Anda di halaman 1dari 22

STIKES YATSI TANGERANG

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN REMAJA DENGAN HIV AIDS


Dosen Pengampu : Ns. Meynur Rohmah., S.Kep., M.Kep

Di Susun Oleh :

1. Dwi Sinta (20217053)


2. Eva Yulia (20217058)
3. Heriyono (20217069)
4. Husnaini (20217071)
5. Meilinda Anisa Dewi (20217095)
6. Mohamad Zidane Putra (20217100)
7. Rizki Fadilah (20217208)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN TAHUN AJARAN 2020/2021


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) YATSI TANGERANG
Jl. Aria Santika No.40A Tangerang
Telp/Fax: 021-59306633, Email : stikesyatsi@yahoo.co.id
Website: www.stikes-yatsi.ac.id
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji dan puji marilah senantiasa kita ucapkan atas limpahan rahmat dan
nikmatnya sehingga kami dapat menyelasaikan tugas makalah yang diberikan kepada kami

Solawat bersama dengan salam juga kami hadiah kan kepada baginda nabi kita Muhammda
SAW, semoga kita, orang tua kita, nenek, kakek kita, guru-guru dan orang terdekat kita
mendapatkan syafaat beliu di yaumil mahsyar kelak, Amiin Ya Rabbal Alamin.

Adapun tujuan utama penulisan makalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Kep.HIV/AIDS dan
judul makalah ini adalah mampu menjelaskan askep remaja dengan HIV/AIDS.

Kami ucapkan terimakasih dan kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan dalam penulisan
makalah dan kami juga sangat mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca untuk bahan
pertimbangan perbaikan makalah.

Tangerang, 26 April 2022

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................i


DAFTAR ISI ......................................................................................................................ii

BAB 1 PENDAHULUAN .................................................................................................1

1.1. Latar Belakang .......................................................................................................1


1.2. Rumusan Masalah .................................................................................................1
1.3. Tujuan ....................................................................................................................2
1.4. Manfaat Penulis .....................................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................................3
2.1 Definisi...................................................................................................................3
2.2. Etiologi..................................................................................................................4
2.3. Patofisiologi...........................................................................................................5
2.4. Manifestasi Klinis..................................................................................................6
2.5. Pathway ................................................................................................................7
2.6. Klasifikasi..............................................................................................................8
2.7. Pemeriksaan Penunjang ........................................................................................9
2.8. Penatalaksanaan ....................................................................................................10
2.9. Pencegahan ...........................................................................................................10
BAB III TINJAUAN KASUS ...........................................................................................11
3.1. Pengkajian...............................................................................................................
3.2. Pemeriksaan Fisik ...................................................................................................
3.3. Diagnosa Keperawatan ...........................................................................................
3.4. Perencanaan Keperwatan.........................................................................................
BAB IV PENUTUP ...........................................................................................................17
4.1. Kesimpulan .............................................................................................................17
4.2. Saran .......................................................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................................18


BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

HIV/AIDS telah menimbulkan kekhawatiran di berbagai belahan bumi. HIV/AIDS adalah


salah satu penyakit yang harus diwaspadai karena Acquired Immunodeficiency Syndrome
( AIDS) sangat berakibat pada penderitanya. Acquired immunodeficiency syndrome (AIDS)
merupakan sekumpulan gejala penyakit yang menyerang tubuh manusia setelah sistem
kekebalannya dirusak oleh virus HIV (Human Immunodeficiency Virus) . Mengenai penyakit
HIV/AIDS, penyakit ini telah menjadi pandemi yang mengkhawatirkan masyarakat dunia,
karena disamping belum ditemukan obat dan vaksin pencegahan penyakit ini juga memiliki
“window periode” dan fase asimtomatik (tanpa gejala) yang relatif panjang dalam perjalanan
penyakitnya.

Para ilmuwan umumnya berpendapat bahwa AIDS berasal dari Afrika Sub-Sahara Kini AIDS
telah menjadi wabah penyakit. AIDS diperkiraan telah menginfeksi 38,6 juta orang di seluruh
dunia. Pada Januari 2006, UNAIDS bekerja sama dengan WHO memperkirakan bahwa AIDS
telah menyebabkan kematian lebih dari 25 juta orang sejak pertama kali diakui pada tanggal 5
Juni 1981. Dengan demikian, penyakit ini merupakan salah satu wabah paling mematikan dalam
sejarah. AIDS diklaim telah menyebabkan kematian sebanyak 2,4 hingga 3,3 juta jiwa pada
tahun 2005 saja, dan lebih dari 570.000 jiwa di antaranya adalah anak-anak. Sepertiga dari
jumlah kematian ini terjadi di Afrika Sub-Sahara, sehingga memperlambat pertumbuhan
ekonomi dan menghancurkan kekuatan sumber daya manusia di sana.

