Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

HIV

Disusun Oleh:
SITI AISYAH
1901277061

STIKes Muhammadiyah Ciamis


Jl. K.H. Ahmad Dahlan No.20, Ciamis, Kec. Ciamis,
Kabupaten Ciamis, Jawa Barat 46216
KATA PENGANTAR

Puji syukur diucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya


sehingga makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami
mengucapkan terimakasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi
dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun materinya.
Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah
pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh
lagi agar makalah ini bisa pembaca praktekkan dalam kehidupan sehari-hari.
Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan
dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan
pengalaman Kami. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Ciamis, Desember 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI

COVER
KATA PENGANTAR................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang............................................................................. 1
B. Rumusan Masalah....................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan......................................................................... 2
D. Manfaat Penulisan....................................................................... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian HIV............................................................................. 4
B. Tipe HIV....................................................................................... 4
C. HIV dan AIDS di Indonesia........................................................... 5
D. Klasifikasi HIV.............................................................................. 5
E. Epidemiologi................................................................................. 6
F. Etiologi......................................................................................... 6
G. Faktor Risiko HIV......................................................................... 7
H. Patofisiologi.................................................................................. 8
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian................................................................................... 9
B. Pemeriksaan fisik ....................................................................... 9
C. Diagnosa keperawatan................................................................. 10
D. Intervensi...................................................................................... 10
E. Implementasi................................................................................ 14
F. Evaluasi........................................................................................ 14
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan.................................................................................. 15
B. Saran............................................................................................ 15
DAFTAR PUSTAKA................................................................................... 16

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
HIV adalah singkatan dari Human Immunodeficiency Virus, sebuah virus
yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia.AIDS singkatan dari
Acquired Immune Deficiency Syndrome.AIDS muncul setelah virus (HIV)
menyerang sistem kekebalan tubuh.Sistem kekebalan tubuh menjadi lemah,
dan satu atau lebih penyakit dapat timbul. Karena lemahnya sistem kekebalan
tubuh tadi, beberapa penyakit bisa menjadi lebih berat daripada biasanya
(Spiritia, 2015). Penyakit AIDS telah menjadi masalah internasional karena
dalam waktu singkat terjadi peningkatan jumlah penderita dan melanda
semakin banyak negara.
Dikatakan pula bahwa epidemi yang terjadi tidak saja mengenai penyakit
(AIDS ), virus (HIV) tetapi juga reaksi/dampak negatif berbagai bidang seperti
kesehatan, sosial, ekonomi, politik, kebudayaan dan demografi. Hal ini
merupakan tantangan yang harus dihadapi baik oleh negara maju maupun
negara berkembang (Siregar, 2004).Orang yang terkena HIV/AIDS sangat
mudah tertular oleh berbagai macam penyakit karena sistem kekebalan tubuh
penderita yang menurun.HIV/AIDS bisa menular ke orang lain melalui
hubungan seks (anal, oral, vaginal) yang tidak terlindungi (tanpa alat
pengaman kondom) dengan orang yang telah terinfeksi HIV, jarum suntik,
tindik, tato yang tidak steril yang dipakai bergantian, mendapat tranfusi darah
dari orang yang darahnya mengandung virus HIV positif dan ibu yang positif
HIV kepada bayinya ketika dalam kandungan, saat melahirkan atau melalui
ASI (Parikesit, 2008).
Sumber penularan yang utama HIV/AIDS pada ibu rumah tangga adalah
dari pasangannya sendiri atau suami.Berdasarkan data disebutkan bahwa
heteroseksual merupakan penyebab utama HIV/AIDS.Kementrian Kesehatan
RI menyebutkan kasus AIDS paling tinggi adalah pada kelompok
heteroseksual yaitu sebesar 26.158. Suami yang sering menggunakan jasa
pekerja seks komersial besar untuk menularkan HIV/AIDS pada istrinya.
Penyakit menular masih menjadi masalah utama kesehatan masyarakat di
Indonesia dan masih sering timbul sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB) yang
menyebabkan kematian penderitanya (FKM USU, 2008).
Sampai saat ini obat dan vaksin yang diharapkan dapat membantu
memecahkan masalah penanggulangan HIV/AIDS belum ditemukan.Salah
satu alternatif dalam upaya menanggulangi problematik jumlah penderita yang
terus meningkat adalah upaya pencegahan yang dilakukan semua pihak yang

