Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH KEPERAWATAN TROPIK

KONSEP DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA KASUS HIV


DAN INFEKSI OPORTUNISTIK

Dosen Pengampu : Eliza Zihni Z, S.Kep.,Ns.,M.Kep

Disusun Oleh

KELOMPOK 7

1. Ayu Oktafiana (2020030039)


2. Rian (2020030046)
3. Nur Kholis (2020030041)
4. Florensia Kamat (2020030091)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HUSADA JOMBANG

TAHUN AJARAN 2020/2021


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas asuhan keperawatan yang
berjudul “Konsep dan Asuhan Keperawatan pada Kasus HIV Aids dan Infeksi
Oportunistik” ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari Ibu
Eliza Zihni Z, S.Kep.,Ns.,M.Kep. pada mata kuliah Keperawatan Tropik. Selain
itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang HIV Aids dan
Infeksi Oportunistik bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Eliza Zihni Z ,S.Kep.,Ns.,M.Kep


selaku dosen pengampu pada mata kuliah Keperawatan Tropik yang telah
memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan
sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Kami
menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.

Jombang, 18 September 2022

Penyusun,

2
DAFTAR ISI

COVER ..........................................................................................................................1
KATA PENGANTAR.....................................................................................................2
DAFTAR ISI ..................................................................................................................3
BAB 1 ............................................................................................................................4
PENDAHULUAN ..........................................................................................................4
1.1 Latar Belakang ......................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................................4
1.3 Tujuan ...................................................................................................................5
1.4 Manfaat .................................................................................................................5
BAB 2 ............................................................................................................................6
PEMBAHASAN .............................................................................................................6
2.1 Definisi .................................................................................................................6
2.2 Etiologi .................................................................................................................7
2.3 Patofisiologi ..........................................................................................................9
2.4 Manifestasi Klinis..................................................................................................9
2.5 Pathway .............................................................................................................. 11
2.6 Penatalaksanaan .................................................................................................. 12
BAB 3 .......................................................................................................................... 15
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN HIV AIDS ...................................................... 15
3.1 Pengkajian ........................................................................................................... 15
3.2 Analisa Data ........................................................................................................ 18
3.3 Diagnosa ............................................................................................................. 20
3.4 Intervensi dan Kriteria Hasil ................................................................................ 21
3.5 Implementasi dan Evaluasi .................................................................................. 24
BAB 4 .......................................................................................................................... 27
PENUTUP .................................................................................................................... 27
4.1 Kesimpulan ......................................................................................................... 27
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................... 28

3
BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan Acquired
Immunodeficiency Syndrome (AIDS) merupakan salah satu penyakit
mematikan di dunia yang menjadi wabah internasional sejak pertama
kehadirannya (Arriza, Dewi, Dkk, 2011). Penyakit ini merupakan penyakit
menular yang disebabkan oleh infeksi virus Human Immunodeficiency Virus
(HIV) yang menyerang sistem kekebalan tubuh (Kemenkes, 2015).
Penyakit AIDS diartikan sebagai sekumpulan gejala yang menunjukkan
kelemahan atau kerusakan daya tahan tubuh yang diakibatkan oleh faktor luar
dan sebagai bentuk paling hebat dari infeksi HIV, mulai dari kelainan ringan
dalam respon imun dan tanpa gejala yang nyata, hingga keadaan imunosupresi
yang berkaitan dengan berbagai infeksi yang dapat membawa kematian.
Penyakit HIV AIDS juga memunculkan berbagai masalah psikologi
seperti ketakutan, keputusan yang disertai dengan prasangka buruk dan
diskriminasi dari orang lain, yang kemudian menimbulkan tekanan psikologis.
Menurut Nursalam (2011) jika ditambah dengan stres psikososial-spiritual
yang berkepanjangan pada pasien terinfeksi HIV maka akan mempercepat
terjadinya AIDS, bahkan meningkatkan kematian.
Penyakit HIV AIDS merupakan penyakit infeksi yang dapat ditularkan ke
orang lain melalaui cairan tubuh penderita yang terjadi melalui proses
hubungan seksual, tranfusi darah, penggunaan jarum suntik yang
terkontaminasi secara bergantian, dan penularan dari ibu ke anak dalam
kandungan melalui plasenta dan kegiatan menyusui.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa definisi dari HIV AIDS dan infeksi oportunistik ?
2. Apa etiologi dari HIV AIDS ?
3. Bagaimana patofisiologi dari HIV AIDS ?
4. Bagaimana manifestasi klinis dari HIV AIDS ?