1.2. Rumusan Masalah

1. Bagaimana melakukan pengkajian pada remaja dengan HIV/AIDS.


2. Bagaimana menegakkan diagnosa keperawatan pada remaja dengan HIV/AIDS.
3. Bagaimana menyusun intervensi yang diberikan pada remaja dengan HIV/AIDS.
4. Apa pelaksanaan implementasi pada remaja dengan HIV/AIDS.
5. Bagaimana melakukan evaluasi pada remaja dengan HIV/AIDS
1.3. Tujuan

a Tujuan Umum
Untuk mendeskripsikan asuhan keperawatan pada pasien remaja dengan HIV AIDS

b Tujuan Khusus
1. Mahasiswa/i mampu menjelaskan pengertian HIV/AIDS
2. Mahasiswa/i mengetahui etiologi dari HIV/AIDS
3. Mahasiswa/i mengetahui patofisiologi dari HIV/AIDS
4. Mahasisw/i mengetahui tanda dan gejala pada HIV/AIDS
5. Mahasiswa/i mengetahui penatalaksanaan pada HIV/AIDS
6. Mahasiswa/i mengetahui pemeriksaan diagnostik pada HIV/AIDS
7. Mahasiswa/i mampu membuat asuhan keperawatan pada HIV/AIDS

1.4. Manfaat Penulis

a Bagi Penulis
Penulis mampu memberikan asuhan keperawatan yang profesional Dengan pendekatan
proses keperawatan yang dimulai dari melakukan Pengkajian, menegakan diagnosa,
menyusun intervensi, melakukan Implementasi dan melakukan evaluasi, dan
dokumentasi keperawatan Pada remaja dengan HIV AIDS
b Bagi Institusi Pendidikan
Menjadi masukan atau tambahan literatur untuk institusi pendidikan Dalam khususnya
pada bahan ajar mata kuliah Keperawatan HIV AIDS
c Bagi Keluarga
Pasien dan keluarga mendapatkan pengetahuan tentang HIV AIDS
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Human Immunodeficiency Virus (HIV) Merupakan virus yang merusak sistem kekebalan
tubuh manusia yang tidak dapat hidup di luar tubuh manusia. Kerusakan sistem kekebalan
tubuh ini akan menimbulkan kerentanan terhadap infeksi penyakit. Sedangkan AIDS atau
Acquired Immune Deficiency Sindrome merupakan kumpulan gejala penyakit akibat
menurunnya system kekebalan tubuh oleh virus yang disebut HIV. Dalam bahasa Indonesia
dapat dialih katakana sebagai Sindrome Cacat Kekebalan Tubuh Dapatan.

Acquired : Didapat, Bukan penyakit keturunan

Immune : Sistem kekebalan tubuh

Deficiency : Kekurangan

Syndrome : Kumpulan gejala-gejala penyakit

AIDS adalah sekumpulan gejala yang menunjukkan kelemahan atau kerusakan daya
tahan tubuh yang diakibatkan oleh factor luar ( bukan dibawa sejak lahir )

AIDS diartikan sebagai bentuk paling erat dari keadaan sakit terus menerus yang
berkaitan dengan infeksi Human Immunodefciency Virus (Suzane C. Smetzler dan Brenda
G.Bare).

AIDS diartikan sebagai bentuk paling hebat dari infeksi HIV, mulai dari kelainan ringan
dalam respon imun tanpa tanda dan gejala yang nyata hingga keadaan imunosupresi dan
berkaitan dengan pelbagi infeksi yang dapat membawa kematian dan dengan kelainan
malignitas yang jarang terjadi (Center for Disease Control and Prevention).