1
mengharuskan kita untuk tidak terlibat dalam lingkungan transmisi yang
memungkinkan dapat terserang HIV (Siregar, 2004). Tercatat antara Juli
sampai dengan September 2012 jumlah kasus baru HIV yang dilaporkan ada
5.489 kasus. Persentase kasus HIV tertinggi dilaporkan pada kelompok umur
25-49 tahun (73,7%), diikuti kelompok umur 20-24 tahun (15,0%) dan
kelompok umur > 50 tahun (4,5%). Perbandingan kasus HIV antara laki-laki
dan perempuan adalah 1:1. Persentase faktor risiko HIV tertinggi adalah
hubungan seks tidak aman pada heteroseksual (50,8%), penggunaan jarum
suntik tidak steril pada pengguna narkoba suntik (9,4%), dan lelaki seks lelaki
(LSL) sebanyak 7%. Tiga kasus AIDS yang dilaporkan antara Juli sampai
September sebanyak 1.317 kasus baru. Persentase kasus AIDS tertinggi
pada kelompok umur 30–39 tahun (40,7%), diikuti kelompok umur 20–29
tahun (29,0%) dan kelompok umur 40–49 tahun (17,3%). Perbandingan AIDS
antara laki-laki dan perempuan adalah 2:1 (UI, 2013). Jumlah kasus AIDS
tertinggi dilaporkan dari Provinsi DKI Jakarta (648), Jawa Tengah (140), Bali
(1012), Jawa Barat (80) dan Kepulauan Riau (78). Persentase faktor risiko
AIDS tertinggi adalah hubungan seks tidak aman pada heteroseksual
(81,9%), penggunaan jarum suntik tidak steril pada pengguna narkoba suntik
(7,2%), dari ibu yang positif HIV ke anaknya (4,6%), dan LSL (2,8%) (UI,
2013).Penderita HIV/AIDS di Jawa Tengah pertama kali ditemukan pada
tahun 1993. Sejak pertama ditemukan hingga Desember 2014 telah mencapai
2480 kasus dan 163 orang sudah meninggal, Prevalensi kasus HIV/AIDS di
Jawa Tengah sebesar 1,71 per 100.000 penduduk.

B. Rumusan Masalah
Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang HIV/AIDS membuat minat
masyarakat untuk melakukan VCT berkurang. Dari masalah diatas peneliti
akan menilai masalah tentang “Gambaran Karakteristik dan Pengetahuan
Pasien tentang HIV/AIDS pada PelayananVoluntary Counseling and Testing
(VCT)”.

C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Gambaran
Karakteristik dan Pengetahuan Pasien tentang HIV/AIDS pada
Pelayanan VCT.

2
2. Tujuan Khusus
a). Mendiskripsikan karakteristikpasien meliputi umur, jenis kelamin,
pendidikan, pekerjaan dan status perkawinan,kunjungan VCT,pada
pelayanan VCT.
b). Mendiskripsikan pengetahuan klien tentang HIV/AIDS meliputi
pengertian, penyebab, pemeriksaan, gejala, penularan, pencegahan
dan penanggulangan, pengobatan.

D. Manfaat Penulisan
1. Manfaat Akademik Dapat menambah pengetahuan dan wawasan
penulis dari penelitian yang dilakukan penulis dengan cara
mengaplikasikan ilmu dan teori yang di dapat selama perkuliahan
dalam pembahasan masalah mengenai Gambaran Pengetahuan
tentang HIV/AIDSdan Karakteristik Klien pada Pelayanan VCT.
2. Manfaat praktis Hasilpenelitian diharapkan dapat digunakan untuk
menambah pengetahuan tenaga keperawatan tentang HIV/AIDSdan
pencegahan penularan HIV/AIDS dan diharapkan dapat digunakan
untuk melakukan pendidikan kesehatan kepada masyarakat
terutama tentang penyebab dan tanda gejala HIV/AIDS.
3. Bagi Profesi Keperawatan Memberikan masukan bagi perawat agar
dapat meningkatkan pengetahuan tentang HIV/AIDS dan
pencegahan penularan HIV/AIDS.
4. Bagi Klien Meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat
khususnya pasien HIV/AIDS dalam upaya pencegahan penyakit
HIV/AIDS.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian HIV
HIV (human immunodeficiency virus) adalah virus yang merusak sistem
kekebalan tubuh, dengan menginfeksi dan menghancurkan sel CD4. Semakin
banyak sel CD4 yang dihancurkan, kekebalan tubuh akan semakin lemah,
sehingga rentan diserang berbagai penyakit.

