Anda di halaman 1dari 30

EVALUASI PROGRAM

PELAYANAN KESEHATAN ORANG DENGAN RISIKO HIV

PUSKESMAS KANDANGHAUR, KABUPATEN INDRAMAYU

Disusun oleh:

dr. Tuty Fajaryanti

Pendamping:

dr. Rudi Nardoyo

PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA

PERIODE I FEBRUARI 2021


LEMBAR PENGESAHAN

EVALUASI PROGRAM

PELAYANAN KESEHATAN ORANG DENGAN RISIKO HIV

Oleh:

dr. Tuty Fajaryanti

Disusun sebagai salah satu persyaratan tugas

Program Dokter Internsip Indonesia

Mengetahui dan Menyetujui,


Pendamping Internsip

dr. Rudi Nardoyo

ii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang

telah menyertai, membimbing, dan memberkati penulis, sehingga dapat

menyelesaikan Evaluasi Program Pelayanan Kesehatan Orang dengan Risiko

HIV.

Penulis menyadari bahwa banyak bantuan, bimbingan, dukungan, dan

kerjasama yang positif dari berbagai pihak dalam mewujudkan program. Untuk

itu pada kesempatan yang baik ini dengan hati yang tulus dan kerendahan hati,

penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tidak terhingga kepada yang

terhormat:

1. H. Supriyadi, SKM, MM selaku Kepala Puskesmas UPTD Puskesmas

Kandanghaur, Kabupaten Indramayu.

2. dr. Rudi Nardoyo selaku Dokter Pembimbing Puskesmas Losarang dan

Puskesmas Kandanghaur.

3. Ibu Sakuroh selaku pemegang program HIV-AIDS Puskesmas

Kandanghaur

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam evaluasi program

ini, untuk itu penulis menerima dengan tangan terbuka apabila ada saran maupun

kritik yang membangun. Semoga evaluasi program ini dapat berguna bagi

masyarakat serta membantu bagi pengembangan ilmu kedokteran.

Indramayu, 18 Agustus 2021

iii
Penulis

iv
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN............................................................................ii

KATA PENGANTAR...................................................................................iii

DAFTAR ISI..................................................................................................iv

BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1

1.1 Latar Belakang.......................................................................................1

1.2 Tujuan....................................................................................................4

1.2.1 Tujuan Umum...........................................................................4

1.2.2 Tujuan Khusus..........................................................................4

1.3 Manfaat................................................................................................4

1.3.1 Bagi Penyusun..........................................................................4

1.3.2 Bagi Masyarakat.......................................................................4

1.3.3 Bagi Tenaga Kesehatan............................................................5

BAB II METODE ANALISIS.......................................................................6

2.1 Metode USG untuk Penentuan Prioritas Masalah................................6

2.2 Metode Fishbone Analysis Penentuan Akar Penyebab Masalah..........8

2.3 Metode MIV/C untuk Penentuan Prioritas Penyelesaian Masalah.....10

BAB III ANALISIS.......................................................................................12

BAB IV PEMBAHASAN.............................................................................20

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN........................................................23

5.1 Kesimpulan.........................................................................................23

5.2 Saran...................................................................................................24

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................25

v
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah sejenis virus yang menginfeksi

sel darah putih yang menyebabkan turunnya kekebalan tubuh manusia. Acquired

Immune Deficiency Syndrome (AIDS) adalah sekumpulan gejala yang timbul

karena turunnya kekebalan tubuh yang disebabkan infeksi oleh HIV. Penderita

HIV memerlukan pengobatan dengan Antiretroviral (ARV) untuk menurunkan

jumlah virus HIV di dalam tubuh agar tidak masuk ke dalam stadium AIDS,

sedangkan penderita AIDS membutuhkan pengobatan ARV untuk mencegah

terjadinya infeksi oportunistik dengan berbagai komplikasinya (Kemenkes RI,

2020).

HIV dapat ditularkan melalui pertukaran berbagai cairan tubuh dari orang

yang terinfeksi, seperti darah, ASI (Air Susu Ibu), semen dan cairan vagina. HIV

juga dapat ditularkan dari seorang ibu ke anaknya selama kehamilan dan

persalinan. Orang tidak dapat terinfeksi melalui kontak sehari-hari seperti

mencium, berpelukan, berjabat tangan, atau berbagi benda pribadi, makanan, atau

air (Kemenkes RI, 2020).

