Anda di halaman 1dari 12

PENATALAKSANAAN VIRUS HIV PADA IBU HAMIL

MATA KULIAH MIKROBIOLOGI DAN PARASITOLOGI


TAHUN 2020

Disusun oleh :
Dosen Pengampu :
Listyaning Eko Martianti S.SiT, M.Tr.Keb.
Disusun Oleh :
Kelompok 2

1. Iffa Weyne Arzeta (P1337424419029) 13. Rafi’ Andyah A.K (P1337424419006)


2. Lisa Indriyani (P1337424419034) 14.Valent Ayu Kurnia (P1337424419007)
3. Arini Meila Sevira (P1337424419036) 15.Mutia Dani Hapsari (P1337424419024)
4. Anita Wulandari (P1337424419037) 16.Vika Hildayani (P1337424419027)
5. Arina Lutfiyana (P1337424419040) 17. Sindy Arzaqiya F (P1337424419030)
6. Arti Maldinawati (P1337424419042) 18. Anisa Devi (P1337424419038)
7. Nisa Alviana (P1337424419045) 19.Septiana N (P1337424419004)
8. Sekar Arum Gadis (P1337424419188) 20. Dila Mustika P (P1337424419019)
9. Elda Maulida (P1337424419189) 21. Nina Kholisna (P1337424419035)
10. Salwa Rizky A (P1337424419191) 22. Hindun Nur A (P1337424419043)
11. Neisya Hendi S (P1337424419192) 23. Sinta Fitriana (P1337424419044)
12. Chaerunisa Fitriani (P1337424419193) 24. Imaniar Hayati (P1337424419187)

SARJANA TERAPAN KEBIDANAN SEMARANG


POLTEKKES KEMENKES SEMARANG
TAHUN AJARAN 2019/2020
KATA PENGANTAR

Segala Puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa
pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan mampu menyelesaikan makalah ini
dengan baik. Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada baginda Nabi
Muhammad SAW yang kita nantikan syafa’atnya di akhirat nanti.
Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu kami sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan baik.
kami tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dan masih terdapat kesalahan serta banyak kekurangan di dalamnya. Untuk itu,
kami mengharap kritik dan saran dari pembaca untuk makalah ini, agar makalah
ini nantinya dapat menjadi lebih baik lagi. Kemudian apabila banyak terdapat
kesalahan pada penulisan makalah ini kami memohon maaf yang sebesar-
besarnya.

Semarang, 12 Februari 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB I. PENDAHULUAN......................................................................................1
1.1 Latar Belakang.............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................1
1.3 Tujuan Makalah...........................................................................................1
1.4 Manfaat........................................................................................................1
BAB II. PEMBAHASAN.......................................................................................2
2.1 Definisi dan diagnosis virus HIV.................................................................2
2.2 Cara penularan virus HIV............................................................................4
2.3 Dampak dari virus HIV terhadap kehamilan...............................................4
BAB III. PENUTUP...............................................................................................7
3.1 Kesimpulan..................................................................................................7
3.2 Saran.............................................................................................................7
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................8

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Acquired immunodeficiency syndrome (AIDS) adalah penyaikt yang
disebabkan oleh infeksi human immunodefiency virus (HIV). Angka
morbiditas dan mortalitas yang disebabkan oleh HIV semakin meningkat dan
merupakan masalah kesehatan masyarakat yang paling penting di seluruh
dunia. Hingga saat ini belum ditemukan imunisasi profilaksis atau
pengobatan AIDS, meskipun demikian terapi antiretrovirus seperti highly
active antireretroviral therapy (HAART) tetap dikembangkan. AIDS
dikarakteristikan sebagai penyakit imonusupresif berat yang sering dikaitkan
dengan infeksi oportunistik dan tumor ganas serta degenerasi susunan saraf
pusat. HIV menimbulkan infeksi berbagai macam sel system imum, termasuk
CD4+ , makrofag dan sel dendrit.
Human Immunodeviciency Virus (HIV) secara terus menerus
menyebabkan gangguan pada hampir semua system tubuh yang berdampak
pada munculnya gejala kelelahan (fatigue). Fatigue banyak dilaporkan pada
penderita HIV/AIDS dengan prevalensi berkisar antar 20 % sampai 60 %.
Hingga saat ini, penyakit HIV/AIDS masih merupakan permasalahan
kesehatan yang cukup kompleks dan terus meningkat dari tahun ke tahun di
seluruh bagian dunia (Departemen kesehatan RI, 2007).
Virus HIV tidak menyebabkan kematian secara langsung pada
penderitanya, akan tetapi adanya penurunan imunitas tubuh yang
mengakibatkan mudah terserangnya infeksi oportunistik bagi penderitanya
(Fauci & Lane,2012;WHO,2014). Penyakit HIV yang semula bersifat akut
dan mematikan berubah menjadi penyakit kronis yang bisa dikelola. Namun
demikian, hidup dengan penyakit kronis menyisakan persoalan-persoalan lain
yang memerlukan penyesuaian-penyesuain baik secara fisik, psikolgis, sosial,
dan spiritual (Lindayani & Maryam, 2017).

