Anda di halaman 1dari 31

PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA

PERIODE NOVEMBER 2022-2023

MINI PROJECT
TINGKAT PENGETAHUAN HIV IBU HAMIL DI
PUSKESMAS DESA PON

Pembimbing :

dr. Novrida Pasuria Nainggolan

Disusun Oleh :

dr. Abdi Try Utomo

PUSKESMAS DESA PON


KABUPATEN SERDANG BEDAGAI
PROVINSI SUMATERA UTARA
2023
KATA PENGANTAR

Puji serta syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena atas rahmat dan
hidayah–Nyalah penulis dapat menyelesaikan Mini Project ini dalam rangka memenuhi
persyaratan dalam program Internship di Puskesmas Desa Pon mengenai “Tingkat
Pengetahuan pada Ibu Hamil di Desa Pon”.
Dalam penyusunan tugas dan materi ini, tidak sedikit hambatan yang dihadapi.
Namun, penulis menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan materi ini tidak lain
berkat bantuan, dorongan, dan bimbingan semua pihak sehingga kendala-kendala yang
penulis hadapi dapat teratasi. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan
terima kasih sebesar-besarnya kepada Meri Kristiani Ginting, M.Kes sebagai Kepala
Puskesmas, serta dr. Novrida Pasuria Nainggolan sebagai dokter pembimbing dalam
pembuatan Mini Project ini. Dan tidak lupa kami ucapakan ribuan terima kasih kepada
dokter-dokter dan staff yang ada di Puskesmas Desa Pon. Penulis menyadari bahwa
dalam pembuatan Mini Project ini masih terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu,
penulis terbuka terhadap kritik dan saran yang membangun dari semua pihak. Semoga
Mini Project ini dapat bermanfaat dan membantu teman sejawat.

Desa Pon, Mei 2023

dr. Abdi Try Utomo


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR..........................................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.................................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................................6
1.3 Tujuan..............................................................................................................................6
1.4 Manfaat............................................................................................................................6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1.HIV/AIDS........................................................................................................................7
2.1.1 Definisi HIV/AIDS.......................................................................................................7
2.1.2 Cara Penularan HIV/AIDS...........................................................................................7
2.1.3 Manifestasi Klinis.........................................................................................................8
2.1.4 Patogenesis HIV............................................................................................................9
2.1.5 Diagnosis.......................................................................................................................10
2.1.6 Penatalaksanaan HIV ...................................................................................................13
2.1.7 Pencegahan HIV….......................................................................................................13
2.2 Lelaki Seks Lelaki..........................................................................................................14
2.3 Pengetahuan.....................................................................................................................15
2.3.1 Pengertian pengetahuan................................................................................................15
2.3.2 Faktor yang mempengaruhi pengetahuan.....................................................................16
2.3.3 Pengetahuan tentang HIV/AIDS...................................................................................17
BAB III METODE MINI PROJECT
3.1 Desain Peneltian………...................................................................................................19
3.2 Waktu dan Tempat Mini Project......................................................................................18
3.3 Populasi Mini Project.......................................................................................................18
BAB IV HASIL ..................................................................................................................19
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN..............................................................................23
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................25
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penyakit human immunodeficiency virus (HIV) merupakan suatu penyakit menular
yang disebabkan oleh infeksi dari virus human immunodeficiency yang menyerang
sistem imun. Infeksi tersebut menyebabkan penurunan pertahanan sistem imun yang
kemudian membuat tubuh menjadi lebih mudah diserang oleh berbagai penyakit lain.
(1,2) Kumpulan dari beberapa penyakit yang disebabkan oleh penurunan sistem imun
tubuh karena infeksi HIV dikenal dengan sebutan acquired immuno deficiency
syndrome (AIDS).(2)
Pada tahun 2020 tercatat 37,7 juta penduduk dunia menderita HIV/AIDS, 1.5 juta
penduduk baru terinfeksi HIV, dan 680.000 penduduk meninggal akibat penyakit yang
berhubungan dengan AIDS. 5 Populasi terinfeksi HIV terbesar di dunia adalah di Afrika
Timur dan Selatan sebanyak 20.6 juta orang, kemudian di Asia dan Pasifik sebanyak 5.8
juta orang, dan Afrika Barat sebanyak 4.7 juta orang. 6 Indonesia yang merupakan
bagian dari regio Asia dan Pasifik memiliki jumlah kasus HIV sebanyak 427.201 orang
dan kasus AIDS sebanyak 131.417 orang sampai dengan Maret 2021. 7 Jumlah kasus
HIV/AIDS di Indonesia dari tahun 2010 hingga 2019 berfluktuasi tapi cenderung
mengalami peningkatan setiap tahunnya dengan kasus baru terbanyak pada tahun 2019
berjumlah 50.282 orang. Pada tahun 2020 kasus.
Penyakit HIV dapat berpindah melalui hubungan seksual, transfusi darah,
penggunaan jarum suntik bersama, dan transmisi dari ibu ke anak (perinatal). Proporsi
populasi dengan faktor risiko heteroseksual menempati tempat tertinggi, yaitu sebanyak
82,8% dari kasus AIDS, di posisi kedua ditempati oleh homoseksual sebanyak 7,4%,
dan perinatal sebanyak 4%.(1) Jika dibagi berdasarkan jenis kelamin, perbandingan
antara laki-laki dan perempuan dengan HIV secara global adalah 2:1 dan perbandingan
ini dapat dikatakan relatif stabil di setiap tahunnya. (6)
Merujuk pada rekomendasi World Health Organisation (WHO) tahun 2010, PPIA
terdiri dari empat bagian yaitu: semua ibu hamil ditawarkan tes HIV, pemberian
antiretroviral (ARV) pada ibu hamil HIV positif, pemilihan kontrasepsi yang sesuai
untuk perempuan HIV positif, pemilihan persalinan aman untuk ibu hamil HIV positif
dan pemberian makanan terbaik bagi bayi yang lahir dari ibu HIV positif.(7) Data WHO
menunjukkan bahwa angka ibu hamil yang melakukan tes HIV masih relatif rendah;
pada tahun 2013 diperkirakan 54% wanita hamil tidak melakukan tes HIV. Rendahnya
angka pemeriksaan HIV pada ibu hamil ini merupakan salah satu alasan WHO
mengeluarkan program Provider-Initiated Test and HIV Counseling (PITC/ Konseling
dan Test HIV atas Inisiasi Petugas) pada tahun 2007. (8)
Pemerintah Indonesia mulai mencanangkan program KTIP sejak tahun 2010.
Program ini pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan penemuan kasus dan
pengetahuan masyarakat akan status HIV-nya. Hal ini dicapai dengan pelaksanaan KTIP
yang diselanggarakan bersamaan dengan program petugasan kesehatan lainnya seperti,
petugasan Kesehatan Ibu Anak (KIA) dan petugasan tuberculosis (TB).(8) Semakin baik
tingkat pengetahuan masyarakat akan status HIV-nya diyakini akan semakin
meningkatkan penemuan kasus HIV, sehingga mampu mengoptimalkan program
pengobatan dan pencegahan HIV. Peran dan tanggung jawab petugas kesehatan dalam
menyediakan akses terhadap informasi HIV, konseling dan tes HIV, serta intervensi lain
yang dibutuhkan berperan penting dalam pelaksanaan program ini. Menurut petugas
Kesehatan Ibu Anak (KIA) hal ini disebabkan oleh beberapa hal seperti ibu tidak merasa
perlu melakukan tes karena tidak memiliki faktor risiko seperti penggunaan narkoba dan
perilaku seks yang berisiko.
Peningkatan skrining HIV, hepatitis dan Sifilis pada ibu hamil tahun 2018 ke 2019
menjadi dua kali lipat sampai dengan September 2020 mencapai 1,7 juta sedangkan
sifilis baru mencapai 500.000. Perbedaan ilennni menjadi masalah yang memerlukan
perhatian. Sampai saat ini cakupan ibu hamil yang konsisten di atas 90% hanya kota
Tarakan. Untuk HIV itu 5 kota di Jawa Tengah dan 2 di Sulawesi Selatan. Secara
nasional target skrining HIV dan sifilis baru mencapai 45% dari target yang
seharusnya 85% bumil. Belum lagi terkait tata laksana ibu hamil positif hingga bayi
yang dilahirkan.
Berdasarkan hal tersebut, diperlukan penelitian mengenai tingkat pengetahuan ibu
hamil tentang HIV/AIDS dengan keikutsertaan dalam tes HIV di Puskesmas Desa Pon
1.2 Rumusan Masalah