Infeksi HIV yang tidak segera ditangani akan berkembang menjadi


kondisi serius yang disebut AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome).
AIDS adalah stadium akhir dari infeksi virus HIV. Pada tahap ini, kemampuan
tubuh untuk melawan infeksi sudah hilang sepenuhnya.
Sampai saat ini belum ada obat untuk menangani HIV dan AIDS. Akan
tetapi, ada obat untuk memperlambat perkembangan penyakit tersebut, dan
dapat meningkatkan harapan hidup penderita.

B. Tipe HIV
Virus HIV terbagi menjadi 2 tipe utama, yaitu HIV-1 dan HIV-2. Masing-
masing tipe terbagi lagi menjadi beberapa subtipe. Pada banyak kasus,
infeksi HIV disebabkan oleh HIV-1, 90% di antaranya adalah HIV-1 subtipe M.
Sedangkan HIV-2 diketahui hanya menyerang sebagian kecil individu,
terutama di Afrika Barat.
Infeksi HIV dapat disebabkan oleh lebih dari 1 subtipe virus, terutama bila
seseorang tertular lebih dari 1 orang. Kondisi ini disebut dengan superinfeksi.
Meski kondisi ini hanya terjadi kurang dari 4% penderita HIV, risiko
superinfeksi cukup tinggi pada 3 tahun pertama setelah terinfeksi.

4
C. HIV dan AIDS di Indonesia
Berdasarkan data Kementerian Kesehatan RI, selama tahun 2016
terdapat lebih dari 40 ribu kasus infeksi HIV di Indonesia. Dari jumlah
tersebut, HIV paling sering terjadi pada pria dan wanita, diikuti lelaki seks
lelaki (LSL), dan pengguna NAPZA suntik (penasun). Di tahun yang sama,
lebih dari 7000 orang menderita AIDS, dengan jumlah kematian lebih dari 800
orang.
Data terakhir Kemenkes RI menunjukkan, pada rentang Januari hingga
Maret 2017 saja sudah tercatat lebih dari 10.000 laporan infeksi HIV, dan
tidak kurang dari 650 kasus AIDS di Indonesia.

D. Klasifikasi HIV
1. Fase 1 Umur infeksi 1 – 6 bulan (sejak terinfeksi HIV) individu sudah
terpapar dan terinfeksi. Tetapi ciri – ciri terinfeksi belum terlihat meskipun
ia melakukan tes darah. Pada fase ini antibody terhadap HIV belum
terbentuk. Bisa saja terlihat/mengalami gejala – gejala ringan, seperti flu
(biasanya 2 – 3 hari dan sembuh sendiri).
2. Fase 2 Umur infeksi: 2 – 10 tahun setelah terinfeksi HIV. Pada fase
kedua ini individu sudah positif HIV dan belum menampakkan gejala
sakit. Sudah dapat menularkan pada orang lain. Bisa saja
terlihat/mengalami gejala – gejala ringan, seperti flu (biasanya 2 – 3 hari
dan sembuh sendiri).
3. Fase 3 Mulai muncul gejala – gejala awal penyakit. Belum disebut gejala
AIDS. Gejala – gejala yang berkaitan antara lain keringat yang berlebihan
pada waktu malam, diare terus menerus, pembengkakan kelenjar getah
bening, flu yang tidak sembuh – sembuh, nafsu makan berkurang dan
badan menjadi lemah, serta berat badan terus berkurang. Pada fase
ketiga ini sistem kekebalan tubuh mulai berkurang.
4. Fase 4 Sudah masuk fase AIDS. AIDS baru dapat terdiagnosa setelah
kekebalan tubuh sangat berkurang dilihat dari jumlah sel T nya. Timbul
penyakit tertentu yang disebut dengan infeksi oportunistik yaitu TBC,
infeksi paru – paru yang menyebabkan radang paru – paru dan kesulitan
bernafas, kanker, khususnya sariawan, kanker kulit atau sarcoma kaposi,
infeksi usus yang menyebabkan diare parah berminggu – minggu, dan
infeksi otak yang menyebabkan kekacauan mental dan sakit kepala
(Hasdianah & Dewi, 2014).

