Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT (ISPA)

Disusun oleh :
Setyo Yulia Nita Hairun Nisak (212303101016)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


D3 KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER KAMPUS LUMAJANG

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke pada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya,
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul :
“INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT (ISPA)”
Penyusunan makalah ini untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah.
Kami berharap dapat menambah wawasan dan pengetahuan khususnya dalam bidang medis. Serta
pembaca dapat mengetahui tentang bagaimana dan apa sebenarnya infeksi saluran pernafasan atas
(ISPA) itu. Menyadari banyaknya kekurangan dalam penyusunan makalah ini. Karena itu, kami
mengharapkan kritikan dan saran dari Dosen Pengampu kami. dan juga dari pembaca untuk
melengkapi segala kekurangan dan kesalahan dari makalah ini. Kami juga mengucapkan terimakasih
kepada pihak-pihak yang telah membantu selama proses penyusunan makalah ini.

Lumajang, 25 Agustus 2022

Setyo Yulia Nita H.N

2
DAFTAR ISI
COVER ...........................................................................................................................................................
KATA PENGANTAR ....................................................................................................................................
DAFTAR ISI ...................................................................................................................................................
BAB 1 ...............................................................................................................................................................
1.1 Latar belakang ..........................................................................................................................................
1.2 Rumusan masalah ....................................................................................................................................
1.3 Tujuan dan Manfaat ................................................................................................................................
BAB 2................................................................................................................................................................
2.1 Konsep medis ............................................................................................................................................
2.2 Konsep keperawatan ................................................................................................................................
BAB 3................................................................................................................................................................

3.1 Laporan Kasus ..........................................................................................................................................

BAB 4................................................................................................................................................................
4.1 Pembahasan ..............................................................................................................................................
BAB 5 ...............................................................................................................................................................
5.1 Kesimpulan dan saran .............................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................................................................

3
BAB 1

1.1 Latar belakang


ISPA adalah masuknya mikroorganisme (bakteri, virus, riketsi) ke dalam saluran pernapasan
yang menimbulkan gejala penyakit yang dapat berlangsung sampai 14 hari. Infeksi pernafasan
merupakan radang akut yang paling banyak terjadi pada anak-anak yang disebabkan oleh infeksi jasad
renik atau bakteri, virus, maupun tanpa atau disertai dengan radang parenkim paru. ISPA dapat
meyerang salah satu atau lebih dari saluran pernafasan mulai dari hidung (saluran atas) hingga alveoli
(saluran bawah) termasuk jaringan adneksinya seperti sinus,rongga telinga tengah dan pleura. ISPA
juga sering dikaitkan dengan infeksi saluran napas bawah oleh bakteri seperti pada pneumonia. Selain
itu, ISPA merupakan penyebab utama kematian balita di kawasan negara berkembang. Indonesia
merupakan salah satu contoh negara berkembang, di Indonesia terdapat 152 kasus dari 1000 balita
yang meninggal karena ISPA. Penyakit ISPA sering terjadi pada anak Balita, karena sistem pertahanan
tubuh anak masih rendah. Kejadian batuk pilek pada balita di Indonesia diperkirakan 3 sampai 6 kali
pertahun, yang berarti seorang balita rata-rata mendapat serangan batuk-pilek 3 sampai 6 kali setahun.
ISPA dapat ditularkan melalui air ludah, bersin, udara pernapasan yang mengandung kuman
yang terhirup oleh orang sehat kesaluran pernapasannya, terutama yang disebabkan oleh virus, sering
terjadi pada semua golongan umur, jika berlanjut menjadi pneumonia sering terjadi pada anak kecil
terutama apabila terdapat gizi kurang dan dikombinasi dengan keadaan lingkungan yang tidak hygiene.
World Health Organization (2018), memperkirakan insidens Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA)
di negara berkembang dengan angka kematian balita di atas 40 per 1000 kelahiran hidup adalah 15%-
20% pertahun pada golongan usia balita. Pada tahun 2018, jumlah kematian pada balita Indonesia
sebanyak 151.000 kejadian, dimana 14% dari kejadian tersebut disebabkan oleh pneumonia. Kejadian
ISPA pada balita merupakan penyakit terbanyak yang dialami oleh balita dibandingkan dengan
penyakit-penyakit lainnya seperti diare, cacingan, asma, dan lain-lain. Menurut Sudiharto (2015),
puskesmas mempunyai peran yang sangat penting dalam peningkatan mutu dan daya saing sumber
daya manusia di indonesia maupun internasional. Puskesmas bertanggung jawab mengupayakan
kesehatan pada jenjang tingkat pertama dan berkewajiban menanamkan budaya hidup sehat kepada
setiap keluarga. Untuk mencapai tujuan tersebut, perlu menyelenggarakan asuhan keperawatan
keluarga.
1.2 Rumusan masalah
Bagaimana asuhan keperawatan pada anak yang mengalami ISPA dengan masalah ketidakefektifan
bersihan jalan napas.
1.3 Tujuan dan Manfaat
Untuk menggambarkan secara umum asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan sistem
pernafasan. Manfaat teoritis studi kasus ini adalah untuk pengembangan ilmu keperawatan dalam
pembuatan Asuhan Keperawatan tentang klien ISPA agar perawat mampu memenuhi kebutuhan dasar
pasien.