Dari latar belakang yang tersebut diatas, maka rumusan masalah yang penulis
ambil adalah “Bagaimana tingkat pengetahuan hiv pada ibu hamil di Puskesmas
Desa Pon? “

1.3 Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai pada mini project ini, meliputi:
1. Mengetahui karakteristik ibu hamil di Puskesmas Desa Pon
2. Mengetahui tingkat pengetahuan HIV pada ibu hamil dan keikutsertaan ibu
hamil dalam tes HIV.
3. Melakukan penyuluhan sebagai bentuk pencegahan pada ibu hamil mengenai
HIV

1.4 Manfaat
1. Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengalaman dalam melakukan
penelitian di lapangan sekaligus mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang telah di
peroleh terutama mengenai HIV pada ibu hamil memenuhi salah satu tugas
peneliti dalam menjalani program internship dokter umum Indonesia.
2. Bagi masyarakat
Menambah pengetahuan ibu hamil mengenai HIV sehingga masyarakat dapat
melakukan pencegahan.
3. Bagi Instansi
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi dan masukan
mengenai gambaran pengetahuan HIV pada ibu hamil sehingga menjadi bahan
evaluasi untuk meningkatkan kegiatan penyuluhan pencegahan dan penugasan
konseling serta tes HIV.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 HIV/AIDS
2.1.1 Definisi HIV/AIDS
Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang menyerang sistem
imunitas tubuh dengan menginfeksi sel CD4+. Ketika sel CD4+ berjumlah kurang dari
200, tubuh berada dalam tahap immunocompromised berat dan dikenal dengan Acquired
Immune Deficiency Syndrome (AIDS).
Kasus HIV/AIDS ditemukan pada tahun 1981 di Amerika Serikat. Kasus ini
diawali dengan ditemukannya 5 LSL yang mengalami infeksi paru yang jarang
ditemukan saat itu, Pneumocystis carinii pneumonia, sehingga menimbulkan kecurigaan
adanya sistem imun yang tidak berfungsi baik. Defek imunitas seluler dengan penyebab
yang tidak diketahui ini diumumkan oleh CDC pada 24 September 1982 dengan istilah
AIDS. Pada 20 Mei 1983 Dr. Françoise BarréSinoussi melaporkan penemuan retrovirus
yang dinamakan Lymphadenopathy Associated Virus (LAV) sebagai virus penyebab
AIDS. Kemudian, pada 23 April 1984 Dr. Robert Gallo menemukan retrovirus yang
dinamakan HTLV-III sebagai penyebab AIDS dan mengembangkan alat diagnostik
darah untuk identifikasi HTLV-III. Pada akhirnya, HIV ditetapkan sebagai virus
penyebab AIDS oleh International Committee on the Taxonomy of Viruses pada tahun
1986.

2.2 Cara Penularan HIV/AIDS


HIV dapat menular melalui kontak dengan cairan tubuh orang yang terinfeksi
seperti semen, cairan vagina, darah, dan air susu ibu. Penularan HIV melalui kontak
seksual dapat terjadi ketika virus HIV yang terdapat dalam semen atau cairan vagina
masuk melalui lesi dan abrasi pada epitel, transitosis virus maupun ikatan virus pada sel
dendritic.26 Penularan dari ibu ke anak dapat terjadi secara transplasental, terutama pada
trimester 3 (>90%) dan saat proses kelahiran. HIV juga dapat ditularkan dari ibu ke anak
melalui air susu ibu. Penularan HIV juga dapat terjadi melalui darah dan transplantasi
organ.
Tabel 2. 1 Probabilitas tertular HIV/AIDS dari sumber infeksi berdasarkan
rute masuknya virus28

Rute Paparan Risiko Infeksi per 10.000 Paparan


terhadap Sumber Infeksi
Parenteral
Transfusi darah 9250
Penggunaan jarum suntik 63
bersama
Luka tusuk jarum perkutan 23
Kontak Seksual
Hubungan seks anal reseptif 138
Hubungan seks anal insertif 11
Hubungan seks penovaginal 8
reseptif
Hubungan seks penovaginal 4
insertif
Hubungan seks oral reseptif Rendah
Hubungan seks oral insertif Rendah
Transmisi Vertikal
Transmisi dari ibu ke anak 2260

