur
Infeksi jamur yang sering menumpangi adalah Candidiasis (Kandidosis)
orofaring yang disebabkan oleh Candida albicans
Jamur lainnya berupa :
Pityrosporum, Dermatophytosis, Mikosis superfisialis lain (Trichosporosis,
dan lain-lain), serta mikosis profunda terutama Cryptococcosis disseminata.
9) Infeksi Arthopoda
Skabies merupakan infestasi yang sering dijumpai terutama bentuk
Norwegian skabies.
PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan penderita AIDS meliputi penatalaksanaan umum dan
penatalaksanaan khusus, yaitu 7,8:

Penatalaksaan umum :
1. Makan mkananan yang mempunyai nilai gizi yang baik. Nutrisi penting sekali dalam
penatalaksanaan penderita HIV & AIDS, karena selain mendorong perubahan ke
arah perbaikan juga berperan untuk menekan progresivitas AIDS. Nutrisi tinggi
kalori tinggi protein (makronutrien) mutlak diperlukan, dan masih perlu didukung
mikronutrien maupun antioksidan.
2. Dukungan psikososial dan dukungan agama
3. Edukasi kesehatan dan pemeriksaan klinis dan laboratories secara regular
4. Menjaga kebersihan diri dan lingkungan
5. Istirahat yang cukup

Penatalaksanaan Khusus
a) Terapi Antiretroviral (ARV)
Obat ARV terdiri dari beberapa golongan seperti nucleoside reverse trnnscriptase
inhibitor, nucleotide reverse transcriptase inhibitor, nonnucleoside reverse
transcriptase inhibitor, dan inhibitor protease. Tidak semua ARV yang ada telah
tersedia di Indonesia.
Waktu memulai terapi ARV harus dipertimbangkan dengan seksama karena obat ARV
akan diberikan dalam jangka panjang. Obat ARV direkomendasikan pada semua pasien
yang telah menunjukkan gejala yang termasuk dalam kriteria diagnosis AIDS ,atau
menunjukkan gejala yang sangat berat, tanpa melihat jumlah limfosit CD4+. Obat ini
juga direkomendasikan pada pasien asimptomatik dengan limfosit CD4+ kurang dari
200 sel/mm3. Pasien asimptomatik dengan limfosit CD4+ 200-350 sel/mm 3 dapat
ditawarkan untuk memulai terapi. Pada pasien asimptomatik dengan limfosit CD4+ lebih
dari 350 sel/mm3 dan viral load lebih dari 100.000 kopi/ml terapi ARV dapat dimulai,
namun dapat pula ditunda. Terapi ARV tidak dianjurkan dimulai pada pasien dengan
limfosit CD4+ lebih dari 350 sel/mm3dan viral load kurang dari 100.000 kopi/ml
Saat ini regimen pengobatan ARV yang dianjurkan WHO adalah kombinasi dari 3 obat
ARV Terdapat beberapa regimen yang dapat dipergunakan, dengan keunggulan dan
kerugiannya masing-masing. Kombinasi obat antiretroviral lini pertama yang umumnya
digunakan di Indonesia adalah kombinasi zidovudin (ZDV)/lamivudin (3TC), dengan
nevirapin (NVP)
b) Obat imunomodulator
Imunomodulator yang dikombinasikan bersama obat antivirus, diperkirakan memberi
hasil yang lebih baik, tetapi belum cukup efektif. Obat-obatan yang sedang dalam
penelitian efektivitasnya masih diperdebatkan, adalah:
 Limfokin : interferon gama dan alfa, interleukin-2, tumor necrosis factor serta
lymphokine inducers
 Human granulocyte colony stimulating factor
 Transplantasi sumsum tulang
 Imunisasi pasif, misalnya dengan antibodi p24
 Imunisasi aktif dengan HIV hidup yang dijinakkan
 Levamisole, yaitu obat cacing yang mampu merangsang fungsi makrofag dan
melepaskan interferon.
c) Obat infeksi oportunistik

 Dalam hal ini pemilihan dan penggunaan antimikroba dan anti jamur disesuaikan
dengan mikroorganisme penyebab infeksi oportunistik serta jenis infeksi
oportunistik yang manifes. Antimikroba dan anti jamur yang diberikan juga perlu
mempertimbangkan potensi interaksi dengan ARV.

Obat Antimikroba
 Bila penderita mengalami infeksi sekunder termasuk sepsis sehingga ada
indikasi pemberian antibiotika, maka pemilihan antibiotika perlu
memperhatikan beberapa hal berikut :
1. Mengingat penderita berada dalam kondisi infeksi berat dan status
imunokompromise. Hampir semua mikroorganisme potensial tumbuh-
kembang untuk menyerang tubuh, maka dipilih antibiotika yang
bermanfaat untuk mengeliminasi bakteri gram positif, gram negatif, serta
anaerob.
2. Antibiotika yang dipilih sebaiknya yang mempunyai potensi endotoxin
release minimal untuk menghindari terjadinya induksi dan sekresi sitokin
proinflamatori yaitu IL- 1~, IL-6, dan TNF-a secara berlebihan dan
berdampak negatif terhadap penderita.
3. Perlu juga mempertimbangkan kemungkinan terjadinya interaksi obat
terutama dengan ARV.

Obat Antijamur

Itrakonazol merupakan azole terpilih terutama untuk infeksi jamur endemik, juga
digunakan untuk infeksi yang disebabkan oleh beberapa infeksi jamur oportunistik dan
beberapa infeksi jamur superfisial. Karena absopsi yang kurang baik pada kapsul
itrakonasol, maka penggunaan secara oral digunakan bentuk suspensi atau pemberian
secara intravena.

Obat Antivirus
Kelainan akibat virus herpes simplek maupun varisela-zoster kro nik dapat dito-
long dengan asiklovir i.v. selama 5-10 hari, kemudian dilanjutkan dengan obat
oral. Sebagian besar penderita sembuh dari gejala-gejala selama 2 bulan setelah
menggunakan asiklovir sistemik. Namun pada beberapa penderita AIDS, infeksi
virus herpes simplek maupun varisela-zoster akan rekurens bila pengobatan
dengan asiklovir dihentikan.
d) Pengobatan Keganasan

Seperti halnya keganasan lain, tetapi sarkoma Kaposi akan lebih efektif bila diobati
dalam keadaan baru dan besarnya terbatas. Radiasi, kemoterapi dan imunomodulator
interferon telah dicoba, yang sebenarnya lebih ditujukan untuk memperpanjang masa
hidup, sehingga lama terapi sulit ditentukan mortalitas AIDS, dengan angka sekitar 90%.

Evaluasi Pengobatan
Pemantauan jumlah sel CD4 di dalam darah merupakan indikator yang dapat
dipercaya untuk memantau beratnya kerusakan kekebalan tubuh akibat HIV, dan
memudahkan kita untuk mengambil keputusan memberikan pengobatan ARV. Jika
tidak terdapat sarana pemeriksaan CD4, maka jumlah CD4 dapat diperkirakan dari
jumlah limfosit total yang sudah dapat dikerjakan di banyak laboratorium pada
umumnya.

5. a) Gambaran klinis Psoriasis Vulgaris(9)

Simptom - pada keluhan biasa di dapatkan rasa gatal


- riwayat keluarga (+)
Sign - kelainan kulit terdiri dari skuama eritematosa, papula, plak,
pustular.
- fenomena tetesan lilin (+)
- fenomena auspidz (+)
Predileksi tempat terbuka dan mudah terkena trauma seperti di kulit
kepala, siku, lutut, tangan, kaki, badan dan kuku

b) Gambaran klinis Dermatitis Seboroik(10)


Dapat menyerang bayi dan orang dewasa.
Usia Predileksi Bentuk lesi
Bayi - kepala skuama berminyak agak kekuningan, batas tidak
jelas biasa disebut cradle cap
- badan (pada daerah
flexures dan napkin skuama kasar eritema
area)
Dewasa Kepala ; kulit kepala, bentuk bentuk skuama-skuama yang halus.
belakang telinga,
leher, lipatan
nasolabial, jenggot,
alis mata, palpebra
Ketiak
Dada ; daerah sterna,
lipat mamae,areola
mamae
Umbilicus
Lipat paha
Skrotum
c) Gambaran klinis Pitiriasis Rosea
(9)
Simptom - Didahului oleh lesi inisial
- Lesi susulan timbul 4-10 hari setelah lesi pertama dengan ukuran
lebih
kecil.
Sign - lesi inisial (herald patch) berbentuk eritema dan skuama halus
dengan
disertai rasa gatal ringan
- Lesi susulan susunannya sejajar dengan kosta sehingga menyerupai
pohon
cemara terbalik

Predileksi badan, lengan atas bagian proksimal, paha atas, sehingga seperti
pakaian
renang wanita jaman dahulu.
d) Gambaran klinis Skabies
(10)
Simptom - Pruritus nokturna
- Penyakit ini menyerang manusia secara berkelompok
Sign - Ditemukan terowongan (kanikulus) pada tempat-tempat predileksi
dengan
ujungnya ditemukan papul atau vesikel.

Predileksi biasanya tempat dengan stratum korneum yang tipis, yaitu : sela-sela jari
tangan, pergelangan tangan bagian volar, siku bagian luar, lipatan ketiak
bagian depan, areola mamae (wanita), umbilikus, bokung, genetalia
eksterna (pria), perut bagian bawah. Pada bayi dapat menyerang telpak
tangan dan telapak kaki

e) Gambaran klinis Dermatitis Atopi(11,12)


- Dapat terjadi pada bayi (infantil), anak dan dewasa.

Usia Predileksi Faktor pencetus


Infantile biasanya pada daerah muka, badan, Makanan
leher, ekstremitas dan bokong.
Anak-anak pada tengkuk, areal fleksural, Pakaian wol, bulu hewan,
pergelangan kaki, jarang mengenai polen
muka
Dewasa muka (dahi, kelopak mata, perioral), Makanan, pakaian wol,
leher, dada bagian atas, lipat siku, lipat bulu hewan, polen
lutut, punggung tangan, biasanya
simetris.

f) Gambaran klinis Dermatitis Kontak(11,12)


Dikenal 2 macam jenis dermatitis kontak iritan dan dermatitis kontak alergika, yang
secara klinis dibedakan berdasarkan :
Perbedaan D. K. Alergika D. K. Iritan
- Etiologi Bahan kontak yang Zat yan bersifat iritan
potensial menimbulkan
alergi
- Subjektif Keluhan utama : gatal Keluhan utama : nyeri
- Insidensi Pada individu yang Pada individu yang
hipersensitif mengalami kontak
- Bentuk lesi Batas lesi tidak jelas dengan Batas lesi jelas dengan kulit
kulit yang sehat yang sehat
- Insiden Sering Jarang
- Reaksi Setelah kontak berulang Langsung/segera setelah
beberapa saat setelah
kontak.