4
BAB 2

2.1 Konsep medis


Infeksi pernafasan merupakan penyakit akut yang paling banyak terjadi pada anak-anak (Wong, 2016).
Infeksi saluran pernafasan akut menurut Sari (2015) adalah radang akut saluran pernapasan atas
maupun bawah yang disebabkan oleh infeksi jasad renik atau bakteri, virus, maupun reketsia tanpa
atau disertai dengan radang parenkim paru. ISPA adalah masuknya mikroorganisme (bakteri, virus,
riketsi) ke dalam saluran pernapasan yang menimbulkan gejala penyakit yang dapat berlangsung
sampai 14 hari.Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) merupakan suatu infeksi yang bersifat akut
yang menyerang salah satu atau lebih saluran pernafasan mulai dari hidung sampai alveolus termasuk
(sinus, rongga telinga tengah, pleura) (Depkes, 2017). Djojodibroto (2009), menyebutkan bahwa ISPA
dibagi menjadi dua bagian, yaitu infeksi saluran pernafasan bagian atas dan infeksi saluran bagian
bawah.
Infeksi Saluran Pernafsan Akut mempunyai pengertian sebagai berikut (Fillacano, 2016) :
a. Infeksi adalah proses masuknya kuman atau mikroorganisme lainnya ke dalam manusia dan akan
berkembang biak sehingga akan menimbulkan
gejala suatu penyakit.
b. Saluran pernafasan adalah suatu saluran yang berfungsi dalam proses respirasi mulai dari hidung
hingga alveolus beserta adneksanya seperti sinus-sinus, rongga telinga tengah, dan pleura.
c. Infeksi akut merupakan suatu proses infeksi yang berlangsung sampai 14hari. Batas 14 hari
menunjukan suatu proses akut meskipun untuk beberapa penyakit yang dapat di golongkan ISPA ini
dapat berlangsung lebih dari 14 hari.
Etiologi ISPA
Etiologi ISPA terdiri dari agen infeksius dan agen non- infeksius. Agen infeksius yang paling umum
dapat menyebabkan infeksi saluran pernafasan akut adalah virus, seperti respiratory syncytial virus
(RSV), nonpolio enterovirus 7(coxsackie viruses Adan B), Adenovirus, Parainfluenza, dan Human
metapneumo viruses. Agen infeksius selain virus juga dapat menyebabkan ISPA, staphylococcus,
haemophilus influenza, Chlamydia trachomatis, mycoplasma, dan pneumococcus (Wilson,
2015).Misnadiarly (2016), menyebutkan bahwa selain agen infeksius, agen non infeksius juga dapat
menyebabkan ISPA seperti inhalasi zat-zat asing seperti racun atau bahan kimia, asap rokok, debu, dan
gas.Etiologi Infeksi Saluran Pernapasan Akut lebih dari 300 jenis bakteri, virus, dan jamur. Bakteri
penyebabnya antar lain dari genus streptokokus,stafilokokus, pnemokokus, hemofilus, bordetella dan
korinebacterium. Virus penyebabnya antara lain golongan mikovirus, adenovirus, koronavirus,
pikornavirus, mikroplasma dan herpervirus. Bakteri dan virus yang paling sering menjadi penyebab
ISPA diantaranya bakteri stafilokokus dan sterptokokus serta virus influenza yang di udara bebas akan
masuk dan menempel pada saluran pernapasan bagian atas yaitu tenggorokan dan hidung (Sari,
2015).Biasanya bakteri dan virus tersebut menyerang anak-anak usia di bawah 2 tahun yang kekebalan
tubuhnya lemah atau belum sempurna. Peralihan musim kemarau ke musim hujan juga menimbulkan
resiko serangan ISPA. Beberapa faktor lain yang diperkirakan berkontribusi terhadap kejadian ISPA
5
pada anak adalah rendahnya asupan antioksidan, status gizi kurang, dan buruknya sanitasi lingkungan.

Pafofisiologi
Perjalanan klinis penyakit ISPA dimulai dengan berinteraksinya virus dengan tubuh. Masuknya virus
sebagai antigen kesaluran pernapasan akan menyebabkan silia yang terdapat pada permukaan saluran
napas bergerak ke atas mendorong virus ke arah faring atau dengan suatu rangkapan refleks spasmus
oleh laring. Jika refleks tersebut gagal maka virus merusak lapisan epitel dan lapisan mukosa saluran
pernapasan (Kending, 2014).Iritasi kulit pada kedua lapisan tersebut menyebabkan timbulnya batuk
kering (Seliff). Kerusakan struktur lapisan dinding saluran pernapasan menyebabkan kenaikan
aktivitas kelenjar mukus yang banyak terdapat pada dinding saluran pernapasan sehingga terjadi
pengeluaran cairan mukosa yang melebihi normal. Rangsangan cairan tersebut menimbulkan gejala
batuk. Sehingga pada tahap awal gejala ISPA yang sangat menonjol adalah batuk.Adanya infeksi virus
merupakan predisposisi terjadinya infeksi sekunder bakteri. Akibat infeksi tersebut terjadi kerusakan
mekanisme mokosiloris yang merupakan mekanisme perlindungan pada saluran pernapasan sehingga
memudahkan infeksi baakteri-bakteri patogen patogen yang terdapat pada saluran pernapasan atas
seperti streptococcus pneumonia, Haemophylus influenza dan staphylococcus menyerang mukosa
yang rusak tersebut.Infeksi sekunder bakteri tersebut menyebabkan sekresi mukus berlebihan atau
bertambah banyak dapat menyumbat saluran napas dan juga dapat menyebabkan batuk yang produktif.
Infeksi bakteri dapat dipermudah dengan adanya faktor-faktor seperti kedinginan dan malnutrisi. Suatu
menyebutkan bahwa dengan adanya suatu serangan infeksi virus pada saluran napas dapat
menimbulkan gangguan gisi akut pada bayi dan anak (Tyrell, 2015). Virus yang menyerang saluran
napas atas dapat menyebar ke tempat-tempat yang lain di dalam tubuh sehingga menyebabkan kejang,
demam dan dapat menyebar ke saluran napas bawah, sehingga bakteri-bakteri yang biasanya hanya
diturunkan dalam saluran pernapasan atas, akan menginfeksi paru-paru sehingga menyebabkan
pneumonia bakteri.Terjadinya infeksi antara bakteri dan flora normal di saluran nafas. Infeksi oleh
bakteri, virus dan jamur dapat merubah pola kolonisasi bakteri. Timbul mekanisme pertahanan pada
jalan nafas seperti filtrasi udara inspirasi di rongga hidung, refleksi batuk, refleksi epiglotis,
pembersihan mukosilier dan fagositosis. Karena menurunnya daya tahan tubuh penderita maka bakteri
pathogen dapat melewati mekanisme sistem pertahanan tersebut akibatnya terjadi invasi di daerah-
daerah saluran pernafasan atas maupun bawah (Fuad, 2016).

6
Pathway Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) :

Tanda dan Gejala


Saluran Pernafasan merupakan bagian tubuh yang seringkali terjangkit infeksi oleh berbagai jenis
mikroorganisme. Tanda dan gejala dari infeksi yang terjadi pada sluran pernafasan tergantung pada
fungsi saluran pernafasan yang terjangkit infeksi, keparahan proses infeksi, dan usia seseorang serta
status kesehatan secara umum (Porth, 2014).
Adapun tanda dan gejala ISPA yang sering ditemui adalah :
a. Demam, pada neonatus mungkin jarang terjadi tetapi gejala demam muncul jika anak sudah
mencapai usia 6 bulan sampai dengan 3 tahun. Seringkali demam muncul sebagai tanda pertama
terjadinya infeksi. Suhu tubuh bisa mencapai 39,50C-40,50C.
b. Meningismus, adalah tanda meningeal tanpa adanya infeksi pada meningens, biasanya terjadi
selama periodik bayi mengalami panas, gejalanya adalah nyeri kepala, kaku dan nyeri pada punggung
serta kuduk, terdapatnya tanda kernig dan brudzinski.

