Anda di halaman 1dari 97

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Ditinjau dari etimologi kata “mental” berasal dari kata latin yaitu mens

atau mentis artinya roh, sukma, jiwa atau nyawa. Di dalam bahasa Yunani,

kesehatan terkandung dalam kata hygiene yang berarti ilmu kesehatan. Maka

kesehatan mental merupakan bagian dari hygiene mental (ilmu kesehatan

mental).1

Istilah kesehatan mental diambil dari konsep mental hygiene, kata

mental diambil dari bahasa Yunani, pengertiannya sama dengan psyche dalam

bahasa latin yang artinya psikis, jiwa atau kejiwaan. Kartini Kartono, Jenny

Andari mengetengahkan rumusan bahwa mental hygiene atau ilmu kesehatan

mental adalah ilmu yang mempelajari masalah kesehatan mental/jiwa,

bertujuan mencegah timbulnya gangguan/penyakit mental dan gangguan

emosi, dan berusaha mengurangi atau menyembuhkan penyakit mental, serta

memajukan kesehatan jiwa rakyat. Dengan demikian mental hygiene

mempunyai tema sentral yaitu bagaimana cara orang memecahkan segenap

batin manusia yang ditimbulkan oleh macam-macam kesulitan hidup, serta

berusaha mendapatkan kebersihan jiwa, dalam pengertian tidak terganggu

1
Yusak Burhanuddin, Kesehatan Mental, (Bandung: CV Pustaka Setia, 1999), h.9
oleh macam-macam keteganggan, kekalutan dan konflik terbuka serta konflik

batin.2

Jadi dapat disimpulkan bahwa ilmu kesehatan mental tidak hanya

berusaha mengatasi berbagai persoalan yang mengganggu mental seseorang

namun lebih lagi bagaimana mampu mengantarkan manusia untuk

menghadapi kehidupan yang ada, dengan penuh ketakutan dan keyakinan bisa

menghadapi berbagai rintangan yang ada, sehingga hidupnya memperoleh

kesejahteraan lahir dan batin.

Kesehatan mental adalah terhindarnya seseorang dari gangguan-

gangguan penyakit jiwa, dapat menyesuaikan diri, dapat memanfaatkan segala

potensi dan bakat yang ada semaksimal mungkin dan membawa kepada

kebahagiaan bersama serta mencapai keharmonisan jiwa dalam hidup.3

Sedangkan dalam kamus lengkap psikologi kesehatan mental (mental healt)

adalah keadaan penyesuaian diri yang baik disertai suatu keadaan subjektif

dari kesehatan dan kesejahteraan, penuh semangat hidup, dan disertai perasaan

bahwa seseorang mampu menggunakan bakat dan kemampuannya.4

Kesehatan mental merupakan ahli bahasa dari mental Hygiene atau

Mental Health. Defenisi-defenisi yang diajukan para ahli diwarnai oleh

keahlian masing-masing. Menurut World Health Organization dalam Winkel


2
Kartini Kartono, dr.Jenny Andari: Hygine Mental dan Kesehatan Mental dalam Islam,
(Bandung: CV.Mandar Maju, 1989), h.4
3
Zakiah Drajat, Kesehatan Mental, (Jakarta: Rineka Cipta, 1980), h.11
4
J.P, Kamus Lengkap Psikologi, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2011).Cet ke-15,
h.299
disebutkan: Sehat adalah suatu keadaan berupa kesejahteraan hidup. Menurut

defenisi Zakiah Darajat yang merangkum dari beberapa defenisi para ahli

bahwa kesehatan mental adalah terhindarnya seseorang dari gejala-gejala

gangguan dan penyakit jiwa, dapat menyesuaikan diri, dapat memanfaatkan

segala potensi dan bakat yang ada semaksimal mungkin dan membawa kepada

kebahagiaan bersama serta mencapai keharmonisan jiwa dalam hidup.5

Berdasarkan pendapat diatas dapat dipahami bahwa orang yang sehat

mental adalah orang yang mampu menilai dirinya sendiri dan kemampuan

seseorang dalam penyesuaian diri. Kesehatan mental akan membawa

seseorang untuk mencapai kehidupan yang bahagia, aman dan tentram serta

diterima dalam lingkungan hidup. Dengan mental yang sehat sehat pun, hidup

seseorang akan lebih terarah karena adanya keserasian fungsi-fungsi psikologi

dan kemampuan seseorang dalam penyesuaian diri.

Kesehatan mental akan membawa seseorang untuk mencapai

kehidupan yang bahagia, aman dan tentram serta diterima dalam lingkungan

hidup. Dengan mental yang sehat pun, hidup seseorang akan lebih terarah

karena dia mengetahui dan memahami tujuan yang akan dicapai dalam

hidupnya. Mental yang sehat juga ditandai dengan kemampuan seseorang

untuk berprilaku normal yaitu perilaku yang sesuai dengan aturan dan tidak

menyimpang sehingga individu mampu menghadapi segala tuntutan hidup.

5
Alfi Rahmi, Urgensi Konseling Karir Dalam Menyikapi Problematika Kesehatan
Mental Pada Wanita Karir , jurnal of gender studies, Vol. 1, No. 2, h. 54
Kesehatan sangat diperlukan seseorang dalam menjalani kehidupan,

baik kesehatan fisik dan kesehatan mental. Keutuhan kepribadian atau

kemantapan kepribadian merupakan kerja fungsi-fungsi yang harmonis atau

aspek-aspek kejiwaan yang meliputi kehidupan jasmaniah, psikologis, dan

kehidupan sosial budaya. Keutuhan kepribadian dapat diukur melalui derajat

keharmonisan, kesehatan jasmani, psikologis, dan kehidupan ruhaniah.

Kesehatan mental (mental hygiene) adalah ilmu yang meliputi sistem

tentang prinsip-prinsip, peraturan-peraturan serta prosedur-prosedur untuk

mempertinggi kesehatan ruhani. Orang yang sehat mentalnya ialah orang yang

dalam ruhani atau dalam hatinya selalu merasa tenang, aman dan tentaram.

Menurut H.C Witherington, kesehatan mental adalah permasalahan

menyangkut pengetahuan serta prinsip-prinsip yang terdapat lapangan

psikologi, kedokteran, psikiatri, biologi, sosiologi dan agama. Kesehatan

mental adalah terwujudnya keserasian yang sesungguhnya antara fungsi-

fungsi kejiwaan dan terciptannya penyesuaian diri antara manusia dengan

dirinya sendiri dan lingkungannnya yang berdasarkan keimanan dan

ketaqwaan, agar terhindar dari gangguan jiwa dan penyakit kejiwaan. Jadi

dapat disimpulkan bahwa kesehatan mental adalah terhindarnya seseorang dari

gangguan jiwa atau penyakit jiwa agar terwujudnya sikap saling berinteraksi

dengan diri sendiri maupun lingkungannnya agar tercipta hidup yang

bermakna bahagia di dunia dan di akhirat.


Ditinjau dari segi terminologi Menurut Zakiah Daradjat, kesehatan

mental adalah kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan diri sendiri,

dengan orang lain dan masyarakat serta lingkungan di mana ia hidup. 6

Menurut Imam Alghazali, pemahaman tentang kesehatan mental

menjelaskan bahwa kesehatan mental tidak hanya terbatas konsepnya pada

gangguan dan penyakit kejiwaan serta perawatan dan pengobatannya, tetapi

juga meliputi pembinaan dan pengembangan jiwa manusia setinggi mungkin

menuju kesehatan mental dan kesempurnaannya. Kesehatan mental seseorang

sangat berpengaruh dengan timbulnya sebuah perilaku individu. Kekerasan

yang terjadi pasti terbentuk dari ketidakseimbangan dari dalam jiwa

seseorang. Kesehatan mental yang menjadi dasar seseorang untuk dapat

berfikir, memutuskan suatu hal hingga muncul dalam tindakan sangat

mempengaruhi dalam prosesnya.

Kesehatan mental adalah terwujudnya keharmonisan yang sungguh-

sungguh antara fungsi-fungsi jiwa, serta mempunyai kesanggupan untuk

menghadapi problem-problem biasa yang terjadi, dan merasakan secara positif

dan kebahagiaan dan kemampuan dirinya. Kesehatan mental adalah suatu

kondisi dimana kepribadian, emosional, intelaktual dan fisik seseorang

tersebut dapat berfungsi secara optimal, dapat beradaptasi terhadap tuntutan

lingkungan dan stressor, menjalankan kapasitasnya selaras dengan

lingkungannya, menguasai lingkungan, merasa nyaman dengan diri sendiri,

6
Zakiah Daradjat, Kesehatan Mental. (Jakarta: CV Haji Mas Agung, 1988), h. 11
menemukan penyesuaian diri yang baik terhadap tuntutan sosial dalam

budayanya, terus menerus bertumbuh, berkembang, dan matang dalam

hidupnya, dapat menerima kekurangan atau kelemahannya, kemampuan

menghadapi masalah-masalah dalam hidupnya, memiliki kepuasaan dalam

kehidupan sosialnya, serta memiliki kebahagian dalam hidupnya.7

Kesehatan mental memandang manusia sebagai satu kesatuan

psikosomatis, kesatuan jiwa raga atau kesatuan jasmani dan rohani secara

utuh. Gangguan kesehatan mental adalah perilaku individu yang menyimpang

dari norma-norma sosial dalam suatu lingkungan masyarakat. Dengan

demikian dapat dipahami bahwa kesehatan mental adalah seseorang yang

mampu mengembangkan segala potensinya sebagai manusia sesungguhnya

serta mampu bersosialisasi dengan masyarakat.

Mental health atau kesehatan mental merupakan kondisi dimana

seseorang memiliki jiwa yang sehat, dengan kata lain, dapat berfungsi dengan

baik. Defenisi kesehatan mental juga diatur dalam undang-undang no 3 tahun

1966 dalam pasal 1 (a) pada bagian penjelasan adalah satu kondisi yang

memungkinkan perkembangan fisik, intelektual dan emosional yang optimal

dari seseorang dan perkembangan itu berjalan selaras dengan keadaan orang-

orang lain, makna kesehatan jiwa mempunyai sifat-sifat yang harmonis

7
Zakiah Daradjat, Peranan Agama dalam Kesehatan Mental. (Jakarta: CV Haji Mas
Agung, 1994), h. 35
(serasi) dan memperhatikan semua segi-segi dalam penghidupan manusia dan

dalam hubungannya dengan manusia lain.8

Ciri-ciri khas pribadi yang bermental sehat adalah ada kordinasi dari

segenap usaha dan potensinya, sehingga orang mudah menggadakan adaptasi

terhadap tuntutan lingkungan standar, dan norma sosial, serta terhadap

perubahan-perubahan sosial yang serba cepat, memiliki integrasi dan regulasi

terhadap sturuktur kepribadian sendiri, sehingga mampu memberikan

partisipasi aktif kepada masyarakat, dan bergairah, sehat lahir dan batin,

tenang dan harmonis kepribadian, efisien dalam setiap tindakannya, serta

mampu menghayati kenikmatan dan kepuasaan dalam pemenuhan

kebutuhannnya.9

Ciri-ciri mental yang tidak sehat adalah perasaan tidak nyaman,

perasaan tidak aman, kurang memiliki rasa percaya diri, kurang memahami

diri, kurang mendapat kepuasan dalam berhubungan sosial, ketidakmatangan

emosi dan kepribadiannya terganggu. Krakteristik mental yang sehat adalah

terhindar dari gangguan jiwa, dapat menyesuaikan diri (proses untuk

memenuhi kebutuhan dan mengatasi stress, konflik, serta masalah-masalah

tertentu dengan cara-cara tertentu. Seseorang dapat dikatakan memiliki

penyesuaian diri yang normal apabila dia mampu memenuhi kebutuhan dan

mengatasi masalah secara wajar, tidak merugikan diri sendiri dan

8
Meilanny Budiarti S , Gangguan Kepribadian Antisosial Pada Narapidana, jurnal social
work, Volume 7, Nomor 2, h.1-79
9
Samsul Munir Amin, Bimbingan Dan Konseling Islam. (Jakarta: Sinar Grafika Offset,
2010), h.143-144
lingkungannya, serta sesuai dengan norma agama). Memanfaatkan potensi

semaksimal mungkin (individu yang sehat mentalnya adalah yang mampu

memanfaatkan potensi yang dimilikinya dalam kegiatan-kegiatan yang positif

dan konstruktif bagi pengembangan kualitas dirinya). Tercapainya kebahagian

pribadi dan orang lain (orang sehat mentalnya menampilkan perilaku atau

respon-responnya terhadap situasi dalam memenuhi kebutuhannya,

memberikan dampak yang positif bagi dirinya dan orang lain).

Jadi dapat disimpulkan bahwa orang yang memiliki mental yang sehat

adalah orang yang bisa menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitar baik itu

dengan diri sendiri maupun dengan orang lain. Orang yang memiliki mental

yang sehat ia juga memiliki jiwa yang seimbang dan mampu

mengaktualisasikan diri.

Prinsip-prinsip kesehatan mental terbagi menjadi tiga kelompok yaitu

prinsip-prinsip yang didasarkan pada kodrat manusia, prinsip-prinsip yang

didasarkan pada hubungan manusia dengan manusia lain dan lingkungannya,

dan prinsip-prinsip yang didasarkan pada hubungan manusia dengan tuhan.10

Jadi dapat dipahami bahwa kesehatan mental bagian yang tidak

terlepas dari penyesuian diri yang baik, memerlukan integrasi dan kontrol diri,

pengetahuan yang luas tentang diri sendiri, memerlukan konsep diri yang

sehat, perlu belajar dan mengembangkan kebiasaan yang baik dan mampu

beradaptasi dengan lingkungan.

10
Yusuk Burhanuddin, Kesehatan mental,(Bandung: Pustaka Setia, 1999), h.9
Menurut Kartini Kartono prinsip untuk mendapatkan kesehatan mental

adalah pemenuhan kebutuhan pokok dengan cara setiap individu selalu

memiliki dorongan-dorongan dan kebutuhan-kebutuhan pokok yang bersifat

organis (fisik dan psikis) dan yang bersifat sosial. Kebutuhan-kebutuhan dan

dorongan-dorongan itu menuntut pemuasan. Timbulnya ketegangan-

ketegangan dalam usaha pencapaiannya. Ketegangan cenderung menurun jika

kebutuhan terpenuhi, dan cenderung makin banyak, jika mengalami frustasi

atau hambatan-hambatan besar pengaruhnya terhadap kesehatan mental.

Tujuan kesehatan mental adalah menguasahakan agar manusia

memiliki kemampuan yang sehat, mengusahakan pencegahan terhadap

timbulnya sebab-sebab gangguan mental dan penyakit mental, menguasahakan

pencegahan berkembangnya bermacam-macam gangguan mental dan penyakit

mental, dan mengurangi atau mengadakan penyembuhan terhadap gangguan

dan penyakit mental.11 Kesehatan mental dengan mengemukakan tiga ciri

pokok mental yang sehat yaitu seseorang melakukan penyesuaian diri

terhadap lingkungan atau melakukan usaha untuk menguasai dan mengontrol

lingkungannya, sehingga tidak pasif menerima begitu saja kondisi sosialnya,

seseorang menunjukkan kebutuhan kepribadian yang stabil yang diperoleh

sebagai akibat dari pengaturan yang aktif, seseorang mempersiapkan dunia

dan dirinya dengan benar, independen dalam kebutuhan pribadi.

11
Siti Sundari. Kesehatan Mental dalam Kehidupan, (Jakarta: PT Rineka Cipta. 2005),
h.2
Menurut Kartini Kartono dan Jenny Andari, tujuan kesehatan mental

adalah memiliki dan membina jiwa yang sehat, berusaha mencegah timbulnya

kepatahan jiwa (mental breakdown), mencegah berkembangnya macam-

macam penyakit mental dan sebab timbulnya penyakit tersebut,

mengusahakan penyembuhan dalam permulaan menuju lingkungannya,

sehingga tidak pasif menerima begitu saja kondisi sosialnya, seseorang

menunjukkan kebutuhan kepribadian yang stabil yang diperoleh sebagai

akibat dari pengaturan yang aktif, seseorang mempersiapkan dunia dan dirinya

dengan benar, independen dalam kebutuhan pribadi.12

Faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan mental adalah biologis

(para ahli telah banyak melakukan studi tentang hubungan antara dimensi

biologis dengan kesehatan mental. Berbagai penelitian itu telah memberikan

kesimpulan yang meyakinkan bahwa faktor biologis memberikan kontribusi

sangat besar bagi kesehatan mental. Karena itu, kesehatan manusia khususnya

disini adalah kesehatan mental, Tentunya tidak terlepaskan dari dimensi

biologis ini. Pada bagian ini akan dijelaskan tentang hubungan tersebut

khususnya beberapa aspek biologis yang secara langsung berpengaruh

terhadap kesehatan mental, diantaranya otak, sistem endokrin, kinetik, sensori,

kondisi ibu selama kehamilan). Psikologis (mengatakan bahwa aspek psikis

manusia merupakan satu kesatuan dengan sistem biologis. Sebagai sub sistem

dari eksitensi manusia, maka aspek psikis selalu berintekrasi dengan

12
Kartini Kartono, dr.Jenny Andari: Hygine Mental dan Kesehatan Mental dalam Islam,
(Bandung: CV.Mandar Maju, 1989), h.9
keseluruhan aspek kemanusiaan karena itulah aspek psikis tidak dapat

dipisahkan dari aspek yang lain dalam kehidupan manusia, diantaranya

pengalaman awal, proses pembelajaran, dan kebutuhan). Sosial budaya

(lingkungan sosial sangat besar pengaruhnya terhadap kesehatan mental.