5
E. Epidemiologi
Infeksi oleh HIV-1 merupakan masalah multi dimensi yang mengancam
negara-negara di seluruh dunia termasuk Indonesia. Laporan UNAIDS tahun
2013 menyatakan bahwa jumlah orang yang hidup dengan HIV adalah 35 juta
orang (33.2-37.2 juta), dengan angka insiden pada tahun 2013 sebanyak 2,1
juta orang. Angka kematian akibat AIDS pada tahun 2013 adalah sebesar 1,5
juta orang (UNAIDS, 2013). Diperkirakan terdapat 6.000 infeksi HIV baru
perhari pada tahun 2013, sekitar 68% terjadi di Sub Saharan Afrika, 700
infeksi adalah anak dibawah 15 tahun, dan sekitar 5.200 orang adalah orang
dewasa berumur 15 tahun atau lebih. Dari data Kementrian Kesehatan
Republik Indonesia (2011) terdapat total 26483 kasus AIDS di seluruh
Indonesia secara kumulatif.
Prevalensi kasus AIDS di Indonesia secara nasional adalah 11,09 per
100.000 penduduk. Sedangkan jumlah kasus baru HIV/AIDS secara nasional
pada tahun 2010 adalah 4.158 kasus, lebih tinggi daripada tahun sebelumnya
(3.863 kasus). Data dari bulan Januari sampai dengan Maret 2014 jumlah
infeksi HIV yang baru dilaporkan sebanyak 6.626 kasus. Persentase infeksi
HIV tertinggi dilaporkan pada kelompok umur 25-49 tahun (72,3%), diikuti
kelompok umur 20-24 tahun (15%), dan kelompok umur > 50 tahun (5,8%).
Rasio HIV antara laki-laki dan perempuan adalah 1:1. Persentase faktor risiko
HIV tertinggi adalah hubungan seks berisiko pada heteroseksual (55,6%),
homoseksual 9 (14,7%), dan penggunaan jarum suntik tidak steril pada
penasun (7%). Persentase AIDS tertinggi pada kelompok umur 30-39 tahun
(33,4%), diikuti kelompok umur 20-29 tahun (31,2%) dan kelompok umur 40-
49 tahun (21,4%). Persentase kumulatif (tahun 1987 - Maret 2014) kasus
AIDS tertinggi pada kelompok umur 20-29 tahun (33,1%), kemudian diikuti
kelompok umur 30-39 tahun (28,2%), 40-49 tahun (10,5%), 15-19 (3,1%), dan
50-59 tahun (3,2%). Persentase AIDS pada laki-laki sebanyak 53,4% dan
perempuan 28,8%. Sementara itu 17,8% tidak melaporkan jenis kelamin.
Angka kematian menurun dari 3,79% pada tahun 2012 menjadi 1,67% pada
bulan Maret tahun 2014.

F. Etiologi
Penyebab kelainan imun pada AIDS adalah suatu agen viral yang
disebut HIV dari sekelompok virus yang dikenal retrovirus yang disebut
Lympadenopathy Associated Virus (LAV) atau Human T-Cell Leukimia Virus
(HTL-III) yang juga disebut Human T-Cell Lympanotropic Virus (retrovirus).
Retrovirus mengubah asam rebonukleatnya (RNA) menjadi asam
deoksiribunokleat (DNA) setelah masuk kedalam sel pejamu (Nurrarif &

6
Hardhi, 2015). Penyebab adalah golongan virus retro yang disebut Human
Immunodeficiency Virus (HIV). Transmisi infeksi HIV dan AIDS terdiri dari lima
fase yaitu:
a). Periode jendela: lamanya 4 minggu sampai 6 bulan setelah infeksi. Tidak
ada gejala.
b). Fase infeksi HIV primer akut: lamanya 1 – 2 minggu dengan gejala flu
like illness.
c). Infeksi asimtomatik: lamanya 1 – 15 atau lebih tahun dengan gejala tidk
ada .
d). Supresi imun simtomatik: diatas 3 tahun dengan gejala demam, keringat
malam hari, berat badan menurun, diare, neuropati, lemah, rash,
limfadenopati, lesi mulut.
e). AIDS: lamanya bervariasi antara 1 – 5 tahun dari kondisi AIDS pertama
kali ditegakkan. Didapatkan infeksi oportunis berat dan tumor pada
berbagai sistem tubuh, dan manifestasi neurologis.