2.1.3 Manifestasi Klinis HIV/AIDS


CDC mengelompokkan penderita HIV dalam tiga perkembangan stadium klinis.
29 Stadium pertama merupakan infeksi akut HIV yang bersifat sangat menular ditandai
dengan peningkatan jumlah virus HIV di dalam darah. Pada stadium ini, orang yang
terinfeksi dapat tidak merasakan gejala apapun hingga timbulnya gejala ringan berupa
Influenza Like Illness (ILI).
Stadium kedua merupakan infeksi kronik HIV. Stadium ini disebut juga infeksi
laten atau asimtomatik karena tidak bergejala. Pada stadium ini, virus HIV masih aktif
tetapi bereplikasi pada tingkat yang sangat rendah. Meskipun virus bereplikasi sangat
sedikit, namun penderita HIV masih dapat menularkan virus. Pada akhir fase ini, jumlah
virus HIV dalam darah (viral load) meningkat dan CD4+ menurun.
Stadium ketiga adalah stadium paling berat dari HIV yaitu AIDS (Acquired
Immunodeficiency Syndrome). Orang dengan AIDS memiliki kondisi sistem imun yang
sangat buruk sehingga mudah terkena infeksi maupun infeksi oportunistik. Viral load
pada AIDS sangat tinggi dan sangat infeksius. Jumlah CD4+ di bawah 200 sel/mm atau
adanya infeksi oportunistik menunjukkan stadium AIDS.
WHO membagi stadium klinis HIV menjadi 4 stadium. 30 Pada stadium pertama
pendertia tidak merasakan gejala apapun (asimtomatis) dan mengalami limfadenopati
generalisata persisten. Pada stadium kedua terjadi penurunan berat badan 10% dari berat
badan awal, diare kronik yang berlangsung lebih dari 1 bulan, demam hilang timbul atau
terus menerus lebih dari 1 bulan tanpa sebab yang jelas, kandidiasis oral persisten, oral
hairy leukopalakia, tuberkulosis paru, infeksi bakteri berat seperti pneumonia, empiema,
piomiositis, infeksi tulang dan sendi, meningitis, dan bakteremia, stomatitis nekrotik
akut, gingivitis, periodontitis, anemia, neutropenia dan trombositopenia kronik.
Pada stadium 4 terdapat manifestasi klinis berupa HIV wasting syndrome,
pneumonia akibat pneumocystis jirovecii, pneumonia bakterial berat rekuren, infeksi
herpes simpleks kronik (orolabial, genital, anorectal, visceral lebih dari 1 bulan),
kandidiasis esofageal, trakeal, bronkial atau paru, tuberkulosis ekstrapulmoner, Sarkoma
Kaposi, infeksi cytomegalovirus (retinitis atau pada organ lain), toxoplasmosis,
ensefalopati HIV, kriptokokosis ekstrapulmonal, infeksi mikrobial nontuberkulosis
diseminata, limfoma, kardiomiopati HIV, nefropati HIV, septicaemia berulang
(termasuk septicaemia Salmonella non-tifoid), karsinoma invasif serviks, dan
leishmaniasis atipikal diseminata.

2.1.4 Patogenesis HIV


Siklus hidup HIV di dalam sel pejamu terdiri dari infeksi sel, produksi DNA
copy dari RNA virus, integrasi provirus kepada genome sel pejamu, ekspresi gen virus,
dan produksi partikel virus.
HIV masuk melalui jaringan mukosa dan menginfeksi sel melalui glikoprotein
gp120 dan gp41 yang ada pada HIV. Glikoprotein ini akan berikatan dengan CD4+ dan
reseptor kemokin CXCR4 dan CCR5 pada tubuh manusia. Setelah berikatan dengan
reseptor permukaan sel, membran virus berfusi dengan membran sel pejamu dan
menginfiltrasi sitoplasma. Di dalam sitoplasma, membran virus dilisis oleh viral
protease sehingga RNA virus dilepaskan ke dalam sitoplasma. Setelahnya enzim viral
reverse transcriptase pada virus mensintesis DNA copy dari RNA virus.
DNA copy virus berintegrasi ke DNA pejamu dengan bantuan enzim integrase.
DNA virus yang telah bergabung dengan DNA pejamu disebut provirus. Provirus akan
teraktivasi bila sel T yang terinfeksi terpicu oleh stimulus ekstrinsik seperti mikroba dan
sitokin. Aktivasi provirus akan menyebabkan diproduksinya RNA dan protein virus oleh
sel. Setelah itu virus mampu membentuk struktur inti sel secara sempurna. Virus
kemudian bermigrasi ke membran sel lalu dilapisi oleh membran lipid yang telah
dibentuk sel pejamu dan melepaskan diri sebagai virus baru yang dapat menginfeksi sel
lain. 31 Virus baru dapat menyebar ke organ limfoid akibat fagositosis oleh sel dendritik
dan ke dalam sirkulasi. Adanya virus di dalam sirkulasi menyebabkan viremia dan
bermanifestasi klinis sebagai gejala ringan yang tidak spesifik akibat infeksi virus seperti
demam, malaise, dan nyeri pada seluruh tubuh. Sebagai respon terhadap beredarnya
virus di dalam sirkulasi, sistem imun akan merespon dengan produksi antibodi anti-HIV
dan aktivasi sel T. Akan tetapi, respon imun ini hanya mampu mengendalikan infeksi
akut dan tidak mampu mencegah infeksi kronik HIV. Infeksi kronik yang bersifat laten
dapat teraktivasi akibat infeksi baru atau pengeluaran sitokin yang dihasilkan sebagai
respon terhadap HIV sehingga replikasi virus meningkat dan infeksi laten berubah
menjadi AIDS. Pada kondisi AIDS terjadi destruksi jaringan limfoid dan deplesi CD4+
akibat destruksi CD4+ dalam jumlah besar.

2.1.5 Diagnosis
Diagnosis HIV diawali dengan Konseling dan Tes HIV (KT HIV) yang
bertujuan untuk mengetahui adanya infeksi HIV di tubuh seseorang. Pada KT HIV
dilakukan dialog antara pasien dan petugas kesehatan yang bertujuan untuk memberikan
informasi tentang HIV/AIDS sehingga pasien mampu mengambil keputusan mengenai
tes HIV. Konseling dan tes HIV menggunakan prinsip 5C yaitu informed consent;
confidentiality; counseling; correct test results; connections to care, treatment and
prevention services.
Informed consent merupakan persetujuan pasien atau wali terhadap pemeriksaan
laboratorium HIV setelah mendapatkan dan memahami penjelasan lengkap oleh petugas
kesehatan mengenai tindakan medis yang akan dilakukan terhadap pasien.
Confidentiality yaitu tidak diungkapkannya semua informasi, konseling, dan hasil tes
laboratorium pasien kepada pihak lain tanpa persetujuan pasien namun dapat dibagikan
kepada pemberi layanan kesehatan yang akan menangani penyakit pasien. Counseling
merupakan proses dialog antara konselor dengan pasien bertujuan untuk memberikan
informasi. Correct test results yaitu hasil tes yang akurat sesuai standar pemeriksaan
HIV nasional. Connections to, care, treatment and prevention services merupakan
perujukan pasien ke layanan pencegahan, perawatan, dukungan, dan pengobatan HIV
yang didukung dengan sistem rujukan yang baik dan terpantau. 32 Alur pemeriksaan
HIV terlampir pada gambar 2.2.
Tes Diagnosis HIV (gambar 2.3) dapat dilakukan menggunakan 2 metode
pemeriksaan, yaitu pemeriksaan serologis dan virologis.
a. Metode pemeriksaan serologis Pemeriksaan serologis dilakukan dengan mendeteksi
antibodi dan antigen di dalam darah. Metode pemeriksaan serologis yang digunakan
diantaranya:
1) Rapid immunochromatography test (tes cepat)
2) EIA (enzyme immunoassay)
b. Metode pemeriksaan virologis
Pemeriksaan virologis dilakukan untuk memeriksa jumlah virus di dalam darah
menggunakan Polymerase Chain Reaction (PCR).Pemeriksaan HIV RNA dapat menilai
jumlah replikasi virus. Virus HIV membawa dua kopi RNA, sehingga jika hasil
pemeriksan menemukan jumlah HIV RNA 20.000 kopi/ml darah artinya dalam tiap
milliliter darah terdapat 10.000 partikel virus.33 Pemeriksaan virologis digunakan untuk
mendiagnosis HIV pada:
1) Bayi berusia dibawah 18 bulan.
2) Infeksi HIV primer.
3) Kasus terminal dengan hasil pemeriksaan antibodi negatif namun gejala klinis
sangat mendukung ke arah AIDS.
4) Konfirmasi hasil inkonklusif atau konfirmasi untuk dua hasil laboratorium
yang berbeda.
Hasil pemeriksaan HIV dinyatakan positif apabila:
1) Tiga hasil pemeriksaan serologis dengan tiga metode atau reagen berbeda
menunjukan hasil reaktif.
2) Pemeriksaan virologis terdeteksi HIV.
Gambar 2. 2 Alur pemeriksaan HIV