Lingkungan sosial tertentu dapat menompang bagi kuatnya kesehatan mental

sehingga membentuk kesehatan mental yang positif, tetapi pada aspek yang

lain kehidupan sosial itu dapat pula menjadi gangguan kesehatan mental).13

Lingkungan (intekrasi manusia dengan lingkungannya berhubungan dengan

kesehatannya. Kondisi lingkungan yang sehat akan mendukung kesehatan

manusia itu sendiri, dan sebaliknya, kondisi lingkungan yang tidak sehat,

dapat mengganggu kesehatannya termasuk dalam konteks kesehatan

mentalnya.

Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwasanya faktor

yang mempengaruhi kesehatan mental terbagi kedalam tiga kelompok, yaitu:

biologis, yang mana aspek biologis dipengaruhi oleh otak, sistem endokrin,

genetik, sensori dan kondisi ibu selama kehamilannya sedangkan psikologis di

pengaruhi pengalaman awal, proses pembelajaran, kebutuhan dan sosial

budaya.

Penulis telah melakukan wawancara dengan pembina LPKA Klas II B

Tanjung Pati pada tanggal 7 April 2020. Hasil dari proses wawancara yang

telah dilakukan oleh penulis dapat diketahui adanya beberapa fenomena yang

13
http;// madanionline.org/faktor-yang-mempengaruhi-kesehatan-mental/di akses
24/03/2020 pukul 14.00 WIB
terjadi pada warga binaan LPKA Klas II B Tanjung Pati, diantaranya yaitu

masih ada warga binaan tidak bisa menyesuaikan diri dengan orang lain dan

lingkungannya dimana warga binaan hanya bisa menyesuaikan diri dengan

teman-teman yang satu kamar dengannya. Warga binaan juga harus

menjalankan kewajiban menyesuaikan diri, mematuhi dan mentaati peraturan

lembaga pembinaan, dan segala peraturan yang terbentuk yang berlaku antar

sesama penghuni di luar jangkauan petugas. Kesehatan mental warga binaan

masih kurang baik dalam penyesuaian diri ditandai dengan adanya warga

binaan yang menunjukkan sikap putus asa, kehilangan semangat hidup,

merasa gelisah, cemas, mudah tersinggung dan sering merasa stres ketika

berada di dalam LPKA. Hal ini di karenakan, warga binaan tidak mampu

untuk menyesuaikan diri dengan orang lain dan lingkungannya. Jika mental

sehat dicapai, maka individu memiliki integrasi, penyesuain dan identifikasi

positif terhadap orang lain.

Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk mengangkat

sebuah penelitian dengan judul, “Kesehatan Mental Warga Binaan di

Lembaga Pembinaan Khusus Anak Klas II B Tanjung Pati”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah penulis paparkan, maka

dapat di identifikasi permasalahan sebagai berikut:

1. Terindikasi warga binaan yang merasa gelisah, cemas, mudah tersinggung

dan sering merasa stres.


2. Terindikasi masih ada warga binaan yang tidak bisa menyesuaikan diri

dengan orang lain dan lingkungannya.

3. Terindikasi masih ada warga binaan yang kurang menaati paraturan yang

ada di LPKA.

C. Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah diatas, maka yang menjadi batasan

masalah dalam penelitian ini adalah “Gambaran Kesehatan Mental Warga

Binaan di Lembaga Pembinaan Khusus Anak Klas II B Tanjung Pati”.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah di atas maka penulis merumuskan

masalah yang akan diteliti, yaitu: Bagaimana gambaran kesehatan mental

warga binaan di Lembaga Pembinaan Khusus Anak Klas II B Tanjung Pati?

E. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui

gambaran kesehatan mental warga binaan di Lembaga Pembinaan Khusus

Anak Klas II B Tanjung Pati.

F. Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai

berikut:

1. Untuk memenuhi salah satu syarat guna mendapatkan gelar kesarjanaan

pada Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruaan Prodi Bimbingan dan

Konseling di Institut Agama Islam Negeri Bukittinnggi.


2. Memberikan sumbagan pemikiran untuk meningkatkan persiapan mental

kepada warga binaan di Lembaga Pembinaan Khusus Anak Klas II B

Tanjung Pati.

3. Memberikan pengetahuan kepada penulis untuk mengetahui gambaran

kesehatan mental warga binaan di Lembaga Pembinaan Khusus Anak

Klas II B Tanjung Pati.

4. Penelitian ini diharapkan akan dapat menjadi bahan pembelajaran yang

bisa digunakan untuk meningkatkan kemampuan memahami kesehatan

mental seseorang.

G. Penjelasan Judul

Untuk lebih mudahnya memahami skripsi ini, maka penulis akan

menjelaskan beberapa istilah yang terdapat dalam judul penelitian ini, antara

lain:

Kesehatan Mental :Kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan

diri sendiri, dengan orang lain, dan masyarakat

serta lingkungan dimana ia hidup.14 Kesehatan

mental yang dimaksud penulis adalah

kemampuan seseorang untuk menyesuaikan diri

dengan lingkungan sekitar.

14
Zakiah Drajat, Kesehatan Mental, (Jakarta:PT Gunung Agung, 1980), h.11
Warga Binaan :Seseorang yang mengalami penghilangan

kemerdekaan dikarenakan putusan hukum yang

resmi dari negara.15 Warga binaan yang

dimaksud adalah orang yang berada di dalam

LPKA yang sedang mengalami proses tahanan.

LPKA :Unit pelaksana teknis yang berkedudukan di

bawah dan bertanggung jawab kepada Direktur

Jenderal Pemasyarakatan.16 LPKA yang

dimaksud penulis adalah sebuah lembaga yang

bertanggung jawab untuk membina warga

binaan.

Jadi yang dimaksud dengan penjelasan judul secara keseluruhan adalah

kemampuan warga binaan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan

sekitar.

H. Sistematika Penulisan

Supaya skripsi ini memiliki hubungan yang kuat diantara keseluruhan

pembahasaan, perlu dibuat sistematika penulisan, yaitu:

15
Chika Nur Pebriani, Sri Sulastri, Tingkat Pemenuhan Kebutuhan Aspek Biologi,
Psikologi, Sosial Dan Spritual Pada Warga Binaan Pemasyarakatan Di Lembaga
Pemasyarakatan Wanita Klas II A Bandung, Jurnal Prosiding Penelitian dan Pengabdian Kepada
Masyarakat, Volume 3, Nomor 1, Bandung, Januari 2016
16
KEMENKUMHAM, Lembaga Pembinaan Khusus Anak,Organisasi.Tana Kerja,
Nomor.1148.2015
BAB I : PENDAHULUAN

Terdiri dari latar belakang masalah, identifikasi masalah,

batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian,

kegunaan penelitian, penjelasan judul, dan sistematika

penulisan.

BAB II : LANDASAN TEORITIS

Terdiri dari kesehatan mental, yang dibagi kedalam

beberapa point diantaranya, pengertian kesehatan mental,

tujuan kesehatan mental, faktor yang mempengaruhi

kesehatan mental, ciri-ciri kesehatan mental yang sehat,

prinsip-prinsip kesehatan mental, macam-macam gangguan

kesehatan mental, pengaruh kesehatan mental terhadap

keharmonisan kehidupan jiwa manusia, kesehatan mental

warga binaan, penelitian relevan, dan kerangka konseptual.

BAB III : METODOLOGI PENELITIAN

Berisikan jenis penelitian, lokasi penelitian, populasi dan

sampel, teknik pengumpulan data dan teknik analisis data.

BAB IV : HASIL PENELITIAN

Terdiri dari deskripsi hasil ujian persyaratan analisis data

kesehatatan mental warga binaan di lembaga pembinaan

khusus anak klas II b tanjung pati, dan pembahasaan.


BAB V : PENUTUP

Terdiri atas kesimpulan dan saran.


BAB II

LANDASAN TEORITIS

A. Kesehatan Mental

1. Pengertian Kesehatan Mental

Kesehatan mental adalah terhindarnya seseorang dari gangguan-

gangguan penyakit jiwa, dapat menyesuaikan diri, dapat memanfaatkan

segala potensi dan bakat yang ada semaksimal mungkin dan membawa

kepada kebahagiaan bersama serta mencapai keharmonisan jiwa dalam

hidup.17 Jadi dapat dipahami bahwa orang yang memiliki mental yang sehat

maka dapat menyesuaikan diri, dapat memanfaatkan segala potensi yang

akan membawa kepada kebahagiaan dalam hidup seseorang.

Dalam kamus lengkap psikologi kesehatan mental (mental healt)

adalah keadaan penyesuaian diri yang baik disertai suatu keadaan subjektif

dari kesehatan dan kesejahteraan, penuh semangat hidup, dan disertai

perasaan bahwa seseorang mampu menggunakan bakat dan

kemampuannya.18 Jadi dapat dipahami kesehatan mental adalah penyesuaian

diri yang baik yang penuh semangat hidup dan seseorang juga akan mampu

dalam menggunakan bakat dan kemampuan yang dimiliki.

Kesehatan mental adalah kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan

diri sendiri, dengan orang lain dan masyarakat serta lingkungan dimana ia

17
Zakiah Drajat, Kesehatan Mental, (Jakarta: Rineka Cipta, 1980), h.11
18
J.P, Kamus Lengkap Psikologi, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2011).Cet ke-
15,h.299
hidup.19 Jadi dapat dipahami bahwa orang yang memiliki mental yang sehat

maka ia bisa menyesuaikan diri dengan diri sendiri dan lingkungan sekitar.

Seseorang yang menyukai dirinya sendiri biasanya orang yang

bermental sehat. Sebaliknya orang yang sama sekali tidak menyukai dirinya

sendiri mengalami simtom khusus ketidak mampuan menyesuaikan diri.

Individu yang mampu menyesuiakan diri akan diterima oleh kelompok

sosialnya.

Jadi dapat disimpulkan bahwa Kesehatan mental adalah suatu kondisi

dimana kepribadian, emosional, intelektual dan fisik seseorang dapat

berfungsi secara optimal, dapat beradaptasi terhadap tuntutan lingkungannya

dan stressor, menjalankan kapasitasnya selaras dengan lingkungannya,

menguasai lingkungan, merasa nyaman dengan diri sendiri, menemukan

penyesuaian diri yang baik terhadap tuntutan sosial, berkembang dan matang

dalam hidupnya, dapat menerima kekurangan atau kelemahannya,

kemampuan menghadapi masalah-masalah dalam hidupnya, memiliki

kepuasan dalam kehidupan sosialnya, serta memiliki kebahagiaan dalam

hidupnya.20

Kesehatan mental adalah kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan

diri sendiri, dengan orang lain, dan masyarakat serta lingkungan dimana ia

19
Zakiah Drajat, Kesehatan Jiwa Dalam Keluarga,Sekolah dan Masyarakat, (Jakarta:
Rineka Cipta, 1980), h.41
20
Zakiah Daradjat, Peranan Agama dalam Kesehatan Mental. (Jakarta: CV Haji Mas

Agung, 1994), h. 35
hidup.21 Indikasi orang yang sehat mentalnya adalah orang yang memilki ciri-

ciri menerima dan menghargai diri sendiri, perasaan eksis, bebas, spontan,

berkepribadian sempurna, fleksibel, percaya diri, mempunyai sensitivitas

sosial, mampu bekerja, mampu beradaptasi, dan mampu membangun

hubungan sosial.

Kesehatan mental merupakan ahli bahasa dari mental Hygiene atau

Mental Health. Defenisi-defenisi yang diajukan para ahli diwarnai oleh

keahlian masing-masing. Menurut World Health Organization dalam Winkel

disebutkan: Sehat adalah suatu keadaan berupa kesejahteraan hidup. Menurut

defenisi Zakiah Darajat yang merangkum dari beberapa defenisi para ahli

bahwa kesehatan mental adalah terhindarnya seseorang dari gejala-gejala

gangguan dan penyakit jiwa, dapat menyesuaikan diri, dapat memanfaatkan

segala potensi dan bakat yang ada semaksimal mungkin dan membawa kepada

kebahagiaan bersama serta mencapai keharmonisan jiwa dalam hidup.22

Berdasarkan pendapat diatas dapat dipahami bahwa orang yang sehat

mental adalah orang yang mampu menilai dirinya sendiri dan kemampuan

seseorang dalam penyesuaian diri. Kesehatan mental akan membawa

seseorang untuk mencapai kehidupan yang bahagia, aman dan tentram serta

diterima dalam lingkungan hidup. Dengan mental yang sehat sehat pun, hidup

seseorang akan lebih terarah karena adanya keserasian fungsi-fungsi psikologi

dan kemampuan seseorang dalam penyesuaian diri.

21
Zakiah Drajat, Kesehatan Mental,(Jakarta: PT Gunung Agung, 1980), h.11
22
Siti Sundari, Kesehatan Mental dalam Kehidupan, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2005),
h.1
Kesehatan mental akan membawa seseorang untuk mencapai

kehidupan yang bahagia, aman dan tentram serta diterima dalam lingkungan

hidup. Dengan mental yang sehat pun, hidup seseorang akan lebih terarah

karena dia mengetahui dan memahami tujuan yang akan dicapai dalam

hidupnya. Mental yang sehat juga ditandai dengan kemampuan seseorang

untuk berprilaku normal yaitu perilaku yang sesuai dengan aturan dan tidak

menyimpang sehingga individu mampu menghadapi segala tuntutan hidup.

Untuk memenuhi tuntutan hidup ini dan norma dalam lingkungannya. Oleh

karena itu dalam diri individu diharapkan tertanam sikap disiplin yang tinggi

sehingga tuntutan dapat dipenuhi.

Kesehatan mental (mental hygiene) adalah ilmu yang meliputi sistem

tentang prinsip-prinsip, peraturan-peraturan serta prosedur-prosedur untuk

mempertinggi kesehatan ruhaniah. Orang yang sehat mentalnya adalah orang

dalam ruhani atau dalam hatinya selalu merasa tenang, aman, tentaram.

Menurut H.C. Withirington, permasalahan kesehatan mental menyangkut

pengetahuan serta prinsip-prinsip yang terdapat lapangan psikologi,

kedokteran, psikiatri, biologi, sosiologi, dan agama.23

Kesehatan mental adalah ilmu yang meliputi sistem tentang prinsip-

prinsip, peraturan-peraturan serta prosedurnya untuk mempertinggi kesehatan

mental. Orang yang sehat mentalnya adalah orang yang dalam rohani atau

dalam hatinya selalu merasa senang, aman dan tentram. Muhammad Mahmud

menemukan dua pola dalam mendefenisikan kesehatan mental yakni:

23
Akmal Hawi, Seluk Beluk Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
2014), h.67
1. Pola negatif (Salahiy), bahwa kesehatan mental adalah terhindarnya

seseorang dari segala neurosis (al-amradh al-ashabiyah) dan Psikosis (al-

amradh al dzibaniyah) Pola positif.

2. Pola positif (ijahiy), bahwa kesehatan mental adalah kemampuan individu

dalam penyesuaian terhadap lingkungan sosialnya.24 Pola kedua ini lebih

umum dan lebih luas dibandingkan dengan pola pertama.

Hanna Djumhana Bastaman lebih luas menyebutkan empat pola yang

ada dalam kesehatan mental, yaitu pola simtomatis, pola penyesuaian diri,

pola pengembangan potensi, dan pola agama yang meliputi:

a. Pola Simtomatis adalah pola yang berkaitan dengan gejala (symptoms) dan

keluhan (complaints), gangguan atau penyakit nafsaniah.

b. Pola penyesuaian diri adalah pola yang berkaitan dengan keaktifan

seseorang dalam memenuhi tuntutan lingkungan tanpa kehilangan harga

diri, atau kebutuhan pribadi tanpa mengganggu hak-hak orang lain.

c. Pola pengembangan diri adalah pola yang berkaitan dengan kualitas khas

insani (human qualities) seperti kreativitas, produtivitas, kecerdasan

tanggung jawab, dan sebagainya.

d. Pola agama adalah pola yang berkaitan dengan ajaran agama.25

Jadi dapat dipahami bahwa kesehatan mental itu yang memiliki rohani

yang selalu merasa senang, aman dan tentram dan terhindarnya seseorang dari
24
Thohari Musnamar, Dasar-Dasar Konseptual Bimbingan dan Konseling Islam,
(Yogyakarta: UII Press,1992), h.13
25
Abdul Mujib, Jusuf Mudzakir, Nuansa-Nuansa Psikologi Islam,(Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 2002), h.133-134
gejala-gejala gangguan dan penyakit jiwa, dapat menyesuaikan diri, dapat

memanfaatkan segala potensi dan bakat yang ada semaksimal mungkin dan

membawa kepada kebahagian bersama serta mencapai keharmonisan jiwa

dalam hidup. Permasalahan dalam kesehatan mental itu terdapat di dalam ilmu

psikologi, kedokteran, biologi, sosiologi dan agama.

