Anda di halaman 1dari 19

ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN KEBUTUHAN RASA AMAN & NYAMAN

AKIBAT AIDS

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Kelompok Mata Kuliah KMB II

Dosen Pengampu : Laili Nur Azizah, S.Kep, Ns, M.Kep.

Disusun oleh:

Kelompok 2

1) Nadiatul Rizqiyah (212303101012)


2) Ardelia Ayu Pitaloka (212303101013)
3) Muhamad Syafaat (212303101049)
4) Ainun Syarifatul Fitriyah (212303101053)
5) Lusi Unika R.A. (212303101056)
6) Khoirul Anam (212303101057)
7) Rachmad Ramadhani (212303101079)
8) Sayyidah Fatimah Nur Aini (212303101081)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN TEKNOLOGI

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS JEMBER

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN KAMPUS LUMAJANG

TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke pada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Makalah Asuhan
Keperawatan Gangguan Rasa Nyaman Akibat AIDS.” Penyusunan makalah ini untuk memenuhi
salah satu tugas mata kuli “Keperawatan Medikal Bedah II”. Kami berharap dapat menambah
wawasan dan pengetahuan khususnya dalam bidang medis. Serta pembaca dapat mengetahui
tentang bagaimana asuhan keperawatan gangguan rasa nyaman akibat AIDS, menyadari
banyaknya kekurangan dalam penyusunan makalah ini. Karena itu, kami sangat mengharapkan
kritikan dan saran dari Dosen Pengampu kami “Laili Nur Azizah, S.Kep, Ns, M.Kep.” dan juga
dari pembaca untuk melengkapi segala kekurangan dan kesalahan dari makalah ini. Kami juga
mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah membantu selama proses penyusunan
makalah ini.

23 Februari 2023

Kelompok 2

DAFTAR ISI
COVER…………………………………………………………………………………………...1
KATA PENGANTAR.....................................................................................................................2
DAFTAR ISI...................................................................................................................................3
BAB 1..............................................................................................................................................4
PENDAHULUAN...........................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang.......................................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................................................4
1.3 Tujuan....................................................................................................................................4
1.4 Manfaat.................................................................................................................................4
BAB 2..............................................................................................................................................5
TINJAUAN PUSTAKA..................................................................................................................5
BAB 3..............................................................................................................................................7
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN.........................................................................................7
BAB 4............................................................................................................................................17
PENUTUP.....................................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................18

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Asia Pasifik merupakan wilayah kedua terbesar dengan kasus HIV/AIDS di dunia,
dimana 78% kasus baru berada diwilayah Asia Pasifik. Diperkirakan 5,9 juta orang hidup
dengan HIV di wilayah asia pasifik pada tahun 2018. Tiga negara dengan kasus terbanyak
di Asia Pasifik adalah India, Cina dan Indonesia. Pada tahun 2018, kasus baru terinfeksi
HIV diIndonesia merupakan yang tertinggi dibandingkan dengan negara Asia Tenggara
lainnya. Terdapat 46.000 infeksi HIV baru dan hanya 51% dariorang yang hidup dengan
HIV yang mengetahui status mereka (UNAIDS, 2019).

Dewasa ini HIV dan AIDS telah merupakan pandemi, menyerang jutaan penduduk di
dunia, pria, wanita bahkan anak-anak. Organisasi kesehatan dunia (WHO) memperkirakan
bahwa sekitar 15 juta orang, diantarannya 14 juta remaja dan dewasa terinfeksi HIV, 1
juta bayi yang dilahirkan oleh ibu yang terinfeksi. Setiap hari bsebanyak 5000 orang
terinfeksi virus HIV. Menurut estimasi pada tahun 2000 sekitar 30-4- juta orang terinfeksi
virus HIV, 12-18 juta orang akan menunjukan gejala-gejala penyakit AIDS. Dari seluruh
infeksi HIV, 90% akan terjadi di negara berkembang, terutama di asia. Negara yang
paling parah terkena antara lain thailand, india, myanmar dan cina bagian selatan.
Sementara itu negara-negara industri yang lebih maju telah menekan laju infeksi HIV di
negaranya (KPA Prov. Sulawesi Selatan, 2019). Epidemi HIV/AIDS menghadirkan
tantangan berat bagi pembangunan dan kemajuan sosial. HIV adalah virus yang ditularkan
terutama melalui kontak seksual, jalur infus yang digunakan bersama-sama, dan penularan
dari ibu ke anak yang dapat terjadi selama proses kelahiran atau menyusui (Asshiddiq,
2020).