Populasi terinfeksi HIV terbesar di dunia adalah di benua Afrika (25,7 juta

orang), kemudian di Asia Tenggara (3,8 juta), dan di Amerika (3,5 juta).

Sedangkan yang terendah ada di Pasifik Barat sebanyak 1,9 juta orang. Tingginya

1
2

populasi orang terinfeksi HIV di Asia Tenggara mengharuskan Indonesia untuk

lebih waspada terhadap penyebaran dan penularan virus ini (Kemenkes RI, 2020).

Gambar 1.1 Jumlah Infeksi HIV yang dilaporkan Provinsi di Indonesia tahun 2019 (Kemenkes RI, 2020)

Lima provinsi dengan jumlah kasus HIV terbanyak adalah Jawa Timur,

DKI

Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Papua. Sedangkan diketahui bahwa

provinsi dengan jumlah kasus AIDS terbanyak adalah Jawa Tengah, Papua, Jawa

Timur, DKI Jakarta, dan Kepulauan Riau. Kasus AIDS di Jawa Tengah adalah
3

sekitar 22% dari total kasus di Indonesia. Tren kasus HIV dan AIDS tertinggi dari

tahun 2017

sampai dengan 2019 masih sama, yaitu sebagian besar di pulau Jawa (Kemenkes

RI, 2020).

Gambar 1.2 Laporan Provinsi dengan Jumlah Kasus AIDS terbanyak Oktober-Desember 2019 (Kemenkes RI,
2020)

Melihat laporan provinsi dengan jumlah kasus AIDS terbanyak bulan

Oktober-Desemver 2019, Provinsi Jawa Barat menduduki urutan keenam dari 10

provinsi dengan jumlah kasus AIDS terbanyak bulan Oktober-Desember 2019

(Kemenkes RI, 2020).

Berdasarkan laporan SIHA tahun 2019, menurut kelompok berisiko, LSL

(Lelaki Seks Lelaki) menempati peringkat ketiga untuk persentase HIV positif

yang melakukan tes HIV, yaitu sebesar 8,75%. Peringkat kedua adalah pelanggan

PS (Pekerja Seks) sebesar 10,57%, dan peringkat pertama adalah Sero Discordant
4

(salah satu pasangan memiliki HIV, sementara yang lain tidak) sebesar 92,19%

(Kemenkes RI, 2020).

Pengiriman anak-anak dan perempuan untuk industri seks, memang

berlangsung sudah cukup lama, dan beberapa daerah di Jawa merupakan daerah

pengirim, diantaranya adalah Indramayu, Karawang dan Kuningan di Jawa Barat;

Pati, Jepara, Grobogan dan Wonogiri di Jawa Tengah; dan Blitar, Malang,

Banyuwangi dan Lamongan di Jawa Timur (Rusyidi & Nurwati, 2019).

Meninjau pentingnya pelayanan kesehatan orang dengan risiko HIV, penulis

berkenan untuk mengkaji hal tersebut di wilayah kerja Puskesmas Kandanghaur.

1.2 Tujuan

1.2.1 Tujuan Umum

Meningkatkan pelayanan kesehatan orang dengan risiko HIV di wilayah

kerja Puskesmas Kandanghaur.

1.2.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui masalah yang menjadi penyebab tidak tercapainya target program

pelayanan kesehatan orang dengan risiko HIV.

2. Menemukan solusi dari masalah yang menjadi penyebab tidak tercapainya

target program pelayanan kesehatan orang dengan risiko HIV.

1.3 Manfaat

1.3.1 Bagi Penyusun

1. Hasil evaluasi program ini diharapkan dapat menambah pengalaman bagi

penyusun dalam melakukan evaluasi program puskemas.


5

2. Untuk memenuhi salah satu tugas penyusun dalam menjalankan program

internsip dokter umum Indonesia

1.3.2 Bagi Masyarakat

Hasil kegiatan ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan

kesadaran masyarakat di wilayah Puskesmas Kandanghaur dalam hal pelayanan

kesehatan orang dengan risiko HIV.