4
5. Bagaimana pathway dari HIV AIDS ?
6. Bagaimana penatalaksanaan dari HIV AIDS ?
7. Apa saja komplikasi dari HIV AIDS ?
8. Bagaimana konsep asuhan keperawatan HIV AIDS ?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui dfinisi HIV AIDS dan infeksi oportunistik.
2. Untuk mengetahui etiologi dari HIV AIDS.
3. Untuk mengetahui patofisiologi dari HIV AIDS.
4. Untuk mengetahui manifestasi klinis dari HIV AIDS.
5. Untuk mengetahui pathway dari HIV AIDS.
6. Untuk mengetahui penatalaksanaan HIV AIDS.
7. Untuk mengetahui komplikasi HIV AIDS.
8. Untuk mengetahui konsep asuhan keperawatan HIV AIDS.

1.4 Manfaat
1. Diharapkan dapat menjadi tambahan wawasan mengenai penyakit
talasemia bagi masyarakat.
2. Diharapkan dapat menjadi referensi bagi mahasiswa Stikes Husada
Jombang maupun lainnya.
3. Diharapkan dapat menjadi referensi penelitian selanjutnya agar lebih baik
kedepannya.

5
BAB 2

PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan penyakit
kekurangan sistem imun yang disebabkan oleh retrovirus HIV tipe 1 atau HIV tipe
2 (Copstead dan Banasik, 2012). Infeksi HIV adalah infeksi virus yang secara
progresif menghancurkan sel-sel darah putih infeksi oleh HIV biasanya berakibat
pada kerusakan sistem kekebalan tubuh secara progresif, menyebabkan terjadinya
infeksi oportunistik dan kanker tertentu (terutama pada orang dewasa). (Iswandi,
2017)

Infeksi oportunistik adalah infeksi akibat virus, bakteri, jamur, atau parasit
yang terjadi pada orang dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah. Seseorang
yang terkena HIV AIDS mengalami kelemahan sistem kekebalan tubuh sehingga
rentan terjadinya infeksi oportunistik.

Kriteria klinis mencangkup suatu diagnosa infeksi HIV yang didasarkan pada
daftar kriteria laboratorium yang tercatat dalam rekam medis oleh dokter atau
penyakit-penyakit yang memenuhi kriteria yang tercakup dalam definisi kasus
untuk AIDS. Kriteria untuk definisi kasus AIDS adalah :

a. Semua pasien yang terinfeksi oleh HIV dengan :


1) Hitungan sel T CD4+<200 μI atau
2) Hitungan sel T CD4+<14% sel T total, tanpa memandang kategori
klinis, simtomatik atau asimtomatik.
b. Adanya infeksi-infeksi oportunistik terkait HIV, seperti :
1) Kondidiasis bronkus, trakea, atau paru
2) Kondidiasis esofagus
3) Kanker serviks, invasif
4) Koksidioidomikosis, diseminata atau ekstraparu
5) Kriptokokus, ekstraparu
6) Kriptosporidiosis, usus kronik (lama sakit lebih dari 1 bulan)

6
7) Penyakit sitomegalovirus (selain di hati,limpa, atau kelenjer getah
bening)
8) Retnitis sitomegalovirus (disertai hilangnya penglihatan)\
9) Ensafalopati, terkait HIV
10) Harpes simpleks; ulkus (-ulkus kronik lebijh dari 1 bulan; atau
bronkitis, pneumonitis, esofagitis
11) Histoplasmosis, diseminata atau ekstraparu
12) Isosporiasis, usus kronik (lama sakit lebih dari 1 bulan)
13) Sarkoma Kaposi (SK)
14) Limfoma, Burkitt (atau ekivalen)
15) Limfoma, imunoblastik (atau yang ekivalen)
16) Limfoma, primer, otak
17) Mycobacterium avium complex atau Mycobacterium kansasi,
diseminata atau ektra paru
18) Mycobacterium tuberkulosis, semua tempat, paru-paru atau ekstraparu
19) Mycobacterium, spesies lain atau spesies yang belum teridentifikasi,
diseminata atau ekstraparu
20) Pneumonia Pneumicytis carinii (PPC)
21) Pneumonia, rekuren
22) Leukoensefalopati multifokus progresif
23) Septikemia salmonela, rekuren
24) Toksoplasmosis otak
25) Sindrom pengurusan yang disebabkan oleh HIV

2.2 Etiologi
Menurut Nursalam dan Kurniawati (2011) virus HIV menular melalui enam cara
penularan, yaitu :

1. Hubungan seksual dengan pengidap HIV/AIDS Hubungan sesual secara


vaginal, anal dan oral dengan penderita HIV tanpa perlindungan bisa
menularkan HIV. Selama hubungan seksual berlangsusng, air mani, cairan
vagina, dan darah yang dapat mengenai selaput lendir, penis, dubur, atau
muluh sehingga HIV yang tedapa dalam cairan tersebut masuk ke aliran
darah (PELEKSI,1995 dalam Nursalam,2007 ). Selama berhubungan juga

