Disusun Oleh :
Adisty Sheyra Muchyi Pratama
200207004
1
disembuhkan dengan terapi shalat. Karena pada hakikatnya, shalat mampu membersihkan
penyakit fisik maupun psikis seperti stress, cemas, dan depresi. Gerakan shalat dapat
membantu merelaksasi otot dalam mengurangi reaksi fisik dan psikis yang dialami karena
adanya kecemasan yang berlebihan. Berdasarkan hal tersebut, penulis tertarik untuk
melakukan kajian mengenai penerapan terapi gerakan shalat sebagai bentuk relaksasi untuk
mengurangi gangguan kecemasan.
TINJAUAN PUSTAKA
Terapi Gerakan Shalat
Terapi berasal dari bahasa Inggris yang asal katanya ialah “therapy” yang berarti
terapi, pengobatan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) terapi berarti usaha
untuk memulihkan kesehatan orang yang sedang sakit; pengobatan penyakit; perawatan
penyakit. Dalam Kamus Lengkap Psikologi kata therapy berarti suatu perlakuan dan
pengobatan yang ditujukan kepada penyembuhan satu kondisi patologis. Dalam Kamus Ilmu-
ilmu Sosial juga dikatakan therapy merupakan perlakuan atau cara-cara menyembuhkan
penyakit yang diderita oleh seorang individu. Kartono (dalam Zanikhan, 2009) menyebutkan
bahwa terapi ialah metode penyembuhan dari gangguan-gangguan kejiwaan. Kemudian
Singgih D Gunarsa (dalam Zanikhan, 2009) merumuskan pengertian terapi sebagai perawatan
terhadap aspek kejiwaan seseorang.
Secara etimologis shalat mengandung arti berdo'a memohon kebaikan dan pujian.
Sedangkan secara hakikat mengandung pengertian berhadap hati (jiwa) kepada Allah dan
mendatangkan takut kepada-Nya, serta menumbuhkan rasa keagungan, kebesaran dan
kesempurnaan sang khaliq didasar jiwa. Adapun menurut pemahaman ilmu fiqih, shalat
merupakan rangkaian pebuatan, dan perkataan yang dimulai dengan takbir dan diakhiri
dengan salam. Gerakan-gerakan shalat yang dimulai dengan mengangkat kedua tangan dalam
takbiratul ihram sampai menengokkan kepala ke kanan dan kiri pada salam merupakan
gerakan yang dapat merelaksasi otot-otot tubuh.
Sehingga dapat disimpulkan terapi gerakan shalat merupakan suatu perlakuan dan
pengobatan yang ditujukan kepada penyembuhan gangguan-gangguan kejiwaan dengan
memadukan teknik psikologis dengan rangkaian gerakan-gerakan dalam shalat yang dimulai
dengan takbir dan diakhiri dengan salam untuk melakukan intervensi psikis.
Kecemasan
2
Kecemasan atau dalam Bahasa Inggris “anxiety” berasal dari Bahasa Latin “angustus”
yang berarti kaku, dan “ango, anci” yang berarti mencekik. Istilah kecemasan mengacu pada
perasaan tidak nyaman dan ketakutan, ditambah dengan beberapa gejala fisik yang tidak
menyenangkan, termasuk ketegangan (otot yang menegang), denyut jantung yang bertambah
cepat, nafas memburu, mulut kering, badan berkeringat dan gemetar. Apabila rasa cemas
semakin parah, berbagai hal yang lebih buruk bisa muncul, misalnya rasa pusing, pingsan,
dada sakit, pandangan buram, perasaan tercekik, badan terasa panas dan dingin, mual dan
sering buang air atau diare.
