Anda di halaman 1dari 7

Dosen Pengampu : - Basti Tetteng, S.Psi., M.

Si
- Muh. Rajan, S. Psi., M. Sc.

PSIKOLOGI AGAMA
“AGAMA DAN PSIKOTERAPI UNTUK KESEHATAN MENTAL”

OLEH:
SILVIANI RINDI BUNGA 1971040017
RISKAYANTI ARIF 1971040052
RINI BUDI ASTUTI S. 1971041037
RIZKA AYU ANANDA 1971042035

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
MAKASSAR
2021
A. Definisi Psikoterapi
Psikoterapi berasal dari kata "Psyco"= Jiwa dan "Therapy" = penyembuhan.
Psikoterapi sama dengan penyembuhan jiwa. Psikoterapi yaitu pengobatan dan perawatan
gangguan psikis melalui metode psikologis. Lewis R. walberg M.D. dalam buku The
Thachnique of Psyshoterapy mengatakan :"psikoterapi adalah perewatan yang menggunakan
alat-alat psikologis terhadap permasalahan yang berasal dari kehidupan emosional dimana
seorang ahli secara sengaja menciptakan hubungan professional dengan pasien yang
bertujuan (Abdul Azis Ayahdi : 2001; 156):
1) Menghilangkan, mengubah atau menurunkan gejala-gejala yang ada.
2) Perbaikan pada tingkah laku yang rusak.
3) Meningkatkan pertumbuhan serta perkembangan kepribadian yang positif.
Dari pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa, psikoterapi tidak hanya digunakan
untuk menyembuhkan penyakit mental, tetapi juga digunakan untuk membantu,
mempertahankan dan mengembangkan integritas jiwa, agar ia tetap tumbuh secara sehat dan
mampu menyesuaikan diri lebih efektif terhadap lingkungannya.