Virus HIV dengan melakukan mutasi terus menerus, juga terus menipu sistem
kekebalan tubuh. Para ilmuwan menyebut, virus selalu berada selangkah di depan hasil
penelitian (Deutsche Welle, 2020).Terdapat beberapa faktor yang diketahui turut
mempengaruhi tindakan pencegahan penularan HIV dari ODHA ke orang lain seperti:
pengetahuan dan sikap, umur, jenis kelamin, status perkawinan, tingkat pendidikan,
pekerjaan, lama mengidap HIV-AIDS dan status mendapat ART.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian dari AIDS?
2. Apa Etiologi dari AIDS?
3. Apa saja tanda dan gejala dari AIDS?
4. Bagaimana mekanisme terjadinya AIDS?
5. Bagaimana asuhan keperawatan dalam gangguan kebutuhan rasa aman & nyaman
akibat AIDS?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari AIDS
2. Untuk mengetahui Etiologi dari AIDS
3. Untuk mengetahui tanda dan gejala dari AIDS
4. Untuk mengetahui mekanisme terjadinya AIDS
5. Untuk mengetahui asuhan keperawatan dalam gangguan kebutuhan rasa aman &
nyaman akibat AIDS

1.4 Manfaat
Makalah ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan mengenai
pentingnya asuhan keperawatan dalam gangguan kebutuhan rasa aman & nyaman akibat
AIDS.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

5.1 Definisi
HIV singkatan dari Human Immunodeficiency Virus yaitu sejenis virus yang
menyerang sistem kekebalan tubuh manusia. Virus HIV akan masuk ke dalam sel darah
putih dan merusaknya, sehingga sel darah putih yang berfungsi sebagai pertahanan
terhadap infeksi akan menurun jumlahnya. Akibatnya sistem kekebalan tubuh menjadi
lemah dan penderita mudah terkena berbagai penyakit. Kondisi ini disebut AIDS.

AIDS singkatan dari Acquired Immuno Deficiency Syndrom, yaitu kumpulan gejala
penyakit (sindrom) yang didapat akibat turunnya kekebalan tubuh yang disebabkan oleh
HIV. Ketika individu sudah tidak lagi memiliki sistem kekebalan tubuh, maka semua
penyakit dapat masuk ke dalam tubuh dengan mudah (infeksi opportunistik). Oleh karena
itu sistem kekebalan tubuhnya menjadi sangat lemah, maka penyakit yang tadinya tidak
berbahaya akan menjadi sangat berbahaya.

5.2 Etiologi
Etiologi HIV-AIDS adalah Human Immunodefisiensi virus (HIV) yang merupakan
virus sitopatik yang diklasifikasikan dalam famili retroviridae, subfamili lentiviridae,
genus lentivirus. Berdasarkan strukturnya HIV termasuk famili retrovirus yang
merupakan kelompok virus RNA. Virus ini terdiri dari 2 grup, yaitu HIV-1 dan HIV-
Masing-masing grup mempunyai berbagai subtipe. Diantara kedua grup tersebut, yang
paling banyak menimbulkan kelainan dan lebih ganas di seluruh dunia adalah grup HIV-1
(United States Preventive Services Task Force, 2011). HIV terdiri dari suatu bagian inti
yang berbentuk silindris yang dikelilingi olehlipid bilayer envelope. Padalipid
bilayertersebut terdapat dua jenis glikoprotein yaitu gp120 dan gp41. Fungsi utama
protein ini adalah untuk memediasi pengenalan sel CD4+dan reseptor kemokin dan
memungkinkan virus untuk melekat pada sel CD4+yang terinfeksi. Calles,et al. 2006,
Kummar,et al.2015).