7
bisa terjadi lesi mikro pada dinding vagina, dubur dan mulut yang bisa
menjadi jalan HIV untuk masuk ke aliran darah pasangan seksual.
2. Ibu pada bayinya Penularan HIV dari ibu bisa terjadi pada saat kehamilan
(in utero). Berdasarkan laporan CDC Amerika, prevalensi penularan HIV
dari ibu ke bayi adalah 0.01% sampai 7%. Bila ibu baru terinfeksi HIV
dan belum ada gejala AIDS, kemungkinan bayi terinfeksi sebanyak 20%
sampai 35%, sedangkan gejala AIDS sudah jelas pada ibu kemungkinan
mencapai 50% (PELKESI,1995 dalam Nursalam, 2007). Penularan juga
terjadi selama proses persalinan melalui tranfusi fetomaternal atau kontak
antara kulit atau membran mukosa bayi dengan darah atau sekresi
maternal saat melahirkan.(Lili V, 2004 dalam Nursalam, 2007). Semakin
lam proses melahirkan, semakin besar resiko penularan. Oleh karena itu,
lama persalinan bisa dipersingkat dengan operasi sectio caesaria (HIS dan
STB,2000 dalam Nursalam, 2007). Transmisi lain terjadi selam periode
post partum melaui ASI. Resiko bayi tertular melalui ASI dai Ibu yang
positif sekitar 10%
3. Darah dan produk darah yang tercemar HIV/AIDS Sangat cepat menular
HIV karena virus langsung masuk ke pembuluh darah dan menyebar ke
seluruh tubuh.
4. Pemakaian alat kesehatan yang tidak steril Alat pemeriksaan kandungan
seperti spekulum, tenakulum, dan alat-alat lain yang menyentuh darah,
cairan vagina atau air mani yang terinveksi HIV, dan langsung digunakan
untuk orang lain yang tidak terinfeksi HIV, dan langsung digunakan untuk
orang lain yang tidak terinfeksi HIV bisa menular HIV.
5. Alat-alat untuk menoreh kulit Alat tajam dan runcing seperti jarum, pisau,
silet, menyunat seseorang, membuat tato, memotong rambut, dan
sebagainya bisa menularkan HIV sebab alat tersebut mungkin dipakai
tanpa disterilkan terlebih dahulu.
6. Menggunakan jarum suntik secara bergantian Jarum suntik yang
digunakan di fasilitas kesehatan, maupun yang digunakan oleh para
pengguna narkoba (Injecting Drug User-IDU) sangat berpotensi
menularkan HIV. Selain jarun suntik, pada para pemakai IDU secara

8
bersama-sama juga menggunakan tempat penyampur, pengaduk, dan gelas
pengoplos obat, sehingga berpotensi tinggi untuk menularkan HIV.

2.3 Patofisiologi
Menurut Robbins, Dkk (2011) perjalanan HIV paling baik dipahami
dengan menggunakan kaidah saling mempengaruhi antara HIV dan sistem imun.
Ada tiga tahap yang dikenali yang mencerminkan dinamika interaksi antara virus
dan penjamu: fase akut pada tahap awal, fase kronis pada tahap menengah dan
fase kritis pada tahap akhir.

Fase akut menggambarkan respon awal seseorang dewasa yang


imunokompeten terhadap infeksi HIV. Secara klinis, hal yang khas merupakan
penyakit yang sembuh sendiri yang terjadi pada 50% hingga 70% dari orang
dewasa selama 3-6 minggu setelah infeksi; fase ini ditandai dengan gejala non-
spesifik yaitu nyeri tenggorokan, demam, ruam, dan kadang-kadang meningitis
aseptik.

Fase kronis, pada tahap menengah, menunjukan tahap penahanan relatif


virus. Pada fase ini, sebagaian besar sistem imun masih utuh, tetapi replikasi virus
berlanjut hingga beberapa tahun. Pada pasien tidak menunjukan gejala ataupun
limfadenopati persisten, dan banyak penderita yang mengalami infeksi
oportunistik ”ringan” seperti sariawan (candida) atau herpes zoster selama fase ini
replikasi virus dalam jaringan limfoid terus berlanjut.

Tahap akhir, fase kritis, ditandai dengan kehancuran pertahanan penjamu


yang sangat merugikan viremia yang nyata, serta penyakit klinis. Pada pasien
khasnya akan mengalami demam lebih dari satu bulan, mudah lelah, penurunan
berat badan, dan diare.

2.4 Manifestasi Klinis


Menurut Mandal (2004) tanda dan gejala penyakit AIDS menyebar luas
dan dasarnya dapat menguasai semua sistem organ. Penyakit yang berkaitan
dengan infeksi HIV dan penyakit AIDS terjadi akibat infeksi dan efek langsung
HIV pada jaringan tubuh. Adanya HIV dalam tubuh seseorang tidak dapat dilihat
dari penampilan luar. Orang yang terinfeksi tidak akan menunjukan gejala apapun
dalam jangka waktu relatif lama (kurang lebih 7-10 tahun) setelah tertular HIV.