7
c. Anorexia, biasa terjadi pada semua bayi yang mengalami sakit. Bayi akan menjadi susah minum dan
bhkan tidak mau minum.
d. Vomiting, biasanya muncul dalam periode sesaat tetapi juga bisa selama bayi tersebut mengalami
sakit.
e. Diare (mild transient diare), seringkali terjadi mengiringi infeksi saluran pernafasan akibat infeksi
virus.
f. Abdominal pain, nyeri pada abdomen mungkin disebabkan karena adanya lymphadenitis mesenteric.
g. Sumbatan pada jalan nafas/ Nasal, pada saluran nafas yang sempit akan lebih mudah tersumbat oleh
karena banyaknya sekret.
h. Batuk, merupakan tanda umum dari tejadinya infeksi saluran pernafasan, mungkin tanda ini
merupakan tanda akut dari terjadinya infeksi saluran pernafasan.
i. Suara nafas, biasa terdapat wheezing, stridor, crackless, dan tidak terdapatnya suara pernafasan.
Penatalaksanaan
Menurut WHO (2017), penatalaksanaan ISPA meliputi :
1. Suportif
Meningkatkan daya tahan tubuh berupa nutrisi yang adekuat, pemberian multivitamin
2. Antibiotik
a) Idealnya berdasarkan jenis kuman penyebab.
b) Utama ditujukan pada pneumonia, influenza dan Aureus
c) Pneumonia rawat jalan yaitu kotrimoksasol 1mg, amoksisillin 3 x ½ sendok teh, amplisillin (500mg)
3 tab puyer/x bungkus / 3x sehari/8 jam, penisillin prokain 1 mg.
d) Pneumonia berat yaitu Benzil penicillin 1 mg, gentamisin (100 mg) 3 tab puyer/x bungkus/3x
bungkus/3x sehari/8 jam.
e) Antibiotik baru lain yaitu sefalosforin 3 x ½ sendok teh, quinolon 5 mg,dll.
f) Beri obat penurun panas seperti paracetamol 500 mg, asetaminofen 3 x ½ sendok teh. Jika dalam 2
hari anak yang diberikan antibiotik tetap sama ganti antibiotik atau rujuk dan jika anak membaik
teruskan antibiotic sampai 3 hari.
2.2 Konsep keperawatan
Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan suatu proses yang
sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan
mengidentifikasi status kesehatan klien. Pengkajian dilakukan dengan cara berurutan, perawat harus
mengetahui data aktual apa yang diperoleh, faktor resiko yang penting, keadaan yang potensial

8
mengancam pasien dan lain-lain (Nursalam, 2015).Tujuan pengkajian adalah untuk mengumpulkan
informasi dan membuat data dasar pasien. Pengkajian dilakukan saat pasien masuk instansi pelayanan
kesehatan. Data yang diperoleh sangat berguna untuk menentukan tahap selanjutnya dalam proses
keperawatan.
Pengumpulan data pasien dapat dilakukan dengan cara :
a. Anamnesis/wawancara.
b. Observasi.
c. Pemeriksaan fisik.
d. Pemeriksaan penunjang/diagnostik.
Klasifikasi dan Analisa Data
a. Klasifikasi data adalah aktivitas pengelompokan data-data klien atau keadaan tertentu dimana klien
mengalami permasalahan kesehatan atau keperawatan berdasarkan kriteria permasalahanya. Klasifikasi
ini dikelompokan dalam data subyektif dan data obyektif.
b. Analisa Data adalah mengaitkan data dan menghubungkan dengan konsep teori dan prinsip yang
relevan untuk membuat kesimpulan dalam mentukan masalah kesehatan dan keperawatan.
c. Analisa data dibuat dalam bentuk tabel yang terdiri dari kolom : Data, Penyebab, dan Masalah.
Kolom data berisi ; data subyektif, data obyektif dan faktor resiko.Kolom penyebab berisi : 1 (satu)
kata/kalimat yang menjadi penyebab utama dari masalah. Kolom masalah berisi : pernyataan masalah
keperawatan
Data yang perlu dikaji pada pasien ISPA dapat berupa :
a. Identifikasi klien yang meliputi: nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, agama, suku bangsa,
alamat, tanggal MRS dan diagnose medis.
b. Riwayat penyakit meliputi : keluhan utama, biasanya klien datang dengan keluhan batuk pilek serta
panas, kesehatan sekarang, kesehatan yagn lalu, riwayat kesehatan keluarga, riwayat nutrisi, eliminasi,
personal hygiene.
c. Pemeriksaan fisik berfokus pada system pencarnaan meliputi : keadaan umum (penampilan,
kesadaran, tinggi badan, BB dan TTV), kulit, kepala dan leher, mulut, abdomen.
d. Aktivitas dan isrirahat
Gejala : kelemahan, kelelahan, cape atau lelah, insomnia, tidak bisa tidur pada malam hari, karena
badan demam.
e. Eliminasi
Gejala : Tekstur feses bervariasi dari bentuk lunak, bau, atau berair
Tanda : kadang – kadang terjadi peningkatan bising usus.
f. Makanan atau cairan
Gejala : klien mengalami anoreksia dan muntah, terjadi penurunan BB.
9
Tanda : kelemahan, turgor kulit klien bisa buruk, membrane mukosa pucat.
Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan keputusan klinik tentang respon individu, keluarga dan masyarakat
tentang masalah kesehatan atau proses kehidupan yang aktual atau potensial, sebagai dasar seleksi
intervensi keperawatan untuk mencapai tujuan asuhan keperawatan sesuai dengan kewenangan
perawat.
Berdasarkan SDKI diagnosa keperawatan terbagi atas :
a. Diagnosa keperawatan aktual, Suatu diagnosis aktual menggambarkan respon manusia terhadap
kondisi kesehatan/proses kehidupan yang benar nyata pada individu, kelompok, atau komunitas.
b. Diagnosa Keperawatan Promosi Kesehatan : Penilaian klinis tentang motivasi dan keinginan
individu, keluarga, kelompok atau komunitas untuk meningkatkan kesehjateraan dan mewujudkan
potensi kesehatan manusia.
c. Diagnosa Keperawatan Risiko : Kerentanan, terutama sebagai akibat dari paparan terhadap faktor-
faktor yang meningkatkan peluang kecelakaan atau kehilangan.
Langkah-langkah menentukan diagnosa keperawatan :
a. Interpretasi data, perawat bertugas membuat interpretasi atas data yang sudah dikelompokkan dalam
bentuk masalah keperawatan atau masalah kolaboratif. Untuk menuliskan diagnosa keperawatan
Gordon menguraikan komponen yang harus ada sebagai berikut :
1) Diagnosa aktual : komponen terdiri dari tiga bagian, yaitu :
a) Problem/masalah = P
b) Etiologi/penyebab = E
c) Sign and symptom/tanda dan gejala = S
2) Diagnosa resiko, potensial/possible : P+E
b. Perumusan diagnosa keperawatan, setelah perawat mengelompokan, mengidentifikasi dan
memvalidasi data-data yang signifikan maka tugas perawat pada tahap ini adalah merumuskan suatu
diagnosa keperawatan. Menurut Nurarif, dkk (2015) masalah keperawatan yang lazim timbul pada
pasien ISPA:
1) Ketidakefektifanbersihan jalan nafas, berhubungan dengan peningkatan jumlah sekret.
2) Hipertermi berhubungan dengan peningkatan suhu tubuh (proses penyakit).
3) Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi pada membran mukosa faring dan tonsil.
4) Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan obstruksi bronkospasme, respon pada dinding
bronkus.
5) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan penurunan intake
inadekuat, penurunan nafsu makan, nyeri menelan.
6) Ansietas berhubungan dengan perkembangan penyakit dan perubahan status Kesehatan.
10
Perencanaan
Perencanaan adalah proses kegiatan mental yang memberi pedoman atau pengarahan secara tertulis
kepada perawat atau anggota tim kesehatan lainnya tentang intervensi/tindakan keperawatan yang akan
dilakukan kepada pasien. Rencana keperawatan merupakan rencana tindakan keperawatan tertulis yang
menggambarkan masalah kesehatan pasien, hasil yang akan diharapkan, tindakan-tindakan
keperawatan dan kemajuan pasien secara spesifik.Intervensi keperawatan merupakan bagian dari fase
pengorganisasian dalam proses keperawatan sebagai pedoman untuk mengarahkan tindakan
keperawatan dalam usaha membantu, meringankan, memecahkan masalah atau untuk memenuhi
kebutuhan klien (Nursalam, 2015).Rencana keperawatan merupakan serangkai kegiatan atau intervensi
untuk mencapai tujuan pelaksanaan asuhan keperawatan. Intervensi keperawatan adalah preskripsi
untuk perilaku spesifik yang diharapkan oleh pasien dan atau tindakan yang harus dilakukan oleh
perawat. (Wong, 2016).Tujuan yang direncanakan harus spesifik dan tidak menimbulkan arti ganda,
tujuan keperawatan harus dapat diukur, khususnya tentang perilaku klien, dapat diukur, didengar,
diraba, dirasakan, dicium. Tujuan keperawatan harus dapat dicapai serta dipertanggung jawabkan
secara ilmiah dan harus mempunyai waktu yang jelas. Pedoman penulisan kriteria hasil berdasarkan
“SMART”
S : Spesifik, tujuan harus spesifik dan tidak menimbulkan arti ganda
M : Measureble, tujuan keperawatan harus dapat diukur, khusunya tentang prilaku klien, dapat dilihat,
didengar, diraba, dan dirasakan
A : Achievable, tujuan harus dapat dicapai
R : Reasonable, tujuan harus dapat dipertanggung jawabkan
T : Time, harus memiliki batas waktu yang sesuai
a. Kegiatan dalam tahap perencanaan, meliputi :
1) Menentukan prioritas masalah keperawatan.
2) Menetapkan tujuan dan kriteria hasil.
3) Merumuskan rencana tindakan keperawatan.
4) Menetapkan rasional rencana tindakan keperawatan.