B. Macam-Macam Jenis Terapi


Wolberg membagi tiga macam tipe terapi:
a) Penyembuhan Supportif (Supportive Therapy) yang bertujuan memperkuat kepribadian
dan memperluas cara pengarah dan pengendalian emosi atau kepribadian.
b) Penyembuhan Reduktif (Reduktive Therapy) yang bertujuan pengusahaan secara sengaja
adanya : penyesuaian kembali, perubahan atau modifikasi tujuan hidup dan
menghidupkan fungsi kreatif.
c) Penyembuhan Reduktif (Rekonstruktive Therapy), yang bertujuan memunculkan insight
atau pemahaman terhadap konflik-konflik yang tidak disadari agar terjadi perubahan
struktur karakter dan memperluas pertumbuhan kepribadian dengan mengembangkan
kepribadian. (Abdul Aziz Ahyadi: 2001; 161-162).
Lebih spesifik Ibnu Qayyim al-Jauziyah, membagi psikoterapi dalam dua katagori,
yaitu : pertama, psikoterapi Tabi'iyah yaitu pengobatan secara psikologis terhadap penyakit
yang gejalanya dapat diamati dan dirasakan oleh penderita dalam kondisi tertentu. Kedua,
psikoterapi Syar'iyah yaitu pengobatan dengan cara penanaman syari'ah yang datangnya dari
Tuhan. (Abdul Mujib: 2001; 211). Sedangkan menurut Muhammad Mahmud, psikoterapi
dapat dibagi dalam dua macam pertama, bersifat duniawi yaitu psikoterapi dengan
pendekatan dan tekhnik tekhnik pengobatan psikis setelah mengetahui psikopatologi dalam
kehidupan nyata. Kedua, bersifat ukhrawi yaitu psikoterapi yang berupa bimbingan nilai-nilai
moral, spiritual dan agama (Abdul Mujib: 2001; 212).
C. Peran Agama Dalam Kesehatan Mental
Kesehatan mental adalah terhindarnya seseorang dari keluhan dan gangguan mental
baik berupa neurosis maupun psikosis (penyesuaian diri terhadap lingkungan sosial) Orang
yang sehat mental akan senantiasa merasa aman dan bahagia dalam kondisi apapun, ia juga
akan melakukan intropeksi atas segala hal yang dilakukannya sehingga ia akan mampu
mengontrol dan mengendalikan dirinya sendiri.
Agama tampaknya memang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia.
Pengingkaran manusia terhadap agama mungkin karena faktor-faktor tertentu baik yang
disebabkan oleh kepribadian maupun lingkungan masing-masing. Fitrah manusia sebagai
makhluk ciptaan Allah SWT ialah manusia diciptakan mempunyai naluri beragama yaitu
agama tauhid. Kalau ada manusia tidak beragama tauhid, maka tidak wajar, mereka tidak
beragama tauhid itu hanya karena pengaruh lingkungan
Hubungan antara kejiwaan dan agama dalam kaitannya dengan hubungan antara
keyakinan dan kesehatan jiwa terletak pada sikap penyerahan diri seseorang terhadap suatu
kekuasaan yang maha tinggi sehingga akan dapat memunculkan perasaan positif pada
kesehatan mental seseorang.
 Agama adalah hubungan praktis yang dirasakan dengan apa yang dia percayai sebai
mahluk atausebagai wujud yang lebih tinggi dari manusia
 Kesehatan mental adalah terhindarnya seseorang dari gangguan dan penyakit jiwa.
 Hubungan antara kejiwaan dan agama dalam kaitannya dengan hubungan antara
agama sebagai keyakinan dan kesehatan jiwa, terletak pada sikap penyerahan diri
seseorang terhadap suatu kekuasaan Yang Maha Tinggi. Sikap pasrah yang seruapa
itu diduga akan memberi sikap optimis pada diri seseorang sehingga muncul perasaan
positif, seperti rasa bahagia, rasa sengang, puas, sukses, merasa dicintai, atau rasa
aman. Dengan kata lain, kondisi yang demikian menjadi manusia pada kondisi
kodratinya, sesuai dengan fitrah kejadiannya, sehat jasmani dan ruhani.
Berbagai aliran dikalangan ahli ilmu jiwa mengatakan tentang pentingnya agama dalam
