DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 4
TK. III B
1.MARESKI CANDRA
2.MIFTAHUL NOVIARTA
3.MUTIA ILMI
4.MUTIARA PATRISWANA
5.NELVA KURNIA PUTRI
PRODI D3 KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2020
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT. Yang maha pengasih lagi maha penyayang kami
ucapkan puja dan puji syukur atas kehadirat Allah yang telah melimpahkan rahmat hidayah-Nya
pada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Konsep kecemasan,
kehilangan,dan berduka” ini dengan baik.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa ada kekurangan baik dari segi penyusun bahasanya
maupun segi lainnya. Oleh karena itu dengan lapang dada dan tangan terbuka kami membuka
selebar-lebarnya bagi pembaca yang ingin memberi aran dan kritik pada kami sehingga kami
dapat memperbaiki makalah kami dikemudian hari.
Kelompok 4
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................................
DAFTAR ISI....................................................................................................................
BAB 1 PENDAHULUAN
Latar Belakang...................................................................................................................
Rumusan Masalah.............................................................................................................
Tujuan.................................................................................................................................
Pengertian berduka.......................................................................................................
BAB 3 PENUTUP
A. Kesimpulan................................................................................................
B. Saran....................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BABI
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kecemasan merupakan suatu keadaan yang normal dari manusia untuk
menghadapi situasi tertentu, tetapi juga dapat berubah menjadi gangguan mental jika
berlebihan dan tidak sebanding dengan situasi.
Lahir, kehilangan, dan kematian adalah kejadian yang unuiversal dan kejadian
yang sifatnya unik bagi setiap individual dalam pengalaman hidup seseorang.
Kehilangan dan berduka merupakan istilah yang dalam pandangan umum berarti
sesuatu yang kurang enak atau nyaman untuk dibicarakan. Hal ini dapat disebabkan
karena kondisi ini lebih banyak melibatkan emosi/ego dari diri yang bersangkutan
atau disekitarnya. Pandangan-pandangan tersebut dapat menjadi dasar bagi seorang
perawat apabila menghadapi kondisi yang demikian. Pemahaman dan persepsi diri
tentang pandangan diperlukan dalam memberikan asuhan keperawatan yang
komprehensif. Kurang memperhatikan perbedaan persepsi menjurus pada informasi
yang salah, sehingga intervensi perawatan yang tidak tetap (Suseno, 2004).
Perawat berkerja sama dengan klien yang mengalami berbagai tipe
kehilangan. Mekanisme koping mempengaruhi kemampuan seseorang untuk
menghadapi dan menerima kehilangan. Perawat membantu klien untuk memahami
dan menerima kehilangan dalam konteks kultur mereka sehingga kehidupan mereka
dapat berlanjut. Dalam kultur Barat, ketika klien tidak berupaya melewati duka cita
setelah mengalami kehilangan yang sangat besar artinya, maka akan terjadi masalah
emosi, mental dan sosial yang serius. Kehilangan dan kematian adalah realitas yang
sering terjadi dalam lingkungan asuhan keperawatan. Sebagian besar perawat
berinteraksi dengan klien dan keluarga yang mengalami kehilangan dan dukacita.
Penting bagi perawat memahami kehilangan dan dukacita. Ketika merawat klien dan
keluarga, parawat juga mengalami kehilangan pribadi ketika hubungan klien-kelurga-
perawat berakhir karena perpindahan, pemulangan, penyembuhan atau kematian.
Perasaan pribadi, nilai dan pengalaman pribadi mempengaruhi seberapa jauh perawat
dapat mendukung klien dan keluarganya selama kehilangan dan kematian (Potter &
Perry, 2005).
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
Tujuan umum.
Tujuan umum dari makalah ini adalah selain sebagai tugas dari dosen mata
ajaran spikososial juga penulis ingin mengetahui bagaimana konsep
kehilangan,kematian dan berduka itu sendiri.
Tujuan Khusus.