Gambar 2. 3 Alur pemeriksaan laboratorium HIV


2.1.6 Penatalaksanaan
Pada pasien yang terdiagnosis HIV positif dilakukakn konseling pasca-
diagnosis. Konseling ini dilakukan untuk menjelaskan terapi Antiretroviral
(ARV), kepatuhan minum obat, potensi efek samping atau kejadian sindrom
pulih imun setelah terapi ARV, komplikasi yang berhubungan dengan konsumsi
ARV jangka panjang, interaksi ARV dan obat lain, monitoring keadaan klinis,
dan monitoring pemeriksaan laboratorium berkala termasuk CD4+. Terapi ARV
jangka panjang akan dimulai setelah pasien membuat informed consent tertulis
dan dilakukan penilaian klinis serta pemeriksaan penunjang untuk menentukan
stadium HIV. ARV diindikasikan untuk semua Orang dengan HIV/AIDS
(ODHA) terlepas dari stadium klinis dan jumlah CD4+, termasuk pada ODHA
hamil dan menyusui. Tujuan pemberian ARV yaitu untuk mencegah morbiditas
dan mortalitas yang berhubungan dengan HIV serta mengurangi risiko penularan
HIV.
Tabel 2.2 Paduan ARV
Paduan Pilihan TDF + 3TC (atau FTC) + EFV
dalam bentuk KDT
Paduan Alternatif AZT + 3TC + NVP
AZT + 3TC + EFV
TDF + 3TC (atau FTC) + NVP
AZT + 3TC + EFV
TDF + 3TC (atau FTC) + EFV

Keterangan :
TDF = Tenofovir
TC = Lamivudine
FTC = Emitricitabine
EFV = Efavirenz
NVP = Nevirapine
KDT = Kombinasi Dosis Tetap

2.1.7 Pencegahan HIV


Menurut WHO, HIV dapat dicegah dengan beberapa cara :
1. Penggunaan kondom secara tepat dan konsisten. Penggunaan kondom yang tepat dan
konsisten pada laki-laki dapat menurunkan transmisi HIV melalui aktivitas seksual
vaginal maupun anal hingga 94%.
2. Manajemen komprehensif pada IDU ( Injecting Drug User).
3. Intervensi perilaku melalui pemberian informasi, motivasi, dan edukasi mengenai
pencegahan HIV baik secara individual maupun berkelompok.
4. Pencegahan primer transmisi HIV di layanan kesehatan :
a. Keamanan darah.
b. Pencegahan alat suntik yang tidak steril.
c. Mengurangi kebutuhan transfuse darah dalam operasi emergensi maupun
esensial.
d. Pencegahan standar untuk mencegah infeksi dan kontak langsung maupun tidak
langsung dengan darah, cairan tubuh, dan kulit yang tidak intak. Pencegahan ini
terdiri dari mencuci tangan, penggunaan alat pelindung diri, pembuangan sampah
medis sesuai tempatnya, dan disinfeksi alat serta lingkungan.
e. Identifikasi, eliminasi, kontrol terhadap bahaya di lingkungan kerja, dan cegah
tertusuk jarum suntik.
5. Pencegahan sekunder transmisi HIV di layanan kesehatan dengan penggunaan post-
exposure prophylaxis (PEP) jika pencegahan primer gagal dilakukan. PEP tidak hanya
merupakan pencegahan sekunder di layanan kesehatan, namun dapat diberikan pada
individu yang terpapar di luar layanan kesehatan.
6. Pemberian pre-exposure prophylaxis (PrEP) sebagai pilihan tambahan pencegahan
HIV pada populasi berisiko.
7. Sirkumsisi pada laki-laki. Penelitian di Afrika menunjukkan bahwa sirkumsisi dapat
menurunkan transmisi seksual HIV dari perempuan ke lakilaki sebesar 60%.

2.2 Lelaki Seks Lelaki


Lelaki Seks Lelaki (LSL) merupakan perilaku seksual dengan sesama lelaki
tanpa memperhatikan orientasi seksualnya. Adapun yang termasuk dalam kelompok
ini adalah:
a. Laki-laki gay, bisexual, atau transgender
b. Laki-laki heteroseksual yang berhubungan seksual dengan lelaki
c. Laki-laki heteroseksual yang terpaksa berhubungan seksual dengan lelaki akibat
kondisi tertentu seperti kebutuhan ekonomi
d. Laki-laki yang berhubungan seksual dengan perempuan akan tetapi juga
berhubungan seksual dengan transpuan atau laki-laki lain.
LSL memiliki risiko dua puluh lima kali lebih tinggi terhadap HIV dan infeksi
menular lainnya. 36 Hal ini disebabkan adanya perilaku seksual berisiko pada LSL
seperti jumlah pasangan seks yang lebih dari satu, tidak menggunakan kondom, dan
seks anogenital.37–39 Seks anogenital pada LSL lebih berisiko terhadap kejadian HIV
daripada penovaginal.

