Anda di halaman 1dari 107

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

“HIV”

Oleh :

1. Nuico sema
2. Liza ariska
3. Miftahul noviarta
4. Ledy aulia andrisa
5. Mutia ilmi
6. Maresky candra

Dosen Pembimbing : NS.Rika Novariza,S.KEP M.Kep

Prodi D III Keperawatan


Faklultas Ilmu Keolahragaan
Universitas Negeri Padang
2020

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb
Puji syukur kehadiran ALLAH SWT yang telah memberikan kesehatan dan
kesempatan sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas ini. Selawat dan salam
penulis sanjungkan kepada Nabi Besar MUHAMMAD SAW yang telah membawa
umatnya dari alam kegelapan kealam yang berilmu pengetahuan.

Penulis mengucapkan ribuan terimakasih kepada Dosen pengasuh yang telah


membimbing penulis menyelesaikan tugas”Askep keluarga terkait HIV” dengan
sebaik mungkin. Penulis sadar bahwa dalam tugas ini banyak terdapat kesalahan dan
kekurangan baik dalam penulisannya maupun isinya. Oleh karna itu, penulis
mengharap kritik dan saran yang sifat nya membangun guna memperbaiki tugas yang
akan datang. akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.

Wassalamualaikum Wr. Wb

Pariaman, 25 November 2020

Penulis

Kelompok 1

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................
DAFTAR ISI.............................................................................................................

BAB 1 PENDAHULUAN........................................................................................

1.1 Latar Belakang ....................................................................................................

1.2 Rumusan Masalah................................................................................................

1.3 Tujuan..................................................................................................................

1.4 Manfaat................................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................

2.1 Konsep dasar ......................................................................................................

2.2 Konsep anatomi dan fisiologi HIV......................................................................

2.3 Etiologi.................................................................................................................

2.4 Manifestasi klinik.................................................................................................

2.5 Patofisiologi.........................................................................................................

2.6 Pemeriksaan penunjang.......................................................................................

2.7 Penatalaksanaan...................................................................................................

2.8 Komplikasi...........................................................................................................

2.9 Asuhan keperawatan............................................................................................

BAB III TINJAUAN KASUS..................................................................................

3.1 Asuhan keparawatan............................................................................................

BAB IV PENUTUP..................................................................................................

4.1 Kesimpulan..........................................................................................................

4.2 Saran....................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang

HIV (Human Immunodeficiency virus) adalah jenis virus yang dapat


menurunkan kekebalan tubuh (BKKBN, 2007). Menurut Depkes RI (2008)
menyatakan bahwa HIV adalah sejenis retrovirus-RNA yang menerang
sistem kekebalan tubuh manusia. AIDS adalah singkatan dari Acquired
Immunodeficiency Syndrome suatu kumpulan gejala penyakit yang didapat
akibat menurunnya sistem kekebalan tubuh yang disebabkan oleh virus
HIV. HIV/AIDS adalah suatu kumpulan kondisi klinis tertentu yang
merupakan hasil akhir dari infeksi oleh HIV (Sylvia & Wilson, 2009).
Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) adalah sekumpulan
gejala dan infeksi atau sindrom yang timbul karena rusaknya sistem
kekebalan tubuh manusia akibat infeksi virus HIV. Virusnya Human
Immunodeficiency Virus HIV yaitu virus yang memperlemah kekebalan
pada tubuh manusia. Orang yang terkena virus ini akan menjadi rentan
terhadap infeksi oportunistik ataupun mudah terkena tumor. Meskipun
penanganan yang telah ada dapat memperlambat laju perkembangan virus,
namun penyakit ini belum benar-benar bisa disembuhkan. Penyebab
penyakit AIDS adalah virus HIV dan saat ini telah diketahui dua tipe yaitu
tipe HIV-1 dan HIV-2. Infeksi yang terjadi sebagian besar disebabkan oleh
HIV-1, sedangkan HIV-2 benyak terdapat di Afrika Barat. Gambaran klinis
dari HIV-1 dan HIV-2 relatif sama, hanya infeksi oleh HIV-1 jauh lebih
mudah ditularkan dan masa inkubasi sejak mulai infeksi sampai timbulnya
penyakit lebih pendek (Martono, 2009).

HIV umumnya ditularkan melalui kontak langsung antara lapisan


kulit dalam (membran mukosa) atau aliran darah, dengan cairan tubuh yang
mengandung HIV, seperti darah, air mani, cairan vagina, cairan preseminal,
dan air susu ibu. Penularan dapat terjadi melalui hubungan intim (vaginal,
anal, ataupun oral), transfusi darah, jarum suntik yang terkontaminasi,
antara ibu dan bayi selama kehamilan, bersalin, atau menyusui, serta bentuk
kontak lainnya dengan cairancairan tubuh tersebut.
Menurut Komisi Penanggulangan AIDS Nasional (KPAD, 2007)
komplikasi yang terjadi pada pasien HIV/AIDS adalah sebagai berikut :
Kandidiasis bronkus, trakea, atau paru-paru, Kandidiasis esophagus,
Kriptokokosis ekstra paru, Kriptosporidiosis intestinal kronis (>1 bulan),
Renitis CMV (gangguan penglihatan), Herpes simplek, ulkus kronik (> 1
bulan), Mycobacterium tuberculasis di paru atau ekstra paru, Ensefalitis
toxoplasma.
Penyakit AIDS ini telah menyebar ke berbagai negara di dunia.
Bahkan menurut UNAIDS dan WHO memperkirakan bahwa AIDS telah
membunuh lebih dari 25 juta jiwa sejak pertama kali diakui tahun 1981, dan
ini membuat AIDS sebagai salah satu epidemik paling menghancurkan pada
sejarah. Meskipun baru saja, akses perawatan antiretrovirus bertambah baik
di banyak region di dunia, epidemik AIDS diklaim bahwa diperkirakan 2,8
juta (antara 2,4 dan 3,3 juta) hidup pada tahun 2005 dan lebih dari setengah
juta (570.000) merupakan anakanak. Secara global, antara 33,4 dan 46 juta
orang kini hidup dengan HIV.Pada tahun 2005, antara 3,4 dan 6,2 juta orang
terinfeksi dan antara 2,4 dan 3,3 juta orang dengan AIDS meninggal dunia,
peningkatan dari 2003 dan jumlah terbesar sejak tahun 1981.(Nasronudin,
2013)

Di Indonesia menurut laporan kasus kumulatif HIV/AIDS sampai


dengan 31 Desember 2014 yang dikeluarkan oleh Ditjen PP & PL,
Kemenkes RI tanggal 29 Februari 2015 menunjukkan jumlah kasus AIDS
sudah menembus angka 100.000. Jumlah kasus yang sudah dilaporkan
106.758 yang terdiri atas 76.979 HIV dan 29.879 AIDS dengan 5.430
kamatian. Angka ini tidak mengherankan karena di awal tahun 2000-an
kalangan ahli epidemiologi sudah membuat estimasi kasus HIV/AIDS di
Indonesia yaitu berkisar antara 80.000 – 130.000. Dan sekarang Indonesia
menjadi negara peringkat ketiga, setelah Cina dan India, yang percepatan
kasus HIV/AIDS-nya tertinggi di Asia.(Depkes, 2011).

Di Sumatrea Barat, tahun 2017 tercatat penderita HIV/AIDS yang


sudah terdaftar karena sudah sadar dan berobat sebanyak 1.935 orang.
Mayoritas mereka anak muda, mahasiswa, pegawai, karyawan perusahaan,
bahkan dosen (Efrida aziz, 2017).
Pada ruangan interne RSUD DR.Achmad Mochtar Bukittinggi data
yang didapatkan dari rekam medis tercatat penderita HIV AIDS sebanyak
26 orang dari bulan Januari 2018 sampai dengan juni 2018 (Rekam medis,
2018)
Berdasarkan fenomena dan data yang diatas maka penulis tertarik
untuk membahas tentang “ Asuhan Keperawatan Pada Tn.R dengan HIV
AIDS diruangan Interne ambun suri lantai III RSUD Dr. Achmad Mochtar
Bukittinggi tahun 2018”.

1.2 Tujuan

1.2.1 Tujuan Umum

Mahasiswa mampu melakukan asuhan keperawatan pada Tn.R


dengan HIV AIDS di Ruangan Interne Rumah Sakit DR.Achmad Mochtar
Bukittinggi.

1.2.2 Tujuan Khusus

1. Mampu memahami konsep tentang penyakit HIV AIDS pada Tn.R di

Ruangan Interne Rumah Sakit DR.Achmad Mochtar Bukittinggi.

2. Mampu melakukan pengkajian pada Tn.R dengan HIV AIDS di ruangan

Interne Rumah Sakit DR.Achmad Mochtar Bukittinggi.

3. Mampu menentukan diagnosa keperawatan pada Tn.R dengan HIV AIDS di

ruangan Interne Rumah Sakit DR.Achmad Mochtar Bukittinggi.


4. Mampu merencanakan tindakan keperawatan pada Tn.R dengan HIV AIDS

di ruangan Interne Rumah Sakit DR.Achmad Mochtar Bukittinggi.

5. Mampu melakukan tindakan keperawatan pada Tn.R dengan HIV AIDS di

ruangan Interne Rumah Sakit DR.Achmad Mochtar Bukittinggi.

6. Mampu melakukan evaluasi pada Tn.R dengan HIV AIDS di ruangan

Interne Rumah Sakit DR.Achmad Mochtar Bukittinggi.

1.3 Manfaat

1.3.1 Bagi Mahasiswa

Memberikan pengetahuan dan memperkaya pengalaman bagi

penulis dalam memberikan dan menyusun asuhan keperawatan pada klien

dengan HIV AIDS dan sebagai salah satu syarat menyelesaikan pendidikan

program studi DIII Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKes)

Perintis Padang.

1.3.2 Bagi Institusi Pendidikan

Sebagai masukan bagi institusi pendidkan dalam proses belajar

mengajar,khususnya tentang Karya Tulis Ilmiah Laporan Studi Kasus dan

memberikan sumbangan pikiran yang kiranya dapat berguna sebagai

informasi awal.
1.3.3 Bagi Institusi Rumah Sakit

Sebagai bahan masukan bagi tenaga kesehatan, perawat yang ada

dirumah sakit untuk mengambil langkah-langkah kebijakan dalam rangka

upaya peningkatan mutu pelayanan keperawatan klien dengan kasus HIV

AIDS.
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

2.1 KONSEP DASAR

2.1.1 Pengertian

HIV adalah virus penyebab Acquired Immuno Deficiensi

Syndrom (AIDS). Virus ini memiliki kemampuan untuk mentransfer

informasi genetic, mereka dari RNA ke DNA dengan menggunakan

enzim yang disebut Reverse Transcriptase, yang merupakan kebalikan

dari proses transkripsi dari RNA & DNA dan transflasi dari RNA ke

protein pada umumnya (Murma, et.al,1999).

HIV merupakan salah satu penyakit menular seksual yang

berbahaya di dunia (Silalahi, Lampus, dan Akili, 2013). Seseorang yang

terinfeksi

HIV dapat diibaratkan sebagai gunung es (Lestary, Sugiharti dan

Susyanty, 2016) yang dimana HIV memang tidak tampak tetapi

penyebarannya mengakibatkan banyaknya kasus HIV baik di Indonesia

maupun di dunia.

AIDS adalah Suatu kumpulan kondisi tertentu yang merupakan

hasil akhir dari infeksi oleh HIV ( Virginia Macedolan, 2008 ) AIDS

Kependekan dari A: Acquired: Didapat, Bukan penyakit keturunan

I:Immune:Sistem kekebalan tubuh D:Deficiency:

KekuranganSyndrome , Jadi AIDS adalah berarti kumpulan gejala


akibat kekurangan dan kelemahan system tubuh yang dibentuk setelah

kita lahir ( Depkes,2007 ).

2.2 KONSEP ANATOMI DAN FISIOLOGI HIV

Gambar 2.1 : Anantomi Fisiologi

Imunologi Sistem

 Sistem imun

Sistem pertahanan internal tubuh yang berperan dalam mengenali dan

menghancurkan bahan yang bukan “normal self” (bahan asing atau

abnormal cells)

 Imunitas atu respon imun

Kemampuan tubuh manusia untuk melawan organisme atau toksin yang

berbahaya

Ada 2 macam RI, yaitu :

 RI Spesifik : deskriminasi self dan non self, memori, spesifisitas.

 RI non Spesifik : efektif untuk semua mikroorganisme

Sel-sel yang berperan dalam respon Imun

a. Sel B
Sel B adalah antigen spesifik yang berproliferasi untuk

merespons antigen tertentu. Sel B merupakan nama bursa fabrisius,

yaitu jaringan limfoid yang ditemukan pada ayam. Jaringan sejenis yang

ada pada mamalia yaitu sumsum tulang, jaringan limfe usus, dan limpa.

Sel B matur bermigrasi ke organ-organ limfe perifer seperti

limpa, nodus limfe, bercak Peyer pada saluran pencernaan, dan amandel.