2. Tujuan Kesehatan Mental

Siti Sundari menjelaskan bahwa tujuan kesehatan mental meliputi :

a. Mengusahakan agar manusia memiliki kemampuan yang sehat.

b. Mengusakan pencegahan terhadap timbulnya sebab-sebab gangguan

mental dan penyakit mental.

c. Mengusahakan pencegahan berkembangnya bermacam-macam

gangguan mental dan penyakit mental.

d. Mengurangi atau mengadakan penyembuhan terhadap gannguan dan

penyakit mental.26

e. Memiliki dan membina jiwa yang sehat.

f. Berusaha mencegah timbulnya kepatahan jiwa mencegah

berkembangnya macam-macam penyakit mental dan sebab

timbulnya penyakit tersebut.

g. Mengusahakan penyembuhan dalam permulaan.

h. Menyehatkan jiwa Menyehatkan kesehatan jiwa karena kita tahu

dengan apa yang menyebabkan gangguan jiwa sehingga tercipta

mental yang normal.

26
Siti Sundari. Kesehatan Mental dalam Kehidupan, (Jakarta: PT Rineka Cipta. 2005),
h.2
i. Mencegah hal- hal yang menyebabkan gangguan jiwa.

j. Membina jiwa agar tidak terkena gangguan mental sehingga tercipta

rasa aman, diterima dalam lingkungannya.

Tujuan kesehatan mental adalah menguasahakan agar manusia

memiliki kemampuan yang sehat, mengusahakan pencegahan terhadap

timbulnya sebab-sebab gangguan mental dan penyakit mental, menguasahakan

pencegahan berkembangnya bermacam-macam ganguan mental dan penyakit

mental, dan mengurangi atau mengadakan penyembuhan terhadap gangguan

dan penyakit mental. Kesehatan mental dengan mengemukakan tiga ciri pokok

mental yang sehat yaitu seseorang melakukan penyesuaian diri terhadap

lingkungan atau melakukan usaha untuk menguasai dan mengontrol

lingkungannya, sehingga tidak pasif menerima begitu saja kondisi sosialnya,

seseorang menunjukkan kebutuhan kepribadian yang stabil yang diperoleh

sebagai akibat dari pengaturan yang aktif, seseorang mempersiapkan dunia

dan dirinya dengan benar, independen dalam kebutuhan pribadi.

Menurut Kartini Kartono dan Jenny Andari, tujuan kesehatan mental

adalah memiliki dan membina jiwa yang sehat, berusaha mencesgah

timbulnya kepatahan jiwa (mental break down), mencegah berkembangnya

macam-macam penyakit mental dan sebab timbulnya penyakit tersebut,

mengusahakan penyembuhan dalam permulaan menuju lingkungannya,

sehingga tidak pasif menerima begitu saja kondisi sosialnya, seseorang

menunjukkan kebutuhan kepribadian yang stabil yang diperoleh sebagai


akibat dari pengaturan yang aktif, seseorang mempersiapkan dunia dan dirinya

dengan benar, independen dalam kebutuhan pribadi.

Tujuan kesehatan mental baik dalam konteks mental health maupun

mental hygiene memiliki konotasi bagaimana mencapai kesehatan mental

yang baik, sehat mental dan mampu beradaptasi (menyesuaikan diri) dengan

yang lain. Oleh karena itu perlu adanya keharmonisan antara kesehatan mental

dengan kesehatan fisik begitu kesehatan sosial dalam mewujudkan adanya

totalitas semua aspek untuk mencapai kebahagiaan hidup.

3. Faktor Yang Mempengaruhi Kesehatan Mental

Kesehatan mental biasanya akan terganggu karena disebabkan oleh:

a. Terbentuknya pada standar-standar dan norma-norma sosial tertentu.

b. Konflik kebudayaan, yaitu 1) konflik antara individu, 2) konflik antara

nilai-nilai dan tingkah laku, dan 3) konflik baton dalam diri pribadi.

c. Masa transisi, Masa transisi ini terjadi perubahan dari suatu periode ke

periode lain, ditandai dengan kegoncangan sebagai akibat tidak

berlakunya norma sosial yang lama.27

Selain memiliki faktor pendukung kesehatan mental juga dapat

dipengaruhi oleh beberapa hal, seperti yang telah dipaparkan di atas,

bahwa konflik yang terjadi pada diri individu baik itu konflik yang

terjadi dalam diri individu itu sendiri, maupun konflik individu dengan

nilai-nilai yang terkandung dimasyarakat. Serta masa peralihan yang

dialami oleh seseorang dimana masa peralihan dan individu dipaksa

27
Yusuk Burhanuddin, Kesehtan Mental, (Bandung: Pustaka Setia, 1999), h.9
kembali untuk beradaptasi juga akan mempengaruhi kesehatan

mentalnya .

Ada beberapa faktor yang berkontribusi terhadap tingkat kesehatan

mental yakni sebagai berikut:

a. Biologis

Para ahli telah banyak melakukan studi tentang hubungan antara

dimensi biologis dengan kesehatan mental. Berbagai penelitian itu telah

memberikan kesimpulan yang menyakinkan bahwa faktor biologis

memberikan kontribusi sangat besar bagi kesehatan mental.karena itu,

kesehatan manusia khususnya disini adalah kesehatan mental, tentunya

tidak terlepaskan dari dimensi biologis ini.

Beberapa aspek biologis yang secara langsung berpengaruh

terhadap kesehatan mental, diantaranya: otak, sistem endokrin, genetik,

sensori,dan kondisi ibu selama kehamilan.

1) Otak

Otak sangat kompleks secara fisiologis, tetapi memiliki fungsi

yang sangat esensi bagi keseluruhan aktivitas manusia.Diferensiasi dan

keunikan yang ada pada manusia pada dasarnya tidak dapat dilepaskan

dari otak manusia. Keunikan manusia terjadi justru karena keunikan

otak manusia dalam mengekspresikan seluruh pengalaman hidupnya.

Jika dipadukan dengan pandangan-pandangan psikologis, jelas adanya

kesesuaian antara perkembangan fisiologis otak dengan perkembangan


mental. Fungsi otak seperti motorik, intelektual, emosional dan afeksi

berhubungan dengan mentalitas manusia.

2) Sistem endokrin

Sistem endokrin terdiri dari sekumpulan kelenjer yang sering

bekerja sama dengan sistem saraf otonom. Sistem ini sama-sama

memberikan fungsi yang penting yaitu berhubungan dengan berbagai

bagian-bagian tubuh. Tetapi keduanya memiliki perbedaan diantaranya

sistem syaraf menggunakan pesan kimia dan elektrik sedangkan sistem

endokrin berhubungan dengan bahan kimia, yang disebut dengan

hormon.

Tiap kelenjer endokrin mengeluarkan hormon tertentu secara

langsung keadalam aliran darah, yang membawa bahan-bahan kimia

ini keseluruh tubuh. Sistem endokrin berhubungan dengan kesehatan

mental seseorang. Gangguan mental akibat sistem endokrin berdampak

buruk pada mentalitas manusia.sebagai contoh terganngunya kelenjer

adrenalin berpengaruh terhadap kesehtan mental, yakni terganggunya

“mood” dan perasaannya tidak dapat melakukan coping stres.28

Jadi dapat dipahami bahwa otak bisa mempengaruhi kesehatan

mental karena otak memiliki fungsi yang sangat esensi bagi

keseluruhan aktivitas manusia. Sistem endokrin juga berpengaruh

terhadap kesehatan mental seseorang karena sistem endokrin

berhubungan dengan berbagai bagian-bagian tubuh.

28
http;// madanionline.org/faktor-yang-mempengaruhi-kesehatan-mental/di akses
24/03/2020 pukul 14.00 WIB
3) Genetik

Faktor genetik diakui memiliki pengaruh yang besar terhadap

mentalitas manusia. Kecenrungan psikosis yaitu schizophrenia dan

manis-depresif merupakan sakit mental yang diwariskan secara genetis

dari orang tuanya.

4) Sensori

Sensori merupakan aspek penting dari manusia. Sensori merupakan

alat yang menangkap segenap stimuli dari luar, sensori termasuk:

pendengaran, penglihatan, perabaan, pengecapan, dan penciuman.

Terganggunya fungsi sensori individu. Seseorang yang mengalami

gangguan pendengaran misalnya, maka akan berpenggaruh terhadap

perkembangan emosi sehingga cenderung menjadi orang yang ditandai

dengan kecurigaan yang berlebihan kepada orang lain yang sebenarnya

kecurigaan itu adalah salah.

5) Faktor ibu selama masa kehamilan

Faktor ibu selama masa kehamilan secara bermakna

mempengaruhi kesehatan mental anak. Selama berada dalam

kandungan, kesehatan janin ditentukan oleh kondisi ibu. Faktor-faktor

ibu yang turut mempengaruhi kesehatan mental anaknya adalah: usia,

nutrisi, obat-obatan, radiasi, penyakit yang diderita, stress dan

komplikasi.29

29
http;// madanionline.org/faktor-yang-mempengaruhi-kesehatan-mental/di akses
24/03/2020 pukul 14.00 WIB
Jadi dapat dipahami genetik, sensori, dan faktor ibu selama

kehamilan juga mempengaruhi kesehatan mental yang mana faktor

genetik itu memiliki pengaruh yang besar terhadap mentalitas manusia.

Sensori merupakan alat yang menangkap segenap stimulasi dari luar

dan faktor ibu selama kehamilan juga mempengaruhi kesehatan mental

anaknya seperti nutrisi, obat-obatan dan lain sebagianya.

b. Psikologis

Mengatakan bahwa aspek psikis manusia merupakan satu kesatuan

dengan sistem biologis. Sebagai subsistem dari eksistensi manusia, maka

aspek psikis selalu berinteraksi dengan keseluruhan aspek kemanusiaan.

Karena itulah aspek psikis tidak dapat dipisahkan dari aspek yang lain

dalam kehidupan manusia.

1) Pengalaman awal

Pengalaman awal merupakan segenap pengalaman-pengalaman

yang terjadi pada individu terutama yang terjadi pada masa lalunya.

Pengalaman awal ini dipandang sebagai bagian penting bahwa sangat

menentukan bagi kondisi mental individu kemudian hari.

2) Proses pembelajaran

Prilaku manusia sebagian besar adalah proses belajar, yaitu hasil

pelatihan dan pengalaman. Manusia belajar secara langsung sejak pada

masa bayi terhadap lingkungannya, karena itu faktor lingkungan

sangat menentukan mentalitas individu.


3) Kebutuhan

Pemenuhan kebutuhan dapat meningkatkan kesehatan mental

seseorang. Orang yang telah mencapai kebutuhan aktualisasi yaitu

orang yang mengeksploitasi dan mewujudkan segenap kemampuan,

bakat, keterampilan sepenuhnya, akan mencapai pada tingkatan apa

yang disebut dengan tingkat pengalaman puncak (peack experience)

Maslow mengatakan bahwa ketidakmampuan dalam mengenali dan

memenuhi kebutuhan-kebutuhannya adalah sebagai dasar dari

gangguan mental individu.

c. Sosial Budaya

Lingkungan sosial sangat besar pengaruhnya terhadap kesehatan

mental. Lingkungan sosial tertentu dapat menopang bagi kuatnya

kesehatan mental sehingga membentuk kesehatan mental yang positif,

tetapi pada aspek lain kehidupan sosial itu dapat pula menjadi stressor

yang dapat mengganggu kesehatan mental.30

Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwasanya

faktor yang mempengaruhi kesehatan mental terbagi kedalam tiga

kelompok, yaitu: biologis, yang mana aspek biologis dipengaruhi oleh

otak, sistem endokrin, genetik, sensori dan kondisi ibu selama

kehamilannya sedangkan psikologis di pengaruhi pengalaman awal,

proses pembelajaran, kebutuhan dan sosial budaya.

30
http;// madanionline.org/faktor-yang-mempengaruhi-kesehatan-mental/di akses
24/03/2020 pukul 14.00 WIB
4. Ciri – Ciri Kesehatan Mental Yang Sehat

Ada beberapa tabel yang menyebutkan tentang ciri-ciri kesehatan

mental, antara lain:

1. Menurut Richard T.Kinner dalam Bimo Walgito menyebutkan ciri-ciri

orang yang sehat mentalnya, yaitu:31

a. Menerima diri sebagaimana adanya (self-aceptance).

Pada umumnya orang yang sehat mentalnya dapat menerima keadaan

dirinya sebagaimana adanya dan mempunyai self-esteem yang positif,

tetapi jangan sampai berlebih-lebihan. Self esteem yang negatif dapat

menimbulkan berbagai masalah. Menerima keadaan sebagaimana

adanya juga berarti menerima diri dengan segala kelebihan dan

kekurangannya.

b. Mengerti tentang keadaan diri (self-knowledge).

Orang yang mentalnya sehat mengerti dengan baik tentang keadaan

dirinya, orang akan sadar, baik mengenai, maupun aspek-aspek mental

yang lain.

c. Kepercayaan diri dan pengendalian diri (self confidence dan self

control).

Orang yang sehat mentalnya mempunyai percaya diri (self confidence)

dan pengendalian diri (self control).

31
Bimo Walgito, Bimbingan Konseling, (Yogyakarta: Andi OFFSET, 2010), h.195
d. Persepsi yang jelas tentang realitas (A clear perception of reality).

Orang yang sehat mentalnya mampu mengadakan persepsi keadaan

realita secara baik. Orang dapat membedakan mana yang riil dan mana

yang tidak. Orang yang demikian tidak mencampuradukkan antara

yang rill dengan yang tidak rill, bersifat objektif, dan selalu melihat

realita seperti apa adanya.

e. Balance and moderation

Orang yang mentalnya sehat mempunyai keseimbangan atau balance

dalam kehidupannya. Mereka bekerja, tetapi juga istirahat, menangis

tetapi juga tertawa, mementingkan diri sendiri tetapi juga

mementingkan sosial.

f. Love of other

Orang yang sehat mentalnya akan menyayangi sesama manusia.

Mereka tidak mempunyai sikap permusuhan terhadap orang lain.

Dengan demikian, mereka dapat diterima secara baik oleh orang lain,

tidak timbul permusuhan, suasana adanya kedamaian.

g. Love of life

Orang yang sehat mentalnya akan menyayangi kehidupan yang

dihadapi, apa yang dihadapi dalam kehidupannya selalu diterima

secara tulus dan penuh rasa sayang.

h. Purpose in life

Orang yang sehat mentalnya menyadari dengan sepenuhnya tentang

tujuan kehidupannya. Untuk apa dan kearah mana kehidupannya


disadari dengan sepenuhnya, tidak ada keraguan-keraguan dalam

mengarungi kehidupan. Jadi dapat dipahami ciri-ciri kesehatan mental

yang pertama yaitu, menerima diri sebagaimana adanya, mengerti

tentang keadaan realita secara baik, mempunyai keseimbangan dalam

kehidupan, menyayangi kehidupan yang dihadapi dan menyadari

dengan sepenuhnya tentang tujuan kehidupannya.

2. Menurut tabel Jodeth dalam Abdul Aziz menyatakan bahwa orang yang

sehat mentalnya adalah orang yang memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

a. Menerima dan menghargai diri sendiri

b. Perasaan eksis

c. Bebas yaitu tidak terhalang, terganggu sehingga dapat bergerak,

berbicara, berbuat dengan leluasa

d. Spontan yaitu melakukan sesuatu dengan hati

e. Berkepribadian sempurna

f. Fleksibel yaitu luwes, mudah dan cepat menyesuaikan diri

g. Percaya diri

h. Mempunyai sesitivitas sosial yaitu peka terhadap lingkungan sosial

i. Mampu bekerja yaitu melakukan aktivitas sehari-hari

j. Mampu berdaptasi yaitu mampu menyesuaikan diri dimanapun berada

k. Mampu membangun hubungan interpersonal

l. Mampu menghadapi tantangan

m. Mampu menghadapi kegelisahan 32

32
Abdul Aziz, Kesehatan Jiwa, (Jakarta, Pustaka Azzam, 2006), h.44
3. Menurut Hamid Zahran mengungkap ciri-ciri orang yang sehat mentalnya

sebagai berikut:

a. Mampu beradaptasi yaitu mampu menyesuaikan diri

b. Bahagia dengan diri sendiri

c. Bahagia bersama orang lain

d. Mampu mengaktualisasikan diri dan memfungsikan kemampuan diri

e. Mampu menghadapi segala tuntutan hidup

f. Jiwa dalam keadaan seimbang

g. Berperilaku normal yaitu berperilaku sesuai dengan aturan dan tidak

menyimpang

h. Hidup dengan tentram dan damai.33

Berdasarkan penjelasan diatas dapat dipahami bahwa orang yang

memiliki mental yang sehat adalah orang yang bisa menyesuaikan diri

dengan lingkungan sekitar baik itu dengan diri sendiri maupun dengan

orang lain. Orang yang memiliki mental yang sehat ia juga memiliki jiwa

yang seimbang dan mampu mengaktualisasikan diri.