2.3 Pengetahuan
2.3.1 Pengertian Pengetahuan
Pengetahuan berasal dari kata tahu, pengetahuan diartikan sebagai mengerti
sesudah melihat (menyaksikan, mengalami, dan sebagainya); kenal (akan), mengenal.
40 Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan terbentuk setelah seseorang melakukan
pengindraan terhadap suatu obyek tertentu. Pengetahuan atau ranah kognitif adalah
domain yang sangat penting dalam menentukan tindakan seseorang.
Teori Bloom membagi pengetahuan menjadi beberapa tingkatan, yaitu:
1. Tahu (Know) Tahu yaitu pemanggilan materi yang telah dipelajari
sebelumnya setelah mengamati sesuatu. Penilaian bahwa seseorang tahu mengenai
objek yang dipelajari dapat diketahui dengan menyebutkan, menguraikan,
mendefinisikan, atau menyatakan objek yang dipelajarinya.
2. Memahami (Comprehension)
Memahami merupakan kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang
objek yang diketahui, dan menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Seseorang
yang paham terhadap objek yang dipelajarinya mampu menjelaskan, menyebutkan
contoh, menyimpulkan, dan meramalkan objek yang dipelajari.
3. Aplikasi (Application)
Aplikasi yaitu kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari
pada situasi sebenarnya. Aplikasi diartikan sebagai penggunaan hukum-hukum, rumus,
metode, dan prinsip dalam konteks atau situasi lain.
4. Analisis (Analysis)
Analisis adalah kemampuan untuk menjabarkan materi atau objek ke daam
komponen-komponen, tetapi masih berkaitan satu sama lain. Seseorang yang sudah
mencapai tahap ini mampu menggambarkan bagan, membedakan, memisahkan dan
mengelompokkan suatu objek.
5. Sintesis (Synthesis)
Sintesis adalah kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-
bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Secara lebih sederhana, sintesis
merupakan kemampuan seseorang untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-
formulasi yang telah ada.
6. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi merupakan kemampuan seseorang untuk melakukan penilaian terhadap
suatu objek. Penilaian tersebut didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri
atau yang telah ada sebelumnya.

2.3.2 Faktor yang mempengaruhi pengetahuan


Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan antara lain:
1. Pendidikan
Pendidikan merupakan usaha untuk mengembangkan kepribadian dan
kemampuan di dalam dan luar sekolah dan berlangsung seumur hidup. Pendidikan
adalah sebuah proses pengubahan sikap dan perilaku seseorang dan usaha
mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Pendidikan yang tinggi
akan mempermudah seseorang dalam menerima informasi yang sangat erat kaitannya
dengan pengetahuan. Meskipun demikian, peningkatan pengetahuan dapat diperoleh dari
sektor formal dan non formal.
2. Informasi dan media masa
Informasi adalah sesuatu yang dapat diketahui. Selain itu, informasi dapat pula
diartikan sebagai suatu teknik untuk mengumpulkan, menyiapkan, menyimpan,
memanipulasi, mengumumkan, menganalisis, dan menyebarkan informasi dengan tujuan
tertentu. Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun nonformal dapat
menghasilkan perubahan atau meningkatkan pengetahuan secara cepat. Media massa
sebagai salah satu sarana komunikasi mempunyai pengaruh besar dalam penyampaian
informasi dan pembentukan opini sesorang yang memberikan landasan kognitif baru
tentang pengetahuan terhadap hal tersebut.
3. Sosial, budaya, dan ekonomi
Tradisi atau kebiasaan yang dilakukan seseorang tanpa melalui penalaran akan
baik atau buruknya hal tersebut akan menambah pengetahuannya meskipun tidak
melakukan. Status ekonomi juga mendukung tercukupinya fasilitas yang dibutuhkan
untuk memperoleh pengetahuan.
4. Lingkungan
Segala sesuatu yang ada di sekitar individu seperti lingkungan fisik, biologis,
maupun sosial disebut sebagai lingkungan. Lingkungan memungkinkan adanya interaksi
timbal balik yang berpengaruh terhadap pengetahuan setiap individu.
5. Pengalaman
Pengalaman merupakan penggunaan pengetahuan yang telah diperoleh untuk
memecahkan suatu masalah.
6. Usia
Pola pikir dan daya tangkap seseorang semakin berkembang seiring pertambahan
usia sehingga pengetahuan yang diperoleh semakin membaik.

2.3.3 Pengetahuan tentang HIV/AIDS


Penelitian Susilowati di Kota Semarang menemukan bahwa terdapat hubungan
tingkat pengetahuan terhadap kejadian HIV, dengan responden yang memiliki
pengetahuan kurang berisiko 2,442 kali lebih besar terinfeksi HIV/AIDS. 18 Hal
berbeda ditemukan pada penelitian Yusnita yang meneliti pada LSL di Kota Bukittinggi.
Penelitian Yusnita menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara
pengetahuan tentang HIV/AIDS dengan kejadian HIV.
Rahmayani (2018) meneliti pada waria penjaja seks dibawah bimbingan LSM
APP Padang dan menemukan bahwa 70% memiliki pengetahuan yang tinggi terhadap
pencegahan penularan HIV-AIDS dan ditemukan hubungan antara pengetahuan dengan
tindakan pencegahan penularan penyakit HIV/AIDS.
Pada penelitian terhadap LSL di Puskesmas Bandar Lampung Simpur tahun
2018 mengemukakan pengetahuan berhubungan dengan upaya pencegahan HIV/AIDS.
Fatmala (2016) meneliti pada LSL Malang dan menemukan bahwa sebagian besar
informan memiliki pengetahuan yang baik terhadap HIV/AIDS. Aisyah dan Fitria
(2017) menemukan bahwa pengetahuan tentang HIV/AIDS berhubungan dengan
pencegahan HIV/AIDS pada siswa SMA. Beberapa peneliti menemukan hasil yang
berbeda, diantaranya Angela, dkk (2015) menemukan bahwa tidak terdapat hubungan
antara pengetahuan dan perilaku pencegahan HIV/AIDS pada siswa/i SMP. Penelitian
Irsyad, dkk (2018) menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara pengetahuan dengan
perilaku pencegahan HIV/AIDS pada remaja komunitas anak jalanan.
BAB III
METODE MINI PROJECT

3.1. Desain Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif dengan rancangan


deskriptif. Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja di Puskesmas Desa Pon dengan
jumlah responden sebanyak 30 orang. Penelitian ini bertujuan untuk melihat
tingkat pengetahuan ibu hamil tentang HIV/AIDS.

3.2 Waktu dan Tempat Mini Project


Mini projek ini dilaksanakan pada bulan Maret 2023 di Puskesmas Desa Pon

3.3 Populasi Mini Project


Populasi mini projek adalah 30 orang ibu hamil yang datang ke Poli KIA di
Puskesmas Desa Pon. Dalam penelitian ini, informasi yang diperlukan melalui data
primer, yaitu data yang diperoleh dengan cara kunjungan ke lokasi penelitian dan
mewawancarai serta membagikan kuesioner untuk diisi oleh responden. Kuesioner yang
dibagikan berupa pertanyaan yang menggali pengetahuan pada ibu hamil tentang HIV.
Responden diminta untuk menjawab pertanyaan yang diajukan peneliti melalui lembar
kuesioner agar dapat dilakukan penganalisaan data. Responden yang bersedia menjadi
diminta untuk menandatangani lembar persetujuan atau informed consent. Data yang
diperoleh dikelompokkan berdasarkan kelompok variabel yang telah ditentukan,
selanjutnya diolah dan dianalisis menggunakan program komputer berupa aplikasi
statistik yaitu Statistic Package for Social Science (SPSS).
BAB IV
HASIL MINI PROJECT