G. Faktor Risiko HIV


Menurut UNAIDS (2017), kelompok risiko tertular HIV/AIDS sebagai
berikut:
a). Pengguna napza suntik: menggunakan jarum secara bergantian.
b). Pekerja seks dan pelanggan mereka: keterbatasan pendidikan dan
peluang untuk kehidupan yang layak memaksa mereka menjadi pekerja
seks.
c). Lelaki yang berhubungan seks dengan lelaki.
d). Narapidana.
e). Pelaut dan pekerja di sektor transportasi.
f). Pekerja boro (migrant worker): melakukan hubungan seksual berisiko
seperti kekerasan seksual, hubungan seksual dengan orang yang
terinfeksi HIV tanpa pelindung, mendatangi lokalisasi/komplek PSK dan
membeli seks (Ernawati, 2016).
AIDS dapat menyerang semua golongan umur, termasuk bayi, pria
maupun wanita. Yang termasuk kelompok resiko tinggi adalah :
a). Lelaki homoseksual atau biseks.
b). Bayi dari ibu/bapak terinfeksi.
c). Orang yang ketagihan obat intravena.
d). Partner seks dari penderita AIDS.
e). Penerima darah atau produk (transfusi) (Susanto & Made Ari, 2013).

7
H. Patofisiologi
Pada individu dewasa, masa jendela infeksi HIV sekitar 3 bulan. Seiring
pertambahan replikasi virus dan perjalanan penyakit, jumlah sel limfosit CD 4+
akan terus menurun. Umumnya, jarak antara infeksi HIV dan timbulnya gejala
klinis pada AIDS berkisar antara 5 – 10 tahun. Infeksi primer HIV dapat
memicu gejala infeksi akut yang spesifik, seperti demam, nyeri kepala,
faringitis dan nyeri tenggorokan, limfadenopati, dan ruam kulit. Fase akut
tersebut dilanjutkan dengan periode laten yang asimtomatis, tetapi pada fase
inilah terjadi penurunan jumlah sel limfosit CD 4+ selama bertahun – tahun
hingga terjadi manifestasi klinis AIDS akibat defisiensi imun (berupa infeksi
oportunistik). Berbagai manifestasi klinis lain dapat timbul akibat reaksi
autoimun, reaksi hipersensitivitas, dan potensi keganasan (Kapita Selekta,
2014). Sel T dan makrofag serta sel dendritik/langerhans (sel imun) adalah sel
– sel yang terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan terkonsentrasi
dikelenjar limfe, limpa dan sumsum tulang.
Dengan menurunnya jumlah sel T4, maka sistem imun seluler makin
lemah secara progresif. Diikuti berkurangnya fungsi sel B dan makrofag dan
menurunnya fungsi sel T penolong (Susanto & Made Ari, 2013). Seseorang
yang terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) dapat tetap tidak
memperlihatkan gejala (asimptomatik) selama bertahun – tahun. Selama
waktu ini, jumlah sel T4 dapat berkurang dari sekitar 1000 sel per ml darah
sebelum infeksi mencapai sekitar 200 – 300 per ml darah, 2 – 3 tahun setelah
infeksi. Sewaktu sel T4 mencapai kadar ini, gejala – gejala infeksi (herpes
zoster dan jamur oportunistik) (Susanto & Made Ari, 2013).

8
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
a). Identitas Klien Meliputi : Nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan,
pendidikan, alamat, penanggung jawab, tanggal pengkajian, dan
diagnose medis.
b). Keluhan Utama / Alasan Masuk Rumah Sakit Mudah lelah, tidak nafsu
makan, demam, diare, infermitten, nyeri panggul, rasa terbakar saat
miksi, nyeri saat menelan, penurunan BB, infeksi jamur di mulut, pusing,
sakit kepala, kelemahan otot, perubahan ketajaman penglihatan,
kesemutan pada extremitas, batuk produkti / non.
c). Riwayat Kesehatan
 Riwayat kesehatan sekarang Meliputi keluhan yang dirasakan
biasanya klien mengeluhkan diare,demam berkepanjangan,dan
batuk berkepanjangan.
 Riwayat kesehatan dahulu Riwayat menjalani tranfusi darah,
penyakit herper simplek, diare yang hilang timbul, penurunan daya
tahan tubuh, kerusakan immunitas hormonal (antibody), riwayat
kerusakan respon imun seluler (Limfosit T), batuk yang berdahak
yang sudah lama tidak sembuh.
 Riwayat Keluarga Human Immuno Deficiency Virus dapat
ditularkan melalui hubungan seksual dengan penderita HIV positif,
kontak langsung dengan darah penderita melalui ASI.

