Anda di halaman 1dari 26

Islam dan Sistem

Kekerabatan Minangkabau
Nama : Verlandi Putra
NIM : 2214050108
Latar Belakang

Islam dan sistem kekerabatan Minangkabau memiliki keterkaitan erat dalam budaya dan
sejarah Minangkabau. Islam masuk ke Minangkabau pada abad ke-16 dan sejak saat itu
telah menjadi agama dominan di wilayah ini. Islam membawa pengaruh signifikan
dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat Minangkabau, termasuk dalam sistem
kekerabatan mereka. Sistem kekerabatan Minangkabau berbasis pada garis matrilineal,
yang berarti bahwa garis keturunan dihitung melalui jalur ibu. Sistem ini mengakar kuat
dalam nilai-nilai Islam, seperti keadilan, kesetaraan gender, dan penghargaan terhadap
ibu dan keluarga perempuan. Oleh karena itu, Islam memainkan peran penting dalam
membentuk identitas dan struktur sosial masyarakat Minangkabau, yang dipengaruhi
oleh nilai-nilai agama dan budaya mereka.

2
Rumusan Masalah
• Bagaimana sejarah dan asal-usul budaya matrilineal di
Minangkabau?
• Bagaimana pengaruh budaya matrilineal terhadap sistem
kekerabatan dan pewarisan sako dan pusako di Minangkabau?
• Bagaimana nilai-nilai dalam budaya matrilineal Minangkabau
mendukung penegakan hak-hak perempuan di Indonesia?
• Bagaimana masyarakat Minangkabau mengenal dan beradaptasi
dengan sistem patrilineal?
• Bagaimana sejarah perkawinan di Minangkabau dan bagaimana
pengaruh sistem kekerabatan matrilineal dalam pelaksanaan
perkawinan?
• Bagaimana tata cara pelaksanaan perkawinan adat Minangkabau dan
perubahan yang terjadi seiring perkembangan zaman?
Sejarah Matrilineal
Sejarah matrilineal dimulai saat Datuk Katumanggungan menawarkan
putri Jamilah sebagai calon istri Adityawarman untuk menghindari
perang dengan kerajaan Majapahit. Adityawarman menerima tawaran
tersebut dan menjadi raja di Minangkabau.
▪ Adat matrilineal diperkenalkan dengan adat Batali Bacambua yang
mengatur hubungan antara bapak dan mamak dalam struktur
keluarga. Hal ini mempengaruhi sistem waris dan perwalian di
Minangkabau, namun nilai-nilai adat tersebut telah mengalami
pergeseran dan adaptasi seiring perkembangan zaman.

4
Feminisme dalam Budaya



Matrilineal di Minangkabau
Feminisme dalam budaya matrilineal di Minangkabau
mempermasalahkan ketidakadilan sosial antara perempuan dan laki-
laki, meskipun sistem matrilineal memberikan legitimasi dan status
yang kuat bagi perempuan dalam kepemilikan properti dan peran
politik.
• Feminisme tetap relevan di Minangkabau karena adanya kondisi
seperti perempuan yang terjebak dalam kebahagiaan materi dan
kurang memiliki visi masa depan, perlunya memperbaiki harkat dan
martabat perempuan miskin, minimnya partisipasi perempuan dalam
politik dan bisnis, serta perubahan bentuk keluarga yang mengubah
peran mamak dan ayah dari keluarga luas menjadi keluarga batih.

5
Nilai-nilai dalam Matrilineal dan Pengaruhnya bagi Penegakan Hak-
hak Perempuan di Indonesia

Budaya matrilineal di Minangkabau, Sumatera Barat, memberikan


posisi dominan dan hak-hak perempuan yang kuat dalam hal
warisan dan kedudukan di masyarakat.
Pengembangan hak-hak perempuan di Indonesia sebaiknya
didasarkan pada budaya lokal dan memanfaatkan nilai-nilai
filosofis dari budaya matrilineal, agar sesuai dengan tata pikir dan
alam pikiran khas Indonesia.

6
Struktur Keluarga Komunal
Matrilineal
Kebudayaan Minangkabau mengikuti sistem matrilineal
dengan garis keturunan diturunkan melalui ibu.
Satuan keluarga terkecil adalah semande atau sainduk, yang
dipimpin oleh mamak (saudara laki-laki ibu) dan anak-anak
dipanggil kamanakan.
▪ Keluarga semande bergabung menjadi keluarga
saparuik, dipimpin oleh Tungganai, dan keluarga
saparuik membentuk himpunan keluarga sakaum yang
dipimpin oleh Mamak Kaum.