Kecemasan terkadang dapat dianggap sebagai suatu gejala yang hampir sama dengan
rasa takut, sehingga dapat mengganggu terwujudnya perilaku sehat dan keduanya dapat
menimbulkan perilaku abnormal. Perasaan yang tidak menyenangkan ini umumnya
menimbulkan gejala-gejala fisiologis (seperti gemetar, berkeringat, detak jantung meningkat,
dan lain-lain) dan gejala-gejala psikologis (seperti panik, tegang, bingung, tak dapat
berkonsentrasi, dan sebagainya). Freud mengatakan bahwa kecemasan adalah fungsi ego
untuk memperingatkan individu tentang kemungkinan datangnya suatu bahaya sehingga
dapat disiapkan reaksi adaptif yang sesuai. Kecemasan berfungsi sebagai mekanisme yang
melindungi ego karena kecemasan memberi sinyal kepada kita bahwa ada bahaya dan kalua
tidak dilakukan Tindakan yang tepat maka bahaya itu akan meningkat sampai ego
dikalahkan. Kecemasan merupakan suatu keadaan patologis yang ditandai oleh perasaan
ketakutan disertai tanda somatis terutama sistem saraf otonom yang menjadi hiperaktif
(Kaplan dan Sadock, 2000). Kecemasan merupakan ketegangan, rasa tidak aman dan
kekhawatiran yang timbul karena dirasakan akan terjadi sesuatu yang tidak menyenangkan,
tetapi sumbernya sebagian besar tidak diketahui dan manifestasi kecemasan dapat melibatkan
somatik dan psikologis.
PEMBAHASAN
Shalat merupakan salah satu perintah Allah yang paling utama untuk dilaksanakan,
bila dilihat dari sudut pandang psikologis shalat mengandung beberapa unsur terapeutik yang
tidak hanya bermanfaat dari segi jasmani atau fisik saja namun juga berperan dalam
Kesehatan jiwa serta pembentukan kepribadian pada diri seorang muslim. Aspek-aspek
terapeutik dalam shalat, dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Aspek olahraga
3
Gerakan dalam shalat dapat dikatakan sebagai olahraga karena dalam
pelaksanaannya ada gerakan fisik yang teratur dilakukan secara rutin yakni
sebanyak 5 kali dalam sehari, setiap hari sepanjang hidup. Maka tak salah lagi jika
dalam shalat terkandung gerakan olahraga yang memiliki intensitas dan efektivitas
yang lebih baik dari olahraga jenis lain.
2. Aspek relaksasi otot
Saat melakukan shalat, ada aktivitas yang berlangsung seperti relaksasi otot, yaitu
kontraksi otot, serta pijatan dan tekanan pada bagian-bagian tubuh tertentu.
Seorang pakar mengatakan bahwa relaksasi otot ini dapat mengurangi tingkat
kecemasan, insomnia, hiperaktif pada anak, dan membantu mengurangi
kecanduan merokok.
3. Aspek meditasi
Jika dilakukan dengan khusyuk dan penuh konsentrasi, ibadah shalat dapat
menimblkan aspek meditasi seperti pada yoga. Shalat sebagai aspek meditasi
dapat meningkatkan respon imun (kekebalan) tubuh terhadap penyakit.
4. Aspek relaksasi kesadaran indera
Ketika shalat, seseorang merasa seolah-olah sedang berhadapan langsung dengn
Tuhannya. Biasanya seseorang merasa bahwa tidak ada lagi penghalang antara
dirinya dengan Rabbnya. Segala bentuk gerakan, ucapan, dan perkataan dalam
shalat hanya ditujukan kepada Allah. Proses inilah yang dapat dikatakan sebagai
proses relaksasi kesadaran indera.
Dari keempat aspek tersebut yang sesuai dengan penjelasan tentang gerakan shalat
dapat membantu merelaksasi otot dalam mengurangi reaksi fisik dan psikis yang dialami
karena adanya kecemasan yang berlebihan. Selain itu, ada tujuh gerakan inti dalam shalat
yang dijadikan poin untuk gerak relaksasi, yaitu :
1. Berdiri tegak
Sikap berdiri tegak dimana sikap kaki menumpu seluruh badan, dalam posisi ini
tubuh berada pada posisi anatomisnya. Seluruh otot, tulang dan sendi berada
dalam posisi pasif sehingga menimbulkan relaksasi.