4. Menurut Siti Sundari kriteria yang ideal pribadi yang normal dengan

mental yang sehat adalah:

a. Memiliki perasaan aman

b. Penilaian diri

c. Mempunyai spontanitas dan emosional yang tepat

d. Mempunyai kontak dengan realitas secara efisien

33
Abdul Aziz, Kesehatan Jiwa, (Jakarta, Pustaka Azzam, 2006), h.44
e. Memiliki dorongan dan nafsu yang sehat

f. Mempunyai pengetahuan diri yang cukup

g. Mempunyai tujuan hidup yang kuat yaitu tujuan hidup yang memenuhi

syarat

h. Memiliki kemampuan untuk belajar dari pengalaman hidup

i. Ada kesanggupan untuk memenuhi tuntutan dan kebutuhan dari

kelompok

j. Mempunyai sikap emansipasi yang sehat terhadap kelompok dan

kebudayaan

k. Mempunyai integritas dalam kepribadiannya.34

Berdasarkan penelasan di atas dapat dipahami mental yang sehat

bisa dicapai apabila seseorang memiliki perasaan aman, memiliki

dorongan dan nafsu yang sehat, memiliki tujuan hidup yang memenuhi

syarat dan mempunyai pengetahuan diri yang cukup.

5. Menurut Kartini Kartono mengatakan bahwa orang yang memiliki mental

yang sehat memiliki sifat-sifat khas yaitu:

a. Mempunyai kemampuan untuk bertindak secara efisien

b. Memiliki tujuan-tujuan hidup yang jelas

c. Memiliki konsep diri yang sehat

d. Memiliki koordinasi antara segenap potensi dengan usaha-usahanya

e. Memiliki batin yang selalu tenang.35

34
Siti Sundarin, Kesehatan Mental Dalam Kehidupan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2005), h.3
35
Yusuk Burhanuddin, Kesehatan mental, (Bandung: Pustaka Setia, 1999), h.9
Jadi dapat disimpulkan orang yang memiliki cirri-ciri mental

yang sehat adalah orang yang mampu merasakan kebahagian dalam

hidup dan mampu menggunakan segala potensi dan bakatnya

semaksimal mungkin, yang membawa kebahagiaan bagi dirinya

sendiri dan orang lain.

5. Prinsip - Prinsip Kesehatan Mental

Prinsip-prinsip kesehatan mental dapat dibagi kedalam tiga kelompok, yaitu:36

1. Prinsip-prinsip yang didasarkan pada kodrat manusia (Natural of Man)

a. Kesehatan mental dan menghendaki adanya kesehatan badan dan

integritas (kesatuan) organisme. Kesatuan yang utuh dan bulat dari segi

jasmaniah dan ruhaniah yang tidak dapat dipisahkan. Manusia bukanlah

penjumlahan badan dan jiwa, tetapi suatu kebutuhan jiwa raga

(psychosomatic). Proses kejiwaan dan respons (reaksi, jawaban,

tanggapan) dan proses jasmaniah lainnya bercampur menyatu secara

komplek.

b. Untuk mempertahankan kesehatan mental dan penyesuaian diri yang

baik, perilaku manusia harus sesuai dengan kodratnya sebagai mahluk

biologis, sosial, psikologis, dan ruhaniah. Terganggunya keharmonisan

tersebut akan dapat mengganggu kesehatan mental manusia. Berlawanan

dan tidak selaras dengan kodrat manusia sehingga merupakan

penyimpangan yang mengakibatkan kehidupan yang tidak efektif dan

tidak efesien .

36
Samsul Munir Amin, Bimbingan dan Konseling Islam, (Jakarta: Sinar Grafika
Offset,2010), h.149
c. Kesehatan mental menghendaki integritas dan kontrol diri yang meliputi

pengendalian pikiran, khayalan, keinginan, kemauan, ambisi, dan tingkah

laku. Tanpa integritas dan pengendalian diri seperti terlihat pada orang-

orang menderita gangguan mental, maka kemampuan dan kesehatan

mental seseorang dalam menyelesaikan dan menghadapi tuntunan hidup

konflik, dan frustasi dalam kehidupan sehari- hari akan dirugikan secara

serius.

d. Untuk mencapai dan mempertahankan kesehatan mental dan diperlukan

pengetahuan yang luas tentang diri sendiri. Pengetahuan mengenai diri

sendiri yang meliputi kemampuan diri, keinginan, motivasi, alam

perasaan, dan aspek kepribadian lainnya merupakan salah satu ukuran

kematangan kepribadian. Seseorang harus mengetahui motivasi yang

mendasari tingkah laku dan aktivitasnya sebagai perbuatannya terkendali

secara sadar dan terarah.

e. Kesehatan mental dan menghendaki suatu pengertian yang sehat

tentang diri sendiri yang mencakup penerimaan diri sendiri dan

penilaian yang realistis terhadap status dan harga diri. Menerima diri

sendiri sebagaimana adanya sangat diperlukan untuk stabilitas mental,

karena diri sendiri itu terlibat langsung dalam usaha manusia untuk

mengahadapi dan mengatasi kenyataan, konflik, frustasi, dan

ketegangan jiwa. Seseorang yang menolak dirinya sendiri atau

mengganggap dirinya tidak berharga akan mengalami kesukaran dalam

hubungan sosial, merasa dijauhi tuhan dan teman-teman, serta menjadi


korban terus-menerus dari perasaan berdosa, perasaan bersalah,

perasaan tidak kuat, rendah diri,tidak berharga, dan putus asa sehingga

ia tidak mampu menyelesaikan permasalahan hidupnya.

f. Untuk mencapai kesehatan mental dan diperlukan suatu usaha terus-

menerus untuk mengembangkan diri atau meningkatkan diri dan

merealisasikan diri. Pengenalan diri merupakan dasar pengembangan

diri, yang berarti perkembangan secara bertahap dan prestasi. Setiap

langkah dalam proses perkembangan diri mulai dari masa kanak-kanak

sampai masa dewasa harus merupakan kemajuan kearah kematangan

berfikir, kedewasaan emosional, pengarahan, dan pengendalian

motivasi, kemantapan sikap, dan tingkah laku.

g. Kemantapan mental dan penyesuaian diri yang baik memerlukan suatu

perkembangan yang berlanjut dalam diri manusia mengenai sifat-sifat

moral yang tinggi. Sifat moral yang tinggi meliputi: keadaan,

kebijaksaanaan, ketetapan pendirian, keberanian, pengekangan diri dan

pembatasan diri, integritas, rendah hati, dan keikhlasaan atau ketulusan.

Kodrat manusia sebagai mahluk ruhaniah dimanisfestasikan dalam

kehidupan beragama dan bermoral. Sebenarnya agama badan moral

tidak dapat dipisahkan karena kesadaraan beragama antara lain tampak

dalam bertingkah laku bermoral.

h. Untuk mencapai dan mempertahankan kesehatan mental dan perlu

belajar dan mengembangkan kebiasaan yang baik. Perkembangan sifat-

sifat moral yang baik merupakan sebagian dari pengembangan


kebiasaan. Masih banyak kebiasaan lain yang berharga perlu

dikembangkan dalam rangka pengendalian dan pengembangan diri.

Kebiasaan berbuat secara efesien dan efektif, mengalami keputusan

yang tepat, cermat, dan tangkas dalam menghadapi situasi sehari-hari,

menjunjung tinggi objektivitas dalam hubungan dengan orang lain,

bekerja teratur dan tekun, serta kebiasaan-kebiasaan lain yang baik

merupakan hal penting dalam pengembangan dan penyesuaian diri

terhadap lingkungan dan alam semesta.

i. Kesehatan mental dan menghendaki usaha yang berkelanjutan untuk

menjadi dewasa atau matang dalam berfikir, memutuskan sesuatu,

sikap, emosi, dan bertingkah laku. Hubungan antara kedewasaan,

kesehatan mental, bersifat fundamental. Kedewasaan meliputi

kemampuan memikul tanggung jawab, memiliki pandangan dan

harapan yang sehat, mengembangkan arah minat dan sikap yang sehat,

pikiran dan prilaku, kemampuan memandang diri sendiri dan kehidupan

apa adanya dan tidak terlalu serius, menciptakan tujuan hidup, dan cita-

cita yang berharga.

j. Stabilitas mental dan menghendaki suatu kemampuan untuk mengubah

sesuatu sesuai dengan perubahan kepribadian. Kebiasaan yang memang

perlu sekali untuk kesehatan mental dan mencapai penyesuaian diri ,

tetapi kebiasaan-kebiasaan tersebut harus fleksibel tidak boleh kaku.

Karena lingkungan dan kondisi kehidupan sehari-hari selalu berubah

maka manusia juga harus mempunyai kemampuan untuk mengubah diri


sendiri dan lingkungannya. Dengan kata lain, manusia memerlukan

kemampuan beradaptasi dengan lingkungan tanpa mengurangi

kemantapan kepribadiannya. Kekakuan sikap, pemikiran, dan aktivitas

tidak selaras atau bertentangan dengan yang baik.

k. Kesehatan mental dan menghendaki manusia belajar cara-cara

menyelesaikan konflik, frustasi, dan ketegangan-keteganggan jiwa yang

timbul secara efektif dan efesien. Proses belajar mengenai bagaimana

cara menyelesaikan frustasi dan konflik kejiwaan yang penting bagi

kesehatan mental ditemukan melalui pengalaman. Frustasi dan konflik

kejiwaan yang tidak terselesai secara sehat dapat menimbulkan

ketegangan jiwa yang merusak kesehatan mental dan penyesuain diri.

Ketegangan itu sendiri harus diatasi secara sehat. Konflik, frustasi, dan

keteganggan jiwa yang tidak dapat diselesaikan secara sehat dapat

mengakibatkan putus asa, dan mekanisme pertahanaan diri yang

negatif. Sedangkan pemecahan konflik, frustasi dan keteganggan jiwa

yang positif merupakan pelajaran yang bermanfaat dan dapat

memperkaya serta memantapkan kepribadian.

Jadi dapat disimpulkan bahwa kesehatan mental bagian yang tidak

terlepas dari penyesuian diri yang baik, memerlukan integrasi dan

kontrol diri, pengetahuan yang luas tentang diri sendiri, memerlukan

konsep diri yang sehat, perlu belajar dan mengembangkan kebiasaan

yang baik dan mampu beradaptasi dengan lingkungan.


2. Prinsip-prinsip yang di dasarkan pada hubungan manusia dengan manusia

lain dan lingkungannya.

a. Kesehatan mental dan bergantung pada hubungan manusiawi yang

sehat, terutama hubungan dalam kehidupan keluarga. Hubungan

manusiawi yang sehat pada masa anak lebih merupakan pencegahan

dan penyiapan kesehatan mental serta penyesuaian diri pada masa

yang akan datang. Anak yang diterima oleh orang tuanya dengan

senang hati, diberi kasih sayang, keamanan, perhatian, pelajaran, atau

pembentukan respon atau reaksi yang kuat terhadap keluarga dan

lingkungan, mendapat kepuasaan dasar dalam kehidupan dengan

keluarga, sekolah, dan masyarakatnya. Dalam perkembangan

selanjutnya ia memiliki kemungkinan besar menjadi orang yang

bermental sehat dan yang baik. Sebaliknya, anak yang mendapat

perlakuan dalam hubungan manusiawi dengan keluarga, sekolah, dan

masyarakat yang berlawanan dengan sifat-sifat. Kemungkinan besar

akan mengalami perkembangan menjadi orang yang sakit mental,

dimulai hubungan keluarga, diteruskan melalui lingkungan sekolah,

kemudian lingkungan masyarakat.

b. Kebahagian dan bergantung pada pekerjaan yang sesuia dan

memuaskan Ketenangan jiwa sukar sekali dipertahankan dalam situasi

yang penuh dengan ketidakpuasaan, hubungan manusiawi yang kurang

serasi, penuh dengan frustasi, dan konflik, kurang adanya penghargaan

dan prestasi. Oleh karena itu, perlu diusahakan situasi dan kondisi
yang dapat menimbulkan kepuasaan kerja. Setiap orang yang

hendaknya berusaha mencintai pekerjaannya dapat mengorganisasikan

kegiatan, sejalan dengan keperluan pekerjaan.

c. Kesehatan mental dan menghendaki sikap yang realistis dengan

menerima realitas tanpa diputar balik serta menerima hal-hal yang

objektif dan sehat. Seseorang yang menganggap dirinya superior

melebihi kenyataan yang ada atau memandang dirinya tidak berharga,

ia telah meletakkan dasar penyakit kejiwaan. Demikian pula orang

yang tidak menerima realitas dan menolak hal-hal yang objektif akan

mengakibatkan kondisi neurotis dan psikotis.

Jadi dapat dipahami kesehatan dan penyesuaian mental

tergantung kepada hubungan interpersonal yang sehat, bergantung pada

pekerjaan yang sesuai dan memuaskan dan memerlukan sikap yang

realitas.

3. Prinsip-prinsip yang didasarkan pada hubungan manusia dengan tuhan.

a. Kesehatan dan kemantapan mental menghendaki agar setiap orang

memiliki kesadaran yang makin berkembang mengenai suatu realitas

yang lebih besar dan luhur dari pada dirinya sendiri, dimana ia sangat

bergantung padanya dengan cara sangat fundamental. Pemberian

makna pada hidup yang tertinggi adalah pengabdiaan dalam hubungan

dengan penciptanya yang maha kuasa.

Manusia harus mempunyai kesadaran yang kuat mengenai

hubungannya dengan tuhan untuk dapat menyelesaikan dengan


kesukaran, ketakutan, konflik, dan frustsi dalam kehidupan sehari-hari.

Kesadaran dan keyakinan akan adanya Tuhan yang maha kuasa akan

merangsang rasa rendah hati, makin mengenali dirinya sendiri dan

dapat memberikan rasa aman yang mendalam. Kasih sayang dan

takdirnya meliputi segala sesuatu yang melindungi kita dari realitas

yang kejam. Semua itu merupakan jaminan paling aman untuk

memantapkan mental dan ketenangan jiwa. Keimanan dapat mencegah

ketakutan, kecemasan, ke khawatiran, rendah hati dan lainnya yang

dapat membahayakan kesehatan mental.

b. Kesehatan mental dan ketenangan batin menghendaki hubungan aktif

dan konstan dengan tuhan melalui penerimaan dan pelaksanaan

perintahnya serta meninggalkan larangannya. Pengakuan secara

intelektual tentang kebergantungan manusia kepada tuhan tidak cukup.

Pengakuan itu harus di realisasikan melalui hubungan aktif dengan

tuhan berupa sholat, berpuasa, berkorban, serta melaksanakan

perintahnya dan meninggalkan larangannya. 37

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwanya

prinsip kesehatan mental terbagi kedalam tiga kelompok, yaitu: prinsip

yang didasarkan pada kodra manusia, prinsip yang didasarkan atas

hubungan manusia dengan manusia lain dan lingkungannya, dan

prinsip yang didasarkan atas pada hubungan manusia dengan tuhan.

37
Samsul Munir Amin, Bimbingan dan Konseling Islam, (Jakarta: Sinar Grafika
Offset,2010), h.158
Prinsip ini berguna dalam upaya pemeliharaan dan peningkatan

kesehatan mental.

6. Macam – Macam Gangguan Kesehatan Mental

Untuk menentukan jenis-jenis gangguan mental, para ahli sepakat

menggunakan DSM- III.

1. Penyimpangan atau kekacauan fungsi perkembangan pada masa kanak-

kanak dan remaja. Termasuk di dalamnya adalah retadasi mental,

hiperaktif, kecemasaan pada anak-anak, penyimpangan perilaku makan

dan semua penyimpangan dari perkembangan yang normal.

2. Penyimpangan mental yang disebabkan oleh kerusakan otak akibat

pengaruh dari berbagai penyakit yang berhubungan dengan traumatik dan

kecemasan seperti penyakit kelamin serta pengaruh racun yang masuk ke

dalam tubuh seperti penggunaaan alkohol yang kelewat batas.

3. Penyimpangan mental yang disebabkan oleh pengaruh zat-zat kimia,

seperti penggunaan narkotika, zat-zat adiktif, psikotoropika, alkohol,

nikotin, dan sebagainya.

4. Penyimpangan kepribadian sehingga tidak mampu berhubungan lagi

dengan realitas atau kenyataan.

5. Perasaan curiga terhadap segala sesuatu yang berlebihan seperti perasaan

seakan-akan semua orang membencinya, dan sebagainya.

6. Depresi berat yang membuat seseorang selalu tidak bergairah murung dan

apatis.
7. Kecemasan yang berlebihan seperti kecemasaan akan harga diri,

kecemasaan akan masa depan, dan sebagainya.

8. Kerusakan pada organ tubuh atau timbulnya penyakit parah yang

disebabkan oleh faktor psikologis seperti kecemasaan yang berlarut-larut,

tetapi bila diteliti secara medis tidak ditemukan adanya penyakit atau

gangguan medis lainnya.