b. Tipe rencana tindakan keperawatan, meliputi :


1) Observasi keperawatan, diawali kata kerja: kaji, monitor, pantau,observasi, periksa, ukur, catat,
amati.
2) Terapi keperawatan, diawali kata kerja: lakukan, berikan, atur, bantu, ubah, pertahankn, latih.
3) Pendidikan kesehatan, diawali kata kerja: ajarkan, anjurkan, jelaskan, sarankan, informasikan.
4) Kolaborasi/pemberian obat/pengaturan nutrisi, diawali kata kerja: rujuk, instrusikan, laporkan,
delegasikan, berikan, lanjutkan, pasang.

11
Implementasi
Implementasi merupakan tahap ketika perawat mengaplikasikan atau melaksanakan rencana asuhan
keperawatan kedalam bentuk intervensi keperawatan guna membantu klien mencapai tujuan yang telah
ditetapkan (Nursalam, 2015).Pada tahap pelaksanaan ini kita benar-benar siap untuk melaksanakan
intervensi keperawatan dan aktivitas-aktivitas keperawatan yang telah dituliskan dalam rencana
keperawatan pasien. Dalam kata lain dapat disebut bahwa pelaksanaan adalah peletakan suatu rencana
menjadi tindakan yang mencakup :
a. Penulisan dan pengumpulan data lanjutan
b. Pelaksanaan intervensi keperawatan
c. Pendokumentasian tindakan keperawatan
d. Pemberian laporan/mengkomunikasikan status kesehatan pasien dan respon pasien terhadap
intervensi keperawatan.
Evaluasi
Evaluasi adalah kegiatan yang terus menerus dilakukan untuk menentukan apakah rencana
keperawatan efektif dan bagaimana rencana keperawatan dilanjutkan, merevisi rencana atau
menghentikan rencana keperawatan (Nursalam, 2015).Dalam evaluasi pencapaian tujuan ini terdapat 3
(tiga) alternatif yang dapat digunakan perawat untuk memutuskan/menilai sejauh mana tujuan yang
telah ditetapkan dalam rencana keperawatan tercapai, yaitu :
a. Tujuan tercapai.
b. Tujuan sebagian tercapai.
c. Tujuan tidak tercapai.
Evaluasi dibagi menjadi 2 (dua) tipe, yaitu :
a. Evaluasi Proses (Formatif)
Evaluasi ini menggambarkan hasil observasi dan analisis perawat terhadap respon klien segera stelah
tindakan. Evaluasi formatif dilakukan secara terus menerus sampai tujuan yang telah ditentukan
tercapai.
b. Evaluasi Hasil (sumatif)
Evaluasi yang dilakukan setelah semua aktivitas proses keperawatan selesai dilakukan.
Menggambarkan rekapitulasi dan kesimpulan dari observasi dan analisis status kesehatan klien sesuai
dengan kerangka waktu yang ditetapkan. Evaluasi sumatif bertujuan menjelaskan perkembangan
kondisi klien dengan menilai dan memonitor apakah tujuan telah tercapai.
Evaluasi pencapaian tujuan memberikan umpan balik yang penting bagi perawat untuk
mendokumentasikan kemajuan pencapaian tujuan atau evaluasi dapat menggunakan kartu/format
bagan SOAP (Subyektif, Objektif, Analisis dan Perencanaan).

12
Evaluasi keperawatan yang diharapkan pada pasien ispa harus sesuai dengan rencana tujuan yang telah
ditetapkan yaitu :
a. Jalan napas menjadi efektif.
b. Suhu tubuh dalam batas normal.
c. Nyeri berkurang/hilang.
d. Pola napas kembali efektif.
e. Kebutuhan nutrisi terpenuhi.
f. Ansietas hilang/ berkurang.