Jadi, AIDS adalah sindroma yang menunjukkan defisiensi imun seluler pada seseorang
tanpa adanya penyebab yang diketahui untuk dapat menerangkan tejadinya defisiensi,
tersebut seperti keganasan, obat-obat supresi imun, penyakit infeksi yang sudah dikenal dan
sebagainya.
2.4 Etiologi

Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) disebabkan oleh Human


Immunodeficiency Virus (HIV), suatu retrovirus pada manusia yang termasuk dalam
keluarga lentivirus (termasuk pula virus imunodefisinsi pada kucing, virus imunodefisiensi
pada kera, visna virus pada domba, dan virus anemia infeksiosa pada kuda). Dua bentuk
HIV yang berbeda secara genetik, tetapi berhubungan secara antigen, yaitu HIV-1 dan HIV-
2 yang telah berhasil diisolasi dari penderita AIDS. Sebagian besar retrovirus, viron HIV-1
berbentuk sferis dan mengandung inti berbentuk kerucut yang padat elektron dan dikelilingi
oleh selubung lipid yang berasal dari membran se penjamu.

Menurut Nursalam dan Kurniawati (2011) virus HIV menular melalui lima cara penularan,
yaitu :

1. Hubungan seksual dengan pengidap HIV/AIDS


Hubungan sesual secara vaginal, anal dan oral dengan penderita HIV tanpa
perlindungan bisa menularkan HIV. Selama hubungan seksual berlangsusng, air
mani, cairan vagina, dan darah yang dapat mengenai selaput lendir, penis, dubur,
atau muluh sehingga HIV yang tedapa dalam cairan tersebut masuk ke aliran darah
(PELEKSI,1995 dalam Nursalam,2007 ). Selama berhubungan juga bisa terjadi lesi
mikro pada dinding vagina, dubur dan mulut yang bisa menjadi jalan HIV untuk
masuk ke aliran darah pasangan seksual.
2. Darah dan produk darah yang tercemar HIV/AIDS Sangat cepat menular HIV karena
virus langsung masuk ke pembuluh darah dan menyebar ke seluruh tubuh.
3. Pemakaian alat kesehatan yang tidak steril
4. Alat pemeriksaan kandungan seperti spekulum, tenakulum, dan alat-alat lain yang
menyentuh darah, cairan vagina atau air mani yang terinveksi HIV, dan langsung
digunakan untuk orang lain yang tidak terinfeksi HIV, dan langsung digunakan untuk
orang lain yang tidak terinfeksi HIV bisa menular HIV
5. Menggunakan jarum suntik secara bergantian
Jarum suntik yang digunakan di fasilitas kesehatan, maupun yang digunakan oleh
para pengguna narkoba (Injecting Drug User-IDU) sangat berpotensi menularkan
HIV. Selain jarun suntik, pada para pemakai IDU secara bersama-sama juga
menggunakan tempat penyampur, pengaduk, dan gelas pengoplos obat, sehingga
berpotensi tinggi untuk menularkan HIV. HIV tidak menular melalui peralatan
makan, pakaian, handuk, sapu tangan, hidup serumah dengan penderita HIV/AIDS,
gigitan nyamuk, dan hubungan sosial yang lain.

2.2 Patofisiologi

Tubuh mempunyai suatu mekanisme untuk membasmi suatu infeksi dari benda asing
misalnya: virus, bakteri, bahan kimia, dan jaringan asing dari binatang maupun manusia lain.
Mekanisme ini disebut sebagai tanggap kebal (immune response) yang terdiri dari 2 proses
yang kompleks yaitu Kekebalan humoral dan kekebalan cell - mediated.

Virus AIDS (HIV) mempunyai cara tersendiri sehingga dapat menghindari mekanisme
pertahanan tubuh. “ber-aksi” bahkan kemudian dilumpuhkan. Virus AIDS (HIV) masuk ke
dalam tubuh seseorang dalam keadaan bebas atau berada di dalam sel limfosit. Virus ini
memasuki tubuh dan terutama menginfeksisel yang mempunyai molekul CD4. Sel-sel CD4-
positif (CD4C+) mencakup monosit, makrofag dan limfosit T4 helper.

Saat Virus memasuki tubuh, benda asing ini segera dikenal oleh sel T helper (T4) tetapi
begitu sel T helper menempel pada benda asing tersebut, reseptor sel T helper. tidak
berdaya, bahkan HIV bisa pindah dari sel induk ke dalam sel T helper tersebut.

Jadi sebelum sel T helper dapat mengenal benda asing HIV, ia lebih dahulu sudah
dilumpuhkan. HIV kemudian mengubah fungsi reseptor di permukaan sel T helper sehingga
reseptor ini dapat menempel dan melebur ke sembarang sel lainnya sekaligus memindahkan
HIV. Sesudah terikat dengan membran sel T4 helper, HIV akan menginjeksikan dua utas
benang RNA yang identik ke dalam sel T4 helper.