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan pemaparan latar belakang di atas, maka rumusan masalah
dalam penulisan makalah ini sebagai berikut :
1. Bagaimana karakteristik dan diagonosis virus HIV ?
2. Apa saja dampak virus HIV terhadap kehamilan?
3. Bagaimana cara penularan virus HIV?

1.3 Tujuan Makalah


1. Untuk mengetahui karakteristik dan diagonisis virus HIV
2. Untuk mengetahui dampak dari adanya virus HIV terhadap kehailan
3. Untuk mengetahui cara penularan virus HIV

1.4 Manfaat
Mahasiswa dapat mengetahui tentang adanya virus HIV

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Karakteristik dan Diagnosis Virus HIV

Karakteristik
Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah retrovirus yang menginfeksi sel
dan system imun. Infeksi virus berakibat pada kerusakan progresif dari system
kekebalan tubuh, yang menyebabkan defisiensi kekebalan tubuh. system kekebalan
dianggap defisien ketika tidak bisa lagi memenuhi perannya dalam menginfeksi dan
penyakit. Infeksi yang terkait HIV dikenal sebagai infeksi oportunistik, karena
mereka mengambil keuntungan dari system kekebalan tubuh yang melemah.
HIV merupakan penyebab dari AIDS. Virus HIV termasuk dalam family
Retrovidae dan genuh Lentivirus. Virus ini memiliki dua jenis serotype, yaitu HIV-1
dan HIV-2. HIV 1 adaalah virus yang paling infekstif, memiliki virulensi yang lebih
tinggi, dan merupakan penyebab infeksi HIV global. HIV-2 adalah virus yang
memiliki infektifitas dan virulensi yang lebih rendah dan ditemukan terutama di
Afrika barat.
Retrovirus merupakan virus yang memiliki virion sferis berdiameteer 80–100 nm
dan memiliki inti silindris. Genom pada retrovirus berupa Ribonucleic Acid (RNA)
untai tunggal. retrovirus memiliki suatu enzim reserve transcriptase yang berfungsi
mengubah RNA virus menjadi Deoxyubonucleic Acid (DNA) pada saat menginfeksi
sel.
HIV memiliki struktur dasar berupa partikel inti (core), protein matriks, dan
selubung virus (envelope) yang merupakan pembentuk membrane sel host. Selubung
virus tersusun atas dua lapis lemak dan beberapa protein yang tertanan pada
selubung virus, protein membentuk struktur paku yang terdiri dari glikoprotein 41
(gp120) yang berada dibagian luar membrane virus, dan glikoprotein 41 (gp41) yang
menembus membrane virus. Glikoprotein luar berfungsi untuk perlekatan dengan
reseptor sel inang saat proses infeksi dan glikoprotein transmembran sangat
diperlukan untuk proses fusi. Protein matriks HIV terdiri daro protein p17dan
terletak antara selubung dan int, sedangkan inti virus terdiri dari protein p24 yang
mengelilingi dua untai tunggal RNA HIV dan enzim yang diperlukan untuk replikasi
HIV, seperti reserve transcripe, protease, ribonuklese, dan integrase

2
Diagnosis
Untuk memastikan apakah pasien terinfeksi HIV, maka harus dilakukan tes HIV.
Skrining dilakukan dengan mengambil sempel darah atau urine pasien untuk diteliti
di laboratorium. Jenis skrining untuk mendetksi HIVadalah :
 Tes antibodi. Tes ini bertujun untuk mendeteksi antibodi yang dihasilkan
tubuh untuk melawan infeksi HIV. Meski akurat, perlu waktu 3-12 minggu
agar jumlah antibody dalam tubuh cukup tinggi untuk terdeteksi saat
pemeriksaan.
 Tes antigen. Tes ini bertujuan untuk mendeteksi p24, suatu protein yang
menjadi bagian dari virus HIV. Tes antigen dapat dilakukan 2-6 minggu
setelah pasien terinfeksi.
Jika skrining menunjukka pasien terinfeksi virus HIV (HIV positif), maka pasien
perlu menjalani tes selanjutnya. Selain untuk memastikan hasil skrining, tes berikut
dapat mengehui tahap infeksi yang diderita, serta menentukan pengobatan yang
tepat. Tes ini dilakukan dengan mengambil sampel darah pasien untuk diteliti di
laboratorium. Beberapa tes tersebut antar lain :