13
BAB 3
3.1 Laporan Kasus
An. D (5 tahun) di bawa ke puskesmas 01 November 2020 karena batuk berdahak dan
pilek selama 2 hari. Dari pemeriksaan perawat didapatkan data :
Anak lemas, ibu pasien mengatakan nafsu makan menurun, BB saat pengkajian 19 kg
BB sebelum sakit 20kg, ronkhi (+), suhu tubuh 375C nadi 100 x/menit, pernafasan
36x/menit, saat bernafasa ada tarikan kedalam epigastrium, ibu pasien mengatakan
tidak tahu apa yang terjadi dengan anaknya.
Pengkajian
1. Identitas Anak
Nama : An. D
Umur : 9 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Tanggal pengkajian : 3 Maret 2020
Diagnosa Medis : ISPA
2. Identitas orang tua
Nama : Tn. R
Umur : 30 Tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Status : Ayah kandung
Pendidikan ` : SMA
Pekerjaan : Wiraswasta
14
3. Anamnese
a. Keluhan utama
Data subjektif : Orang tua klien mengatakan anaknya batuk, batuk berdahak susah
dikeluarkan, pilek sejak 2 hari yang lalu, orang tua klien mengatakan anaknya malas makan,
porsi makan tidak dihabiskan.
Data Objektif : Klien tampak kurus, klien tampak pucat, klien tampak lemas, BB 24 (menurun),
IMT: 18,7 (24 kg/128 cm x 100=18,7),TTV:
P: 24x/ menit, N: 106x/ menit, S: 37,3oC, mukosa bibir kering, dan porsi makan tampak tidak
dihabiskan, ketidakseimbangan nutrisi.
b. Riwayat Kesehatan
1). Riwayat penyakit yang lalu.
Orang tua klien mengatakan sebelumnya anaknya pernah sakit panas 2 hari sebelum
dipelayanan kesehatan.
2). Riwayat penyakit sekarang
Orang tua klien mengatakan anaknya batuk, pilek serta terasa panas,dan susah makan sejak 2
hari yang lalu yaitu tanggal 1 Maret 2020.
3). Riwayat penyakit keluarga / menurun
Orang tua klien mengatakan dalam keluarga baik bapak maupun ibu tidak ada yang mempunyai
riwayat penyakit menurun seperti asma, jantung, ginjal, hepatitis, hipertensi, DM, dan penyakit
menular seperti TBC dan pneumonia.
4).Riwayat sosial
a. Pengasuh
Orang tua klien mengatakan anaknya diasuh oleh mereka sendiri dan keduanya saling
membantu dan keduannya saling membantu dalam hal mengurus anak.
b. Hubungan dengan anggota keluarga
Orang tua klien mengatakan hubungan anaknya dengan anggota keluarga sangat baik.
c. Hubungan dengan teman sebaya
Orang tua klien mengatakan hubungan anaknya dengan teman sebayanya sangat baik.
d. Lingkungan rumah
Orang tua klien mengatakan linkungan rumah aman, rapi dan bersih, letak rumah berdekatan
dengan rumah yang lain.

15
5). Pola kebiasaan sehari-hari
a). Nutrisi
Makanan yang disukai : orang tua klien mengatakan anaknya menyukai makanan seperti ikan,
telur dan sayur-sayuran.Makanan yang tidak disukai : orang tua klien mengatakan bahwa tidak
ada makanan yang tidak disukai oleh anaknya.
b). Pola makan
Sebelum sakit : orang tua klien mengatakan sebelum sakit nafsu makan anaknya sangat baik,
frekuensi makan tiga kali sehari dan makanan yang dikonsumsi yaitu nasi, ikan, telur dan
sayur-sayuran.
Selama sakit : orang tua klien mengatakan selama sakit nafsu makan anaknya berkurang,
frekuensi makan dua kali sehari dan hanya memakan bubur selama dirumah sakit.
c). Istrahat / tidur
Sebelum sakit : orang tua klien mengatakan anaknya tidur siang kurang lebih 3 jam dan tidur
malam kurang lebih 8 jam.
Selama sakit : orang tua klien mengatakan anaknya tidur siang kurang lebih 1 jam dan tidur
malam kurang lebih 5 jam dan kadang sering terbangun.
d). Personal hygiene
Sebelum sakit : orang tua klien mengatakan anaknya mandi 2 kali sehari, rajin menggosok gigi,
dan ganti baju sewaktu- waktu ketika baju kotor.
Selama sakit : orang tua klien mengatakan anaknya mandi tetap 2x sehari walaupun sakit.
e). Aktivitas
Sebelum sakit : orang tua klien mengatakan anaknya sangat aktif bermain dengan teman-teman
sebayanya.
Selama sakit : orang tua klien mengatakan anaknya kurang aktif, lemah, dan sering
mengeluhkan batuknya.
f.). Eliminasi
Sebelum sakit : orang tua klien mengatakan anaknya BAB 2-3 x/hari dengan konsistensi padat
dan berwarna kecoklatan, dan BAK 5-6 x/hari, dan berwarna kuning jernih.
Selama sakit : orang tua klien mengatakan anaknya 1-2 x/hari, konsistensi lunak, warna kuning
kecoklatan dan BAK 5-6 x/hari,warna kuning pekat dan bau khas.
g). Pemeriksaan fisik (data objektif).
Keadaan umum : sedang
Kesadaran : composmentis

16
Mukosa bibir : tampak kering
Tanda Vital : R : 42 x/menit, S: 37,3oC, N: 106x/menit, BB: 24 kg
Porsi makan tampak tidak dihabiskan

Pemeriksaan Data Objektif


Kepala bentuk simetris, rambut berwarna hitam dan tidak rontok
dan tidak ada lesi pada kulit kepala.
Mata kanan kiri simetris, conjungtiva berwarna merah muda,
sklera berwarna putih dan bersih.
Muka bersih, tidak ada oedema, dan agak pucat.
Telinga simetris, tidak ada kanan kiri cairan yang keluar, tidak ada
peradangan dan tidak ada nyeri tekan.
Hidung bentuk simetris, terdapat cairan / lendir berwarna jernih,
hidung bagian luar tampak kemerahan.
Leher tidak ada pembesaran kelenjar tiroyd, tidak ada
peningkatan vena jugularis, dan tidak ada pembengkakan
pada leher.
Dada tidak ada tarikan dinding dada waktu bernapas, bentuk
dada simetris, pernapasan terdengar stridor.
Perut tidak ada penonjolan umbilikus, tidak ada nyeri tekan,
dan tidak ada bekas luka operasi.

4. Analisa data
No DATA ETIOLOGI MASALAH
1 DS : Infeksi saluran nafas Ketidakseimbangan
- Orangtua klien nutrisi kurang dari
mengatakan anaknya kebutuhan tubuh
batuk, pilek diserta Merangsang refluks
demam sejak 2 hari Peristaltic
yang lalu, anaknya
malas makan selama
dirawat dan porsi Menekan lambung
makannya tidak
dihabiskan
Nafsu makan menurun
DO :
- Klien tampak lemah,
pucat, kurus, BB 24 Ketidakseimbangan
kg nutrisi kurang dari
- IMT : 24/128cm x kebutuhan tubuh
100
= 18,7
- TTV : R: 42x/menit,
N
: 106x/menit, S :
37,30C

17
2 DS : Virus bakteri, jamur Bersihan jalan nafas
- orangtua klien tidak efektif
mengatakan anaknya
batuk berdahak dan Infeksi saluran nafas
susah bernafas Atas
DO :
- keadaan umum
lemah, kesadaran Kuman berlebih
compos mentis Dibronkus
- klien tampak batuk
berdahak, suara nafas
Proses peradangan
vesikuler basah
disertai ronchi dan
perkusi sonor Akumulasi sekret di
memendek, RR : Bronkus
42x/menit, S : 37,30C,
N : 106x/menit
Bersihan jalan nafas
tidak efektif