Sel B matur membawa molekul immunoglobulin permukaan yang

terikat dengan membran selnya. Saat diaktifasi oleh antigen tertentu dan

dengan bantuan limfosit T, sel B akan derdiferensiasi melalui dua cara,

yaitu :

1. Sel plasma adalah: Sel ini mampu menyintesis dan mensekresi antibodi

untuk menghancurkan antigen tertentu.

2. Sel memori B adalah Sel memori menetap dalam jaringan limfoid dan

siap merespons antigen perangsang yang muncul dalam pajanan

selanjutnya dengan respons imun sekunder yang lebih cepat dan lebih

besar.

b. Sel T

Sel T juga menunjukan spesifisitas antigen dan akan

berploriferasi jika ada antigen, tetapi sel ini tidak memproduksi antibodi.

Sel T mengenali dan berinteraksi dengan antigen melalui reseptor sel T,

yaitu protein permukaan sel yang terikat membran dan analog dengan

antibodi. Sel T memproduksi zat aktif secara imulogis yang disebut

limfokin. Sub type limfosit T berfungsi untuk membantu limfosit B

merespons antigen, membunuh sel-sel asing tertentu, dan mengatur


respons imun. Respons sel T adalah :Sel T, seperti sel B berasal dari sel

batang prekusor dalam sumsum tulang. Pada periode akhir

perkembangan janin atau segera setelah lahir, sel prekusor bermigrasi

menuju kelenjar timus, tempatnya berproliferasi, berdiferensiasi dan

mendapatkan kemampuan untuk mengenali diri.

Setelah mengalami diferensiasi dan maturasi, sel T bermigrasi

menuju organ limfoid seperti limpa atau nodus limfe. Sel ini

dikhususkan untuk melawan sel yang mengandung organisme

intraselular.

c. Sel T efektor :

 Sel T sitotoksik (sel T pembunuh)

Mengenali dan menghancurkan sel yang memperlihatkan antigen asing

pada permukaannya

 Sel T pembantu

Tidak berperan langsung dalam pembunuhan sel. Setelah

aktivasi oleh makrofag antigen, sel T pembantu diperlukan untuk

sistesis antibodi normal, untuk pngenalan benda asing sel T pembantu

melepas interleukin-2 yang menginduksi proliferasi sel T sitotoksik,

menolong sel T lain untuk merespons antigen dan sel T pembantu dpt

memproduksi zat (limfokin) yang penting dalam reaksi alergi

(hipersensitivitas).

d. Sel T supresor

Setelah diaktifasi sel T pembantu akan menekan respon sel B


dan sel T.
e. Makrofag

Makrofag memproses antigen terfagositosis melalui denaturasi

atau mencerna sebagian antigen untuk menghasilkan fragmen yang

mengandung determinan antigenic. Makrofag akan meletakkan fragmen

antigen pada permukaan selnya sehingga terpapar untuk limfosit T

tertentu.

2.3Etiologi

Penyebab adalah golongan virus retro yang disebut human

immunodeficiency virus (HIV). HIV pertama kali ditemukan pada tahun

1983 sebagai retrovirus dan disebut HIV-1. Pada tahun 1986 di Afrika

ditemukan lagi retrovirus baru yang diberi nama HIV-2. HIV-2

dianggap sebagai virus kurang pathogen dibandingkaan dengan HIV-1.

Maka untuk memudahkan keduanya disebut HIV. Transmisi infeksi

HIV dan AIDS terdiri dari lima fase yaitu :

1. Periode jendela. Lamanya 4 minggu sampai 6 bulan setelah infeksi.

Tidak ada gejala.

2. Fase infeksi HIV primer akut. Lamanya 1-2 minggu dengan gejala

flulikes illness.

3. Infeksi asimtomatik. Lamanya 1-15 atau lebih tahun dengan gejala tidak

ada.

4. Supresi imun simtomatik. Diatas 3 tahun dengan gejala demam, keringat

malam hari, B menurun, diare, neuropati, lemah, rash, limfadenopati,

lesi mulut.
5. AIDS. Lamanya bervariasi antara 1-5 tahun dari kondisi AIDS pertama

kali ditegakkan. Didapatkan infeksi oportunis berat dan tumor pada

berbagai system tubuh, dan manifestasi neurologist. AIDS dapat

menyerang semua golongan umur, termasuk bayi, pria maupun wanita.

Yang termasuk kelompok resiko tinggi adalah :

1. Lelaki homoseksual atau biseks.

2. Bayi dari ibu/bapak terinfeksi HIV.

3. Orang yang ketagian obat intravena

4. Partner seks dari penderita AIDS

5. Penerima darah atau produk darah (transfusi).

2.4 Manifestasi Klinis

Pada suatu WHO Workshop yang diadakan di Bangui, Republik Afrika

Tengah, 22–24 Oktober 1985 telah disusun suatu defmisi klinik AIDS untuk

digunakan oleh negara-negara yang tidak mempunyai fasilitas diagnostik

laboratorium. Ketentuan tersebut adalah sebagai berikut :

1. AIDS dicurigai pada orang dewasa bila ada paling sedikit dua gejala

mayor dan satu gejala minor dan tidak terdapat sebab sebab imunosupresi

yang diketahui seperti kanker, malnutrisi berat, atau etiologi lainnya.

a. Gejala mayor :

 Penurunan berat badan lebih dari 10%

 Diare kronik lebih dari 1 bulan


 Demam lebih dari 1 bulan (kontinu atau intermiten).

b. Gejala minor :

 Batuk lebih dari 1 bulan

 Dermatitis pruritik umum

 Herpes zoster rekurens

 Candidiasis oro-faring

 Limfadenopati umum

 Herpes simpleks diseminata yang kronik progresif

2. AIDS dicurigai pada anak ( bila terdapat paling sedikit dua gejala mayor

dan dua gejala minor dan tidak terdapat sebab sebab imunosupresi yang

diketahui seperti kanker, malnutrisi berat, atau etiologi lainnya.

a. Gejala mayor :

 Penurunan berat badan atau pertumbuhan lambat yang abnormal

 Diare kronik lebih dari 1 bulan

 Demam lebih dari 1 bulan

b. Gejala minor :

 Limfadenopati umum

 Candidiasis oro-faring

 Infeksi umum yang berulang (otitis, faringitis, dsb).

 Batuk persisten

 Dermatitis umum

 Infeksi HIV maternal


Kriteria tersebut di atas khusus disusun untuk negara-negara Afrika

yang mempunyai prevalensi AIDS tinggi dan mungkn tidak sesuai untuk

digunakan di Indonesia. Untuk keperluan surveilans AIDS di Indonesia

sebagai pedoman digunakan defmisi WHO/CDC yang telah direvisi dalam

tahun 1987. Sesuai dengan hasil Inter-country Consultation Meeting WHO

di New Delhi, 30-31 Desember 1985, dianggap perlu bahwa kasus-kasus

pertama yang akan dilaporkan sebagai AIDS kepada WHO mendapat

konfrrmasi dengan tes ELISA dan Western Blot.

2.5Patofisiologi

Penyakit AIDS disebabkan oleh Virus HIV. Masa inkubasi

AIDS diperkirakan antara 10 minggu sampai 10 tahun. Diperkirakan

sekitar 50% orang yang terinfeksi HIV akan menunjukan gejala AIDS

dalam 5 tahun pertama, dan mencapai 70% dalam sepuluh tahun akan

mendapat AIDS. Berbeda dengan virus lain yang menyerang sel target

dalam waktu singkat, virus HIVmenyerang sel target dalam jangka

waktu lama. Supaya terjadi infeksi, virus harus masuk ke dalam sel,

dalam hal ini sel darah putih yang disebut limfosit. Materi genetik virus

dimasukkan ke dalam DNA sel yang terinfeksi. Di dalam sel, virus

berkembangbiak dan pada akhirnya menghancurkan sel serta

melepaskan partikel virus yang baru. Partikel virus yang baru kemudian

menginfeksi limfosit lainnya dan menghancurkannya.

Virus menempel pada limfosit yang memiliki suatu reseptor

protein yang disebut CD4, yang terdapat di selaput bagian luar. CD4
adalah sebuah marker atau penanda yang berada di permukaan sel-sel

darah putih manusia, terutama sel-sel limfosit.Sel-sel yang memiliki

reseptor CD4 biasanya disebut sel CD4+ atau limfosit T penolong.

Limfosit T penolong berfungsi mengaktifkan dan mengatur sel-sel

lainnya pada sistem kekebalan (misalnya limfosit B, makrofag dan

limfosit T sitotoksik), yang kesemuanya membantu menghancurkan sel-

sel ganas dan organisme asing. Infeksi HIV menyebabkan hancurnya

limfosit T penolong, sehingga terjadi kelemahan sistem tubuh dalam

melindungi dirinya terhadap infeksi dan kanker.

Seseorang yang terinfeksi oleh HIV akan kehilangan limfosit T

penolong melalui 3 tahap selama beberapa bulan atau tahun. Seseorang

yang sehat memiliki limfosit CD4 sebanyak 800-1300 sel/mL darah.

Pada beberapa bulan pertama setelah terinfeksi HIV, jumlahnya

menurun sebanyak 40-50%. Selama bulan-bulan ini penderita bisa

menularkan HIV kepada orang lain karena banyak partikel virus yang

terdapat di dalam darah. Meskipun tubuh berusaha melawan virus, tetapi

tubuh tidak mampu meredakan infeksi. Setelah sekitar 6 bulan, jumlah

partikel virus di dalam darah mencapai kadar yang stabil, yang berlainan

pada setiap penderita. Perusakan sel CD4+ dan penularan penyakit

kepada orang lain terus berlanjut. Kadar partikel virus yang tinggi dan

kadar limfosit CD4+ yang rendah membantu dokter dalam menentukan

orang-orang yang beresiko tinggi menderita AIDS. 1-2 tahun sebelum

terjadinya AIDS, jumlah limfosit CD4+ biasanya menurun drastis. Jika


kadarnya mencapai 200 sel/mL darah, maka penderita menjadi rentan

terhadap infeksi.

Infeksi HIV juga menyebabkan gangguan pada fungsi limfosit B

(limfosit yang menghasilkan antibodi) dan seringkali menyebabkan

produksi antibodi yang berlebihan. Antibodi ini terutama ditujukan

untuk melawan HIV dan infeksi yang dialami penderita, tetapi antibodi

ini tidak banyak membantu dalam melawan berbagai infeksi

oportunistik pada AIDS. Pada saat yang bersamaan, penghancuran

limfosit CD4+ oleh virus menyebabkan berkurangnya kemampuan

sistem kekebalan tubuh dalam mengenali organisme dan sasaran baru

yang harus diserang.

Setelah virus HIVmasuk ke dalam tubuh dibutuhkan waktu

selama 3-6 bulan sebelum titer antibodi terhadap HIVpositif. Fase ini

disebut “periode jendela” (window period). Setelah itu penyakit seakan

berhenti berkembang selama lebih kurang 1-20 bulan, namun apabila

diperiksa titer antibodinya terhadap HIV tetap positif (fase ini disebut

fase laten) Beberapa tahun kemudian baru timbul gambaran klinik AIDS

yang lengkap (merupakan sindrom/kumpulan gejala). Perjalanan

penyakit infeksi HIVsampai menjadi AIDS membutuhkan waktu

sedikitnya 26 bulan, bahkan ada yang lebih dari 10 tahun setelah

diketahui HIV positif. (Heri : 2012.)


2.6 PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Tes Laboratorium

Telah dikembangkan sejumlah tes diagnostic yang sebagian

masih bersifat penelitian. Tes dan pemeriksaan laboratorium digunakan

untuk mendiagnosis Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan

memantau perkembangan penyakit serta responnya terhadap terapi

Human Immunodeficiency Virus (HIV)

A. Serologis

1) Tes antibody serum

Skrining Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan ELISA.


Hasiltes positif, tapi bukan merupakan diagnosa

2) Tes blot western

Mengkonfirmasi diagnosa Human Immunodeficiency Virus


(HIV)

3) Sel T limfosit

Penurunan jumlah total

4) Sel T4 helper Indikator system imun (jumlah <200>

5) T8 ( sel supresor sitopatik )

Rasio terbalik ( 2 : 1 ) atau lebih besar dari sel suppressor pada sel

helper ( T8 ke T4 ) mengindikasikan supresi imun.

6) P24 ( Protein pembungkus Human ImmunodeficiencyVirus (HIV )

Peningkatan nilai kuantitatif protein mengidentifikasi progresi infeksi

7) Kadar Ig
Meningkat, terutama Ig A, Ig G, Ig M yang normal atau mendekati

normal

8) Reaksi rantai polimerase

Mendeteksi DNA virus dalam jumlah sedikit pada infeksi sel perifer

monoseluler.