 Hitung sel CD4. CD4 aalah bagian dari sel darah putih yang dihancurkan
oleh HIV. Oleh karena itu, semakin sedikit jumlah CD4, semakin besar pula
kemungkinan seseorang terserang AIDS. Pada kondisi normal, jumlah CD4
berada dalam renang 500-1400 sel per millimeter kubik darah. Infeksi HIV
berkembang menjadi AIDS bila hasil hitung sel CD4 di bawah 200 sel per
millimeter kubik darah.
 Pemeriksaan viral load (HIV RNA). Pemeriksaan ini bertujuan untuk
menghitung RNA, bagian dari virus HIV yang berfungsi menggandakan diri.
Jumlah RNA yang lebih dari 100.000 kkopi per mililiter darah, menandakan
infeksi HIV baru saja terjadi atau tidak tertangani. Sedangkan jumlah RNA
dibawah 100.000 kopi per milliliter darah, mengindikasikan perkembangan
virus yang tidak terlalu cepat. Akan tetapi, kondisi tersebut tetap saja
menyebabkan kerusakan perlahan pada system kekebalan tubuh.
 Tes resistensi (kekebalan) terhadap obat. Beberapa subtype HIV
diketahui kebal pada obat anti HIV. Melalui tes ini, dapat menentukan jenis
obat anti HIV yang tepat bagi pasien.

3
2.2 Cara Penularan HIV
Secara umum, HIV dapat ditularkan melalui 3 cara yakni:27, 28
a. Melalui hubungan seksual.
Merupakan jalur utama penularan HIV/AIDS yang paling umum ditemukan.
Virus dapat ditularkan dari seseorang yang sudah terkena HIV kepada mitra
seksualnya (pria ke wanita, wanita ke pria, pria ke pria) melalui hubungan seksual
tanpa pengaman (kondom).
b. Parenteral (produk darah)
Penularan dapat terjadi melalui transfusi darah atau produk darah, atau
penggunaan alat – alat yang sudah dikotori darah seperti jarum suntik, jarum tato,
tindik, dan sebagainya.
c. Perinatal
Lebih dari 90% anak yang terinfeksi HIV didapat dari ibunya, penularan melalui
ibu kepada anaknya. Transmisi vertikal dapat terjadi secara transplasental,
antepartum, maupun postpartum. Mekanisme transmisi intauterin diperkirakan
melalui plasenta. Hal ini dimungkinkan karena adanya limfosit yang terinfeksi
masuk kedalam plasenta. Transmisi intrapartum terjadi akibat adanya lesi pada
kulit atau mukosa bayi atau tertelannya darah ibu selama proses kelahiran.
Beberapa faktor resiko infeksi antepartum adalah ketuban pecah dini, lahir per
vaginam. Transmisi postpartum dapat juga melalui ASI yakni pada usia bayi
menyusui, pola pemberian ASI, kesehatan payudara ibu, dan adanya lesi pada
mulut bayi. Seorang bayi yang baru lahir akan membawa antibodi ibunya,
begitupun kemungkinan positif dan negatifnya bayi tertular HIV adalah
tergantung dari seberapa parah tahapan perkembangan AIDS pada diri sang ibu.

2.3 Dampak virus HIV terhadap kehamilan


Dampak dari adanya virus HIV yang menyebabkan penyaikit AIDS yaitu
meningkatkan insidensi gangguan pertumbuhan janin dan persalinan prematur pada
wanita dengan penurunan kadar CD4 dan penyakit yang lanjut. Tidak ditemukan
hubungan kelainan kongenital dengan infeksi HIV Antenatal care wanita hamil
dengan HIV. Semua wanita hamil HIV positif harus dilakukan pemeriksaan yang
ketat dan dilakukan juga pengobatan terhadap infeksi genital selama kehamilannya.
Hal ini harus dilakukan sedini mungkin. Pengukuran kadar plasma dan CD4 limfosit