2. Takbiratul ihram
Saat kedua tangan diangkat dalam keadaan takbir, otot-otot dada akan
berkembang secara pasif yang mengakibatkan organ paru yang ada di dalam juga
akan berkembang secara pasif. Lalu kedua tangan dilipat di dada atau disebut
4
bersedekap, jika ditinjau dari manfaat kesehatan sikap seperti ini merupakan sikap
rileks atau sikap istirahat paling sempurna bagi kedua tangan.
3. Rukuk
Ketika posisi membungkuk disertai wajah menghadap kedepan saat rukuk, ruas
tulang belakang segmen leher sampai ekor membentuk posisi sedemikian rupa
sehingga kelengkungan tiap-tiap segmen berkurang. Hal ini menyebabkan
serabut-serabut saraf tulang belakang mengalami relaksasi.
4. I’tidal
Dalam I’tidal alirah darah yang tadinya terfokus di kepala setelah rukuk akan
turun ke badan sesuai gravitasi. Saat kedua lengan bergerak turun untuk berada di
samping kanan dan kiri badan, sisa pembakaran atau metabolism yang bermuatan
negative dikeluarkan bersama dengan hembusan nafas.
5. Sujud
Pada posisi ini terjadi ekstensi pada ruas tulang leher, pinggang serta refleksi
dibagian ruas tulang belakang segmen dada.
6. Duduk diantara dua sujud
Pada posisi ini, otot-otot pangkal paha yang didalmnya ada salah satu saraf
pangkal paha yang besar, yaitu diatas tumit kaki berfungsi sebagai penyangga.
Gerakan ini menyebabkan otot-otot di daerah ini terpijit (refleksi).
7. Tahiyyatul akhir
Gerakan salam menengok ke kanan dan kiri pada tahiyyat akhir merangsang
reflex di kanan kiri leher sehingga bisa mengendalikan tekanan darah dan irama
jantung. Dan inilah bagian dari relaksasi penutup yang dilakukan dalam shalat.
KESIMPULAN
Terapi gerakan shalat adalah suatu perlakuan dan pengobatan yang ditujukan kepada
penyembuhan gangguan-gangguan kejiwaan dengan memadukan teknik psikologis dengan
rangkaian gerakan-gerakan shalat yang dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam
untuk melakukan intervensi psikis. Pelaksanaan terapi gerakan shalat ini dapat dipastikan
mampu untuk mengatasi masalah kecemasan. Terapi gerakan shalat dengan menekankan
tujuh gerakan inti shalat yang kemudian dieksplor untuk dijadikan cara untuk merelaksasi
otot kita yakni berdiri tegak, takbiratul ihram, rukuk, i`tidal, sujud, duduk diantara dua sujud,
dan i`tidal dilanjut salam. Hal ini terbukti dengan relaksasi otot melalui terapi Gerakan shalat
5
yang dipaparkan dalam kajian ini terbukti mampu menghasilkan perubahan yang signifikan
terhadap kecemasan yang didukung oleh beberapa sumber danpenelitian sebelumnya.
DAFTAR PUSTAKA
Ismail, I. H. (2016). Bimbingan Dan Konseling Islam (Aplikasi Terapi Gerakan Shalat dalam
Bentuk Gerakan Relaksasi untuk Mengurangi Kecemasan). Jurnal Mimbar: Media
Intelektual Muslim Dan Bimbingan Rohani, 2(1), 90-104.
Kaplan H.I, Sadock, B.J, Made, W. (2000). (eds) Gangguan Kecemasan dalam Sinopsis
Psikiatri. Jakarta: Binarupa Aksara.
Suriyanti, 2009, “Dampak Kekhusyu’an Shalat Fardlu Terhadap Ketenangan Jiwa Keluarga
Pasien Rawat Inap Rumah Sakit Islam Muhammadiyah Kendal”, Skripsi Jurusan
Bimbingan Penyuluhan Islam, Fakultas Dakwah, IAIN Walisongo, Semarang.