PENDAHULUAN
mengancam nyawa yang ditandai dengan eritema luas, nekrosis, dan detasemen
dan kemungkinan sepsis dan / atau kematian (lihat gambar di bawah). Keterlibatan
NET adalah yang paling umum adalah akibat induksi obat. Namun,
dikenal sebagai eritema multiforme utama) adalah manifestasi dari proses yang
sama yang terlibat dalam NET, dengan yang terakhir yang melibatkan lebih luas
epidermal detasemen nekrotik. NET melibatkan lebih dari 30% dari permukaan
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
epidermis luas, disertai rasa sakit dan dapat menyebabkan kematian. Makula
eritem, terutama pada badan dan tungkai atas, berkembang progresif menjadi
penyakit, SSJ dan NET mewakili keparahan varian dari proses identik yang
berbeda hanya dalam persentasi luas permukaan tubuh yang terlibat, maka
2.2 Epidemiologi
Insiden SSJ dan NET jarang dijumpai. Keseluruhan insidensi SSJ dan NET
diperkirakan 2 sampai 7 kasus per 1 juta orang per tahun. SSJ dan NET dapat
terjadi pada semua usia tapi insidensinya bertambah di atas dekade ke-4 dan
3,4
sering terjadi pada wanita, menunjukkan rasio jenis kelamin 0,6. Penyakit
infeksius juga dapat berdampak pada insidensi terjadinya TEN, yaitu pada
pasien HIV dapat meningkat 100 kali lipat dibandingkan populasi umum,
Perbedaan regional pada peresepan obat, latar belakang genetik dari pasien
radioterapi dapat berdampak pada insidensi SSJ dan NET. Mortalitas penyakit
tersebut 10% untuk SJS, 30% untuk SJS / NET, dan lebih dari 30% untuk NET.
1,3,4,5,6
NET dapat disebabkan oleh obat-obatan atau infeksi atau dapat idiopatik. Obat
adalah pemicu penyebab utama. Banyak obat telah terlibat, termasuk antibiotik,
abacavir.
Sulfonamida
Kloramfenikol
Penisilin
Phenobarbital
Fenitoin
Karbamazepin
Asam Valproat
Lamotrigin
Pasien dengan SSJ dan NET juga harus dievaluasi kemungkinan penyakit
menyebabkan SSJ dan NET. Infeksi adalah penyebab SSJ pada anak-anak yang
tersering dimana seringkali diimplikasikan dengan Mycoplasma pneumonia.
ulasan sistemik dari literature Jepang yang dipublikasikan, hampir 70% kasus SSJ
dianggap disebabkan oleh obat-obatan dan 10% oleh M.pneumoni atau kombinasi
terutama obat-obatan.13
hal yang penting dalam perkembangan SSJ dan NET. Walaupun interaksi
apoptosis keratinosit.
epidermis dan CD4+ pada dermis pada reaksi bulosa yang berat, dijumpai sel
CD8+ pada epidermis. Jumlah sel CD4+ ini dijumpai meninggi pada darah
melalui Fas atau Trail. Jadi ikatan obat dan protein akan diproses, kemudian
akan dipresentasikan oleh sel penyaji antigen (APC) ke sel naive yang akan
hipersensitivitas. Ekspansi dari CD8+ ini spesifik terhadap obat, MHC (major
Necrosis Factor-α (TNF-α), dan Fas ligand (Fas-L) juga ada pada lesi kulit
SSJ/NET2,7,13,15
Peran dari FasL pada SSJ dan NET masih kontroversial. Fas dikatakan
ini bahwa peningkatan level FasL dapat ditemukan pada serum pasien dengan
SSJ dan NET, dan levelnya meningkat secara konsisten ketika sebelumnya
Jalur lainnya yaitu melalui perforin/granzyme. Ketika sel target dikenali, sel
farmakologi langsung antar obat, molekul MHC dan reseptor sel T.7
dengan SSJ dan NET yang diinduksi karbamazepin tetapi tidak dengan erupsi
(juga dikenal sebagai reaksi obat dengan eosinofilia dan gejala sistemik atau
dijumpai pada 100% pasien SSJ yang diinduksi karbamazepin tetapi hanya
termasuk India.2,7
Baik SSJ maupun NET ditandai dengan keterlibatan kulit dan membran
mukosa. Karena kemiripan penemuan klinis dan histopatologi, etiologi obat, serta
mekanisme, SJS dan NET ini dianggap variasi dan kontinu penyakit yang
yang terlibat lecet dan erosi kulit. Beberapa kepustakaan menggunakan istilah
SSJ dan NET biasanya dimulai dalam 8 hari stelah pemberian obat
(biasanya setelah 4-30 hari). Hanya beberapa kasus yang memberikan reaksi
yang cepat dalam beberapa jam. Biasanya terpapar oleh obat yang sama.
Spektrum efek samping kutaneus berat yang dapat menunjukkan varian proses
NET berada dalam satu spektrum keparahan dan berbeda dengan penyakit-
penyakit EM.
