Anda di halaman 1dari 5

Kecemasan pada lansia

a. Definisi
Lanjut usia atau disingkat lansia merupakan periode penutup dalam kehidupan manusia.
Individu yang masuk dalam kelompok ini adalah individu yang sudah mencapai usia 60
tahun ke atas berdasar peraturan Undang-undangan Republik Indonesia No. 13 Tahun
1998 (Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia, 1998) tentang Kesejahteraan
Lanjut Usia.
Kecemasan merupakan keadaan khawatir, gelisah, tegang, dan tidak nyaman di
luar kendali individu yang disebabkan adanya hal buruk yang diprediksi akan terjadi
(Halgin & Whitbourne, 2008). Ramaiah (2003) memaparkan bahwa kecemasan adalah
kekhawatiran terhadap hal yang dianggap mengancam. Berdasarkan pengertian tersebut,
dapat diartikan bahwa kecemasan pada lansia merupakan suatu keadaan khawatir,
gelisah, tegang, dan tidak nyaman pada lansia mengenai kemungkinan terjadinya suatu
hal yang buruk. Banyak faktor yang menyebabkan kecemasan. Nevid, Rathus, dan
Greene (2005) menyebutkan kecemasan dipengaruhi faktor kognitif, biologis, dan sosial-
lingkungan.
b. Penyebab
Banyak faktor yang menyebabkan kecemasan pada lansia, salah satu masalah
yang sering dialami oleh kelompok usia di atas 55 tahun. Penurunan fisik, penurunan
psikologis, dan tidak terpenuhinya aspek spiritual menyebabkan kecemasan pada lansia.
Penurunan fungsi fisik menyebabkan lansia rentan mengalami gangguan fisik dan
penyakit. Penurunan sistem tubuh menyebabkan lansia rentan mengalami stres dan
kecemasan (Papalia, Olds, & Feldman, 2009).
Perubahan fungsi psikologis juga berkontribusi pada kecemasan. Penurunan
kondisi psikologis lansia yang ditandai perasaan-perasaan negatif seperti mudah marah,
tersinggung, dan khawatir memicu kecemasan (Laksmana, 2013). Faktor lain yaitu tidak
terpenuhinya aspek spiritual. Sebagaimana penelitian Pamungkas, Wiyanti, dan Agustin
(2013) pada lansia di Surakarta menemukan bahwa religiusitas berpengaruh pada
kecemasan. Lansia yang religiusitasnya tinggi memiliki kecenderungan lebih rendah
mengalami kecemasan.
c. Tanda dan Gejala
Gejala kecemasan yang muncul pada lansia dapat berupa gelisah, mudah emosi,
kelelahan, sulit tidur dan sulit berkonsentrasi. Penelitian yang dilakukan oleh Gellis dan
McCracken (2014) mendapatkan bahwa kecemasan pada lansia dapat berdampak buruk
seperti penurunan kesehatan fisik, kepuasan hidup yang buruk, biaya medis yang lebih
tinggi, dan gangguan fungsional yang signifikan, kelelahan bahkan kematian. Kecemasan
dapat dikurangi dengan terapi farmakologis maupun psikoterapi. Tehnik alternatif yang
dapat digunakan untuk menurunkan kecemasan seseorang yaitu yoga, meditasi,
aromaterapi, dan relaksasi melalui pijat (massage)(Hadibroto & Alam, 2006).
Tanda-tanda kecemasan sedang yaitu respon fisik ditandai dengan ketegangan
otot sedang, tanda-tanda vital meningkat, mulai berkeringat, sering mondar-mandir dan
gerakan memukulkan tangan, suara berubah dan gemetar dengan nadi suara tinggi,
kewaspadaan dan ketegangan meningkat, sering berkemih, sakit kepala, pola tidur
berubah dan punggung terasa nyeri. Respon kognitif berupa lapang persepsi menurun dan
penyelesaian masalah menurun. Respon emosional dengan tanda dan gejala tidak
nyaman, mudah tersinggung, kepercayaan diri berubah, tidak sabar dan masih bisa
merasakan gembira (Suriyati, 2015).