Daftar Pustaka

1. Dali Amirudin, Zainal Hakim, Emil Darwis. Diagnosis Penyakit Kusta. Dalam :
KUSTA, editor Sjamsoe, Daili, Emmy S, dkk. Surabaya,
Tugas Dr. Robiana M Noor, Sp. KK

1. Penyebab macula hipopigmentasi pada tinea versicolor (pityriasis versicolor):


Inhibisi tyrosinase oleh asam dikarboksil (dicarboxylic acids) yang dihasilkan jamur Malassezia
furfur.
2. Beda Pitiriasis Alba, Pitiriasis Versikolo, dan Vitiligo

No. Pitiriasis Versikolor Pitiriasis Alba Vitiligo


1. Etiologi Malassezia furfur Belum diketahui, Genetik
(Pityrosporum orbiculare) diduga
pada stratum korneum Streptococcus
epidermis

2. Predileksi Ketiak, lipat paha, lengan, Muka (50%-60%) Ekstensor tulang,


tungkai atas, leher, muka, >> disekitar terutama di atas
kulit kepala berambut mulut, dahi, pipi. jari, periorifisial
Ekstrimitas & sekitar mata,
badan mulut, hidung,
tibialis anterior,
pergelangan
tangan bagian
fleksor

3. Predisposisi Endogen : Defisiensi imum Impetigo Otoimun,


Eksogen : Suhu, Dermatitis non neurochemical,
kelembaban udara & spesipik self destruction
keringat. (produk
Kehamilan, pil KB, kadar metabolik)
kortisol plasma tinggi

4. Keluhan Gatal ringan Tidak gatal Pada awal gejala


bisa ada gatal,
pada akhirnya
tidak ada.

5. UKK/Lesi Besar bervariasi, batas Lesi bulat, Simetris, makula


tegas oval/plakat putih dengan
bentuk tidak jelas batas jelas, besar
& umumnya bervariasi,
menetap distribusi : fokal,
segmental,
generalisats

6. Prognosis Baik(menghindari Sembuh spontan Tergantung


predisposisi), hanya bercak setelah beberapa distribusi
hipopigmentasinya agak bulan sampai
lama menghilang beberapa tahun

3. Cara kerja antijamur golongan –azol (Imidazol: Ketokonazol, Mikonazol, Klotrimazol;


Triazol: Flukonazol, Itrakonazol, Vorikonazol):
Golongan ini digunakan sebagai antijamur spektrum luas, bekerja sebagai penghambat
pembentukan membran sel jamur.
Imidazol adalah obat antijamur spektrum luas yang bekerja menghambat sintesis ergosterol
(pembentuk membran sel jamur). Triazol memiliki struktur seperti Imidazol namun
memiliki spektrum aktivitas antijamur yang lebih lebar. Triazol mempunyai insidensi efek
simpang yang lebih rendah karena merupakan inhibitor lanosterol alfa-demetilase (enzim
yang mengubah Lanosterol menjadi ergosterol) yang jauh lebih spesifik, suatu aksi yang
menyebabkan inhibisi sintesis ergosterol.

4. Dosis Ketokonazol pada anak adalah: 3,3 -6,6 mg/kgBB/hari

Pembimbing : Dr. Hendratno Ganda, Sp.KK

1. Diagnosis banding pada penyakit yang didahului gejala batuk, demam, kemudian timbul erupsi
pada kulit selain Dermatitis Alergika?
Measles/ Rubeola
Measles adalah penyakit virua yang sangat menular yang disebabkan oleh paramyxovirus, umum
terjadi pada anak-anak tetapi juga terjadi pada segala usia dengan penurunan imun. Virus masuk ke
traktus respiratorius melalui droplet nuclei, berkembang biak dalam sel epitel, dan menyebar ke
seluruh system retikuloendotelial, menghasilkan hyperplasia limfoid. Erupsi kulit biasanya diawali
oleh coryza, limfadenitis servikal, bercak koplik, konjungtivitis palpebrae, fotofobia, mialgia,
malaise, batuk, dan demam yang semakin tinggi. Ruam khas terdiri dari lesi
makulopapularbgeneralisata yang pada awalnya terpisah tetapi kemudian berkelompok, dimulai dari
belakang telinga dan pada wajah dan berkembang cepat ke batang tubuh fan ekstremitas.
Gambaran tanda dan gejala pada measles adalah sebagai berikut:
Hari 0 – 1 : Mulai masa prodormal
Hari 2 – 3 : Muncul bercak koplik
Hari 4 -5 : Timbul ruam morbiliformis
Hari 6 : Bercak Koplik spots berkurang
Hari 7 – 8 : Ruam semakin hebat
Hari 10 : Ruam mulai berkurang

German Measles/ Rubela


Penyakit infeksi, akut, dan jinak yang disebabkan oleh togavirus yang paling sering menyerang
anak-anak serta dewasa muda yang tidak kebal; virus memasuki saluran nafas melalui nuclei
droplet dan menyebar ke system limfatik. Penyakit ini ditandai dengan masa prodormal seperti
selesma ringan, radang tenggorokan dan demam, diikuti dengan pembesaran kelenjar getah
bening postaurikular, suboksipital, dan kelenjar getah bening leher, setelah itu diikuti dengan
stadium erupsi kulit berupa munculnya ruam halus berwarna merah muda yang dimulai di
kepala dan menyebar menjadi bentuk generalisata.

2. Pemeriksaan Penunjang pada alergi obat


Untuk obat-obat bentuk tablet
Uji Tempel/ Patch Test (PT). Pada PT, allergen ditempelkan pada punggung atas pasien selama 1-2
hari dan hasilnya dibaca setelah 24, 48, dan 72 jam kemudian. PT sebaiknya tidak dilakukan pada
individu yang sebelumnya mendapatkan paparan UV yang tinggi (misalnya setelah berlibur di
pantai), dikarenakan dapat mengaburkan hasil tes.
Pada Patch Test, obat-obatan yang hanya tersedia dalam bentuk tablet (tidak terdapat dalam bentuk
larutan, maka obat tersebut digerus dan dilarutkan dalam NaCl 0,9 % atau larutan petrolatum. Kontrol
negatif yang digunakan ialah larutan dimethyl-sulfoxide (DMSO). Sebelumnya tablet tersebut
ditimbang dan konsentrasi bahan aktifnya diukur. Pengenceran diawali dengan pengenceran terbesar
yaitu 1/100000.
Untuk obat-obatan injeksi
Tes tusuk (Prick test) dilakukan pada epikutan dan intrakutan. Prick test seringkali dilakukan pada
bagian volar lengan bawah. Pertama-tama dilakukan desinfeksi dengan alkohol pada area volar, dan
tandai area yang akan kita tetesi dengan ekstrak alergen. Ekstrak alergen ditetesi satu tetes larutan
alergen dan larutan kontrol (Buffer( menggunakan jarum ukuran 261/2 G atau 27 G atau blood lancet.
Kemudian dicukitkan dengan kemiringan 450 menembus lapisan epidermis degan ujung jarum
menghadap ke atas tanpa menimbulkan perdarahan. Tindakan ini mengakibatkan sejumlah alergen
memasuki kulit. Tes dibaca setelah 15 – 20 menit dengan menilai bentol yang timbul.

Tugas Dr. Robiana M Noor, Sp. KK

1. Salep 24 mengandung asam salisilai 2% dan sulfur 4% (asam salisilat 0,6 + sulfur
presitatum 1,2 g)
Salep 310 mengandung sulfur 3% dan asam salisilat 1% (asam salisilat 0,3 + sulfur
presitatum 0,9 g)

2. Perbedaan Hifa dan Pseudohifa

Hifa Pseudohifa
Berasal dari bahasa Yunani; hyphe = jaring Sel benang yang terjadi dari pembentukan
1. Satu filamen atau benang yang blastokonidia, tanpa hubungan sitoplasmik
membentuk miselium fungi hifa sejati, terlihat pada beberapa kapang
2. Pertumbuhan keluar cabang-cabang
filamen diproduksi oleh bakteri tertentu
(misal actinomyces) Madang membentuk
miselium.

3. Perbedaan spora dan blastospora

Spora Blatospora
Berasal dari bahasa Yunani; benih. Spora yang dibentuk dengan pembentukan
Unsur reproduktif dihasilkan secara seksual tunas seperti pada ragi
atau aseksual. Satu organisme tingkat rendah
seperti protozoa, jamur, alga dll

4. Yang dimaksud dengan Clue cells


Merupakan sel epitel vagina yang ditutupi oleh berbagai bakteri vagina sehingga
memberikan gambaran granular dengan batas sel yang kabur karena melekatnya bakteri
batang atau kokus yang kecil. Suatu studi membuktikan bahwa Gardnerella, Mobiluncus,
dan bakteri lain dapat melekat pada epitel vagina. Kriteria ini memiliki spesifisitas dan
sensitivitas yang tinggi. Wanita yang mempunyai clue cells tetapi tidak jelas memenuhi
kriteria lain untuk vaginosis bakterial kemungkinan akan menderita vaginosis bakterial
dalam waktu singkat. Pada keadaan tidak ada infeksi lain yang bersamaan, lekosit tidak ada
atau jarang, pada cairan vagina.

5. Mengapa pada Sifilis selain diberikan Penisilin G juga diberikan Probenisid?


Respon masing-masing jenis sifilis terhadap penisilin G tidak sama. Salah satunya reaksi
Jarisch-Herxheimer akibat terapi dengan penisilin terutama terjadi pada sifilis sekunder pada
90% atau lebih kasus, sedangkan pada sifilis lainnya lebih sedikit. Reaksi ini terjadi
beberapa jam setelah suntikan pertama, dengan gejala demam, mengigil, demam, sakit
kepala, nyeri otot, dan sendi. Probenisid berefek mencegah dan mengurangi kerusakan
sendi.
Tugas Ujian
Penguji : Dr. Hendratno Ganda, Sp. KK

1. Macam- macam bentuk urtikaria secara klinis?


1. Dermatographism/dermographism
Write on skin, dengan benda digores ke kulit menimbulkan urtikaria linier (30 menit)
2. Cold urticaria
Gatal dan urtika setelah terpapar dingin, dapat di tes dengan es batu pada tangan selama 2
minggu
3. Solar urticaria
Urtikaria yang terjadi setelah terpapar sinar matahari, disarankan untuk memakai tabir surya.
4. Aquagenic urticaria
Urtikaria yang terjadi setelah kontak dengan air.
5. Urtikaria tekanan
Urtikaria yang terjadi akibat tekanan seperti garis ikat pinggang, sepatu sempit, bra, elastic
stocking.
6. Urtikaria kolinergik
Urtikaria kolinergik berupa lesi pungtata, daerah sekitar lesi eritem, urtikaria ini dicetuskan
oleh badan panas, cuaca panas, mandi air panas, olahraga, berkeringat. Urtikaria ini diduga
oleh karena respon vaskuler yang berlebihan terhadap pelepasan asetilkolin.
7. Urtikaria kontak
Terjadi segera tertunda 12 jam. Pencetus animal dander, putih telor, wool, serbuk sari, obat
bahan kimia.
8. Vibratory urticaria

Referensi:
Strachan DD. Urticaria, Chronic. 2005. (online). Available at: http://www. emedicine.com