B. Pemeriksaan Fisik
- Aktifitas Istirahat Mudah lemah, toleransi terhadap aktifitas berkurang,
progresi, kelelahan / malaise, perubahan pola tidur.
- Gejala subyektif Demam kronik, demam atau tanpa mengigil, keringat
malam hari berulang kali, lemah, lelah, anoreksia, BB menurun, nyeri,
sulit tidur.
- Psikososial Kehilangan pekerjaan dan penghasilan, perubahan poa
hidup, ungkapkan perasaan takut, cemas, meringis.
- Status Mental Marah atau pasrah, depresi, ide bunuh diri, apati,
withdrawl, hilanginterest pada lingkungan sekiar, gangguan proses piker,
hilang memori, gangguan atensi dan konsentrasi, halusinasi dan delusi.
- Neurologis Gangguan reflex pupil, nystagmus, vertigo, ketidak
seimbangan, kaku kuduk, kejang, paraf legia.
- Muskuloskletal Focal motor deficit, lemah, tidak mampu melakukan ADL.

9
- Kardiovaskuler Takikardi, sianosis, hipotensi, edem perifer, dizziness.
- Pernafasan Nafas pendek yang progresif, batuk (sedang – parah), batuk
produktif/non produktif, bendungan atau sesak pada dada.
- Integument Kering, gatal, rash dan lesi, turgor jelek, petekie positif.

C. Diagnosa keperawatan
a). Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d penurunan
nafsu makan.
b). Nyeri akut b.d agen injuri fisik.
c). Intoleransi aktivitas b.d penurunan nafsu makan.
d). Perubahan eliminasi BAB.
e). Kelelahan b/d status penyakit, anemia, malnutrisi.
f). Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan faktor :Penurunan
respon imun , kerusakan kulit. ( Buku Nanda,NIC,NOC)

D. Intervensi

DIAGNOSA NOC NIC


1. ketidakseimbangan nutrisi 1. Tujuan: 1. Kaji adanya alergi
kurang dari kebutuhan  Nutritional Status : makanan
tubuh b.d penurunan  Nutritional Status : food 2. Monitor adanya penurunan
nafsu makan and Fluid Intake berat badan
 Nutritional Status: 3. Monitor adanya mual,
nutrient Intake Weight muntah dan diare
control 4. kolaborasi dengan dokter
Kriteria hasil: untuk pemasangan NGT

 Adanya peningkatan 5. Monitor jumlah nutrisi dan


berat badan sesuai kandungan kalori

dengan tujuan 6. Monitor kadar albumin, Hb

 Berat badan ideal dan Ht

sesuai dengan tinggi 7. Kolaborasi dengan ahli

badan gizi untuk menentukan

 Tidak adanya tanda- jumlah kalori dan nutrisi

tanda malnutrisi yang dibutuhkan pasien


8. Berikan substansi gula
 Menunjukan
9. Berikan makanan yang
peningkatan fungsi
sudah dikonsultasikan
menelan
dengan ahli gizi.
 Mampu mengidentifikasi
kebutuhan nutrisi

10
2. Nyeri akut b.d agen injuri Tujuan: 1. lakukan pengkajian nyeri
fisik  Pain Level, secara komprehensif
 Pain control termasuk lokasi,

 Comfort leve Kriteria karakteristik, durasi,

hasil: frekuensi, kualitas dan

- Pasien dapat faktor presipitasi.

mengontrol nyerinya 2. control lingkungan yang

- skala nyeri berkurang dapat mempengaruhi

dari skala 6 menjadi nyeri, seperti suhu

skala 3 ruangan, pencahayaan

- Klien mengatakan dan kebisingan.

nyeri sudah berkurang 3. ajarkan tentang tehnik

- Dapat mengenali nonfarmakologi.

faktor penyebab nyeri 4. berikan analgetik untuk


mengurangi nyeri.
5. Ajarkan teknik
Relaksasi.
3. Intoleransi aktivitas b.d Tujuan: 1. Monitoring vital sign
penurunan kekuatan otot  Joint Movement : Active sebelum/sesudah latihan
 Mobility level dan lihat respon pasien

 Self care : ADLs saat latihan

 Transfer performance 2. Konsultasikan dengan

Kriteria hasil: terapi fisik tentang

 Klien meningkat dalam rencana ambulasi sesuai

aktivitas fisik dengan kebutuhan


3. Bantu klien untuk
 Mengerti tujuan dan
menggunakan tongkat
peningkatan mobilitas
saat berjalan dan cegah
 Memverbalisasikan
terhadap cedera
perasaan dalam
4. Ajarkan pasien atau
meningkatkan kekuatan
tenaga kesehatan lain
dan kemampuan
tentang teknik ambulasi
berpindah
5. Kaji kemampuan pasien
 Memperagakan
dalam mobilisasi
penggunaan alat Bantu
6. Latih pasien dalam
untuk mobilisasi
pemenuhan kebutuhan
7. ADLs secara mandiri
sesuai kemampuan
8. Dampingi dan Bantu