Dengan menggunakan enzim yang dikenal sebagai reverse transcriptase, HIV akan
melakukan pemrograman ulang materi genetik dari sel T4 yang terinfeksi untuk membuat
double-stranded DNA (D2A utas-ganda). DNA ini akan disatukan ke dalam nukleus sel T4
sebagai sebuah provirus dan kemudian terjadi infeksi yang permanen.

2.4 Manifestasi Klinis

Masa inkubasi 6 bulan sampai 5 tahun, window period selama 6-8 minggu adalah waktu
saat tubuh sudah terinfeksi HIV tetapi belum terdeteksi oleh pemeriksaan laboratorium,
seorang dengan HIV dapat bertaham sampai 5 tahun, jika tidak diobati maka penyakit ini
akan bermanifestasi sebagai AIDS, Gejala klinis muncul sebagai penyakit yang tidak khas
seperti : Diare, Kandidiasis mulut yang luas, Pneumonia interstisialislimfositik, ensefalopati
kronik. Ada beberapa gejala dan tanda mayor (menurut who) antara lain : kehilangan berat
badan (BB) > 10 %, Diare Kronik > 1 bulan, Demam > 1 bulan. Sedangkan tanda minornya
adalah : Batuk menetap > 1 bulan, Dermatitis pruritis (gatal),

Herpes Zoster berulang, kandidiasis orofaring, Herpes Simpleks yang meluas dan berat,
Limfadenopati yang meluas. Tanda lainnya adalah : Sarkoma Kaposi yang meluas,
Meningitis Kriptokokal.

Gejala AIDS timbul 5-10 tahun setelah terinfeksi HIV. Beberapa orang tidak mengalami
gejala saat terinfeksi pertama kali. Sementara yang lainnya mengalami gejala-gejala seperti
flu, termasuk demam, kehilangan nafsu makan, berat badan turun, lemah dan pembengkakan
saluran getah bening. Gejala-gejala tersebut biasanya menghilag dalam seminggu sampai
sebulan. Dan virus tetap ada dalam kondisi tidak aktif (dormant) selama beberapa tahun.
Namun, virus tersebut secara terus menerus melemahkan sistem kekebalan, menyebabkan
orang yang terinfeksi semakin tidak dapat bertahan terhadap infeksi-infeksi opurtunistik.
2.5 Pathway
2.6 Klasifikasi

Sejak 1 januari 1993, orang- orang dengan keadaan yang merupakan indicator AIDS
(kategori C) dan orang yang termasuk didalam kategori A3 atau B3 dianggap menderita
AIDS.

A. Kategori Klinis A
Mencakup satu atau lebih keadaan ini pada dewasa/remaja dengan infeksi Human
Immunodeficiency Virus (HIV) yang sudah dapat dipastikan tanpa keadaan dalam
kategori klinis B dan C
1. Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) yang simptomatik
2. Limpanodenopati generalisata yang persisten (PGI : Persisten Generalized
Limpanodenophaty)
3. Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) Primer akut dengan sakit
yang menyertai atau riwayat infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV)
yang akut
B. Kategori Klinis B
Contoh-contoh keadaan dalam kategori klinis B mencakup :
1. Angiomatosis BaksilarisKandidasis orofaring/Vulvaginal
2. Displasia Serviks
3. Gejala konstitusional seperti panas (38 derajat celsius) atau diare lebih dari
satu bulan
4. Leukoplakial yang berambut
5. Herpes Zoster yang meliputi 2 kejadian yang berbeda/terjadi pada lebih dari
satu dermaton saraf.
6. Idiopatik Trombositopenik purpura
7. Penyakit Inflamasi Pelvis, khusus ddengan abses tubo varii
B. Kategori Klinis C
Contoh keadaan dalam kategori pada dewasa dan remaja mencangkup :
1. Kandidiasis bronkus, trakea/paru-paru, esophagus
2. Kanker serviks inpasif
3. Koksidiomikosis ekstrapulmoner/diseminata
4. Kriptokokosis ekstrapulmoner
5. Kriptosporidosis internal kronis

2.7 Pemeriksaan Penunjang

Menurut Hidayat (2008) diagnosis HIV dapat tegakkan dengan menguji HIV. Tes
inimeliputi tes Elisa, latex agglutination dan western blot. Penilaian Elisa dan
latexagglutination dilakukan untuk mengidentifikasi adanya infeksi HIV atau tidak, bila
dikatakan positif HIV harus dipastikan dengan tes western blot. Tes lain adalah dengan cara
mengujiantigen HIV, yaitu tes antigen P 24 (polymerase chain reaction) atau PCR. Bila
pemeriksaan pada kulit, maka dideteksi dengan tes antibodi (biasanya digunakan pada bayi
lahir denganibu HIV.