2. Langkah – langkah pemeriksaan urtikaria kronis?


- Anamnesis yang lengkap (temukan riwayat)
- Pemeriksaan fisik sebagai dasar diagnosis, mencari faktor yang mendasari untuk penyebab
secara fisik pada pasien dengan urtikaria kronik
- Pemeriksaan penunjang, skrining laboratorium untuk menyingkirkan penyakit sistemik.
Pemilihan tes laboratorium menggunakan riwayat dan pemeriksaan fisik, seperti:
o Hitung jenis: pasien dengan infeksi parsit atau pasien yang memiliki riwayat reaksi
terhadap obat, dapat memiliki peningkatan jumlah eosinofil.
o Laju endap darah/LED (Erythrocyte sedimentation rate/ESR) dapat meningkat pada
vaskulitis urtikaria.
o Titer Hepatitis B dan C: Hepatitis B dan C dapat berhubungan dengan cryoglobulinemia,
yang berhubungan dengan beberapa bentuk dari cold-induced urticaria seperti vasculitis
urticaria. Sebagai tambahan, sebuah hubungan telah dilaporkan antara hepatitis C dan
urtikaria kronik.
o Tinja (telor dan parasit)
o Urinalisis atau kultur urin diindikasikan jika gejala pasien kearah infeksi traktus
urinarius.
o Titer Antinuclear antibody (ANA) diindikasikan pada pasien yang diduga vaskulitis
urtkaria.
o Serum cryoglobulins: Cryoglobulinemia iberhubungan dengan beberapa bentuk cold-
induced urticaria.
o Studi Komplemen: C3 (berhubungan dengan keterlibatan pulmonary pada pasien dengan
urticarial vasculitis), C4 (dapat rendah pada angioedemaherediter), dan uji fungsi C1-
esterase inhibitor (angioedema herediter) dapat dilakukan.
o Fungsi thyroid, antithyroid microsomal, dan peroxidase antibody titers: Pasien denga
urtikaria tidak responsive dengan antihistamin atau steroid dapat memiliki titer yang
meningkat, yang berespon pada terapi hormone tiroid. Pasien dapat eutiroid. Urtikaria
juga lebih umum terjadi pada pasien dengan tiroiditis Hashimoto.
Tes lainnya:
o Tes percobaan: tes percobaan dapat diperlukan untuk menyingkirkan urtikaria fisik.
o Biopsi kulit: emeriksaaan histologis tidak diperlukan untuk mendiagnosis urtikaria.
Biopsi dpat diperlukan untuk mendiagnosis vasculitis urticaria atau bentuk predominan
netrofil dari urtikaria yang tak berespon baik pada antihistamin.
o Tes kulit dapat berguna jika diduga urtikaria kontak.
o Prick tes kulit dapat menolong mengidentifikasi alergi makanan pada pasien, yang
merupakan penyebab yang jarang pada urtikaria kronik. Tes kulit (prick test), untuk
urtikaria kronik jarang membantu untk menentukan penyebab kecuali pada alergi gigitan
serangga. Walau tak banyak membantu dapat dipakai untuk urtikaria inhalan dan
makanan yang tak dapat dihindarkan pada diet makanan.
Temuan histologi: Dermal edema, dilatasi pembuluh darah, dan infiltrat perivascular ringan,
terdiri dari monosit dan limfosit CD4+, beberapa bentuk predominan neutrofil.
- Survai diet dan obat
o Diet: menjaga/menghindakan psien dari makanan yang bisanya menyebabkan alergi
o Obat: seluruh obat dihentikan, bila diperlukan dapat dicoba obat jenis lain.
Referensi:
Strachan DD. Urticaria, Chronic. 2005. (online). Available at: http://www. emedicine.com
3. Cara penularan trikomonas vaginalis, bacterial vaginalis, candidiasis, skabies, dan pediculosis
pubis pada gadis?
Lingkungan vagina normal terdiri dari Lactobacillus acidophilus dan flora endogen lainnya,
estrogen, glicogen, pH vagina dan produk metabolik dari flora normal dan patogen.
L. acidophilus memproduksi hydrogen peroxide, yang bersifat toksik pada organisme pathogen
dan menjaga pH vagina antra 3.8 and 4.2. Vaginitis pada gadis (wanita virgin) dapat terjadi
karena flora normal vagina telah berubah karena organisme patogen dan perubahan pada
lingkungan vagina yang membuat organisme patogen dapat berkembangbiak.
Antibiotik, semprotan air (mencuci vagina), stress dan hormon dapat mengubah lingkungan
normal vagina sehingga menyebabkan organisme pathogen dapat tumbuh.
Pada bacterial vaginalis, diyakini bahwa terjadi penurunan produksi hydrogen peroxide
sehingga terjadi perubahan pH vagina dan pertumbuhan flora normal tertekan. G. vaginalis, M.
hominis dan spesies Mobiluncus yang merupakan penyebab bakterial vaginosis memproduksi
amin, yang meningkatkan pH vagina dan menyebabkan pengelupasan sel epitel vagina.
Perubahan pada lingkungan vagina seperti perubahan level estrogen dan progesterone serta level
glikogen dapat mempertinggi jumlah Candida albicans sehingga dapat terjadi candidiosis.
Pada pasien dengan trikomoniasis, perubahan level estrogen dan progesteron, dapat
meningkatkan pH vagina dan level glikogen, dapat meningkatkan pertumbuhan dan virulensi
Tricomonas vaginalis.
Skabies dan pediculosis pubis : perantaraan kontak tidak langsung misalnya alat mandi

Referensi:
Egan ME, Lipsky MS. Diagnosis of Vaginitis. American Family Physician 2000. (online).
Available at: http://www. AAFP.com
4. Kelainan kuku pada sifilis?
Kelainan kuku pada sifilis stadium II disebut Onikia Sifilitika, yaitu warna kuku berubah
menjadi putih, kabur, rapuh, bagian distal lempeng kuku menjadi hiperkeratotik sehingga kuku
terangkat.
Referensi:
Djuanda A. Ilmu penyakit Kulit Kelamin. FKUI Jakarta, 2002

5. Kelainan kulit karena penyakit AIDS?


- Sarkoma Kaposi: Sarkoma ini dapat mengenai kulit, lidah maupun selaput lendir dan
viscera. Lesi berwarna keunguan, bersifat radiosensitif, komplikasi ini sering dijumpai pada
AIDS stadium lanjut dan yang menyerang kulit prognosisnya relatif lebih baik daripada
yang menyerang viscera, atau kombinasi kulit dan viscera. Hanya Sarkoma Kaposi dan
Limfoma non-Hodgkin yang merupakan dua kanker yang secara nyata dikaitkan dengan
AIDS dan masuk dalam kriteria kasus untuk surveilans AIDS oleh CDC, Amerika Serikat.
- Herpes Zoster pada ODHA yang berkulit terang : Herpes Zaster pada panggung kanan atas
dan leher pada seseorang yang berkulit terang. Meskipun merupakan tanda klinis pertama
adanya imunodefisiensi, yang menarik adalah gambaran klinis Herpes Zasper pada AIDS
tidaklah seberat Herpes Zoster pada penyakit defisiensi imun yang lain. Herpes Zoster
terdapat pada 10-20% kasus HIV, kambuh terdapat pada 20-30% kasus.
- Herpes Zoster pada ODHA berkulit gelap : Kemunculan kembali Herpes Zoster tampak
pada distribusi dermatom saraf tepi di daerah pantat penderita infeksi HIV. Kelainan kulit
terdiri atas vesikel dengan perlukaan, yang kemudian sembuh tetapi dengan jaringan parut
yang menetap.

- Herpes simpleks di Lidah : menunjukkan ulkus/perlukaan yang tidak begitu dalam dengan
jaringan parut menetap.
- Stomatis pada kulit sudut mulut : Foto menunjukkan angular kheilosis suatu radang pada
sudut mulut karena infeksi kandida. Kandidiasis merupakan infeksi jamur superfisial yang
paling sering pada ODHA. Hampir semua ODHA pernah mengalami kandidiasis selama
masa sakitnya. seringkali terjadi pada awal penurunan CD4 atau penurunan imunitas.
- Kandidiasis orofaring : Infeksi kandida pada permukaan mukosa rongga mulut, umumnya
tampak sebagai selaput putih dan mengeluarkan eksudat berwarna kekuning pada lidah dan
daerah posterior orofaring.
- Kandidiasis esophagus (endoskopi) : Pemerikasaan endoskopi ini mengambarkan
pseudomembran yang tebal pada mukosa esophagus dan menyebabkan disfagia (kesulitan
menelan) atau odinofagia (nyei pada waktu menelan).
- Dermatitis seboroik : Suatu kelainan kulit di sekitar mulut dan lekukan nasolabial berwarna
merah, eritematus dan menyerupai dermatitis. Kelaianan itu dapat meluas ke seluruh kepala
atau kadang-kadang seluruh tubuh, sangat gatal dan kadang bernanah. Sulit dibedakan
dengan psoriasis. Sering dijumpai pada ODHA dan semakin berat bila keadaan
imunosupresi semakin berat.
- Sindrom Stevens Johnson : Menunjukkan steven Johnson pada ODHA yang alergi ko-
trimoksasol. Disamping erosi mukosa juga terdpat purpuric maculae, Demam dan kelelahan
umum juga terjadi pada pasien.
- Oral hairy leukoplakia : Keadaan ini terdapat pada 25% ODHA dan disebabkan oleh virus
Epstein Barr. Berupa lesi putih pada bagian lateral lidah dan kadang-kadang meluas ke
sekitarnya. Karena mirip bentuknya seringkali disalah tafsirkan sebagai kandidiasis.
Perbedaannya adalah kelainan ini tidak dapat dihilangkan dengan mengeroknya, Oral hairy
leukoplakia dapat sembuh spontan 25-50 % kasus.
- Sifilis : Luka (ulkus mole) pada batang penis karena sifilis. Biasanya sifilis disertai
limfadenopati unilateral atau menyeluruh. Perlu tes serologis untuk membuktikannya dan
sifilis pada ODHA cepat berkembang menjadi neurtosifilis.
- Herpes simpleks di tepi anus : Herpes Simpleks mulai muncul bila CD4 menurun sering
terdapt di daerah genital dan perianal. Kelainan Kulit berwarna kemerahan sangat nyeri dan
cenderung berulang . Bila ODHA menderita lesi perianal, yang nyeri dan sulit sembuh harus
selalu difikirkan diagnosis herpes simpleks.
- Penisiliosis : Menunjukkan lesi papulonekrotik pada wajah ODHA tampak pula lesi papular
Pencillin marnefei. Lesi ini biasanya disertai demam, hepatosplenomegali, limfadenopati
menyeluruh, anemia, trombositopenia.
- Psoriasis : Kelainan ditandai oleh plak kemerahan dikitari oleh sisik keperakan dalam
berbagai ukuran. Psoriasis dapat sangat berat pada ODHA dan sulit diobati.
- Scabies : Skabies (gudig, kudis) berkusta merupakan OI yang sering menyerang ODHA.
Disebabkan kutu Sarcoptes scabiei, , penyakit ini menghasilkan lesi kemerahan, sangat
gatal, semula muncul dalam bentuk ruam makular yang sering dikira sebagai ruam karena
alergi obat. Kemudiandi ikuti oleh plak hiperkeratosis.
Referensi:
Kelompok Kerja HIV-AIDS (POKJA AIDS). Gambaran Klinis Infeksi HIV-AIDS. RS Penyakit
Infeksi Prof. Dr. Sulianti Saroso Jakarta, 2007

6. Program pengobatan antivirus untuk AIDS?


Kombinasi lamivudin dan Zidovudin

Dosis Lamivudin (epivir) :


Dewasa : 150 mg (2 kali sehari)
300 mg (1 kali sehari)
Infant < 30 hari : 2 mg/KgBB (2 kali sehari)
Pediatrik 1 bulan - 12 tahun : 4 mg/KgBB (2 kali sehari) maksimum 150 mg
Adolesen BB< 50 Kg : 4 mg/KgBB (2 kali sehari) maksimum 150 mg
Adolesen BB ≥ 50 Kg : dosis dewasa

Dosis Zidovudin (retrovir)


Dewasa : 300 mg (2 kali sehari)
200 mg (3 kali sehari)
6 minggu - 12 tahun : 160 mg/m2 (tiap 8 jam) maksimum 200mg

Referensi:
Coffey S, Peiperl L. Lamivudine (Epivir), Zidovudin (retovir). October 31, 2006