9) Tes PHS

Pembungkus hepatitis B dan antibody, sifilis, CMV mungkin

positif

B. Neurologis

EEG, MRI, CT Scan otak, EMG (pemeriksaan saraf)

C. Tes Lainnya

a) Sinar X dada

Menyatakan perkembangan filtrasi interstisial dari PCP tahap lanjut atau

adanya komplikasi lain

b) Tes Fungsi Pulmonal

Deteksi awal pneumonia interstisial

c) Skan Gallium

Ambilan difusi pulmonal terjadi pada PCP dan bentuk pneumonia

lainnya.

d) Biopsis

Diagnosa lain dari sarcoma Kaposi

e) Brankoskopi / pencucian trakeobronkial

Dilakukan dengan biopsy pada waktu PCP ataupun dugaan kerusakan

paru-paru
2. TesHIV

Banyak orang tidak menyadari bahwa mereka terinfeksi virus

HIV.Kurang dari 1% penduduk perkotaan di Afrika yang aktif secara

seksual telah menjalani tes HIV, dan persentasenya bahkan lebih sedikit

lagi di pedesaan. Selain itu, hanya 0,5% wanita mengandung di

perkotaan yang mendatangi fasilitas kesehatan umum memperoleh

bimbingan tentang AIDS, menjalani pemeriksaan, atau menerima hasil

tes mereka. Angka ini bahkan lebih kecil lagi di fasilitas kesehatan

umum pedesaan. Dengan demikian, darah dari para pendonor dan

produk darah yang digunakan untuk pengobatan dan penelitian medis,

harus selalu diperiksa kontaminasi HIV-nya.

Tes HIV umum, termasuk imunoasaienzim HIV dan pengujian

Western blot, dilakukan untuk mendeteksi antibodi HIV pada serum,

plasma, cairan mulut, darah kering, atau urin pasien. Namun demikian,

periode antara infeksi dan berkembangnya antibodi pelawan infeksi

yang dapat dideteksi (window period) bagi setiap orang dapat bervariasi.

Inilah sebabnya mengapa dibutuhkan waktu 3-6 bulan untuk mengetahui

serokonversi dan hasil positif tes. Terdapat pula tes-tes komersial untuk

mendeteksi antigen HIV lainnya, HIV-RNA, dan HIV-DNA, yang dapat

digunakan untuk mendeteksi infeksi HIV meskipun perkembangan

antibodinya belum dapat terdeteksi. Meskipun metode-metode tersebut

tidak disetujui secara khusus untuk diagnosis infeksi HIV, tetapi telah

digunakan secara rutin di negaranegara maju.

3. USG Abdomen
4. Rongen Thorak

2.7 Penatalaksanaan

2.7.1Penatalaksanaan keperawatan

1. Aspek Psikologis, meliputi :

a. Perawatan personal dan dihargai

b. Mempunyai seseorang untuk diajak bicara tentang masalah- masalahnya

c. Jawaban-jawaban yang jujur dari lingkungannya

d. Tindak lanjut medis

e. Mengurangi penghalang untuk pengobatan

f.Pendidikan/penyuluhan tentang kondisi mereka

2. Aspek Sosial.

Seorang penderita HIV AIDS setidaknya membutuhkan bentuk

dukungan dari lingkungan sosialnya. Dimensi dukungan sosial meliputi

3 hal:

a. Emotional support, miliputi; perasaan nyaman, dihargai, dicintai,

dan diperhatikan

b. Cognitive support, meliputi informasi, pengetahuan dan nasehat

Materials support, meliputi bantuan / pelayanan berupa sesuatu

barang dalam mengatasi suatu masalah. (Nursalam, 2007)

c. Dukungan sosial terutama dalam konteks hubungan yang akrab atau

kualitas hubungan perkawinan dan keluarga barangkali merupakan


sumber dukungan sosial yang paling penting. House (2006)

membedakan empat jenis dimensi dukungan social :

a) Dukungan Emosional

Terjadi lewat ungkapan hormat / penghargaan positif untuk orang


lain itu, dorongan maju atau persetujuan dengan gagasanatauperasaan
individu dan perbandingan positif orang itu dengan orang lain

b) Dukungan Instrumental
Mencakup bantuan langsung misalnya orang memberi
pinjaman uang, kepada penderita HIV AIDS yang membutuhkan
untuk pengobatannya
c) Dukungan Informatif
Mencakup pemberian nasehat, petunjuk, sarana.

2.7.2. Penatalaksaan Medis

1. Apabila terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV), maka

terapinya yaitu (Endah Istiqomah : 2009) :

a. Pengendalian Infeksi Opurtunistik

Bertujuan menghilangkan,mengendalikan, dan pemulihan infeksi

opurtunistik, nasokomial, atau sepsis. Tidakan pengendalian infeksi

yang aman untuk mencegncakup ungkapan empati, kepedulian dan

perhatian terhadap pasien dengan HIV AIDS yang bersangkutan

D.Dukungan Penghargaan

ah kontaminasi bakteri dan komplikasi penyebab sepsis harus

dipertahankan bagi pasien dilingkungan perawatan kritis.


b. Terapi AZT (Azidotimidin)

Disetujui FDA (1987) untuk penggunaan obat antiviral AZT yang

efektif terhadap AIDS, obat ini menghambat replikasi antiviral Human

Immunodeficiency Virus (HIV) dengan menghambat enzim pembalik

traskriptase. AZT tersedia untuk pasien AIDS yang jumlah sel T4 nya

<>3 . Sekarang, AZT tersedia untuk pasien

dengan Human Immunodeficiency Virus (HIV) positif

asimptomatik dan sel T4 > 500 mm3

c. Terapi Antiviral Baru

Beberapa antiviral baru yang meningkatkan aktivitas system imun

dengan menghambat replikasi virus / memutuskan rantai

reproduksi virus pada prosesnya. Obat-obat ini adalah :

- Didanosin

- Ribavirin

- Diedoxycytidine

- Recombinant CD 4 dapat larut

d. Vaksin dan Rekonstruksi Virus

Upaya rekonstruksi imun dan vaksin dengan agen tersebut seperti

interferon, maka perawat unit khusus perawatan kritis dapat

menggunakan keahlian dibidang proses keperawatan dan penelitian

untuk menunjang pemahaman dan keberhasilan terapi AIDS.

1. Diet

Penatalaksanaan diet untuk penderita AIDS (UGI:2012) adalah

a. Tujuan Umum Diet Penyakit HIV/AIDS adalah:


 Memberikan intervensi gizi secara cepat dengan

mempertimbangkan seluruh aspek dukungan gizi pada semua tahap dini

penyakit infeksi HIV.

 Mencapai dan mempertahankan berat badan secara komposisi tubuh

yang diharapkan, terutama jaringan otot (Lean Body Mass).

 Memenuhi kebutuhan energy dan semua zat gizi.

 Mendorong perilaku sehat dalam menerapkan diet, olahraga dan

relaksasi.

b. Tujuan Khusus Diet Penyakit HIV/AIDS adalah:

 Mengatasi gejala diare, intoleransi laktosa, mual dan muntah.

 Meningkatkan kemampuan untuk memusatkan perhatian, yang terlihat

pada: pasien dapat membedakan antara gejala anoreksia, perasaan

kenyang, perubahan indra pengecap dan kesulitan menelan.

 Mencapai dan mempertahankan berat badan normal.

 Mencegah penurunan berat badan yang berlebihan (terutama

jaringan otot).

 Memberikan kebebasan pasien untuk memilih makanan yang adekuat

sesuai dengan kemampuan makan dan jenis terapi yang diberikan.

c. Syarat-syarat Diet HIV/AIDS adalah:

 Energi tinggi. Pada perhitungan kebutuhan energi, diperhatikan faktor

stres, aktivitas fisik, dan kenaikan suhu tubuh. Tambahkan energi

sebanyak 13% untuk setiap kenaikan Suhu 1°C.


 Protein tinggi, yaitu 1,1 – 1,5 g/kg BB untuk memelihara dan mengganti

jaringan sel tubuh yang rusak. Pemberian protein disesuaikan bila ada

kelainan ginjal dan hati.

 Lemak cukup, yaitu 10 – 25 % dari kebutuhan energy total. Jenis lemak

disesuaikan dengan toleransi pasien. Apabila ada malabsorpsi lemak,

digunakan lemak dengan ikatan rantai sedang (Medium Chain

Triglyceride/MCT). Minyak ikan (asam lemak omega 3) diberikan

bersama minyak MCT dapat memperbaiki fungsi kekebalan.

 Vitamin dan Mineral tinggi, yaitu 1 ½ kali (150%) Angka Kecukupan

Gizi yang di anjurkan (AKG), terutama vitamin A, B12, C, E, Folat,

Kalsium, Magnesium, Seng dan Selenium. Bila perlu dapat ditambahkan

vitamin berupa suplemen, tapi megadosis harus dihindari karena dapat

menekan kekebalan tubuh.

 Serat cukup; gunakan serat yang mudah cerna.

 Cairan cukup, sesuai dengan keadaan pasien. Pada pasien dengan

gangguan fungsi menelan, pemberian cairan harus hati-hati dan

diberikan bertahap dengan konsistensi yang sesuai. Konsistensi cairan

dapat berupa cairan kental (thick fluid), semi kental (semi thick fluid)

dan cair (thin fluid).

 Elektrolit. Kehilangan elektrolit melalui muntah dan diare perlu diganti

(natrium, kalium dan klorida).

 Bentuk makanan dimodifikasi sesuai dengan keadaan pasien. Hal ini

sebaiknya dilakukan dengan cara pendekatan perorangan, dengan


melihat kondisi dan toleransi pasien. Apabila terjadi penurunan berat

badan yang cepat, maka dianjurkan pemberian makanan melalui pipa

atau sonde sebagai makanan utama atau makanan selingan.

 Makanan diberikan dalam porsi kecil dan sering

 Hindari makanan yang merangsang pencernaan baik secara mekanik,

termik, maupun kimia.

d. Jenis Diet dan Indikasi Pemberian

Diet AIDS diberikan pada pasien akut setelah terkena infeksi HIV, yaitu

kepada pasien dengan:

a. Infeksi HIV positif tanpa gejala.

b. Infeksi HIV dengan gejala (misalnya panas lama, batuk, diare, kesulitan

menelan, sariawan dan pembesaran kelenjar getah bening).

c. Infeksi HIV dengan gangguan saraf

d. Infeksi HIV dengan TBC.

e. Infeksi HIV dengan kanker dan HIV Wasting Syndrome. Makanan

untuk pasien AIDS dapat diberikan melalui tiga cara, yaitu secara oral,

enteral(sonde) dan parental(infus). Asupan makanan secara oral

sebaiknya dievaluasi secara rutin. Bila tidak mencukupi, dianjurkan

pemberian makanan enteral atau parental sebagai tambahan atau sebagai

makanan utama.

Ada tiga macam diet AIDS yaitu Diet AIDS I, II dan III.

1. Diet AIDS
Diet AIDS I diberikan kepada pasien infeksi HIV akut, dengangejala

panas tinggi, sariawan, kesulitan menelan, sesak nafas berat, diare akut,

kesadaran menurun, atau segera setelah pasien dapat diberi

makan.Makanan berupa cairan dan bubur susu, diberikan selama

beberapa hari sesuai dengan keadaan pasien, dalam porsi kecil setiap 3

jam. Bila ada kesulitan menelan, makanan diberikan dalam bentuk

sonde atau dalam bentuk kombinasi makanan cair dan makanan sonde.

Makanan sonde dapat dibuat sendiri atau menggunakan makanan

enteral komersial energi dan protein tinggi. Makanan ini cukup energi,

zat besi, tiamin dan vitamin

C. bila dibutuhkan lebih banyak energy dapat ditambahkan glukosa

polimer (misalnya polyjoule).

2. Diet AIDS II

Diet AIDS II diberikan sebagai perpindahan Diet AIDS I setelah tahap

akut teratasi. Makanan diberikan dalam bentuk saring atau cincang

setiap 3 jam. Makanan ini rendah nilai gizinya dan membosankan.

Untuk memenuhi kebutuhan energy dan zat gizinya, diberikan makanan

enteral atau sonde sebagai tambahan atau sebagai makanan utama.

3. Diet AIDS III

Diet AIDS III diberikan sebagai perpindahan dari Diet AIDS II atau

kepada pasien dengan infeksi HIV tanpa gejala. Bentuk makanan lunak

atau biasa, diberikan dalam porsi kecil dan sering. Diet ini tinggi energy,

protein, vitamin dan mineral. Apabila kemampuan makan melalui mulut


terbatas dan masih terjadi penurunan berat badan, maka dianjurkan

pemberian makanan sonde sebagai makanan tambahan atau makanan

utama.

Pasien Hiv tidak boleh memakan makanan seperti :

a. Makanan yang dipanggang

b. Makanan yang mentah

c. Sayur – sayuran mentah

d. Kacang – kacanga

2.8Komplikasi

a. Oral Lesi

Karena kandidia, herpes simplek, sarcoma Kaposi, HPV oral, gingivitis,

peridonitis Human Immunodeficiency Virus (HIV), leukoplakia

oral,nutrisi,dehidrasi,penurunan berat badan, keletihan dan cacat.

b. Neurologik

Kompleks dimensia AIDS karena serangan langsung Human

Immunodeficiency Virus (HIV) pada sel saraf, berefek perubahan

kepribadian, kerusakan kemampuan motorik, kelemahan, disfasia, dan

isolasi social.

Enselophaty akut, karena reaksi terapeutik, hipoksia, hipoglikemia,

ketidakseimbangan elektrolit, meningitis / ensefalitis. Dengan efek :

sakit kepala, malaise, demam, paralise, total / parsial.


Infark serebral kornea sifilis meningovaskuler,hipotensi sistemik, dan

maranik endokarditis.