7
Cara Masyarakat Minangkabau Mengenal Patrilineal
Masyarakat Minangkabau memiliki sistem patrilineal yang bercampur dengan sistem
sebelumnya yang mereka anut. Beberapa cara pengenalan sistem patrilineal di Minangkabau
meliputi

Ikatan keluarga: Masyarakat Minangkabau memiliki ikatan keluarga


inti (nucleus family) dan keluarga komunal (extended family) dalam
tataran keluarga dasar.
1. Sistem perkawinan: Sistem nasab patrilineal digunakan dalam
menentukan orang yang berwenang untuk mengatur pernikahan
seorang anak perempuan.
2. Sistem pewarisan: Terdapat sistem faraidh dan pewarisan
pusaka tinggi. Sistem faraidh mengikuti hukum Islam dan
memberikan hak anak laki-laki dua kali lipat dari hak anak
perempuan.

8
Sejarah Perkawinan di Minangkabau

Perkawinan di Minangkabau memiliki peran


penting dalam sistem kekerabatan matrilineal dan
garis keturunan.

Perkawinan ideal di Minangkabau adalah antara


keluarga terdekat, yang disebut “pulang ka
mamak” atau “pulang kabako”.
▪ Tujuan dari perkawinan tersebut adalah
menjaga kekokohan perkawinan dan
mempertahankan struktur adat, serta
melanjutkan keturunan dan memperluas
hubungan kekerabatan.
9
Asal-usul Perkawinan di
Minangkabau
▪ Perkawinan di Minangkabau didasarkan pada
kebudayaan matrilineal yang kuat. Sistem kekerabatan
dan garis keturunan melalui jalur perempuan menjadi
landasan utama dalam masyarakat ini.
▪ Pengaruh agama Islam juga signifikan dalam perkawinan
di Minangkabau. Meskipun demikian, sistem
kekerabatan matrilineal tetap mempengaruhi dan menjadi
bagian penting dari proses perkawinan.
▪ Prosesi perkawinan di Minangkabau melibatkan tahapan
seperti maminang, manjapuik marapulai, dan basandiang.
Perkawinan dianggap sebagai peristiwa penting yang
membentuk keluarga baru dan memperluas komunitas
Rumah Gadang.
10
Pelaksanaan Perkawinan Menurut Masyarakat Adat Minangkabau

Pelaksanaan perkawinan di masyarakat adat


Minangkabau mengikuti hukum adat dan agama yang
dianut individu tersebut.
Perkawinan dianggap sah jika memenuhi ketentuan
agama Islam dan rukun perkawinan dalam hukum Islam.
• Hukum adat Minangkabau melibatkan keluarga dalam
proses perkawinan, termasuk pencarian pasangan,
pertunangan, dan tanggung jawab mamak terhadap
keponakan yang akan menikah.

11
Tata Cara Perkawinan Adat Minangkabau

Maresek
Maresek adalah langkah awal
pernikahan adat Minangkabau.
Keluarga calon pengantin
perempuan mengunjungi keluarga
calon pengantin laki-laki.
• Wanita berpengalaman
mengevaluasi kesesuaian antara
kedua calon pengantin dan
membawa buah tangan.

12
Meminang Dan Batimbang Tando

Pertukaran tanda sebagai simbol pengikat


perjanjian dalam pernikahan.
Pertemuan dimulai dengan penyuguhan sirih
dan penyampaian lamaran resmi.
Jika diterima, dilakukan pertukaran tanda
ikatan dan membahas penjemputan calon
mempelai pria.

13
Mahant
a Siriah
Mahanta Siriah adalah ritual dalam budaya Minangkabau.
Ritual ini melibatkan mempelai meminta izin dan doa restu kepada orang tua,
saudara, dan sesepuh yang dihormati.
▪ Ritual ini melibatkan penyampaian rencana pernikahan dan membawa
selapah (rokok) serta menyertakan sirih oleh calon mempelai wanita.

14
Babako - Babaki

Babako-Babaki adalah tradisi pra-


pernikahan dalam budaya tertentu.
Acara ini menunjukkan dukungan
keluarga ayah calon mempelai wanita.
Calon mempelai wanita diarak kembali ke
rumahnya dengan diiringi oleh keluarga
pihak ayah, sambil membawa berbagai
macam barang bantuan.