Diagnosa keperawatan
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan sekret
2.Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia
3.Gangguan pola tidur berhubungan dengan sekret berlebih

18
Perencanaan
N Diagnosa Tujuan dan
O Keperawatan Kriteria Intervensi Rasional
hasil
1 Bersihan jalan Tujuan : 1. Posisikan 1. Posisi
napas tidak efektif Menunjukan pasien untuk semifowler
berhubungan bersihan jalan memaksimalka membantu
dengan akumulasi nafas yang n ventilasi. klien
secret di bronkus efektif memaksimalka
Kriteria hasil : n ventilasi
Setelah sehingga
dilakukan kebutuhan
tindakan oksigen
keperawatan 2. Auskultasi terpenuhi.
selama 3x24 suara napas, 2. Memastikan
jam maka catat adanya suara napas
kriteria hasil suara vesikuler.
yang tambahan.
diharapkan 3. Ajarkan
yaitu : batuk efektif. 3. Batuk efektik
kemudahan membantu
bernafas, klien untuk
frekuensi dan mengeluarkan
irama sekret
bernafas, sehingga
pergerakan pernafasan
sputum keluar 4. Monitor tidak
dari jalan repirasi dan terganggu.
nafas, status O2 4. Penurunan
pergerakan saturasi

19
sumbatan oksigen dapat
keluar menunjukan
perubahan
dari jalan status
nafas kesehatan klien
yang dapat
mengakibatkan
terjadinya
hipoksia.
5. Kolaborasi 5. Pemberian
dengan tim terapi sesuai
medis lain program
dalam membantu
pemberian memngeluarka
terapi sesuai n atau
program mengencerkan
secret pada
saluran napas.
6. Memberikan 6. Memastikan
edukasi klien mengerti
mengenai ISPA mengenai
kepada ISPA dan
keluarga klien. mudah untuk
berkerjasama.
2 Ketidakseimban Tujuan : 1. Kaji adanya 1. Untuk
gan Kebutuhan alergi makanan mengetahui
nutrisi adanya
nutrisi kurang terpenuhi riwayat
dari Kriteria hasil : alergi
kebutuhan tubuh Setelah 2. Anjurkan orang makanan
Berhubungan dilakukan tua klien untuk 2. Untuk
dengan tindakan memberikan memenuhi
anoreksia keperawatan porsi makan kebutuhan
selama 3x24 kecil tapi sering nutrisi
jam maka 3. Yakinkan diet klien
kriteria hasil yang dimakan
yang mengandung 3. Untuk
diharapkan tinggi serat mencegah
yaitu : adanya untuk mencegah konstipasi
peningkatan konstipasi pada anak
berat badan 4. Kolaborasi
sesuai dengan dengan ahli gizi
tujuan, berat untuk 4. Untuk
badan ideal menentukan meningkatkan
sesuai tinggi jumlah kalori jumlah kalori
badan, mampu dan nutrisi yang dan nutrisi
mengidentifikas dibutuhkan oleh yang
i kebutuhan pasien dibutuhkan

20
nutrisi, tidak 5. Berikan oleh pasien
ada tanda permainan atau
malnutrisi, desain ruangan 5. Untuk
dan memberikan
menunjukkan hiburan kepada
peningkatan anak agar mau
fungsi makan
pengecapan
dari menelan

21
Implementasi/ Evaluasi
No Tanggal/ Diagnosa Implementasi Evaluasi
Waktu
1 3 Maret Bersihan jalan 1. Membina S:
2020 napas tidak hubungan saling Ibu klien mengatakan
09.00 efektif percaya pada klien masih batuk dan
wib berhubungan pasien dan keluarga demam dan batuknya
dengan pasien untuk masih terdengar grok-
akumulasi menjalin kerja grok.
secret di sama yang baik
bronkus dalam komunikasi O:
terapeutik -Keadaan umum : lemah
2. Memberikan -Kesadaran :
edukasi tentang composmentis GCS 4- 5-
ISPA pada 6, CRT < 2 detik
orangtua pasien -Nampak batuk berdahak
3. Mengajarkan -Suara napas : ronki dan
teknik batuk efektif perkus i: hipersonor.
4. Memposisikan -Tanda vital : RR :
klien semifowler 40x/menit, Suhu : 38 oC,
5. Memonitoring Nadi : 120x/menit
suara nafas klien - Klien Nampak lemah,
dengan auskultasi tidak rewel, akral hangat.
6. Mengukur tanda- -Tidak terpasang oksigen.
tanda vital
7. Mengkolaborasikan A:
dengan dokter Masalah teratasi Sebagian
dalam pemberian
terapi : P:
- Nebulizer Intervensi di lanjutkan
: ventolin 1 cc ( 2,3,4,5,6,7)
+ Nacl 1 cc Terapi
- Ambroxol Nebulizer : ventolin 2cc +
syrup, sanbe kid NaCl 2cc Ambroxsol
oral, antrain syrup3x cth/oral Sanbe
110mg/IV, kid 2x cth /oral Antrain
vitamin 110 mg/IV (jika demam)
A 200.000/IV Vitamin A 200.000/IV
2 3 Maret Ketidakseimb 1. Mengkaji adanya S:
2020 angan nutrisi alergi makanan. Orang tua klien
11.30 kurang dari 2. Memberikan makan mengatakan
wib kebutuhan tubuh dalam porsi kecil tapi anaknya tidak ada alergi
Berhubungan sering makanan, masih malas
dengan 3. Meyakinkan orang makan dan porsi makan
anoreksia tua klien bahwa diet tidak
yang dimakan dihabiskan

22
mengandung tinggi O:
serat..  klien tampak pucat,
4. Berkolaborasi dengan lemas
untuk menentukan  BB: 24 kg
jumlah kalori dan  IMT: 18,7
nutrisi yang  porsi makan tampak
dibutuhkan pasien. tidak
5. Memberikan diihabiskan.
permainan atau  TTV: P : 24 kali per
desain ruangan. menit,
N: 106 kali per menit, S:
38,3 oC.
 Klien tampak suka
dengan
kamarnya
A:
masalah belum teratasi
P:
intervensi dilanjutkan
dihari
kedua.