1. Tes untuk diagnosa infeksi HIV :

 ELISA (positif; hasil tes yang positif dipastikan dengan western blot)
 Western blot (positif)
 P24 antigen test (positif untuk protein virus yang bebas)
 Kultur HIV(positif; kalau dua kali uji-kadar secara berturut-turut mendeteksi
enzim reversetranscriptase atau antigen p24 dengan kadar yang meningkat)
2. Tes untuk deteksi gangguan system imun.

 LED (normal namun perlahan-lahan akan mengalami penurunan)


 CD4 limfosit (menurun; mengalami penurunan kemampuan untuk bereaksi
terhadap antigen)
 Rasio CD4/CD8 limfosit (menurun)
 Serum mikroglobulin B2 (meningkat bersamaan dengan berlanjutnya
penyakit). ✓ Kadar immunoglobulin (meningkat)

2.8 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan Medis
Belum ada penyembuhan untuk AIDS, jadi perlu dilakukan pencegahan Human
Immunodeficiency Virus (HIV) untuk mencegah terpajannya Human Immunodeficiency
Virus (HIV), bisa dilakukan dengan :
a Melakukan abstinensi seks / melakukan hubungan kelamin dengan pasangan yang
tidak terinfeksi.
b Memeriksa adanya virus paling lambat 6 bulan setelah hubungan seks terakhir yang
tidak terlindungi.
c Menggunakan pelindung jika berhubungan dengan orang yang tidak jelas status
Human Immunodeficiency Virus (HIV) nya.
d Tidak bertukar jarum suntik,jarum tato, dan sebagainya.
e Mencegah infeksi kejanin / bayi baru lahir
Apabila terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV), maka pengendaliannya yaitu :
a Pengendalian Infeksi Opurtunistik
Bertujuan menghilangkan, mengendalikan, dan pemulihan infeksi
opurtunistik,nasokomial, atau sepsis. Tidakan pengendalian infeksi yang aman untuk
mencegah kontaminasi bakteri dan komplikasi penyebab sepsis harus dipertahankan
bagi pasien dilingkungan perawatan kritis.
b Terapi AZT (Azidotimidin)
Disetujui FDA (1987) untuk penggunaan obat antiviral AZT yang efektif terhadap
AIDS, obat ini menghambat replikasi antiviral Human Immunodeficiency Virus
(HIV) dengan menghambat enzim pembalik traskriptase. AZT tersedia untuk pasien
AIDS Didanosine

1. Ribavirin

2. Diedoxycytidine

3. Recombinant CD 4 dapat larut

d Vaksin dan Rekonstruksi Virus

Upaya rekonstruksi imun dan vaksin dengan agen tersebut seperti interferon, maka
perawat unit khusus perawatan kritis dapat menggunakan keahlian dibidang proses
keperawatan dan penelitian untuk menunjang pemahaman dan keberhasilan terapi
AIDS.

e. Pendidikan untuk menghindari alcohol dan obat terlarang, makan-makanan


sehat,hindari stress,gizi yang kurang,alcohol dan obat-obatan yang mengganggu
fungsi imun.

f. Menghindari infeksi lain, karena infeksi itu dapat mengaktifkan sel T dan
mempercepat reflikasi Human Immunodeficiency Virus (HIV).