d. Penatalaksanaan
Ada beberapa penatalaksanaan pada kecemasan dan depresi yang dapat dilakukan
diantaranya menggunakan psikofarmaka dan non-psikofarmaka. Hal ini dapat disebabkan
karena biaya yang lebih terjangkau dibandingkan perawatan medis, dan efek samping
dari perawatan medis yang dirasa berat pada pasien (Saritaş et al., 2018). Sehingga terapi
komplementer dapat menjadi alternatif dalam penatalaksanaan kecemasan dan depresi
pada lansia. Beberapa penelitian dari jenis terapi komplementer efektif dalam
penatalaksanaan
kecemasan dan depresi pada lansia yaitu aromaterapi akupresur dan terapi agama.
Terapi Komplementer
1. Aromaterapi
Dalam penelitian ini, bergamot essential oils and lavender hydrolats dilarutkan
terlebih dahulu. Kemudian semprotan aromatik digunaka
n secara eksternal, melalui inhalasi oleh responden selama terapi. Hasil penelitian ini
menyebutkan aromaterapi dapat menurunkan kecemasan dan depresi pada lansia.
Suasana hati mereka membaik setelah menghirup minyak esensial dan semprotan
aromatik, sehingga terjadi penurunan skor depresi dan kecemasan.
2. Musik
Mekanisme dari music dalam penatalaksanaan depresi yaitu dengan mengaktifkan
respons psikofisiologis seseorang dengan bekerja pada sistem limbik. Music membuat
efek pada psikologisnya sehingga mempengaruhi suasana hati. musik yang disukai
dapat membuat seseorang rileks, sehingga berefek positif pada orang yang mengalami
depresi.
3. Terapi tawa
Terapi tawa memberikan informasi tentang cara dalam pembuatan humor. Terapi
tawa efektif dalam mengatasi depresi lansai yang ada di komunitas. Meskipun terapi
tertawa memiliki efek positif pada depresi dan tidur, tetapi pada penelitian ini belum
jelas apakah penatalaksanaan pada depresi menyebabkan perbaikan kualitas tidur atau
terapi tawa secara mandiri yang berefek positif pada depresi dan tidur pada lansia.
4. Agama
Pada penelitian ini kelompok eksperimen diberikan intervensi mendengarkan
murottal Al-Qur’an dan khotbah. Intervensi mendengarkan Al-Qur’an dan kotbah
berfungsi sebagai pedoman untuk hidup sebagai Muslim agar hatinya tenang.
e. Instrument/ alat ukur
Terdapat beberapa instrumen pengukuran yang digunakan untuk mengukur
masalah psikis, di antaranya adalah:
Beck Depression Inventory (BDI)
BDI adalah instrumen yang digunakan untuk mengukur tingkat depresi pada
seseorang. Instrumen ini terdiri dari 21 pertanyaan yang berhubungan
dengan gejala depresi seperti perasaan sedih, hilangnya minat, kehilangan
energi, dan lain sebagainya.
State-Trait Anxiety Inventory (STAI)
STAI adalah instrumen yang digunakan untuk mengukur tingkat kecemasan
seseorang. Instrumen ini terdiri dari dua bagian yaitu State Anxiety dan Trait
Anxiety. State Anxiety mengukur tingkat kecemasan saat ini sementara Trait
Anxiety mengukur tingkat kecemasan yang cenderung dialami seseorang
secara umum.
Symptom Checklist-90-R (SCL-90-R)
SCL-90-R adalah instrumen yang digunakan untuk mengukur gejala-gejala
psikologis dan psikopatologis pada seseorang. Instrumen ini terdiri dari 90
pertanyaan yang mencakup sembilan domain psikologis seperti somatisasi,
kecemasan, depresi, kecemasan interpersonal, dan lain sebagainya.
Minnesota Multiphasic Personality Inventory (MMPI)
MMPI adalah instrumen yang digunakan untuk mengukur kepribadian dan
gangguan mental pada seseorang. Instrumen ini terdiri dari 567 pertanyaan
yang mencakup 10 skala klinis dan 3 skala validitas.