9
Masa ini disebut masa laten. Orang tersebut masih tetap sehat dan bisa bekerja
sebagaimana biasanya walaupun darahnya mengandung HIV. Masa inilah yang
mengkhawatirkan bagi kesehatan masyarakat, karena orang terinfeksi secara tidak
disadari dapat menularkan kepada yang lainnya. Dari masa laten kemudian masuk
ke keadaan AIDS dengan gejala sebagai berikut :

Gwjala mayor :

a. Berat badan menurun lebih dari 10% dalam 1 bulan


b. Diare kronis yang berlangsung lebih dari 1 bulan
c. Demam berkepanjangan lebih dari 1 bulan

Gejala minor :

a. Batuk menetap lebih dari 1 bulan


b. Adanya herpesn zostermultisegmental dan herpes zoster berulang
c. Kandidias orofaringeal
d. Limfadenopati generalisata
e. Ruam

10
2.5 Pathway
Hubungan seksual dengan Tranfusi darah yang Tertusuk jarum bekar Ibu hamil yang
pasangan yang berganti- terinfeksi HIV penderita HIV menderita HIV
ganti

Virus masuk dalam tubuh lewat luka


Sperma terinfeksi masuk berdarah
ke dalam tubuh pasangan
lewat membran mukosa
vagina, anus yang Virus masuk dalam peredaran darah dan invasi sel target
lecet/luka

T helper /CD4 Makrofag Sel B

Terjadi perubahan pada struktural sel akibat transkripsi RNA virus + DNA sel

Sel penjamu (T helper,limfosit B,makrofag) mengalami kelumpuhan

Menurunnya sistem kekebalan tubuh

Infeksi oportunistik

Sistem GIT Sistem respirasi

Virus HIV + kuman


salmonela, clostridium, Mucobakterium TB
candida

pneumonia
Menginvasi mukosa
saluran cerna
Demam,batuk non
produktif, nafas
Peningkatan peristaltik pendek

Diare
Bersihan jalan napas
Hipertermia tidak efektif

Defisit nutrisi

11
2.6 Penatalaksanaan
1. Obat-obat untuk infeksi yang berhubungan dengan infeksi HIV. Infeksi
umum trimetroprime-sulfametosoksazol, yang disebut pula TMP-SMZ
(bactrim, septra), merupakan preparat antibakteri untuk mengatasi
berbagai mikroorganisme yang menyebabkan infeksi. Pemberian secara IV
kepada pasien-pasien dengan gastrointestinal yang normal tidak
memberikan keuntungan apapun. Penderita AIDS yang diobati dengan
TMP-SMZ dapat mengalami efek yang merugikan dengan insiden tinggi
yang tidak lazim terjadi, seperti demam, ruam, leukopenia,
trombositopenia dengan gangguan fungsi renal. Pentamidin, suatu obat
anti protozoa, digunakan sebagai preparat alternatif untuk melawan PCP.
Jika terjadi efek yang merugikan atau jika pasien tidak memperlihatkan
perbaikan klinis ketika diobati dengan TMP-SMZ, petugas kesehatan
dapat merekomendasikan pentamidin.
2. Penatalaksanaan sindrom pelisutan
Penatalaksanaan sindrom pelisutan mencakup penanganan penyebab yang
mendasari infeksi oportunistik sistematis maupun gastrointestinal.
Malnutrisi sendriri akan memperbesar resiko infeksi dan dapat pula
meningkatkan insiden infeksi oportunistik. Terapi nutrisi dapat dilakukan
mulai dari diet oral dan pemberian makan lewat sonde (terapi nutriasi
enternal) hingga dukungan nutrisi parenteral jika diperlukan.
3. Terapi antiretrovirus
Saat ini terdapat empat preparat yang sudah disetujui oleh FDA untuk
pengobatan HIV, keempat preparat tersebut adalah; zidovudin,
dideoksinosin, dideoksisitidin dan stavudin. Semua obatini menghambat
kerja enzim reserve trancriptase virus dan mencegah virus reproduksi HIV
dengan cara meniru salah satu substansi molekuler yang digunakan virus
tersebut untuk membangun DNA bagi partikel-partikel virus baru. Dengan
mengubah komponen struktural rantai DNA, produksi virus yang baru
akan dihambat.
4. Inhibitor protase