4
T harus diulang 4-6 kali setiap bulan selama kehamilannya dan dianjurkan terapi
antivirus serta dibutuhkan terapi profilaksis untuk Pneumocystis carinii pneumonia
(PCP). Profilaksis PCP biasanya diberikan bila kadar CD4 limfosit T di bawah 200
sel/ìL dalam bentuk kotrimoksazol (sulfametoksazol 800 mg dan 3trimetoprin 160
mg) sekali sehari. Wanita yang sedang pengobatan HAART harus dilakukan
monitoring terhadap intoksikasi obat seperti jumlah sel darah, ureum.
HIV/AIDS pada ibu hamil menyebabkan masalah yang leih berat karena
dapat membahayakan keselamatan jiwa ibu dan menular kepada bayi melalui
masa kehamilan, saat melahirkan dan menyusui. Berikut beberapa dampak
lain yang disebabkan virus HIV/AIDS terhadap ibu hamil :
1. Melemahnya daya tahan ibu
AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrom) merupakan kumpulan
gejala penyaikit yang disebabkan oleh virus HIV (Human
Immunodeficiency Virus). Dampak HIV/AIDS pada ibu hamil akan
sangat berpengaruh besar pada kesehatan janin. Ketika terjangkit virus
ini, maka dampak paling besar yang dirasakan adalah melemahnya
kinerja pertahanan tubuh untuk menangkal bakteri dan infeksi.
Hal ini terjadi karena virus HIV sudah menyerang system imunitas tubuh.
Ibu hamil dengan HIV menjadi sangat mudah sakit dan rentan untuk
terjangkit virus lainya. Selain itu, ibu hamil ynag terinfeksi HIV/AIDS
harus lebih banyak mengonsumsi nutrisi untuk asupan pda janinnya.
2. Bayi berisiko terlahir cacat atau premature
Ibu hamil dengan HIV tentunya dianjurkan untuk rutin untuk
memeriksakan diri ke dokter untuk memantau kondisinya. Dokter akan
menyiapkan resep supaya ibu hamil dengan HIV mendapatkan obat ARV
yang harus diminum setiap hari demi kesehatan janin dan ibu.
Namun, beberpa obat penderita HIV tergolong berat dan dikhawatirkan
dapat memberi efek samping pada sang ibu atau janinnya. Kelainan
perkembangan pada janin sangat besar risikonya, sehingga hal ini dapat
meyebabkan bayi lahir cacat atau premature.

5
Faktor yang berperan dalam penularan HIV dari ibu ke anak

Ada tiga faktor utama yang berpengaruh pada penularan HIV dari ibu ke anak, yaitu
faktor ibu, bayi/anak, dan tindakan obstetrik.

1. Faktor Ibu
a. Jumlah virus (viral load). Jumlah virus HIV dalam darah ibu saat
menjelang atau saat persalinan dan jumlah virus dalam air susu ibu ketika
ibu menyusui bayinya sangat mempengaruhi penularan HIV dari ibu ke
anak. Risiko penularan HIV menjadi sangat kecil jika kadar HIV rendah
(kurang dari 1.000 kopi/ml) dan sebaliknya jika kadar HIV di atas 100.000
kopi/ml.
b. Jumlah Sel CD4. Ibu dengan jumlah sel CD4 rendah lebih berisiko
menularkan HIV ke bayinya. Semakin rendah jumlah sel CD4 risiko
penularan HIV semakin besar.
c. Status gizi selama hamil. Berat badan rendah serta kekurangan asupan
seperti asam folat, vitamin D, kalsium, zat besi, mineral selama hamil
berdampak bagi kesehatan ibu dan janin akibatntya dapat meningkatkan
risiko ibu untuk menderita penyakit infeksi yang dapat meningkatkan jumlah
virus dan risiko penularan HIV ke bayi.
d. Penyakit infeksi selama hamil. Penyakit infeksi seperti sifilis, infeksi
menular seksual,infeksi saluran reproduksi lainnya, malaria,dan
tuberkulosis, berisiko meningkatkan jumlah virus dan risiko penularan HIV
ke bayi.
e. Gangguan pada payudara. Gangguan pada payudara ibu dan penyakit
lain, seperti mastitis, abses, dan luka di puting payudara dapat meningkatkan
risiko penularan HIV melalui ASI sehingga tidak sarankan untuk
memberikan ASI kepada bayinya dan bayi dapat disarankan diberikan susu
formula untuk asupan nutrisinya.

2. Faktor Bayi
a. Usia kehamilan dan berat badan bayi saat lahir. Bayi lahir prematur
dengan berat badan lahir rendah (BBLR) lebih rentan tertular HIV karena
sistem organ dan sistem kekebalan tubuhnya belum berkembang dengan
baik.

6
b. Periode pemberian ASI. Semakin lama ibu menyusui, risiko penularan
HIV ke bayi akan semakin besar.
c. Adanya luka dimulut bayi. Bayi dengan luka di mulutnya lebih berisiko
tertular HIV ketika diberikan ASI.