23
BAB 4
4.1 Pembahasan
Pengkajian
ISPA pada umumnya infeksi pertama menyerang anak-anak karena kekebalan tubuh yang
di alami oleh anak belum terbentuk sempurna sehingga saat sistem imun menurun dan infeksi
ISPA semakin lama proses penyembuhanya karena setelah terpapar virus ISPA sehingga
dibutuhkan suatu sistem pertahanan yang efektif dan efisien dari sistem saluran pernafasan.
Ketahanan saluran pernafasan terhadap infeksi maupun partikel dan gas yang ada di udara sangat
tergantung pada 3 unsur alamiah yang selalu terdapat pada orang sehat, yaitu: utuhnya epitel
mukosa dan gerak mukosilia, makrofag alveoli, dan antibodi. Infeksi saluran pernafasan akut
dapat terjadi menjadi jalan masuk bagi virus. Hal ini dapat terjadi pada kondisi yang penuh
sesak. kuman mengilfitrasi lapisan epitel, jika epitel terkikis maka jaringan inofoid superficial
bereaksi sehingga terjadi pembendungan radang dengan infiltrasi leukosit polimor fonuklear.
Jadi yang terjadi kerusakan adalah lapisan epitel dari saluran nafas akibatnya akan terjadi radang,
dan virus akan di keluarkan melalu batuk sehingga klien akan mengalami batuk untuk
mengeluarkan virus, dan klien akan mengalami pilek karena respon tubuh terhadap virus atau
bakteri yang masuk ke dalam tubuh akan terjadi akumulasi secret (Tamsuri, 2016).
Menurut Simon (2015), batuk terjadi lebih lama karena klien masih anak-anak. Sistem
imum pada anak belum bekerja secara sempurna dan menyebabkan proses penyembuhan
menjadi lambat karena sistem imun tidak bekerja secara sempurna untuk melawan infeksi bakteri
atau virus dalam tubuh jika tidak didukung oleh nutrisi yang baik.Berdasarkan data objektif
An.D tampak batuk dan sulit mengeluarkan sekret. Menurut Muttaqin (2015), sesak terjadi
karena adannya infeksi virus dan bakteri. Faktor utama yang berperan timbulnya sesak adalah
infeksi bakteri atau virus akan menyebabkan invansi saluran pernapasan akut, sehingga adanya
kuman di bronkus, kuman akan menginfeksi saluran pernafasan sehingga tubuh akan merespon
dengan produksi sekret sehingga adanya akumulasi sekret berlebih di bronkus. Jika klien tidak
dapat mengeluaran sekret secara efektif , penumpukan sekret di bronkus akan bertambah
sehingga klien kesulitan bernapas dan menyebabkan klien sesak napas.
Berdasarkan data yang diperoleh selama sakit An.D malas makan, makanan tidak
dihabiskan. Menurut Duarthe et al (2010), menyebutkan bahwa salah satu faktor penyebab yang
dapat menimbulkan terjadinya ISPA pada anak adalah status gizi, dimana status gizi yang kurang
merupakan hal yang memudahkan proses terganggunya sistem hormonal dan pertahanan tubuh
pada anak. Kekurangan protein/gizi yang terjadi dapat menurunkan sistem imun yang pada
akhirnya akan menyebabkan tubuh lebih mudah terpapar penyakit infeksi. Salah satu Masalah
yang sering timbul pada anak dengan infeksi saluran pernapasan akut yaitu penurunan nafsu
makan hal ini di sebabkan oleh proses terganggunya sistem hormonal dan pertahanan tubuh pada
anak.
Diagnosa keperawatan
Dari data hasil pengkajian pada diagnosa pertama yaitu ketidakefektifan bersihan jalan
nafas berhubungan dengan penumpukan sekret dengan batasan karakteristik adanya kemudahan
bernafas, frekuensi dan irama bernafas, pergerakan sputum keluar dari jalan nafas, pergerakan
sumbatan keluar dari jalan nafas. Diagnosa ketidakefektifan bersihan jalan nafas sangat

24
berpengaruh pada kelangsungan hidup seseorang. Sedangkan penyakit ISPA pada umumnya
infeksi pertama menyerang anak-anak karena kekebalan tubuh yang di alami oleh anak belum
terbentuk sempurna sehingga saat sistem imun menurun dan infeksi ISPA semakin lama proses
penyembuhanya karena setelah terpapar virus ISPA sehingga dibutuhkan suatu sistem
pertahanan yang efektif dan efisien dari sistem saluran pernafasan (Tamsuri, 2016). Sedangkan
hasil pengkajian yang dilakukan pada An.D peneliti mengangkat diagnosa keperawatan kedua
adalah ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia,
dengan batasan karakteristik yang ditemukan penulis pada An.D yaitu kurang minat pada
makanan, penurunan berat badan, membran mukosa pucat, tonus otot menurun dan sariawan
pada rongga mulut. Diagnosa ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh ditegakkan
menurut Virginia Handerson kebutuhan yang sangat penting dalam membantu proses
pertumbuhan dan perkembangan manusia. Seseorang yang kekurangan nutrisi akan mengalami
keadaan penurunan berat badan akibat ketidak cukupann nutrisi untuk kebutuhan metabolism
(Rodriguez, 2015).
Perencanaan/ Implementasi
Menurut penulis perencanaan keperawatan pada klien yang meliputi kelengkapan data,
serta data penunjang lainnya, dan dilakukan menurut dengan kondisi klien, sehingga penulis
tidak menemukan adanya kesenjangan antara teori dengan kasus dilahan praktik. Pemberian
terapi nebulizer dengan ventolin di tentukan berdasarkan kebutuhan klien serta usia dan berat
badan. Menurut Wijaya (2015), pengelolaan dari perwujudan intervensi meliputi kegiatan yaitu
validasi, rencana keperawatan, mendokumentasikan rencana, memberikan askep dalam
pengumpulan data, melaksanakan advis dokter sesuai sesuai kondisi klien. Berdasarkan kasus
An. D tindakan yang akan dilakukan sesuai dengan intervensi yang disusun pada diagnosa
keperawatan ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
anoreksia. Intervensi yang dilakukan oleh penulis untuk mengatasi ketidakseimbangan nutrisi
dengan pendekatan non farmakologi untuk mengendalikan ketidakseimbangan nutrisi yaitu
dengan pemberian porsi makan dengan porsi kecil tapi sering guna untuk memenuhi kebutuhan
nutrisi klien. Menurut Rahardjo (2016), mengatakan mengkonsumsi makanan dalam porsi kecil
tapi sering lebih sehat dan dapat melancarkan metabolisme tubuh dibanding dengan makan 3
porsi besar setiap harinya. Terapi ini dapat mempercepat penyembuhan, Hal ini telah dibuktikan
oleh para ahli seperti yang dilakukan ahmad al khadi bahwa mengkonsumsi porsi makan kecil
tapi sering memliki pengaruh signifikan dalam mengendalikan ketidakseimbangan nutrisi.
Evaluasi keperawatan
Dari evaluasi keperawatan selama 3 hari pada An.D sudah dikatakan sembuh dengan
ditandai keadaan klien membaik, GCS 4-5-6, CRT < 2 detik, batuk berkurang, suara napas
vesikuler, hidung bersih, tidak terdapat tarikan dinding dada, pola napas teratur dan RR normal
RR: 28x/menit. Menurut peneliti klien dikatakan sembuh karna adanya kemajuan yang
signifikan, serta menunjukan penyembuhan yang baik karena keadaan umum baik, batuk
berkurang bahkan tidak batuk, hidung bersih, tidak sesak, suara napas vesikuler . karena klien
mematuhi terapi yang di berikan, tidak rewel dan mematuhi diit yang di berikan oleh tim Gizi.
Menurut Tarwoto (2014), penyakit dikatakan sembuh jika saat pertama kali kunjungan atau saat
kejadian kemudian dilakukan penilaian, bahwa untuk mengetahui perkembangan penyakit pada
klien ISPA diperlukan suatu pemeriksaan fisik dan penunjang yang dapat menggambarkan
kondisi langsung dari ISPA dan mendeteksi adanya perkembangan atau penurunan kestabilan