Neuropati karena imflamasi demielinasi oleh serangan Human

Immunodeficienci Virus (HIV)

c. Gastrointestinal

• Diare karena bakteri dan virus, pertumbuhan cepat flora normal,

limpoma, dan sarcoma Kaposi. Dengan efek, penurunan berat

badan,anoreksia,demam,malabsorbsi, dan dehidrasi.

• Hepatitis karena bakteri dan virus, limpoma,sarcoma Kaposi, obat

illegal, alkoholik. Dengan anoreksia, mual muntah, nyeri abdomen,

ikterik,demam atritis.

• Penyakit Anorektal karena abses dan fistula, ulkus dan inflamasi

perianal yang sebagai akibat infeksi, dengan efek inflamasi sulit dan

sakit, nyeri rectal, gatal-gatal dan siare.

d. Respirasi

• Infeksi karena Pneumocystic Carinii, cytomegalovirus, virus influenza,

pneumococcus, dan strongyloides dengan efek nafas

pendek,batuk,nyeri,hipoksia,keletihan,gagal nafas.

e. Dermatologik

• Lesi kulit stafilokokus : virus herpes simpleks dan zoster, dermatitis

karena xerosis, reaksi otot, lesi scabies/tuma, dan dekobitus dengan efek

nyeri,gatal,rasa terbakar,infeksi skunder dan sepsis.

f. Sensorik
• Pandangan : Sarkoma Kaposi pada konjungtiva berefek kebutaan

Pendengaran : otitis eksternal akut dan otitis media, kehilangan

pendengaran dengan efek nyeri.

(HIV
RETROVIRU PATHWAY
S)

(STADIUM HIV (1-3 atau 6 Sindrom


bulan) mononukleosida, yaitu
MENYERANG LIMFOSIT T demam 38-40o c,
CD4+ pembesaran kelenjar
Ditularkan melalui darah, getah bening dan di
semen, sekresi vagina, ketiak, disertai
ludah, air mata, ASI timbulnya bercak
kemerahan pada kulit.

(STADIUM
ASIMPTOMATIK (5-10
tahun)
Pembesaran kelenjar
Masuk ke dalam organ Manifes getah bening di leher,
tubuh tapi tidak tasi ketiak, paha. Keluar
mengalami gejala klinis keringat malam hari.
Lemas, BB turun 5kg/bulan
(STADIUM PEMBESARAN batuk kering, diare, bercak
KELENJAR LIMFE 1 bulan di kulit,ulserasi,
set. Std, Asimptomatik) perdarahan, sesak nafas,
Tidak ada gejala kelumpuhan, gangguan
penglihatan, kejiwaan
terganggu.
Kelainan otak, meningitis,
kanker kulit, luka ulserasi,
infeksi yang menyebar,
(STADIUM AIDS) TBC, diare kolik,
Tahap akhir infeksi, candidiasis mulut dan
menyerang limfosit B akan pneumonia.
antibody spesifik danKeperawatan
2.9Asuhan system
saraf pusat, meliputi
selaputnya yang sifatnya
2.9.1Pengkajian
toksik terhadap sel
a. Identitas Klien

Meliputi : Nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan, pendidikan,

alamat, penanggung jawab, tanggal pengkajian, dan diagnose medis.

b. Keluhan Utama / Alasan Masuk Rumah Sakit

Mudah lelah, tidak nafsu makan, demam, diare, infermitten,

nyeri panggul, rasa terbakar saat miksi, nyeri saat menelan, penurunan

BB, infeksi jamur di mulut, pusing, sakit kepala, kelemahan otot,

perubahan ketajaman penglihatan, kesemutan pada extremitas, batuk

produkti / non.

c.Riwayat Kesehatan

 Riwayat kesehatan sekarang

Meliputi keluhan yang dirasakan biasanya klien mengeluhkan

diare,demam berkepanjangan,dan batuk berkepanjangan.

 Riwayat kesehatan dahulu

Riwayat menjalani tranfusi darah, penyakit herper simplek, diare yang

hilang timbul, penurunan daya tahan tubuh, kerusakan immunitas

hormonal (antibody), riwayat kerusakan respon imun seluler (Limfosit

T), batuk yang berdahak yang sudah lama tidak sembuh.


 Riwayat Keluarga

Human Immuno Deficiency Virus dapat ditularkan melalui hubungan

seksual dengan penderita HIV positif, kontak langsung dengan darah

penderita melalui ASI.

Pemeriksaan Fisik

- Aktifitas Istirahat

Mudah lemah, toleransi terhadap aktifitas berkurang, progresi, kelelahan

/ malaise, perubahan pola tidur.

- Gejala subyektif

Demam kronik, demam atau tanpa mengigil, keringat malam hari

berulang kali, lemah, lelah, anoreksia, BB menurun, nyeri, sulit tidur.

- Psikososial

Kehilangan pekerjaan dan penghasilan, perubahan poa hidup,

ungkapkan perasaan takut, cemas, meringis.

- Status Mental

Marah atau pasrah, depresi, ide bunuh diri, apati, withdrawl,

hilanginterest pada lingkungan sekiar, gangguan proses piker, hilang

memori, gangguan atensi dan konsentrasi, halusinasi dan delusi.

- Neurologis

Gangguan reflex pupil, nystagmus, vertigo, ketidak seimbangan, kaku

kuduk, kejang, paraf legia.

- Muskuloskletal

Focal motor deficit, lemah, tidak mampu melakukan ADL


- Kardiovaskuler

Takikardi, sianosis, hipotensi, edem perifer, dizziness.

- Pernafasan

Nafas pendek yang progresif, batuk (sedang – parah), batuk

produktif/non produktif, bendungan atau sesak pada dada.

- Integument

Kering, gatal, rash dan lesi, turgor jelek, petekie positif.

2.9.2 Kemngkinan diagnosa yang muncul

1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d penurunan

nafsu makan

2. Nyeri akut b.d agen injuri fisik

3. Intoleransi aktivitas b.d penurunan nafsu makan

4. Perubahan eliminasi BAB

5. Kelelahan b/d status penyakit, anemia, malnutrisi

6. risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan faktor :Penurunan

respon imun , kerusakan kulit.

( Buku Nanda,NIC,NOC)
2.9. Intervensi ( Rencana Asuhan Keperawatan )

N DIAGNOSA Luaran Intervensi


O
1 Defisit nutrisi b/d Setelah Manajemen
ketidakmampuan dilakukan nutrisi

menelan makanan/ tindakan 1. Identifik

Ketidakmampuan keperawatan asi alergi dan

mencerna selama 3x 24 intoleransi

makanan dan diharapkan makanan

mengabsorbsi asupan nutrisi 2. Identifik

nutrient d.d berat untuk asi makanan

badan menurun memenuhi yang disukai

minimal 10 % di kebutuhan 3. Monitor


asupan
bawah rentang metabolisme makanan
ideal, cepat membaik 4. Monitor
kenyang setelah 1. Porsi hasil
makan, nyeri makanan yang pemeriksaan
abdomen, nafsu di habiskan laboratorium
makan menurun, meningkat (5) 5. Lakukan
bising usus 2. Kekuata oral hygiene
hiperaktif, otot n otot sebelum
pengunyah lemah, pengunyah makan, jika
otot menelan meningkat (5) perlu
lemah, membran 3. Kekuata 6. Kolabora
mukosa pucat, n otot menelan si dengan ahli
sariawan, serum meningkat (5) gizi untuk
albumin turun, 4. Serum
menentukan
rambut rontok albumin dalam jumlah kalori
batas normal
dan jenis
( 3,5-4,5 nutrien yang
mg/dL)
dibutuhkan,
5. Perasaan jika perlu
cepat
b. Promosi
berat badan
1. Monitor
adanya mual
dan muntah
2. Monitor
berat badan
3. Sediakan
makanan yang
tepat sesuai
kondisi pasien

2 ketidakseimbanga Setelah 1.Kaji adanya


n nutrisi kurang alergi
dilakukan
dari kebutuhan makanan
tubuh b.d tindakan
penurunan 2.Monitor
keperawatan
nafsu makan adanya
selama 3x 24 penurunan
diharapkan berat badan
asupan nutrisi
3.Monitor
untuk adanya mual,
memenuhi muntah dan
diare
kebutuhan
metabolisme 4.kolaborasi
dengan dokter
membaik
untuk
• Nutritional pemasangan
Status : NGT
• Nutritional
Status : food 5.Monitor
and Fluid jumlah nutrisi
Intake dan kandungan
• Nutritional kalori
Status: nutrient
Intake 6.Monitor
Weight control kadar albumin,
Hb dan Ht
Kriteria hasil:
• Adanya 7.Kolaborasi
peningkatan dengan ahli
berat badan gizi untuk
sesuai dengan menentukan
tujuan jumlah kalori
• Berat badan dan nutrisi
ideal sesuai yang
dengan tinggi dibutuhkan
badan pasien
• Tidak adanya
tanda-tanda 8.Berikan
malnutrisi substansi gula
• Menunjukan
peningkatan 9.Berikan
fungsi menelan makanan yang
• Mampu sudah
mengidentifika dikonsultasika
si kebutuhan
n dengan ahli
nutrisi
gizi.

2 Nyeri akut b.d Setelah 1.lakukan


agen injuri fisik pengkajian
dilakukan
nyeri secara
tindakan komprehensif
termasuk
keperawatan lokasi,
selama 3x 24 karakteristik,
durasi,
diharapkan frekuensi,
bekurang kualitas dan
faktor
• Pain Level, presipitasi.
• Pain control
• Comfort leve 2.control
lingkungan
Kriteria hasil: yang dapat
• 1.pasien dapat mempengaruhi
mengontrol nyeri, seperti
nyerinya suhu ruangan,
• 2.skala nyeri pencahayaan
berkurang dari dan
skala 6 kebisingan.
menjadi skala
3
• Klien
mengatakan
nyeri sudah
berkurang
33

 Dapat mengenali 3.ajarkan tentang


faktor penyebab tehnik
nyeri nonfarmakologi.

4.berikan
analgetik untuk
mengurangi nyeri.

5.ajarkan teknik
relaksasi

4 Intoleransi Setelah dilakukan 1.Monitoring vital


aktivitas sign
tindakan
b.d sebelum/sesudah
penurunan keperawatan selama latihan dan lihat
kekuatan respon pasien saat
3x 24 diharapkan
otot latihan
aktivitas membaik
2.Konsultasikan
dengan terapi fisik
• Joint Movement : tentang rencana
Active ambulasi sesuai
• Mobility level dengan kebutuhan
• Self care : ADLs
• Transfer 3.Bantu klien
performance untuk
Kriteria hasil: menggunakan
• Klien tongkat saat
meningkat berjalan dan cegah
dalam terhadap cedera
aktivitas fisik
• Mengerti tujuan dan
peningkatan 4.Ajarkan pasien
mobilitas atau tenaga
kesehatan lain
• Memverbalisasikan
tentang teknik
perasaan dalam
meningkatkan ambulasi
kekuatan dan
kemampuan 5.Kaji kemampuan
berpindah pasien
• Memperagakan dalam mobilisasi
penggunaan alat
Bantu untuk 6.Latih pasien
mobilisasi dalam
pemenuhan
kebutuhan

7.ADLs secara
mandiri
sesuai kemampuan

8.Dampingi dan
Bantu pasien saat
mobilisasi dan
bantu penuhi
kebutuhan

9.ADLs pasien.
Berikan alat bantu
jika klien
memerlukan.

10.Ajarkan
pasien
bagaimana
merubah posisi
dan berikan
bantuan jika
diperlukan
4 Perubahan Tujuan : 1. Evaluasi efek
eliminasi • Bowel samping
BAB elimination pengobatan
• Fluid Balance terhadap
• Hydration gastrointestinal
2.Ajarkan pasien
• Electrolyte
untuk
and Acid
menggunakan
base obat antidiare
Balance 3.Instruksikan
pasien/keluarga
KriteriaHasil : untukmencatat
• Feses warna, jumlah,
berbentuk, BAB frekuenai dan
sehari konsistensi dari
sekali- tiga hari feses
• Menjaga 4.Evaluasi intake
daerah sekitar rectal makanan yang
dari iritasi masuk
5.Identifikasi
• Tidak
factor penyebab
mengalami diare dari diare
• Menjelaskan 6.Monitor tanda
penyebab dan gejala diare
diare dan 7.Observasi
rasional tendakan  turgor kulit
Mempertahankan secara rutin
turgor kulit 8.Ukur
diare/keluaran
BAB 9.Hubungi
dokter jika ada
kenanikan bising
usus
9.instruksikan
pasien
untukmakan
rendah serat,
tinggi protein
dan tinggi
kalori jika
memungkinkan

10.Instruksikan
untuk
menghindari
laksative
11.Ajarkan
tehnik
menurunkan
stress
Monitor
persiapan
makanan yang
aman

5 Kelelahan Tujuan : Energy


b/d status • Indurance Management
penyakit, • Concentration
anemia, • Energy 1.Observasi
malnutrisi conservation adanya
• Nutritional status : pembatasan klien
energy dalam
melakukan
aktivitas
2.Dorong anal
untuk
Kriteria hasil : mengungkapkan
• Memverbalisasikan perasaan
peningkatan energi terhadap
dan merasa lebih keterbatasan
baik 3.Kaji adanya
• Menjelaskan factor yang
penggunaan energi menyebabkan
untuk mengatasi kelelahan
kelelahan 4.Monitor nutrisi
dan sumber
energi
tangadekuat
5.Monitor pasien
akan adanya
kelelahan fisik
dan emosi secara
berlebihan
6.Monitor respon
kardivaskuler
terhadap
aktivitas
7.Monitor pola
tidur dan
lamanya
tidur/istirahat
pasien

6 Risiko Tujuan : 1.Berikan obat


tinggi • western blot positif antibiotik dan
terhadap evaluasi ke
infeksi Kriteria hasil : efektifannya
berhubungan • temperature dan 2.jamin
dengan faktor SDP pemasukan
:Penurunan kembalikebatas cairan paling
respon imun , normal, sedikit 2-3 liter
kerusakan sehari.
• keringat malam
3.Pelihara
kulit. berkurang dan tidak
ada batuk, kenyamanan
• meningkatnya suhu kamar. Jaga
masukan makanan , kebersihan dan
tercapai keringnya kulit.
4.Pantau hasil
JDL dan CD4
pantau
temperatur setiap
4 jam
5.pantau status
umum (
apendiks F )
setiap 8 jam

Tabel 2.1: Rencana Asuhan Keperawatan


2.9.4Implementasi

Implementasi merupakan tahap keempat dari proses keperawatan dimana

rencana keperawatan dilaksanakan : melaksanakan intervensi/aktivitas

yang telah ditentukan, pada tahap ini perawat siap untuk melaksanakan

intervensi dan aktivitas yang telah dicatat dalam rencana perawatan

klien.