7. Apabila keadaan pasien bagus dan dari hasil pemeriksaan memiliki nilai VDRL 1/1024 dan nilai
TPHA 1/10254, apa yang dapat dinilai?
Uji Veneral Disease Research Laboratory (VDRL) adalah uji non spesifik yang mengukur
antibodi kardiolipin, yang juga disebut sebagai antibodi nontreponema dalam serum. Antibodi
ini dibentuk sebagai respon terhadap perubahan-perubahan pada sel mamalia akibat infeksi oleh
Treponema pallidum.
Untuk memperlihatkan perubahan yang bermakna dalam aktivitas antibodi, uji nontreponema
harus memperlihatkan perubahan titer empat kali lipat, ekivalen dengan perubahan dua
pengenceran (misalnya dari 1:16 menjadi 1:4 atau dari 1:32 menjadi 1:8) yang menunjukkan
respon terhadap pengobatan apabila menurun atau kekambuhan apabila meningkat. Salah satu
kekurangan dari uji ini adalah tidak reaktif pada sekitar 25% individu dengan sifilis primer,
laten, lanjut, dan tersier, dan angka memiliki positif palsu hingga 20%.
Pada TPHA diperoleh nilai 1/10254 sehingga hasil sifilis positif (+).
Hasil
Positif palsu biologik dapat terjadi pada sejumlah penyakit antara lain penyakit virus akut,
malaria, kusta, keganasan, AIDS, dan penyalahgunaan obat terlarang

8. Beda canitis dan poliosis adalah:


Canitis:
Rambut kepala yang berwarna keabuan atau keputihan, khususnya yang berkaitan dengan
penuaan.
Poliosis:
Kekurangan melanin pada rambut kepala, karena kekurangan pigmen pada epidermis, terjadi
pada beberapa sindrom herediter tetapi dapat juga disebabkan inflamasi, iradiasi, atau infeksi
seperti herpes zoster.
Jadi perbedaannya adalah canitis terjadi oleh karena proses fisiologis karena penuaan sedangkan
poliosis karena proses patologis.
Referensi:
Dorland WA Newman. Kamus Kedokteran Dorland. Edisi 29. EGC Jakarta, 2002
Online Medical Dictionary. (online) Available at: http://www. google.com

Tugas Ujian
Penguji : Dr. Hendratno Ganda, Sp. KK

9. Beda canitis dan poliosis adalah:


- Canitis:
Rambut kepala yang berwarna keabuan atau keputihan, khususnya yang berkaitan dengan
penuaan.
- Poliosis:
Kekurangan melanin pada rambut kepala, karena kekurangan pigmen pada epidermis, terjadi
pada beberapa sindrom herediter tetapi dapat juga disebabkan inflamasi, iradiasi, atau infeksi
seperti herpes zoster.
- Jadi perbedaannya adalah canitis terjadi oleh karena proses fisiologis karena penuaan
sedangkan poliosis karena proses patologis.
Referensi:
Dorland WA Newman. Kamus Kedokteran Dorland. Edisi 29. EGC Jakarta, 2002
Online Medical Dictionary. (online) Available at: http://www. google.com

10. Macam- macam bentuk urtikaria secara klinis?


1. Dermatographism/dermographism
Write on skin, dengan benda digores ke kulit menimbulkan urtikaria linier (30 menit)
2. Cold urticaria
Gatal dan urtika setelah terpapar dingin, dapat di tes dengan es batu pada tangan selama 2
minggu
3. Solar urticaria
Urtikaria yang terjadi setelah terpapar sinar matahari, disarankan untuk memakai tabir surya.
4. Aquagenic urticaria
Urtikaria yang terjadi setelah kontak dengan air.
5. Urtikaria tekanan
Urtikaria yang terjadi akibat tekanan seperti garis ikat pinggang, sepatu sempit, bra, elastic
stocking.
6. Urtikaria kolinergik
Urtikaria kolinergik berupa lesi pungtata, daerah sekitar lesi eritem, urtikaria ini dicetuskan
oleh badan panas, cuaca panas, mandi air panas, olahraga, berkeringat. Urtikaria ini diduga
oleh karena respon vaskuler yang berlebihan terhadap pelepasan asetilkolin.
9. Urtikaria kontak
Terjadi segera tertunda 12 jam. Pencetus animal dander, putih telor, wool, serbuk sari, obat
bahan kimia.
10. Vibratory urticaria
Urtikaria yang terjadi karena tekanan yang berlangsung lama.
Referensi:
Strachan DD. Urticaria, Chronic. 2005. (online). Available at: http://www. emedicine.com

11. Langkah – langkah pemeriksaan urtikaria kronis?


- Anamnesis yang lengkap (temukan riwayat)
- Pemeriksaan fisik sebagai dasar diagnosis, mencari faktor yang mendasari untuk penyebab
secara fisik pada pasien dengan urtikaria kronik
- Pemeriksaan penunjang, skrining laboratorium untuk menyingkirkan penyakit sistemik.
Pemilihan tes laboratorium menggunakan riwayat dan pemeriksaan fisik, seperti:
o Hitung jenis: pasien dengan infeksi parsit atau pasien yang memiliki riwayat reaksi
terhadap obat, dapat memiliki peningkatan jumlah eosinofil.
o Laju endap darah/LED (Erythrocyte sedimentation rate/ESR) dapat meningkat pada
vaskulitis urtikaria.
o Titer Hepatitis B dan C: Hepatitis B dan C dapat berhubungan dengan cryoglobulinemia,
yang berhubungan dengan beberapa bentuk dari cold-induced urticaria seperti vasculitis
urticaria. Sebagai tambahan, sebuah hubungan telah dilaporkan antara hepatitis C dan
urtikaria kronik.
o Tinja (telor dan parasit)
o Urinalisis atau kultur urin diindikasikan jika gejala pasien kearah infeksi traktus
urinarius.
o Titer Antinuclear antibody (ANA) diindikasikan pada pasien yang diduga vaskulitis
urtkaria.
o Serum cryoglobulins: Cryoglobulinemia iberhubungan dengan beberapa bentuk cold-
induced urticaria.
o Studi Komplemen: C3 (berhubungan dengan keterlibatan pulmonary pada pasien dengan
urticarial vasculitis), C4 (dapat rendah pada angioedemaherediter), dan uji fungsi C1-
esterase inhibitor (angioedema herediter) dapat dilakukan.
o Fungsi thyroid, antithyroid microsomal, dan peroxidase antibody titers: Pasien denga
urtikaria tidak responsive dengan antihistamin atau steroid dapat memiliki titer yang
meningkat, yang berespon pada terapi hormone tiroid. Pasien dapat eutiroid. Urtikaria
juga lebih umum terjadi pada pasien dengan tiroiditis Hashimoto.
Tes lainnya:
o Tes percobaan: tes percobaan dapat diperlukan untuk menyingkirkan urtikaria fisik.
o Biopsi kulit: emeriksaaan histologis tidak diperlukan untuk mendiagnosis urtikaria.
Biopsi dpat diperlukan untuk mendiagnosis vasculitis urticaria atau bentuk predominan
netrofil dari urtikaria yang tak berespon baik pada antihistamin.
o Tes kulit dapat berguna jika diduga urtikaria kontak.
o Prick tes kulit dapat menolong mengidentifikasi alergi makanan pada pasien, yang
merupakan penyebab yang jarang pada urtikaria kronik. Tes kulit (prick test), untuk
urtikaria kronik jarang membantu untk menentukan penyebab kecuali pada alergi gigitan
serangga. Walau tak banyak membantu dapat dipakai untuk urtikaria inhalan dan
makanan yang tak dapat dihindarkan pada diet makanan.
Temuan histologi: Dermal edema, dilatasi pembuluh darah, dan infiltrat perivascular ringan,
terdiri dari monosit dan limfosit CD4+, beberapa bentuk predominan neutrofil.

- Langkah-langkah atau manajemen urtikaria kronik:


Umum :
Survai diet dan obat
1. Menjaga/menghindarkan pasien dari makanan yang bisanya menyebabkan alergi (sudah
diketahui sebagi faktor pencetus). Anjurkan pasien untuk menghindari makanan yang
mengandung salisilat seperti tomat
2. Obat: seluruh obat dihentikan, bila diperlukan dapat dicoba obat jenis lain.
Khusus:
Terapi/medikamentosa :
1. Antihistamin, contoh : diphenhydramine 25-50 mg PO (tiap 6-8 jam) prn
2. Anti inflamasi, contoh : prednisone 0.5-2 mg/kg/hari PO

Referensi:
Strachan DD. Urticaria, Chronic. 2005. (online). Available at: http://www. emedicine.com

12. Cara penularan trikomonas vaginalis, bacterial vaginalis, candidiasis, skabies, dan pediculosis
pubis pada gadis?
Lingkungan vagina normal terdiri dari Lactobacillus acidophilus dan flora endogen lainnya,
estrogen, glicogen, pH vagina dan produk metabolik dari flora normal dan patogen.
L. acidophilus memproduksi hydrogen peroxide, yang bersifat toksik pada organisme pathogen
dan menjaga pH vagina antra 3.8 and 4.2. Vaginitis pada gadis (wanita virgin) dapat terjadi
karena flora normal vagina telah berubah karena organisme patogen dan perubahan pada
lingkungan vagina yang membuat organisme patogen dapat berkembangbiak.
Antibiotik, semprotan air (mencuci vagina), stress dan hormon dapat mengubah lingkungan
normal vagina sehingga menyebabkan organisme pathogen dapat tumbuh.
Pada bacterial vaginalis, diyakini bahwa terjadi penurunan produksi hydrogen peroxide
sehingga terjadi perubahan pH vagina dan pertumbuhan flora normal tertekan. G. vaginalis, M.
hominis dan spesies Mobiluncus yang merupakan penyebab bakterial vaginosis memproduksi
amin, yang meningkatkan pH vagina dan menyebabkan pengelupasan sel epitel vagina.
Perubahan pada lingkungan vagina seperti perubahan level estrogen dan progesterone serta level
glikogen dapat mempertinggi jumlah Candida albicans sehingga dapat terjadi candidiosis.
Pada pasien dengan trikomoniasis, perubahan level estrogen dan progesteron, dapat
meningkatkan pH vagina dan level glikogen, dapat meningkatkan pertumbuhan dan virulensi
Tricomonas vaginalis.
Skabies dan pediculosis pubis : perantaraan kontak tidak langsung misalnya alat mandi

Referensi:
Egan ME, Lipsky MS. Diagnosis of Vaginitis. American Family Physician 2000. (online).
Available at: http://www. AAFP.com

13. Kelainan kuku pada sifilis?


Kelainan kuku pada sifilis stadium II disebut Onikia Sifilitika, yaitu warna kuku berubah
menjadi putih, kabur, rapuh, bagian distal lempeng kuku menjadi hiperkeratotik sehingga kuku
terangkat.
Referensi:
Djuanda A. Ilmu penyakit Kulit Kelamin. FKUI Jakarta, 2002