5.3 Tanda & Gejala


Seseorang yang menderita AIDS pertama kali akan mengalami gejala - gejala umum
seperti influenza. Kemudia penyakit AIDS ini akan+ menjadi bervariasi pada kurun
waktu antara 6 bulan sampai 7 tahun, atau rata - rata 21 bulan pada anak - anak dan 60
bulan pada orang dewasa. Di samping itu perlu diperhatikan pula gejala - gejala non
spesifik dari penyakit AIDS yaitu yang disebut ARC (AIDS Related Complex) yang
berlangsung lebih dari 3 bulan.
Menurut (Noviana, 2013) ada 2 gejala yaitu gejala Mayor (umum terjadi), antara lain :
a) Berat badan menurun lebih dari 10% dalam 1 bulan
b) Diare kronisyang berlangsung lebih dari 1 bulan.
c) Demam berkepanjangan lebih dari1 bulan
d) Penurunan kesadaran dan gangguan neurologis

Sedangkan gejala minornya (tidak umum terjadi) adalah :


a) Batuk menetap >1 bulan
b) Dermatitis pruritis (gatal)
c) Herpes simpleks yang meluas dan berat
d) Infeksi jamur berulang pada alat kelamin wanita

5.4 Mekanisme Terjadinya AIDS


Mekanisme penyakit AIDS menyebar luas dan pada dasarnya dapat mengenai setiap
sistem organ.Penyakit yang berkaitan dengan infeksi HIV dan penyakit AIDS terjadi
akibat infeksi, malignasi dan atau efek langsung HIV pada jaringan tubuh. Pada Fase akut
menggambarkan respon awal yang imunokompeten terhadap infeksi HIV. Ditandai
dengan gejala nonspesifik yaitu nyeri tenggorokan, mialgia, demam, ruam, dan kadang-
kadang meningitis aseptik. Fase ini juga ditandai dengan produksi virus dalam jumlah
yang besar, viremia dan persemaian yang luas pada jaringan limfoid perifer, yang secara
khas disertai dengan berkurangnya sel T CD4+. Fase kronis, pada tahap menengah,
menunjukkan tahap penahanan relatif virus. Pada fase ini, sebagian besar sistem imun
masih utuh, tetapi replikasi virus berlanjut hingga beberapa tahun.Limfadenopati
persisten yang disertai dengan kemunculan gejala konstitusional yang bermakna (demam,
ruam, mudah lelah) mencerminkan onset adanya dekompensasi sistem imun, peningkatan
replikasi virus, dan onset fase “krisis”.Tahap terakhir, fase krisis, ditandai dengan
kehancuran ppertahanan penjamu yang sangat merugikan peningkatan viremia yang
nyata, serta penyakit klinis. Para pasien khasnya akan mengalami demam lebih dari 1
bulan, mudah lelah, penurunan berat badan, dan diare.
BAB 3
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian
1. Anamnesis
1. Identitas Klien
Meliputi : status kawin, pekerjaan, alamat
2. Keluhan utama
Dapat ditemukan pada pasien AIDS dengan manifestasi respiratori
ditemui keluahn utama sesak nafas. Keluahn utama lainnya dirtemui pada
pasien penyakit HIV AIDS, yaitu demam yang berkepanjangan (lebih dari 3
bulan), diare kronis lebih dari 1 bulan berulang maupun terus menerus,
penurunan berat badan lebih dari 10%, batuk kronis lebih dari 1 bulan, infeksi
mulut dan tenggorokan disebabkan oleh jamur candida albikans, pembekakan
kelenjar getah bening diseluruh tubuh, munculnya herpes zooster berulang dan
bercak bercak gatal diseluruh tubuh.
3. Riwayat kesehatan sekarang
Dapat ditemukan keluhan yang baisanuya disampaikan pasien HIV
AIDS adalah: pasien akan mengeluhkan napas sesak (dispnea) bagi pasien
yang memiliki manifestasi respiratori, batuk-batuk, nyeri dada, dan demam,
pasien akan mengeluhkan mual, dan diare serta penurunan berat badan drastis.
4. Riwayat kesehatan dahulu
Biasanya pasien pernah dirawat karena penyakit yang sama. Adanya