4.1 HASIL MINI PROJECT


Berdasarkan hasil yang diperoleh didapatkan bahwa dari total ibu hamil
sebanyak 30 orang.

a. Profil Wilayah dan Profil Puskesmas


Secara geografis letak wilayah kerja UPTD Desa Pon memiliki luas wilayah ±
72.260 km2. Secara administratif wilayah kerja UPTD Puskesmas Desa Pon terdiri atas
10 desa.
Pembangunan kesehatan nasional perlu diakan dukungan dan peran serta dari
masyarakat. Oleh sebab itu, data kependudukan suatu daerah dalam penyusunan
perencanaan pembangunan kesehatan sangat dibutuhkan. Pada tahun 2021 jumlah
penduduk desa di wilayah kerja UPTD Puskesmas Desa Pon adalah 46.741 jiwa dengan
jumlah laki-laki 23.179 jiwa dan jumlah perempuan 23.562 jiwa.
Puskesmas memiliki 6 program pokok pembangunan kesehatan meliputi promosi
kesehatan, KIA-KB, Perbaikan gizi, kesehatan lingkungan, pemberantasan penyakit
menular, serta pengobatan.
Pembangunan kesehatan mengacu kepada konsep “Paradigma Sehat” yaitu
pembangunan kesehatan yang memeberikan prioritas utama pada upaya pelayanan
peningkatan kesehatan (promotif) dan pencegahan penyakit (preventif) dibandingkan
upaya pelayanan penyembuhan/pengobatan (kuratif) dan pemulihan (rehabilitatif) secara
menyeluruh dan terpadu serta berkesinambungan.

b. Karakteristik Responden
Tabel 4.1 Karakteristik Responden
Karakteristik Jumlah
n %
Umur
 25 tahun 22 73.3
<25 tahun 8 26.7
Pendidikan
S1 6 20.0
SMP 7 23.3
SMA 17 56.7
Pekerjaan
PNS 4 13.3
Pegawai Swasta 6 20.0
IRT 20 66.7

Tabel 4.1 Menunjukkan bahwa responden yang berumur  25 tahun sebanyak 22


orang dengan presentase (73.3%) dan responden yang berumur < 25 tahun
sebanyak 8 orang dengan presentase (26.7%). Berdasarkan hasil penelitian dapat
dilihat bahwa responden yang berpendidikan S1 sebanyak 6 orang dengan
presentase (20.0), responden yang berpendidikan SMA sebanyak 17 orang dengan
presentase (56.7%) sedangkan yang berpendidikan SMP sebanyak 7 orang dengan
presentase (23.3%). Berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat bahwa responden dengan
latar belakang pekerjaan PNS sebanyak 4 orang dengan persentase (13.3%), responden
latar belakang pekerjaan pegawai swasta sebanyak 6 orang dengan persentase (20%),
dan responden dengan latar Pendidikan IRT sebanyak 20 orang dengan persentase
66.7%).

c. Tingkat Pengetahuan
Tabel 4.2 Tingkat Pengetahuan
Karakteristik Jumlah
n %
Cukup 17 56.7
Kurang 13 43.3

Tabel 4.2 Menunjukkan bahwa responden yang memliki tingkat pengetahuan


yang cukup sebanyak 17 orang dengan presentase (56.7%) dan responden yang memliki
tingkat pengetahuanyang kurang sebanyak 13 orang dengan presentase (43.3%).
d. Pembahasan
Pengetahuan adalah kesan di dalam pikiran manusia sebagai hasil
penggunaan panca inderanya, yang berbeda sekali dengan kepercayaan (beliefs),
takhyul (superstitions) dan penerangan-penerangan yang keliru (misinformations).
Misalnya dikalangan orang-orang Marindanim di Irian Barat ada suatu
kepercayaan bahwa sebelum mereka berburu harus diadakan upacara, didatangkan
seorang dukun, dibacakan mantera-mantera dan dikeluarkan pula jimat-jimat
supaya perburuan mereka berhasil. Kepercayaan tersebut yang yang tidak dapat
dibuktikan kebenarannya menimbulkan ketidakpastian, sedangkan pengetahuan
betujuan untuk mendapatkan kepastian serta menghilangkan prasangka sebagai akibat
ketidakpastian tersebut.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang memliki tingkat
pengetahuan yang cukup sebanyak 17 orang dengan presentase (56.7%) dan
responden yang memliki tingkat pengetahuan yang kurang sebanyak 13 orang
dengan presentase (43.3%). Dari hasil penelitian tersebut dapat diketahui bahwa
hampir dari sebahagian ibu hamil yang melakukan pemeriksaan di puskesmas
masih ada yang memliki pengetahuan yang kurang tentang penularan HIV/AIDS
ini disebabkan karena para ibu hamil tersebut kurang mendapatkan informasi
apalagi ditambah dengan kurang pahamnya ibu hamil tersebut untuk mengakses
internet.
Pengetahuan sangat penting dimiliki oleh ibu hamil, karena mengenali dan
memahami substansi-substansi yang dapat membahayakan kesehatan. Pengetahuan
seorang sangat berpengaruh terhadap menentukan sikap dalam melakukan segala
sesuatu baik yang berhubungan dengan pekerjaannya ataupun yang lainnya.
Seseorang yang tidak memiliki pengetahuan yang kurang tentunya dalam
perubahan perilaku tidak selalu memadai dalam berperilaku baik. Sedangkan yang
memiliki pengetahuan yang cukup tetapi perilakunya justru berisiko berisiko
kemungkinan dikarenakan tingkat pengetahuan yang dimilikinya baru mencapai tahap
tahu yang merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah sehingga belum mampu
mendorong responden untuk tidak melakukan perilaku berisiko tertular
HIV/AIDS.Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Fatimah
yang menyatakan bahwa Sebagian besar responden memiliki pengetahuan baik
tentang HIV/AIDS yaitu sebanyak 50 responden (69,4%).
e. Usulan Program HIV
Kegiataan penyuluhan promosi kesehatan bisa disesuaikan untuk mencapai
program. Adpaun tujuan kegiatan ini adalah untuk edukasi pencegahan HIV/AIDS
melalui metode ABCDE. Kegiatan ini mengkaji permasalahan penularan HIV/AIDS.
Pada awal pelaksanaan kegiatan, penelusuran subjek dilakukan dengan tujuan
mengenal karakteristik masyarakat dengan berfokus pada ibu hamil. Dilanjutkan dengan
memberikan kuesioner terhadap ibu hamil lalu diberikan penjelasan pengertian
HIV/AIDS, dilanjut dengan penjelasan cara penularan, pengobatan dan pencegahan
melalui metode ABCDE.
Pencegahan HIV/AIDS dengan metode ABCDE adalah Abstinence, Be
Faithful, Condom, Drug No, Education. Pengertian dari ABCDE adalah:
1. A (Abstinence): Absen seks atau tidak melakukan hubungan seks bagi yang belum
menikah.
2. B (Be Faithful): Bersikap saling setia kepada satu pasangan seks (tidak beganti-
ganti pasangan).
3. C (Condom): Cegah penularan HIV melalui hubungan seksual dengan
menggunakan kondom.
4. D (Drug No): Dilarang menggunakan narkoba.
5. E (Education): Pemberian edukassi dan informasi yang benar mengenai HIV,
cara penularan, pencegahan dan pengobatannya
Pada kegiatan diharapkan dapat memberikan feedback positif pada masyarakat
terutama ibu hamil tentang pengetahuan pentingnya mengenal dan mencegah penularan
HIV.