14. Kelainan kulit karena penyakit AIDS?


- Sarkoma Kaposi: Sarkoma ini dapat mengenai kulit, lidah maupun selaput lendir dan
viscera. Lesi berwarna keunguan, bersifat radiosensitif, komplikasi ini sering dijumpai pada
AIDS stadium lanjut dan yang menyerang kulit prognosisnya relatif lebih baik daripada
yang menyerang viscera, atau kombinasi kulit dan viscera. Hanya Sarkoma Kaposi dan
Limfoma non-Hodgkin yang merupakan dua kanker yang secara nyata dikaitkan dengan
AIDS dan masuk dalam kriteria kasus untuk surveilans AIDS oleh CDC, Amerika Serikat.
- Herpes Zoster pada ODHA yang berkulit terang : Herpes Zaster pada panggung kanan atas
dan leher pada seseorang yang berkulit terang. Meskipun merupakan tanda klinis pertama
adanya imunodefisiensi, yang menarik adalah gambaran klinis Herpes Zasper pada AIDS
tidaklah seberat Herpes Zoster pada penyakit defisiensi imun yang lain. Herpes Zoster
terdapat pada 10-20% kasus HIV, kambuh terdapat pada 20-30% kasus.
- Herpes Zoster pada ODHA berkulit gelap : Kemunculan kembali Herpes Zoster tampak
pada distribusi dermatom saraf tepi di daerah pantat penderita infeksi HIV. Kelainan kulit
terdiri atas vesikel dengan perlukaan, yang kemudian sembuh tetapi dengan jaringan parut
yang menetap.
- Herpes simpleks di Lidah : menunjukkan ulkus/perlukaan yang tidak begitu dalam dengan
jaringan parut menetap.
- Stomatis pada kulit sudut mulut : Foto menunjukkan angular kheilosis suatu radang pada
sudut mulut karena infeksi kandida. Kandidiasis merupakan infeksi jamur superfisial yang
paling sering pada ODHA. Hampir semua ODHA pernah mengalami kandidiasis selama
masa sakitnya. seringkali terjadi pada awal penurunan CD4 atau penurunan imunitas.
- Kandidiasis orofaring : Infeksi kandida pada permukaan mukosa rongga mulut, umumnya
tampak sebagai selaput putih dan mengeluarkan eksudat berwarna kekuning pada lidah dan
daerah posterior orofaring.
- Kandidiasis esophagus (endoskopi) : Pemerikasaan endoskopi ini mengambarkan
pseudomembran yang tebal pada mukosa esophagus dan menyebabkan disfagia (kesulitan
menelan) atau odinofagia (nyei pada waktu menelan).
- Dermatitis seboroik : Suatu kelainan kulit di sekitar mulut dan lekukan nasolabial berwarna
merah, eritematus dan menyerupai dermatitis. Kelaianan itu dapat meluas ke seluruh kepala
atau kadang-kadang seluruh tubuh, sangat gatal dan kadang bernanah. Sulit dibedakan
dengan psoriasis. Sering dijumpai pada ODHA dan semakin berat bila keadaan
imunosupresi semakin berat.
- Sindrom Stevens Johnson : Menunjukkan steven Johnson pada ODHA yang alergi ko-
trimoksasol. Disamping erosi mukosa juga terdpat purpuric maculae, Demam dan kelelahan
umum juga terjadi pada pasien.
- Oral hairy leukoplakia : Keadaan ini terdapat pada 25% ODHA dan disebabkan oleh virus
Epstein Barr. Berupa lesi putih pada bagian lateral lidah dan kadang-kadang meluas ke
sekitarnya. Karena mirip bentuknya seringkali disalah tafsirkan sebagai kandidiasis.
Perbedaannya adalah kelainan ini tidak dapat dihilangkan dengan mengeroknya, Oral hairy
leukoplakia dapat sembuh spontan 25-50 % kasus.
- Sifilis : Luka (ulkus mole) pada batang penis karena sifilis. Biasanya sifilis disertai
limfadenopati unilateral atau menyeluruh. Perlu tes serologis untuk membuktikannya dan
sifilis pada ODHA cepat berkembang menjadi neurtosifilis.
- Herpes simpleks di tepi anus : Herpes Simpleks mulai muncul bila CD4 menurun sering
terdapt di daerah genital dan perianal. Kelainan Kulit berwarna kemerahan sangat nyeri dan
cenderung berulang . Bila ODHA menderita lesi perianal, yang nyeri dan sulit sembuh harus
selalu difikirkan diagnosis herpes simpleks.
- Penisiliosis : Menunjukkan lesi papulonekrotik pada wajah ODHA tampak pula lesi papular
Pencillin marnefei. Lesi ini biasanya disertai demam, hepatosplenomegali, limfadenopati
menyeluruh, anemia, trombositopenia.
- Psoriasis : Kelainan ditandai oleh plak kemerahan dikitari oleh sisik keperakan dalam
berbagai ukuran. Psoriasis dapat sangat berat pada ODHA dan sulit diobati.
- Scabies : Skabies (gudig, kudis) berkusta merupakan OI yang sering menyerang ODHA.
Disebabkan kutu Sarcoptes scabiei, , penyakit ini menghasilkan lesi kemerahan, sangat
gatal, semula muncul dalam bentuk ruam makular yang sering dikira sebagai ruam karena
alergi obat. Kemudiandi ikuti oleh plak hiperkeratosis.
Referensi:
Kelompok Kerja HIV-AIDS (POKJA AIDS). Gambaran Klinis Infeksi HIV-AIDS. RS Penyakit
Infeksi Prof. Dr. Sulianti Saroso Jakarta, 2007

15. Program pengobatan antivirus untuk AIDS?


Kombinasi lamivudin dan Zidovudin

Dosis Lamivudin (epivir) :


Dewasa : 150 mg (2 kali sehari)
300 mg (1 kali sehari)
Infant < 30 hari : 2 mg/KgBB (2 kali sehari)
Pediatrik 1 bulan - 12 tahun : 4 mg/KgBB (2 kali sehari) maksimum 150 mg
Adolesen BB< 50 Kg : 4 mg/KgBB (2 kali sehari) maksimum 150 mg
Adolesen BB ≥ 50 Kg : dosis dewasa

Dosis Zidovudin (retrovir)


Dewasa : 300 mg (2 kali sehari)
200 mg (3 kali sehari)
6 minggu - 12 tahun : 160 mg/m2 (tiap 8 jam) maksimum 200mg

Referensi:
Coffey S, Peiperl L. Lamivudine (Epivir), Zidovudin (retovir). October 31, 2006

16. Apabila keadaan pasien bagus dan dari hasil pemeriksaan memiliki nilai VDRL 1/1024 dan nilai
TPHA 1/10254, apa yang dapat dinilai?
Uji Veneral Disease Research Laboratory (VDRL) adalah uji non spesifik yang mengukur
antibodi kardiolipin, yang juga disebut sebagai antibodi nontreponema dalam serum. Antibodi
ini dibentuk sebagai respon terhadap perubahan-perubahan pada sel mamalia akibat infeksi oleh
Treponema pallidum.
Untuk memperlihatkan perubahan yang bermakna dalam aktivitas antibodi, uji nontreponema harus
memperlihatkan perubahan titer empat kali lipat, ekivalen dengan perubahan dua pengenceran
(misalnya dari 1:16 menjadi 1:4 atau dari 1:32 menjadi 1:8) yang menunjukkan respon terhadap
pengobatan apabila menurun atau kekambuhan apabila meningkat. Salah satu kekurangan dari uji
ini adalah tidak reaktif pada sekitar 25% individu dengan sifilis primer, laten, lanjut, dan tersier, dan
angka memiliki positif palsu hingga 20%. Setelah dilakukan uji treponemal diperoleh nilai 1/10254
sehingga hasil dapat sifilis dinyatakan positif (+). Jika hasil laboratorium tidak sesuia dengan klinis,
maka tes tersebut perlu diulangi, karena mungkin terjadi kesalahan teknis, kalau perlu di
laboratorium lain. Namun jika hasil laboratorium tetap sama, kemungkinan pasien berada pada fase
laten, tetapi infeksi masih ada dan aktif, sehingga sebelum sembuh (titer VDRL dan TPHA
menurun) pada pasien diusahakan tidak/ dilarang bersenggama, mitra seksual diobati, pengobatan
sifilis tetap dimulai sedini mungkin.

.
Tugas Ujian
Penguji : Dr. Hendratno Ganda, Sp. KK

1. Obat anti jamur sistemik yang aman untuk ibu hamil?


Terbinafin (Lamisil), biasanya aman untuk orang hamil. Terbinafin merupakan derivat sintetik
allylamine yang menginhibisi squalene epoxidase, enzim dalam biosintesis ergosterol jamur
yang squalen menjadi lanosterol (lanosterol merupakan bahan dasar ergosterol jamur), sehingga
terjadi kekurangan ergosterol yang membuat jamur mati.

Referensi:
1. Rubeiz N. Tinea. 2004. (online). Available at: http://www. emedicine.com
2. Neal MJ. At A Glance Farmakologi Medis. Edisi Kelima. Erlangga Jakarta, 2006

2. Hubungan iklim dan higiene dengan prurigo?


Jawab:
Penyebab prurigo masih belum diketahui pasti, salah satu pencetus terjadinya prurigo adalah
iklim (yaitu suhu panas/ dingin). Perubahan iklim mempengaruhi pencemaran udara yang dapat
menimbulkan reaksi alergis dan infeksi karena debu dan bahan kimia sebagai pengaruh cuaca
atau polusi udara. Lebih dari 80% pasien prurigo memiliki riwayat dermatitis atopi dan asma.
Iklim yang panas atau dingin yang terlalu ekstrim sangat berpengaruh pada terjadinya dermatitis
atopi sehingga hal ini berhubungan dengan terjadinya prurigo. Selain itu prurigo sering terdapat
pada keadaan higiene yang rendah. Higiene yang rendah dapat mengundang infestasi parasit
seperti fleas. Apabila gigitan parasit tersebut mengenai kulit, hal ini dapat mencetuskan prurigo.

Referensi:
1. Koalisi untuk Indonesia Sehat. Iklim Hambat RPJM, Penyakit Alergis dan Infeksi
Meningkat. 2008. (online). Available at: http:// www.google.com
2. DermNet NZ. Prurigo nodularis (nodular prurigo). (online). Available at: http://www.
google.com
3. Djuanda A. Ilmu penyakit Kulit Kelamin. FKUI Jakarta, 2002

3. Beda erysipelas dengan selulitis?

Beda Erysipelas Selulitis


Lokasi Infeksi akut pada dermis dan Peradangan akut supuratif di
epidermis jaringan subkutan
Klinis Kulit hiperemis/eritema, edema, Lesi eritema – infiltrat.difus
batas tegas, dapat terjadi Nyeri pada perabaan – batas tak
vesikula – gangren lokal. tegas

Referensi
Djuanda A. Ilmu penyakit Kulit Kelamin. FKUI Jakarta, 2002
4. Drug of Choice Pioderma?
Penicillin G benzathine dengan dosis dewasa 600,000-1.2 juta Unit IM

Referensi:
Davis L. Ecthyma. 2007. (online). Available at: http://www. emedicine.com

5. Cara penularan TBC kutis dan contohnya?


1. Perjalanan langsung ke kulit dari organ di bawahnya, contoh: Skrofuloderma
2. Inokulasi langsung pada kulit sekitar orifisium, contoh: TBC kutis orifisialis
3. Hematogen, contoh: TBC kutis miliaris
4. Limfogen, contoh: Lupus vulgaris
5. Dari selaput lendir, contoh: Lupus vulgaris
6. Langsung ke kulit (ada kerusakan kulit), contoh: TBC kutis verukosa

Referensi
Djuanda A. Ilmu penyakit Kulit Kelamin. FKUI Jakarta, 2002

6. Gambaran klinis TBC kutis verukosa dan terapinya?


Gambaran klinis: khas berbentuk bulan sabit akibat penjalaran seperti serpiginosa, yang berarti
penyakit menjalar ke satu jurusan diikuti penyembuhan di jurusan yang lain. Ruam terdiri atas
papul-papul lentikular di atas kulit yang eritematosa. Pada bagian yang cekung terdapat
sikatriks. Kecuali menjalar secara serpiginosa juga dapat menjalar ke perifer sehingga terbentuk
sikatriks di tengah.