3.2 Pencegahan

a. A (Abstinent): Puasa, jangan melakukan hubungan seksual yang tidak sah

b. B (Be Faithful) Setialah pada pasangan, melakukan hubungan seksual hanya dengan
pasangan yang sah

c. C (use Condom) Pergunakan kondom saat melakukan hubungan seksual bila berisiko
menularkan/tertular penyakit

d. D (Don’t use Drugs) Hindari penyalahgunaan narkoba

e. E (Education) Edukasi, sebarkan informasi yang benar tentang HIV/AIDS dalam


setiap kesempatan
BAB III

TINJAUAN KASUS

3.1 Pengkajian
a Riwayat Penyakit
Jenis infeksi sering memberikan petunjuk pertama karena sifat kelainan imun. Umur
kronologis pasien juga mempengaruhi imunokompetens. Respon imun sangat tertekan
pada orang yang sangat muda karena belum berkembangnya kelenjar timus. Pada lansia,
atropi kelenjar timus dapat meningkatkan kerentanan terhadap infeksi. Banyak penyakit
kronik yang berhubungan dengan melemahnya fungsi imun. Diabetes meilitus, anemia
aplastik, kanker adalah beberapa penyakit yang kronis, keberadaan penyakit seperti ini
harus dianggap sebagai factor penunjang saat mengkaji status imunokompetens pasien.
Berikut bentuk kelainan hospes dan penyakit serta terapi yang berhubungan dengan
kelainan hospes :
1. Kerusakan respon imun seluler (Limfosit T )
Terapiradiasi, defisiensinutrisi, penuaan, aplasia timik, limpoma, kortikosteroid,
globulin anti limfosit, disfungsi timik congenital.
2. Kerusakan imunitas humoral (Antibodi)
Limfositik leukemia kronis, mieloma, hipogamaglobulemia congenital, protein –
liosing enteropati (peradangan usus).

3.2 Pemeriksaan Fisik (Objektif) dan Keluhan (Sujektif)


a. Aktifitas / Istirahat
Gejala : Mudah lelah,intoleran activity,progresi malaise,perubahan pola tidur.
Tanda : Kelemahan otot, menurunnya massa otot, respon fisiologi aktifitas ( Perubahan
TD, frekuensi Jantun dan pernafasan ).
b. Sirkulasi
Gejala : Penyembuhan yang lambat (anemia), perdarahan lama pada cedera.
Tanda : Perubahan TD postural,menurunnya volume nadi perifer, pucat / sianosis,
perpanjangan pengisian kapiler.

c. Integritas dan Ego


Gejala : Stress berhubungan dengan kehilangan,mengkuatirkan penampilan, mengingkari
doagnosa, putus asa,dan sebagainya.
Tanda : Mengingkari,cemas,depresi,takut,menarik diri, marah
d. Eliminasi
Gejala : Diare intermitten, terus – menerus, sering dengan atau tanpa kram abdominal,
nyeri panggul, rasa terbakar saat miksi
Tanda : Feces encer dengan atau tanpa mucus atau darah, diare pekat dan sering, nyeri
tekan abdominal, lesi atau abses rectal,perianal,perubahan jumlah,warna,dan
karakteristik urine.
e. Makanan / Cairan
Gejala : Anoreksia, mual muntah, disfagia
Tanda : Turgor kulit buruk, lesi rongga mulut, kesehatan gigi dan gusi yang buruk,
edema
f. Hygiene
Gejala : Tidak dapat menyelesaikan AKS
Tanda : Penampilan tidak rapi, kurang perawatan diri.
g. Neurosensori
Gejala : Pusing, sakit kepala, perubahan status mental,kerusakan status indera,kelemahan
otot,tremor,perubahan penglihatan.
Tanda : Perubahan status mental, ide paranoid, ansietas, refleks tidak
normal,tremor,kejang,hemiparesis,kejang.
h. Nyeri / Kenyamanan
Gejala : Nyeri umum / local, rasa terbakar, sakit kepala,nyeri dada pleuritis.
Tanda : Bengkak sendi, nyeri kelenjar,nyeri tekan,penurunan rentan gerak,pincang.
Pernafasan
Gejala : ISK sering atau menetap, napas pendek progresif, batuk, sesak pada dada.
Tanda : Takipnea, distress pernapasan, perubahan bunyi napas, adanya sputum.
i. Keamanan
Gejala : Riwayat jatuh, terbakar,pingsan,luka,transfuse darah,penyakit defisiensi imun,
demam berulang,berkeringat malam.
Tanda : Perubahan integritas kulit,luka perianal / abses, timbulnya nodul, pelebaran
kelenjar limfe, menurunya kekuatan umum, tekanan umum.
j. Seksualitas
Gejala : Riwayat berprilaku seks beresiko tinggi, menurunnya libido, penggunaan pil
pencegah kehamilan.
Tanda : Kehamilan,herpes genetalia
k. Interaksi Sosial
l. Gejala : Masalah yang ditimbulkan oleh diagnosis,isolasi,kesepian,adanya trauma AID
Tanda : Perubahan interaksi
m. Penyuluhan / Pembelajaran
Gejala : Kegagalan dalam perawatan,prilaku seks beresiko tinggi, penyalahgunaan obat-
obatan IV, merokok, alkoholik.