9. Gangguan temporal menyebabkan gagalnya fungsi memori atau hilangnya

kontrol terhadap emosi, seperti amnesia.

10. Ketidak mampuan seseorang untuk berprilaku dan mengatasi stress,

seperti prilaku anti sosial gangguan-gangguan karena kecemasan.

Seseorang mengalami gangguan kecemasan bila setiap saat dalam

kehidupannya sehari-hari ia selalu merasa tegangan psikologis yang cukup

tinggi, walaupun persoalan yang dihadapi cukup ringan. Orang yang selalu

cemas, kadang-kadang akan terasa panik, yaitu suatu periode ketakutan

yang luar biasa seakan-akan malapetaka besar akan terjadi.

11. Termasuk di dalamnya semua penyimpangan identitas seksual,

kemampuan seksualitas (menikmati hubungan seks dengan anak kecil).

7. Pengaruh Kesehatan Mental Terhadap Keharmonisan Kehidupan Jiwa

Manusia

Adapun kesehatan mental terhadap keharmonisan kehidupan jiwa

manusia terdiri menjadi beberapa bagian seperti hal berikut.

1. Pengaruh Kesehatan Mental Terhadap Perasaan

a. Rasa cemas
Perasaan tidak menentu, panik, takut tanpa mengetahui apa yang

ditakutkan dan tidak dapat menghilangkan perasaan gelisah dan

mencemaskan itu. Sesungguhnya kecemasan itu bersumber dari

hilangnya makna hidup makna hidup ini adalah kebutuhan fitrah

manusia. Makna hidup akan dimiliki oleh seseorang ketika dalam

hidup ini ia selalu jujur, apa adanya, merasa dibutuhkan orang lain dan

telah mengerjakan sesuatu yang bermakna untuk orang lain.38

b. Iri hati dan dengki

Iri dan dengki memang penyakit hati yang sulit diatasi

berbagai bentuk fitrah dan namimah (adu domba) biasanya

dilakukan oleh manusia yang dengki. Terjadinya ketidak

rukunan, lantaran perdebatan status dan posisi, gengsi, dan

harga diri. Contohnya, rakyat biasa iri terhadap yang berkuasa,

si miskin iri terhadap si kaya, si bodoh iri terhadap si pintar,

dan begitu seterusnya.

c. Rasa sedih

Rasa sedih yang tidak beralasan, atau terlalu banyak hal-

hal yang menyedihkan sehingga air mukanya selalu

membayangkan kesedihan, maupun ia seorang yang mampu,

berpangkat, dihargai orang dan sebagainya. Sebagai contoh,

seorang yang baru menginjak usia remaja, banyak sekali yang

menderita rasa sedih dan murung yang tidak diketahui sebab

38
Noer, Rohmah.Pengantar PsikologiAgama, (Yogyakarta:Sukses Offset, 2013), h.203-
209
sesungguhnya. Banyak anak muda yang ketika berada sendirian

menangis dan meratap, tapi kalau ditengah-tengah orang

tuanya, dan ia berbuat seolah-olah gembira, menutupi

kesedihannya yang ada di dalam hatinya. Hal ini seringkali

mengakibatkan terganggunya pelajaran dan aktifitasnya dalam

pekerjaan dan pergaulannya. Kesedihan yang seperti itu, tidak

disebabkan sesuatu hal atau persoalan secara langsung, akan

tetapi oleh kesehatan mental yang terganggu.

d. Rasa rendah diri dan hilangnya kepercayaan kepada diri

Rasa rendah diri ini menyebabkan orang lekas

tersinggung. Karena itu ia mungkin akan menjauhi pergaulan

dengan orang banyak, menyendiri, tidak berani mengemukakan

pendapat karena takut salah. Lama kelamaan akan hilanglah

kepercayaan kepada dirinya, dan selanjutnya ia juga kurang

percaya pada orang, ia akan sekalas marah dan lekas sakit hati.

e. Pemarah

Marah adalah ungkapan rasa hati yang tidak enak,

biasanya akibat kekecewaan, ketidakpuasan atau tidak tercapai

yang diinginkannya. Sesungguhnya orang dalam suasana

tertentu kadang-kadang perlu marah, akan tetapi kalau ia sering

marah yang tidak beralasan atau tidak seimbang dengan sebab

yang menimbulkan marah itu, maka yang demikian ada

hubungannya dengan kesehatan mental.


2. Pengaruh Kesehatan Mental Terhadap Pikiran

Kecemasaan adalah memang karena dipengaruhi oleh faktor

keturunan, maka orang yang cerdas, kemungkinan besar anaknya kelak

akan cerdas pula. Mengenai pengaruh kesehatan mental atas pikiran,

diantaranya sering lupa, tidak bisa berkonsentasi, kemampuan berpikiran

menurun, sehingga orang merasa seolah-olah ia tidak lagi cerdas,

pikirannya tidak bisa digunakan dan sebagainya.

Jika ada anak yang kelihatan bodoh di sekolah, tidak mau belajar,

pelupa dan sebagainya, belum tentu akibat dari kecerdasannya yang

terbatas, tapi mungkin juga karena ia tidak mampu menggunakan

kecerdasaannya, yang disebabkan karena tidak ada ketenangan jiwa

padanya. Terganggunya ketenangan jiwa si anak terkadang akibat

perlakuan kedua orang tuanya, yakni perlakuan orang tua yang terlalu

keras, tidak banyak mempedulikan kepentingan si anak, suka

membandingkan dengan anak lain, terlalu banyak campur tangan dan

sebagainya. Inilah yang akan dapat menyebabkan hilangnya ketenangan

jiwa si anak.

3. Pengaruh Kesehatan Mental Terhadap Kelakuan

Hati yang tidak tentram atau kadang kurang sehatnya mental,

sangat mempengaruhi kelakuan dan tindakan seseorang. Misalnya orang

yang merasa tertekan, atau merasa gelisah karena perlakuan suami yang

tidak benar seperti jarangnya memberi uang belanja, memperlakukan anak

dan istrinya secara kasar, akhirnya sang istri berubah sikap dan
kelakuannya menjadi pemurung, terkadang selalu marah-marah dan juga

sampai amak di jadikan sebagai sasaran kemarahannya, bahkan ada yang

sampai tega bunuh diri.

4. Pengaruh Kesehatan Mental Terhadap Kesehatan Badan

Pendapat yang mengatakan bahwa “jiwa yang sehat terletak badan

yang sehat”, ternyata sekarang sudah tidak berlaku lagi. Akhir-akhir ini

banyak terdapat penyakit yang dinamakan “psychosomatic”, yaitu

penyakit badan yang disebabkan mental. Misalnya seorang ibu yang

menderita penyakit jantung setelah berobat kemana-mana baik lewat

dokter sampai dukun ternyata hasilnya sangat kecil bahkan bisa dikatakan

tidak berhasil. Setelah di telusuri ternyata penyakit tersebut berkaitan

dengan latar belakang dari hidup dan pengalaman-pengalaman yang

dimulainya, terbukti penyakitnya bukanlah penyakit yang disebabkan oleh

kerusakan pada jantungnya, akan tetapi karena tekanan-tekanan perasaan

dalam keluarga yang dialami selama bertahun-tahun.

B. Kesehatan Mental Warga Binaan

Selain faktor kebermaknaan hidup, faktor yang diasumsikan

berhubungan dengan kesehatan mental warga binaan adalah dukungan sosial

keluarga. Sears dkk, mengatakan bahwa dukungan sosial adalah suatu

hubungan interpersonal di mana individu memberikan bantuan kepada

individu lain dan bantuan yang diberikan berupa partisipasi, emansipasi,

motivasi, penyediaan informasi, dan penghargaan atau penilaian terhadap

individu.
Dukungan sosial keluarga merupakan variabel lingkungan yang

diasumsikan memiliki hubungan positif dengan kesehatan mental. Warga

binaan akan membutuhkan dukungan yang lebih dari keluarga dan cara-cara

yang efektif dalam menghadapi masalah yang sedang dihadapi. Dukungan

tersebut dihadapkan berasal dari keluarga karena keluarga merupakan

lingkungan pertama dan lingkungan yang terdekat dengan warga binaan.

Dukungan sosial keluarga bagi warga binaan diperlukan untuk

menghilangkan rasa ketakutan dan kecemasan akan masalah-masalah yang

dihadapi. Upaya yang dilakukakan keluarga yang berada di sekitar warga

binaan untuk memberikan semangat dapat menjadi salah satu jalan keluar

yang positif bagi warga binaan untuk menerima dengan tenang atas beban

penderitaan yang dialami.39

Pada kenyataannya, di lembaga pemasyarakatan ada warga binaan yang

tidak mendapatkan dukungan dari keluarganya. Bila keluarga tidak dapat

memberikan dukungan terhadap masalah-masalah yang dihadapi warga

binaan, bahkan mengabaikan, maka hal tersebut dapat mengakibatkan warga

binaan semakin menderita bahkan bisa terganggu kesehatan mentalnya.

C. Penelitian Relevan

Ada beberapa penelitian yang telah dilaksanakan yang relevan dengan

penelitian ini, diantaranya adalah :

1. Penelitian yang dilakukan oleh Baidi Bukhori Dosen IAIN Walisongo

Semarang, dengan judul penelitian : “Hubungan Kebermaknaan Hidup

39
Baidi Bukhori, Hubungan Kebermaknaan Hidup Dan Dukungan Sosial Keluarga
Dengan Kesehatan Mental Narapidana, jurnal Ad-Din, Vol. 4, No. 1, Januari-Juni 2012
Dan Dukungan Sosial Keluarga Dengan Kesehatan Mental

Narapidana” (Studi Kasus Narapidana Kota Semarang).

Kesimpulannya yaitu : terdapat korelasi positif yang signifikan antara

kebermaknaan hidup dan dukungan sosial keluarga dengan kesehatan

mental narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Klas I Semarang.

Semakin tinggi kebermaknaan hidup dan dukungan sosial keluarga

maka semakin tinggi kesehatan mental narapidana.40 Perbedaan

penelitian di atas dengan penelitian yang dilakukan sekarang yaitu

peneliti melihat kesehatan mental warga binaan di lembaga pembinaan

khusus anak klas II B tanjung pati sedangkan penelitian yang sudah

ada meneliti adalah Hubungan Kebermaknaan Hidup Dan Dukungan

Sosial Keluarga Dengan Kesehatan Mental Narapidana.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Indah Pratiwie Mahasiswa Universitas

Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau, Fakultas Dakwah dan Ilmu

Komunikasi dengan judul “Kondisi Mental Narapidana Di Lembaga

Pemasyarakatan Anak Klas II B PekanBaru”. Kesimpulannya yaitu :

narapidana yang berada di Lapas Anak Klas II B Pekanbaru ini kondisi

mental mereka yaitu sangat baik dengan jumlah persentase 98,3 %.

Tidak ada tekanan-tekanan yang terjadi pada narapidana sehingga

mempengaruhi mental mereka.41 Perbedaan penelitian di atas dengan

penelitian yang dilakukan sekarang yaitu peneliti melihat kesehatan

40
Baidi Bukhori, Hubungan Kebermaknaan Hidup Dan Dukungan Sosial Keluarga
Dengan Kesehatan Mental Narapidana, jurnal Ad-Din, Vol. 4, No. 1, Januari-Juni 2012
41
Indah Pratiwie, Kondisi Mental Narapidana Di Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas
II B PekanBaru, Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi, 2013
mental warga binaan di lembaga pembinaan khusus anak klas II B

tanjung pati sedangkan penelitian yang sudah ada meneliti adalah

Kondisi Mental Narapidana Di Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II

B PekanBaru.

3. Penelitian yang dilakukan oleh Nada Safira Mahasiswa Universitas

Raden Intan Lampung, Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi dengan

judul “Pembinaan Mental Terhadap Narapidana Anak Kasus Pencurian

Di Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) Klas II Bandar

Lampung”. Kesimpulannya yaitu : pembinaan mental terhadap

narapidana anak kasus pencurian di lembaga pembinaan khusus anak

klas II bandar lampung sudah berjalan dengan baik dan sesuai dengan

peraturan perundang-undang SPPA (Sistem Peradilan Pidana Anak)

serta berdasar dengan ajaran agama serta menggunakan beberapa

teknik-teknik konseling dan menggunakan teori-teori psikologi untuk

memahami tingkah laku anak didik pemasyarakat di LPKA Klas II

Bandar Lampung namun masih optimal hal ini dapat dilihat dari

kualitas petugas bagian pembinaan khususnya untuk pembinaan

keagamaan atau mental rohani islam dimana masih sangat kurangnya

petugas pembinaan keagamaan atau mental rohani islam yang berlatar


42
belakang sarjana konseling atau sarjana psikologi. Perbedaan

penelitian diatas dengan penelitian yang dilakukan sekarang yaitu

42
Nada Safira, Pembinaan Mental Terhadap Narapidana Anak Kasus Pencurian Di
Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) Klas II Bandar Lampung, Fakultas Dakwah dan Ilmu
Komunikasi, 2019
peneliti melihat kesehatan mental warga binaan di lembaga pembinaan

khusus anak klas II B tanjung pati sedangkan penelitian yang sudah

ada meneliti adalah Pembinaan Mental Terhadap Narapidana Anak

Kasus Pencurian Di Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) Klas

II Bandar Lampung.

D. Kerangka Konseptual

Alur penelitian adalah untuk menjelaskan, mengungkapkan dan

menunjukkan keterlibatan antara variabel yang akan diteliti berdasarkan

batasan-batasan dan rumusan masalah. Untuk mendapatkan gambaran

yang jelas mengenai alur penelitian pada gambar berikut:

Kesehatan Mental

Ciri-ciri orang yang memiliki mental yang sehat

a. Menerima diri sebagaimana adanya (self-aceptance)


b. Mengerti tentang keadaan diri (self-knowledge)
c. Self confidence dan self control
d. A clear perception of reality
e. Balance and moderation
f. Love of others
g. Love of life
h. Purpose in life
Berdasarkan kerangka konseptual diatas, dapat dilihat bahwa

penelitian ini terdiri 1 variabel yaitu variabel kesehatan mental warga binaan

di lembaga pembinaan khusus anak klas II B Tanjung Pati, dengan beberapa

ciri-ciri penelitian yaitu menerima diri sebagaimana adanya (self-aceptance),

mengerti tentang keadaan diri (self-knowledge), self confidence dan self

control, a clear perception of reality, balance and moderation, love of

others, love of life, dan purpose in life.


BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Metode adalah suatu cara atau teknik yang dilakukan dalam proses

penelitian. Sedangkan penelitian merupakan upaya dalam bidang ilmu

pengetahuan dijalankan untuk memperoleh fakta-fakta dalam prinsip-prinsip

dengan sabar, hati-hati dan sistematis untuk menjawab kebenaran.1 Jadi

metode penelitian adalah cara-cara yang digunakan untuk mengumpulkan data

yang dikembangkan untuk memperoleh pengetahuan dengan mengajukan

prosedur yang relevan dan terpecaya.

Menurut Suharsimi Arikunto penelitian deskriptif adalah penelitian

yang dimaksudkan untuk menggumpulkan informasi mengenai status atau

gejala yang ada, yaitu keadaan gejala menurut apa adanya pada saat penelitian

berlangsung.2

Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian, penulis

melakukan penelitian lapangan atau field research dengan pendekatan

deskriptif kuantitatif, artinya penelitian ini penulis lakukan dengan melihat

gejala yang terjadi dan menganalisanya dengan menggambarkan dan

menginterprestasi objek sesuai dengan apa adanya dan hasilnya berupa angka-

1
Mardalis, Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal, (Jakarta: Bumi Aksara,
2006), h.24
2
Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2005), h.266
angka.3 Di dalam penelitian ini akan menggambarkan fenomena yang terjadi

di lapangan sesuai dengan data-data yang diperoleh, yang berkaitan dengan

kesehatan mental warga binaan di Lembaga Pembinaan Khusus Anak Klas II

B Tanjung Pati.

Penelitian deskriptif kuantitatif bertumpu sangat kuat pada

pengumpulan data berupa angka dari hasil pengukuran. Karena itu data yang

terkumpul harus diolah secara statistik agar dapat ditaksir dengan baik.

B. Lokasi Penelitian

Penelitian ini penulis lakukan di Lembaga Pembinaan Khusus Anak

Klas II B Tanjung Pati. Adapun alasan penulis memilih lokasi ini, karena di

LPKA penulis menemukan gejala atau fenomena yang menjadi permasalahan

penelitian yang akan diteliti, terutama dalam masalah kesehatan mental warga

binaan di Lembaga Pembinaan Khusus Anak Klas II B Tanjung Pati.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek

yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh

peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.4 Ketika

menarik populasi penelitian mengambil objek/subjek yang mempunyai

kualitas dan karakteristik tertentu.

3
Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2003).Cet.Ke-1.
h.157
4
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan; Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D,
(Bandung: Alfabeta, 2012), h.80
Sejalan dengan itu Sukardi menyebutkan populasi adalah semua

anggota kelompok manusia, binatang, peristiwa, atau benda yang tinggal

bersama dalam suatu tempat dan secara terencana menjadi target

kesimpulan dari hasil akhir suatu penelitian.5 Dapat dikatakan bahwa

populasinya adalah anggota manusia, binatang, peristiwa, atau benda yang

tinggal bersama dalam satu tempat.