15
Malam Bainai
Malam Bainai adalah acara sakral sebelum akad
nikah di budaya Minangkabau.
Tradisi ini melibatkan selawat, randai, saluang,
serta penerapan daun pacar merah (daun inai)
sebagai simbol kasih sayang dan doa restu.
Acara ini juga melibatkan mandi-mandi
simbolis dengan air harum tujuh bunga dan
pemasangan inai pada kuku calon pengantin
wanita, diiringi dengan syair tradisi Minang dan
bunyi seruling.

16
Setelah akad nikah, pengantin laki-
laki tidak tinggal bersama istri
langsung. Manjapuik Marapulai
adalah prosesi di mana keluarga
pengantin perempuan menjemput
pengantin laki-laki dengan
memberikan hadiah tradisional.
Di rumah pengantin laki-laki, mereka
menunggu kedatangan utusan yang
akan menjemput marapulai tersebut.

Manjapuik Marapulai 17
Penyambutan Di Rumah Anak Daro
Acara tersebut melibatkan musik tradisional seperti talempong dan gandang tabuuk, serta adanya timbal
balik antara para pemuda dan para dara yang saling menyambut dengan pakaian adat. Terdapat ritual
seperti menaburi calon pengantin pria dengan beras kuning dan mensucikan dengan percikan air sebelum
memasuki pintu rumah, sebagai bagian dari persiapan menuju tempat akad pernikahan.

Akad Nikah
Akad nikah yang dilangsungkan sesuai syariat agama Islam. Acara tersebut mencakup pembacaan ayat
suci, ijab kabul, nasihat perkawinan, dan doa. Umumnya, akad nikah dilakukan pada hari Jumat siang.

Basandiang Di Pelaminan
Setelah terjadi akad nikah, kedua pengantin akan duduk di pelaminan di rumah pengantin perempuan. Di
pelaminan ini, mereka akan bertemu dengan tamu-tamu yang datang untuk menyambut dan
mengucapkan selamat kepada pengantin. Acara ini sering disertai dengan musik khas Minangkabau dan
kesempatan untuk berfoto dengan pengantin.

18
Bentuk Perkawinan di Minangkabau yang Telah
Mengalami Perubahan

Perkawinan di Minangkabau mengalami perubahan


bentuk dari eksogami dan endogami menjadi
kehidupan suami dan istri yang tinggal bersama dalam
satu rumah tangga. Pola perkawinan eksogami
melarang seseorang menikah dengan anggota
kelompok suku yang sama, sedangkan pola endogami
nagari mengharuskan mencari pasangan dari dalam
nagarinya sendiri.
Saat ini, peran yang menonjol bagi seorang pria
dewasa dalam perkawinan di Minangkabau adalah
sebagai seorang ayah setelah menikah.

19
Pengertian Sako dan Pusako
Sako
Sako adalah harta warisan immaterial dalam adat Minangkabau, termasuk gelar pusaka
dan kekayaan tak berujud lainnya. Diwariskan secara turun temurun sesuai dengan
jalur yang ditentukan, seperti gelar penghulu, garis keturunan ibu, gelar bapak, hukum
adat, dan adat sopan santun. Sako diwariskan kepada kemenakan sesuai dengan jenis
gelar dan hukum adat Minangkabau dalam sistem matrilineal setelah mamak
meninggal dunia.
Pusako
PusakoPusako atau harta pusaka adalah warisan materi yang diberikan kepada anak
kemenakan di Minangkabau. Pusaka mencakup berbagai aset seperti tanah, rumah,
perhiasan, dan peralatan lainnya. Meskipun peran pusaka dalam ekonomi Minangkabau
berkurang, tetapi masih memiliki makna simbolis dalam sistem kekerabatan matrilineal
dan merupakan harta kolektif kelompok seperti samande, sajurai, saparuik, sasuku, dan
nagari. 20
Asal - Usul Harta Dan Hak Milik
Harta Pusaka Tinggi
Harta Pusaka Rendah
Harta pusaka tinggi adalah harta turun temurun Harta pusaka rendah adalah harta yang
yang tidak diketahui asal-usulnya. Proses
pemindahan kekuasaan atas harta ini disebut pusako
diperoleh dari pencaharian orang tua
bajawek. selama perkawinan, termasuk pemberian
Terdapat ketentuan khusus yang berlaku untuk harta mamak kepada kemenakan. Setelah
pusaka tinggi, seperti larangan menjual atau kematian ayah, harta ini dibagi antara
menggadaikan harta ini. kaum ayah dan yang membantu
Pemindahan harta pusaka tinggi dilakukan dari mencarinya (istri/anak). Harta pusaka
ninik ke uwo, dari uwo ke mande, dan dari ibu ke
saudara perempuan. Ada empat asal usul dalam
rendah diatur berdasarkan hukum faraidh
mendapatkan harta di Minangkabau, yaitu melalui setelah kesepakatan dalam seminar hukum
usaha sendiri, warisan, pembelian, dan hibah. Harta di tahun 1959 di Padang. Harta pusaka
pusaka tinggi menjadi kepunyaan kaum secara tinggi dimiliki bersama oleh kaum dan
bersama-sama, sedangkan harta yang dibeli harus tidak dapat berpindah tangan kecuali
diwariskan kepada kemenakan, bukan anak.
dengan persetujuan semua anggota kaum.
21
Harta Waris Menurut Adat Minangkabau