11
pasien saat mobilisasi
dan bantu penuhi
kebutuhan
9. ADLs pasien. Berikan
alat bantu jika klien
memerlukan.
10. Ajarkan pasien
bagaimana merubah
posisi dan berikan
bantuan jika diperlukan
4. Perubahan eliminasi BAB Tujuan : 1. Evaluasi efek samping
 Bowel elimination pengobatan terhadap
 Fluid Balance gastrointestinal

 Hydration 2. Ajarkan pasien untuk

 Electrolyte and Acid base menggunakan obat

Balance antidiare

KriteriaHasil : 3. Instruksikan

 Feses berbentuk, BAB pasien/keluarga

sehari sekali- tiga hari untukmencatat warna,


jumlah, frekuenai dan
 Menjaga daerah sekitar
konsistensi dari feses
rectal dari iritasi
4. Evaluasi intake makanan
 Tidak mengalami diare
yang masuk
 Menjelaskan penyebab
5. Identifikasi factor
diare dan rasional
penyebab dari diare
tendakan
6. Monitor tanda dan gejala
 Mempertahankan turgor
diare
kulit
7. Observasi turgor kulit
secara rutin
8. Ukur diare/keluaran BAB
9. Hubungi dokter jika ada
kenanikan bising usus
10. instruksikan pasien
untukmakan rendah
serat, tinggi protein dan
tinggi kalori jika
memungkinkan
11. Instruksikan untuk
menghindari laksative

12
12. Ajarkan tehnik
menurunkan stress
Monitor persiapan
makanan yang aman
5. Kelelahan b/d status status penyakit, anemia, Energy Management
penyakit, anemia, malnutrisi Tujuan : 1. Observasi adanya
malnutrisi  Indurance pembatasan klien dalam
 Concentration  Energy melakukan aktivitas
conservation 2. Dorong anal
 Nutritional status : energy untukmengungkapkan

Kriteria hasil : perasaan terhadap

 Memverbalisasikan keterbatasan

peningkatan energi dan 3. Kaji adanya factor yang


merasa lebih baik menyebabkan kelelahan

 Menjelaskan penggunaan 4. Monitor nutrisi dan

energi untuk mengatasi sumber energi

kelelahan tangadekuat
5. Monitor pasien akan
adanya kelelahan fisik
dan emosi secara
berlebihan
6. Monitor respon
kardivaskuler terhadap
aktivitas
7. Monitor pola tidur dan
lamanya tidur/istirahat
pasien
6. Risiko tinggi terhadap Tujuan : 1. Berikan obat antibiotik
infeksi berhubungan  western blot positif dan evaluasi ke
dengan faktor :Penurunan Kriteria hasil : efektifannya
respon imun , kerusakan  temperature dan SDP 2. jamin pemasukan cairan
kulit. kembalikebatas normal, paling sedikit 2-3 liter
 keringat malam berkurang sehari.
dan tidak ada batuk, 3. Pelihara kenyamanan

 meningkatnya masukan suhu kamar. Jaga

makanan , tercapai kebersihan dan keringnya


kulit
4. Pantau hasil JDL dan
CD4 pantau temperatur

13
setiap 4 jam
5. pantau status umum
( apendiks F ) setiap 8
jam

E. Implementasi
Implementasi merupakan tahap keempat dari proses keperawatan
dimana rencana keperawatan dilaksanakan : melaksanakan
intervensi/aktivitas yang telah ditentukan, pada tahap ini perawat siap untuk
melaksanakan intervensi dan aktivitas yang telah dicatat dalam rencana
perawatan klien. Agar implementasi perencanaan dapat tepat waktu dan
efektif terhadap biaya, pertama-tama harus mengidentifikasi prioritas
perawatan klien, kemudian bila perawatan telah dilaksanakan, memantau dan
mencatat respons pasien terhadap setiap intervensi dan mengkomunikasikan
informasi ini kepada penyedia perawatan kesehatan lainnya. Kemudian,
dengan menggunakan data, dapat mengevaluasi dan merevisi rencana
perawatan dalam tahap proses keperawatan berikitnya.

