KELAS A – 2019
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
TAHUN 2022
BAB 1
PENDAHULUAN
Masalah Puasa merupakan satu bentuk ketaatan kepada Allah SWT. Puasa termasuk
salah satu rukun dan kewajiban islam. Berdasarkan dalil yang di ambil dari Alquran.
يو ٱ ي َ َ أ َ ي ه َ ا ۡ ُ ِب ع َ ل َ ي
َِ ك م ُ ل ذ َ َ لَع ت
َ ِب لص ي ِ َ ام ُ ٱ ء َ ان َ ن ُ وا ْ ك ُ ت َ َ ُ يو ٱ ك َ ه َ ك ا
ِ َ م ۡ نوِ ل ذ
ُك م ۡ ت َ ت ذ ق ُ ون َ ق َ ب ۡ ِلك ُ ل َ ع َ ل ذ١٨٣
Banyak orang yang tidak mengetahui haqiqat puasa yang sebenarnya karena puasa
bukan hanya sekedar menahan lapar dan dahaga dan seksual saja. Tetapi lebih dari itu
yakni puasa adalah ibadah yang luar biasa karena cakupan nya meliputi dimensi
individual, sosial, dan vertikal. Pemahaman terhadap puasa hanya semata kewajiban
membuat puasa yang kita lakukan tidak pernah meningkat.
Di era modern ini banyak orang yang salah memahami puasa banyak orang yang
mengira, bahkan menuding, bahwa puasa adalah penghalang bagi jaringanjaringan
dan sel-sel tubuh untuk mendapatkan unsur-unsur yang terdapat dalam makanan dan
minuman. Banyak pula kalangan medis yang mencampuradukan puasa islam dengan
starvasi, lalu mereka pun menyamakan dampak dan bahaya puasa medis dengan
puasa Islam.2 Banyak sebagian orang yang tidak mengetahui manfaat dan keajaiban
puasa kebanyakan orang beranggapan bahwa mengartikan puasa hanya sebagai
ibadah mahdhoh tanpa mengetahui manfaat dari efek puasa.
Puasa merupakan salah satu ibadah yang memiliki banyak manfaat keutamaan dan
keajaiban yang luar biasa bagi siapapun yang menjalankannya. Orang yang tidak
pernah meninggalkan puasa, baik fardhu maupun sunnah, ia akan mendapatkan
keuntungan tak terhingga dan pahala yang berlimpah. Ia juga mendapatkan kesehatan
fisik yang sempurna, kecerdasan emosional dan spiritual yang unggul, serta kepekaan
dan kepedulian social yang tinggi. Puasa adalah sarana pendidikan jiwa, ia menjadi
sarana efektif untuk melatih dan menata keinginan syahwatnya, membangun
pembiasan diri melawan kemungkaran, tunduk dan patuh kepada ketaatan. Puasa juga
menjadi sarana untuk membangun akhlak mulia, menguatkan tekat dan keinginan
melakukan kebaikan.
\
BAB 2
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian
Secara bahasa puasa berarti menahan diri dari segala sesuatu.5 Pengertian
lain menjelaskan bahwa puasa adalah menahan diri dari segala yang
membatalkan, satu hari lamanya dari terbit fajar sampai terbenam matahari
dengan niat dan beberapa syarat. Dalam islam puasa yang dilakukan pada bulan
ramadhan maupun puasa sunnah diluar ramadhan membuat kita bisa menjadi
lebih takwa dan lebih sabar sunah di luar Ramadhan membuat kita bisa menjadi
lebih takwa dan lebih sabar. Bila yang halal saja dapat kita tahan dengan puasa,
apalagi yang haram.
Puasa merupakan salah satu amalan batin yang tidak perlu diketahui oleh
orang lain. Saat melaksanakan puasa, seseorang harus mampu menahan
keinginan-keinginannya, seperti keinginan untuk makan, minum, marah,
keinginan nafsu seksual, dan sebagainya. Orang yang melaksanakan ibadah puasa
berarti melatih dirinya untuk membimbing atau mengendalikan hawa nafsu dan
menahan diri dari dorongan-dorongan naluri yang bersifat negatif, atau dalam
istilah psikologi disebut self-control. Hasil penelitian Wahjoetomo dan Najib
menyimpulkan bahwa ibadah puasa bermanfaat untuk meningkatkan kesehatan
fisik atau jasmani. Pada saat seseorang melaksanakan ibadah puasa, maka terjadi
pengurangan jumlah makanan yang masuk ke dalam tubuhnya sehingga kerja
beberapa organ tubuh seperti hati, ginjal, dan lambung terkurangi.
Sebagai salah satu latihan dan juga didikan bagi jiwa, puasa menjadi salah
satu terapi penyakit kejiwaan dan penyakit fisik. Puasa juga sebagai bentuk
latihan untuk mengendalikan syahwat hawa nafsu lainnya. Dengan puasa pula
orang muslim akan belajar bersabar atas rasa lapar atau bersabar dalam
memikul beratnya beban masalah yang dihadapinya, serta tindak tanduknya
dituntun oleh kata hati ketika hendak melakukan sesuatu. Puasa mampu
membawa sesorang untuk bersabar dan sabar merupakan sifat terpuji yang
wajib dimiliki oleh setiap mukmin.
B. Ciri-ciri
Mental yang sakit dari aspek psikis, sosial, moral religius dan dari aspek
kesehatan fisik, memiliki ciri yang berkebalikan arah dengan karakteristik
mental sehat. Secara sosial misalnya, Seseorang yang gagal dalam beradaptasi
secara positif dengan lingkungannya dikatakan mengalami gangguan mental.