kesehatan mental. “Keimanan kepada Tuhan merupakan kekuatan luar biasa dalam
membekali manusia yang religius. Dengan kekuatan rohaniah akan menopang seseorang
dalam menanggung beratnya beban kehidupan, menghindarkannya dari keresahan yang
menimpa banyak manusia yang hidup pada zaman modern ini yang didominasi oleh
kehidupan materi” (Najati, 1985: 287).
William James, seorang ahli psikologi dari Amerika Serikat mengatakan bahwa tidak
ragu lagi bahwa terapi yang terbaik bagi keresahan jiwa adalah keimanan kepada Tuhan.
Keimanan kepada Tuhan adalah salah satu kekuatan yang tidak boleh tidak harus dipenuhi
untuk membimbing seseorang dalam hidup ini. Selanjutnya dia berkata bahwa antara manusia
dan Tuhan terdapat ikatan yang tidak terputus. Apabila manusia menundukkan diri di bawah
pengarahan-Nya, cita-cita dan keinginan manusia akan tercapai (Jamaludin Ancok, 1998:67).
Selanjutnya Usman Najati menulis, “Manusia yang benar-benar religius akan terlindung
dari keresahan, selalu terjaga keseimbangannya dan selalu siap untuk menghadapi segala
malapetaka yang terjadi” (Najati,1985: 287). Kemudian Najati mengutip pendapat Carl
Gustav Jung yang mengatakan bahwa selama tiga puluh tahun yang lalu, pribadi-pribadi dari
berbagai bangsa di dunia telah melakukan konseling dengannya dan diapun telah banyak
menyembuhkan para penderita gangguan jiwa. Semua pasien yang pernah diobatinya yang
usianya di atas tiga puluh lima tahun memiliki problem yang bersumberkan pada kebutuhan
akan agama. Pasien tersebut telah kehilangan sesuatu yang diberikan oleh agama. Pasien
tersebut baru sembuh setelah mereka kembali pada wawasan agama (Najati, 1985: 287-288).
Henry Link, seorang ahli jiwa Amerika mengatakan berdasar pengalamannya yang lama
dalam menerapkan percobaan-percobaan kejiwaan atas kaum buruh dalam proses pemilihan
dan pengarahan profesi yang hasilnya bahwa pribadi yang religius dan sering mendatangi
rumah ibadah mempunyai kepribadian yang lebih kuat dan baik ketimbang pribadi-pribadi
yang tidak taat menjalankan agamanya (Al-Qardawi, 1978: 343).
Zakiah Daradjat menulis, “Keimanan adalah suatu proses kejiwaan yang tercakup di
dalamnya semua fungsi jiwa, perasaan dan pikiran sama-sama meyakininya . Apabila iman
tidak sempurna, maka manfaatnya bagi kesehatan mentalnya kurang sempurna pula (Zakiah
Daradjat, 1983: 29). Selanjutnya Zakiah Daradjat menambahkan bahwa fungsi agama adalah:
(1) memberi bimbingan dalam hidup, (2) menolong dalam menghadapi kesukaran, dan (3)
menentramkan batin. Dengan demikian, agama benar-benar dapat membantu orang dalam
mengendalikan dirinya dan membimbingnya dalam segala tindakan. Begitu pula kesehatan
jiwa dapat dipulihkan dengan cepat apabila keyakinan kepada Allah SWT dan ajaran-Nya
dilakukan (Zakiah Daradjat, 1988: 14).
Selain ahli psikologi seperti dikutip sebelumnya, ada pula seorang sejarawan Inggeris yang
bernama Arnold Toynbee yang berpendapat tentang pentingnya agama bagi kehidupan.
Menurut Toynbee krisis yang dialami oleh orang-orang Eropa pada zaman modern ini
disebabkan oleh karena kemiskinan spiritual yang jalan untuk menyembuhkannya tiada lain
kecuali kembali pada agama (Najati, 1985: 288). Dalam agama Islam, agama dan ilmu
pengetahuan adalah dua hal yang berjalan seiring yang tidak terpisahkan. Adapun yang
diajarkan agama Islam dalam kaitannya dengan kesehatan mental tentunya bisa diterangkan
dari segi ilmu pengetahuan.