Agar implementasi perencanaan dapat tepat waktu dan efektif terhadap

biaya, pertama-tama harus mengidentifikasi prioritas perawatan klien,

kemudian bila perawatan telah dilaksanakan, memantau dan mencatat

respons pasien terhadap setiap intervensi dan mengkomunikasikan

informasi ini kepada penyedia perawatan kesehatan lainnya. Kemudian,

dengan menggunakan data, dapat mengevaluasi dan merevisi rencana

perawatan dalam tahap proses keperawatan berikitnya.

2.9.5 Evaluasi

Tahap evaluasi menentukan kemajuan pasien terhadap pencapaian hasil

yang diinginkan dan respons pasien terhadap dan keefektifan intervensi

keperawatan kemudian mengganti rencana perawatan jika diperlukan.

Tahap akhir dari proses keperawatan perawat mengevaluasi kemampuan

pasien ke arah pencapaian hasil.


37
46

BAB III
TINJAUAN KASUS

A. Hasil

1. Biodata Klien

Klien bernama An.K berjenis kelamin laki-laki, umur 4 tahun,

beragama Islam. Beralamat di Ngaglik Kelurahan Jurang Ombo Utara,

Kota Magelang.

2. Pengkajian

Pengkajian dilakukan pada hari Selasa 9 Januari 2018 pukul


08.00 WIB pada Ny.V di Ngaglik Kelurahan Jurang Ombo Utara, Kota
Magelang. Tipe keluarga yaitu keluarga inti dengan jumlah anggota 5
orang, Tn.S (32 tahun) sebagai kepala keluarga dengan pendidikan akhir
SD. Ny.V sebagai istri (31 tahun) dengan pendidikan terakhir SMK.
Anak pertama An.B (10 tahun) pendidikan kelas 4 SD. Anak kedua
An.S (6 tahun) pendidikan TK Besar. Anak ketiga An.K (4 tahun)
belum sekolah. Semua bersuku Jawa , bangsa Indonesia dan menganut
agama Islam.

Penghasilan diperoleh dari suami yang bekerja sebagai buruh

bangunan dengan penghasilan rata-rata Rp.1.200.000,00 perbulan.

Penghasilan digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari seperti

berbelanja, membayar biaya sekolah, air dan listrik. Tugas

perkembangan keluarga mempertahankan kesehatan, memulihkan

hubungan antar generasi muda dan tua, memelihara hubungan kontak

dengan anak dan keluarga serta persiapan masa tua.

Gambar 2.2 genogram keluarga Tn,S

76
47

Genogram

Keterangan :

: Laki-laki

: Perempuan

: Identifikasi klien yang sakit

: Tinggal dalam satu rumah

Riwayat kesehatan An.K sebelumnya belum pernah menderita

penyakit apapun, hanya saja terkadang mengalami demam dan batuk.

Ny.V mengatakan An.K sakit dengan keluhan yang sama yaitu sudah

batuk selama 1 minggu dan disertai demam dengan suhu 39 0C.

Mengalami penurunan berat badan dari 12 kg menjadi 10 kg. Lalu untuk

memastikan kesehatan, Ny.V membawa An.K ke Puskesmas Jurang

Ombo untuk

76
48

memeriksakan kesehatan An.K. Pemeriksaan awal dilakukan pada tanggal

18 Agustus 2017 diberikan suntik Mantoux pada tangan kiri, dan

dinyatakan menderita Tuberculosis paru ketika pada test Mantoux tersebut

2-3 hari pada area suntikan muncul benjolan merah dan didiagnosa terkena

Tuberculosis paru. Lalu mendapatkan pengobatan mulai tanggal 22 Agustus

2017, dan mendapatkan pengobatan Rifampisin 25 mg dan Vitamin B6.

Obat Rifampisin diminum tiga tablet sekaligus dan vitamin B6 5 mg satu

tablet di pagi hari sebelum makan dan diminum secara teratur. Pengawasan

minum obat An.K dilakukan oleh anggota keluarga.

Saat dilakukan pengkajian pada tanggal 9 Januari 2018 didapatkan

data bahwa keluarga klien mengatakan tidak tahu tentang Tuberculosis

paru, tahunya hanya batuk biasa. Keluarga tidak mengetahui pengertian,

penyebab, tanda dan gejala, pengobatan, dan pencegahan dari penyakit itu

sendiri. Ny.V mengatakan batuk kadang kadang, dan tidak terdapat dahak.

Saat pengkajian Ny.V mengatakan An.K mengalami penurunan berat badan

dari 12 kg menjadi 10 kg. An.K sudah tidak panas pada saat pengkajian

dengan suhu 37,70C. Perkembangan tumbuh kembang An.K baik, di usia 4

tahun An,K dapat berjalan berjinjit, melompat dengan 1 kaki, menangkap

bola dan melemparkannya dari atas kepala. Sudah bisa menggunakan

gunting dengan lancar, sudah bisa menggambar kotak, menggambar garis

vertikal maupun horizontal, belajar membuka dan memasang kancing

bajunya sendiri.

76
49

Pemeriksaan fisik Tabel 4.1


PEME ANGGOTA KELUARGA
RIKS Tn. Ny. An. An An
AAN S V B .S .K
KU Bai Bai Bai Ba Ba
k k k ik ik
TTV TD TD - - -
: :
120 120
/80 /70 N: N: N:
mm mm 80x 80 80
Hg Hg /me x/ x/
N: N: nit me me
88x 84x RR nit nit
/me /me : R R
nit nit 22x R: R:
RR RR /me 22 22
: : nit x/ x/
24x 24x me me
36,
/me /me nit nit
90C
nit nit S: S:
S: S: 37 37
36, 36, 0
C ,70
0
2C 50C C.
KEPA Si Si Si Si Si
LA met met met me me
ris, ris, ris, tri tri
ber ber ber s, s,
sih, sih, sih, be be
ram ram ram rsi rsi
but but but h, h,
ber ber ber ra ra
war war war m m
na na na bu bu
hita hita hita t t
m m m. be be
lur ber rw rw
us. gel ar ar
om na na
b hit hit
ang am am
. . .

76
50

MAT Skl Skl Sk Sk


A era era ler ler
tida tida a a
k k tid tid
ikte ikte ak ak
rik, rik, ikt ikt
kon kon eri eri
jun jun k, k,
gtiv gtiv ko ko
a a nj nj
tida tida un un
k k gti gti
ane ane va va
mis mis tid tid
. . ak ak
an an
em em
is. is.
HIDU Tid Tid Tid Ti Ti
NG ak ak ak da da
ada ada ada k k
ma ma ma ad ad
sala sala sala a a
h h h ma ma
pen pen pen sal sal
ciu ciu ciu ah ah
ma ma ma pe pe
n n n nci nci
. . . u u
ma ma
n. n.
TELIN Si Si Si Si Si
GA met met met me me
ris, ris, ris, tri tri
fun fun fun s, s,
gsi gsi gsi fu fu
pen pen pen ng ng
den den den si si
gar gar gar pe pe
an an an nd nd
bai bai bai en en
k k k ga ga

76
51

ra ra
n n
bai bai
k k
MUL Mu Mu Mu M M
UT kos kos kos uk uk
a a a os os
bibi bibi bibi a a
r r r bi bi
lem lem lem bir bir
bab bab bab le le
. . . m m
ba ba
b. b.
LEHE Tid Tid Tid Ti Ti
R ak ak ak da da
terd terd terd k k
apa apa apa ter ter
t t t da da
pat pat
pe pe pe
pe pe
mb mb mb
m m
esa esa esa
be be
ra n ra n ra n
sar sar
kel kel kel
an an
enj enj enj
kel kel
ar ar ar
enj enj
tiro tiro tiro
ar ar
id. id. id.
tir tir
oi oi
d. d.
PARU I: I: I: I: I:
- Si Si Si Si Si
PARU met met met me me
ris ris ris tri tri
P: P: P: s s
Vo
Vo Vo kal
kal kal
fr fr fr P: P:
e e e V V
m m m ok ok

76
52

it it it al al
us us us fr fr
sa sa sa e e
m m m m m
a a a it it
P: P: P: us us
R R R sa sa
es es es m m
on on on a a
an an an P: P:
A: A: A: R R
V V V es es
es es es on on
ik ik ik an an
ul ul ul A: A:
er er er V V
es es
ik ik
ul ul
er er
JA I: I: I: I: I:
NT
U Ic Ic Ic Ic Ic
N tu tu tu tu tu
G s s s s s
c c c c c
or or or or or
di di di di di
s s s s s
ti ti ti ti ti
da da da da da
k k k k k
te te te te te
rli rli rli rli rli
ha ha ha ha ha
t t t t t
P: P: P: P: P:

Ic Ic Ic Ic Ic
tu tu tu tu tu
s s
s s s
c c
c c c
or or
or or or
di di

76
53

di di di s s
s s s te te
te te te ra ra
ra ra ra ba ba
ba ba ba di di
IC IC
di di di 4 4
IC IC IC P: P:
4 4 4 R R
P: P: P: ed ed
R R R up up
ed ed ed A: A:
up up up S S
A: A: A: 1 1
S S S da da
1 1 1 n n
da da da S S
n n n 2 2
S S S re re
2 2 2 gu gu
re re re le le
gu gu gu r r
le le le
r r r
AB I: I: I: I: I:
D D D D D D
O at at at at at
M ar ar ar ar ar
EN A: A: A: A: A:
Bi Bi Bi Bi Bi
si si si si si
ng ng ng ng ng
us us us us us
us us us us us
11 14 10 10 10
x/ x/ x/ x/ x/
m m m m m
en en en en en
it it it it it
P: P: P: P: P:
Ti Ti Ti Ti Ti
da da da da da
k k k k k

76
54

ad ad ad ad ad
a a a a a
ny ny ny ny ny
er er er er er
i i i i i
te te te te te
ka ka ka ka ka
n n n n n
P: P: P: P: P:
Ti Ti Ti Ti Ti
m m m m m
pa pa pa pa pa
ni ni ni ni ni

Denah Rumah

Gambar 4.2
Denah rumah Tn.S

Luas rumah : panjang 5 meter dan lebar 3 meter

76
55

Keterangan : 3 4 U

1. Kamar tidur

2. Ruang keluarga 1

3. Dapur S

4. Kamar mandi

Rumah yang ditempati milik orang tuanya. Ukuran panjang 5 m

lebar 3 m menghadap ke selatan. Tipe rumah yaitu permanen yang terdiri

dari 4 ruangan 1 ruang keluarga, 1 kamar tidur, 1 dapur dan 1 kamar

mandi. Lantai adalah keramik dan kedap air, dinding permanen, atap

genting. Jendela tidak dibuka dan pintu yang ada di ruang tamu dibuka,

tetapi pencahayaan kurang di siang hari, sinar matahari tidak masuk ke

dalam ruangan dengan sempurna sehingga ruangan menjadi pengap, lembab

dan gelap. Kamar tidur penderita tidak terdapat ventilasi. Sampah dibuang

dipenampungan sampah sementara yan ada di dapur. Penerangan

menggunakan listrik, sumber air dari PDAM untuk memasak dan mencuci.

Lingkungan kurang bersih dengan barang-barang yang berantakan dan

tidak tertata rapi.