F. Evaluasi
Tahap evaluasi menentukan kemajuan pasien terhadap pencapaian hasil
yang diinginkan dan respons pasien terhadap dan keefektifan intervensi
keperawatan kemudian mengganti rencana perawatan jika diperlukan. Tahap
akhir dari proses keperawatan perawat mengevaluasi kemampuan pasien ke
arah pencapaian hasil.

14
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
HIV adalah singkatan dari Human Immunodeficiency Virus, sebuah virus
yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia.AIDS singkatan dari
Acquired Immune Deficiency Syndrome.AIDS muncul setelah virus (HIV)
menyerang sistem kekebalan tubuh.Sistem kekebalan tubuh menjadi lemah,
dan satu atau lebih penyakit dapat timbul. Karena lemahnya sistem kekebalan
tubuh tadi, beberapa penyakit bisa menjadi lebih berat daripada biasanya
(Spiritia, 2015). Penyakit AIDS telah menjadi masalah internasional karena
dalam waktu singkat terjadi peningkatan jumlah penderita dan melanda
semakin banyak negara.
HIV (human immunodeficiency virus) adalah virus yang merusak sistem
kekebalan tubuh, dengan menginfeksi dan menghancurkan sel CD4. Semakin
banyak sel CD4 yang dihancurkan, kekebalan tubuh akan semakin lemah,
sehingga rentan diserang berbagai penyakit.

B. Saran
a). Bagi Mahasiswa Diharapkan bagi mahasiswa agar dapat mencari
informasi dan memperluas wawasan mengenai klien dengan HIV AIDS
karena dengan adanya pengetahuan dan wawasan yang luas mahasiswa
akan mampu mengembangkan kemampuan dan potensial diri dalam
dunia keperawatan,dan kesehatan, dan dapat memberikan pendidikan
kesehatan mengenai HIV AIDS pada masyarakat.
b). Bagi Institusi Pendidikan Peningkatan kualitas dan pengembangan ilmu
mahasiswa melalui studi kasus agar dapat menerapkan asuhan
keperawatan pada klien dengan HIV AIDS secara komprehensif.
c). Bagi Rumah Sakit Bagi institusi pelayanan kesehatan, memberikan
pelayanan dan mempertahan kan hubungan kerja yang baik antara tim
kesehatan dan klien yang ditujukan untuk meningkatkan mutu asuhan
keperawatan yang optimal, dan adapun untuk klien yang telah
mengalamai HIV AIDS maka harus segera dilakukan perawatan agar
tidak terjadi komplikasi dari penyakit HIV AIDS.

15
DAFTAR PUSTAKA

Dapertemen kesehatan RI. 2007 . Panduan Tatalaksana Klinis Infeksi HIV pada
orang dewasa dan Remaja Edisi Kedua, Jakarta Dinas kesehatan kota Bukittinggi
2016.Gambaran kasus HIV dan AIDS di Sumatra Barat Sampai dengan 2016.
Dirjen. PP & PL. Kemenkes. RI. (2012).
Laporan Kasus Hiv-Aids Di Indonesia Triwulan IV, bulan Januari sampai bulan
Desember tahun 2011 Drew , W. Lawrence . 2001. HIV & AIDS Retrovirus. USA:
The McGraw-Hill Companies. Jakarta, Gramedia Muma, Richard D. (1997).
HIV : Manual untuk tenaga kesehatan. Jakarta : EGC Nasronudin . 2007. HIV &
AIDS Pendekatan Biologi Mollekuler, Klinis dan Sosial. Surabaya Pohan H.T .
2009.
Infeksi dibalik ancaman HIV . Jakarta. Farmacia Profil Kesehatan Sumatra Barat
2017, Diakses dari http://id.kesehatan+sumbar pada 11 juni 2008 Kementerian
Kesehatan RI. 2011. Pedoman Nasional Tatalaksana Klinis Infeksi HIV dan Terap
Antiretroviral. Jakarta KPA. (2010).
Pedoman Program Pencegahan HIV melalui Transmisi Seksual. Jakarta Yayasan
Spiritia. (2009). Dasar AIDS. Jakarta.
http://repository.unand.ac.id/22520/3/bab%201.pdf
https://www.alodokter.com/hiv-aids
http://repository.unimus.ac.id/2643/3/BAB%20II.pdf
https://sinta.unud.ac.id/uploads/dokumen_dir/37ebe6f283fa81073cd9a53ff2bef550.
pdf
http://repo.stikesperintis.ac.id/126/1/05%20FERDY%20SAPUTRA.pdf

16

Anda mungkin juga menyukai