1.3.3 Bagi Tenaga Kesehatan

Hasil kegiatan ini diharapkan dapat digunakan sebagai tambahan informasi

dan masukan dalam program Puskesmas Kandanghaur di bidang pelayanan orang

dengan risiko HIV agar dapat membantu dalam meningkatkan upaya promotif

terhadap peningkatan kesadaran masyarakat mengenai HIV dan bagaimana

pelayanan pada pasien yang berisiko maupun terkonfirmasi HIV.


BAB II

METODE ANALISIS

2.1 Metode USG untuk Penentuan Prioritas Masalah

Dalam penentuan prioritas masalah dengan menggunakan metode Urgency

Seriousness Growth (USG). USG adalah salah satu alat untuk menyusun urutan

prioritas masalah yang harus diselesaikan. Caranya dengan menentukan tingkat

urgensi, keseriusan dan perkembangan masalah dengan menentukan skala nilai 1-

5 atau 1-10. Masalah yang memiliki total skor tertinggi merupakan masalah

prioritas. Proses untuk metode USG dilaksanakan dengan memperhatikan urgensi

dari masalah, keseriusan masalah yang dihadapi, serta kemungkinan

berkembangnya masalah tersebut semakin besar. Penggunaan metode USG dalam

penentuan prioritas masalah dilaksanakan apabila pihak perencana telah siap

mengatasi masalah yang ada, serta hal yang sangat dipentingkan adalah aspek

yang di masyarakat dan aspek masalah itu sendiri (Aprita Dewi, Nurlilis, & ’Afni,

2020). Setelah proses memprioritaskan masalah yang dilakukan dengan

pembobotan dengan memperhatikan aspek Urgent (U), Seriousness (S), Growth

(G) atau metode USG didapatkan prioritas masalah, selanjutnya akan diuraikan

alternatif-alternatif pemecahan masalah dari prioritas masalah yang telah

ditetapkan termasuk membuat Plan Of Action (POA).

USG Matrix adalah singkatan dari Urgensi, Keseriusan, Pertumbuhan. Matriks

USG ini sendiri biasanya digunakan dalam ilmu kesehatan, seiring bertambahnya

usia pembangunan juga dapat diterapkan di bidang ilmu pendidikan. Untuk

menetapkan masalah aktual kita dapat menggunakan salah satu alat dalam teknik

6
7

analisis yaitu Urgensi, Keseriusan, Matriks Pertumbuhan (USG) (Aprita Dewi,

Nurlilis, & ’Afni, 2020). Urgensi adalah cara untuk melihat seberapa mendesak

persoalannya, sehingga perlu dibahas dan tidak lupa dengan waktu juga

diperhitungkan. Selanjutnya yang merupakan keseriusan, pada tahap ini masalah

dikaitkan dengan konsekuensi yang akan timbul jika masalah tidak diselesaikan.

segera, perlu dipahami bahwa dalam kondisi atau situasi yang sama, masalah yang

dapat menyebabkan masalah lain lebih serius jika dibandingkan dengan masalah

yang berdiri sendiri, berikutnya pada pertumbuhan kemungkinan isu menjadi

lebih buruk jika dibiarkan (Ariyanti, Adha, Sumarsono, dan Sultoni, 2020)

USG adalah salah satu alat untuk menyusun urutan masalah prioritas yang

akan diselesaikan (Aprita Dewi, Nurlilis, & ’Afni, 2020). Cara menggunakan

matriks USG ini harus memberikan skala penilaian pada setiap tahap atau

langkah, skala yang diberikan yang merupakan kisaran 1-5 atau 1-10. Masalah

atau masalah yang memiliki skor total tertinggi adalah prioritas masalah. Hal ini

dilakukan untuk memudahkan peneliti dan pembaca dalam tabel atau matriks

USG. Contoh USG tabel matriks dapat dilihat di Tabel 1. Berdasarkan contoh

dalam Tabel 1. Masalah menjadi prioritas adalah masalah.

Tabel 2.1 Contoh Penggunaan matriks USG


Masalah U S G Total
A 5 3 3 11
B 4 4 4 12
C 4 5 5 14

Masalah C sebagai prioritas masalah dengan peraihan skor tertinggi.