Mardalis juga menyebutkan populasi adalah semua individu yang

menjadi sumber pengambilan data atau sekumpulan kasus yang

memerlukan syarat-syarat tertentu yang berkaitan dengan masalah

penelitian.6

Menurut Nanang Martono populasi penelitian merupakan

keseluruhan objek atau subjek yang berada pada suatu wilayah dan

memenuhi syarat-syarat tertentu berkaitan dengan masalah penelitian,

keseluruhan unit atau individu dalam ruang lingkup yang akan diteliti.7

Populasi dalam penelitian ini adalah warga binaan di Lembaga

Pembinaan Khusus Anak Klas II B Tanjung Pati yang berjumlah 27 orang

yang mana merupakan anak laki-laki untuk lebih jelasnya populasi

penelitian ini dapat dilihat dalam tabel berikut:

5
Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2003), h.53
6
Mardalis, Metodologi Suatu Pendekatan Proporsional, (Surabaya: Usaha Nasional,
1982), h.22
7
Nanang Martono, Metodologi Penelitian Kuantitatif Analisis Isi dan Analisis Data
Sekunder, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2010), h.66
Tabel 3.1

Jumlah Populasi Penelitian

No Jenis Kelamin Jumlah

1 Laki-laki 27

Total Populasi 27

Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa yang menjadi populasi

penelitian berjumlah 27 orang.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian dari anggota populasi yang akan diambil

sebagai sumber data penelitian. Sampel yang diambil haruslah dapat

mewakili karakter populasi. Sampel merupakan suatu faktor penting yang

perlu diperhatikan dalam penelitian yang dilakukan.8

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki

oleh populasi. Bila populasi besar, dan penelitian tidak mungkin

mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan

dana, tenaga dan waktu, maka penelitian dapat menggunakan sampel yang

diambil dari populasi itu. Untuk itu sampel yang diambil dari populasi

harus betul-betul representatif.9

Teknik pengambilan sampel menggunakan total sampling yaitu

teknik pengambilan sampel dimana jumlah sampel sama dengan populasi.

8
Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), h.118
9
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung: Alfabeta,
2016), h. 118
Alasan mengambil total sampling karena menurut jumlah populasi yang

kurang dari 100 seluruh populasi dijadikan sampel penelitian

semuannya.10 Sampel yang diambil dari penelitian ini adalah 27 orang.

Untuk lebih jelasnya sampel dari penelitian ini dapat dilihat dari

tabel berikut:

Tabel 3.2

Jumlah Sampel Penelitian

No Jenis Kelamin Jumlah

1 Laki-laki 27

Total Sampel 27

D. Teknik Pengumpulan Data

1. Instrumen Penelitian

Instrument penelitian yang digunakan adalah Skala. Skala yang

digunakan adalah Skala likert. Skala Likert digunakan untuk mengukur

sikap, pendapatan, dan presepsi seseorang atau sekelompok orang

tentang fenomena sosial. Dalam penelitian, fenomena sosial ini

ditetapkan secara spesifik oleh peneliti yang selanjutnya disebut sebagai

variabel penelitian. Dengan skala likert, maka variabel yang akan

10
Sugiyono, Metodologi Penelitian Kuantitatif Kualitatif R dan D, (Bandung: Alfabeta,
2013), h.77
diukur dijabarkan menjadi indikator variabel. Kemudian indikator

tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-item

instrument yang dapat berupa pernyataan atau pertanyaan.11

Oleh karena itu skala yang penulis gunakan pada penelitian ini

adalah dengan menggunakan skala likert. Skala likert ini menilai sikap

atau tingkah laku yang diinginkan oleh para peneliti dengan cara

mengajukan beberapa pertanyaan atau pernyataan kepada responden.

Skala ukur tersebut pada umumnya ditempatkan berdampingan dengan

pertanyaan atau pernyataan yang telah direncanakan dengan tujuan agar

responden lebih mudah untuk mengecek maupun memberikan pilihan

jawaban yang sesuai dengan pertimbangan mereka. Jawaban setiap

instrument yang menggunakan skala likert mempunyai gradasi dari

sangat positif sampai sangat negatif. Dalam penelitian ini, peneliti

menggunakan Skala Likert dengan alternatif jawaban sebagai berikut:

Selalu (SL), Sering (SR), Jarang (JR), Kadang-kadang (KD), Tidak

Pernah (TP).12

11
Sugiyono, Metodologi Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta,
2012), h.134-135
12
Sugiyono, Metodologi Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta,
2015), h.134-135
Tabel 3.3

Pedoman Alternatif Jawaban Angket

No Alternatif Jawaban Pernyataan Pernyataan

Positif Negatif

1 Selalu (SL) 5 1

2 Sering (SR) 4 2

3 Jarang (JR) 3 3

4 Kadang-kadang (KD) 2 4

5 Tidak Pernah (TP) 1 5

Skor pernyataan pada alternatif jawaban responden ini

mengandung pernyataan positif dan negatif, dengan skor untuk item

pernyataan positif 5, 4, 3, 2, 1 dan 1, 2, 3, 4, 5 untuk item pernyataan

negatif. Penyusunan angket penelitian disesuaikan dengan indikator

masing-masing variabel. Kisi-kisi angket penelitian dapat di lihat pada

lampiran.
2. Uji Coba Instrumen

a. Validitas Instrumen Angket

Validitas menurut A. Muri Yusuf adalah seberapa jauh

instrument itu benar-benar mengukur apa yang hendak diukur.13 Suatu

tes dikatakan memiliki validitas yang tinggi apabila alat tersebut

menjalankan fungsi ukur secara tepat atau memberikan hasil ukur yang

sesuai dengan maksud dilakukannya pengukuran tersebut. 14 Artinya

hasil ukur dari pengukuran tersebut merupakan besaran yang

mencerminkan secara tepat fakta atau keadaan sesungguhnya dari apa

yang di ukur.

Validitas tersebut berarti instrumen tersebut dapat digunakan

untuk mengukur apa yang sebenarnya diukur.15 Pendapat lain

mengatakan validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat

kevalitan atau kesahihan suatu instrumen. Suatu instrumen yang valid

atau sahih mempunyai validitas yang tinggi. Sebaliknya instrumen yang

kurang valid berarti memiliki validitas yang rendah.16

13
Muri Yusuf, Metode Penelitian Kuantitati, Kualitatif, & Penelitian Gabungan,
(Padang: KENCANA Prenadamedia Group, 2013), h.234
14
Zulkifli Matondang, Validitas dan Reliabilitas Suatu Instrumen Penelitian, Jurnal
Tabularasa PPS UNIMED Vol 6 No 1 Juni 2009, h.89
15
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung : Alfabeta,
2015), h.139
16
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktik , (Jakarta: Bina
Aksara, 1989), h.139
Pada penelitian ini untuk pengujian validitas instrument penulis

menggunakan jenis validitas konstruk. Validitas konstruk lebih

menekankan pada seberapa jauh instrument yang disusun itu terkait

secara teoritis mengukur konsep yang telah disusun oleh peneliti atau

seberapa jauhkah konstruk atau trait psikologis itu diwakili secara nyata

dalam instrumen untuk mengetahui validity konstruk suatu instrument

dengan instrument lain yang telah diketahui validitasnya atau meminta

penimbang ahli (expert judgement) untuk menimbang instrumen yang

disusun peneliti.17

Ahli yang penulis temui untuk uji validitas isi adalah dosen

bimbingan dan konseling yaitu Ibuk Azmatul Khairiah Sari, M. Pd (V1)

dan Bapak Ahmad Masrur Firosad, S. Pd.I, M. Pd (V2) serta dosen

bahasa yaitu Ibu Nurhasnah MA (V3). Hasil validasi instrumen terdapat

pada tabel berikut:

Tabel 3.4
Hasil Validitas Instrumen

No Aspek Penilaian Validator Keterangan

V1 V2 V3

1 Aspek petunjuk

a. Petunjuk dinyatakan 3 3 3
dengan jelas

17
A. Muri, Yusuf, Metodologi Penelitian Kuantitatif,Kualitatif dan Penelitian
Gabungan, (Jakarta:Fajar Intetpratama Mandiri, 2014). Cet. h.234
b. Indikator angket mudah 3 3 3
dipahami

c. Masing-masing indikator 3 2 3
dapat dibedakan dengan
jelas

2 Aspek isi

a. Indikator yang diamati 3 2 3


sudah mencakup semua
aspek penelitian

b. Kebenaran isi instrument 3 3 3

3 Aspek bahasa

a. Kalimat yang digunakan 3 2 3


berdasarkan kaidah bahasa
Indonesia yang benar

b. Menggunakan kalimat 3 3 3
yang mudah dipahami

Setelah dilakukan validitas isi, selanjutnya dilaksanakan validitas

empiris yaitu dengan melakukan uji coba kepada selain sampel penelitian

yang memiliki karakteristik yang sama dengan sampel penelitian, dalam

hal ini penulis berikan kepada 15 orang warga binaan di lembaga

pembinaan khusus anak klas II B Tanjung Pati.


Tabel 3.5
Hasil Uji Coba Instrumen

No Variabel Item valid Item tidak valid

1 Kesehatan 1,3,5,7,9,10,12,13, 2,4,6,8,11,16,17,20,


Mental 14,15,18,19,21,22, 28,30,33,34,36,37,44
23,24,25,26,27,29, ,45,47,52,54,59,60
31,32,35,38,39,40,
41,42,43,46,48,49,
50,51,53,55,56,57,
58

Jumlah 39 21

Dari hasil uji coba instrumen kesehatan mental terdapat 21 item

pernyataan yang tidak valid dan 39 item pernyataan valid dari 60 item

pernyataan. Dengan demikian item yang valid layak digunakan untuk

penelitian sedangkan item yang tidak valid tidak dapat digunakan

karena tidak memenuhi syarat. Jadi pada penelitian ini item yang layak

digunakan adalah 39 item kesehatan mental.

b. Reliabilitas Instrumen

Reliabilitas alat ukur menunjukkan sejauh mana hasil

pengukuran dengan alat tersebut dapat dipercaya. Hal ini ditunjukkan

oleh taraf konsistensi atau kestabilan skor suatu instrumen penelitian

terhadap individu yang sama dan diberikan dalam waktu yang berbeda.18

Senada dengan hal itu, Neuman dalam buku Suryani dan Hendryadi

18
Suharsimi, Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka
Cipta, 1998), h.162
mengatakan bahwa reliabilitas berarti kemampuan untuk diandalkan atau

konsistensi yang menunjukkan bahwa hal yang sama diulang atau terjadi

lagi dalam kondisi yang identik atau sangat mirip.19

Reliabilitas skala kesehatan mental dalam penelitian ini dianalisis

menggunakan Cronbach’s Alpha dengan menggunakan bantuan program

statistic Packages for Sosial Science (SPSS) versi 16.20

Adapun hasil reliabelitas instrument ini yaitu:

Tabel 3.6 Realiability Statistics Kesehatan Mental

Reliability Statistics

Cronbach's
Alpha Based
on
Cronbach's Standardized N of
Alpha Items Items
,720 ,882 61

19
Suryani & Hendryadi, Metode Riset Kuantitatif: Teori dan Aplikasi Pada Penelitian
Bidang Manajemen dan Ekonomi Islam, (Jakarta: PRENADAMEDIA GROUP, 2015), h.135
20
Sambas Ali Muhidin dan Maman Abdurrahman, Analisis Korelasi Regresi dan jalur
dalam Penelitian, (Bandung: Pustaka Setia, 2009), h.37
E. Teknis Analisis Data

Setelah data terkumpul, maka data tersebut perlu diolah atau diproses

dengan prosedur berikut :21

1. Editing, artinya membersihkan atau memeriksa kembali jawaban

responden, apakah setiap pertanyaan dijawabnya dan jawabannya sesuai

dengan yang diharapkan.

2. Coding, yaitu jawaban dari responden akan di klarifikasikan ke dalam

kelas-kelas dengan cara memberikan tanda atau kode pada masing-masing

jawaban.22

3. Tabulasi/ tally, yaitu proses penempatan data kedalam bentuk tabel yang

telah diberi kode sesuai dengan kebutuhan analisis.23

4. Mean yaitu jumlah seluruh data dibagi dengan jumlah data. Rata-rata

dapat dicari dengan data tunggal maupun data kelompok dengan rumus

sebagai berikut:

X =

Keterangan:

X : Rata-rata hitung

∑x : Jumlah skor

N : Banyak subjek24

21
Hadeli, Manajemen Pendidikan, (Padang : Baitul Hikmah Press, 2001), h.9
22
Bambang Prasetyo, Lina Miftahul Jannah, Metode Penelitian Kuantitatif, (Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 2012), h.171
23
Syofian Siregar, Statistik Deskriptif untuk Penelitian Dilengkapi Perhitungan Manual
dan Aplikasi SPSS Versi 17, (Jakarta: Rajawali Pers,2011), h.206
5. Menentukan persentase dan skor dengan menggunakan rumus:

% Skor =

Keterangan :

Skor nyata : skor yang diperoleh

Skor ideal : skor tertinggi

6. Standar Deviasi


SD =

Keterangan :

SD : Standar deviasi

∑ x2 : Jumlah semua deviasi, setelah mengalami proses penguadratan


terlebih dahulu.

N : Number of cases.25

7. Range atau jangkauan yaitu selisih nilai maksimum dengan nilai minimum

dalam suatu kumpulan data, dengan rumus sebagai berikut:

R = H-L

Keterangan :

R : Range

H : Skor atau nilai tertinggi

24
Muri Yusuf, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif & Penelitian
Gabungan,…,h.260
25
Suharsimi, Arikunto, Manajemen Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 1998), h.97
L : Skor atau nilai terendah

8. Interpretasi data dalam mengambil kesimpulan berdasarkan kriteria:

Tabel 3.7
Kriteria Analisis Deskriptif

No Rentang Kategori Skor Keterangan

1 0% - 20% Sangat Rendah

2 21% - 40% Rendah

3 41% - 60% Sedang

4 61% - 80% Tinggi

5 81% - 100% Sangat Tinggi

Sumber diadaptasi skor kategori likert skala 5.26

26
Sambas Ali Muhidin dan Maman Abdurahman, Analisis Korelasi Regresi dan Jalur
dalam Penelitian, (Bandung: Pustaka Setia,2009), h.46
BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi hasil Penelitian

Gambaran kesehatan mental warga binaan di Lembaga Pembinaan

Khusus Anak Klas II B Tanjung Pati untuk masing-masing item pertanyaan

dapat dilihat pada tabel 4.1.