3. Faktor obstetrik
Pada saat persalinan, bayi terpapar darah dan lendir ibu di jalan lahir. Faktor
obstetrik yang dapat meningkatkan risiko penularan HIV dari ibu ke anak selama
persalinan adalah sebagai berikut :
a. Jenis persalinan. Risiko penularan persalinan per vagina lebih besar daripada
persalinan melalui bedah sesar (seksio sesaria).
b. Lama persalinan. Semakin lama proses persalinan berlangsung, risiko
penularan HIV dari ibu ke anak semakin tinggi, karena semakin lama
terjadinya kontak antara bayi dengan darah dan lendir ibu.
c. Ketuban pecah. Ketuban pecah lebih dari 4 Jam sebelum persalinan
meningkatkan risiko penularan hingga dua kali lipat dibandingkan jika
ketuban pecah kurang dari 4 jam.
d. Tindakan episiotomi, ekstraksi vakum dan forceps meningkatkan risiko
penularan HIV karena berpotensi melukai ibu Waktu dan resiko penularan
HIV dari ibu ke Anak Pada saat hamil, sirkulasi darah janin dan sirkulasi
darah ibu dipisahkan oleh beberapa lapis sel yang terdapat di plasenta.
Plasenta melindungi janin dari infeksi HIV. Tetapi, jika terjadi peradangan,
infeksi ataupun kerusakan pada plasenta, maka HIV bisa menembus plasenta,
sehingga terjadi penularan HIV dari ibu ke anak. Penularan HIV dari ibu ke
anak pada umumnya terjadi pada saat persalinan dan pada saat menyusui.
Risiko penularan HIV pada ibu yang tidak mendapatkan penanganan PPIA
saat hamil diperkirakan sekitar 15-45%. Risiko penularan 15-30% terjadi pada
saat hamil dan bersalin, sedangkan peningkatan risiko transmisi HIV sebesar
10-20% dapat terjadi pada masa nifas dan menyusui.

7
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Acquired immunodeficiency syndrome (AIDS) adalah penyaikt yang
disebabkan oleh infeksi human immunodefiency virus (HIV). Virus HIV tidak
menyebabkan kematian secara langsung pada penderitanya, akan tetapi adanya
penurunan imunitas tubuh yang mengakibatkan mudah terserangnya infeksi
oportunistik bagi penderitanya (Fauci & Lane,2012;WHO,2014). Untuk
memastikan apakah pasien terinfeksi HIV, maka harus dilakukan tes HIV. Skrining
dilakukan dengan mengambil sempel darah atau urine pasien untuk diteliti di
laboratorium.
HIV/AIDS pada ibu hamil menyebabkan masalah yang leih berat karena
dapat membahayakan keselamatan jiwa ibu dan menular kepada bayi melalui
masa kehamilan, saat melahirkan dan menyusui. Dampak virus HIV terhadap
kehamilan, yaitu : melemahnya daya tahan ibu, bayi berisiko terlahir cacat dan
prematur, dll. Ada tiga faktor utama yang berpengaruh pada penularan HIV dari
ibu ke anak, yaitu : faktor ibu, bayi/anak, dan tindakan obstertik.

3.2 Saran

1. Bagi ibu hamil agar lebih aktif mencari informasi kesehatan khususnya
tentang HIV/AIDS guna meningkatkan pengetahuan sehingga dapat
mencegah dan terhindar dari HIV/AIDS.

2. Bagi masyarakat umum agar lebih meningkatkan pengetahuan


HIV/AIDS dan mengh indari perilaku yang dapat mengakibatkan penyakit
HIV/AIDS.

3. Bagi petugas kesehatan khususnya bidan agar lebih meningkatkan


pengetahuan masyarakat ,khususnya pada ibu hamil dengan memberikan
penyuluhan melalu metode yang efektif sehingga dapat
meningkatkan pengetahuan ibu hamil tentang HIV/AIDS.

4. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat lebih mengeksplorasi penlitian


ini dengan menggunakan variasi variable-variable yang beragam dan
cakupan yang lebih luas sehingga penelitian tentang HIV/AIDS dapat terus
berkembang dan berinovasi.

8
DAFTAR PUSTAKA

http://eprints.undip.ac.id/44613/3/Bab_2.pdf

Donel Suhaimi, Maya Savira, Sofie R. Krisnadi, PENCEGAHAN DAN


PENATALAKSANAAN INFEKSI HIV/AIDS PADA KEHAMILAN, 2009
http://journal.fk.unpad.ac.id/index.php/mkb/article/download/184/pdf_68

http://eprints.undip.ac.id/44613/3/Bab_2.pdf

Anda mungkin juga menyukai