Kesehatan mental dari sudut pandang islam merupakan suatu kemampuan diri
individu dalam mengelola fungsi-fungsi kejiwaan dan terciptanya penyesuaian dengan diri
sendiri, orang lain, maupun lingkungan sekitarnya secara dinamis berdasarkan Al-Qur’an dan
As-Sunnah sebagai pedoman hidup menuju kebahagiaan dunia dan akhirat. Pada dasarnya
masalah kesehatan mental menurut psikolog dan agama Islam memiliki persamaan, yaitu
mewujudkan pribadi yang seimbang antara kebutuhan jasmani dan rohani. Untuk itu di dalam
psikologi Islam dikenal adanya kepribadian seorang muslim dimana unsur-unsur keimanan
pada diri seseorang ketika menghadapi gangguan-gangguan jiwa atau penyakit-penyakit jiwa
yang ada. Penyakit-penyakit jiwa yang dalam garis besarnya terbagi menjadi dua, yaitu
neurosa dan pikiran (psikosa) atau dalam Islam keduanya dikenal dengan amradh al-qulub
atau aswan al-nufus.Peranan agama islam dapat membantu manusia dalam mengobati
jiwanya dan mencegahnya dari gangguan kejiwaan serta membina kondisi kesehatan mental.
Pengingkaran manusia terhadap agama mungkin karena faktor-faktor tertentu baik yang
disebabkan oleh kepribadian maupun lingkungan masing-masing. Manusia ternyata memiliki
unsur batin yang cenderung mendorongnya untuk tunduk kepada Zat yang gaib, ketundukan
ini merupakan bagian dari faktor intern manusia dalam psikologi kepribadian yang
dinamakan pribadi (self) ataupun hati nurani (conscience of man). Sifat manusia sebagai
makhluk ciptaan Allah SWT ialah manusia diciptakan mempunyai naluri beragama yaitu
agama tauhid, sebagaimana yang ada dalam (QS Ar Ruum 30:30) yang artinya: “Maka
hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang
telah menciptakan manusia menurut fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi
kebanyakan manusia tidak mengetahui”.
Agama sebagai terapi kesehatan mental dalam islam sudah ditunjukkan secara jelas
dalam ayat-ayat Al-Quran, diantaranya yang membahas tentang ketenangan dan kebahagiaan
adalah (QS An Nahl 16:97) yang artinya: “Barang siapa yang mengerjakan amal saleh, baik
laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan kami berikan
kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan kami beri balasan kepada mereka
dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan” isi dalam ayat ini
menekankan bahwa laki-laki dan perempuan dalam islam mendapat pahala yang sama dan
bahwa amal saleh harus disertai iman. (QS Ar Ra’ad 13:28) yang artinya “(yaitu) orang-orang
yang beriman dan hati mereka menjadi tentram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya
dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tentram. Islam beserta seluruh petunjuk yang ada
dalam Al-Qur’an merupakan obat bagi jiwa atau penyembuh segala penyakit hati yang
terdapat dalam diri manusia. Firman Allah Swt dalam surat Yunus 57 “Hai manusia,
sesungguhnya telah datang kepadamu nasihat (agama) dari Tuhanmu sebagai penyambuh
bagi penyakit yang ada di dalam, dada (rohani), sebagai petunjuk serta rahmat bagi orang
yang beriman.
Agama dan spiritualitas merupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan
manusia. Hal tersebut diajarkan secara turun-temurun dalam beragam kebudayaan. Selain
sebagai sarana untuk mengingat Sang Pencipta dan mendekatkan diri kepada-Nya, agama
juga mempunyai manfaat untuk kesehatan, antara lain :
Rasulullah shalallahu alaihi wa salam juga menyampaikan indikator jiwa yang sehat
di dalam beberapa haditsnya. Rasa aman adalah salah satu indikator tercapainya kesehatan
serta kestabilan mental. Dalam hadist riwayat Tirmidzi beliau shalallahu alaihi wa salam
menyampaikan bahwa seseorang seolah mendapat semua kenikmatan dunia apabila ia bangun
di pagi hari dalam kondisi :
1. Rasa aman mengenai lingkungan
2. Tubuh yang sehat
3. Adanya makanan untuk dimakan di hari itu.