3.3 Diagnosa Keperawatan


a. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan imunosupresi, malnutrisi dan pola
hidup yang beresiko.
b. Resiko tinggi infeksi (kontak pasien) berhubungan dengan infeksi HIV, adanya
infeksi nonopportunisitik yang dapat ditransmisikan.
c. Intolerans aktivitas berhubungan dengan kelemahan, pertukaran oksigen,
malnutrisi, kelelahan.
d. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake
yang kurang, meningkatnya kebutuhan metabolic, dan menurunnya absorbsi zat
gizi.
e. Diare berhubungan dengan infeksi GI
f. Tidak efektif koping keluarga berhubungan dengan cemas tentang keadaan yang
orang dicintai
3.4 Perencanaan Keperawatan

Diagnosa Perencanaan keperawatan


keperawatan
Tujuan Intervensi Rasional
dan kriteria hasil

Resiko tinggi infeksi Pasien akan bebas 1.Monitor tanda- 1.Untuk


berhubungan dengan infeksi oportunistik tanda infeksi baru. pengobatan dini
imunosupresi, dan komplikasinya gunakan teknik 2.Mencegah
malnutrisi dan pola aseptik pada setiap pasien terpapar
dengan kriteria tak
hidup yang beresiko. tindakan invasif. oleh kuman
ada tanda-tanda 2. Cuci tangan patogen yang
infeksi baru, lab sebelum meberikan diperoleh di
tidak ada infeksi tindakan. rumah sakit.
oportunis, tanda 3. Anjurkan pasien 3.Mencegah
vital dalam batas metoda mencegah bertambahnya
normal, tidak ada terpapar terhadap infeksi
lingkungan yang 4.Meyakinkan
luka atau eksudat.
patogen. diagnosis akurat
4. Kumpulkan dan pengobatan
spesimen untuk tes 5.Mempertahank
lab sesuai order.
n kadar darah
5.Atur pemberian
antiinfeksi sesuai yang terapeutik
order  

Resiko tinggi infeksi Infeksi HIV tidak 1. 1.Anjurkan pasien 1.Pasien dan
(kontak pasien) ditransmisikan, tim atau orang penting keluarga mau dan
berhubungan dengan kesehatan lainnya metode memerlukan
infeksi HIV, adanya memperhatikan mencegah informasikan ini
infeksi universal transmisi HIV dan 2. Mencegah
nonopportunisitik precautions dengan kuman patogen
transimisi infeksi
yang dapat kriteriaa kontak lainnya.
ditransmisikan. pasien dan tim 2.  2. Gunakan darah HIV ke orang
kesehatan tidak dan cairan tubuh
terpapar HIV, tidak precaution bila
terinfeksi patogen merawat pasien. lain.
lain seperti TBC. Gunakan masker
bila perlu.

Intolerans aktivitas Pasien 1. 11. Monitor respon 1.Respon


berhubungan dengan berpartisipasi dalam fisiologis terhadap bervariasi dari
kelemahan, kegiatan, dengan aktivitas hari ke hari
pertukaran oksigen,    2. Berikan bantuan 2. Mengurangi
kriteria bebas
malnutrisi, perawatan yang kebutuhan energi
kelelahan. dyspnea dan pasien sendiri tidak 3. Ekstra istirahat
takikardi selama mampu perlu jika karena
aktivitas.    3. Jadwalkan meningkatkan
perawatan pasien kebutuhan
sehingga tidak metabolik
mengganggu
isitirahat.

Perubahan nutrisi Pasien mempunyai 1. Monitor 1. Intake menurun


kurang dari intake kalori dan kemampuan dihubungkan
kebutuhan tubuh protein yang mengunyah dan dengan nyeri
berhubungan dengan adekuat untuk menelan. tenggorokan dan
intake yang kurang, memenuhi 2. Monitor BB, mulut
meningkatnya kebutuhan intake dan ouput 2. Menentukan
kebutuhan metaboliknya 3. Atur antiemetik data dasar
metabolic, dan dengan kriteria sesuai order 3. Mengurangi
menurunnya mual dan muntah 4. Rencanakan diet muntah
absorbsi zat gizi. dikontrol, pasien dengan pasien dan 4. Meyakinkan
makan TKTP, orang penting
bahwa makanan
serum albumin dan lainnya.
protein dalam batas sesuai dengan
normal, BB
keinginan pasien
mendekati seperti
sebelum sakit.