Terapinya:
Isoniazid 5 – 10 mg/kgBB oral dosis tunggal
Rifampisin 10 mg/kgBB oral dosis tunggal
Pirazinamid 20 – 35 mg/kgBB oral dosis terbagi
Etambutol Bulan I & II 25 mg/kgBB, berikutnya 15mg/kgBB oral dosis tunggal
Streptomisin 25 mg/kgBB injeksi
Tahap awal (intensif) dan Tahap lanjutan 2HRZE/ 4 H3R3

Referensi
Djuanda A. Ilmu penyakit Kulit Kelamin. FKUI Jakarta, 2002

7. Bagaimana terapi yang tepat pada penderita lepra yang alergi terhadap DDS (diamino difenil
sulfon)?
Pengobatan dengan DDS distop dan diganti dengan rejiman seperti tabel di bawah:
Rifampisin Klofazimin
Dewasa 600 mg/bulan, diawasi 50 mg/hari dan 300mg/ bulan, diawasi
Anak (10-14 450 mg/bulan, diawasi 50 mg selang sehari dan 150 mg/bulan,
tahun) diawasi

Referensi:
Rahmat H, Amiruddin MD, Hakim Z, Darwis ER, Sjamsoe S, Daili ESS, dkk. Program
Pemberantasan Penyakit Kusta di Indonesia. Jakarta, 2004

Tugas Ujian
Penguji : Dr. Hendratno Ganda, Sp. KK

1. Pengertian penyakit Darier?


Kata Darier berasal dari nama dokter kulit Perancis (1856-1938).
Penyakit darier/ keratosis folikularis adalah gangguan keratinisasi yang berkembang lambat
yang bersifat dominant autosomal, ditandai oleh papul kemerahmudaan sampai coklat
kekuningan atau warna seperti kulit pada daerah tubuh seboroik yang bergabung membentuk
plakat, dapat menjadi krusta dan infeksi sekunder; lama kelamaan lesi nenjadi lebih gelap dan
dapat bersatu membentukpapiloma dan tumbuh kulit berbau.

Referensi:
Dorland WA Newman. Kamus Kedokteran Dorland. Edisi 29. EGC Jakarta, 2002
2. Penyakit kulit oleh karena kekurangan vitamin?
Kekurangan Vitamin B12 : Dermatitis Seboroik
Vitamin B6 : Dermatitis Seboroik
Niasin : Pelagra
Vitamin A : Hiperkeratosis folikularis

Referensi:
Siregar RS. Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit. EGC Jakarta, 2005
Murray RK. Biokimia Harper. EGC Jakarta, 1999

3. Dosis prednison pada Toxic Epidermal Necrolysis?


4-6 x 5 mg/ hari selama 3 – 5 hari

Referensi:
Siregar RS. Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit. EGC Jakarta, 2005

4. Kelainan mukosa TEN dan SJS?


Kelainan mukosa pada SJS terjadi pada semua kasus, sedangkan pada TEN terjadi pada 90%
kasus. Mukosa yang paling sering terkena adalah orofaring diikuti mata, genitalia dan anus.
Cavum oral terasa nyeri seperti terbakar, terjadi erosi mukosa, krusta tebal dan sangat nyeri.
Pada mukosa genital menyebabkan nyeri saat berkemih. Mukosa yang lain yang terkena adalah
esofagus, traktus gastrointestinal, epitel respiratorik (trakeobronkial).

Referensi:
Klein PA. Stevens-Johnson Syndrome and Toxic Epidermal Necrolysis. 2006. (online).
Available at: http://www. emedicine.com

5. Kepanjangan SJS, TEN, SSSS yang benar?


Toxic Epidermal Necrolysis
Stevens-Johnson Syndrome
Staphylococcal Scalded Skin Syndrome

Referensi:
Garra GP. Toxic Epidermal Necrolysis. 2005. (online). Available at: http://www. emedicine.com
Kim JH. Staphylococcal Scalded Skin Syndrome. 2007. (online). Available at: http://www.
emedicine.com
Parrillo SJ. Stevens-Johnson Syndrome. 2007. (online). Available at: http://www.
emedicine.com

6. Pengertian Zoonosis?
Suatu penyakit hewan yang dapat ditularkan pada manusia dalam kondisi-kondisi alamiah

. Referensi:
Dorland WA Newman. Kamus Kedokteran Dorland. Edisi 29. EGC Jakarta, 2002

7. Terowongan Larva Current?


Pada membran mucosa kulit.

Referensi:
Schwartz RA. Strongyloidiasis. 2006. (online). Available at: http://www. emedicine.com

8. Dosis Albendazol untuk Cutaneus Larva Migrans dan Larva Currens?


400 mg dosis tunggal selama tiga hari berturut-turut.

Referensi:
Gandahusada S, Ilahude HD, Pribadi W. Parasitologi Kedokteran. Edisi ketiga. FKUI Jakarta,
2004

9. Pengertian Canities dan Foliosis?


Canities: Rambut kepala yang berwarna keabuan atau keputihan, khususnya yang berkaitan
dengan penuaan.
Foliaceous: memiliki, berkenaan dengan, atau menyerupai daun.

Referensi:
Dorland WA Newman. Kamus Kedokteran Dorland. Edisi 29. EGC Jakarta, 2002

Tugas Ujian
Penguji : Dr. Hendratno Ganda, Sp. KK

1. Jenis jamur dermatofita yang terbanyak menyebabkan tinea cruris?


Jawab:
Epidermophyton floccosum, Trichophyton rubrum.
Referensi:
1. Wiederkehr M. Tinea Cruris. 2006. (online). Available at: http://www. emedicine.com
2. Gandahusada S, Ilahude HD, Pribadi W. Parasitologi Kedokteran. Edisi ketiga. FKUI
Jakarta, 2004

2. Tanda tepi aktif selain lebih eritem adalah?


Jawab:
Terdapat papul, vesikel, dan pustula.
Referensi:
Boel T. Mikosis Superficial. USU Digital Librry. 2003. (online). Available at: http://google.com
Siregar RS. Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit. EGC Jakarta, 2005

3. Area Seboroik?
Jawab:
1. Kepala : kulit kepala, telinga bagian luar, saluran telinga depan, kulit belakang telinga.
2. Wajah : Dahi, alis, kelopak, glabella, pipi, hidung, lipatan nasolabial, dagu
3. Badan bagian atas : Daerah sternal, interskapula, areola mamae
4. Lipatan kulit : Ketiak, lipatan bawah mamae, umbilicus, lipatan paha, anogenital.
Referensi:
Djuanda A. Ilmu penyakit Kulit Kelamin. FKUI Jakarta, 2002

4. Bolehkan Griseofulvin pada ibu hamil (kontraindikasi griseofulvin)?


Jawab :
Tidak boleh. Kontra Indikasi Griseofulvin adalah pasien yang menderita penyakit porfiria,
gangguan sel hati dan pasien yang hipersensitif terhadap griseofulvin. Selain itu tidak boleh
digunakan pada penderita yang sedang hamil, menyusui dan penderita lupus erythematosus
sistemik. Dalam suatu percobaan, griseofulvin yang diberikan dalam dosis sangat besar terbukti
mempunyai efek teratogenik pada hewan.

Referensi:
1. Healthcare. Griseofulvin. 2008. (online). Available at: http://www. dechacare.com
2. Diktat Farmakologi/ Terapi II. FK UNLAM Banjarmasin, 2005

5. Dapatkah prurigo dicetuskan karena alergi makanan?


Jawab:
Dapat.
Referensi:
1. Principles of pediatric dermatology-Chapter 36 : Prurigo. (online). Available at: http://www.
google.com
2. DermNet NZ. Prurigo nodularis (nodular prurigo). (online). Available at: http://www.
google.com
3. Djuanda A. Ilmu penyakit Kulit Kelamin. FKUI Jakarta, 2002

6. Hubungan iklim dengan higinitas?


Jawab:
Iklim dan higinitas dan sangat berkaitan. Perubahan iklim menyebabkan musim kemarau
berkepanjangan sehingga air bersih semakin sulit didapat. Hal ini berdampak pada sanitasi dasar
dan kondisi higienis masyarakat. Perubahan suhu udara dan kelembaban dapat meningkatkan
populasi, memperluas penyebaran vektor, dan memperpanjang umur vektor sehingga bisa
meningkatkan kasus penyakit menular. Perubahan iklim mempengaruhi pencemaran udara yang
dapat menimbulkan reaksi alergis dan infeksi karena debu dan bahan kimia sebagai pengaruh
cuaca atau polusi udara. Pada cuaca dingin kulit menjadi kering, kelembaban kulit berkurang,
hal ini memudahkan pertumbuhan kuman pada kulit.

Referensi:
Koalisi untuk Indonesia Sehat. Iklim Hambat RPJM, Penyakit Alergis dan Infeksi Meningkat.
2008. (online). Available at: http:// www.google.com

7. Prurigo selain di ekstremitas juga dapat timbul di badan?


Jawab:

Lesi pada prurigo biasanya berkelompok dan banyak tetapi dapat bervariasi dari 2 – 200 buah.
Biasanya diawali dari lengan bawah dan tungkai, dan dapat memburuk timbul pada tempat lain
seperti badan, wajah bahkan telapak tangan dan kaki, pada keadaan imunitas yang menurun.
Alasan dari terbentuknya lesi prurigo yang meluas, inflamasi dan peningkatan aktivitas nervus
pada kulit masih belum diketahui. Hal ini kemungkinan dapat diakibatkan selain reaksi gigitan
serangga, juga dihubungkan dengan penyakit interna seperti anemia defisiensi besi, gagal ginjal
kronik, gluten enteropathy, infeksi HIV atau kondisi lainnya.