8

2.2 Metode Fishbone Analysis untuk Penentuan Akar Penyebab Masalah

Diagram Fishbone adalah alat untuk menganalisis suatu proses. Diagram

ini juga disebut sebagai "Diagram Ishikawa". Diagram Ishikawa dipopulerkan

pada tahun 1960-an oleh Kaoru Ishikawa, dikenal sebagai diagram tulang ikan

karena bentuknya yang mirip dengan tampak samping kerangka ikan. Kaoru

Ishikawa (1915 - 1989) adalah seorang profesor, penasihat, dan motivator Jepang

perkembangan inovatif dalam bidang manajemen mutu. Diagram ini masih

digunakan di banyak organisasi untuk membuat diagnosis atau pengambilan

tindakan konkrit dimana akar penyebab masalah diidentifikasi.

Diagram menggambarkan penyebab utama dan sub-penyebab yang

mengarah ke efek (gejala). Diagram ini adalah alat curah pendapat tim yang

digunakan untuk mengidentifikasi akar penyebab potensial untuk masalah. Karena

fungsinya ini dapat disebut sebagai diagram sebab-akibat. Dalam diagram

Fishbone tipikal, efeknya biasanya merupakan kebutuhan masalah diselesaikan,

dan ditempatkan di "kepala ikan". Penyebab efeknya kemudian diletakkan di

sepanjang "tulang", dan diklasifikasikan ke dalam jenis yang berbeda di sepanjang

cabang.

Ada empat langkah untuk menggunakan diagram ini:

1. Identifikasi masalahnya.

2. Cari tahu faktor utama yang terlibat.

3. Identifikasi kemungkinan penyebabnya.

4. Analisis diagram.
9

Penyebab biasanya dikelompokkan ke dalam kategori utama untuk

mengidentifikasi sumber penyebab, meliputi:

• Man: Siapapun yang terlibat dalam proses;

• Method: Bagaimana proses dilakukan dan persyaratan khusus untuk

melakukannya, seperti kebijakan, prosedur, aturan, regulasi dan hukum;

• Machine: Peralatan, komputer, perkakas, dll yang dibutuhkan untuk

menyelesaikan pekerjaan;

• Materials: Bahan mentah, suku cadang, pena, kertas, dll digunakan untuk

menghasilkan produk akhir;

• Measurement: Data yang dihasilkan dari proses yang digunakan untuk

mengevaluasi kualitasnya;

• Enviroment: Kondisi seperti lokasi, waktu, suhu, dan budaya dimana

proses berlangsung

Adapun keuntungan menggunakan diagram ini adalah membantu

menentukan akar penyebab, mendorong partisipasi kelompok, menggunakan

format yang teratur dan mudah dibaca untuk membuat diagram sebab dan akibat

hubungan, menunjukkan kemungkinan variasi penyebab, meningkatkan

pengetahuan tentang proses dengan membantu setiap orang untuk belajar lebih

lanjut tentang faktor-faktor di tempat kerja dan bagaimana mereka berhubungan,

mengidentifikasi area untuk mengumpulkan data (Liliana, 2016).


10

Gambar 2.1. Diagram Fishbone (Liliana, 2016).

2.3 Metode MIV/C untuk Penentuan Prioritas Penyelesaian Masalah

Penggunaan metode ini dengan memperhitungkan efektifitas dan efisiensi

dalam penetapan pilihan jenis intervensi yang dilakukan dengan menggunakan

rumus penetapan prioritas kegiatan sebagai berikut (Symond, 2013):

M x I xV
Prioritas (P) =
C

Dimana:

M = Magnitude (besarnya masalah yang dihadapi)

I = Important (pentingnya jalan keluar menyelesaikan masalah)


11

V = Vulnerability (ketepatan jalan keluar untuk masalah)

C = Cost (biaya yang dikeluarkan)

Tabel 2.2. Panduan penentuan skor matrix MIV/C

MIV Cost
1= Paling tidak efektif 1= Biaya sangat murah
2= Tidak efektif 2= Biaya murah
3= Cukup efektif 3= Biaya cukup murah
4= Efektif 4= Biaya mahal
5= Paling efektif 5= Biaya sangat mahal
BAB III

