Purmansyah Ariadi*
Abstrak
Kesehatan mental dari perspektif Islam merupakan suatu kemampuan diri individu dalam
mengelola fungsi-fungsi kejiwaan dan terciptanya penyesuaian dengan diri sendiri, orang lain,
maupun lingkungan sekitarnya secara dinamis berdasarkan Al- -Sunnah sebagai
pedoman hidup menuju ke kebahagiaan dunia dan akhirat. Pandangan Islam tentang gangguan
jiwa tidak jauh berbeda dengan pandangan para ahli kesehatan mental pada umumnya. Peranan
agama Islam dapat membantu manusia dalam mengobati jiwanya dan mencegahnya dari
gangguan kejiwaan serta membina kodisi kesehatan mental. Kajian berikut akan mengulas
beberapa bentuk ibadah dan efeknya secara psikis, yang kemudian dikenal dengan psikoterapi
melalui amalan ibadah.
118
3 (No.2), Maret 2013
dari konsep mental hygiene. Kata suatu kondisi batin yang senantiasa
mental diambil dari bahasa Yunani, berada dalam keadaan tenang, aman
pengertiannya sama dengan psyche dan tentram, dan upaya untuk
dalam bahasa Latin yang artinya menemukan ketenangan batin dapat
psikis, jiwa atau kejiwaan. Jadi istilah dilakukan antara lain melalui
mental hygiene dimaknakan sebagai penyesuaian diri secara resignasi
kesehatan mental atau jiwa yang (penyerahan diri sepenuhnya kepada
4
dinamis bukan statis karena
menunjukkan adanya usaha Sesuai dengan pengertian Islam
1
peningkatan. ditinjau dari segi bahasanya dan asal
Prof. Dr. Zakiah Daradjat (1985)3, katanya, Islam memiliki beberapa
mendefinisikan kesehatan mental pengertian, diantaranya adalah:
dengan beberapa pengertian: 1. )
1. Terhindarnya orang dari gejala- yangberarti damai.(QS. 8:61)
gejala gangguan jiwa (neurose) dan 2. )
dari gejala gejala penyakit jiwa berarti menyerah.(QS. 4:125)
(psychose). 3. Berasal dari kata istaslama
2. Kemampuan seseorang untuk mustaslimun ( ):
menyesuaikan diri dengan diri penyerahan total kepada
sendiri, dengan orang lain dan Allah.(QS. 37 : 26)
119
3 (No.2), Maret 2013
120
3 (No.2), Maret 2013
seperti sifat, bakat, keturunan dan secara wajar, tidak merugikan diri
sebagainya. Faktor eksternal sendiri dan lingkungannya, serta sesuai
merupakan faktor yang berada di luar dengan norma agama.
diri seseorang seperti lingkungan, 3. Pemanfaatan potensi maksimal
keluarga. Faktor luar lain yang Individu yang sehat mentalnya adalah
berpengaruh seperti hukum, politik, yang mampu memanfaatkan potensi
sosial budaya, agama, pekerjaan dan yang dimilikinya, dalam kegiatan-
sebagainya. Faktor eksternal yang baik kegiatan yang positif dan konstruktif
dapat menjaga mental sehat seseorang, bagi pengembangan kualitas dirinya.
namun faktor external yang pemanfaatan itu seperti dalam
buruk/tidak baik dapat berpotensi kegiatan-kegiatan belajar (dirumah,
menimbulkan mental tidak sehat. sekolah, atau dilingkungan
masyarakat), bekerja, berorganisasi,
Karakteristik mental yang Sehat: pengembangan hobi, dan berolahraga.