76
56

Keluarga Tn.S tinggal di pemukiman padat penduduk, jarak antar

rumah sangat dekat. Tetangga sekitar cukup ramah, apabila ada yang

terkena musibah tetangga yang lain saling tolong menolong. Interaksi baik

terlihat aktif mengikuti kegiatan sosial. Sarana transportasi yang digunakan

adalah angkutan umum dan sepeda motor. Keluarga tidak memiliki jadwal

khusus untuk rekreasi bersama di luar rumah. Kegiatan berkumpul pada

malam hari dengan menonton televisi dan makan malam bersama, sering

berkumpul dengan tetangga serta mengikuti kegiatan kerja bakti serta

posyandu.

Sistem komunikasi terbuka, bila ada masalah diselesaikan dengan

cara musyawarah. Bahasa yang digunakan sehari-hari adalah bahasa jawa

kadang-kadang menggunakan bahasa indonesia. Hubungan dengan

lingkungan sekitar masyarakat baik tidak ada masalah.

Keluarga sadar bahwa kesehatan sangat penting. Setiap ada keluarga

yang sakit akan memeriksakannya serta memantau kesehatan An.K untuk

selalu minum obat. Kebutuhan nutrisi keluarga cukup terpenuhi, makan

sehari 3 kali dengan porsi sekitar 10-15 sendok makan. Komposisi makanan

yaitu nasi, sayur dan lauk. Tidak mempunyai gangguan pada sistem

pencernaan dan eliminasi. Kebutuhan tidur setiap anggota keluarga

terpenuhi dengan baik.

76
57

HASIL PEMERIKSAAN PENUNJANG I. DATA


LABORATORIUM
I. SEROLOGI
tgl 6 Juni 2018
No. PEMERIKSAAN HASIL

1 Anti HCV NON REAKTIF

2 HbsAg 14,21 POSITIF

3 TPHA NON REAKTIF

4 VDRL NEGATIF
5 Anti HbsAg NON REAKTIF
Tabel 3.3: Pemeriksaan labor 1

I. IMUNOSEROLOGI
Tgl 06 Juni 2018
N PEMERIKS HASIL RUJU SATU
o AAN KAN AN
.
1 Anti Negatif Negatif IU/m
Toxoplasma L
igG#
2 Anti-CMV Positif Negatif AU/m
igG# kons:24 l
7.4
Tabel 3.4: Pemeriksaan labor 2

II. HEMATOLOGI I
Tgl 7 juni 2018
Nama pemeriksaan Hasil Rujukan
LED (laju endap darah) 1 jam 102 P< 10 mm
mm

76
58

Tabel 3.5: Pemeriksaan labor 3

III. KIMIA KLINIK


Tgl 9 juni 2018
N TES Rep Fl Uni Nor
o TS ort a t mal
. g valu
es
1 AL 3,7 L gld 3,8-
B L 5,4
2 ALT 43 H U/ 0-41
L
3 AST 150 H U/ 0-37
L
4 Glu 110 H Mg 74-
k /dL 106
Tabel 3.6: Pemeriksaan labor 4

IV. CT-SCAN 10 juni 2018


Hasil CT-Scan dalam batas normal,tidak di temukan kelainan

V. USG Tanggal 09 juni 2018


Dari hasil pemeriksaan USG menunjukkan Hepatomegali Non Spesifik

VI. LABOR BIOLOGI I


Tanggal 09-06-2018
N Pemeriks H Satua Ruju
o aan as n kan
. il
1 HGB 8, [g/dL] P:13.
2 0-
16.0
W:12
.0-
14.0
2 RBC 2, [10^6 P:4.5
92 /uL] -5.5

76
59

W:
4.0-
5.0
3 HCT 24 [%] P:
,2 40.0-
- 48.0
W:37
.0-
43.0
4 MCV 82 [fL]
,0
-
5 MCH 27 [pG]
,8
6 MCHC 33 [g/dL]
,9
7 RDW-SD 38 [fL]
,5
8 RDW- 13 [%]
CV ,5
9 WBC 6, [10^3 5.0-
85 /uL] 10.0
1 EO% 1, [%] 1-3
0 5

1 BASO% 0, [%] 0-3


1 0

1 NEUT% 81 [%] 50-


2 ,0 70

1 LYMPH 11 [%] 20-


3 % ,8 40

1 MONO% 5, [%] 2-8


4 7

1 EO# 0, [10^3
5 10 /uL]

1 BASO# 0, [10^3
6 00 /uL]

76
60

1 NEUT# 5, [10^3
7 55 /uL]

1 LYMPH# 0, [10^3
8 81 /uL]

1 PLT 23 [%] >150


9 -400

Tabel 3.7: Pemeriksaan labor 5

VII. LABOR BIOLOGI II


Tangal 10-06-2018
N Pemeriks H Satua Ruju
o aan as n kan
. il
1 HGB 9, [g/dL] P:13.
4 0-
16.0
W:12
.0-
14.0
2 RBC 3, [10^6 P:4.5
34 /uL] -5.5
W:
4.0-
5.0
3 HCT 27 [%] P:
,4 40.0-
48.0
W:37
.0-
43.0
4 MCV 82 [fL]
,0
-
5 MCH 28 [pG]

76
61

,1
6 MCHC 34 [g/dL]
,3
7 RDW-SD 37 [fL]
,9
8 RDW- 12 [%]
CV ,9
9 WBC 5, [10^3 5.0-
58 /uL] 10.0
1 EO% 0, [%] 1-3
0 3-

1 BASO% 0, [%] 0-3


1 2

1 NEUT% 76 [%] 50-


2 ,5 70

1 LYMPH 13 [%] 20-


3 % 40

1 MONO% 9, [%] 2-8


4 2

1 EO# 0, [10^3
5 02 /uL]

1 BASO# 0, [10^3
6 01 /uL]

1 NEUT# 4, [10^3
7 50 /uL]

1 LYMPH# 0, [10^3
8 81 /uL]

1 PLT 7 [%] >150


9 -400

Tabel 3.8: Pemeriksaan labor 6

76
62

VIII. LABOR BIOLOGI III


Tangal 11-06-2018
N Pemeriks H Satua Ruju
o aan as n kan
. il
1 HGB 10 [g/dL] P:13.
,3 0-
16.0
W:12
.0-
14.0
2 RBC 3, [10^6 P:4.5
72 /uL] -5.5
W:
4.0-
5.0
3 HCT 29 [%] P:
,9 40.0-
48.0
W:37
.0-
43.0
4 MCV 80 [fL]
,4
-
5 MCH 27 [pG]
,7
6 MCHC 34 [g/dL]
,4
7 RDW-SD 36 [fL]
,8
8 RDW- 13 [%]
CV ,0
9 WBC 9, [10^3 5.0-
84 /uL] 10.0
1 EO% 0, [%] 1-3

76
63

0 4

1 BASO% 0, [%] 0-3


1 1

1 NEUT% 81 [%] 50-


2 ,9 70

1 LYMPH 10 [%] 20-


3 % ,1 40

1 MONO% 7, [%] 2-8


4 5

1 EO# 0, [10^3
5 04 /uL]

1 BASO# 0, [10^3
6 01 /uL]

1 NEUT# 81 [10^3
7 ,9 /uL]

1 LYMPH# 10 [10^3
8 ,1 /uL]

1 PLT 7 [%] >150


9 -400

Tabel 3.9: Pemeriksaan labor 7

I. PENGOBATAN
N NA D W IND KO KE
O MA O AK IKA NT GU
OB S TU SI RA NA
AT I IN A
S DI N
KA
SI
1 Par 5 3x1 Indi Par me
. acet 0 06. kasi aset ngu

76
64

am 0 00/ uta am ran


ol m 14. ma ol gi
g 00 para tida rasa
/ ceta k nyeri
22. mol bol ring
00 yait eh an
u dib sam
digu erik pai
nak an sed
an pad ang,
seba a sep
gai ora erti
obat ng
pen yan saki
urun g t
pan aler
as kep
gi ala,
(ana terh
lges saki
ada
ik) t
p
dan gigi
oba
dap ,
t
at anti
digu nye
infl
nak ri
ama
an si otot
seba non ,
gi ster
obat oid dan
(AI nye
pen
NS) ri
ghil
, sete
ang lah
rasa me
nde pen
saki cab
t rita
hep uta
dari
atiti n
sega
s, gigi
la
jeni gan
ggu sert
s
an a
sepe
hati me
rti
saki atau nur
t ginj unk
kep al, an

76
65

ala, dan de
saki alk ma
t oho m.
gigi, lis Sel
nyer me. ain
i Pe
pasc mb itu,
a eria par
oper n aset
asi, par am
nyer aset ol
i am jug
sehu ol a
bun jug me
gan a mp
den tidak uny
gan bol ai
pile eh
k, efe
dib
nyer k
erik
i an
otot anti
ber
pasc ula rad
a- ng ang
trau yan
ma, kali g
dll. kep lem
Saki ada ah.
t pen
kep deri
ala ta
mig ane
rain mia
dan
nyer dan
i gan
send ggu
i an
jant
ung
,
par
u,
dan
ginj

76
66

al.

2 Lev 5 1x1 Sinu Epil Ant


. oflo 0 18. sitis epsi ibot
axi 0 00 Infe , ik
n ksi gan infe
m kan gua ksi
g dun n bak
g ten teri
kem don
ih ,
terk
omp ana
lika k
si atau
Infe
ksi rem
kulit aja,
dan wan
jarin ita
gan
luna ha
k mil
atau
me
nyu
sui

Pneum
onia
yang
didapat
dari
masyar
akat
(comm
unityac
quired
pneumo
nia)
Eksaser
basi
akut

76
67

pada
bronkiti
s kronik
Penyaki
t
Antraks

3. Ri 5 20 Tetani Pe Pen
ng 0 tet hipokal mb am
er 0 es/ semik. eria bah
lak i Ketidak n cair
tat m seimba bers an
l ngan ama
elektrol an dan
it elek
tubuh. den troli
diare. gan t
Luka obat tub
bakar. ceft uh
Gagal riax
on unt
ginjal uk
akut.
me
Kadar
natrium nge
rendah. mb
Kekura alik
ngan an
kalium. kes
Kekura eim
ngan ban
kalsium ga
. nny
Kehilan a.
gan alka
banyak
lisat
or
darah
dan yan
cairan. g
Hiperte me
nsi. ngu
aritmia ran
(gangg gi
uan kea

76
68

sam
irama an.
jantung
).

4. De 0 3x radang
xa . 1 reumati riw seb
me 7 06 k, ayat agai
tha 5 .0 radang hip age
s - 0/ erse n
usus, nsit anti
on 9 14
if aler
.0 radang
pada gi,
m 0 imu
pada obat
g / nos
ginjal, gol
22 upr
ong
.0 radang esa
an
0 pada n,
kort
ikos
mata, anti
tero
radang id. infl
karena tuk ama
ak si
lam dan
bun anti
g, sho
ck
yan
g
san
gat

asma osteo kua


poros t.
dan is,
radan diabe
g tes
melit
pada us,
tempa infek
t si
lainn jamu
ya. r
berba siste

76
69

gai mik,
jenis glauk
alergi oma,
, psiko
penya sis,
kit psiko
lupus, neuro
bronk sis
ospas berat,
me, pend
dan erita
TBC
idiop aktif,
atik
throm herpe
bocyt s
ope zoste
nic r,
(penu herpe
runan s
jumla simpl
h ex,
tromb infek
osit si
darah
virus
karen lain,
a sindr
masal oma
Cush
ah
ing
kekeb
alan dan
tubuh pend
). erita
deng
an
gang
guan
fungs
i
ginjal
.
5 Co 8 1x1 Infek alergi unt

76
70

tri 0 06. si antibi uk


mo 0 00 salura otik me
xa m n trime ngo
z g perna thopr bati
ole fasan, im ber
for Infek dan bag
si ai
te sulfa
salura ma
n meth ca
pence oxaz m
rnaan ole, inf
, atau eks
Infek obato i
si bat bak
salura golon teri
n gan .
kemi sulfo
h, nami
Bruce de,
llosis
gang
dan
koler guan
a, hati
Infek dan
si ginjal
miko yang
bakte berat,
ri, wanit
Pertu a
sis, hamil
dema teruta
m ma
typoi menj
d elang
kelah
iran,
ibu
meny
usui
6 Lo 4 3x1 untuk hiper unt
per - 06. pengo sensit uk
am 8 00/ batan ivita dia
id m 14. diare s re,
g 00 akut lop

76
71

/ dan era
20. diare deng mi
00 kroni an de
k loper jug
amid, a
hamb dig
atan una
perist kan
altik, unt
bayi, uk
dan me
ngu
anak
ran
< 2 gi
tahun ju
, mla
hinda h
ri fes
peng es
guna pad
an a
sebag pas
ai ien
terapi den
gan
ile
ost

om
y,

yait
u

utama,untuk pembuatan
disentri lubang
akut, baru
ulseratif pengganti
kolitis akut, anus
bacterial (dubur)
enterocolitis pada
da
dinding
n kolitis
perut,
pseudomem
yang
bra

76
72

n. dihubungk
an dengan
bagian
akhir dari
usus
halus.
7 C 3 3 Am ksi - Makanan
u k x eno gan tambahan
r al 1 re untuk
c i (tid meningkat
u s 0 ak ka
m e 6 haid eli n
h ),A
a .
ar nor nafsu
i 0
ea makan
1 0
ba &
s /
(ke ra sebagai
e 1 hila terapi
n 4 n alternatif
d . nafs adi untuk
o 0 u mengobati
k 0 mak
hepatitis.
te / an),
h 2 Kul
2 i
. men
0 jadi
0 kun
ing,
Pe
m
hara
an
kes
ehat
an
fun
gsi
hati.
Pen
yu
m
tan