ANALISIS

3.1 Upaya Kesehatan Masyarakat di Bidang Pencegahan Penyakit Tidak

Menular

Nomor Upaya Target Capaian Kesenjangan


1 Pelayanan Kesehatan Orang 100% 68,8% -31,2%
dengan Risiko Terinfeksi HIV
2 Persentase Cakupan Penemuan 4,62% 4,8% +1,8%
Penderita Pneumonia Balita
3 Persentase Cakupan Pelayanan 10% 7,4% -2,6%
Diare pada Kasus Semua
Umur
4 Cakupan Layanan Rehidrasi 100% 100% 0%
Oral (LROA)
5 Persentase Cakupan Deteksi 100% 100% 0%
Dini Hepatitis B pada Ibu
Hamil
6 Cakupan Pemeriksaan Kontak 100% 80% -20%
pada Penderita Kusta
7 Cakupan Pemeriksaan Fungsi 1% 1,6% -0.6%
Saraf (PFS) pada Penderita
Kusta
8 Pencegahan DBD dengan 100% 50% -50%
Penghitungan Angka Bebas
Jentik (ABJ)
9 Cakupan Tatalaksana Kasus 100% 0% -100%
Filariasis

3.2 Penentuan Prioritas Masalah

U S G
Nomo
Masalah (Urgency (Seriousness (Growth Total Ranking
r
) ) )
1 Pelayanan 5 5 5 15 1
Kesehatan
Orang dengan
Risiko Terinfeksi
HIV
2 Persentase 4 5 3 12 7
Cakupan
13

U S G
Nomo
Masalah (Urgency (Seriousness (Growth Total Ranking
r
) ) )
Penemuan
Penderita
Pneumonia Balita
3 Persentase 4 4 3 11 8
Cakupan
Pelayanan Diare
pada Kasus
Semua Umur
4 Cakupan Layanan 4 4 4 12 6
Rehidrasi Oral
(LROA)
5 Persentase 5 4 4 13 5
Cakupan Deteksi
Dini Hepatitis B
pada Ibu Hamil
6 Cakupan 5 5 4 14 2
Pemeriksaan
Kontak pada
Penderita Kusta
7 Cakupan 5 5 4 14 3
Pemeriksaan
Fungsi Saraf
(PFS) pada
Penderita Kusta
8 Pencegahan DBD 4 5 5 14 4
dengan
Penghitungan
Angka Bebas
Jentik (ABJ)
9 Cakupan 3 3 5 11 9
Tatalaksana
Kasus Filariasis

Ditinjau dari data PKP Puskesmas Kandanghaur, pelayanan

kesehatan orang dengan risiko HIV sudah diupayakan semaksimal

mungkin dari pihak puskesmas, namun masih terdapat kesenjangan

sebanyak -31,2% antara target dan capaiannya.


14

Mempertimbangkan aspek yang tertera dalam tabel USG, aspek

urgency dari kasus pelayanan kesehatan orang dengan risiko HIV adalah

Kurangnya pendataan dan pemeriksaan orang dengan risiko HIV padahal

salah satu orang dengan risiko HIV adalah PSK dimana diketahui

Indramayu sebagai salah satu penyedia wanita untuk industri seks

terbanyak di Pulau Jawa.

Aspek seriousness yang ditinjau adalah dampak dari rendahnya angka

pelayanan orang dengan risiko HIV yang bisa menyebabkan terlambatnya

pemeriksaan orang berisiko HIV dan baru dideteksi ketika kondisi pasien sudah

buruk.

Aspek growth yang ditinjau adalah semakin rendahnya angka pelayanan

orang dengan risiko HIV bisa menyebabkan tingginya angka morbiditas dan

mortalitas akibat HIV.