Referensi:
DermNet NZ. Prurigo nodularis (nodular prurigo). (online). Available at: http://www.
google.com

Tugas Ujian
Penguji : Dr. Hendratno Ganda, Sp. KK

17. Beda canitis dan poliosis adalah:


- Canitis:
Rambut kepala yang berwarna keabuan atau keputihan, khususnya yang berkaitan dengan
penuaan.
- Poliosis:
Kekurangan melanin pada rambut kepala, karena kekurangan pigmen pada epidermis, terjadi
pada beberapa sindrom herediter tetapi dapat juga disebabkan inflamasi, iradiasi, atau infeksi
seperti herpes zoster.
- Jadi perbedaannya adalah canitis terjadi oleh karena proses fisiologis karena penuaan
sedangkan poliosis karena proses patologis.
Referensi:
Dorland WA Newman. Kamus Kedokteran Dorland. Edisi 29. EGC Jakarta, 2002
Online Medical Dictionary. (online) Available at: http://www. google.com

18. Macam- macam bentuk urtikaria secara klinis?


1. Dermatographism/dermographism
Write on skin, dengan benda digores ke kulit menimbulkan urtikaria linier (30 menit)
2. Cold urticaria
Gatal dan urtika setelah terpapar dingin, dapat di tes dengan es batu pada tangan selama 2
minggu
3. Solar urticaria
Urtikaria yang terjadi setelah terpapar sinar matahari, disarankan untuk memakai tabir surya.
4. Aquagenic urticaria
Urtikaria yang terjadi setelah kontak dengan air.
5. Urtikaria tekanan
Urtikaria yang terjadi akibat tekanan seperti garis ikat pinggang, sepatu sempit, bra, elastic
stocking.
6. Urtikaria kolinergik
Urtikaria kolinergik berupa lesi pungtata, daerah sekitar lesi eritem, urtikaria ini dicetuskan
oleh badan panas, cuaca panas, mandi air panas, olahraga, berkeringat. Urtikaria ini diduga
oleh karena respon vaskuler yang berlebihan terhadap pelepasan asetilkolin.
11. Urtikaria kontak
Terjadi segera tertunda 12 jam. Pencetus animal dander, putih telor, wool, serbuk sari, obat
bahan kimia.
12. Vibratory urticaria
Urtikaria yang terjadi karena tekanan yang berlangsung lama.
Referensi:
Strachan DD. Urticaria, Chronic. 2005. (online). Available at: http://www. emedicine.com

19. Langkah – langkah pemeriksaan urtikaria kronis?


- Anamnesis yang lengkap (temukan riwayat)
- Pemeriksaan fisik sebagai dasar diagnosis, mencari faktor yang mendasari untuk penyebab
secara fisik pada pasien dengan urtikaria kronik
- Pemeriksaan penunjang, skrining laboratorium untuk menyingkirkan penyakit sistemik.
Pemilihan tes laboratorium menggunakan riwayat dan pemeriksaan fisik, seperti:
o Hitung jenis: pasien dengan infeksi parsit atau pasien yang memiliki riwayat reaksi
terhadap obat, dapat memiliki peningkatan jumlah eosinofil.
o Laju endap darah/LED (Erythrocyte sedimentation rate/ESR) dapat meningkat pada
vaskulitis urtikaria.
o Titer Hepatitis B dan C: Hepatitis B dan C dapat berhubungan dengan cryoglobulinemia,
yang berhubungan dengan beberapa bentuk dari cold-induced urticaria seperti vasculitis
urticaria. Sebagai tambahan, sebuah hubungan telah dilaporkan antara hepatitis C dan
urtikaria kronik.
o Tinja (telor dan parasit)
o Urinalisis atau kultur urin diindikasikan jika gejala pasien kearah infeksi traktus
urinarius.
o Titer Antinuclear antibody (ANA) diindikasikan pada pasien yang diduga vaskulitis
urtkaria.
o Serum cryoglobulins: Cryoglobulinemia iberhubungan dengan beberapa bentuk cold-
induced urticaria.
o Studi Komplemen: C3 (berhubungan dengan keterlibatan pulmonary pada pasien dengan
urticarial vasculitis), C4 (dapat rendah pada angioedemaherediter), dan uji fungsi C1-
esterase inhibitor (angioedema herediter) dapat dilakukan.
o Fungsi thyroid, antithyroid microsomal, dan peroxidase antibody titers: Pasien denga
urtikaria tidak responsive dengan antihistamin atau steroid dapat memiliki titer yang
meningkat, yang berespon pada terapi hormone tiroid. Pasien dapat eutiroid. Urtikaria
juga lebih umum terjadi pada pasien dengan tiroiditis Hashimoto.
Tes lainnya:
o Tes percobaan: tes percobaan dapat diperlukan untuk menyingkirkan urtikaria fisik.
o Biopsi kulit: emeriksaaan histologis tidak diperlukan untuk mendiagnosis urtikaria.
Biopsi dpat diperlukan untuk mendiagnosis vasculitis urticaria atau bentuk predominan
netrofil dari urtikaria yang tak berespon baik pada antihistamin.
o Tes kulit dapat berguna jika diduga urtikaria kontak.
o Prick tes kulit dapat menolong mengidentifikasi alergi makanan pada pasien, yang
merupakan penyebab yang jarang pada urtikaria kronik. Tes kulit (prick test), untuk
urtikaria kronik jarang membantu untk menentukan penyebab kecuali pada alergi gigitan
serangga. Walau tak banyak membantu dapat dipakai untuk urtikaria inhalan dan
makanan yang tak dapat dihindarkan pada diet makanan.
Temuan histologi: Dermal edema, dilatasi pembuluh darah, dan infiltrat perivascular ringan,
terdiri dari monosit dan limfosit CD4+, beberapa bentuk predominan neutrofil.

- Langkah-langkah atau manajemen urtikaria kronik:


Umum :
Survai diet dan obat
3. Menjaga/menghindarkan pasien dari makanan yang bisanya menyebabkan alergi (sudah
diketahui sebagi faktor pencetus). Anjurkan pasien untuk menghindari makanan yang
mengandung salisilat seperti tomat
4. Obat: seluruh obat dihentikan, bila diperlukan dapat dicoba obat jenis lain.
Khusus:
Terapi/medikamentosa :
2. Antihistamin, contoh : diphenhydramine 25-50 mg PO (tiap 6-8 jam) prn
2. Anti inflamasi, contoh : prednisone 0.5-2 mg/kg/hari PO

Referensi:
Strachan DD. Urticaria, Chronic. 2005. (online). Available at: http://www. emedicine.com

20. Cara penularan trikomonas vaginalis, bacterial vaginalis, candidiasis, skabies, dan pediculosis
pubis pada gadis?
Lingkungan vagina normal terdiri dari Lactobacillus acidophilus dan flora endogen lainnya,
estrogen, glicogen, pH vagina dan produk metabolik dari flora normal dan patogen.
L. acidophilus memproduksi hydrogen peroxide, yang bersifat toksik pada organisme pathogen
dan menjaga pH vagina antra 3.8 and 4.2. Vaginitis pada gadis (wanita virgin) dapat terjadi
karena flora normal vagina telah berubah karena organisme patogen dan perubahan pada
lingkungan vagina yang membuat organisme patogen dapat berkembangbiak.
Antibiotik, semprotan air (mencuci vagina), stress dan hormon dapat mengubah lingkungan
normal vagina sehingga menyebabkan organisme pathogen dapat tumbuh.
Pada bacterial vaginalis, diyakini bahwa terjadi penurunan produksi hydrogen peroxide
sehingga terjadi perubahan pH vagina dan pertumbuhan flora normal tertekan. G. vaginalis, M.
hominis dan spesies Mobiluncus yang merupakan penyebab bakterial vaginosis memproduksi
amin, yang meningkatkan pH vagina dan menyebabkan pengelupasan sel epitel vagina.
Perubahan pada lingkungan vagina seperti perubahan level estrogen dan progesterone serta level
glikogen dapat mempertinggi jumlah Candida albicans sehingga dapat terjadi candidiosis.
Pada pasien dengan trikomoniasis, perubahan level estrogen dan progesteron, dapat
meningkatkan pH vagina dan level glikogen, dapat meningkatkan pertumbuhan dan virulensi
Tricomonas vaginalis.
Skabies dan pediculosis pubis : perantaraan kontak tidak langsung misalnya alat mandi

Referensi:
Egan ME, Lipsky MS. Diagnosis of Vaginitis. American Family Physician 2000. (online).
Available at: http://www. AAFP.com

21. Kelainan kuku pada sifilis?


Kelainan kuku pada sifilis stadium II disebut Onikia Sifilitika, yaitu warna kuku berubah
menjadi putih, kabur, rapuh, bagian distal lempeng kuku menjadi hiperkeratotik sehingga kuku
terangkat.
Referensi:
Djuanda A. Ilmu penyakit Kulit Kelamin. FKUI Jakarta, 2002

22. Kelainan kulit karena penyakit AIDS?


- Sarkoma Kaposi: Sarkoma ini dapat mengenai kulit, lidah maupun selaput lendir dan
viscera. Lesi berwarna keunguan, bersifat radiosensitif, komplikasi ini sering dijumpai pada
AIDS stadium lanjut dan yang menyerang kulit prognosisnya relatif lebih baik daripada
yang menyerang viscera, atau kombinasi kulit dan viscera. Hanya Sarkoma Kaposi dan
Limfoma non-Hodgkin yang merupakan dua kanker yang secara nyata dikaitkan dengan
AIDS dan masuk dalam kriteria kasus untuk surveilans AIDS oleh CDC, Amerika Serikat.
- Herpes Zoster pada ODHA yang berkulit terang : Herpes Zaster pada panggung kanan atas
dan leher pada seseorang yang berkulit terang. Meskipun merupakan tanda klinis pertama
adanya imunodefisiensi, yang menarik adalah gambaran klinis Herpes Zasper pada AIDS
tidaklah seberat Herpes Zoster pada penyakit defisiensi imun yang lain. Herpes Zoster
terdapat pada 10-20% kasus HIV, kambuh terdapat pada 20-30% kasus.
- Herpes Zoster pada ODHA berkulit gelap : Kemunculan kembali Herpes Zoster tampak
pada distribusi dermatom saraf tepi di daerah pantat penderita infeksi HIV. Kelainan kulit
terdiri atas vesikel dengan perlukaan, yang kemudian sembuh tetapi dengan jaringan parut
yang menetap.
- Herpes simpleks di Lidah : menunjukkan ulkus/perlukaan yang tidak begitu dalam dengan
jaringan parut menetap.
- Stomatis pada kulit sudut mulut : Foto menunjukkan angular kheilosis suatu radang pada
sudut mulut karena infeksi kandida. Kandidiasis merupakan infeksi jamur superfisial yang
paling sering pada ODHA. Hampir semua ODHA pernah mengalami kandidiasis selama
masa sakitnya. seringkali terjadi pada awal penurunan CD4 atau penurunan imunitas.
- Kandidiasis orofaring : Infeksi kandida pada permukaan mukosa rongga mulut, umumnya
tampak sebagai selaput putih dan mengeluarkan eksudat berwarna kekuning pada lidah dan
daerah posterior orofaring.
- Kandidiasis esophagus (endoskopi) : Pemerikasaan endoskopi ini mengambarkan
pseudomembran yang tebal pada mukosa esophagus dan menyebabkan disfagia (kesulitan
menelan) atau odinofagia (nyei pada waktu menelan).
- Dermatitis seboroik : Suatu kelainan kulit di sekitar mulut dan lekukan nasolabial berwarna
merah, eritematus dan menyerupai dermatitis. Kelaianan itu dapat meluas ke seluruh kepala
atau kadang-kadang seluruh tubuh, sangat gatal dan kadang bernanah. Sulit dibedakan
dengan psoriasis. Sering dijumpai pada ODHA dan semakin berat bila keadaan
imunosupresi semakin berat.
- Sindrom Stevens Johnson : Menunjukkan steven Johnson pada ODHA yang alergi ko-
trimoksasol. Disamping erosi mukosa juga terdpat purpuric maculae, Demam dan kelelahan
umum juga terjadi pada pasien.
- Oral hairy leukoplakia : Keadaan ini terdapat pada 25% ODHA dan disebabkan oleh virus
Epstein Barr. Berupa lesi putih pada bagian lateral lidah dan kadang-kadang meluas ke
sekitarnya. Karena mirip bentuknya seringkali disalah tafsirkan sebagai kandidiasis.
Perbedaannya adalah kelainan ini tidak dapat dihilangkan dengan mengeroknya, Oral hairy
leukoplakia dapat sembuh spontan 25-50 % kasus.
- Sifilis : Luka (ulkus mole) pada batang penis karena sifilis. Biasanya sifilis disertai
limfadenopati unilateral atau menyeluruh. Perlu tes serologis untuk membuktikannya dan
sifilis pada ODHA cepat berkembang menjadi neurtosifilis.
- Herpes simpleks di tepi anus : Herpes Simpleks mulai muncul bila CD4 menurun sering
terdapt di daerah genital dan perianal. Kelainan Kulit berwarna kemerahan sangat nyeri dan
cenderung berulang . Bila ODHA menderita lesi perianal, yang nyeri dan sulit sembuh harus
selalu difikirkan diagnosis herpes simpleks.
- Penisiliosis : Menunjukkan lesi papulonekrotik pada wajah ODHA tampak pula lesi papular
Pencillin marnefei. Lesi ini biasanya disertai demam, hepatosplenomegali, limfadenopati
menyeluruh, anemia, trombositopenia.
- Psoriasis : Kelainan ditandai oleh plak kemerahan dikitari oleh sisik keperakan dalam
berbagai ukuran. Psoriasis dapat sangat berat pada ODHA dan sulit diobati.
- Scabies : Skabies (gudig, kudis) berkusta merupakan OI yang sering menyerang ODHA.
Disebabkan kutu Sarcoptes scabiei, , penyakit ini menghasilkan lesi kemerahan, sangat
gatal, semula muncul dalam bentuk ruam makular yang sering dikira sebagai ruam karena
alergi obat. Kemudiandi ikuti oleh plak hiperkeratosis.
Referensi:
Kelompok Kerja HIV-AIDS (POKJA AIDS). Gambaran Klinis Infeksi HIV-AIDS. RS Penyakit
Infeksi Prof. Dr. Sulianti Saroso Jakarta, 2007