12
Inhibitor protase merupakan obat yang menghambat kerja enzim protase,
yaitu enzim yang digunakan untuk replikasi virus HIV dan produksi virion
yang menular. Inhibisi protase HIV-1 akan menghasilkan partikel virus
noninfeksius dengan penurunan aktivitas enzim reserve transcriptase.
5. Perawatan pendukung
Pasien yang menjadi lemah dan memiliki keadaan umum yang menurun
sebagai akibat dari sakit kronik yang berkaitan dengan HIV memerlukan
banyak macam perawatan suportif.
6. Terapi nutrisi Menurut Nursalam (2011) nutrisi yang sehat dan seimbang
diperlukan pasien HIV AIDS untuk mempertahankan kekuatan,
meningkatkan fungsi sistem imun, meningkatkan kemampuan tubuh untuk
memerangi infeksi dan menjaga orang yang hidup dengan infeksi HIV
AIDS tetap aktif dan produktif.
7. Manfaat konseling dan VCT pada pasien HIV
Menurut Nursalam (2011) konseling HIV/AIDS merupakan dialog antara
seseorang (klien) dengan pelayanan kesehatan (konselor) yang bersifat
rahasia, sehingga memungkinkan orang tersebut mampu menyesuaikan
atau mengadaptasi diri dengan stres dan sanggup membuat keputusan
bertindak berkaitan dengan HIV/AIDS. Menurut Nursalam (2011) tujuan
konseling HIV yaitu :
a) Mencegah penularan HIV dengan cara mengubah perilaku. Untuk
merubah perilaku ODHA (orang dengan HIV/AIDS) tidak hanya
membutuhkan informasi belaka, tetapi jauh lebih penting adalah
pemberian dukungan yang dapat menumbuhkan motivasi mereka,
misalnya dalam perilaku seks aman, tidak berganti-ganti jarum suntik,
dan lain-lain.
b) Meningkatkan kualitas hidup ODHA dalam segala aspek baik medis,
psikologis, sosial, dan ekonomi. Dalam hal ini konseling bertujuan
memberikan dukungan kepada ODHA agar mampu hidup secara
positif.

Voluntary conseling tetsting atau VCT adalah suatu pembinaan dua arah
atau dialog yang berlangsung tak terputus antara konselor dengan kliennya

13
bertujuan mencegah penularan HIV, memberikan dukungan moral,
informasi, serta dukungan lainnya kepada ODHA, keluarga, dan
lingkungannya (Nursalam, 2011). Tujuan VCT yaitu sebagai upaya
pencegahan HIV /AIDS, upaya untuk mengurangi kegelisahan,
meningkatkan persepsi pengetahuan mereka tentang faktor-faktor resiko
penyebab seseorang terinfeksi HIVdan upaya pengembangan perubahan
perilaku, sehingga secara dini mengarahkan menuju ke program pelayanan
dan dukungan termasuk akses terapi antiretroviral, serta membantu
mengurangi stigma dalam masyarakat.

14
BAB 3

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN HIV AIDS


3.1 Pengkajian
1. Identitas pasien Meliputi: nama, tempat/tanggal lahir, jenis kelamin,
status perkawinan, agama, pendidikan, pekerjaan, alamat, diagnosa
medis, No. MR.
2. Keluhan utama Dapat ditemukan pada pasien AIDS dengan
manifestasi respiratori ditemui keluhan utama sesak nafas. Keluhan
utama lainnya ditemui pada pasien penyakit HIV AIDS, yaitu demam
yang berkepanjangan (lebih dari 3 bulan), diare kronis lebih dari 1
bulan berulang maupun terus menerus, penurunan berat badan lebih
dari 10%, batuk kronis lebih dari 1 bulan, infeksi mulut dan
tenggorokan disebabkan oleh jamur candida albikans, pembekakan
kelenjar getah bening diseluruh tubuh, munculnya herpes zooster
berulang dan bercak- bercak gatal diseluruh tubuh.
3. Riwayat kesehatan sekarang Dapat ditemukan keluhan yang biasannya
disampaikan pasien HIV AIDS adalah : pasien akan mengeluhkan
napas sesak (dispnea) bagi pasien yang memiliki manifestasi
respiratori, batuk-batuk, nyeri dada, dan demam, pasien akan
mengeluhkan mual, dan diare serta penurunan berat badan drastis.
4. Riwayat kesehatan dahulu Biasanya pasien pernah dirawat karena
penyakit yang sama. Adanya riwayat penggunaan narkoba suntik,
hubungan seks bebas atau berhubungan seks dengan penderita
HIV/AIDS terkena cairan tubuh penderita HIV/AIDS.
5. Riwayat kesehatan keluarga Biasanya pada pasien HIV AIDS adanya
anggota keluarga yang menderita penyakit HIV/ AIDS. Kemungkinan
dengan adanya orang tua yang terinfeksi HIV. Pengkajian lebih lanjut
juga dilakukan pada riwayat pekerjaan keluarga, adanya keluarga
bekerja ditempat hiburan malam, bekerja sebagai PSK (Pekerja Seks
Komersial).
6. Pola aktifitas sehari-hari (ADL) meliputi :
a. Pola persepsi dan tata laksanaan hidup sehat.