PEMBAHASA
N
A. Berduka
1. Pengertian Berduka
NANDA merumuskan ada dua tipe dari berduka yaitu berduka diantisipasi
dan berduka disfungsional. Berduka diantisipasi adalah suatu status yang
merupakan pengalaman individu dalam merespon kehilangan yang aktual ataupun
yang dirasakan seseorang, hubungan/kedekatan, objek atau ketidakmampuan
fungsional sebelum terjadinya kehilangan. Tipe ini masih dalam batas normal.
Berduka disfungsional adalah suatu status yang merupakan pengalaman individu
yang responnya dibesar-besarkan saat individu kehilangan secara aktual maupun
potensial, hubungan, objek dan ketidakmampuan fungsional. Tipe ini kadang-
kadang menjurus ke tipikal, abnormal, atau kesalahan/kekacauan.
2. Jenis-jenis berduka
(a) Berduka normal, terdiri atas perasaan, perilaku, dan reaksi yang normal
terhadap kehilangan.Misalnya, kesedihan, kemarahan, menangis, kesepian,
dan menari diri dari aktivitas untuk sementara.
(b) Berduka antisipatif, yaitu proses’melepaskan diri’ yng muncul sebelum
kehilangan atau kematian yang sesungguhnya terjadi.Misalnya, ketika
menerima diagnosis terminal, seseorang akan memulai proses perpisahan dan
menyesuaikan beragai urusan didunia sebelum ajalnya tiba
(c) Berduka yang rumit, dialami oleh seseorang yang sulit untuk maju ke tahap
berikutnya,yaitu tahap kedukaan normal.Masa berkabung seolah-olah
tidakkunjung berakhir dan dapat mengancam hubungan orang yang bersangkutan
dengan orang lain.
(d) Berduka tertutup, yaitu kedudukan akibat kehilangan yang tidak dapat diakui
secara terbuka.Contohnya:Kehilangan pasangan karena AIDS, anak
mengalami kematian orang tua tiri, atau ibu yang kehilangan anaknya di
kandungan atau ketika bersalin.
Teori dari Proses Berduka Tidak ada cara yang paling tepat dan cepat
untuk menjalani proses berduka. Konsep dan teori berduka hanyalah alat yang
hanya dapat digunakan untuk mengantisipasi kebutuhan emosional klien dan
keluarganya dan juga rencana intervensi untuk membantu mereka memahami
kesedihan mereka dan mengatasinya. Peran perawat adalah untuk
mendapatkan gambaran tentang perilaku berduka, mengenali pengaruh
berduka terhadap perilaku dan memberikan dukungan dalam bentuk empati.
1. Teori Engels Menurut Engel (1964) proses berduka mempunyai beberapa
fase yang dapat diaplokasikan pada seseorang yang sedang berduka
maupun menjelang ajal.
a. Fase I (shock dan tidak percaya)
3. Respons Berduka
1. Pengertian kehilangan
2. Tipe Kehilangan
a) Aktual atau nyata Mudah dikenal atau diidentifikasi oleh orang lain,
misalnya amputasi, kematian orang yang sangat berarti / di cintai.
b) Persepsi hanya dialami oleh seseorang dan sulit untuk dapat dibuktikan, misalnya;
seseorang yang berhenti bekerja / PHK, menyebabkan perasaan kemandirian
dan kebebasannya menjadi menurun.
3. Jenis-jenis Kehilangan
Sebagian orang berespon berbeda tentang kematian, ada 4 Rentang Respon Kehilangan
Denial Anger Bergaining Depresi Acceptance, yaitu :
1) Fase denial
c) Perubahan fisik; letih, lemah, pucat, mual, diare, gangguan pernafasan, detak
jantung cepat, menangis, gelisah.
2) Fase anger / marah
4.Perilaku agresif.
Verbalisasi; “ kenapa harus terjadi pada saya ? “ kalau saja yang sakit bukan saya “
seandainya saya hati-hati “.