15

3.3 Mencari Akar Penyebab Masalah menggunakan Fishbone Analysis

Planning Actuating
INPUT Tidak ada Tidak ada
masalah masalah
Man
Keterbatasan tenaga
untuk melakukan
tracing pada orang
dengan risiko HIV
OUTPUT
Money PROSES
Rendahnya angka cakupan
Tidak ada masalah pelayanan orang dengan
risiko HIV
Material
Tidak ada masalah
Method OUTCOME
Tidak ada masalah Potensi peningkatan
Organizing angka kematian pasien
Minutes Controlling yang terlambat
Tidak ada masalah Tidak ada Tidak ada mendapat penanganan
masalah masalah HIV-AIDS
16

3.4 Alternatif Penyelesaian Masalah

Nomo Penyelesaian Masalah Tujuan Deskripsi Peserta/Sasaran Biaya


r
1. Pembagian kondom di Mencegah Pembagian kondom di PSK dan konsumen. Harga
tempat prostitusi penularan HIV tempat prostitusi dengan kondom @
melalui hubungan mendata sebelumnya berapa Rp. 5.000
seks bebas tempat prostitusi dengan 15 tempat x
jumlah PSK yang ada dan 40 orang (8
berapa jumlah konsumennya. PSK
masing-
masing 5
konsumen)
= Rp.
3.000.000,-
2. Penyuluhan melalui group Meningkatnya Kelas populasi risiko HIV Kelompok orang 4 kali x 6
Whatsapp mengenai HIV- pengetahuan dan video edukatif yang berisiko HIV yang hadiah @
AIDS kesadaran disebarkan ke whatsapp tergabung dalam Rp. 25.000
populasi berisiko group populasi berisiko HIV whatsapp group grup = Rp.
HIV terhadap dengan materi apa itu HIV, tersebut ada pemegang 150.000,-
seluk-beluk HIV bagaimana penularan, program dan kader.
dan apa yang pencegahan, pemeriksaan,
harus dilakukan pengobatan, dan bagaimana
sebagai orang menjalani hidup sebagai
dengan risiko orang yang terinfeksi HIV.
HIV.
3. Kelas HIV-AIDS Meningkatnya Kelas HIV-AIDS dilakukan Kelompok orang 13 desa x 2
pengetahuan dan secara tatap muka, bisa berisiko HIV yang orang x 12
17

kesadaran dilaksanakan di aula sejumlah 8-10 orang bulan x Rp.


Nomo Penyelesaian Masalah Tujuan Deskripsi Peserta/Sasaran Biaya
r
populasi berisiko Puskesmas Kandanghaur, 50.000,- =
HIV terhadap dilakukan sosialisasi Rp.
seluk-beluk HIV mengenai apa itu HIV, 15.600.000,-
dan apa yang bagaimana penularan, (Uang saku)
harus dilakukan pencegahan, pemeriksaan, 13 desa x 15
sebagai orang pengobatan, dan bagaimana orang x 12
dengan risiko menjalani hidup sebagai bulan x Rp.
HIV dengan orang yang terinfeksi HIV. 10.000,- =
konsep belajar Rp.
kelompok secara 23.400.000,-
tatap muka (Snack)
4. Sosialisasi kader agar bisa Kader memiliki Diadakan kelas untuk kader Kader desa 13 desa x 10
melakukan penggerakkan pengetahuan dan dengan metode penyuluhan. orang x 2
kader untuk tracing orang keterampilan Penyuluhan bisa didahului kali x Rp.
dengan risiko HIV untuk melakukan dengan pretest, dan diakhiri 10.000,- =
tracing dan dengan postest untuk melihat Rp.
edukasi pada sejauh mana pemahaman 2.600.000,-
orang dengan dari kader, lalu diadakan kuis (Snack dan
risiko HIV interaktif dengan hadiah hadiah)
yang menarik untuk
18

1.5 Penentuan Prioritas Solusi (Tabel MIV/C)

Nomo Alternatif Penyelesaian Effectivity


C MxIxV/C
M I V
r Masalah
1 Pembagian kondom di 4 4 3 3 16

tempat prostitusi
2 Penyuluhan melalui group 5 5 3 1 75

Whatsapp mengenai HIV-

AIDS
3 Kelas HIV-AIDS 5 5 4 4 25
4 Sosialisasi kader agar bisa 5 5 5 2 62,5

melakukan penggerakkan

kader untuk tracing orang

dengan risiko HIV

Meninjau tabel MIV/C sebagai pertimbangan pengambilan penyelesaian

masalah, ditemukan bahwa penyuluhan melalui group whatsapp mengenai HIV-

AIDS menjadi solusi paling memungkinkan untuk dilakukan saat ini.