15
Biasanya pada pasien HIV/ AIDS akan mengalami perubahan atau
gangguan pada personal hygiene, misalnya kebiasaan mandi, ganti
pakaian, BAB dan BAK dikarenakan kondisi tubuh yang lemah,
pasien kesulitan melakukan kegiatan tersebut dan pasien biasanya
cenderung dibantu oleh keluarga atau perawat.
b. Pola nutrisi
Biasanya pasien dengan HIV / AIDS mengalami penurunan nafsu
makan, mual, muntah, nyeri menelan, dan juga pasien akan
mengalami penurunan berat badan yang cukup drastis dalam
jangka waktu singkat (terkadang lebih dari 10% BB).
c. Pola eliminasi
Biasanya pasien mengalami diare, feses encer, disertai mukus
berdarah.
d. Pola istrihat dan tidur
Biasanya pasien dengan HIV/ AIDS pola istrirahat dan tidur
mengalami gangguan karena adanya gejala seperti demam dan
keringat pada malam hari yang berulang. Selain itu juga didukung
oleh perasaan cemas dan depresi terhadap penyakit.
e. Pola aktifitas dan latihan
Biasanya pada pasien HIV/ AIDS aktifitas dan latihan mengalami
perubahan. Ada beberapa orang tidak dapat melakukan aktifitasnya
seperti bekerja. Hal ini disebabkan mereka menarik diri dari
lingkungan masyarakat maupun lingkungan kerja, karena depresi
terkait penyakitnya ataupun karena kondisi tubuh yang lemah.
f. Pola persepsi dan konsep diri
Pada pasien HIV/AIDS biasanya mengalami perasaan marah,
cemas, depresi dan stres.
g. Pola sensori kognitif
Pada pasien HIV/AIDS biasanya mengalami penurunan
pengecapan dan gangguan penglihatan. Pasien juga biasanya
mengalami penurunan daya ingat, kesulitan berkonsentrasi,

16
kesulitan dalam respon verbal. Gangguan kognitif lain yang
terganggu yaitu bisa mengalami halusinasi.
h. Pola hubungan peran
Biasanya pada pasien HIV/AIDS akan terjadi perubahan peran
yang dapat mengganggu hubungan interpersonal yaitu pasien
merasa malu atau harga diri rendah.
i. Pola penanggulangan stres
Pada pasien HIV AIDS biasanya pasien akan mengalami cemas,
gelisah dan depresi karena penyakit yang dideritanya. Lamanya
waktu perawatan, perjalanan penyakit yang kronik, perasaan tidak
berdaya karena ketergantungan menyebabkan reaksi psikologis
yang negatif berupa marah, kecemasan, mudah tersinggung dan
lain-lain, dapat menyebabkan penderita tidak mampu
menggunakan mekanisme koping yang konstruktif dan adaptif.
j. Pola reproduksi seksual
Pada pasien HIV AIDS pola reproduksi seksualitasnya terganggu
karena penyebab utama penularan penyakit adalah melalui
hubungan seksual.
k. Pola tata nilai dan kepercayaan
Pada pasien HIV AIDS tata nilai keyakinan pasien awalnya akan
berubah, karena mereka menganggap hal yang menimpa mereka
sebagai balasan perbuatan mereka. Adanya status perubahan
kesehatan dan penurunan fungsi tubuh mempengaruhi nilai
kepercayaan pasien dalam kehidupan mereka dan agama
merupakan hal penting dalam hidup pasien.
7. Pemeriksaan Fisik
a. Gambaran umum : ditemukan pasien tampak lemah
b. Kesadaran : composmentis kooperatif, sampai terjadi penurunan
tingkat kesadaran, apatis, somnolen, stupor bahkan koma.
c. Vital sign : TD; biasanya ditemukan dalam batas normal, nadi;
terkadang ditemukan frekuensi nadi meningkat, pernapasan :
biasanya ditemukan frekuensi pernapasan meningkat, suhu; suhu

17
biasanya ditemukan meningkat karena demam, BB ; biasanya
mengalami penurunan (bahkan hingga 10% BB), TB; Biasanya
tidak mengalami peningkatan (tinggi badan tetap).
d. Kepala : biasanya ditemukan kulit kepala kering karena dermatitis
e. Mata : biasanya konjungtiva anemis, sklera tidak ikterik, pupil
isokor, refleks pupil terganggu
f. Hidung : biasanya ditemukan adanya pernapasan cuping hidung
g. Leher: kaku kuduk (penyebab kelainan neurologik karena infeksi
jamur criptococus neofarmns)
h. Gigi dan mulut : biasanya ditemukan ulserasi dan adanya
bercakbercak putih seperti krim yang menunjukan kandidiasis
i. Jantung: Biasanya tidak ditemukan kelainan
j. Paru-paru : Biasanya terdapat nyeri dada pada pasien AIDS yang
disertai dengan TB napas pendek (kusmaul)
k. Abdomen : Biasanya bising usus yang hiperaktif
l. Kulit : Biasanya ditemukan turgor kulit jelek, terdapatnya
tandatanda lesi (lesi sarkoma kaposi)
m. Ekstremitas : Biasanya terjadi kelemahan otot, tonus otot menurun,
akral dingin. (Pratiwi & Cahyono, 2020)