4) Fase depresi
a) Menunjukan sikap menarik diri, tidak mau bicara atau putus asa.
5) Fase acceptance
b) Verbalisasi ;” apa yang dapat saya lakukan agar saya cepat sembuh”, “ yah,
akhirnya saya harus operasi.
4. Dampak Kehilangan.
3. Pada masa dewasa tua, kehilangan khususnya kematian pasangan hidup dapat
menjadi pukulan yang sangat berat dan menghilangkan semangat hidup orang yang
ditinggalkan.
C. Kecemasan
1. Pengertian Kecemasan
Kecemasan adalah rasa khawatir, rasa takut yang tidak jelas sebabnya.Kecemasan
merupakan kekuatan yang besar dalam menggerakkan tingkah laku.Baik tingkah laku
normal maupun tingkah laku yang menyimpang, kedua-duanya merupakan pernyataan,
penampilan, penjelmaan dari pertahanan terhadap kecemasan. Rasa takut ditimbulkan oleh
adanya ancaman, sehingga orang akan menghindar diri dan sebagainya. Kecemasan dapat
ditimbulkan oleh bahaya dari luar maupun dari dalam diri, dan pada umumnya ancaman
itu samar-samar (Gunarsa dan Yulia, 2012).
Kecemasan adalah respon individu terhadap suatu keadaan tidak menyenangkan
dan dialami oleh semua makhluk hidup. Kecemasan merupakan pengalaman emosi dan
subjektif tanpa ada obyek yang spesifik sehingga orang merasakan sesuatu perasaan was-
was (khawatir) seolah-olah ada sesuatu yang buruk akan terjadi dan pada umunya disertai
gejala-gejala otonomik yang berlangsung beberapa waktu (Pieter, H.Z., Janiwarti, B., &
Saragih, M, 2011).
2. Teori Kecemasan
Freud (dalam Andri dan Yenny, 2007) membagi kecemasan menjadi tiga, yaitu:
a. Kecemasan Realitas atau Objektif (Reality or ObjectiveAnxiety)
Suatu kecemasan yang bersumber dari adanya ketakutan terhadap bahaya
yang mengancam di dunia nyata. Kecemasan seperti ini misalnya ketakutan
terhadap kebakaran, angin tornado, gempa bumi, atau binatang buas. Kecemasan
ini menuntun kita untuk berperilaku bagaimana menghadapi bahaya. Tidak jarang
ketakutan yang bersumber pada realitas ini menjadi ekstrim. Seseorang dapat
menjadi sangat takut untuk keluar rumah karena takut terjadi kecelakaan pada
dirinya atau takut menyalakan korek api karena takut terjadi kebakaran.
b. Kecemasan Neurosis (Neurotic Anxiety)
Kecemasan neurosis adalah kecemasan terhadap suatu bahaya yang tidak
diketahui. Perasaan itu sendiri ada dalam Ego, tetapi sumbernya berasal dari Id.
Kecemasan ini mempunyai dasar pada masa kecil, pada konflik antara pemuasan
instingtual dan realitas. Pada masa kecil, terkadang beberapa kali seorang anak
mengalami hukuman dari orang tua akibat pemenuhan kebutuhan id yang implusif.
Terutama sekali yang berhubungan dengan pemenuhan insting seksual atau
agresif.
c. Kecemasan Moral (Moral Anxiety)
Kecemasan ini merupakan hasil dari konflik antara Id dan superego. Secara
dasar merupakan ketakutan akan suara hati individu sendiri. Ketika individu
termotivasi untuk mengekspresikan impuls instingtual yang berlawanan dengan
nilai moral yang termaksud dalam superego individu itu maka ia akan merasa malu
atau bersalah. Pada kehidupan sehari-hari ia akan menemukan dirinya sebagai
“conscience stricken”. Kecemasan moral menjelaskan bagaimana berkembangnya
superego biasanya individu dengan kata hati yang kuat dan puritan akan
mengalami konfllik yang lebih hebat dari pada individu yang mempunyai kondisi
toleransi moral yang lebih longgar.