25
klien setiap waktu sehingga bisa diketahui efektifitas dari intervensi yang telah dilakukan.
Apabila terdapat perubahan pada keadaan seseorang yang sakit kemudian mendapatkan
perawatan, dan selanjutnya dikatakan sembuh karena seseorang tersebut memiliki factor
pendukung yang meliputi keinginan, harapan, kepatuhan, dan dukungan. Evaluasi keperawatan
pada An. D dengan masalah keperawatan ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh berhubungan dengan anoreksia evaluasi yang didapat dari pelaksanaan terapi pemberian
makan dalam porsi kecil tapi sering selama 3 hari. Tanggal 3 Maret 2020 pemberian terapi dalam
pemberian makan dalam porsi kecil tapi sering diberikan tiga kali sehari, dan hasilnya An.D
masih kurang nafsu makan dan porsi makan belum dihabiskan, masalah belum teratasi. Tanggal
4 Maret 2020 pelaksanaan terapi dalam pemberian makan dalam porsi kecil tapi sering disertai
dengan menganjurkan kepada orang tua klien untuk menyajikan makanan dalam keadaan hangat
dan pemberian obat(vitamin C), hasilnya nafsu makan An. D sudah mulai membaik dan porsi
makan hampir dihabiskan masalah belum teratasi. Tanggal 5 Maret 2020 pelaksanaan terapi
dalam pemberian makan dalam porsi kecil tapi sering disertai kolaborasi dengan ahli gizi dan
pemberian obat (aceminophen dan vitamin C) pada hari ketiga, hasilnya An. D sudah mulai
nafsu makan dan porsi makan telah dihabiskan masalah teratasi.

26
BAB 5
5.1 Kesimpulan dan saran
Kesimpulan
1. Pengkajian terhadap masalah ISPA telah dilakukan secara komperhensif dan diperoleh
hasil yaitu terdapat keluhan utama batuk, pilek, susah mengeluarkan sekret, disertai demam dan
malas makan, keadaan umum sedang, kesadaran composmentis, tanda-tanda vital: pernapasan:
42 x/menit, nadi: 106 x/menit, suhu: 37,8oC, berat badan: 24 kg.
2. Diagnosa yang dimunculkan pada An. D adalah ketidakefektigan bersihan jalan nafas
berhubungan dengan penumpukan sekret di bronkus ditandai dengan gejala seperti batuk, sesak
nafas, RR 42x/menit, adanya pernafasan cuping hidung retraksi dada, dan suara nafas ronki.
Diagnosa kedua ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
anoreksia ditandai dengan orang tua klien mengatakan anaknya batuk, pilek disertai demam
sejak 3 hari yang lalu dan malas makan selama dirumah sakit, keadaan umum sedang, kesadaran
compomentis, tanda-tanda vital: pernapasan: 42 x/menit, nadi: 106 x/menit, suhu: 37,8oC, berat
badan 24 kg.
3. Perencanaan yang disusun untuk mengatasi masalah ketidakefektifan bersihan jalan
nafas dengan memposisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi, memberikan latihan teknik
batuk efektif dan cupping / fisioterapi dada, memonitor respirasi dan beeeerkolaborasi dalam
pemberian terapi sesuai program. Sedangkan diagnosa ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh dengan memberikan yaitu terapi pemberian makan dalam porsi kecil tapi
sering.
4. Implementasi keperawatan yang dilakukan pada An. D selama 3 hari. Implementasi
sesuai dengan intervensi, sebagian besar rencana tindakan keperawatan dapat dilaksanakan pada
implementasi keperawatan.
5. Hasil evaluasi keperawatan dengan ketidakefektifan bersihan jalan nafas, catatan
perkembangan klien mengalami kemajuan yang signifikan, serta menunjukkan kemajuan yang
baik dibuktikan oleh keadaan umum klien baik, tidak batuk hidung bersih, tidak sesak, suara
nafas vesikuler, tidak ada tarikan dinding dada dan TTV dalam batas normal. Masalah
ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh pada An. D sudah 42 dapat teratasi pada
hari ketiga dan intervensi dihentikan.
Saran
Setelah penulis melakukan asuhan keperawatan pada klien dengan ISPA, penulis
memberikan usulan dan masukan yang positif khususnya dibidang kesehatan antara lain:
1. Bagi institusi pelayanan kesehatan Hal ini diharapkan Puskesmas dapat memberikan
pelayanan kesehatan dan mempertahankan hubungan kerja sama antar tim kesehatan maupun
klien. sehingga dapat meningkatkan mutu pelayanan asuhan keperawatan yang optimal pada
umumnya dan pasien ISPA khususnya, diharapkan pelayanan kesehatan dapat menyediakan
fasilitas serta sarana dan prasarana yang mendukung kesembuhan pasien.
2. Bagi tenaga kesehatan khususnya perawat Diharapkan selalu berkoordinasi dengan tim
kesehatan lainnya dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien agar lebih maksimal,

27
khususnya pada pasien dengan ISPA. Perawat diharapkan dapat memberikan pelayanan
profesonal dan komprehensif.
3. Bagi institusi pendidikan Dapat meningkatkan mutu pelayanan pendidikan yang lebih
berkualitas dan profesional sehingga dapat tercipta perawat tang profesional, terampil, inovatif
danbermutu yang mampu memberikan asuhan keperawatan secara menyeluruh berdasarkan kode
etik keperawatan.

28
DAFTAR PUSTAKA
Andarmoyo. (2014). Kebutuhan Dasar Manusia (Oksigenasi), Konsep, Proses, dan
Praktik Keperawatan. Yogyakarta: Graha Ilmu
Carol. (2014). Essentials of Pathophysiology : Concepts of Altered Health States 3.
Philadelphia : Lippincott Williams & Wilkins
Kementrian RI. (2015). Penyakit Tropis Epidemiologi, Penularan,Pencegahan dan
Pemberantasan. Edisi II. Jakarta: Erlangga
Misnardiarly. (2016). Penyakit Saluran Pernafasan Pneumonia Pada Anak. Jakarta :
Rineka cipta
Erma Zatwiga (2017). KTI Studi Kasus Asuhan keperawatan pada anak yang mengalami
ispa dengan masalah ketidakefektifan bersihan jalan napas.
Dameria (2020). KTI Asuhan keperawatan pada An. D dengan gangguan system
pernafasan : ISPA (Infeksi saluran pernapasan akut).
Riset Kesehatan Dasar . 2015. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan .
Departemen Kesehatan, Republik Indonesia
Ziady, L E., dan Nico Small. (2016). Prevent and Control Infection : Application Made
Easy. South Africa : Juta and Company Ltd.

29

Anda mungkin juga menyukai