Aspek Magnitude dari solusi tersebut adalah, sosialisasi ini diharapkan

bisa meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat, sehingga masalah

tingginya angka morbiditas dan mortalitas akibat HIV bisa ditekan.

Aspek Important dari solusi tersebut adalah, sosialisasi ini diharapkan bisa

meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat, sehingga menjadi sangat

penting.

Aspek Vulnerability dari solusi tersebut adalah, diharapkan dengan adanya

reward menarik setelah sosialisasi dapat meningkatkan konsentrasi agar

peningkatan pengetahuan dan kesadaran yang diharapkan bisa tercapai.


19

Aspek Cost dari solusi tersebut adalah biaya yang dibutuhkan hanya untuk

reward yang bisa diberikan untuk pemenang dari nilai postest tertinggi. Biaya

yang dibutuhkan sekitar Rp. 150.000,-


BAB IV
PEMBAHASAN

Berdasarkan tabel MIV/C, ditentukan bahwa prioritas penyelesaian

masalah yang dipilih adalah penyuluhan mengenai HIV-AIDS melalui whatsapp

group. Dasar rumusan masalah yang menjadi pertimbangan dalam pemilihan

penyelesaian masalah adalah:

1. Rendahnya pengetahuan masyarakat akan HIV-AIDS

2. Rendahnya kesadaran masyarakat risiko tinggi HIV akan pentingnya skrinning

HIV dan pola hidup bersih dan sehat.

Setelah analisis mencari penyebab masalah yang terjadi, ditemukan bahwa

tidak adanya forum khusus untuk mengedukasi masyarakat, khususnya orang

dengan risiko HIV mengenai segala hal tentang HIV-AIDS. Hal ini menyebabkan

pengetahuan dan kesadaran masyarakat akan pentingnya deteksi awal HIV dan

pola hidup bersih dan sehat sangat rendah. Kegiatan penyuluhan ini bertujuan

untuk:

1. Meningkatkan pengetahuan akan HIV AIDS untuk orang berisiko HIV dan

keluarganya.

2. Meningkatkan kesadaran orang dengan risiko HIV-AIDS untuk melakukan

skrinning HIV dan menerapkan pola hidup bersih dan sehat.

Adapun kegiatan penyuluhan secara daring dilakukan karena tidak

memungkinkan untuk mengadakan penyuluhan tatap muka di situasi pandemi,

menggunakan video berisi pemaparan materi oleh pemateri dan slide pembahasan
21

materi yang disebarkan ke orang dengan risiko HIV-AIDS dan keluarganya.

Materi video bisa disiapkan adalah sebagai berikut:

a. Mengenal HIV-AIDS (durasi maksimal 10 menit)

b. Metode pencegahan dan pemeriksaan HIV-AIDS (durasi maksimal 10 menit)

c. Penyakit yang berhubungan dengan HIV-AIDS dan pengobatannya (durasi

maksimal 10 menit)

d. Mitos seputar HIV-AIDS dan bagaimana faktanya (durasi maksimal 10

menit)

Sebelum video materi diberikan, audiens dan keluarga diberi tiga pertanyaan

seputar topik sebagai pretest, lalu setelah video materi diberikan, audiens dan

keluarga juga diberikan tiga pertanyaan sebagai postest, audiens yang berhasil

menjawab dengan benar akan mendapat hadiah menarik yang diberikan saat

kontrol ke Puskesmas. Hadiah bisa berupa barang kebutuhan sehari-hari. Tempat

pelaksanaan sosialisasi di whatsapp group yang berisi orang dengan risiko HIV-

AIDS dan keluarga beserta pemegang program dan kader, group terdiri atas 10-15

orang sehingga bisa dipantau lebih mudah.

Waktu pelaksanaan penyuluhan adalah satu kali setiap minggu, selama 1

bulan, dengan durasi maksimal 30 menit.