3.2 Analisa Data


DATA ETIOLOGI DIAGNOSA
KEPERAWATAN
DS : Penyebab : Bersihan Jalan Napas
-klien mengeluh Proses infeksi Tidak Efektif (D.0001)
sesak napas
DO : Menurunnya sistem
-frekuensi napas kekebalan tubuh
abnormal
-dispnea Infeksi oportunistik
-batuk tidak efektif Sistem respirasi

Mucobakterium TB

18
Pneumonia

Demam,batuk non
produktif, nafas pendek

Bersihan jalan napas


tidak efektif
DS : Penyebab : Hipertermia (D.0130)
-klien mengeluh Proses penyakit
badannya terasa (infeksi)
sangat panas
DO : Menurunnya sistem
-suhu tubuh 39 kekebalan tubuh
derajat C
-kulit memerah Infeksi oportunistik
-klien menggigil Sistem respirasi
Mucobakterium TB

Pneumonia

Demam,batuk non
produktif, nafas pendek

Hipertermia
DS : Penyebab : Defisit Nutrisi (D.0019)
-klien mengatakan Ketidakmampuan
tidak nafsu makan mencerna makanan
DO : Menurunnya sistem
-BB abnormal kekebalan tubuh
-diare

19
-klien tampak lemas Infeksi oportunistik

Sistem GIT

Virus HIV + kuman


salmonela, clostridium,
candida

Menginvasi mukosa
saluran cerna

Peningkatan peristaltik

Diare
Defisit nutrisi

3.3 Diagnosa
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul :
1) Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif (D.0001)
Bersihan jalan tidak efektif berhubungan dengan proses infeksi
dibuktikan dengan batuk tidak efektif,dispnea,frekuensi napas berubah.
Bersihan jalan napas tidak efektif merupakan ketidakmampuan
membersihkan sekret atau obstruksi jalan napas untuk
mempertahankan jalan napas yang paten.
2) Hipertermia (D.0130)
Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit (infeksi) dibuktikan
dengan suhu tubuh di atas normal. Hipertermia merupakan suhu tubuh
meningkat di atas rentang normal tubuh.
3) Defisit Nutrisi (D.0019)
Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mencerna
makanan dibuktikan dengan berat badan menurun dibawah rentang
ideal,nafsu makan menurun,dan diare. Defisit nutrisi merupakan

20
asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolisme.
(PPNI, 2016)

3.4 Intervensi dan Kriteria Hasil


DIAGNOSA KRITERIA HASIL INTERVENSI
KEPERAWATAN
Bersihan Jalan L.01001 I.01006
Napas Tidak Efektif Bersihan jalan napas Latihan batuk efektif
(D.0001)
Setelah dilakukan Observasi :
perawatan selama 1. Identifikasi
2x24 jam, pasien kemampuan batuk
diharapkan bersihan 2. Monitor tanda
jalan napas meningkat gejala infeksi
dengan kriteria hasil : saluran napas
1. Batuk efektif Terapeutik :
meningkat 3. Atus posisi semi
2. Dispnea fowler atau fowler
menurun Edukasi :
3. Frekuensi 4. Jelaskan tujuan
napas dan prosedur
membaik batuk efektif
5. Anjurkan tarik
napas dalam
melalui hidung
selama 4 detik,
ditahan selama 2
detik, kemudian
dikeluarkan dari
mulut dengan
bibir mencucu.
6. Anjurkan
mengulangi tarik

21
napas dalam
hingga 3 kali
7. Anjurkan batuk
dengan kuat
langsung setelah
tarik napas dalam
yang ketiga.
Kolaborasi :
8. Kolaborasi
pemberian
mukolitik atau
ekspektoran.
Hipertermia L.14134 I.15506
(D.0130) Termoregulasi Manajemen Hipertermia

Setelah dilakukan Observasi :


perawatan selama 1. Identifikasi
2x24 jam, pasien penyebab
diharapkan hipertermia
termoregulasi 2. Monitor suhu
membaik dengan tubuh
kriteria hasil : Terapeutik :
1. Menggigil 3. Sediakan
menurun lingkungan yang
2. Kulit merah dingin
menurun 4. Longgarkan atau
3. Suhu tubuh lepaskan pakaian
membaik 5. Berikan cairan
oral
Edukasi :
6. Anjurkan tirah
baring

22
Kolaborasi :
7. Kolaborasi
pemberian cairan
dan elektrolit
intravena
Defisit Nutrisi L.03030 I.03119
(D.0019) Status nutrisi Manajemen nutrisi