riwayat penggunaan narkoba suntik, hubungan seks bebas atau berhubungan
seks dengan penderita HIV/AIDS terkena cairan tubuh penderita HIV/AIDS.
5. Riwayat kesehatan keluarga
Biasanya pada pasien HIV AIDS adanya anggota keluarga yang
menderita penyakit HIV/ AIDS. Kemungkinan dengan adanya orang tua yang
terinfeksi HIV. Pengakajian lebih lanjut juga dilakukan pada riwayat pekerjaan
keluarga, adanya keluarga bekerja ditempat hiburan malam, bekerja sebagai
PSK (pekerja seks komersial).
1. Pola aktifitas sehari-hari (ADL) meliputi :
a) Pola presepsi dan tata laksanaan hidup sehatBiasanya pada pasien
HIV/ AIDS akan mengalami perubahan atau gangguan pada
personal hygiene, misalnya kebiasaan mandi, ganti pakaian, BAB
dan BAK dikarenakan kondisi tubuh yang lemah, pasien kesulitan
melakukan kegiatan tersebut dan pasien biasanya cenderung dibantu
oleh keluarga atau perawat.
b) Pola nutrisi
Biasanya pasien dengan HIV / AIDS mengalami penurunan
nafsu makan, mual, muntah, nyeri menelan, dan juga pasien akan
mengalami penurunan berat badan yang cukup drastis dalam jangka
waktu singkat (terkadang lebih dari 10% BB).
c) Pola eliminasi
Biasanya pasien mengalami diare, feses encer, disertai mucus
berdarah.
d) Pola istrihat dan tidur
Biasanya pasien dengan HIV/ AIDS pola istrirahat dan tidur
mengalami gangguan karena adanya gejala seperti demam daan
keringat pada malam hari yang berulang. Selain itu juga didukung
oleh perasaan cemas dan depresi terhadap penyakit.
e) Pola aktifitas dan latihan
Biasanya pada pasien HIV/ AIDS aktifitas dan latihan
mengalami perubahan. Ada beberapa orang tidak dapat melakukan
aktifitasnya seperti bekerja. Hal ini disebabkan mereka menarik diri
dari lingkungan masyarakat maupun lingkungan kerja, karena
depresi terkait penyakitnya ataupun karena kondisi tubuh yang
lemah.
f) Pola prespsi dan kosep diri
Pada pasien HIV/AIDS biasanya mengalami perasaan mara,
cemas, depresi dan stres.
g) Pola sensori kognitif
Pada pasien HIV/AIDS biasanya mengalami penurunan
pengecapan dan gangguan penglihatan. Pasien juga biasanya
mengalami penurunan daya ingat, kesulitan berkonsentrasi,
kesulitan dalam respon verbal. Gangguan kognitif lain yang
terganggu yaitu bisa mengalami halusinasi.
h) Pola hubungan peran
Biasanya pada pasien HIV/AIDS akan terjadi perubahan
peranyang dapat mengganggu hubungan interpesonal yaitu
pasienmerasa malu atau harga diri rendah.
i) Pola penanggulangan stress
Pada pasien HIV AIDS biasanya pasien akan mengalami
cemas,gelisa dan depresi karena penyakit yang dideritanya.
Lamanya waktu perawtan, perjalanan penyakit yang kronik,
perasaan tidak berdaya karena ketergantungan menyebabkan reaksi
psikologis yang negatif berupa marah, marah, kecemasan, mudah
tersinggung dan lain-lain, dapat menyebabkan penderita tidak
mampu menggunakan mekanisme koping yang konstruktif dan
adaptif.
j) Pola reproduksi skesual
Pada pasien HIV AIDS pola reproduksi seksualitasnya
terganggu karean penyebab utama penularan penyakit adalah
melalui hubungan seksual.
k) Pola tata nilai dan kepercayaan
Pada pasien HIV AIDS tata nilai keyakinan pasien awalnya
akan berubah, karena mereka menganggap hal yang menimpa
mereka sebagai balasan perbuatan mereka. Adanya status perubahan
kesehatan dan penurunan fungsi tubuh mempengaruhi nilai
kepercayaan pasien dalam kehidupan mereka dan agama merupakan
hal penting dalam hidup pasien.

2. Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan HIV meliputi antara lain:


a. Suhu
Demam umum pada orang yang terinfeksi HV, bahkan bila
tidak ada gejala lain. Demam kadang-kadang bisa menjadi tanda
dari jenis penyakit infeksi tertentu atau kanker yang lebih umum
pada orang yang mempunya sistem kekebalan tubuh lemah. Dokter
akan memeriksa suhu Anda pada setiap kunjungan.
b. Berat Badan
Pemeriksaan berat badan dilakukan pada setiap kunjungan,
Kehilangan 10% atau lebih dari berat badan Anda mungkin akibat
dari sindrom wasting, yang merupakan salah satu tanda-tanda
AIDS. dan yang paling parah Tahap terakhir infeksi HIV.
Diperlukan bantuan tambahan gizi yang cukup jika Anda telah
kehilangan berat badan.
c. Mata
Cytomegalovirus (CMV) retinitis adalah komplikasi umum
AIDS. Hal ini terjadi iebih sering pada orang yang memiliki CD4
jumlah kurang dari 100 sel per mikroliter (MCL). Termasuk gejala
floaters, penglihatan kabur, atau kehilangan penglihatan. Jika
terdapat gejala retinitis CMV, diharuskan memeriksakan diri ke
Beberapa dokter menyarankan kunjungan dokter mata setiap 3
sampai 6 bulan jika jumlah CD4 anda kurang dari 100 sel per
mikroliter (MCL). dokter mata sesegera mungkin.
d. Mulut
Infeksi Jamur mulut dan luka mulut lainnya sangat umum pada
orang yang terinfeksi HIV. Dokter akan akan melakukan
pemeriksaan mulut pada setiap kunjungan. pemeriksakan gigi
setidaknya dua kali setahun. Jika Anda beresiko terkena penyakit
gusi (penyakit periodontal), Anda perlu ke dokter gigi Anda lebih
sering.
e. Kelenjar getah bening
Pembesaran kelenjar getah bening (limfadenopati)tidak selalu
disebabkan oleh HIV. Pada pemeriksaan kelenjar getah bening yang
semakin membesar atau jika ditemukan ukuran yang berbeda,
Dokter akan memeriksa kelenjar getah bening Anda pada setiap
kunjungan.
f. Perut 
Pemeriksaan abdomen mungkin menunjukkan hati yang
membesar (hepatomegali) atau pembesaran limpa (splenomegali).
Kondisi ini dapat disebabkan oleh infeksi baru atau mungkin
menunjukkan kanker. Dokter akan melakukan pemeriksaan perut
pada kunjungan setiap atau jika Anda mengalami gejala-gejala
seperti nyeri di kanan atas atau bagian kiri atas perut Anda.
g. Kulit
Kulit merupakan masalah yang umum untuk penderita
pemeriksaan yang teratur dapat mengungkapkan kondisi yang dapat
diobati mulai tingkat keparahan dari dermatitis seboroik dapat
sarkoma Kaposi . Dokter akan melakukan pemeriksaan kulit setiap
6 bulan atau kapan gejala berkembang.
h. Ginekologi terinfeksi
Perempuan yang HIV-memiliki lebih serviks kelainan sel
daripada wanita yang tidak memiliki HIV. Perubahan ini sel dapat
dideteksi dengan tes Pap. Anda harus memiliki dua tes Pap selama
tahun pertama setelah anda telah didiagnosa dengan HIV. Jika
kedua pemeriksaan Pap Smear hasilnya normal, Anda harus
melakukan tes Pap sekali setahun. Anda mungkin harus memiliki
tes Pap lebih sering jika Anda pernah memiliki hasil tes abnormal.
Pemeriksaan fisik secara menyeluruh akan memberikan informasi
tentang keadaan kesehatan Anda saat ini. Pada Pemeriksaan
selanjutnya dokter akan menggunakan informasi ini untuk melihat
apakah status kesehatan Anda berubah.
3. Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan ELLISA
a) Definisi
ELISA (Enzyme-linked immunosorbent assay) adalah uji
serologis yang umum digunakan di berbagai laboratorium
imunologi. Uji ini memiliki beberapa keunggulan seperti teknik
pengerjaan yang relatif sederhana, ekonomis, dan memiliki
sensitivitas yang cukup tinggi.
b) Tujuan
Menganalisis adanya interaksi antigen dengan antibodi di dalam
suatu sampel dengan menggunakan enzim sebagai pelapor (reporter
label).
c) Prinsip Dasar
Analisis interaksi antara antigen dan antibodi yang teradsorpsi
secara pasif pada permukaan fase padat dengan menggunakan
konjugat antibody atau antigen yang dilabel enzim. Enzim ini akan
bereaksi dengan substrat dan menghasilkan warna. Warna yang
timbul dapat ditentukan secara kualitatif dengan pandangan mata
atau kuantitatif dengan pembacaan nilai absorbansi (OD) pada
ELISA plate reader.
d) Prosedur
1. Mengeluarkan reagen yang akan dipakai dalam suhu kamar.
2. Menyiapkan well yang akan digunakan ( dihitung standart dan
sampel yg dipakai).
3. Mengambil standard, sampel dan control dimasukkan ke
masing-masing well.
4. Ditambahkan Conjugate ke semua well.
5. Inkubasi 60 menit suhu ruang.
6. Cuci plate menggunakan wash buffer sebanyak 5x.
7. Ditambahkan Substrat ke semua well.
8. Inkubasi 30 menit di ruang gelap / terlindung dari cahaya.
9. Ditambahkan stop solution ke semua well.
10. Dibaca menggunakan microplate reader dengan panjang
gelombang 450 nm.