Tabel 4.1
Hasil Analisis Berdasarkan Item Pertanyaan Tentang Kesehatan
Mental Warga Binaan di Lembaga Pembinaan Khusus Anak Klas II B
Tanjung Pati

Skor Kategori
No Indikator
Mean % SD
1. Saya mampu berbuat hal
positif seperti orang lain
lakukan 4,55 91,11 0,75
SANGAT TINGGI

2. Dalam hal apapun saya


lebih mementingkan diri 3,07 61,48 1,49
saya sendiri TINGGI

3. Saya bangga dengan diri


4,18 83,70 1,14
sendiri SANGAT TINGGI

4. Saya ragu menjadi diri


3,59 71,85 1,47
sendiri TINGGI

5. Saya merasa optimis


3,92 78,51 0,87
mewujudkan impian saya TINGGI

6. Saya merasa disayangi


oleh orang-orang 3,37 67,40 1,52
disekeliling saya TINGGI

7. Saya merasa orang sulit


memahami kondisi diri 2,81 56,29 1,38
saya SEDANG
8. Saya berani tampil di
3,03 60,74 1,09
depan umum SEDANG

9. Dengan kemampuan
yang dimiliki saya yakin
4,22 84,44 0,80
mendapatkan
pengalaman baru SANGAT TINGGI

10. Saya belum mampu


mengemukakan pendapat 2,81 56,29 1,27
di LPK SEDANG

11. Saya menghargai


perbedaan sifat atau
4,51 90,37 0,84
karakter yang di miliki
oleh teman SANGAT TINGGI

12. Saya sering melukai


3,44 68,88 1,01
perasaan orang lain TINGGI

13. Saya melakukan


perubahan untuk
3,51 70,37 1,42
meningkatkan kualitas
diri TINGGI

14. Saya berusaha mencapai


target yang sudah 4,22 84,44 1,05
direncanakan SANGAT TINGGI

15. Saya meragukan


kemampuan saya dalam 4,29 85,92 1,10
menekuni suatu bidang SANGAT TINGGI

16. Saya meragukan apakah


saya akan mendapatkan
3,37 67,40 1,33
pengalaman setelah
keluar dari LPKA TINGGI

17. Saya senang membantu


teman-teman dan petugas 3,03 60,74 1,65
LPKA SEDANG

18. Saya bisa merasakan


bahwa masalah yang
4,62 92,59 0,62
membuat saya menjadi
lebih dewasa SANGAT TINGGI

19. Saya belum mampu 4,51 90,37 0,80 SANGAT TINGGI


menjaga diri dari
pengaruh yang kurang
baik dalam pergaulan

20. Saya mampu menjadi


pendengar yang baik
3,96 79,25 1,09
ketika mendengarkan
teman yang curhat TINGGI

21. Saya tidak mampu


menjadi pendengar yang 3,29 65,92 1,32
baik ketika teman curhat TINGGI

22. Saya lebih senang


melakukan segala sesuatu 3,66 73,33 1,35
sendiri TINGGI

23. Saya mengeluh terhadap


semua aktivitas yang
1,37 27,40 0,74
dilakukan sebagai warga
binaan RENDAH

24. Saya merasa kurang


sanggup melaksanakan 4 80
1,20
peraturan-peraturan di
LPKA TINGGI

25. Saya adalah orang yang


3,70 74,07 1,32
percaya diri TINGGI

26. Saya masih bimbang


4,11 82,22 1,08
dengan tujuan hidup saya SANGAT TINGGI

27. Saya kurang menyukai


sebuah perubahan pada 3,11 62,22 1,36
diri orang lain TINGGI

28. Saya merasa diri saya


bukan orang yang bisa 3,40 68,14 1,33
diatur TINGGI

29. Saya mempunyai tujuan 3 60


hidup yang jelas untuk 1,41
kedepannya SEDANG

30. Saya merasa hidup saya


4,59 91,85 0,63
sangat berarti SANGAT TINGGI

31. Saya sering marah-marah 4,33 86,66 1,17 SANGAT TINGGI


tidak jelas kepada teman-
teman di LPKA

32. Saya mampu menjadikan


masa lalu menjadi 3,96 79,25 1,37
pelajaran di hidup saya TINGGI

33. Saya mampu


menyelesaikan tugas
4,44 88,88 0,84
dengan baik dan
bijaksana SANGAT TINGGI

34. Saya memahami


82,22
kemampuan yang saya 4,11 1,01
miliki SANGAT TINGGI

35. Saya merasa senang jika


4,44 88,88 0,80
keinginan saya tercapai SANGAT TINGGI

36. Saya merasa kurang


memiliki kelebihan yang 3,07 61,48 1,46
bisa dikembangkan TINGGI

37. Saya mudah stres dalam


3,25 65,18 1,43
menghadapi sesuatu TINGGI

38. Saya membenci diri saya 3,51


sendiri karena kegagalan 70,37 1,36
saya TINGGI

39. Saya merasa nyaman


berhubungan dengan
teman-teman di LPKA 3,77 75,55 1,31

TINGGI

Rata-Rata Keseluruhan
3,69 73,99 0,27 TINGGI

Berdasarkan tabel 4.1 dapat diketahui bahwa presentase rata-rata

keseluruhan adalah 73,99% dengan standar deviasi 0.27 yang tergolong pada

kategori tinggi. Maka dapat disimpulkan bahwa pada umumnya warga binaan

di Lembaga Pembinaan Khusus Anak Klas II B Tanjung Pati memiliki


gambaran kesehatan mental pada kategori tinggi. Artinya warga binaan di

Lembaga Pembinaan Khusus Anak Klas II B Tanjung Pati harus

mempertahankan gambaran kesehatan mental yang dimilikinya yang sudah

berada pada kategori tinggi.

Tabel 4.2
Hasil Analisis Keseluruhan Tentang Kesehatan Mental Warga
Binaan di Lembaga Pembinaan Khusus Anak Klas II B Tanjung Pati

Skor Kategori
No Indikator
Mean % SD
Menerima diri sebagaimana 3,81 76,20 0,31
1. TINGGI
adanya (self aceptance)

Mengerti tentang keadaan diri 3,54 70,96 0,24


2. TINGGI
(self knowledge)

Self confidence dan self control 3,72 74,49 0,18 SANGAT TINGGI
3. (percaya diri dan dapat
mengontrol diri dengan baik)

A clear perception of reality 3,85 77,03 0,21


4. (mampu melihat realita seperti TINGGI
apa adanya)

Balance and moderation


(mampu mewujudkan
kehidupan dalam keseimbangan 4,06 81,23 0,44 SANGAT TINGGI
5. seperti mementingkan diri
tetapi juga mementingkan
sosial)

Love of others (mampu untuk 3,67 73,51 0,10 TINGGI


6. membangun hubungan
interpersonal yang baik)

Love of life (mampu menerima


secara tulus dan penuh kasih 3,77 75,55 0,28 TINGGI
7. sayang seluruh sisi
kehidupannya)

Purpose in life (menyadari dan 3,11 62,22 0,26 TINGGI


8.
mampu mengarahkan hidup
dengan jelas)

Rata-Rata Keseluruhan 3,69 73,90 0,09 TINGGI

Berdasarkan tabel 4.2 dapat diketahui bahwa presentasi skor rata-rata

untuk menerima diri sebagaimana adanya (self aceptance) adalah 76,20%

dengan standar deviasi 0,31 yang tergolong pada kategori tinggi, presentase

skor rata-rata untuk mengerti tentang keadaan diri (self knowledge) adalah

70,96% dengan standar deviasi 0,24 yang tergolong tinggi, presentasi skor

rata-rata untuk self confidence dan self control (percaya diri dan dapat

mengontrol diri dengan baik) adalah 74,49% dengan standar deviasi 0,18

yang tergolong pada kategori sangat tinggi, presentasi skor rata-rata untuk

a clear perception of reality (mampu melihat realita seperti apa adanya)

adalah 77,03% dengan standar deviasi 0,21 yang tergolong pada kategori

tinggi, presentasi skor rata-rata untuk balance and moderation (mampu

mewujudkan kehidupan dalam keseimbangan seperti mementingkan diri

tetapi juga mementingkan sosial) adalah 81,23% dengan standar deviasi 0,44

yang tergolong pada kategori sangat tinggi, presentasi skor rata-rata untuk

love of others (mampu untuk membangun hubungan interpersonal yang baik)

adalah 73,51% dengan standar deviasi 0,10 yang tergolong pada kategori

tinggi, presentasi skor rata-rata untuk love of life (mampu menerima secara

tulus dan penuh kasih sayang seluruh sisi kehidupannya) adalah 75,55%

dengan standar deviasi 0,28 yang tergolong pada kategori tinggi, dan
presentasi skor rata-rata untuk purpose in life (menyadari dan mampu

mengarahkan hidup dengan jelas) adalah 62,22% dengan standar deviasi 0,26

yang tergolong pada kategori tinggi. Sedangkan pada tabel keseluruhan

diketahui bahwa presentase rata-rata keseluruhan adalah 73,90% dengan

standar deviasi 0.09 yang tergolong pada kategori tinggi. Maka dapat

disimpulkan bahwa pada umumnya warga binaan di Lembaga Pembinaan

Khusus Anak Klas II B Tanjung Pati memiliki gambaran kesehatan mental

pada kategori tinggi. Artinya warga binaan di Lembaga Pembinaan Khusus

Anak Klas II B Tanjung Pati harus mempertahankan gambaran kesehatan

mental yang dimilikinya yang sudah berada pada kategori tinggi.

Gambar 4.1
Chart Rekapitulasi Kesehatan Mental Warga Binaan Di Lembaga
Pembinaan Khusus Anak Klas II B Tanjung Pati

90
80
Present… 70
60
50
40
30
20
10
0

Axis Title

Gambaran lebih rinci berkenaan dengan tingkat kesehatan mental

warga binaan di Lembaga Pembinaan Khusus Anak Klas II B Tanjung Pati

dapat di lihat pada tabel berikut ini:


1. Menerima diri sebagaimana adanya (self aceptance)

Berdasarkan indikator menerima diri sebagaimana adanya (self

aceptance) terdapat beberapa item pernyataan yang penulis cantumkan

dalam instrumen berupa angket, item pernyataan tersebut masuk kedalam

deskriptor mempunyai self esteem yang positif dan menerima kelebihan

dan kekurangan diri sendiri. Adapun beberapa item tersebut diantaranya

yaitu terdapat pada tabel 4.3.

Tabel 4.3
Menerima Diri Sebagaimana Adanya (Self Aceptance)
N=27

Skor Skor
No Item Pernyataan SD Rg
Mn % Min Max

1. Saya mampu berbuat 4,55 91,11 0,75 3 2 5


hal positif seperti
orang lain lakukan

2. Dalam hal apapun


saya lebih 3,07 61,48 1,49 4 1 5
mementingkan diri
saya sendiri

3. Saya merasa kurang


sanggup 4 80 1,20 4 1 5
melaksanakan
peraturan-peraturan di
LPKA

4. Saya bangga dengan 4 1 5


diri sendiri 4,18 83,70 1,14

5. Saya merasa hidup 2 3 5


saya sangat berarti 4,59 91,85 0,63

6. Saya ragu menjadi diri


3,59 71,85 1,47
sendiri 4 1 5
7. Saya merasa diri saya
bukan orang yang bisa
diatur 4 1 5
3,40 68,14 1,33

8. Saya merasa kurang


memiliki kelebihan 4 1 5
yang bisa 3,07 1,46
61,48
dikembangkan

Rata-Rata Keseluruhan
3,81 76,20 0,31 2 1 5

Berdasarkan tabel 4.3 dapat diketahui bahwa presentase skor rata-

rata keseluruhan untuk indikator menerima diri sebagaimana adanya (self

aceptance) pada deskriptor mempunyai self esteem yang positif dan

menerima kelebihan dan kekurangan diri sendiri adalah 76,20% dengan

standar deviasi 0,31. Maka dapat disimpulkan bahwa warga binaan di

Lembaga Pembinaan Khusus Anak Klas II B Tanjung Pati dapat menerima

diri sebagaimana adanya (self aceptance) pada kategori tinggi. Artinya

warga binaan di Lembaga Pembinaan Khusus Anak Klas II B Tanjung Pati

dapat menerima diri sebagaimana adanya (self aceptance).

2. Mengerti tentang keadaan diri (self knowledge)

Berdasarkan indikator mengerti tentang keadaan diri (self

knowledge) terdapat beberapa item pernyataan yang penulis cantumkan

dalam instrumen berupa angket, item pernyataan tersebut masuk kedalam

deskriptor mengerti dengan baik tentang keadaan dirinya baik perasaan,


motivasi, kemampuan berfikir. Adapun beberapa item tersebut

diantaranya yaitu terdapat pada tabel 4.4.

Tabel 4.4
Mengerti Tentang Keadaan Diri (Self Knowledge)
N=27

Skor Skor
No Item Pernyataan SD Rg
Mn % Min Max

1. Saya merasa optimis


mewujudkan impian
saya 3,92 78,51 0,87 3 2 5

2. Saya merasa disayangi 3,37 67,40 1,52 4 1 5


oleh orang-orang
disekeliling saya

3. Saya memahami
kemampuan yang saya
miliki 4,11 82,22 1,01 3 2 5

4. Saya merasa orang


sulit memahami
kondisi diri saya 2,81 56,29 1,38 4 1 5

5. Saya membenci diri


saya sendiri karena
kegagalan saya
3,51 70,37 1,36 4 1 5

Rata-Rata Keseluruhan 3,54 70,96 0,24 1 1 5


Berdasarkan tabel 4.4 dapat diketahui bahwa presentase skor rata-

rata keseluruhan untuk indikator mengerti tentang keadaan diri (self

knowledge) pada deskriptor mengerti dengan baik tentang keadaan dirinya

baik perasaan, motivasi, kemampuan berfikir adalah 70,96% dengan

standar deviasi 0,24. Maka dapat disimpulkan bahwa warga binaan di

Lembaga Pembinaan Khusus Anak Klas II B Tanjung Pati dapat mengerti

tentang keadaan diri (self knowledge) pada kategori tinggi. Artinya warga

binaan di Lembaga Pembinaan Khusus Anak Klas II B Tanjung Pati dapat

mengerti tentang keadaan diri (self knowledge).

3. Self confidence dan Self Control

Berdasarkan indikator self confidence dan self control terdapat

beberapa item pernyataan yang penulis cantumkan dalam instrumen

berupa angket, item pernyataan tersebut masuk kedalam deskriptor

percaya diri dan dapat mengontrol diri dengan baik. Adapun beberapa

item tersebut diantaranya yaitu terdapat pada tabel 4.5.

Tabel 4.5
Self Confidence dan Self Control
N=27

Skor Skor
No Item Pernyataan SD Rg
Mn % Min Max

1. Saya berani tampil di


depan umum
3,03 60,74 1,09 4 1 5

2. Dengan kemampuan 4,22 84,44 0,80


yang dimiliki saya
yakin mendapatkan 3 2 5
pengalaman baru

3. Saya adalah orang


yang percaya diri
3,70 74,07 1,32 4 1 5

4. Saya belum mampu


mengemukakan
pendapat di LPKA 2,81 56,29 1,27 4 1 5

5. Saya menghargai
perbedaan sifat atau
karakter yang di miliki 4,51 90,37 0,84 3 2 5
oleh teman

6. Saya sering melukai


perasaan orang lain
3,44 68,88 1,01 4 1 5

7. Saya sering marah-


marah tidak jelas
kepada teman-teman 4,33 86,66 1,17 4 1 5
di LPKA

Rata-Rata Keseluruhan 3,72 74,49 0,18 1 1 5

Berdasarkan tabel 4.5 dapat diketahui bahwa presentase skor rata-

rata keseluruhan untuk indikator self confidence dan self control pada

deskriptor percaya diri dan dapat mengontrol diri dengan baik adalah

74,49% dengan standar deviasi 0,18. Maka dapat disimpulkan bahwa


warga binaan di Lembaga Pembinaan Khusus Anak Klas II B Tanjung

Pati dapat percaya diri dan dapat mengontrol diri dengan baik pada

kategori sangat tinggi. Artinya warga binaan di Lembaga Pembinaan

Khusus Anak Klas II B Tanjung Pati dapat percaya diri dan dapat

mengontrol diri dengan baik.

4. A Clear Perception of Reality

Berdasarkan indikator A clear perception of reality terdapat

beberapa item pernyataan yang penulis cantumkan dalam instrumen

berupa angket, item pernyataan tersebut masuk kedalam deskriptor

mampu melihat realita seperti apa adanya. Adapun beberapa item

tersebut diantaranya yaitu terdapat pada tabel 4.6.

Tabel 4.6
A Clear Perception of Reality
N=27

Skor Skor
No Item Pernyataan SD Rg
Mn % Min Max

1. Saya melakukan
perubahan untuk
meningkatkan kualitas 3,51 70,37 1,42 4 1 5
diri

2. Saya berusaha 4 1 5
mencapai target yang 4,22 84,44 1,05
sudah direncanakan

3. Saya mampu
menyelesaikan tugas
dengan baik dan 4,44 88,88 0,84 3 2 5
bijaksana

4. Saya meragukan 4,29 85,92 1,10


kemampuan saya
dalam menekuni suatu 4 1 5
bidang

5. Saya meragukan
apakah saya akan
mendapatkan 3,37 67,40 1,33 4 1 5
pengalaman setelah
keluar dari LPKA

6. Saya mudah stres


dalam menghadapi
sesuatu 3,25 65,18 1,43 4 1 5

Rata-Rata Keseluruhan 3,85 77,03 0,21 1 1 5

Berdasarkan tabel 4.6 dapat diketahui bahwa presentase skor rata-

rata keseluruhan untuk indikator A clear perception of reality pada

deskriptor mampu melihat realita seperti apa adanya adalah 77,03%

dengan standar deviasi 0,21. Maka dapat disimpulkan bahwa warga

binaan di Lembaga Pembinaan Khusus Anak Klas II B Tanjung Pati

mampu melihat realita seperti apa adanya pada kategori tinggi. Artinya

warga binaan di Lembaga Pembinaan Khusus Anak Klas II B Tanjung

Pati mampu melihat realita seperti apa adanya.

5. Balance and Moderation

Berdasarkan indikator balance and moderation terdapat beberapa

item pernyataan yang penulis cantumkan dalam instrumen berupa angket,

item pernyataan tersebut masuk kedalam deskriptor mampu mewujudkan


kehidupan dalam keseimbangan seperti mementingkan diri tetapi juga

mementingkan sosial. Adapun beberapa item tersebut diantaranya yaitu

terdapat pada tabel 4.7.

Tabel 4.7
Balance and Moderation
N=27

Skor Skor
No Item Pernyataan SD Rg
Mn % Min Max

1. Saya senang
membantu teman-
teman dan petugas 3,03 60,74 1,65 4 1 5
LPKA

2. Saya bisa merasakan


bahwa masalah yang
membuat saya 4,62 92,59 0,62 2 3 5
menjadi lebih dewasa

3. Saya belum mampu


menjaga diri dari
pengaruh yang kurang 4,51 90,37 0,80 3 2 5
baik dalam pergaulan

Rata-Rata Keseluruhan 4,06 81,23 0,44 2 1 5

Berdasarkan tabel 4.7 dapat diketahui bahwa presentase skor rata-

rata keseluruhan untuk indikator balance and moderation pada deskriptor

mampu mewujudkan kehidupan dalam keseimbangan seperti

mementingkan diri tetapi juga mementingkan sosial adalah 81,23%

dengan standar deviasi 0,44. Maka dapat disimpulkan bahwa warga


binaan di Lembaga Pembinaan Khusus Anak Klas II B Tanjung Pati

mampu mewujudkan kehidupan dalam keseimbangan seperti

mementingkan diri tetapi juga mementingkan sosial pada kategori sangat

tinggi. Artinya warga binaan di Lembaga Pembinaan Khusus Anak Klas

II B Tanjung Pati mampu mewujudkan kehidupan dalam keseimbangan

seperti mementingkan diri tetapi juga mementingkan sosial.