General Health Questionnaire (GHQ)
GHQ adalah instrumen yang digunakan untuk mengukur kesehatan mental
dan psikologis pada seseorang. Instrumen ini terdiri dari 28 pertanyaan yang
mencakup empat domain psikologis yaitu gejala somatik, ansietas/kecemasan,
sosial disfungsi, dan depresi.
Namun, penting untuk diingat bahwa instrumen pengukuran hanya dapat
memberikan informasi yang terbatas tentang masalah psikis seseorang. Oleh
karena itu, penting untuk melibatkan evaluasi dan intervensi dari profesional
kesehatan mental yang terlatih.
f. Intervensi keperawatan
1. Terapi Zikir Sebagai Intervensi Untuk Menurunkan Kecemasan Pada Lansia.
Terapi zikir merupakan upaya perlakuan yang mencakup aktivitas mengingat,
menyebut nama, dan keagungan Allah SWT secara berulang, yang disertai
kesadaran akan Allah SWT dengan tujuan untuk menyembuhkan keadaan
patologis. Terapi zikir dalam penelitian ini terdiri dari empat pertemuan. Pertemuan
pertama yaitu pemberian materi mengenai makna zikir, bacaan zikir beserta artinya,
pelaksanaan zikir, dan manfaat zikir. Pertemuan kedua, ketiga, dan keempat yaitu
praktik zikir bersama. Pada praktik zikir, subjek dipandu untuk mengucapkan zikir,
subjek diberi pemahaman mengenai arti bacaan zikir yang diucapkan. Subjek juga
diberi tugas untuk melakukan zikir setiap selesai salat dan sebelum tidur.
Sebagaimana ditetapkan WHO, kesehatan mental terdiri dari empat dimensi yaitu
sehat secara fisik, psikis, sosial, dan spiritual (Hawari, 2002). Oleh karena itu,
upaya penanganan kecemasan perlu menggunakan pendekatan yang bersifat
holistik (menyeluruh). Terapi zikir memberi dampak positif pada aspek kognitif,
afektif, dan spirituaL. Pada aspek kognitif, bacaan zikir memberikan pemahaman
yang positif (Anward, 2002). Pada aspek afektif, pemahaman positif yang timbul
karena zikir, menumbuhkan optimisme bahwa setiap permasalahan dapat dihadapi.
Selain itu, zikir disebut sebagai teknik relaksasi Islam sehingga membuat perasaan
yang tegang menjadi tenang (Mardiyono & Songwathana, 2009).Adapun aspek
spiritual, zikir menumbuhkan kesadaran untuk berpasrah kepada Allah SWT
(Subandi, 2009). Sebagaimana diungkap Jalaluddin (2009) bahwa penyerahan diri
kepada Allah SWT memberikan ketenangan batin atau jiwa. Juga Uyun,
Kurniawan, dan Jaufalaily (2019) yang menguatkan bahwa melakukan praktik
taubat dan istighfar membantu individu dalam menghadapimasalah, memahami,
menerima, dan bersabar sehingga meningkatkan kesehatan mental dan menurunkan
kecemasan. Oleh karena itu, kecemasan dapat diminimalisasi dengan terapi zikir.
Daftar Pustaka
Widyastuti, T., Hakim, M. A., & Lilik, S. (2019). Terapi zikir sebagai intervensi untuk
menurunkan kecemasan pada lansia. Gadjah Mada Journal of Professional Psychology
(GamaJPP), 5(2), 147-157.
Sukmawati, A. S., Pebriani, E., & Setiawan, A. A. (2018). Terapi Swedish Massage menurunkan
tingkat kecemasan Lansia di Balai Pelayanan Sosial Tresna Wredha (BPSTW) Unit Budi
Luhur Yogyakarta. Jurnal Ners dan Kebidanan (Journal of Ners and Midwifery), 5(2),
117-122.
Arjuna.dkk. (2020). "Terapi Komplementer untuk Penatalaksanaan Kecemasan atau Depresi
pada Lansia yang tinggal di Komunitas". Jurnal Keperawatan Silampari. Vol 4 (1). 205-
214

Anda mungkin juga menyukai