76
73

salu
emp
edu,
Sela
t

men
j
kun
ing
8 K 2 3 M Hiperse m
a 5 x e nsitifal en
l 0 1 n gh
n m g en
e g 0 u tik
x 6 ra a
. n
0 gi
0 p n e n
/ e r penda
1 n g rahan
4 d i
. a
0 r a
0 a s
h a
/ a m
2
2 m tra pa
. i nek da
0 m sa
0 i mat
s .
a
n
.
p n p s
e e ej
n r u
d d m ,
a a la

76
74

r r h
a a
h h
a a
n
m sub k
e ara o
n kno n
s id, d
t i
r s
u i,
a
s
i

b p m
e e is
r n al
l d n
e a y
b r a
i a
h h
a a
n n
.
p n trombo m
e emboli i
n k m
d . is
a a
r n
a
h
a
c kelaina c
e npengli e
d d
e e
r r
a. a,

76
75

M hatan p n
e warna. e
m n
b d
a ar
n a n
t h
u a
m i cedera a
e kepala ki
n b
g at
a
t
a
s
p n D m
e a e
n r n
d a st
a h ru
r as
a i
h
a
p me . b
e ngg er
n um le
d pal bi
e h
r a
i n,
t
a

ang mat da
io- a.K n
ede eja
ma ng
t M p
u a e
r s . n

76
76

u a d
n l ar
a a a
n h h
. a
p n s pa
e a da
n l
d u
a r
r a
a n
h
a
pas pe k p
cao e e
per n n
asi c d
i e
n ri
g ta
n penggu an
d mpalan gi
a o-
r ed
a e
h m
a a
n

pen dar t
cab ah. u
utan pen r
yak u
it n
a
n
.
gigi,he g
mofilia. i
n
j

76
77

a
l
M i
en
ga
ta
s
pe
nd
ar
ah
n
h
y
p
e
m
a
tr
a
u
m
at
is
9 V 1 3x perdara s, Wa untuk
i 5 1 han nita pera
t m 06 pada at wata
g .0 neonatu yan n Ke
K 0/ hipopro a g kuran
14 trombi mer gan
nemia. enc vitam
.0
Prefar ana in k,
0 vitamin kan Keku
n
/ K, keh ranga
22 bagi a ami n
.0 semu h lan,
0 keadaan bar vitam
defisien u in
si mel k,
vitamin ahir Kelai
kan, nan
K. atau
darah
juga yang

76
78

digunak berat
a sed deng
sebagai ang an
antidote men defisi
pad yus ensi
dosis ui protr
berlebi ombi
antikoa nd
gulansi an

kondi
si
lainn
ya
10 P 3 1x gastroes e jang digun
r 0 1 ophag x an akan
s m 06 al men dala
o g .0 ggu m
g 0 reflu nak peng
a disease s an obata
(GERD ri n
n
), ukak pros gastr
lambun m oga oesop
g da n FD ha
tukak sr (lan geal
usu sopr reflu
duabela x
azol
s ja it disea
e) se,Un
(duoden g unt tu k
um),rit as
uk meng
asi s
pasi obati
asa ri
en tukak
lambun yan
g, g lamb
g
infeksi me ung
mili dan
viru ki tukak
atau riw
jamur,z ayat usus
ollinge hipe duab
ellison rsen elas
syndro sitiv jari
me, ita (duod
suatu s. enum

76
79

penyak )
langka
yan
terjadi
karen
tumor
pankrea
atau usu

duabela
s ja
melepas
kan
hormon

yan
menyeb
abkan
terjadinya
kelebihan
produksi asam
lambung.

Tabel 3.10: Data Pengobatan

II. RIWAYAT ALERGI


Klien mengatakan tidak ada mengalami alergi makanan, udara atau
obatobatan.
III. DATA PSYKOLOGIS
1. Prilaku Verbal
• cara menjawab :Klien dapat menjawab setiap pertanyaan yang di beri kan
walaupun jawaban nya kurang jelas.
• Cara memberi informasi :pasien menjawab setiap pertanyaan dengan
kooperatif
2. Prilaku non verbal
• Klien dibantu dalam melakukan aktifitas.

76
80

• Prilaku non verbal klien , klien tampak sering mengeluh kan penyakitnya,
meringis kesakitan
3. Keadaan Emosi
Keadaan emosi klien terlihat tidak stabil ,dan emosi pada saat berbicara
dengan waktu yagn mulai lama
4. Persepsi penyakit
Klien beranggapan penyakit ini adalah datangnya dari ALLAH dan sebagai
cobaan untuk lebih dekat lagi dengan Nya
5. Konsep diri
Klien sebagai laki laki dan berperan sebagai kepala keluarga.
6. Adaptasi
Klien dapat beradaptasi dan mengenali bahwa klin sekarang lagi berada
dirumah sakit.
7. Mekanisme pertahanan diri
- Pasien berusaha sedapat mungkin untuk tidak menjadikan penyakit nya
sebagai beban fikiran, dan menghambat proses penyembuhan.

VI. DATA FOKUS


Data Subjektif Data Objekif
-Klien mengatakan tidak ada -Klien tampak lemah dan letih
nafsu makan -Klien tampak susah beraktivitas
-Klien mengatakan sakit -Klien tampak tidak bersemangat
tenggorokan nyeri menelan -Berat badan klien turun selama
-Klien mengatakan nyeri tekan sakit seberat
8kg, BB sehat 51, BB sakit 43
pada perut
-Klien tampak kurus
-Klien mengatakan nyeri pad
-Klien tampak makan hanya 2
persendian, saat beraktivitas
sendok saja
dan istirahat
-Mulut klien tampak sariawan dan
-Klien mengatakan batuk kering
berdahak

76
81

-Klien mengatakan dada sakit -Klien tampak pucat


jika batuk -Klien tampak meringis menahan
-Klien mengatakan sulit untuk sakit
beraktifitas sendiri -Nyeri tekan pada perut
-Klien mengatakan badan -Skala nyeri 5 -6
terasa letih dan lemas jika -Klien tampak terbaring
beraktifitas -Klien tampak tidak mampu
untuk
beraktifitas secara mandiri - HB
tanggal 9 juni 2018 : 8,2
- HB tanggal 10 juni 2018 : 9,4
- HB tanggal 11 juni 2018 :10,3
- TB : 160 cm
Tabel 3.11: Data Fokus

VII. ANALISA DATA


N DATA PROBLEM ETIOLO
O GI
1 DS: ketidakseimbanga Ganggua
-Klien n nutrisi kurang n
menelan
mengataka dari kebutuhan
n badan tubuh
terasa letih
dan lemas
-Klien
mengataka
n tidak ada
nafsu

76
82

makan sejak 2 bln


yang lalu
-Klien mengatakan
sakit tenggorokan
nyeri menelan
-Klien mengatakan
nyeri tekan pada
perut

DO:
-Klien tampak
lemah dan letih
-Berat badan klien
turun 8 kg , saat
sehat 51 kg ,saat
sakit 42 kg
-Klien tampak
kurus
-Klien tampak
makan hanya 2
sendok saja
-Mulut klien
tampak sariawan
- HB tanggal 9 juni
2018 : 8,2
- HB tanggal 10 juni
2018 : 9,4
- HB tanggal 11 juni
2018 :10,3
- TB : 160 cm
2 DS: Nyeri akut Age inju
-Klien mengatakan n ri
nyeri tekan pada fisik

76
83

perut
-Klien
mengatakan
nyeri pada
persendian, saat
beraktivitas dan
istirahat -Klien
mengatakan dada
sakit jika batuk
P :Klien
mengatakan
nyeri di
persendian,
Q :Klien mengatakan
nyeri saat
beraktivitas, nyeri
juga datang tiba
tiba
R : Klien
mengatakan nyeri
di persendian
S : Klien meringis,
skala nyeri 5-6,
klien
mengatakan tidak
nyaman saat nyeri
datang
T : Klien
mengatakan nyeri
hilang timbul,
DO:
-Klien tampak
meringis menahan

76
84

sakit
-Skala nyeri 5 -6
-Nyeri tekan pada
perut

3 DS: Intolerans Penurunan


-Klien mengatakan i aktifitas kekuatan otot
sulit untuk
beraktifitas sendiri
-Klien mengatakan
badan terasa letih
dan lemas jika
beraktifitas DO:
-Klien tampak
susah beraktivitas
-Klien tampak
tidak bersemangat
-Klien tampak
terbaring
-Klien tampak
tidak mampu
untuk
beraktifitas secara
mandiri

Tabel 3.12: Analisa data

3.2 DIAGNOSA KEPERAWATAN

76
85

Daftar Prioritas Diagnosa Keperawatan


1. ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d gangguan
menelan
2. Nyeri akut b.d agen injuri fisik
3. Intoleransi b.d penurunan kekuatan
3.3 RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

N DIAGNOSA NOC NIC


O
1 Defisit nutrisi b/d Setelah dilakukan Manajemen nutrisi
ketidakmampuan tindakan 7. Identifikasi
menelan makanan/ keperawatan selama alergi dan
Ketidakmampuan 3x 24 diharapkan intoleransi
mencerna asupan nutrisi untuk makanan
makanan dan memenuhi 8. Identifikasi
mengabsorbsi kebutuhan makanan yang
nutrient d.d berat metabolisme disukai
badan menurun membaik 9. Monitor
minimal 10 % di 6. Porsi makanan asupan makanan

bawah rentang yang di habiskan 10. Monitor

ideal, cepat meningkat (5) hasil pemeriksaan

kenyang setelah 7. Kekuatan otot laboratorium

makan, nyeri pengunyah 11. Lakukan

abdomen, nafsu meningkat (5) oral hygiene

makan menurun, 8. Kekuatan otot sebelum makan,

bising usus menelan meningkat jika perlu

hiperaktif, otot (5) 12. Kolaborasi

pengunyah lemah, 9. Serum dengan ahli gizi

otot menelan albumin dalam batas untuk menentukan

lemah, membran normal ( 3,5-4,5 jumlah kalori dan

mukosa pucat, mg/dL) jenis nutrien yang

76
86

sariawan, serum 10. Perasaan cepat dibutuhkan, jika


albumin turun, perlu
rambut rontok b. Promosi berat
badan
4. Monitor
adanya mual dan
muntah
5. Monitor
berat badan
6. Sediakan
makanan yang
tepat sesuai
kondisi pasien

2 Nyeri akut b.d Setelah dilakukan 1.lakukan


agen pengkajian nyeri
tindakan
injuri fisik secara
keperawatan selama komprehensif
termasuk lokasi,
3x 24 diharapkan karakteristik,
nyeri menurun durasi, frekuensi,
kualitas dan faktor
• Pain Level, presipitasi.
• Pain control 2.control
• Comfort leve lingkungan yang
dapat
Kriteria hasil: mempengaruhi
• 1.pasien dapat nyeri, seperti suhu
mengontrol nyerinya
• 2.skala nyeri
berkurang dari

76
87

skala 6 menjadi ruangan,


skala 3 pencahayaan dan
• Klien mengatakan kebisingan.
nyeri sudah 3.ajarkan tentang
berkurang tehnik
• Dapat mengenali nonfarmakologi.
faktor penyebab 4.berikan analgetik
nyeri untuk mengurangi
nyeri.
5.ajarkan teknik
relaksasi

3 Intoleransi Setelah dilakukan 1.Monitoring vital


aktifitas b.d sign
tindakan
penurunan sebelum/sesudah
kekuatan otot keperawatan selama latihan dan lihat
respon pasien saat
3x 24 diharapkan latihan
aktivitas membaik 2.Konsultasikan
dengan terapi fisik
tentang rencana
• Joint Movement : ambulasi sesuai
Active dengan kebutuhan
• Mobility level 3.Bantu klien
• Self care : ADLs untuk
• Transfer menggunakan
performance tongkat saat
Kriteria hasil: berjalan dan cegah
• Klien terhadap cedera
meningkat 4.Ajarkan pasien
dalam atau tenaga
kesehatan lain
aktivitas fisik
tentang teknik
• Mengerti tujuan dan ambulasi 5.Kaji
peningkatan kemampuan pasien
mobilitas dalam mobilisasi
• Memverbalisasikan 6.Latih pasien
perasaan dalam dalam menuhan
meningkatkan kebutuhan
kekuatan dan 7.ADLs secara
kemampuan mandiri esuai
berpindah kemampuan
• Memperagakan 8.Dampingi dan
penggunaan Bantu sien saat
alatBantu untuk mobilisasi dan ntu

76
88

mobilisasi penuhi kebutuhan


9.ADLs
pasienBerikan alat
ntu jika klien
emerlukan.