23. Program pengobatan antivirus untuk AIDS?


Kombinasi lamivudin dan Zidovudin

Dosis Lamivudin (epivir) :


Dewasa : 150 mg (2 kali sehari)
300 mg (1 kali sehari)
Infant < 30 hari : 2 mg/KgBB (2 kali sehari)
Pediatrik 1 bulan - 12 tahun : 4 mg/KgBB (2 kali sehari) maksimum 150 mg
Adolesen BB< 50 Kg : 4 mg/KgBB (2 kali sehari) maksimum 150 mg
Adolesen BB ≥ 50 Kg : dosis dewasa

Dosis Zidovudin (retrovir)


Dewasa : 300 mg (2 kali sehari)
200 mg (3 kali sehari)
6 minggu - 12 tahun : 160 mg/m2 (tiap 8 jam) maksimum 200mg

Referensi:
Coffey S, Peiperl L. Lamivudine (Epivir), Zidovudin (retovir). October 31, 2006

24. Apabila keadaan pasien bagus dan dari hasil pemeriksaan memiliki nilai VDRL 1/1024 dan nilai
TPHA 1/10254, apa yang dapat dinilai?
Uji Veneral Disease Research Laboratory (VDRL) adalah uji non spesifik yang mengukur
antibodi kardiolipin, yang juga disebut sebagai antibodi nontreponema dalam serum. Antibodi
ini dibentuk sebagai respon terhadap perubahan-perubahan pada sel mamalia akibat infeksi oleh
Treponema pallidum.
Untuk memperlihatkan perubahan yang bermakna dalam aktivitas antibodi, uji nontreponema
harus memperlihatkan perubahan titer empat kali lipat, ekivalen dengan perubahan dua
pengenceran (misalnya dari 1:16 menjadi 1:4 atau dari 1:32 menjadi 1:8) yang menunjukkan
respon terhadap pengobatan apabila menurun atau kekambuhan apabila meningkat. Salah satu
kekurangan dari uji ini adalah tidak reaktif pada sekitar 25% individu dengan sifilis primer,
laten, lanjut, dan tersier, dan angka memiliki positif palsu hingga 20%. Setelah dilakukan uji
treponemal diperoleh nilai 1/10254 sehingga hasil dapat sifilis dinyatakan positif (+). Jika hasil
laboratorium tidak sesuai dengan klinis, maka tes tersebut perlu diulangi, karena mungkin
terjadi kesalahan teknis, kalau perlu di laboratorium lain. Namun jika hasil laboratorium tetap
sama, kemungkinan pasien berada pada fase laten, tetapi infeksi masih ada dan aktif, sehingga
sebelum sembuh (titer VDRL dan TPHA menurun) pada pasien diusahakan tidak/ dilarang
bersenggama, mitra seksual diobati, pengobatan sifilis tetap dimulai sedini mungkin.

Referensi:
Djuanda A. Ilmu penyakit Kulit Kelamin. FKUI Jakarta, 2002
Price, S. et al. 2005. Patofisiologi Edisi 6. EGC. Jakarta

Tugas Ujian
Penguji : Dr. Hendratno Ganda, Sp. KK

1. Obat anti jamur sistemik yang aman untuk ibu hamil?


Terbinafin (Lamisil), biasanya aman untuk orang hamil. Terbinafin merupakan derivat sintetik
allylamine yang menginhibisi squalene epoxidase, enzim dalam biosintesis ergosterol jamur
yang squalen menjadi lanosterol (lanosterol merupakan bahan dasar ergosterol jamur), sehingga
terjadi kekurangan ergosterol yang membuat jamur mati.

Referensi:
3. Rubeiz N. Tinea. 2004. (online). Available at: http://www. emedicine.com
4. Neal MJ. At A Glance Farmakologi Medis. Edisi Kelima. Erlangga Jakarta, 2006

2. Hubungan iklim dan higiene dengan prurigo?


Jawab:
Penyebab prurigo masih belum diketahui pasti, salah satu pencetus terjadinya prurigo adalah
iklim (yaitu suhu panas/ dingin). Perubahan iklim mempengaruhi pencemaran udara yang dapat
menimbulkan reaksi alergis dan infeksi karena debu dan bahan kimia sebagai pengaruh cuaca
atau polusi udara. Lebih dari 80% pasien prurigo memiliki riwayat dermatitis atopi dan asma.
Iklim yang panas atau dingin yang terlalu ekstrim sangat berpengaruh pada terjadinya dermatitis
atopi sehingga hal ini berhubungan dengan terjadinya prurigo. Selain itu prurigo sering terdapat
pada keadaan higiene yang rendah. Higiene yang rendah dapat mengundang infestasi parasit
seperti fleas. Apabila gigitan parasit tersebut mengenai kulit, hal ini dapat mencetuskan prurigo.

Referensi:
4. Koalisi untuk Indonesia Sehat. Iklim Hambat RPJM, Penyakit Alergis dan Infeksi
Meningkat. 2008. (online). Available at: http:// www.google.com
5. DermNet NZ. Prurigo nodularis (nodular prurigo). (online). Available at: http://www.
google.com
6. Djuanda A. Ilmu penyakit Kulit Kelamin. FKUI Jakarta, 2002

3. Beda erysipelas dengan selulitis?

Beda Erysipelas Selulitis


Lokasi Infeksi akut pada dermis dan Peradangan akut supuratif di
epidermis jaringan subkutan
Klinis Kulit hiperemis/eritema, edema, Lesi eritema – infiltrat.difus
batas tegas, dapat terjadi Nyeri pada perabaan – batas tak
vesikula – gangren lokal. tegas

Referensi
Djuanda A. Ilmu penyakit Kulit Kelamin. FKUI Jakarta, 2002

4. Drug of Choice Pioderma?


Penicillin G benzathine dengan dosis dewasa 600,000-1.2 juta Unit IM

Referensi:
Davis L. Ecthyma. 2007. (online). Available at: http://www. emedicine.com

5. Cara penularan TBC kutis dan contohnya?


1. Perjalanan langsung ke kulit dari organ di bawahnya, contoh: Skrofuloderma
2. Inokulasi langsung pada kulit sekitar orifisium, contoh: TBC kutis orifisialis
3. Hematogen, contoh: TBC kutis miliaris
4. Limfogen, contoh: Lupus vulgaris
5. Dari selaput lendir, contoh: Lupus vulgaris
6. Langsung ke kulit (ada kerusakan kulit), contoh: TBC kutis verukosa

Referensi
Djuanda A. Ilmu penyakit Kulit Kelamin. FKUI Jakarta, 2002

6. Gambaran klinis TBC kutis verukosa dan terapinya?


Gambaran klinis: khas berbentuk bulan sabit akibat penjalaran seperti serpiginosa, yang berarti
penyakit menjalar ke satu jurusan diikuti penyembuhan di jurusan yang lain. Ruam terdiri atas
papul-papul lentikular di atas kulit yang eritematosa. Pada bagian yang cekung terdapat
sikatriks. Kecuali menjalar secara serpiginosa juga dapat menjalar ke perifer sehingga terbentuk
sikatriks di tengah.

Terapinya:
Isoniazid 5 – 10 mg/kgBB oral dosis tunggal
Rifampisin 10 mg/kgBB oral dosis tunggal
Pirazinamid 20 – 35 mg/kgBB oral dosis terbagi
Etambutol Bulan I & II 25 mg/kgBB, berikutnya 15mg/kgBB oral dosis tunggal
Streptomisin 25 mg/kgBB injeksi
Tahap awal (intensif) dan Tahap lanjutan 2HRZE/ 4 H3R3

Referensi
Djuanda A. Ilmu penyakit Kulit Kelamin. FKUI Jakarta, 2002
8. Bagaimana terapi yang tepat pada penderita lepra yang alergi terhadap DDS (diamino difenil
sulfon)?
Pengobatan dengan DDS distop dan diganti dengan rejiman seperti tabel di bawah:
Rifampisin Klofazimin
Dewasa 600 mg/bulan, diawasi 50 mg/hari dan 300mg/ bulan, diawasi
Anak (10-14 450 mg/bulan, diawasi 50 mg selang sehari dan 150 mg/bulan,
tahun) diawasi

Referensi:
Rahmat H, Amiruddin MD, Hakim Z, Darwis ER, Sjamsoe S, Daili ESS, dkk. Program
Pemberantasan Penyakit Kusta di Indonesia. Jakarta, 2004

Pembimbing : dr. Sukses Hadi SP.KK


1. Efek samping kortikosteroid jangka panjang :
Topikal :
a. Efek katabolik
- Degenerasi kolagen dermal :
 atrofi epidermal dan dermal
 teleangiektasia sekunder
 purpura atau ekimosis
 striae
 gangguan penyembuhan luka
- Akne steroid
- Rosasea steroid dan dermatitis peri-oralis
- Hipertrikosis
- Infeksi
b. Modifikasi dari respons lokal
- tinea inkognito
- glaukoma dan katarak
- gangguan pigmentasi
c. Reaksi alergi
Sistemik :
Tempat Efek Samping
Hipersekresi asam lambung, mengubah proteksi gaster, ulkus
1. Saluran cerna
peptikum/perforasi, pancreatitis, iletis regional, colitis ulseratif
2. Otot Hipotrofi, fibrosis, miopati panggul/bahu
Perubahan kepribadian (euphoria, insomnia, gelisah, mudah
3. Susunan saraf
tesinggung, psikosis, paranoid, hiperkinesis, kecendrungan bunuh
pusat
diri), nafsu makan bertambah
Osteopororis, fraktur, kompresi vertebra, skoliosis, fraktur tulang
4. Tulang
panjang
Hipersutisme, hipotrofi, striae atrofise, dermatosis akneformis,
5. Kulit
purpura, telangiektasis
6. Mata Katarak subskapsular posterior, glaukoma
7. Darah Kenaikan Hb, eritrosit, leukoist, limfosit
8. Pembuluh darah Kenaikan tekanan darah
9. Kelenjar adrenal
Atrofi, tidak dapat melawan stress
bagian korteks

2. Hipopigmentasi pada tina versicolor terjadi karena jamur mensintesis acid dicarboxylle dari
jaringan lemak tubuh yang dapat menghambat tyrosinase atau melanocyte cytotoxicity

Anda mungkin juga menyukai