3. Klasifikasi Tingkat Kecemasan
Pieter dan Janiwarti (2011) membagi kecemasan menjadi empat jenis, yaitu:
a. Kecemasan Ringan
Kecemasan ringan berhubungan dengan ketegangan peristiwa kehidupan
sehari-hari. Lapangan persepsi melebar dan orang akan bersikap hati-hati dan
waspada. Orang yang mengalami kecemasan ringan akan terdorong untuk
menghasilkan kreatifitas. Respon-respon fisiologis orang yang mengalami
kecemasan ringan adalah sesekali mengalami napas pendek, naiknya tekanan darah
dan nadi, muka berkerut, bibir bergetar, dan mengalami gejala pada lambung.
Respon kognitif orang yang mengalami kecemasan ringan adalah lapang
persepsi melebar, dapat menerima rangsangan yang kompleks, konsentrasi pada
masalah dan dapat menjelaskan masalah secara efektif. Adapun respon perilaku
dan emosi orang yang mengalami kecemasan adalah tidak dapat duduk tenang,
tremor halus pada tangan dan suara kadang-kadang meninggi.
b. Kecemasan Sedang
Pada ansietas sedang tingkat lapang persepsi pada lingkungan menurun dan
mefokuskan diri pada hal-hal penting saat itu juga dan menyampingkan hal lain.
Respon fisiologis dari orang yang mengalami kecemasan sedang adalah sering
napas pendek, nadi dan tekanan darah naik, mulut kering, anoreksia, diare,
konstipasi, dan gelisah.
Respon kognitif orang yang mengalami kecemasan sedang adalah lapang
persepsi yang menyempit, rangsangan luar suli
c. Kecemasan Berat
Pada kecemasan berat lapangan persepsinya menjadi sangat sempit,
individu cenderung memikirkan hal-hal kecil saja dan mengabaikan hal-hal lain.
Individu sulit berpikir realistis dan membutuhkan banyak pengarahan untuk
memusatkan perhatian pada area lain. Respon-respon fisiologis kecemasan berat
adalah napas pendek, nadi dan tekanan darah naik, banyak berkeringat, rasa sakit
kepala, penglihatan kabur, dan mengalami ketegangan.
Respon kognitif orang mengalami kecemasan berat adalah lapang persepsi
yang sangat sempit dan tidak mampu menyelesaikan masalah. Adapun respon
perilaku dan emosinya terlihat dari perasaan tidak aman, verbalisasi yang cepat,
dan blocking.
d. Panik
Pada tingkatan panik lapangan persepsi seseorang sudah sangat sempit dan
sudah mengalami gangguan sehingga tidak bisa mengendalikan diri lagi dan sulit
melakukan apapun walau dia sudah diberikan pengarahan. Respon-respon
fisiologis panik adalah napas pendek, rasa tercekik, sakit dada, pucat, hipotensi,
dan koordinasi motorik yang sangat rendah. Sementara respon-respon kognitif
penderita panik adalah lapangan persepsi yang sangat sempit sekali dan tidak
mampu berpikir logis. Adapun respon perilaku dan emosinya terlihat agitasi,
mengamuk, dan marah-marah, ketakutan, berteriak-teriak, blocking, kehilangan
kontrol diri dan memiliki persepsi yang kacau. 13
A. Kesimpulan
B. Saran
Dari makalah ini kami memberikan saran antara lain: 1. Seseorang harus dapat
menerima suatu kehilangan terhadap seseorang atau suatu benda dan selalu berduka jika
mendapat rejeki. 2. Suatu kehilangan atau berduka harus di syukuri oleh seseorang,
khususnya perawat apabila pasien mendapat musibah atau meninggal dunia
DAFTAR PUSTAKA