D. Jiwa Manusia Membutuhkan Agama


Pengabdian diri kepada tuhan pencipta diri dan alam semesta merupakan makna hiduo
manusia yang tertinggi. Agama mampu memberikan makna, arti dan tujuan hidup.
Kehidupan manusia akan terasa kacau, hampa dan tak bermakna serta bersifat mekanis.
Tanpa agama menurut Zakiah, jiwa manusia tidak bisa merasakan ketenangan dan
kebahagiaan dalam hidup. Maka agama dan kepercayaan kepada Tuhan adalah pokok
manusia yang menolong orang dalam memenuhi kekosongan jiwanya. (Zakiah Dardjat : 1995
; 52) Fungsi agama menurut zakiah Dardjat ada empat, yaitu :
1. Agama memberikan bimbingan hidup dan petunjuk hidup
2. Agama adalah penolong dalam kesukaran
3. Agama menentramkan batin
4. Agama mengendalikan.

E. Langkah-langkah Terapi Religius


1. Terapi yang pertama dan utama adalah al-Qur'an.
Karena al Qur'an memuat resep-resep yang mujarak yang dapat menyembuhkan
penyakit jiwa manusia. Dimana tingkat kemujarabannya tergantung seberapa jauh
tingkat sugesti keimanan individu. Dengan al-Qur'an maka seseorang dapat
mempertahankan keteguhan jiwa dari penyakit batin. Dan juga al Qur'an memiliki
nilai yang kontruktif bagi orang yang sehat mentalnya artinya ia dapat
mengembangkan integritas dan penyesuaian kepribadian dirinya.
2. Shalat diwaktu malam.
Karena shalat juga merupakan terapi psikis yang bersifat kuratif, prefentif dan
kontruktif sekaligus. Pertma, shalat membina individu untuk melatih konsentrasi
integral dan komprehensip, Kedua, shalat dapat menjaga kesehatan-kesehatan
potensipotensi psikis manusia. Ketiga, shalat juga mengandung do'a yang dapat
membebaskan manusia dari penyakit batin.
3. Bergaul dengan orang yang shaleh.
Orang yang mampu mengintegrasikan dirinya dan mengaktualisasikan potensinya
semaksimal mungkin dalam berbagai dimensi kehidupan. Sebab nasehat-nasehat
orang shaleh dapat memberikan terapin individu yang sehat maupun yang sakit
mentalnya.
4. Dzikir.
Artinya mengingat segala keagungan dan kasih saying Allah SWT, yang telah
diberikan kepada manusia, dengan mentaati segala perintahNya dan menjauhi
larangan-Nya. Dalam al-Qur'an baryale sekall ayat yang menjetaskan tentang barang
siapa yang baryak berdzikir (menyebut nama Allah), hatinya akan tenang tentram, dan
damai. Firman Allah surat Ar Ra'd ayat 28 dan surat al-Baqarah ayat 152.

F. Diagnosa Krisis Kejiwaan Manusia Modern


Tragedi Manusia Modern Tragedi masyarakat modern dapat dilihat dari beberapa
penyakit yang melanda berbagai dimensi kehidupan diantaranya :
1. Pertama, disintegrasi ilmu pengetahuan yang berakibat terjadinya pengkotakan akal
fikiran manusia dan cenderung membingungkan masyarakat.
2. Kedua, kepribadian yang terpecah dikarenakan kehidupan yang dipolakan oleh ilmu
pengetahuan yang terspesialisasi dan tak berwatak nilai - nilai ketuhanan.
3. Ketiga, dangkalnya keimanan dan ketaqwaan serta kemanusiaan yang diakibatkan
oleh kehidupan yang rasionalistik dan individualistic.
4. Keempat, kehidupan materialistic akibat dari kehidupan mengejar duniawi secara
berlebihan
5. Kelima, penghalalan segala cara sebagai akibat dari paham hedonisme yang melanda
kehidupan
6. Keenam, mudah stress dan frustasi karena terlalu percaya dan bangga kepada dirinya
yang tidak dibarengi pada sikap tawakal dan percaya kepada ketentuan Tuhan.
7. Ketujuh, kehidupan yang terasing, sebagai akibat dari sikap individualistic.
8. Delapan, hilangnya harga diri dan masa depan, sebagai akibat dari perbuatan yang
menyimpang . ( Abuidin Nata : 2003 ; 82-83 ).
Istilah tragedy sering digunakan untuk menyebutkan krisis kejiwaan manusia
modern, kemajuan iptek dengan segala ragamnya ternyata tidak berhasil mengangkat
harkat kehidupan manusia yang hakiki. Yang terjadi justru sebaliknya , banyak terjadi
kegelisahan-kegelisahan yang semakin bermaknanya kehidupan serta hampanya nilai-
nilai spiritual. ( Zakiah daradjat : 1995 ; 10 ) Akibat dari fenomena ini, masyarakat
modern sering dikatakan sebagai The Pots Industial Society, suatu masyarakat yang telah
mencapai tingkat kemekmuran materi sedemikian rupa dengan kecanggihan tekhnologi
yang serba mekanis dan otomatis, bukannya semakin mendekati kebahagiaan hidup
melainkan sebaliknya, kian merasa cemas akibat kemewahan hidup yang diraihnya. (
Komarudin Hidayat : 1996 184 ) Kondisi manusia modern, seperti dilukiskan diatas,
karena mengabaikan kebutuhan yang paling penting yang bersifat spiritual, maka mereka
tidak dapat menemukan ketentraman baik yang berarti tidak adanya keseimbangan dalam
dirinya.

DAFTAR PUSTAKA
Lubis, A. (2016). Peran agama dalam kesehatan mental. Ihya al-Arabiyah: Jurnal Pendidikan
Bahasa dan Sastra Arab, 2(2).
Razak. A, Mansyur.A.Y, & Tetteng. B. (2020). Psikologi Agama. Makassar: Badan Penerbit
UNM

Anda mungkin juga menyukai