Contoh ilustrasi pelaksanaan:

Setiap hari Rabu selama bulan September, pukul 09.00-09.30

Rundown pelaksanaan kegiatan:


22

09.00-09.05 : Absensi kehadiran dan pembukaan kegiatan

09.05-09.10 : Pretest

09.10-09.20 : Pemutaran video materi

09.20-09.25 : Sesi tanya jawab

09.25-09.30 : Postest dan penutupan (pengumuman pemenang hadiah)

Estimasi biaya yang dibutuhkan untuk sosialisasi ini adalah untuk

pengadaan hadiah dengan rincian: 4 kali x 6 hadiah @ Rp. 25.000 = Rp. 150.000,-

Kegiatan ini dievaluasi dengan metode:

1. Peserta yang menjawab benar pretest dan postest mencapai > 50% kehadiran

2. Meningkatnya kedatangan untuk pemeriksaan HIV ke puskesmas

Kegiatan ini akan dikatakan berhasil apabila:

1. Kehadiran peserta kelas > 50% total anggota group whatsapp.

2. Peserta yang menjawab benar pretest dan postest mencapai > 50% kehadiran

3. Kedatangan untuk pemeriksaan HIV meningkat > 50%

Diharapkan dengan berlangsungnya program ini, pengetahuan masyarakat

mengenai HIV-AIDS akan meningkat, kunjungan orang dengan risiko HIV untuk

memeriksakan diri juga meningkat sebagai bentuk realisasi dari meningkatnya

kesadaran masyarakat akan HIV-AIDS.


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

1.1 Kesimpulan

Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah sejenis virus yang

menginfeksi sel darah putih yang menyebabkan turunnya kekebalan tubuh

manusia. Asia Tenggara merupakan benua dengan populasi HIV tertinggi kedua

di dunia tahun 2019 setelah benua Afrika (25,7 juta orang). Lima provinsi dengan

jumlah kasus HIV terbanyak di Indonesia adalah Jawa Timur, DKI Jakarta, Jawa

Barat, Jawa Tengah, dan Papua. Indramayu sebagai salah satu pemasok pekerja

seks komersial membuat populasi PSK, pelanggan PSK dan keluarga menjadi

pihak yang paling berisiko terhadap HIV-AIDS. Maka dari itu, skrinning dan

pemeriksaan HIV menjadi sangat penting di Indramayu, khususnya wilayah kerja

Puskesmas Kandanghaur.

Berbagai penyebab masalah rendahnya angka pemeriksaan orang dengan

risiko HIV di wilayah kerja Puskesmas Kandanghaur yang telah dikaji,

diantaranya adalah kurangnya kesadaran dan pengetahuan kader untuk melakukan

tracing orang dengan risiko HIV, rendahnya kesadaran dan pengetahuan

masyarakat akan HIV-AIDS dan pola hidup bersih dan sehat.

Penyuluhan menggunakan video edukasi mengenai HIV-AIDS melalui

whatsapp group bisa menjadi solusi yang bisa direalisasikan dengan

mempertimbangkan masa pandemi, biaya yang relatif murah dan mudah

dilaksanakan.
24

1.2 Saran

Berdasarkan hasil analisis dan kesimpulan yang dibuat, saran yang dapat

diberikan:

1. Perlu adanya pelatihan untuk kader mengenai tracing orang dengan risiko

HIV.

2. Perlu adanya kerjasama antara aparatur desa, keluarga dan tenaga

kesehatan untuk melakukan tracing dan pemeriksaan rutin orang dengan

risiko HIV agar angka morbiditas dan mortalitas akibat HIV-AIDS bisa

ditekan.

24
DAFTAR PUSTAKA

Kemenkes RI. (2020). Infodatin HIV AIDS. Kesehatan, 1–8.

http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/infodatin/Infodatin

AIDS.pdf

Liliana, L. (2016). A New Model of Ishikawa Diagram for Quality Assessment.

IOP Conference Series: Materials Science and Engineering, 161(1).

https://doi.org/10.1088/1757-899X/161/1/012099

Rusyidi, B., & Nurwati, N. (2019). Penanganan Pekerja Seks Komersial Di

Indonesia. Prosiding Penelitian Dan Pengabdian Kepada Masyarakat, 5(3),

303. https://doi.org/10.24198/jppm.v5i3.20579

Symond, J. (2013). Penentuan Prioritas Masalah Kesehatan dan Prioritas Jenis

Intervensi Kegiatan dalam Pelayanan Kesehatan di Suatu Wilayah. Jurnal

Kesehatan Masyarakat, 7(2), 94–100.

25

Anda mungkin juga menyukai