Gambar 4.1 Pengisian kuesioner dan penjelasan HIV pada Ibu Hamil
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil Penelitian tentang Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil Tentang
HIV AIDS di Puskesmas Desa Pon menunjukkan bahwa responden yang memliki
tingkat pengetahuan yang cukup sebanyak 17 orang dengan presentase (56.7%) dan
responden yang memliki tingkat pengetahuan yang kurang sebanyak 13 orang
dengan presentase (43.3%). Dari hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa
hampir dari sebahagian ibu hamil yang melakukan pemeriksaan di puskesmas
masih ada yang memliki pengetahuan yang kurang tentang penularan HIV/AIDS
ini disebabkan karena para ibu hamil tersebut kurang mendapatkan informasi
apalagi ditambah dengan kurang pahamnya ibu hamil tersebut untuk mengakses
internet.Diharapkan dilakukan penelitian lanjutan mengenai evaluasi tes HIV/AIDS
pada ibu hamil. Diharapkan kepada pihak puskesmas dapat memberikan sosialisasi
terkait HIV/AIDS kepada masyarakat yang berada disekitar wilayah kerja puskesmas.

5.2 Saran
1. Untuk Masyarakat
Ibu hamil diharapkan lebih proaktif dalam mencari informasi tentang HIV dan
AIDS sehingga meningkatkan pengetahuan ibu hamil dan dapat menentukan sikap
dalam pencegahan penularan HIV ke bayi. Peran aktif suami dan tenaga kesehatan
sangat dibutuhkan dalam membantu dan mendukung ibu hamil dalam pencegahan
penularan HIV ke bayi sehingga suami juga harus memiliki pengetahuan tentang
HIV dan AIDS.

2.Untuk Petugas Kesehatan


a. Meningkatkan kualitas konseling yang diberikan khususnya pada saat prates,
dengan lebih memberikan informasi kepada ibu hamil meliputi:
1) Penyakit HIV/AIDS, meliputi tempat virusnya berada, ciri-ciri seseorang
yang terinfeksi, dan tempat melakukan tes HIV.
2) Urgensi dan manfaat tes HIV bagi ibu dan bayinya.
3) Sikap terhadap tes HIV terutama ibu dengan suami yang sering berpindah
tempat kerja.
4) Sikap terhadap tes HIV terutama ibu yang tidak merasa memiliki keluhan
khusus.
5) Sikap terhadap hasil tes HIV
b. Meningkatkan bimbingan kepada ibu hamil dan keluarga saat paskates baik
hasil postif maupun negatif, sehingga ibu hamil yang postif HIV akan mengikuti
pengobatan dan ibu yang negatif memiliki pengetahuan dan sikap yang baik
terhadap pencegahan penularah HIV/AIDS.
DAFTAR PUSTAKA

1. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Profil Kesehatan Indonesia 2015.


Jakarta: Kementrian Kesehatan Indonesia; 2016.
2. Setiati S, Alwi I, editors. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam edisi 6. Jakarta:
InternaPublishing; 2014.
3. AVERT [2017]. Global HIV and AIDS Statistics. AVERT.
https://www.avert.org/global-hiv-and-aids-statistics - Diakses 15 September 2017.
4. Ditjen PP & PL Kemenkes RI [2017]. Laporan Perkembangan HIV/AIDS Triwulan
IV Tahun 2016.. http://www.aidsindonesia.or.id/ck_uploads/files/Final%20
5. Ditjen PP & PL Kemenkes RI [2017]. Statistik Kasus HIV/AIDS di Indonesia.
Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia. www.spiritia.or.id/Stats/stat2016.xls
6. WHO [2017]. Gender AIDS. World Health Organisation.
http://www.who.int/gender/documents/GenderAIDS.pdf
7. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman Nasional Pencegahan
Penularan HIV dari Ibu ke Anak (PPIA) Edisi 2. Jakarta: Kementrian Kesehatan
Indonesia; 2012.
8. Ditjen PP & PL Kemenkes RI. Tes dan Konseling HIV Terintegrasi di Sarana
Kesehatan (PITC) Pedoman Penerapan. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan;
2010.
9. Laporan Perkembangan HIV AIDS & Penyakit Infeksi Menular Seksual (PIMS)
Triwulan IV Tahun 2020. Jakarta; 2021.
10. Notoatmodjo S. Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta;
2014. 18. Susilowati T. Faktor-Faktor Risiko yang Berpengaruh terhadap Kejadian
HIV dan AIDS di Semarang dan Sekitarnya. J Komun Kesehat. 2010;1(2).
11. Rahmayani V, Hanif AM, Sastri S. Hubungan Pengetahuan dan Sikap dengan
Tindakan Pencegahan Penularan HIV-AIDS pada Waria di Kota Padang Tahun 2013.
JKA. 2014;3(2):238–43.
12. Aisyah S, Fitria A. Hubungan Pengetahuan dan Sikap Remaja tentang HIV/AIDS
dengan Pencegahan HIV/AIDS di SMA Negeri 1 Montasik Kabupaten Aceh Besar.
JBK. 2019;2(1):1–10.
13. Listina F, Baharza SN. Hubungan Pengetahuan dan Sikap LSL terhadap Upaya
Pencegahan HIV & AIDS di Puskesmas Simpur Kota Bandar Lampung. MANUJU.
2020;2(1):151–9.
14. Yusnita V. Analisis Hubungan Perilaku Seksual Berisiko dengan Kejadian HIV pada
Laki-Laki Seks Laki-Laki di Kota Bukittinggi Tahun 2019. Universitas Andalas;
2019.
15. Irsyad C, Setiyadi NA, Wijayanti AC. Hubungan antara Pengetahuan dan Sikap
dengan Perilaku Pencegahan HIV/AIDS pada Remaja Komunitas Anak Jalanan di
Kabupaten Kudus. In: Prosiding Seminar Nasional Fakultas Ilmu Kesehatan. 2015. p.
71–7.
16. Angela M, Sianturi SR, Supardi S. Hubungan antara Pengetahuan, Sikap dan
Perilaku Pencegahan HIV/AIDS pada Siswa SMPN 251 Jakarta. JPPPK.
2019;3(2):67–72. 25. WHO. HIV/AIDS [Internet]. Available from:
https://www.who.int/health-topics/hiv-aids/#tab=tab_1
17. Punt J, Stranford SA, Jones PP, Owen JA. Kuby Immunology. 8th ed. New York:
W.H. Freeman Macmillan Learning New York; 2019.
18. German Advisory Committee Blood (Arbeitskreis Blut). Human Immunodeficiency
Virus (HIV). Transfus Med Hemother. 2016;43(3):203– 22.
19. Patel P, Borkowf CB, Brooks JT, Lasry A, Lansky A, Mermin J. Estimating per-act
HIV transmission risk: a systematic review. AIDS. 2014;28(10):1509–19.
Lampiran

PERNYATAAN PENELITI

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama: dr. Abdi Try Utomo

adalah dokter Intenship di Puskesmas Desa Pon.


Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat ibu hamil terhadap
pelaksanaan tes HIV di Puskesmas Desa Pon. Oleh karena itu, saya meminta kesediaan
saudara untuk menjadi responden dalam penelitian ini. Peneliti juga memohon
kesediaan saudara untuk mengisi kuisioner dengan jujur dan apa adanya. Jika saudara
bersedia, silahkan menandatangani persetujuan sebagai bukti kesukarelaan saudara.
Identitas pribadi dari responden akan dirahasiakan dan semua informasi yang
diberikan hanya akan digunakan untuk penelitian ini. Jika saudara merasa masih ada
yang belum dipahami dapat ditanyakan langsung kepada peneliti.
Atas perhatian dan kesediaan saudara menjadi responden dalam penelitian ini,
saya mengucapkan terima kasih.

Desa Pon, Maret 2023


Peneliti

dr. Abdi Try Utomo


LEMBAR PERSETUJUAN RESPONDEN
(Informed Consent)

Saya yang bertanda tangan di bawah ini


Nama :
Umur :
Alamat :
No. Handphone :
telah mendapat keterangan dan penjelasan secara lengkap, maka dengan penuh
kesadaran dan tanpa paksaan bersedia ikut sebagai sampel penelitian dr. Abdo Try
Utomo

Desa Pon, Maret 2023


Responden

(….…………………………)
III. KUESIONER PENGETAHUAN RESPONDEN

Pengetahuan Umum tentang HIV/AIDS


1. Manakah yang merupakan dampak dari tertular HIV? A. Menderita kencing
manis
B. Tekanan darah
tinggi
C. Tubuh menjadi
mudah tertular
berbagai jenis
penyakit
D. Kulit mudah
lebam
2. Di mana saja virus HIV terdapat? A. Darah
B. Cairan kemaluan
wanita
C. Air mani
D. Semua benar
3. Manakah yang merupakan salah satu faktor risiko A. Donor darah di
penularan virus HIV? PMI
B.Menghindari seks
bebas
C. Bersalaman
dengan penderita HIV
D. Pasangan
suami/istri yang
melakukan hubungan
seks dengan
pria/wanita yang
bukan pasangannya
4. Manakah yang merupakan salah satu cara untuk A.Menggunakan
mencegah penularan virus HIV? kondom B.Memakai
narkoba
C. Terlibat dalam
pergaulan bebas
D. Berlaku tidak setia
dengan pasangan
5. Apakah tanda-tanda orang yang terinfeksi HIV? A. Mudah terserang
berbagi penyakit
B. Mengalami
penurunan berat
badan
C. Diare
berkepanjangan
D. Semua benar
6. Yang manakah yang tidak termasuk kelompok berisiko A. Orang yang
tertular HIV? menerima transfusi
darah
B. Pria yang
berhubungan seksual
dengan pria
C. Ibu rumah tangga
yang suamianya
sering bepergian jauh
D. Pasangan yang
menjaga
keharmonisan
7. Dari manakah seorang anak bayi kemungkinan besar A. Kakaknya
tertular HIV? B. Ibunya yang HIV
positif
C. Ibunya yang HIV
negatif
D. Pembantu rumah
tangga
8. Manakah yang merupakan upaya pencehan penularan A. Program BPJS
HIV pada bayi? B. Program
pencegahan
penularan HIV dari
ibu hamil ke bayi
C. Program Indonesia
Sehat
D. Program
Pencegahan Penyakit
Lingkungan
9. Bagaimana cara pasti mengetahui apakah seseorang A. Bertanya kepada
terkena HIV? bidan
B. Dengan tes HIV
C. Dengan tes gula
darah
D. Melihat tanda-
tanda penyakit yang
diderita orang
tersebut

10. Di manakah kita bisa melakukan pemeriksakan status A. Di praktek bidan


HIV kita? B. Di posyandu
C. Di puskesmas
D. Di klinik umum
IV. KUESIONER SIKAP RESPONDEN

Sikap terhadap Keikutsertaan Tes HIV


Seorang ibu hamil harus tetap melakukan pemeriksaan tes 1. Setuju
1. HIV walaupun tidak ada keluhan. 2. Tidak
Setuju
2. Tidak perlu merasa takut ketika petugas menganjurkan 1. Setuju
untuk melakukan pemeriksaan tes HIV. 2. Tidak
Setuju
3. Apabila suami bekerja jauh jaraknya dari saya dan sering
berpindah-pindah tempat dalam jangka waktu yang cukup 1. Setuju
lama memungkinkan saya rentan terhadap risiko penularan 2. Tidak
HIV. Setuju

4. Apabila saya merasa diri saya berisiko terhadap infeksi 1. Setuju


HIV, penting bagi saya untuk melakukan tes HIV. 2. Tidak
Setuju
5. Saya merasa khawatir apabila melakukan tes HIV karena 1. Setuju
tidak siap apabila mengetahui hasil pemeriksaannya. 2. Tidak
Setuju
6. Saya akan mencari informasi mengenai pencegahan 1. Setuju
penularan HIV/AIDS dari petugas kesehatan di petugasan 2. Tidak
kesehatan terdekat. Setuju
7. Pemeriksaan tes HIV tidak harus segera dilakukan, karena 1. Setuju
saya belum merasakan adanya keluhan yang perlu 2. Tidak
penanganan khusus. Setuju
8. Saya hanya akan melakukan pemeriksaan tes HIV apabila 1. Setuju
saya mendapat persetujuan dari suami saya. 2. Tidak
Setuju
9. Suami saya bekerja yang jaraknya tidak jauh dari saya dan 1. Setuju
suami saya tidak berisiko menularkan virus HIV sehingga 2. Tidak
bagi saya tes HIV tidak perlu dilakukan. Setuju
10. Menurut saya tes HIV akan membuat ibu hamil merasa
stres apabila mengetahui hasil pemeriksaanya karena 1. Setuju
apabila HIV positif maka akan menjadi penolakan dan 2. Tidak
pembicaraan masyarakat. Setuju

Anda mungkin juga menyukai