Diare berhubungan Pasien merasa 1. Kaji konsistensi 1.Mendeteksi


dengan infeksi GI nyaman dan dan frekuensi  feses adanya darah
mengnontrol dan adanya darah. dalam feses
2.Auskultasi bunyi 2.Hipermotiliti
diare,komplikasi
usus mumnya dengan
minimal dengan 3.Atur agen diare
kriteria perut lunak, antimotilitas dan 3.Mengurangi
tidak tegang, feses psilium motilitas
lunak dan warna (Metamucil) sesuai usus, yang pelan,
normal, kram perut order memperburuk
hilang,  4. Berikan perforasi pada
ointment A dan D, intestinal
vaselin atau zinc 4.Untuk
oside menghilangkan
distensi

Tidak efektif koping Keluarga atau orang 1. Kaji koping 1. Memulai suatu
keluarga penting lain keluarga terhadap hubungan dalam
berhubungan dengan mempertahankan sakit pasein dan bekerja secara
cemas tentang perawatannya konstruktif
suport sistem dan
keadaan yang orang 2. Biarkan keluarga dengan keluarga.
dicintai. adaptasi terhadap mengungkapkana 2. Mereka tak
perubahan akan perasaan secara menyadari bahwa
kebutuhannya verbal mereka berbicara
dengan kriteria 3. Ajarkan kepada secara bebas
pasien dan keluarga keluaraga tentang 3. Menghilangkan
berinteraksi dengan penyakit dan kecemasan
transmisinya. tentang transmisi
cara yang
melalui kontak
konstruktif sederhana.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari beberapa penjelasan diatas maka dapat diambil kesimpulan bahwa HIV
Merupakan virus yang merusak sistem kekebalan tubuh manusia yang tidak dapat
hidup di luar tubuh manusia. Kerusakan sistem kekebalan tubuh ini akan
menimbulkan kerentanan terhadap infeksi penyakit. Sedangkan AIDS atau Acquired
Immune Deficiency Sindrome merupakan kumpulan gejala penyakit akibat
menurunnya system kekebalan tubuh oleh virus yang disebut HIV. HIV dan virus-
virus sejenisnya umumnya ditularkan melalui kontak langsung antara  lapisan kulit
dalam (membran mukosa) atau aliran darah, dengan cairan tubuh yang mengandung
HIV, seperti darah, air mani, cairan vagina, cairan preseminal, dan air susu ibu. Penularan
dapat terjadi melalui hubungan intim (vaginal, anal, ataupun oral), transfusi darah, jarum
suntik yang terkontaminasi, antara ibu dan bayi selama  kehamilan, bersalin,
atau menyusui, serta bentuk kontak lainnya dengan cairan-cairan tubuh tersebut.

B. Saran
1. Bagi seorang perawat perlu memperhatikan kondisi klien secara komprehensif,
tidak hanya fisik tetapi semua aspek manusia sebagai satu kesatuan yang utuh
yang meliputi biopsikososial kultural.
2. Bagi mahasiswa diharapkan dapat makin memperbanyak pengetahuan dari
berbagai referensi tentang Asuhan keperawatan klien dengan HIV/AIDS
3. Bagi dunia keperawatan diharapkan berperan serta dalam peningkatan kualitas
perawat dengan cara menyediakan akses yang mudah bagi perawat untuk
memperoleh ilmu pengetahuan yang sesuai dengan perkembangan untuk
mengatasi masalah HIV/AIDS
Daftar Pustaka

Doengoes, Marilynn, dkk, 2000, Rencana Asuhan Keperawatan ;


Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan
Pasien, edisi 3, alih bahasa : I Made Kariasa dan Ni Made S,
EGC, Jakarta
Lab/UPF Ilmu Penyakit Dalam, 1994, Pedoman Diagnosis dan
Terapi, RSUD Dr. Soetomo Surabaya
Nursalam, M.Nurs (Hons) dan Nunik Dian Kurniawati, S.Kep.Ns .
2007. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Terinfeksi . Jakarta :
Salemba Medika.
SUMBER : http://pphipkabi.org

Anda mungkin juga menyukai