2. Pemeriksaan Diagnostik Lainnya


Pemeriksaan diagnostik untuk HIV berupa tes serologi antibodi
yang dapat dilakukan menggunakan rapid test, chemiluminescent
microparticle immunoassay (CMIA), enzyme immunoassay (EIA), dan
western blot.
Tes serologi ini merupakan dasar diagnosis awal dan utama
HIV, mendeteksi adanya antibodi yang spesifik dibentuk oleh tubuh
sebagai respon antigen-antibodi. Rapid test merupakan tes cepat untuk
mendeteksi antibodi terhadap HIV dalam waktu singkat, kurang dari 20
menit, tes immunoassay mendeteksi antibodi HIV-1 dan HIV-2,
Western Blot umum digunakan sebagai tes antibodi konfirmasi untuk
kasus sulit.

3.2 Diagnosa Keperawatan


1. D.0129 Gangguan Integritas Kulit dan Jaringan
Definisi : Kerusakan kulit (dermis dan/atau epidermis) atau jaringan (membran
mukosa, kornea, fasia, otot, tendon, tulang, kartilago, kapsul sendi dan /atau ligamen.
Penyebab
1. Perubahan sirkulasi
2. Perubahan status nutrisi (kelebihan atau kekurangan)
3. Kelebihan/kekurangan volume cairan
4. Penuruna mobilitas
5. Bahan kimia iritatif
6. Suhu lingkungan yang ekstrem
7. Faktor mekanis (mis. penekanan pada tonjolan tulang, gesekan)
8. Efek samping terapi radiasi
9. Kelembaban
10. Proses penuaan
11. Neuropati perifer
12. Perubahan pigmentasi
13. Perubhan hormonal
14. Kurang terpapar informasi tentang upaya mempertahankan/melindungi
integritas jaringan.

Gejala dan tanda mayor:


Subjektif:
(tidak tersedia)
Objektif:
Kerusakan jaringan dan/atau laisan kulit
Gejala dan tanda minor:
Subjektif:
(tidak tersedia)
Objektif:
1. Nyeri
2. Perdarahan
3. Kemerahan
4. Hermatoma

Kondisi klinis terkait:


1. Imobilisasi
2. Gagal jantung kongestif
3. Gagal ginjal
4. Diabetes mellitus
5. Imunodefisiensi (mis.AIDS).

2. D.0142 Risiko Infeksi


Definisi : Berisiko mengalami peningkatan terserang organisme patogenik.
Faktor Risiko
1. Penyakit kronis (mis. diabetes. melitus).
2. Efek prosedur invasi.
3. Malnutrisi.
4. Peningkatan paparan organisme patogen lingkungan.
5. Ketidakadekuatan pertahanan tubuh primer :
- Gangguan peristaltik,
- Kerusakan integritas kulit,
- Perubahan sekresi pH,
- Penurunan kerja siliaris,
- Ketuban pecah lama,
- Ketuban pecah sebelum waktunya,
- Merokok,
- Statis cairan tubuh.
6. Ketidakdekuatan pertahanan tubuh sekunder :
- Penurunan homolobin,
- Imununosupresi,
- Leukopenia,
- Supresi respon inflamasi,
- Vaksinasi tidak adekuat.