Proses adaptif ini berbeda dengan penyesuaian sosial, karena adaptif lebih
aktif dan didasarkan atas kemampuan pribadi sekaligus melihat konteks
sosialnya. Ciri-ciri mental yang tidak sehat lainnya:
1. Perasaan tidak nyaman (inadequacy)
2. Perasaan tidak aman (insecurity)
3. Kurang memiliki rasa percaya diri (self-confidence)
4. Kurang memahami diri (selfunderstanding)
5. Kurang mendapat kepuasan dalam berhubungan sosial
6. Ketidakmatangan emosi
7. Kepribadiannya terganggu
C. Dinamika Perilaku
Muhammad ‘Utsman Najati (2004: 344) mengatakan, ibadah puasa
mengandung beberapa manfaat yang besar, di antaranya menguatkan kemauan
dan menumbuhkan kemampuan jiwa manusia dalam mengontrol nafsu
syahwatnya. Puasa merupakan sarana latihan untuk menguasai dan
mengontrol motivasi atau dorongan emosi, serta menguatkan keinginan untuk
mengalahkan hawa nafsu dan syahwat. Rasulullah Saw menganjurkan kepada
para pemuda yang belum mampu menikah untuk berpuasa agar dapat
membantu mereka mengontrol seksualnya.
Selain itu, kesabaran menahan rasa lapar dan dahaga membuat seseorang
yang berpuasa merasakan penderitaan orang lain yang serba kekurangan.
Sehingga muncul rasa kasih sayang terhadap sesama dan mendorong untuk
membantu fakir miskin. Perasaan dan sikap peka secara sosial di masyarakat
inilah yang disebutkan ‘Ustman (2004: 346) dapat melahirkan rasa kedamaian
dan kelapangan jiwa.
Puasa memiliki faedah dan manfaat dalam dunia kedokteran dalam
mengobati banyakpenyakit tubuh. Dalam praktik konseling puasa
dijadikan salah satu bentuk terapi yang sangat efisien dalam hal
melepaskan diri dari perasaan bersalah dan berdosa serta dari perasaan
depresi ataupun penyakit jiwa lainnya. Puasa mampu menjaga ruh, hati,
dan tubuh dari segala macam bentuk penyakit. Puasa menahan diri dari segala
perbuatan yang dapat merusak fitrah manusia. Dalam dunia konseling
dilihat secara lebih dalam puasa terbagi menjadi dua kategori, pertama
puasa fisik dan kedua puasa psikis. Puasa fisik seperti halnya yang
ritual yang dilakukan oleh umat muslim di bulan puasa yakni
menahan haus, lapar dan hubungan seks. Sedangkan puasa psikis
menahan dan melawan hawa nafsu agar terhindar dari segala macam bentuk
maksiat yang ada, dan dengan berpuasa akan menumbuhkan
solidaritas serta juga kepedulian dengan sesama juga menjadi salah
satu cara menubuhkan nilai positif dalam diri individu. Puasa sebagai
bentuk pengobatan alamiah yang paling dikenal. Sebagai sebuah metode,
puasa menghentikan makanan dan minumam masuk kedalam tubuh
dalam waktu cukup lama (Syaikh Hakim Muinuddin Chisyti, 1999)
Maka dari itu puasa merupakan salah satu terapi untuk kesehatan mental.
BAB 3
PUASA SEBAGAI TERAPI KESEHATAN MENTAL
A. HIKMAH PUASA
Meskipun di dalam salah satu hadits qudsi dinyatakan bahwa puasa itu
untuk Allah swt dan Dia sendiri yang akan membalasnya, yang karena ia
merupakan ibadah yang bersifat mahdhah (langsung kepada Allah swt)
danghairu ma'qulatil ma 'na (supra-rasional) artinya tidak dapat dicerna
dengan akal. Akan tetapi, hal tersebut tidak berarti bahwa puasa itu sepi dari
hikmah, manfaat, dan faedah bagi pelakunya. Orang-orang beriman
diwajibkan berpuasa dan dianjurkan puasa sunnat lantaran puasa ini
memberikan pengaruh dan hikmah untuk meningkatkan nilai-nilai manusia
dan mempertinggi mutunya, yang meliputi aspek ruhaniah(Kejiwaan ), dan
Shihivah (kesehatan).
B. ASPEK KEJIWAAN
b. Kebutuhan rohani
Melaksanakan ibadah puasa karena Allah SWT memperoleh manfaat ganda yakni
terhindar dari dosa, mendapat pahala dan keuntungan lainnya memperoleh
ketenangan jiwa, mampu mengendalikan nafsu untuk memperoleh kepuasan yang
tidak terhingga. Berpuasa mampu mengendalian diri (self control) dan ini satu tanda
jiwa yang sehat karena apa bila seseorang tidak mampu mengendalikan diri maka
jiwanya tidak sehat. Tujuan berpuasa untuk mengendalikan hawa nafsu sehingga
hawa nafsu tidak memperbudak seseorang dan seseorang itu bisa mengendalikan
hawa nafsunya kepada hal-hal positif. Satu pertanda kesehatan jiwanya baik.
DAFTAR PUSTAKA
Rafiqah, T. (2015). Upaya Mengatasi Gangguan Mental Melalui Terapi Zikir. Jurnal
Dimensi, 4(3).
Ariadi, P. (2019). Kesehatan Mental dalam Perspektif Islam. Syifa'MEDIKA: Jurnal
Kedokteran dan Kesehatan, 3(2), 118-127.
Syarifudin,Achmad, Puasa Menuju Sehat Fisik Dan Psikis, (Gema Insani Press,2003),
Cet. Ke-1