Diferensiasi antara SSJ dan NET tergantung pada riwayat lesi kulit dan
luasnya area permukaan tubuh yang terlibat. Secara klinis setiap pola reaksi
tersebut ditandai dengan adanya trias erosi membran mukosa, lesi target, dan
(102,2°F) sakit kepala, rhinitis, mialgia dapat terjadi 1-3 hari sebelum timbul
kelainan pada kulit. Timbul rasa nyeri menelan, konjungtiva terasa gatal dan
panas disertai silau bila terkena cahaya. Hal ini menandakan gejala awal
Lesi Pada Kulit Lesi kulit yang nyeri sering pertama kali tampak ada
badan dan kemudian menyebar cepat ke muka, leher, dan ekstremitas dengan
pada wajah, tubuh bagian atas dan proksimal ekstremitas, namun bisa sampai
Lesi target atipikal dengan warna gelap di tengah sering terlihat. Lesi
daerah yang merah dan erosi. Bula SSJ/NET kendur dan dapat dijumpai
Nikolsky’s sign. Bila terkena sentuhan lesi ini terasa sakit. Pasien dapat
apabila total permukaan tubuh yang terkena adalah < 10%. NET apabila total
permukaan tubuh yang terkena >30% dan SSJ/NET overlapping dengan NET
bila mengenai total permukaan tubuh yang terkena adalah antara 10-30%. Lesi
tempat) diamati pada 90% kasus dan mendahului atau diikuti erupsi pada kulit.
Dimulai dengan eritema yang diikuti oleh erosi mukosa bukal, mata, dan
fotofobia, sinekia konjungtiva dan nyeri saat BAK. Kavitas oral dan batas bibir
lebih banyak terkena dan gambaran erosi hemoragik yang nyeri tertutup
pendek maupun jangka panjang yang disebabkan oleh fibrosis dan striktur.
terutama wanita. Uretritis terjadi sekitar 2/3 pasien , hal ini dapat menyebabkan
retensi urin serta erosi genital. Keterlibatan ini ditandai dengan ulseratif
vaginitis, bula vulva dan sinekia vagina. Dalam jangka panjang dapat terjadi
adhesi vagina dan stenosis, terhambat aliran kemih serta retensi urin, cystitis
paru dijumpai 25% kasus yang ditandai dengan sesak nafas, hipersekresi
SSJ/NET tidak berhubungan dengan beratnya lesi pada kulit. Pada beberapa
kasus yang dilaporkan, apabila terjadi gagal nafas akut segera setelah
munculnya kelainan kulit, maka prognosisnya lebih jelek. Kelainan pada gastro
infeksi bakteri yang lainnya. Kultur darah dan kulit sangat dianjurkan karena
adanya insidensi infeksi bakteri yang serius dan sepsis yang berhubungan
dermis dapat terlihat, sebagian besar diwakili oleh limfosit dan makrofag.
1. Penatalaksaaan umum:
c. Antibiotik
d. Perawatan luka
e. Perawatan mata
f. Perawatan mulut
2. Penatalaksanaan spesifik
b. IVIG
c. Siklosporin A 3 hingga 5 mg/kg/hari secara intravena atau oral (lesi di
d. GNF
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
epidermis luas, disertai rasa sakit dan dapat menyebabkan kematian. Makula
eritem, terutama pada badan dan tungkai atas, berkembang progresif menjadi
penyakit, SSJ dan NET mewakili keparahan varian dari proses identik yang
berbeda hanya dalam persentasi luas permukaan tubuh yang terlibat, maka kedua
Baik SSJ maupun NET ditandai dengan keterlibatan kulit dan membran
mukosa. Karena kemiripan penemuan klinis dan histopatologi, etiologi obat, serta
mekanisme, SJS dan NET ini dianggap variasi dan kontinu penyakit yang
yang terlibat lecet dan erosi kulit. Beberapa kepustakaan menggunakan istilah
1. Cohen, Victor, et al. 2017. Toxic Epidermal Necrolysis (TEN). Dapat diakses
Februari 2018]
2. Harr Thomas, French LE. Toxic Epidermal Necrolysis And Stevens Johnson
Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffel DJ, editors. Fitzpatricks Dermatology
7. Roujeau JC, Kelly JP, Naldi L, Rzany B, Stern RS, Anderson T, et al.
8. Das S, Roy AK, Biswas I. A Six-Month Prospective Study To Find Out The
11. Ernst ME, Ernst EJ, Klepser ME. Levofloxacin And Trovafloxacin: The Next
54(22):2569-84. [Medline].
12. Creamer JD, Whittaker SJ, Kerr-Muir M, Smith NP. Phenytoin-Induced Toxic
21(2):116-20. [Medline].
14. Maja Mockenhaupt, MD, PhD. The Current Understanding of Steven Johnsos
Syndrome and Toxic Epidermal Necrolysis. Expert Rev Clin Immunol 7 (6),
15. Chung WH, Hung SI. Genetic Markers And Danger Signals In Stevens Johnson
2010;59:325-32
18. Perdoski. Kedaruratan Kulit. Dalam: Panduan pelayanan medis dokter spesialis
kulit dan kelamin, Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin FK
UI/RSCM:2011:263-7
2002;138(8):1019-24