Masyarakat adat Minangkabau menerapkan sistem warisan berdasarkan garis


keturunan ibu atau matrilinial.
Harta warisan di Minangkabau diteruskan secara kolektif dalam garis
keturunan ibu dan diatur oleh mamak kepala waris.
Terdapat perbedaan pendapat mengenai pewarisan harta pusaka di
Minangkabau, dengan beberapa mengikuti adat setempat dan yang lain lebih
menekankan pada pewarisan berdasarkan hukum Islam, dengan penekanan
pada pewarisan kepada anak perempuan karena sistem garis keturunan ibu
yang berlaku.

22
Tradisi Pagang Gadai di Minangkabau

Tradisi pagang gadai di Minangkabau adalah praktik


menggadaikan harta pusaka tinggi yang tidak boleh dijual,
namun hanya boleh digadaikan. Pemilik tanah memberikan
hak garap sementara kepada orang lain dengan imbalan
uang. Setelah tiga tahun, tanah dapat ditebus dengan
membayar uang gadai secara penuh. Pemegang gadai
memiliki hak penuh dalam menggarap dan memperoleh
hasil tanah. Tradisi ini terkait dengan kebutuhan darurat
seperti biaya penguburan, pernikahan, atau upacara adat.

23
Islam di Minangkabau

Islam dianut oleh masyarakat Minangkabau melalui jalur perdagangan pada


abad ke-7 M. Penyebaran Islam diterima oleh masyarakat Minangkabau
melalui jalur perdagangan pada abad ke-7 M. Penyebaran agama ini
berlangsung secara bertahap karena adat kebudayaan yang kuat. Integrasi
antara Islam dan adat Minangkabau tercermin dalam prinsip “adat basandi
syara’, syara’ basandi kitabullah” di mana adat dijalankan berdasarkan
pedoman Islam. Islam juga memperbaiki adat yang tidak sesuai melalui
proses Islamisasi yang damai.

24
Sistem Kekerabatan Minangkabau

Suku Minangkabau memiliki sistem kekerabatan di mana garis


keturunan ditentukan melalui ibu. Perempuan memiliki posisi
penting dan dihormati dalam masyarakat Minangkabau.
Anak laki-laki merantau, sementara perempuan tidak
diperbolehkan meninggalkan daerah asal kecuali setelah
menikah. Perempuan memiliki peran sentral dalam sistem
kekerabatan, termasuk dalam pembagian warisan dan
kepemilikan rumah.
Sistem kekerabatan Minangkabau melibatkan berbagai
hubungan dan sebutan antara anggota keluarga. Perempuan
memiliki peran lebih dalam mewariskan harta pusako, tetapi
tidak memiliki peran dalam penentuan peraturan adat yang
diatur oleh niniak mamak.

25
Kesimpulan
Budaya matrilineal di Minangkabau, Sumatera Barat, memberikan posisi
kuat bagi perempuan dalam masyarakat.
Meskipun demikian, Minangkabau juga mengenal sistem kekerabatan
patrilineal.
• Perkawinan di Minangkabau memainkan peran penting dalam sistem
kekerabatan matrilineal.
• Perkawinan telah mengalami perubahan dalam bentuknya seiring waktu.
• Perwarisan sako (materi) dan pusako (non-materi) merupakan bagian dari
budaya Minangkabau.
• Agama Islam mempengaruhi sistem kekerabatan Minangkabau dengan
nilai-nilai yang disesuaikan dengan budaya matrilineal.
26

Anda mungkin juga menyukai