Kondisi Klinis Terkait

1. AIDS.
2. Luka bakar.
3. Penyakit paru obstruktif.
4. Diabetes melitus.
5. Tindakan invasi.
6. Kondisi penggunaan terapi steroid.
7. Penyalahgunaan obat.
8. Ketuban Pecah Sebelum Waktunya (KPSW).
9. Kanker.
10. Gagal ginjal.
11. Imunosupresi.
12. Lymphedema.
13. Leukositopedia.
14. Gangguan fungsi hati.

3.3 Intervensi Keperawatan


Perawatan Integritas Kulit (I.11353)
Definisi : Mengidentifikasi dan merawat kulit untuk menjaga keutuhan, kelembaban dan
mencegah perkembangan mikroorganisme.
Observasi :
- Identifikasi penyebab gangguan integritas kulit
Terapeutik :

- Ubah posisi setiap 2 jam jika tirah baring


- Gunakan produk berbahan petrolium atau minyak pada kulit kering
- Hindari produk berbahan alkohol pada kulit
Edukasi :

- Anjurkan menggunakan pelembab


- Anjurkan minum air yang cukup
- Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
- Anjurkan menghindari terpapar suhu ekstrim
- Anjurkan mandi dan menggunakan sabun secukupnya
3.4 Implementasi Keperawatan
A. SOP pelaksanaan intervensi SIKI
Perawatan Intergritas Kulit (I.11353)
Definisi: Mengidentifikasi dan merawat kulit untuk menjaga keutuhan dan kelembaban
kulit serta mencegah perkembangan mikroorganisme.
Prosedur:
1. Identifikasi pasien menggunakan minimal 2 identitas (nama lengkap, tanggal
lahir, dan atau no. rekam medis
2. Jelaskan tujuan dan langkah-langkah prosedur
3. Siapkan alat dan bahan yang diperlukan
a. Air hangat
b. Pelembab (serum, lotion), jika perlu
c. Tabir surya, jika perlu
4. Lakukan kebersihan tangan 6 langkah
5. Ubah posisi tiap 2 jam jika tirah baring
6. Lakukan pemijatan pada area penonjolan tulang, jika perlu

7. Bersihkan perineal dengan air hangat, terutama selama periode diare


8. Gunakan produk berbahan minyak pada kulit kering
9. Gunakan produk berbahan ringan atau alami dan hipoalergik pada kulit
sensitif
10. Hindari produk berbahan dasar alkohol pada kulit kering
11. Anjurkan menggunakan pelembab seperti lotion, serum
12. Anjurkan minum air yang cukup
13. Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
14. Anjurkan meningkatkan asupan buah dan sayur
15. Anjurkan menghindari terpapar suhu ekstrim
16. Anjurkan menggunakan tabir surya minimal 30 pada saat di luar rumah
17. Cuci tangan 6 langkah
18. Dokumentasikan prosedur yang telah dilakukan dan respon pasien

B. Tindakan untuk mengurangi gangguan rasa aman nyaman pada pasien


AIDS berdasar hasil telaah 3 jurnal

3.5 Evaluasi Keperawatan


Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam, maka integritas kulit dan
jaringan meningkat dengan kriteria hasil:
Skor : Menurun 1, Cukup Menurun 2, Sedang 3, Cukup Menurun 4, Meningkat 5
Elastisitas (5)
Hidrasi (5)
Perfungsi jaringan (5)
Skor : Meningkat 1, Cukup Menurun 2, Sedang 3, Cukup Menurun 4, Menurun5
Kerusakan jaringan (5)
kerusakan lapisan kulit (5)
Nyeri (5)
Perdarahan (5)
Kemerahan (5)
Hematoma (5)
Pigmentasi abnormal (5)
Jaringan parut (5)
Nekrosis (5)
Abrasi kornea (5)
Skor : Memburuk 1, Cukup Memburuk 2, Sedang 3, Cukup Membaik 4, Membaik 5
Suhu kulit (5)
Sensasi (5)
Tekstur (5)
pertumbuhan rambut (5)
BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan

HIV singkatan dari Human Immunodeficiency Virus yaitu sejenis virus yang
menyerang sistem kekebalan tubuh manusia. Virus HIV akan masuk ke dalam sel darah putih
dan merusaknya, sehingga sel darah putih yang berfungsi sebagai pertahanan terhadap infeksi
akan menurun jumlahnya. Akibatnya sistem kekebalan tubuh menjadi lemah dan penderita
mudah terkena berbagai penyakit. Kondisi ini disebut AIDS.

AIDS singkatan dari Acquired Immuno Deficiency Syndrom, yaitu kumpulan gejala
penyakit (sindrom) yang didapat akibat turunnya kekebalan tubuh yang disebabkan oleh HIV.
Ketika individu sudah tidak lagi memiliki sistem kekebalan tubuh, maka semua penyakit
dapat masuk ke dalam tubuh dengan mudah (infeksi opportunistik). Oleh karena itu sistem
kekebalan tubuhnya menjadi sangat lemah, maka penyakit yang tadinya tidak berbahaya akan
menjadi sangat berbahaya.

4.2 Saran

Dalam penyusunan Makalah Asuhan Keperawatan Gangguan Rasa Nyaman Akiba


AIDS, masih terdapat banyak kesalahan serta jauh dari kata sempurna. Penulis menyarankan
agar pembaca memahami tentang isi makalah ini dan memberikan kritik dan saran yang
membangun bagi kami. Adapun nantinya penulis akan segera melakukan perbaikan susunan
makalah itu dengan menggunakan pedoman dari beberapa sumber dan kritik yang bisa
membangun dari para pembaca.
DAFTAR PUSTAKA

Ardhiyanti, Yulrina., dkk. 2015. Bahan Ajar AIDS Pada Asuhan Kebidanan. Yogyakarta:
Deepublish. Diakses tanggal 27 September 2019 dari http://books.google.co.id.

Faisal, N. 2021. Analisis Faktor yang Mempengaruhi Tindakan Pencegahan Penularan


HIV oleh ODHA Pada Orang lain. Kesehatan Masyarakat, Pascasarjana Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan Makassar.

Rosvanti, A., Suyoso, S., & Murtiastutik, D. (2010). Profil Manifestasi Klinis dan Spesies
Penyebab Dermatofitosis pada Pasien HIV. Berkala Ilmu Kesehatan Kulit dan
Kelamin, 22(2), 97-101. http://journal.unair.ac.id/download-fullpapers-
bik3ed96465089full.pdf

Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2016), Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI),
Edisi 1, Jakarta, PersatuanPerawat Indonesia

Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI),
Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia

Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2018), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI),
Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia

Wahyuny, R., & Susanti, D. (2019). GAMBARAN PENGETAHUAN MAHASISWA


TENTANG HIV DI UNIVERSITAS PASIR PENGARIAN KABUPATEN ROKAN
HULU. JURNAL MATERNAL DAN NEONATAL , 341-349. Retrieved from :
https://e-journal.upp.ac.id/index.php/akbd/article/view/1721

Wele, M. (2018). Asuhan Keperawatan Pada Ny. E Dengan Diabetes Melitus Tipe II Di
Ruangan Cempaka RSUD. Prof. Dr. WZ Johannes Kupang (Doctoral dissertation,
Poltekkes Kemenkes Kupang). Retrieved from :
http://repository.poltekeskupang.ac.id/id/eprint/287

Yuliyanasari, N. (2017). Global burden disease–human immunodeficiency virus–acquired


immune deficiency syndrome (hiv-aids). Qanun Medika-Medical Journal Faculty of
Medicine Muhammadiyah Surabaya, 1(01). Retrieved from : http://journal.um-
surabaya.ac.id/index.php/qanunmedika/article/view/385

Anda mungkin juga menyukai