10.Ajarkan
pasien gaimana
merubah
sisi dan berikan
ntuan jika
diperlukan

Tabel 3.13: Intervensi

76
89

1.3 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

N HARI DIAGNOSA Ja IMPLEMEN EVALUA PAR


o TANG m TASI SI AF
. GAL
1 Rabu ketidakseimban 08. 1. Mengk S: Klien
6 juni gan nutrisi 15 mengataka
aji adanya
2018
kurang dari alergi n tidak
kebutuhan 08. nafsu
makanan
40
tubuh b.d 2. Memo makan.
penurunan nitor adanya Klien
nafsu makan penurunan mengataka
09. berat badan
20 n tidak ada
riwayat
3. Monit
oring adanya alergi
mual, makanan
09. muntah dan
50 diare TTV:
TD
: 92/57
4. Kolab mmHg
10.
10 orasi dengan Nadi

76
90

dokter untuk : 104x/i


pemasangan Suhu
: 36,9 C
NGT

Pernafasan
5. Kolab : 22 x/i
orasi dengan
ahli gizi
untuk O:Klien
menentukan tampak
jumlah tidak
kalori dan menghabis
nutrisi yang
dibutuhkan kan porsi
pasien makannya,
hanya 2-3
sendok
makan.
Berat
badan
klien 43kg
saat
pengkajian
,
sebelumny
a berat

76
91

badan
klien 51kg.
klien
tampak

6. Memberikan tidak ada


13,30 makanan yang mual dan
muntah
sudah
dikonsultasikan
A: Masalah
dengan ahli gizi belum teratasi

P: Intervensi
dilanjutkan

2 Rabu Nyeri 08.00 1. Melakukan S: Klien


6 juni akut pengkajian nyeri mengatakan
2018 b.d
secara persendian
agen
injuri komprehensif nya nyeri saat
fisik termasuk lokasi, beraktivitas.
karakteristik, durasi, Klien
08.35 frekuensi, kualitas mengatakan
dan faktor nyerinya
presipitasi. hilang-hilang

76
92

timbul.
2. Mengontrol
08.55 lingkungan yang O: Klien
dapat tampak
mempengaruhi meringis saat
nyeri, seperti suhu melakukan
ruangan, aktivitas.
pencahayaan dan Skalanya
nyeri klien 5-
kebisingan.
6.
Mengajarkan
3. Mengajarkan
klien teknik
tentang tehnik
napas dalam
nonfarmakologi.
untuk
mengurangi
nyeri

A: Masalah
belum teratasi
Tindakan
2,3

76
93

09.10 4. Memberikan P: Intervensi


analgetik untuk dilanjutkan
Tindakan
mengurangi nyeri.
2,3
11.00
5. Mengjarkan
teknik relaksasi
nyeri

3 Rabu Intoleransi 08.05 1. Memonitoring S: pasien


6 aktifitas vital sign mengatakan
juni
b.d sebelum/sesudah susah untuk
2018
penurunan latihan dan lihat bergerak
kekuatan 09.15 respon pasien saat karena
otot latihan. penurunan
2. Berkonsultasi kekuatan otot
dengan terapi fisik
09.40 tentang rencana O: Ttv klien
ambulasi sesuai Td :
dengan kebutuhan 92/57mmHg.
3. Bantu klien untuk Nadi : 104x/i.

76
94

11.00 menggunakan Temperatur :


tongkat saat 36,9.
berjalan dan cegah P: 22x/i
terhadap cedera. Klien
tampak susah
4. Mengajarkan
saat
pasien tentang
teknik Ambulasi. melakukan
aktivitas

A: Masalah
belum
teratasi
Tindakan
2,4,7,8

P: Intervensi
dilanjutkan
Tindakan
2,4,7,8

76
95

12.00 5. Mengkaji kemampuan


pasien dalam mobilisasi

13.00 6. Melatihatih pasien dalam


menuhan kebutuhan

13,15 7. Membantu ADLs secara


mandiri sesuai
kemampuan

13,30
8. Mendampingi dan
membantu pasien saat
mobilisasi dan bantu
penuhi kebutuhan
14.00

9. Mengajarkan pasien
bagaimana merubah
posisi berikan bantuan
jika

76
96

diperlukan

N HARI DIAGNOSA JA IMPLEMENT EVALUA PAR


o. TANGG M ASI SI AF
AL
1 Kamis ketidakseimbang S: Klien
07 juni an nutrisi kurang 08. 1. Kolabora mengataka
00 si dengan
2018 dari kebutuhan n tidak
tubuh b.d dokter untuk nafsu
09.
penurunan nafsu pemasangan makan
30
makan NGT
2. Kolabora O: Klien
tampak
si dengan ahli
terpasang
gizi untuk NGT
11.
00 menentukan
jumlah kalori A:
dan nutrisi yang Masalah
belum
dibutuhkan teratasi
pasien
3. Memberi P:
kan makanan Intervensi
yang sudah dilanjutka

76
97

dikonsultasikan n
dengan ahli gizi
2 Kamis Nyeri akut b.d 12. 1. Mengontr S: Klien
07 juni agen injuri fisik 00 ol lingkungan mengataka
2018 yang dapat n
mempengaruhi persendian
nyeri, seperti nya nyeri
Suhu ruangan, saat
13.
pencahayaan beraktivita
20
dan kebisingan. s O: Klien
tampak
2. Mengajar meringis
kan tentang saat
tehnik non melakukan
farmakologi. aktivitas
Mengajark
an klien
teknik
nafas
dalam
A:

76
98

Masalah
belum
teratasi

Tindakan
2
P:
Intervensi
dilanjutka
n2
3 Kamis Intoleransi 1. Berkonsultasi S: pasien
11.
07 juni aktifitas b.d dengan terapi mengataka
00
2018 penurunan fisik tentang n susah
kekuatan otot rencana untuk
ambulasi sesuai bergerak
dengan karena
12.
00 kebutuhan penurunan
kekuatan
2. Mengajarkan otot
pasien tentang
12. teknik O: klien
30 ambulasi tampak
susah saat

76
99

melakukan
13, 3. Membantu aktivitas .
00 ADLs secara Membantu
mandiri sesuai
klien saat
kemampuan
melakukan
mobilisasi
duduk di
4. Mendampingi
tempat
dan membantu
tidur
pasien saat
mobilisasi dan
A:
bantu masalah
memenuhi belum
teratasi
kebutuhan

Tindakan
1,2

P:
intervensi
dilanjutka
n

76
100

Tindakan
1,2

N HARI DIAGNOSA Ja IMPLEMEN EVALUASI PAR


o TANG m TASI AF
. GAL
1 Jum’at ketidakseimban 08. 1. Kolaborasi S:
08 juni gan nutrisi 00 dengan Klien
2018 mengatakan
kurang dari dokter untuk tidak
kebutuhan pemasangan nafsu makan
09.
tubuh b.d NGT
30 O: Klien
penurunan nafsu tampak tidak
makan 2. Kolaborasi menghabiskan
dengan ahli porsi
makannya,
gizi untuk hanya 2-3
menentukan sendok makan
11.
00 jumlah kalori
A: Masalah
dan nutrisi belum teratasi

76
101

yang Tindakan 3
dibutuhkan P: Intervensi
pasien dilanjutkan
Tindakan 3

3. Memberikan
makanan
yang sudah
dikonsultasik
an dengan
ahli gizi
2 Jum’at Nyeri akut 12. 1. S: Klien
08 juni b.d 00 Mengajarkan mengatakan
2018 agen injuri fisik tentang persendian
tehnik nya nyeri saat
nonfarmakolo beraktivitas
gi. O: Klien
tampak
meringis saat
melakukan
aktivitas A:
Masalah
belum teratasi
Tindakan 1

76
102

P: Intervensi
dilanjutkan
Tindakan 1
3 Jum’at Intoleransi 13. 1. Berkonsultasi S: pasien
08 juni aktifitasb.d 00 dengan terapi mengatakan
2018 penurunan fisik tentang susah
kekuatan otot rencana untuk
ambulasi bergerak
sesuai dengan karena
kebutuhan penurunan
kekuatan otot

O: klien
tampak susah
saat
melakukan
aktivitas

A: masalah
belum teratasi
Tindakan 1

76
103

P: intervensi
dilanjutkan
Tindakan 1
Tabel 3.14: Implementasi dan Evaluasi

76
104

BAB IV

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Dari pelaksanaan asuhan keperawatan yang sudah dilakukan pada

TN.R dengan HIV AIDS diruanganInterneambun suri lantai III

DR.Achmad Mochtar Bukittinggi tahun 2018 dapat disimpulkan :

5.1.1. Konsep asuhan keperawtan HIV AIDS seperti pengertian, anatomi

dan fisiologi, etiologi, manifestasi klinis, patofisiologi dan WOC,

pemeriksaan penunjang, penatalaksanaan dan komplikasi dapat dipahami

dengan baik oleh penulis.

5.1.2. Penulis mampu melakukan pengkajian pada TN.R dengan HIV

AIDS diruangan Interne ambu suri lantai III RSUD DR.Achmad Mochtar

Bukittinggi tahun 2018, pada pengkajian penulis tidak menemukan

perbedan dengan teori teori yang ada, pada riwayat kesehatan sekarang

penulis menemukan perbedaan dengan tinjauan teoritis yaitu klien tidak

mengalami mual muntah, klien juga tidak mengalami batuk lebih dari 1

bulan.

5.1.3. Pada diagnosa asuhan keperawatan dengan HIV AIDS di ruangan


Interne ambu suri lantai III RSUD DR.Achmad Mochtar Bukittinggi tahun
2018 dapat di angkat 3 diagnosa utama yaitu :

1. ketidakseimbangannutrisikurangdarikebutuhantubuhb.d penurunan
nafsu makan.

76
105

2. Nyeri akut b.d agen injuri fisik.


3. Ganguan mobilitas fisik b.d penurunan kekuatan otot.

5.1.4. Pada perencanaan asuhan keperawaatan dengan klien HIV AIDS


diruanganInterneambun suri lantai III RSUD DR.Achmad Mochtar
Bukittinggi tahun 2018 semua perencanaan dapat di terapkan pada klien,
tujuan yang diharapkan dari asuhan keperawatan dengan HIV AIDS yaitu
agar nutrisi klien terpenuhi, nyeri dapat hilang atau berkurang, depat
melakukan aktifitas secara mandiri,

5.1.5. Pada implementasi asuhan keperawaatan dengan klien HIV AIDS


diruanganInterneambun suri lantai III RSUD DR.Achmad Mochtar
Bukittinggi tahun 2018 hampir semua dapat dilakukan, namun ada
beberapa rencana tindakan yang penulis tidak lakukan, tetapi dilakukan
perawat ruangan interne .

5.1.6. Evaluasi pada klien dengan HIV AIDS diruangan Interne ambun
suri lantai III RSUD DR.Achmad Mochtar Bukittinggi tahun 2018 dapat
dilakukan dengan baik, dari 3 diagnosa keperawatan utama yang muncul
sampai saat penulis selesai melakukan penelitian pada tanggal 8 juni 2018
belum ada diagnosa yang teratasi ,intervensi keperawatan dilanjutkan oleh
perawat ruangan interneambun suri lantai III RSUD DR.Achmad Mochtar
Bukittinggi.

5.2 Saran

5.2.1 Bagi Mahasiswa

Diharapkan bagi mahasiswa agar dapat mencari informasi dan


memperluas wawasan mengenai klien dengan HIV AIDS karena dengan
adanya pengetahuan dan wawasan yang luas mahasiswa akan mampu
mengembangkan kemampuan dan potensial diri dalam
duniakeperawatan,dan kesehatan, dan dapat memberikan pendidikan
kesehatan mengenai HIV AIDS pada masyarakat.

76
106

5.2.2 Bagi Institusi Pendidikan

Peningkatan kualitas dan pengembangan ilmu mahasiswa melalui


studi kasus agar dapat menerapkan asuhan keperawatan pada klien dengan
HIV AIDS secara komprehensif.

5.2.3 Bagi Rumah Sakit

Bagi institusi pelayanan kesehatan, memberikan pelayanan dan


mempertahan kan hubungan kerja yang baik antara tim kesehatan dan klien
yang ditujukan untuk meningkatkan mutu asuhan keperawatan yang
optimal, dan adapun untuk klien yang telah mengalamai HIV AIDS maka
harus segera dilakukan perawatan agar tidak terjadi komplikasi dari
penyakit HIV AIDS.

76
107

DAFTAR PUSTAKA

Dinas kesehatan kota Bukittinggi 2016.Gambaran kasus HIV dan AIDS di Sumatra
Barat Sampai dengan 2016.

Dirjen. PP & PL. Kemenkes. RI. (2012). Laporan Kasus Hiv-Aids Di Indonesia
Triwulan IV, bulan Januari sampai bulan Desember tahun 2011

Drew , W. Lawrence . 2001. HIV & AIDS Retrovirus. USA: The McGraw-Hill
Companies. Jakarta, Gramedia

Profil Kesehatan Sumatra Barat 2017, Diakses dari http://id.kesehatan+sumbar pada


11 juni 2008

Kementerian Kesehatan RI. 2011. Pedoman Nasional Tatalaksana Klinis Infeksi


HIV dan Terap Antiretroviral. Jakarta

KPA. (2010). Pedoman Program Pencegahan HIV melalui Transmisi Seksual.


Jakarta

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.
Jakarta: Dewan pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta:
Dewan pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
Jakarta: Dewan pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

76

Anda mungkin juga menyukai