Setelah dilakukan Observasi :


perawatan selama 1. Identifikasi status
2x24 jam , pasien nutrisi
diharapkan status 2. Identifikasi
nutrisi membaik kebutuhan kalori
dengan kriteria hasil : dan jenis nutrien
1. Porsi makanan 3. Monitorasupan
yang makanan
dihabiskan 4. Monitor berat
meningkat badan
2. Diare menurun Terapeutik :
3. Berat badan 5. Sajikan makanan
membaik secara menarik
4. IMT membaik dan suhu yang
sesuai
6. Berikan makanan
yang tinggi serat
untuk mencegah
konstipasi
7. Berikan makanan
tinggi kalori dan
protein
8. Berikan suplemen
makanan,jika

23
perlu
Edukasi :
9. Anjurkan posisi
duduk
Kolaborasi :
10. Kolaborasi dengan
ahli gizi untuk
menentukan
jumlah kalori dan
jenis nutrien yang
dibutuhkan.
(PPNI, 2019) (PPNI, 2018)

3.5 Implementasi dan Evaluasi


HARI/T DIAGNOSA IMPLEMENTASI EVALUASI
GL KEPERAWAT
AN
D.0001 1. Memeriksa S:
Bersihan Jalan kemampuan - Klien
Napas Tidak batuk mengatak
Efektif 2. Memeriksa an sudah
tanda dan tidak
gejala infeksi sesak
saluran napas napas
3. Memposisikan O:
klien dengan - frekuensi
posisi semi napas
fowler atau normal
fowler - klien
4. Menjelaskan sudah
tujuan dan bisa batuk
prosedur batuk efektif
efektif A:

24
Masalah teratasi
P:
Intervensi
dihentikan
D.0130 1. memeriksa S:
hipertermia penyebab - klien
hipertermia mengatak
dan suhu an
tubuh badannya
2. menyediakan sudah
lingkungan tidak
yang dingin terasa
dan panas
longgarkan O:
pakaian pasien - suhu
3. menganjurkan tubuh
untuk tirah normal
baring - kulit tidak
merah
- klien
sudah
tampak
tidak
menggigil
A:
Masalah teratasi
P:
Intervensi
dihentikan
D.0019 1. memeriksa S:
Defisit Nutrisi status - klien
nutrisi,kebutu mengatak

25
han kalori dan an sedikit
jenis nutrisi nafsu
klien makan
2. memeriksa O:
berat badan - BB
3. memberikan abnormal
makanan yang - Klien
tinggi masih
serat,kalori,da tampak
n protein serta kurang
berikan nafsu
suplemen makan
makanan - Sudah
tidak
diare
- Masih
tampak
sedikit
lemas
A:
Masalah teratasi
sebagian
P:
Lanjutkan
intervensi

26
BAB 4

PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan penyakit
kekurangan sistem imun yang disebabkan oleh retrovirus HIV tipe 1 atau HIV tipe
2. Infeksi oportunistik adalah infeksi akibat virus, bakteri, jamur, atau parasit yang
terjadi pada orang dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah. virus HIV menular
melalui enam cara penularan, yaitu : hubungan seksual dengan orang yang
terinfeksi HIV, Ibu pada bayinya Penularan HIV dari ibu bisa terjadi pada saat
kehamilan, Darah dan produk darah yang tercemar HIV/AIDS, Pemakaian alat
kesehatan yang tidak steril, Menggunakan jarum suntik secara bergantian.

Tanda dan gejala penyakit AIDS menyebar luas dan dasarnya dapat
menguasai semua sistem organ. Penyakit yang berkaitan dengan infeksi HIV dan
penyakit AIDS terjadi akibat infeksi dan efek langsung HIV pada jaringan tubuh.
Adanya HIV dalam tubuh seseorang tidak dapat dilihat dari penampilan luar.
Tanda gejalanya yaitu demam,diare,berat badan menurun, batuk,sesak nafas,
ruam,dsb.

27
DAFTAR PUSTAKA

Iswandi, F. (2017). Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan HIV AIDS Di


IRNA non Bedah Penyakit dalam RSUP DR. M. Djamal Padang.
Pustaka.Poltekkes-Pdg.Ac.Id, 15–192. http://pustaka.poltekkes-
pdg.ac.id/repository/KTI_FAUZIAH_ISWANDI_PDF.pdf

PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (1st ed.). DPP PPNI.

PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (1st ed.). DPP PPNI.

PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia (1st ed.). Dewan Pengurus
Pusat PPNI.

Pratiwi, S. L., & Cahyono, H. (2020). View metadata, citation and similar papers
at core.ac.uk. PENGARUH PENGGUNAAN PASTA LABU KUNING
(Cucurbita Moschata) UNTUK SUBSTITUSI TEPUNG TERIGU DENGAN
PENAMBAHAN TEPUNG ANGKAK DALAM PEMBUATAN MIE KERING,
1(2), 274–282. https://core.ac.uk/download/pdf/236674547.pdf

28

Anda mungkin juga menyukai