6. Love of others

Berdasarkan indikator love of others terdapat beberapa item

pernyataan yang penulis cantumkan dalam instrumen berupa angket, item

pernyataan tersebut masuk kedalam deskriptor mampu untuk membangun

hubungan interpersonal yang baik. adapun beberapa item tersebut

diantaranya yaitu terdapat pada tabel 4.8.

Tabel 4.8
Love of others
N=27

Skor Skor
No Item Pernyataan SD Rg
Mn % Min Max

1. Saya mampu menjadi


pendengar yang baik
ketika mendengarkan 3,96 79,25 1,09 4 1 5
teman yang curhat

2. Saya merasa nyaman


berhubungan dengan
teman-teman di LPKA 3,77 75,55 1,31 4 1 5

3. Saya tidak mampu


menjadi pendengar 3,29 65,92 1,32
yang baik ketika 4 1 5
teman curhat

4. Saya lebih senang


melakukan segala
sesuatu sendiri 3,66 73,33 1,35 4 1 5

Rata-Rata Keseluruhan
3,67 73,51 0,10 0 1 5

Berdasarkan tabel 4.8 dapat diketahui bahwa presentase skor rata-

rata keseluruhan untuk indikator love of others pada deskriptor mampu

untuk membangun hubungan interpersonal yang baik adalah 73,51%

dengan standar deviasi 0,10. Maka dapat disimpulkan bahwa warga

binaan di Lembaga Pembinaan Khusus Anak Klas II B Tanjung Pati

mampu untuk membangun hubungan interpersonal yang baik pada

kategori tinggi. Artinya warga binaan di Lembaga Pembinaan Khusus

Anak Klas II B Tanjung Pati mampu untuk membangun hubungan

interpersonal yang baik.

7. Love of life

Berdasarkan indikator love of life terdapat beberapa item

pernyataan yang penulis cantumkan dalam instrumen berupa angket, item

pernyataan tersebut masuk kedalam deskriptor mampu menerima secara

tulus dan penuh kasih sayang seluruh sisi kehidupannya. Adapun

beberapa item tersebut diantaranya yaitu terdapat pada tabel 4.9.


Tabel 4.9
Love of life
N=27

Skor Skor
No Item Pernyataan SD Rg
Mn % Min Max

1. Saya merasa senang


jika keinginan saya
tercapai 4,44 88,88 0,80 2 3 5

2. Saya kurang
menyukai sebuah
perubahan pada diri 3,11 62,22 1,36 4 1 5
orang lain

Rata-Rata Keseluruhan 3,77 75,55 0,28 2 1 5

Berdasarkan tabel 4.9 dapat diketahui bahwa presentase skor rata-

rata keseluruhan untuk indikator love of life pada deskriptor mampu

menerima secara tulus dan penuh kasih sayang seluruh sisi kehidupannya

adalah 75,55% dengan standar deviasi 0,28. Maka dapat disimpulkan

bahwa warga binaan di Lembaga Pembinaan Khusus Anak Klas II B

Tanjung Pati Mampu menerima secara tulus dan penuh kasih sayang

seluruh sisi kehidupannya pada kategori tinggi. Artinya warga binaan di

Lembaga Pembinaan Khusus Anak Klas II B Tanjung Pati mampu

menerima secara tulus dan penuh kasih sayang seluruh sisi kehidupannya.
8. Purpose in life

Berdasarkan indikator purpose in life terdapat beberapa item

pernyataan yang penulis cantumkan dalam instrumen berupa angket, item

pernyataan tersebut masuk kedalam deskriptor menyadari dan mampu

mengarahkan hidup dengan jelas. Adapun beberapa item tersebut

diantaranya yaitu terdapat pada tabel 4.10.

Tabel 4.10
Purpose in life
N=27

Skor Skor
No Item Pernyataan SD Rg
Mn % Min Max

1. Saya mempunyai
tujuan hidup yang
jelas untuk 3 60 1,41 4 1 5
kedepannya

2. Saya mampu
menjadikan masa lalu
menjadi pelajaran di 3,96 79,25 1,37 4 1 5
hidup saya

3. Saya mengeluh
terhadap semua
aktivitas yang 1,37 27,40 0,74 3 1 4
dilakukan sebagai
warga binaan

4. Saya masih bimbang


dengan tujuan hidup
saya 4,11 82,22 1,08 4 1 5

Rata-Rata Keseluruhan 3,11 62,22 0,26 1 1 5


Berdasarkan tabel 4.10 dapat diketahui bahwa presentase skor

rata-rata keseluruhan untuk indikator purpose in life pada deskriptor

menyadari dan mampu mengarahkan hidup dengan jelas adalah 62,22%

dengan standar deviasi 0,26. Maka dapat disimpulkan bahwa warga

binaan di Lembaga Pembinaan Khusus Anak Klas II B Tanjung Pati

menyadari dan mampu mengarahkan hidup dengan jelas pada kategori

tinggi. Artinya warga binaan di Lembaga Pembinaan Khusus Anak Klas

II B Tanjung Pati menyadari dan mampu mengarahkan hidup dengan

jelas.

Untuk mengetahui deskripsi hasil penelitian tentang kesehatan

mental warga binaan di Lembaga Pembinaan Khusus Anak Klas II B

Tanjung Pati, maka penulis jabarkan hasil penelitian tersebut pada tabel

4.11
Tabel 4.11
Hasil Pengolahan SPSS 16 Deskriptif Statistik
Kesehatan Mental Warga Binaan di Lembaga Pembinaan Khusus
Anak Klas II B Tanjung Pati

N Valid 27

Missing 0

Mean 3,69

Standar Deviasi 0,09

Range 2

Minimum 1

Maksimum 5

B. Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah di laksanakan di Lembaga

Pembinaan Khusus Anak Klas II B Tanjung Pati, dan setelah di lakukan

pengolahan data, gambaran kesehatan mental warga binaan dalam indikator

menerima diri sebagaimana adanya (self aceptance) pada deskriptor

mempunyai self esteem yang positif dan menerima kelebihan dan kekurangan

diri sendiri memiliki presentase skor rata-rata keseluruhan yaitu 76,20%

dengan standar deviasi 0,31 dan termasuk dalam kategori tinggi. Dalam

indikator mengerti tentang keadaan diri (self knowledge) pada deskriptor

mengerti dengan baik tentang keadaan dirinya baik perasaan, motivasi,


kemampuan berfikir memiliki presentase skor rata-rata keseluruhan yaitu

70,96% dengan standar deviasi 0,24 dan termasuk dalam kategori tinggi.

Dalam indikator self confidence dan self control pada deskriptor percaya diri

dan dapat mengontrol diri dengan baik memiliki presentase skor rata-rata

keseluruhan yaitu 74,49% dengan standar deviasi 0,18 dan termasuk dalam

kategori sangat tinggi. Dalam indikator a clear perception of reality pada

deskriptor mampu melihat realita seperti apa adanya memiliki presentase

skor rata-rata keseluruhan yaitu 77,03% dengan standar deviasi 0,21% dan

termasuk dalam kategori tinggi. Dalam indikator balance and moderation

pada deskriptor mampu mewujudkan kehidupan dalam keseimbangan seperti

mementingkan diri tetapi juga mementingkan sosial memiliki presentase rata-

rata keseluruhan yaitu 81,23% dengan standar deviasi 0,44 dan termasuk

dalam kategori sangat tinggi. Dalam indikator love of others pada deskriptor

mampu untuk membangun hubungan interpersonal yang baik memiliki

presentase rata-rata keseluruhan yaitu 73,51% dengan standar deviasi 0,10

dan termasuk dalam kategori tinggi. Dalam indikator love of life pada

deskriptor mampu menerima secara tulus dan penuh kasih sayang seluruh sisi

kehidupannya memiliki presentase rata-rata keseluruhan yaitu 75,55% dengan

standar deviasi 0,28 dan termasuk dalam kategori tinggi. Dan dalam indikator

purpose in life pada deskriptor menyadari dan mampu mengarahkan hidup

dengan jelas memiliki presentase rata-rata keseluruhan yaitu 62,22% dengan

standar deviasi 0,26 dan termasuk dalam kategori tinggi.


Gambaran kesehatan mental warga binaan di Lembaga Pembinaan

Khusus Anak Klas II B Tanjung Pati secara keseluruhan memiliki presentase

rata-rata yaitu 73,90% dengan standar deviasi 0,09 yang tergolong pada

kategori tinggi, hal ini menunjukkan bahwa warga binaan di Lembaga

Pembinaan Khusus Anak Klas II B Tanjung Pati memiliki gambaran

kesehatan mental yang tinggi dan berarti tingkat kesehatan mental yang

dimiliki oleh warga binaan di Lembaga Pembinaan Khusus Anak Klas II B

Tanjung Pati harus dipertahankan agar tetap berada pada kategori tinggi.

Penjabaran hasil penelitian diatas berarti warga binaan di Lembaga

Pembinaan Khusus Anak Klas II B Tanjung Pati sebagian besar memiliki

kesehatan mental yang bagus. Lebih banyak warga binaa yang memiliki

kesehatan mental yang baik dari pada yang tidak baik. Karena itulah

kesehatan mental yang bagus yang dimiliki oleh warga binaan di Lembaga

Pembinaan Khusus Anak Klas II B Tanjung Pati ini harus di pertahankan agar

tetap berada pada kategori tinggi.

Daradjat mengemukakan bahwa kesehatan mental merupakan suatu

kondisi dimana kepribadian, emosional, intelektual dan fisik seseorang dapat

berfungsi secara optimal, dapat beradaptasi terhadap tuntutan lingkungannya

dan stressor, menjalankan kapasitasnya selaras dengan lingkungannya,

menguasai lingkungan, merasa nyaman dengan diri sendiri, menemukan

penyesuaian diri yang baik terhadap tuntutan sosial, berkembang dan matang

dalam hidupnya, dapat menerima kekurangan atau kelemahannya,

kemampuan menghadapi masalah-masalah dalam hidupnya, memiliki


kepuasan dalam kehidupan sosialnya, serta memiliki kebahagiaan dalam

hidupnya.27

Siti Sundari juga mengemukakan bahwa kesehatan mental adalah

terhindarnya seseorang dari gejala-gejala gangguan dan penyakit jiwa, dapat

menyesuaikan diri, dapat memanfaatkan segala potensi dan bakat yang ada

semaksimal mungkin dan membawa kepada kebahagiaan bersama serta

mencapai keharmonisan jiwa dalam hidup.28

Kartini Kartono, Jenny Andari juga mengemukakan bahwa mental

hygiene atau ilmu kesehatan mental adalah ilmu yang mempelajari masalah

kesehatan mental/jiwa, bertujuan mencegah timbulnya gangguan/penyakit

mental dan gangguan emosi, dan berusaha mengurangi atau menyembuhkan

penyakit mental, serta memajukan kesehatan jiwa rakyat. Orang yang

memiliki kesehatan mental yang tinggi senantiasa dapat mengendalikan

emosi, merasa nyaman dengan diri sendiri, dan menemukan penyesuaian diri

yang baik terhadap tuntutan sosial. 29

Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa orang yang

sehat mental adalah orang yang mampu menilai dirinya sendiri dan

kemampuan seseorang dalam penyesuaian diri. Kesehatan mental akan

27
Zakiah Daradjat, Peranan Agama dalam Kesehatan Mental. (Jakarta: CV Haji Mas
Agung, 1994), h. 35
28
Siti Sundari, Kesehatan Mental dalam Kehidupan, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2005),
h.1

29
Kartini Kartono, dr.Jenny Andari: Hygine Mental dan Kesehatan Mental dalam Islam,
(Bandung: CV.Mandar Maju, 1989), h.4
membawa seseorang untuk mencapai kehidupan yang bahagia, aman dan

tentram serta diterima dalam lingkungan hidup. Dengan mental yang sehat

sehat pun, hidup seseorang akan lebih terarah karena adanya keserasian

fungsi-fungsi psikologi dan kemampuan seseorang dalam penyesuaian diri.


BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah di laksanakan di Lembaga

Pembinaan Khusus Anak Klas II B Tanjung Pati, dan setelah di lakukan

pengolahan data, tingkat kesehatan mental warga binaan dalam indikator

menerima diri sebagaimana adanya (self aceptance) pada deskriptor

mempunyai self esteem yang positif dan menerima kelebihan dan

kekurangan diri sendiri memiliki presentase skor rata-rata keseluruhan

yaitu 76,20% dengan standar deviasi 0,31 dan termasuk dalam kategori

tinggi. Dalam indikator mengerti tentang keadaan diri (self knowledge)

pada deskriptor mengerti dengan baik tentang keadaan dirinya baik

perasaan, motivasi, kemampuan berfikir memiliki presentase skor rata-

rata keseluruhan yaitu 70,96% dengan standar deviasi 0,24 dan termasuk

dalam kategori tinggi. Dalam indikator self confidence dan self control

pada deskriptor percaya diri dan dapat mengontrol diri dengan baik

memiliki presentase skor rata-rata keseluruhan yaitu 74,49% dengan

standar deviasi 0,18 dan termasuk dalam kategori sangat tinggi. Dalam

indikator a clear perception of reality pada deskriptor mampu melihat

realita seperti apa adanya memiliki presentase skor rata-rata keseluruhan

yaitu 77,03% dengan standar deviasi 0,21% dan termasuk dalam kategori

tinggi. Dalam indikator balance and moderation pada deskriptor mampu

mewujudkan kehidupan dalam keseimbangan seperti mementingkan diri


tetapi juga mementingkan sosial memiliki presentase rata-rata keseluruhan

yaitu 81,23% dengan standar deviasi 0,44 dan termasuk dalam kategori

sangat tinggi. Dalam indikator love of others pada deskriptor mampu

untuk membangun hubungan interpersonal yang baik memiliki presentase

rata-rata keseluruhan yaitu 73,51% dengan standar deviasi 0,10 dan

termasuk dalam kategori tinggi. Dalam indikator love of life pada

deskriptor mampu menerima secara tulus dan penuh kasih sayang seluruh

sisi kehidupannya memiliki presentase rata-rata keseluruhan yaitu 75,55%

dengan standar deviasi 0,28 dan termasuk dalam kategori tinggi. Dan

dalam indikator purpose in life pada deskriptor menyadari dan mampu

mengarahkan hidup dengan jelas memiliki presentase rata-rata

keseluruhan yaitu 62,22% dengan standar deviasi 0,26 dan termasuk

dalam kategori tinggi.

Gambaran kesehatan mental warga binaan di Lembaga

Pembinaan Khusus Anak Klas II B Tanjung Pati secara keseluruhan

memiliki presentase rata-rata yaitu 73,90% dengan standar deviasi 0,09

yang tergolong pada kategori tinggi, hal ini menunjukkan bahwa warga

binaan di Lembaga Pembinaan Khusus Anak Klas II B Tanjung Pati

memiliki gambaran kesehatan mental yang tinggi dan berarti tingkat

kesehatan mental yang dimiliki oleh warga binaan di Lembaga

Pembinaan Khusus Anak Klas II B Tanjung Pati harus dipertahankan agar

tetap berada pada kategori tinggi.


Penjabaran hasil penelitian diatas berarti warga binaan di Lembaga

Pembinaan Khusus Anak Klas II B Tanjung Pati sebagian besar memiliki

kesehatan mental yang bagus. Lebih banyak warga binaa yang memiliki

kesehatan mental yang baik dari pada yang tidak baik. Karena itulah

kesehatan mental yang bagus yang dimiliki oleh warga binaan di Lembaga

Pembinaan Khusus Anak Klas II B Tanjung Pati ini harus di pertahankan agar

tetap berada pada kategori tinggi.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan, ada beberapa

saran yang ingin penulis sampaikan antara lain sebagai berikut:

1. Kepada orang tua agar hal ini dijadikan pelajaran bagi kita semua. Agar

untuk kedepan kita bisa mengayomi anak-anak kita terkhususnya dan

juga anak didik kita semua, agar mereka itu merasa dihadirkan dalam

lingkungan mereka dan juga membiarkan mereka berkreatifitas selagi itu

tidak melanggar aturan-aturan, norma-norma di masyarakat.

2. Kepada warga binaan Lembaga Pembinaan Khusus Anak Klas II B

Tanjung Pati, agar dengan adanya pembinaan yang telah didapatkan di

LPKA ini, warga binaan mampu untuk melakukan yang terbaik ketika

berada diluar nantinya, mampu mengabdi di masyarakat sehingga tidak

akan terulang kembali untuk melakukan kriminal di masyarakat. Agar

bisa berguna bagi bangsa dan negara.

3. Penelitian lainnya, agar dapat dijadikan sebagai panduan untuk penelitian

selanjutnya.

Anda mungkin juga menyukai