1. Terhindar dari Gangguan Jiwa 4. Tercapai kebahagiaan pribadi dan
Zakiyah Daradjat (1985) orang lain
mengemukakan perbedaan antara Orang yang sehat mentalnya
gangguan jiwa (neurose) dengan menampilkan perilaku atau respon-
penyakit jiwa (psikose), yaitu: responnya terhadap situasi dalam
a. Neurose masih mengetahui dan memenuhi kebutuhannya, memberikan
merasakan kesukarannya, dampak yang positif bagi dirinya dan
sebaliknya yang kena psikose atau orang lain. Segala aktivitasnya di
tidak. tujukan untuk mencapai kebahagiaan
b. Neurose kepribadiannya tidak jauh pribadi dan kebahagiaan bersama.
dari realitas dan masih hidup dalam Tabel 1. menjelaskan karakteristik
alam kenyataan pada umumnya. pribadi sehat mental.
sedangkan yang kena psikose
kepribadiaannya dari segala segi 3. Ciri-ciri Mental Sakit
(tanggapan, perasaan/emosi, dan Mental yang sakit dari aspek
dorongan-dorongan) sangat psikis, sosial, moral religius dan dari
terganggu, tidak ada integritas, dan aspek kesehatan fisik, memiliki ciri
ia hidup jauh dari alam kenyataan. yang berkebalikan arah dengan
2. Penyesuaian diri karakteristik mental sehat. Secara
Penyesuaian diri (self adjustment) sosial misalnya, Seseorang yang gagal
merupakan proses untuk memperoleh/ dalam beradaptasi secara positif
memenuhi kebutuhan (needs dengan lingkungannya dikatakan
satisfaction), dan mengatasi stres, mengalami gangguan mental. Proses
konflik, frustasi, serta masalah- adaptif ini berbeda dengan
masalah tertentu dengan cara-cara penyesuaian sosial, karena adaptif
tertentu. Seseorang dapat dikatakan lebih aktif dan didasarkan atas
memiliki penyesuaian diri yang kemampuan pribadi sekaligus melihat
normal apabila dia mampu memenuhi konteks sosialnya.
kebutuhan dan mengatasi masalahnya
121
3 (No.2), Maret 2013
ASPEK
KARAKTERISTIK
PRIBADI
Fisik - Perkembangannya normal.
- Berfungsi untuk melakukan tugas-tugasnya.
- Sehat, tidak sakit-sakitan.
Psikis - Respek terhadap diri sendiri dan orang lain.
- Memiliki Insight dan rasa humor.
- Memiliki respons emosional yang wajar.
- Mampu berpikir realistik dan objektif.
- Terhindar dari gangguan-gangguan psikologis.
- Bersifat kreatif dan inovatif.
- Bersifat terbuka dan fleksibel, tidak difensif.
- Memiliki perasaan bebas untuk memilih, menyatakan pendapat
dan bertindak.
Sosial - Memiliki perasaan empati dan rasa kasih sayang (affection)
terhadap orang lain, serta senang untuk memberikan
pertolongan kepada orang-orang yang memerlukan pertolongan
(sikap alturis).
- Mampu berhubungan dengan orang lain secara sehat, penuh
cinta kasih dan persahabatan.
- Bersifat toleran dan mau menerima tanpa memandang kelas
sosial, tingkat pendidikan, politik, agama, suku, ras, atau warna
kulit.
Moral-Religius - Beriman kepada Allah, dan taat mengamalkan ajaran-Nya.
- Jujur, amanah (bertanggung jawab), dan ikhlas dalam beramal.
122
3 (No.2), Maret 2013
123
3 (No.2), Maret 2013
124
3 (No.2), Maret 2013
125
3 (No.2), Maret 2013
126
3 (No.2), Maret 2013
Daftar Pustaka
1. Notosoedirjo & Latipun, 2001: 21.
2. Darajat, Zakiah, 1991, Ilmu Jiwa
Agama, Bulan Bintang, Jakarta,
3. Zakiah Daradjat, 1995, Al-Quran
Ilmu Kedokteran Jiwa dan
Kesehatan Jiwa, Dana Bakti Prima
Yasa
4. Kartono, 2000, Kesehatan Mental
Konsep dan Terapi, UMM Press
Kartini
127